PELESTARIAN MANGROVE SEBAGAI UPAYA PENAH
PELESTARIAN DAN PENGENDALIAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI UPAYA
PENAHAN ABRASI DI PESISIR BAGIAN UTARA GRESIK
Wiwin Kumalasari
Fakultas Ilmu Sosial,Universitas Negeri Malang.
[email protected]
Abstact: Ekosistem hutan mangrove merupakan sumber daya alam yang memberikan
banyak keuntungan bagi manusia, karena produktivitasnya yang tinggi serta
kemampuannya memelihara alam. Hilangnya vegetasi hutan mangrove menyebabkan
beberapa spesies ikan (seperti ikan pesut), kerang dan udang terganggu daur hidupnya,
tidak mendapatkan tempat untuk berkembang biak. Terjadinya kerusakan hutang mangrove
di Pesisir Pantai Utara (pantura) Gresik sangat disayangkan oleh Dinas Perikanan dan
Kelautan (Disdperikla) Jatim. Kerusakan mangrove yang mencapai 40 persen atau sekitar
271 hektare (ha) dari 678,878 ha jumlah luas lahan mangrove (bakau) di Gresik. Dalam
pembuatan jurnal penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif . Terdapat beberapa
penyabab Hutan Mangrove di daerah pesisir utara Gresik berkuran dan rusak dalam Bidang
Demografi, Ekonomi, Kelembagaan, dan Kebudayaan. Dalam bidang demografi meliputi
pertumbuhan penduduk
dan kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk yaitu
pertambahan jumlah penduduk dalam satuan jiwa/tahun, kepadatan penduduk yaitu
perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilyah dengan satuan jiwa/tahun. Untuk
mengurangi kerusakan hutan mangrove di Gresik sebaiknya diadakan suatu organisasi
pencinta alam sebagai melakukan kegiatan area konservasi mangrove di daerah pesisir
pantai Gresik.
Kay words: Hutan Mangrove, Lingkungan, Konservasi
I. PENDAHULUAN
Ekosistem hutan mangrove merupakan sumber daya alam yang memberikan banyak
keuntungan bagi manusia, karena produktivitasnya yang tinggi serta kemampuannya
memelihara alam. Hutan mangrove memproduksi nutrien yang dapat menyuburkan perairan
laut, membantu dalam perputaran karbon, nitrogen dan sulfur, serta perairan kaya akan
nutrien baik nutrien organik maupun anorganik. Hutan mangrove dapat menjaga
keberlangsungan populasi ikan, kerang dan lainnya.
Hilangnya vegetasi hutan mangrove menyebabkan beberapa spesies ikan (seperti ikan
pesut), kerang dan udang terganggu daur hidupnya, tidak mendapatkan tempat untuk
berkembang biak. Tidak hanya biota laut, Bekantan (Nasalis larvatus) yang biasanya hidup di
pohon bakau atau pepohonan lain di kawasan mangrove juga terancam punah, karena
terancam habitatnya. Spesies lain yang juga terancam antara lain harimau sumatera (Panthera
tigris), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong
(Leptoptilus javanicus).Tidak adanya barisan mangrove, sama dengan tidak adanya ‘penjaga
pantai’. Mangrove seakan menjadi penjaga daratan dari bahaya-bahaya yang datang dari
lautan. Luasan abrasi (terkikisnya daratn oleh air laut) semakin tinggi, dan potensi kerusakan
jika terjadi tsunami juga semakin tinggi.
Definisi Hutan Mangrove
Mangrove berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas suatu tumbuhan
(Odum. 1983). Di Suriname, kata mangro pada mulanya merupakan kata yang umum dipakai
untuk jenis Rhizophora mangle (Karsten 1890 dalam Rahmawaty 2006). Di Portugal, kata
mangue digunakan untuk menunjukkan suatu individu pohon dan kata mangal untuk
komunitas pohon tersebut. Di Perancis, padanan yang digunakan untuk mangrove adalah kata
menglier. (MacNae,1968 dalam Rahmawaty 2006)
menggunakan kata mangrove untuk
individu tumbuhan dan mangal untuk komunitasnya. Di lain pihak, (Tomlinson,1986 dalam
Rahmawaty 2006 ) menggunakan kata mangrove baik untuk tumbuhan maupun
komunitasnya, dan ( Davis 1940 dalam Rahmawaty 2006) menyebutkan bahwa kata
mangrove merupakan istilah umum untuk pohon yang hidup di daerah yang berlumpur, basah
dan terletak di perairan pasang surut daerah tropis.
Hutan Mangorve memilik beberapa fungsi menurut Fatchan(2013,hal 130 ) sebagai
penahan abrasi, penahan intrusi (peresapan ) air laut, penahan angin, dan menurunkan
kandungan gas karbondioksida. Hutan mangrove memiliki fungsi ekonomi dan biologi.
Fungsi ekonomi sebagi tempat kegiatan wisata alam, penghasil kayu untuk bangunan,
penghasil tanin untuk pembuatan tinta.
Definisi Abrasi
Abrasi merupakan salah satu masalah yang mengancam kondisi pesisir, yang dapat
mengancam garis pantai sehingga mundur kebelakang, merusak tambak maupun lokasi
persawahan yang berada di pinggir pantai, dan juga mengancam bangunan-bangunan yang
berbatasan langsung dengan air laut (fatah,2014). Abrasi pantai didefinisikan sebagai
mundurnya garis pantai dari posisi asalnya. Abrasi atau erosi pantai disebabkan oleh adanya
angkutan sedimen menyusur pantai sehingga mengakibatkan berpindahnya sedimen dari satu
tempat ke tempat lainya. Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang terus
berlangsung, membuat ekosistem bumi mendekati titik kritis. Banyaknya daerah pesisir yang
awal tempat hutan mangrove dialihkan fungsi sebagai tempat industri. Berkurangnya
mangrove dapat juga menimbulkan perubahan iklim.
Perubahan Iklim Global (global climate change) dapat menyebabkan kerusakan
ekosistem pesisir, termasuk ekosistem mangrove. Perubahan iklim global terutama
disebabkan oleh meningkatnya produksi CO2 dan gas rumah kaca. Molekul gas rumah kaca
menyerap radiasi inframerah dan menghambat pemantulannya ke luar sistem planet bumi
sehingga radiasi tersebut kembali ke planet bumi. Peningkatan konsentrasi inframerah di
sistem planet bumi akan menyebabkan peningkatan suhu bumi.
Kabupaten Gresik terletak di sebelah barat laut Kota Surabaya yang merupakan
Ibukota Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 1.191,25 km2 yang terbagi dalam 18
Kecamatan dan terdiri dari 330 Desa dan 26 Kelurahan. Secara geografis wilayah Kabupaten
Gresik terletak antara 112° sampai 113° Bujur Timur dan 7° sampai 8° Lintang
Selatan dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 sampai 12 meter diatas
permukaan air laut kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter diatas
permukaan air laut. Sebagian wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai,
yaitu memanjang mulai dari Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Sidayu,
Ujungpangkah dan Panceng serta Kecamatan Sangkapura dan Tambak yang lokasinya berada
di Pulau Bawean. Wilayah Kabupaten Gresik sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa,
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Madura dan Kota Surabaya, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, dan sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Lamongan.
Perkembangan industri manufaktur memang diakui telah mampu menjawab persoalan
kesejahteraan dan kesenjangan sosial, tetapi buah akibatnya ternyata harus dibayar amat
mahal karena berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan. Akselerasi pertumbuhan
industri di kawasan daratan dan pesisir Pantai Utara Gresik telah mengakibatkan gundulnya
hutan mangrove disekitarnya. Ditambah pula pembangunan pelabuhan industri terpadu, dan
tempat wisata tepi pantai di Kabupaten Gresik, Lamongan dan Tuban banyak mengahasilkan
limbah buangan yang mengakibatkan, pendangkalan sungai, sendimen laut dan semakin
rusaknya ekosistem terumbu karang.
Menurut (Mukti Ali 2015) dalam Laporan Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
PHPA-AWB (1987), hutan mangrove Indonesia diperkirakan tinggal sekitar 3.235 juta hektar,
sedangkan menurut W.Giesen (1993) hutan mangrove Indonesia tinggal 2.490.185 Ha. Hutan
mangrove di pesisir Jawa Timur rusak, Sekitar tujuh ribu hektare rusak parah, 128 ribu
hektare rusak sedang, dan hanya 12 ribu hektare dalam kondisi baik. (Data Dinas Kehutanan
Propinsi Jawa Timur, 2010). Terjadinya kerusakan hutang mangrove di Pesisir Pantai Utara
(pantura) Gresik sangat disayangkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan (Disdperikla) Jatim.
Kerusakan mangrove yang mencapai 40 persen atau sekitar 271 hektare (ha) dari 678,878 ha
jumlah luas lahan mangrove (bakau) di Gresik. Maka, kini perlu dilakukan upaya konservasi
agar dampak lingkungan tidak menjadi ancaman bagi warga pesisir. Ekosistem mangrove
yang rusak dapat dipulihkan dengan cara restorasi/rehabilitasi. Restorasi dipahami sebagai
usaha mengembalikan kondisi lingkungan kepada kondisi semula secara alami. Campur
tangan manusia diusahakan sekecil mungkin terutama dalam memaksakan keinginan untuk
menumbuhkan jenis mangrove tertentu menurut yang dipahami/diingini manusia. Dengan
demikian, usaha restorasi semestinya mengandung makna memberi jalan/peluang kepada
alam untuk mengatur/memulihkan dirinya sendiri.
II.METODE
Dalam pembuatan jurnal penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif . Metode
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomenafenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak
mengadakan
manipulasi
atau
pengubahan
pada
variabel-variabel
bebas,
tetapi
menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau
menggunakan angka-angka. Kemudian penulis mengembangkan dengan pendapat atau
pemikiran sesuai dengan teori yang ada.
III. HASIL PENELITIAN
Sebaran Lokasi Hutan Mangrove
Tabel 3.1 Sebaran Luas Hutan Mangrove 2004
No
1
2
3
4
DESA
Luas Hutan Mangrove
(Ha)
27,21
55,01
88,02
152,20
322,44
Ngemboh
Banyuurip
Pangkah Kulon
Pangkah Wetan
Total
Sumber : profil sumberdaya alam wilayah pesisir pantai kecamtan ujungpangkah 2004
Tabel 3.2 Sebaran Luas Hutan Mangrove 2010
No
1
2
3
4
DESA
Luas Hutan Mangrove (Ha)
1,5
5,9
28,6
48,1
84,1
Ngemboh
Banyuurip
Pangkah Kulon
Pangkah Wetan
Total
Sumber : profil sumberdaya alam wilayah pesisir pantai kecamtan ujungpangkah 2010
Tabel 3.3 Luas Perubahan Hutan mangrove
Luas Eksisting (Ha)
No
DESA
2004
2010
Luas
Persentase
Perubahan
Perubahan
( Ha)
%
1
2
3
4
Ngemboh
Banyuurip
Pangkah Kulon
Pangkah Wetan
Total
27,21
55,01
88,02
152,20
322,44
1,5
5,9
28,6
48,1
84,1
25,71
49,11
59,42
104,10
238,34
94,00
89,27
67,51
68,40
73,92
Penyebab Hutan Mangrove di Gresik berkurang
Terdapat beberapa penyabab Hutan Mangrove di daerah pesisir utara Gresik
berkurang dan rusak dalam Bidang Demografi, Ekonomi, Kelembagaan, dan Kebudayaan.
Dalam bidang demografi meliputi pertumbuhan penduduk
dan kepadatan penduduk,
pertumbuhan penduduk yaitu pertambahan jumlah penduduk dalam satuan
jiwa/tahun,
kepadatan penduduk yaitu perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilyah dengan satuan
jiwa/tahun. Dalam bidang ekonomi meliputi pertumbuhan industri, sumberdaya alam, dan
perekonomian masyarakat. Dalam bidang kelembagaan yaitu peraturan terkait dengan
kawasan lindung yang ada di Gresik di daerah Pesisir. Kemudian dalam bidang Kebudayaan
meliputi sikap atau prilaku masyarakat, dan Pemahaman masyarakat.
IV PEMBAHASAN
Penurunan hutan mangrove di Gresik membawa dampak yang buruk bagi lingkungan
maupun masyarakat. Gresik merupakan kabupaten berkembang dalam industri yang mana
pembangunan atau pengalihan fungsi lahan terjadi di Gresik. Dalam bidang Demografi
pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan kepadatan penduduk sehigga kebutuhan
untuk membangun lahan pemukiman semakin meningkat, oleh karena itu pada daerah sekitar
hutan mangrove dijadikan lahan pemukiman.
Bidang ekonomi Akselerasi pertumbuhan industri di kawasan daratan dan pesisir
Pantai Utara telah mengakibatkan gundulnya hutan mangrove disekitarnya. Ditambah pula
pembangunan pelabuhan industri terpadu, dan tempat tempat wisata tepi pantai di Kabupaten
Gresik, Lamongan dan Tuban banyak mengahasilkan limbah buangan yang mengakibatkan
pendangkalan sungai, sendimen laut dan semakin rusaknya ekosistem terumbu karang. Bukan
hanya pembangunan industri tetapi rendahnya pendapatan masyarakat pesisir mendorong
masyarakat melakukan eksploitasi hutan mangrove seperti menebang pohon/ranting
mangrove untuk dijadikan kebutuhan sehari – hari. Kemudian masyarakat yang dekat dengan
pesisir seperti masyarakat Desa Banyuurip Kecamatan Ujungpangkah memanfaatkan pesisir
pantai sebagai lahan budidaya ikan (tambak) hal tersebut mengubah yang mana awalnya
hutan mangrove dijadikan tambak.
Bidang kelembagaan peraturan terkait dengan pengolahan kawasan hutan lindung di
Kabupaten Gresik cukup kurang. Sering terjadi tumpang tindih dan ketidakjelasaan
kewenangan antara instansi sektoral pusat dan daerah dalam pengolahan sumberdaya pesisir,
termasuk hutan mangrove. Sehingga kawasan lahan hutan mangrove yang tidak termasuk
dalam kawasan konservasi cenderung akan dimanfaakan untuk penggunaan lahan lainnya.
Bidang kebudayaan sikap/perilaku, penduduk yang disekitar hutan mangrove kurang
memahami bahwa mangrove sangatlah penting bagi lingkungan dan kehidupan di Bumi. Pada
tabel 3.3 dapat diketahui persentase perubahan pada tahun 2004 lahan hutan mangrove di
bagian utara Gresik seluas 322,44 ha. Kemudian mengalami perubahan atau berkurangnya
lahan mangrove sehingga pada tahun 2010 hutan mangrove hanya seluas 84,1 ha. Dalam hal
tersebut di dapatkan presentase perubahan sekitar 73,92 yang mana lahan hutan mangrove
pada tahun 2010 tersisa 238,34 ha.
Jika terjadinya kerusakan Hutan Mangrove maka menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat ataupun lingkungan. Hilangnya vegetasi hutan mangrove menyebabkan beberapa
spesies ikan (seperti ikan pesut), kerang dan udang terganggu daur hidupnya, tidak
mendapatkan tempat untuk berkembang biak. Tidak hanya biota laut, Bekantan (Nasalis
larvatus) yang biasanya hidup di pohon bakau atau pepohonan lain di kawasan mangrove
juga terancam punah, karena terancam habitatnya. Hutan Mangrove sangat berkaitan erat
terhadap nelayan Ujungpangkah, meskipun secara tidak langsung. Nelayan Ujungpangkah
merasakan bahwa penghasilannya sebagai nelayan semakin tahun semakin menurun .
Salah satu penyebab penurunan Hutan Mangrove di Ujungpangkah menurun.
Akibat lain dari rusaknya hutan mangrove selain penurunan hasil ikan adalah
tingkat abrasi yang kemungkinan terjadi di Kabupaten Gresik. Abrasi merupakan salah satu
masalah yang mengancam kondisi pesisir, yang dapat mengancam garis pantai sehingga
mundur kebelakang, merusak tambak maupun lokasi persawahan yang berada di pinggir
pantai, dan juga mengancam bangunan-bangunan yang berbatasan langsung dengan air laut
(fatah,2014). Menurut ashadi ik sebagian lahan pertanian tambak milik warga tiga desa di
Mengare tergerus, yaitu Desa Watuagung, Kramat, dan Tanjung Wedoro. Selain abrasi
pemanasan global akan terjadi dan akan berdampak pada Perubahan iklim. Hal tersebut
disebabkan manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil. Sehingga memberikan
efek
pemanasan suhu permukaan laut (SST) yang telah memberikan tanda peringatan seperti
runtuhnya lapisan es seperti di Antartika, mendorong kenaikan permukaan laut berbahaya dan
mengancam untu kawasan di sepanjang pantai menurut larsen dalam ( ifeanyi dan ayadiuolo;
2012 ). Perubahan iklim kemungkinan tidak terjadi jika kawasan hijau seperti pepohonan
termasuk mangrove terjaga dengan baik. Bantaran pesisir Gresik rawan diterjang angin
puting beliug untuk itu
Hutan mangrove sangat penting karena sebagai penahan angin
menurut Fatchan (2013; 130 ).
Untuk mengurangi kerusakan hutan mangrove di Gresik sebaiknya diadakan suatu
organisasi pencinta alam sebagai melakukan kegiatan area konservasi mangrove di daerah
pesisir pantai Gresik. Sumber daya alam merupakan perwujudan dari keserasian ekosistem
dan keserasian unsur-unsur pembentuknya perlu dijaga dan dilestarikan sebagi upaya
menjamin kesimbangan dalam rangka pembangunan manusi seututhnya yang sejahtera secara
berkesinambungan menurut Fatchan (2013;131). Kebijakan ini dituangkan dalam strategi
konservasi yaitu ;
a) Perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan, dengan menjamin terpeliharanya
proses ekologi bagi kelangsungan hidup biota dan ekosistemnya.
b) Pengawetan
keanekaragaman
sumberdaya
plasma
nutfah,
yaitu
menjamin
terpeliharanya sumber genetik dan ekosistemnya bagi kepntingan umat manusia.
c) Pelestarian pemanfaatan jenis dan ekosistemnya, yaitu dengan mengatur dan
mengendalikan cara pemanfaatnnya, sehingga mencapai menfaat optimal dan
berkesinambungan.
Adapun beberapa tujuan dari konservasi mangrove yaitu :
(1) Melestarikan contoh-contoh perwakilan habitat dengan tipe ekosistemnya.
(2) Melindungi jenis biota (dengan habitanya) yang terancam punah.
(3) Mengelola daerah yang penting bagi pembiakan jenis biota yang berniali ekonomi.
(4) Memanfaatkan daerah tersebut untuk usaha rekreasi, pariwisata, pendidikan dan
penelitian.
(5) Sebagai tempat untuk melakukan pelatihan di bidang pengolalaan sumber daya alam.
(6) Sebagai tempat pembanding bagi kegiatan monitoring tentang akibat manusia
terhadap lingkunganya.
Untuk arah pengendalian agar hutan mangrove tetap terjaga di Kabupaten Gresik
dengan cara mengenakan sanksi kepada masyarakat yang mengeksploitasi hutan mangrove
berupa penanaman kembali pada kawasan hutan mangrove yang telah dieksploitasi.
Memberikan insentif berupa bantuan dana sosial bagi masyrakat kurang mampu yang terlihat
dalam kegiatan pelestarian dan rehabilitas yang diadakan oleh pemerintah. Memperjelas
kewenangan antara instansi sektoral pusat dan daerah dalam pengelolaan sumberdaya pesisir,
termasuk hutan mangrove. Memberikan pengenaan pajak tanah yang lebih tinggi jika terdapat
masyarakat yang mengkonversi sebagai lahan tambak atau lainnya. Memperketat proses
perijinan dan lebih selektof dalam mengeluarkan izin untuk memanfaatkan lahan di sekitar
kawasan lindung. Mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya ekosistem hutan mangrove
kepada masyarakat pesisir yang di selenggarakan melalui desa/ kelurahan masing-masing dan
mengikut sertakan masyarakat dalam kepanitiaan perlindungan kawasan konservasi hutan
mangrove agar masyarakat memiliki tanggungjawab bahwa mangrove sangat untuk
kehidupan.
V. KESIMPULAN
Terjadinya kerusakan hutang mangrove di Pesisir Pantai Utara (pantura) Gresik sangat
disayangkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan (Disdperikla) Jatim. Kerusakan mangrove
yang mencapai 40 persen atau sekitar 271 hektare (ha) dari 678,878 ha jumlah luas lahan
mangrove (bakau) di Gresik. Adanya pembangunan ekonomi dalam bidang insutri sehingga
mengakibatakan pengalih fungsian lahan hutan mangrove dan ketidaktahuan asyarakat
mengenai pentingnya hutan mangrove sebagai kehidupan berkelanjutan dan lingkungan.
Untuk mengurangi kerusakan hutan mangrove di Gresik sebaiknya diadakan suatu organisasi
pencinta alam sebagai melakukan kegiatan area konservasi mangrove di daerah pesisir pantai
Gresik. Untuk arah pengendalian agar hutan mangrove tetap terjaga di Kabupaten Gresik
dengan cara mengenakan sanksi kepada masyarakat yang mengeksploitasi hutan mangrove
berupa penanaman kembali pada kawasan hutan mangrove yang telah dieksploitasi
DAFTAR RUJUKAN
[1] Rahmawaty. 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat.
(online).(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1067/1/06008763.pdf), diakses
pada 26 November 2016.
[2] Fatah, A. 2014. Definisi Abrasi.(online).
(http://eprints.walisongo.ac.id/2960/3/073811037_bab2.pdf). Diakses pada 26 November
2016.
[3] Fatchan,A. 2013. Geografi Tumbuhan Dan Hewan . Malang ; Penerbit Ombak.
[4] Website SKPD.2014.Situs Resmi Pemerintahan Kabupaten Gresik.(online).(
http://gresikkab.go.id/profil/geografi), diakses pada tanggal 26 November 2016.
[5] Ali,M.2015. Kerusakan Mangrove di Pantai Utara Jawa Timur.(online).(
http://realita.co/kerusakan-mangrove-di-pantai-utara-jawa-timur ) diakses pada 26
November 2015.
[6] Tanpa Nama, 2016. Kondisi Mangrove Gresik.(online). (https://gresikkab.bps.go.id/).
Diakses pada 27 November 2016.
[7] Purnaman, GM. 2015. Pengendalian Konversi Hutan Mangrove di Kecamatan
Ujungpangkah. (online). (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-19920-3605100062Presentation.pdf ) . Diakses pada 27 November 2016.
[8] Tanpa Nama, 2009. Kerusakan Mangrove Di Pantura Gresik Harus Dikonservasi.
(online). (http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/19294 ). Diaskes pada 26
November 2016.
[9] Efeanyi dan Ayadiulo, 2012. Urbarinzation and the Challenge of Climate Change in
Nigeria Cities: A Review.(online ). (http://www.iosrjournals.org/iosr-jestft/papers/vol1issue6/C0161318.pdf?id=3594). Diakses pada 27 November 2016.
PENAHAN ABRASI DI PESISIR BAGIAN UTARA GRESIK
Wiwin Kumalasari
Fakultas Ilmu Sosial,Universitas Negeri Malang.
[email protected]
Abstact: Ekosistem hutan mangrove merupakan sumber daya alam yang memberikan
banyak keuntungan bagi manusia, karena produktivitasnya yang tinggi serta
kemampuannya memelihara alam. Hilangnya vegetasi hutan mangrove menyebabkan
beberapa spesies ikan (seperti ikan pesut), kerang dan udang terganggu daur hidupnya,
tidak mendapatkan tempat untuk berkembang biak. Terjadinya kerusakan hutang mangrove
di Pesisir Pantai Utara (pantura) Gresik sangat disayangkan oleh Dinas Perikanan dan
Kelautan (Disdperikla) Jatim. Kerusakan mangrove yang mencapai 40 persen atau sekitar
271 hektare (ha) dari 678,878 ha jumlah luas lahan mangrove (bakau) di Gresik. Dalam
pembuatan jurnal penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif . Terdapat beberapa
penyabab Hutan Mangrove di daerah pesisir utara Gresik berkuran dan rusak dalam Bidang
Demografi, Ekonomi, Kelembagaan, dan Kebudayaan. Dalam bidang demografi meliputi
pertumbuhan penduduk
dan kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk yaitu
pertambahan jumlah penduduk dalam satuan jiwa/tahun, kepadatan penduduk yaitu
perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilyah dengan satuan jiwa/tahun. Untuk
mengurangi kerusakan hutan mangrove di Gresik sebaiknya diadakan suatu organisasi
pencinta alam sebagai melakukan kegiatan area konservasi mangrove di daerah pesisir
pantai Gresik.
Kay words: Hutan Mangrove, Lingkungan, Konservasi
I. PENDAHULUAN
Ekosistem hutan mangrove merupakan sumber daya alam yang memberikan banyak
keuntungan bagi manusia, karena produktivitasnya yang tinggi serta kemampuannya
memelihara alam. Hutan mangrove memproduksi nutrien yang dapat menyuburkan perairan
laut, membantu dalam perputaran karbon, nitrogen dan sulfur, serta perairan kaya akan
nutrien baik nutrien organik maupun anorganik. Hutan mangrove dapat menjaga
keberlangsungan populasi ikan, kerang dan lainnya.
Hilangnya vegetasi hutan mangrove menyebabkan beberapa spesies ikan (seperti ikan
pesut), kerang dan udang terganggu daur hidupnya, tidak mendapatkan tempat untuk
berkembang biak. Tidak hanya biota laut, Bekantan (Nasalis larvatus) yang biasanya hidup di
pohon bakau atau pepohonan lain di kawasan mangrove juga terancam punah, karena
terancam habitatnya. Spesies lain yang juga terancam antara lain harimau sumatera (Panthera
tigris), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong
(Leptoptilus javanicus).Tidak adanya barisan mangrove, sama dengan tidak adanya ‘penjaga
pantai’. Mangrove seakan menjadi penjaga daratan dari bahaya-bahaya yang datang dari
lautan. Luasan abrasi (terkikisnya daratn oleh air laut) semakin tinggi, dan potensi kerusakan
jika terjadi tsunami juga semakin tinggi.
Definisi Hutan Mangrove
Mangrove berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas suatu tumbuhan
(Odum. 1983). Di Suriname, kata mangro pada mulanya merupakan kata yang umum dipakai
untuk jenis Rhizophora mangle (Karsten 1890 dalam Rahmawaty 2006). Di Portugal, kata
mangue digunakan untuk menunjukkan suatu individu pohon dan kata mangal untuk
komunitas pohon tersebut. Di Perancis, padanan yang digunakan untuk mangrove adalah kata
menglier. (MacNae,1968 dalam Rahmawaty 2006)
menggunakan kata mangrove untuk
individu tumbuhan dan mangal untuk komunitasnya. Di lain pihak, (Tomlinson,1986 dalam
Rahmawaty 2006 ) menggunakan kata mangrove baik untuk tumbuhan maupun
komunitasnya, dan ( Davis 1940 dalam Rahmawaty 2006) menyebutkan bahwa kata
mangrove merupakan istilah umum untuk pohon yang hidup di daerah yang berlumpur, basah
dan terletak di perairan pasang surut daerah tropis.
Hutan Mangorve memilik beberapa fungsi menurut Fatchan(2013,hal 130 ) sebagai
penahan abrasi, penahan intrusi (peresapan ) air laut, penahan angin, dan menurunkan
kandungan gas karbondioksida. Hutan mangrove memiliki fungsi ekonomi dan biologi.
Fungsi ekonomi sebagi tempat kegiatan wisata alam, penghasil kayu untuk bangunan,
penghasil tanin untuk pembuatan tinta.
Definisi Abrasi
Abrasi merupakan salah satu masalah yang mengancam kondisi pesisir, yang dapat
mengancam garis pantai sehingga mundur kebelakang, merusak tambak maupun lokasi
persawahan yang berada di pinggir pantai, dan juga mengancam bangunan-bangunan yang
berbatasan langsung dengan air laut (fatah,2014). Abrasi pantai didefinisikan sebagai
mundurnya garis pantai dari posisi asalnya. Abrasi atau erosi pantai disebabkan oleh adanya
angkutan sedimen menyusur pantai sehingga mengakibatkan berpindahnya sedimen dari satu
tempat ke tempat lainya. Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang terus
berlangsung, membuat ekosistem bumi mendekati titik kritis. Banyaknya daerah pesisir yang
awal tempat hutan mangrove dialihkan fungsi sebagai tempat industri. Berkurangnya
mangrove dapat juga menimbulkan perubahan iklim.
Perubahan Iklim Global (global climate change) dapat menyebabkan kerusakan
ekosistem pesisir, termasuk ekosistem mangrove. Perubahan iklim global terutama
disebabkan oleh meningkatnya produksi CO2 dan gas rumah kaca. Molekul gas rumah kaca
menyerap radiasi inframerah dan menghambat pemantulannya ke luar sistem planet bumi
sehingga radiasi tersebut kembali ke planet bumi. Peningkatan konsentrasi inframerah di
sistem planet bumi akan menyebabkan peningkatan suhu bumi.
Kabupaten Gresik terletak di sebelah barat laut Kota Surabaya yang merupakan
Ibukota Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 1.191,25 km2 yang terbagi dalam 18
Kecamatan dan terdiri dari 330 Desa dan 26 Kelurahan. Secara geografis wilayah Kabupaten
Gresik terletak antara 112° sampai 113° Bujur Timur dan 7° sampai 8° Lintang
Selatan dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 sampai 12 meter diatas
permukaan air laut kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter diatas
permukaan air laut. Sebagian wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai,
yaitu memanjang mulai dari Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Sidayu,
Ujungpangkah dan Panceng serta Kecamatan Sangkapura dan Tambak yang lokasinya berada
di Pulau Bawean. Wilayah Kabupaten Gresik sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa,
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Madura dan Kota Surabaya, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, dan sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Lamongan.
Perkembangan industri manufaktur memang diakui telah mampu menjawab persoalan
kesejahteraan dan kesenjangan sosial, tetapi buah akibatnya ternyata harus dibayar amat
mahal karena berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan. Akselerasi pertumbuhan
industri di kawasan daratan dan pesisir Pantai Utara Gresik telah mengakibatkan gundulnya
hutan mangrove disekitarnya. Ditambah pula pembangunan pelabuhan industri terpadu, dan
tempat wisata tepi pantai di Kabupaten Gresik, Lamongan dan Tuban banyak mengahasilkan
limbah buangan yang mengakibatkan, pendangkalan sungai, sendimen laut dan semakin
rusaknya ekosistem terumbu karang.
Menurut (Mukti Ali 2015) dalam Laporan Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
PHPA-AWB (1987), hutan mangrove Indonesia diperkirakan tinggal sekitar 3.235 juta hektar,
sedangkan menurut W.Giesen (1993) hutan mangrove Indonesia tinggal 2.490.185 Ha. Hutan
mangrove di pesisir Jawa Timur rusak, Sekitar tujuh ribu hektare rusak parah, 128 ribu
hektare rusak sedang, dan hanya 12 ribu hektare dalam kondisi baik. (Data Dinas Kehutanan
Propinsi Jawa Timur, 2010). Terjadinya kerusakan hutang mangrove di Pesisir Pantai Utara
(pantura) Gresik sangat disayangkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan (Disdperikla) Jatim.
Kerusakan mangrove yang mencapai 40 persen atau sekitar 271 hektare (ha) dari 678,878 ha
jumlah luas lahan mangrove (bakau) di Gresik. Maka, kini perlu dilakukan upaya konservasi
agar dampak lingkungan tidak menjadi ancaman bagi warga pesisir. Ekosistem mangrove
yang rusak dapat dipulihkan dengan cara restorasi/rehabilitasi. Restorasi dipahami sebagai
usaha mengembalikan kondisi lingkungan kepada kondisi semula secara alami. Campur
tangan manusia diusahakan sekecil mungkin terutama dalam memaksakan keinginan untuk
menumbuhkan jenis mangrove tertentu menurut yang dipahami/diingini manusia. Dengan
demikian, usaha restorasi semestinya mengandung makna memberi jalan/peluang kepada
alam untuk mengatur/memulihkan dirinya sendiri.
II.METODE
Dalam pembuatan jurnal penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif . Metode
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomenafenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak
mengadakan
manipulasi
atau
pengubahan
pada
variabel-variabel
bebas,
tetapi
menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau
menggunakan angka-angka. Kemudian penulis mengembangkan dengan pendapat atau
pemikiran sesuai dengan teori yang ada.
III. HASIL PENELITIAN
Sebaran Lokasi Hutan Mangrove
Tabel 3.1 Sebaran Luas Hutan Mangrove 2004
No
1
2
3
4
DESA
Luas Hutan Mangrove
(Ha)
27,21
55,01
88,02
152,20
322,44
Ngemboh
Banyuurip
Pangkah Kulon
Pangkah Wetan
Total
Sumber : profil sumberdaya alam wilayah pesisir pantai kecamtan ujungpangkah 2004
Tabel 3.2 Sebaran Luas Hutan Mangrove 2010
No
1
2
3
4
DESA
Luas Hutan Mangrove (Ha)
1,5
5,9
28,6
48,1
84,1
Ngemboh
Banyuurip
Pangkah Kulon
Pangkah Wetan
Total
Sumber : profil sumberdaya alam wilayah pesisir pantai kecamtan ujungpangkah 2010
Tabel 3.3 Luas Perubahan Hutan mangrove
Luas Eksisting (Ha)
No
DESA
2004
2010
Luas
Persentase
Perubahan
Perubahan
( Ha)
%
1
2
3
4
Ngemboh
Banyuurip
Pangkah Kulon
Pangkah Wetan
Total
27,21
55,01
88,02
152,20
322,44
1,5
5,9
28,6
48,1
84,1
25,71
49,11
59,42
104,10
238,34
94,00
89,27
67,51
68,40
73,92
Penyebab Hutan Mangrove di Gresik berkurang
Terdapat beberapa penyabab Hutan Mangrove di daerah pesisir utara Gresik
berkurang dan rusak dalam Bidang Demografi, Ekonomi, Kelembagaan, dan Kebudayaan.
Dalam bidang demografi meliputi pertumbuhan penduduk
dan kepadatan penduduk,
pertumbuhan penduduk yaitu pertambahan jumlah penduduk dalam satuan
jiwa/tahun,
kepadatan penduduk yaitu perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilyah dengan satuan
jiwa/tahun. Dalam bidang ekonomi meliputi pertumbuhan industri, sumberdaya alam, dan
perekonomian masyarakat. Dalam bidang kelembagaan yaitu peraturan terkait dengan
kawasan lindung yang ada di Gresik di daerah Pesisir. Kemudian dalam bidang Kebudayaan
meliputi sikap atau prilaku masyarakat, dan Pemahaman masyarakat.
IV PEMBAHASAN
Penurunan hutan mangrove di Gresik membawa dampak yang buruk bagi lingkungan
maupun masyarakat. Gresik merupakan kabupaten berkembang dalam industri yang mana
pembangunan atau pengalihan fungsi lahan terjadi di Gresik. Dalam bidang Demografi
pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan kepadatan penduduk sehigga kebutuhan
untuk membangun lahan pemukiman semakin meningkat, oleh karena itu pada daerah sekitar
hutan mangrove dijadikan lahan pemukiman.
Bidang ekonomi Akselerasi pertumbuhan industri di kawasan daratan dan pesisir
Pantai Utara telah mengakibatkan gundulnya hutan mangrove disekitarnya. Ditambah pula
pembangunan pelabuhan industri terpadu, dan tempat tempat wisata tepi pantai di Kabupaten
Gresik, Lamongan dan Tuban banyak mengahasilkan limbah buangan yang mengakibatkan
pendangkalan sungai, sendimen laut dan semakin rusaknya ekosistem terumbu karang. Bukan
hanya pembangunan industri tetapi rendahnya pendapatan masyarakat pesisir mendorong
masyarakat melakukan eksploitasi hutan mangrove seperti menebang pohon/ranting
mangrove untuk dijadikan kebutuhan sehari – hari. Kemudian masyarakat yang dekat dengan
pesisir seperti masyarakat Desa Banyuurip Kecamatan Ujungpangkah memanfaatkan pesisir
pantai sebagai lahan budidaya ikan (tambak) hal tersebut mengubah yang mana awalnya
hutan mangrove dijadikan tambak.
Bidang kelembagaan peraturan terkait dengan pengolahan kawasan hutan lindung di
Kabupaten Gresik cukup kurang. Sering terjadi tumpang tindih dan ketidakjelasaan
kewenangan antara instansi sektoral pusat dan daerah dalam pengolahan sumberdaya pesisir,
termasuk hutan mangrove. Sehingga kawasan lahan hutan mangrove yang tidak termasuk
dalam kawasan konservasi cenderung akan dimanfaakan untuk penggunaan lahan lainnya.
Bidang kebudayaan sikap/perilaku, penduduk yang disekitar hutan mangrove kurang
memahami bahwa mangrove sangatlah penting bagi lingkungan dan kehidupan di Bumi. Pada
tabel 3.3 dapat diketahui persentase perubahan pada tahun 2004 lahan hutan mangrove di
bagian utara Gresik seluas 322,44 ha. Kemudian mengalami perubahan atau berkurangnya
lahan mangrove sehingga pada tahun 2010 hutan mangrove hanya seluas 84,1 ha. Dalam hal
tersebut di dapatkan presentase perubahan sekitar 73,92 yang mana lahan hutan mangrove
pada tahun 2010 tersisa 238,34 ha.
Jika terjadinya kerusakan Hutan Mangrove maka menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat ataupun lingkungan. Hilangnya vegetasi hutan mangrove menyebabkan beberapa
spesies ikan (seperti ikan pesut), kerang dan udang terganggu daur hidupnya, tidak
mendapatkan tempat untuk berkembang biak. Tidak hanya biota laut, Bekantan (Nasalis
larvatus) yang biasanya hidup di pohon bakau atau pepohonan lain di kawasan mangrove
juga terancam punah, karena terancam habitatnya. Hutan Mangrove sangat berkaitan erat
terhadap nelayan Ujungpangkah, meskipun secara tidak langsung. Nelayan Ujungpangkah
merasakan bahwa penghasilannya sebagai nelayan semakin tahun semakin menurun .
Salah satu penyebab penurunan Hutan Mangrove di Ujungpangkah menurun.
Akibat lain dari rusaknya hutan mangrove selain penurunan hasil ikan adalah
tingkat abrasi yang kemungkinan terjadi di Kabupaten Gresik. Abrasi merupakan salah satu
masalah yang mengancam kondisi pesisir, yang dapat mengancam garis pantai sehingga
mundur kebelakang, merusak tambak maupun lokasi persawahan yang berada di pinggir
pantai, dan juga mengancam bangunan-bangunan yang berbatasan langsung dengan air laut
(fatah,2014). Menurut ashadi ik sebagian lahan pertanian tambak milik warga tiga desa di
Mengare tergerus, yaitu Desa Watuagung, Kramat, dan Tanjung Wedoro. Selain abrasi
pemanasan global akan terjadi dan akan berdampak pada Perubahan iklim. Hal tersebut
disebabkan manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil. Sehingga memberikan
efek
pemanasan suhu permukaan laut (SST) yang telah memberikan tanda peringatan seperti
runtuhnya lapisan es seperti di Antartika, mendorong kenaikan permukaan laut berbahaya dan
mengancam untu kawasan di sepanjang pantai menurut larsen dalam ( ifeanyi dan ayadiuolo;
2012 ). Perubahan iklim kemungkinan tidak terjadi jika kawasan hijau seperti pepohonan
termasuk mangrove terjaga dengan baik. Bantaran pesisir Gresik rawan diterjang angin
puting beliug untuk itu
Hutan mangrove sangat penting karena sebagai penahan angin
menurut Fatchan (2013; 130 ).
Untuk mengurangi kerusakan hutan mangrove di Gresik sebaiknya diadakan suatu
organisasi pencinta alam sebagai melakukan kegiatan area konservasi mangrove di daerah
pesisir pantai Gresik. Sumber daya alam merupakan perwujudan dari keserasian ekosistem
dan keserasian unsur-unsur pembentuknya perlu dijaga dan dilestarikan sebagi upaya
menjamin kesimbangan dalam rangka pembangunan manusi seututhnya yang sejahtera secara
berkesinambungan menurut Fatchan (2013;131). Kebijakan ini dituangkan dalam strategi
konservasi yaitu ;
a) Perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan, dengan menjamin terpeliharanya
proses ekologi bagi kelangsungan hidup biota dan ekosistemnya.
b) Pengawetan
keanekaragaman
sumberdaya
plasma
nutfah,
yaitu
menjamin
terpeliharanya sumber genetik dan ekosistemnya bagi kepntingan umat manusia.
c) Pelestarian pemanfaatan jenis dan ekosistemnya, yaitu dengan mengatur dan
mengendalikan cara pemanfaatnnya, sehingga mencapai menfaat optimal dan
berkesinambungan.
Adapun beberapa tujuan dari konservasi mangrove yaitu :
(1) Melestarikan contoh-contoh perwakilan habitat dengan tipe ekosistemnya.
(2) Melindungi jenis biota (dengan habitanya) yang terancam punah.
(3) Mengelola daerah yang penting bagi pembiakan jenis biota yang berniali ekonomi.
(4) Memanfaatkan daerah tersebut untuk usaha rekreasi, pariwisata, pendidikan dan
penelitian.
(5) Sebagai tempat untuk melakukan pelatihan di bidang pengolalaan sumber daya alam.
(6) Sebagai tempat pembanding bagi kegiatan monitoring tentang akibat manusia
terhadap lingkunganya.
Untuk arah pengendalian agar hutan mangrove tetap terjaga di Kabupaten Gresik
dengan cara mengenakan sanksi kepada masyarakat yang mengeksploitasi hutan mangrove
berupa penanaman kembali pada kawasan hutan mangrove yang telah dieksploitasi.
Memberikan insentif berupa bantuan dana sosial bagi masyrakat kurang mampu yang terlihat
dalam kegiatan pelestarian dan rehabilitas yang diadakan oleh pemerintah. Memperjelas
kewenangan antara instansi sektoral pusat dan daerah dalam pengelolaan sumberdaya pesisir,
termasuk hutan mangrove. Memberikan pengenaan pajak tanah yang lebih tinggi jika terdapat
masyarakat yang mengkonversi sebagai lahan tambak atau lainnya. Memperketat proses
perijinan dan lebih selektof dalam mengeluarkan izin untuk memanfaatkan lahan di sekitar
kawasan lindung. Mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya ekosistem hutan mangrove
kepada masyarakat pesisir yang di selenggarakan melalui desa/ kelurahan masing-masing dan
mengikut sertakan masyarakat dalam kepanitiaan perlindungan kawasan konservasi hutan
mangrove agar masyarakat memiliki tanggungjawab bahwa mangrove sangat untuk
kehidupan.
V. KESIMPULAN
Terjadinya kerusakan hutang mangrove di Pesisir Pantai Utara (pantura) Gresik sangat
disayangkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan (Disdperikla) Jatim. Kerusakan mangrove
yang mencapai 40 persen atau sekitar 271 hektare (ha) dari 678,878 ha jumlah luas lahan
mangrove (bakau) di Gresik. Adanya pembangunan ekonomi dalam bidang insutri sehingga
mengakibatakan pengalih fungsian lahan hutan mangrove dan ketidaktahuan asyarakat
mengenai pentingnya hutan mangrove sebagai kehidupan berkelanjutan dan lingkungan.
Untuk mengurangi kerusakan hutan mangrove di Gresik sebaiknya diadakan suatu organisasi
pencinta alam sebagai melakukan kegiatan area konservasi mangrove di daerah pesisir pantai
Gresik. Untuk arah pengendalian agar hutan mangrove tetap terjaga di Kabupaten Gresik
dengan cara mengenakan sanksi kepada masyarakat yang mengeksploitasi hutan mangrove
berupa penanaman kembali pada kawasan hutan mangrove yang telah dieksploitasi
DAFTAR RUJUKAN
[1] Rahmawaty. 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat.
(online).(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1067/1/06008763.pdf), diakses
pada 26 November 2016.
[2] Fatah, A. 2014. Definisi Abrasi.(online).
(http://eprints.walisongo.ac.id/2960/3/073811037_bab2.pdf). Diakses pada 26 November
2016.
[3] Fatchan,A. 2013. Geografi Tumbuhan Dan Hewan . Malang ; Penerbit Ombak.
[4] Website SKPD.2014.Situs Resmi Pemerintahan Kabupaten Gresik.(online).(
http://gresikkab.go.id/profil/geografi), diakses pada tanggal 26 November 2016.
[5] Ali,M.2015. Kerusakan Mangrove di Pantai Utara Jawa Timur.(online).(
http://realita.co/kerusakan-mangrove-di-pantai-utara-jawa-timur ) diakses pada 26
November 2015.
[6] Tanpa Nama, 2016. Kondisi Mangrove Gresik.(online). (https://gresikkab.bps.go.id/).
Diakses pada 27 November 2016.
[7] Purnaman, GM. 2015. Pengendalian Konversi Hutan Mangrove di Kecamatan
Ujungpangkah. (online). (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-19920-3605100062Presentation.pdf ) . Diakses pada 27 November 2016.
[8] Tanpa Nama, 2009. Kerusakan Mangrove Di Pantura Gresik Harus Dikonservasi.
(online). (http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/19294 ). Diaskes pada 26
November 2016.
[9] Efeanyi dan Ayadiulo, 2012. Urbarinzation and the Challenge of Climate Change in
Nigeria Cities: A Review.(online ). (http://www.iosrjournals.org/iosr-jestft/papers/vol1issue6/C0161318.pdf?id=3594). Diakses pada 27 November 2016.