Perdagangan Bebas Menurut Pemikiran Imam

Perdagangan Bebas Menurut Pemikiran Imam Abu Yusuf dan
Relevansinya Dengan Kebijakan Perdagangan Bebas di Indonesia

Nur Azizah Widyaningsih1
1506813984

Perdagangan Bebas Menurut Pemikiran Imam Abu Yusuf
Pada masa pemerintahan Islam, masyarakat Timur Tengah atau bangsa Arab sudah terbukti
aktif dalam melakukan perdagangan bebas ke berbagai wilayah dengan bangsa-bangsa lain
di dunia. Bahkan perdagangan internasional tersebut sudah dilakukan oleh bangsa Quraisy
sebelum masuknya Islam di wilayah Timur Tengah. Rasulullah SAW juga merupakan
seorang pedagang yang cakupan wilayah perdagangan internasionalnya cukup luas,
meliputi Yaman, Suriah, Irak, Yordania, Bahrain, dan kota-kota perdagangan di Jazirah
Arab lainnya. Oleh karena itu, perdagangan internasional sangat mewarnai kegiatan
perekonomian kaum Muslim semenjak Rasulullah mendakwahkan Islam, bahkan salah satu
saluran penyebaran Islam ke berbagai wilayah adalah melalui perdagangan. Keterlibatan
kaum Muslim dalam perkembangan internasional terus mengalami perkembangan pada
masa kekhalifahan Umayyah, Abbasiyyah dan daulah-daulah Islamiyah berikutnya.
Luasnya wilayah perdagangan yang dilakukan oleh para pedagang Muslim telah mencakup
hampir seluruh daratan Eropa, Rusia, dan Cina (Basir, 2008).
Dalam kitab al-Kharaj, Imam Abu Yusuf menjelaskan mengenai hal-hal penting yang harus

dijaga dalam perdagangan internasional agar nantinya tidak membahayakan keamanan dan
ketahanan negara. Beliau menulis:
“Dan Imam (penguasa Muslim) tidak boleh membiarkan seseorang dari negeri asing (dar
al-harb) masuk (ke dalam negeri Islam) dengan jaminan keamanan, atau membiarkan
1

Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, konsentrasi
Ekonomi dan Keuangan Syariah. Tulisan ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester
pada mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.

1

seorang utusan dari kerajaan mereka (dar al-harb) lalu keluar lagi dengan membawa serta
budak, senjata atau sesuatu yang dapat memperkokoh kekuatan mereka untuk melawan
kaum Muslimin. Adapun pakaian, barang dagangan biasa dan sejenisnya, mereka tidak
dilarang.”

Pernyataan di atas bukan bermaksud untuk menciptakan perdagangan internasional yang
eksklusif dan terbatas, tanpa menjalin kerja sama perdagangan dengan bangsa lain. Namun,
dalam menjalankan perdagangan internasional, suatu negara harus membuat kebijakan yang

tidak membahayakan keutuhan negara dan tidak merugikan negara. Kebijakan yang dibuat
harus kebijakan yang menciptakan kemaslahatan bagi rakyat. Kebijakan perdagangan
internasional akan berpengaruh besar pada kegiatan ekonomi dan pertumbuhannya,
sehingga perlu ada rambu-rambu dalam kebijakan yang menjaga keberlangsungan
perdagangan internasional.

Kebijakan Perdagangan Bebas di Indonesia
Kebijakan yang berhubungan dengan perdagangan bebas di Indonesia telah diatur dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan, yang
terdapat dalam Bab V dan Bab XII. Bab V mengenai perdagangan luar negeri, yaitu
pemerintah mengatur kegiatan perdagangan luar negeri melalui kebijakan dan pengendalian
di bidang ekspor dan impor. Pada Pasal 54 menjelaskan bahwa pemerintah dapat membatasi
ekspor dan impor barang untuk kepentingan nasional dengan alasan untuk melindungi
keamanan nasional atau kepentingan umum dan untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan lingkungan hidup. Kebijakan
perdagangan internasional di bidang impor meliputi pengenaan bea masuk, kuota impor,
tarif impor, subsidi, pengendalian devisa, substitusi impor, larangan impor dan devaluasi.
Sedangkan kebijakan ekspor meliputi diskriminasi harga, pemberian premi ekspor, subsidi
ekspor, dumping, politik dagang bebas, dan larangan ekspor.
Bab XII mengenai kerja sama perdagangan internasional, yaitu untuk meningkatkan akses

pasar serta melindungi dan mengamankan kepentingan nasional, pemerintah dapat
melakukan kerja sama perdagangan dengan negara lain dan/atau lembaga/organisasi yang
dapat dilakukan melalui perjanjian perdagangan internasional. Pada praktiknya, Indonesia

2

telah cukup banyak terlibat dalam perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement
(FTA) dengan negara lain dan lembaga/organisasi internasional. Hingga saat ini, Indonesia
telah memiliki 7 perjanjian yang sudah berjalan, dan 8 perjanjian yang dalam tahap
negosiasi atau studi lanjut (Widyasanti, 2010). 7 perjanjian yang telah berjalan, antara lain:
1. ASEAN Free Trade Area (AFTA)
2. ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement
3. ASEAN-India Regional Trade and Investment Area
4. ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership
5. ASEAN-Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement
6. Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement
7. ASEAN-China Comprehensive Economic Cooperation Agreement
Relevansi Antara Perdagangan Bebas Menurut Pemikiran Imam Abu Yusuf dan
Kebijakan Perdagangan Bebas di Indonesia
Sejatinya dalam ajaran Islam, pasar bebas atau pasar persaingan sempurna merupakan pasar

yang ideal dalam melakukan perdagangan. Namun, hal tersebut bukan berarti kebebasan
dimiliki secara mutlak oleh pelaku pasar atau pedagang. Pemerintah memiliki peran besar
untuk tetap menjaga keamanan dan keutuhan negara dengan melakukan pengawasan dan
membuat kebijakan yang memberikan kemaslahatan. Dari kitab al-Kharaj dapat diketahui
bahwa sebagai seorang hakim negara, Imam Abu Yusuf membuat aturan untuk tidak
memperdagangkan budak, senjata, atau sesuatu yang dapat memperkokoh kekuatan kaum
kafir untuk melawan kaum Muslim. Kebijakan seperti ini disebut dengan kebijakan larangan
ekspor. Menurut peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 01/M-DAG/PER/1/2007
tanggal 22 Januari 2007, suatu barang yang dilarang ekspornya karena pertimbangan :
1. Menjaga kelestarian alam
2. Tidak memenuhi standar mutu
3. Menjamin kebutuhan bahan baku bagi industri kecil atau pengrajin
4. Peningkatan nilai tambah
5. Merupakan barang bernilai sejarah dan budaya
Barang dilarang ekspornya ini meliputi :

3








Produk Pertanian: anak ikan dan ikan arwana, benih ikan sidat, ikan hias botia, udang
galah ukuran 8 cm dan udang panaedae
Produk Kehutanan: kayu bulat, bahan baku serpih, bantalan kereta api atau trem
dari kayu dan kayu gergajian
Produk Kelautan: pasir laut
Produk Pertambangan: bijih timah dan konsentratnya, abu dan residu yang mengandung
arsenik, logam atau senyawanya dan lainnya, terutama yang mengandung timah dan
batu mulia

Walaupun adanya perbedaan objek perdagangan bebas yang dilarang antara konsep Imam
Abu Yusuf dengan kebijakan larangan ekspor Indonesia, namun satu sama lain tetap
memiliki benang merah yaitu sama-sama memberikan batasan dalam melakukan
perdagangan bebas yang sesuai pada kondisi masa dan wilayahnya. Selain itu, konsep
perdagangan Imam Abu Yusuf dan kebijakan larangan ekspor ini merupakan upaya
pemerintah atau negara dalam melindungi keamanan nasional dan kepentingan umum.


Referensi
Basir, Ikhwan Abidin. 2008. Menguak Pemikiran Ekonomi Ulama Klasik. Solo: AQWAM.
Widyasanti, Amalia Adininggar. 2010. Perdagangan Bebas Regional dan Daya Saing
Ekspor: Kasus Indonesia . Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.

http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/102-larangan-ekspor

4