Raih Kembali Akreditasi A, Departemen Teknik Fisika Terus Berbenah

Berita Utama 1

Edisi 1 : April 2018

NEWSLETTER
Departemen Teknik Fisika ITS

Raih Kembali Akreditasi
A, Departemen Teknik
Fisika Terus Berbenah
Departemen Teknik Fisika ITS kembali menyambut visitasi tim asesor
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Senin-Selasa (56 Maret) lalu. Dengan kenaikan signifikan sebesar 15 poin, salah satu
departemen di bawah naungan Fakultas Teknologi Industri ini sukses
meraih kembali label akreditasi A untuk Program Studi Sarjana (S1).
Prestasi ini telah disahkan dengan surat keputusan nomor 653/SK/BANPT/Akred/S/III/2018 yang berlaku hingga Maret 2023.
Tidak hanya program studi (prodi) strata 1, kabar bahagia datang juga dari
pendidikan pascasarjana Teknik Fisika. Berdiri sejak tahun 2008, prodi
strata 2 ini kembali berhasil meraih nilai akreditasi A dengan nomor surat
keputusan 631/SK/BAN-PT/Akred/M/II/2018.
Beberapa aspek yang diperhatikan dalam penilaian akreditasi program
studi adalah visi, misi, dan tujuan, sistem pengelolaan, mahasiswa dan

alumni, dosen, kurikulum, sarana dan prasarana, serta penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Selain penilaian melalui berkas, tim
asesor BAN-PT untuk prodi S1 yang dipimpin Dr. Cuk Imawan dan Dr.
Ahmad Agus Setiawan, serta asesor prodi S2, Dr. Sihana dan Dr.
Nugroho Sulami melihat kondisi langsung lingkungan kampus
Departemen Teknik Fisika dan suasana akademik yang meliputinya.
Ditemui di ruang kerjanya, Kepala Prodi S1 Teknik Fisika, Hendra
Cordova ST. MT. mengungkapkan beberapa hal terkait proses akreditasi
ini. Hendra mengaku suksesnya akreditasi kali ini merupakan buah dari
pembenahan kuantitas publikasi jurnal. Tentu saja salah satunya adalah
tuntutan pengelolaan publikasi jurnal ilmiah secara elektronik. "Apalagi
saat ini BAN-PT menerapkan Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi Online
(SAPTO). Alhamdulillah kemarin kami pun mendapat apresiasi
mengenai baiknya pengisian mandiri SAPTO." tukas Hendra.
Dirinya pun menekankan bahwa pentingnya akreditasi departemen akan
kembali kepada mahasiswa baik saat mencari pekerjaan maupun saat
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. "Semua mahasiswa harus
menyadari pentingnya akreditasi dan pada akhirnya saling bekerja sama,"
ujar alumni Teknik Fisika ITS tahun 1992 ini.


Perolehan nilai akreditasi A pada kedua prodi merupakan prestasi
yang membanggakan dan merupakan hasil kerja keras berbagai
pihak. "Ini juga merupakan pencapaian tersendiri, kami membenahi
berbagai bidang termasuk terkait alumni sebagai stakeholder,"
ungkap Hendra.
Targetkan AUN-QA 2019 dan Persiapan Ekuivalensi
Kurikulum
Perolehan akreditasi tingkat nasional dari BAN-PT ini juga
merupakan awal untuk mempersiapkan akreditasi tingkat
selanjutnya. Ditanya mengenai persiapan tersebut, Hendra bertutur
bahwa Departemen Teknik Fisika tengah menargetkan akreditasi
Asean University Network Quality (AUN-QA) Januari 2019
mendatang. "Rencananya bersama departemen Perencanaan
Wilayah dan Tata Kota, Matematika, serta Teknik Kelautan.
Tentunya ini salah satu bentuk mengusung visi ITS sebagai World
Class University." ungkap pria asal Jember ini.
Dalam akreditasi ini, lanjut Hendra, ada beberapa elemen yang
menjadi fokus utama. Diantara ialah kemahasiswaan, persebaran
alumni, manajemen administrasi, infrastuktur, dan sumber daya
manusia meliputi tenaga kependidikan, dosen, serta profesor.

Mempersiapkan akreditasi tingkat ASEAN tentu tak mudah, apalagi
dengan adanya rencana pergantian kurikulum pada semester gasal
2018/2019 mendatang. "Banyak hal perlu disesuaikan. Di Teknik
Fisika sendiri, kami menyiapkan tim khusus yang dipimpin Prof. Dr.
Aulia Siti Aisjah dari Kantor Penjaminan Mutu," ungkap dosen
bidang Rekayasa Instrumentasi ini. (saa/rfa)

2 Riset

Sensor Pernapasan Berbasis Serat Optik,
Inovasi Dosen Teknik Fisika ITS
Melihat minimnya alat deteksi pernafasan di Indonesia, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membuat karya
inovatif dengan nama Serat Optik untuk Napas (Senapas). Alat yang
dikembangkan oleh Agus Muhamad Hatta, S.T, M.Si, Ph.D bersama
Laboratorium Rekayasa Fotonika Departemen Teknik Fisika ITS ini
merupakan sensor yang mampu mendeteksi ragam pernafasan
dengan menggunakan serat optik sebagai bahan utama.
Serat optik adalah saluran transmisi sejenis kabel yang terbuat dari
kaca atau plastik. Alat ini sangat halus, diameternya kurang lebih 120

mikrometer, ukurannya lebih tipis dari sehelai rambut. Kabel tipis ini
dapat digunakan untuk menghantarkan sinyal cahaya dari suatu
tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya
adalah laser atau Light-Emitting Diode (LED).
Cahaya yang ada di dalam serat optik juga tidak akan keluar karena
indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara,
sehingga kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi. Bahan serat
satu ini sangat bagus untuk digunakan sebagai saluran komunikasi.
Serat optik ini diletakkan dalam masker oksigen yang terhubung
dengan Liquid Crystal Display (LCD). Karena penggunaan serat
optik sebagai sensor, Senapas dapat mengukur kualitas pernafasan
secara langsung dari masker oksigen yang dikenakan ke monitor
display.
Dosen yang kerap disapa Hatta ini menerangkan, serat optik dipilih
sebagai sensor karena ringan, kecil, dan praktis. Bentuknya yang
kecil membuat Senapas dapat digunakan kapanpun dan dimanapun.
Selain itu, sifat serat optik juga kebal terhadap medan
elektromagnetik sehingga aman digunakan di lingkungan Magnetic
Resonance Imaging (MRI).


Hatta mengatakan, di Indonesia sendiri terdapat produk pendeteksi
pernafasan yang sejenis tetapi masih analog. Bahan yang digunakan
juga menggunakan elektroda sebagai sensor sehingga kurang baik
jika digunakan dalam medan beradiasi seperti MRI. ”Ukuran alatnya
juga masih besar. Disini, saya dan tim hanya ingin menawarkan
solusi atas masalah tersebut,” ujarnya.
Untuk menunjang penelitiannya, Hatta bekerjasama dengan
beberapa pihak seperti medis untuk menguji kelayakan alat ini.
“Secara teknis, alat ini sudah bekerja dengan baik. Kami biasa
mengujikan kepada mahasiswa terlebih dahulu,” tutur Hatta. “Ibarat
satu sampai sepuluh. Alat ini sudah mencapai angka tujuh,” lanjutnya
kemudian.
Pria berkulit putih ini mengatakan, Senapas hanya butuh sedikit
pembenahan dari segi kemasan. Ia juga mengaku mendapat kendala
untuk mendapatkan komponen karena minimnya industri
elektronika di Indonesia. Ia berharap, alat ini bisa dikomersilkan
secara bebas meskipun nilai jual alat ini cukup mahal. “Sistem
penampil datanya yang cukup mahal. Untuk masker oksigennya
murah. Sekali pakai, buang,” ujar Hatta.
Diakhir, Hatta menerangkan bahwa alat deteksi pernafasan itu

penting adanya. Tidak hanya untuk analisis kedokteran, tetapi juga
analisis psikologi, atau ketahanan pekerja di Industri. “Dalam
industri pertambangan contohnya, kondisi penambang yang ada di
bawah tanah bisa diamati dengan alat deteksi pernafasan ini secara
langsung. Mendeteksi kondisi kebugaran atlit, atau kasus-kasus
lain,” pungkas Hatta menutup penjelasannya.(nov)

Apa Kabar Teknik Fisika?

Kenali Teknologi
Instrumentasi Terkini
Bersama Alumni
Selasa (13/03), Departemen Teknik Fisika
ITS kembali mendapatkan kunjungan dari
alumninya yang telah sukses berkiprah di
dunia Industri. Kali ini, dua orang alumni
yang hadir adalah engineer dari PT
Yokogawa Indonesia yaitu Bapak Ir. Sonny
Prijantono dan Ibu Lusie Triana, S.T. Beliau
hadir di Ruang Sidang Departemen Teknik

Fisika ITS dalam rangka Workshop
Fieldbus Foundation Engineering and
Safety Instrumentation System.
Materi tentang Fieldbus Foundation
Engineering disampaikan oleh Bapak
Sonny. Lulus dari Teknik Fisika ITS pada
tahun 1994, beliau kini berperan sebagai
DCS & Solutions Specialist di Technical
Division. Beliau menyampaikan
perkembangan teknologi Fieldbus
Foundation yang merupakan bagian dari
Field Digital Communications, atau
protokol komunikasi antara berbagai
instrumen pengukuran yang ada di lapangan
dengan operator di ruang kontrol. Sebagai
protokol komunikasi dua arah yang
melibatkan intelligent instrument, Fieldbus
merupakan teknologi yang paling banyak
digunakan saat ini, seperti halnya HART
Protocol dan Wireless.


Ketiganya sudah menggeser teknologi
sebelumnya yaitu pneumatik dan analog.
Selain pengertian dan karakteristik dari
Fieldbus Foundation, peserta juga
dikenalkan tentang keuntungan penggunaan
teknologi baru ini didalam industri bila
dibandingkan dengan instrumen analog.
Sama menariknya dengan materi
sebelumnya, materi kedua yaitu Safety
Instrumentation System (SIS) juga
membahas aplikasi dari ilmu Teknik Fisika
di bidang industri. SIS merupakan
pencegahan kecelakaan pada suatu pabrik
untuk menjaga baik aspek masyarakat,
lingkungan, dan bisnis didalam dan disekitar
lingkup pabrik tersebut. Materi yang
disampaikan Ibu Lusie, sebagai seorang SIS
Lead Engineer, meliputi perbedaan SIS
dengan DCS, bagaimana hierarki dari SIS,

bagaimana cara memasang safety system,
dan bagaimana menghitung nilai fault
tolerant.
Workshop ini memberikan manfaat kepada
mahasiswa karena memberikan pandangan
lebih terkait aplikasi dari ilmu instrumentasi
yang diajarkan di bangku kuliah. “Saya rasa
materinya menarik karena sangat menjurus
ke dunia kerja, dengan penjelasan yang lebih
konkrit.” komentar Iman Ramacaesar, salah
satu peserta workshop dari angkatan 2014.
Para peserta juga cukup antusias mengikuti
rangkaian acara hingga selesai karena materi
yang disampaikan berkorelasi dengan mata
kuliah yang sedang dipelajari.

Ajang untuk mengapresiasi para mahasiswa
yang telah berhasil menyelesaikan beban
studi 144 sks di Departemen Teknik Fisika
(TF) Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(ITS) tersebut biasa dikenal dengan
Tasyakuran Wisuda (TW). Tak ubahnya
suatu budaya, arak-arakan wisudawan
menjadi suatu kegiatan yang selalu
mengiringi prosesi wisuda di Teknik Fisika
setiap tahunnya.
M u h a m m a d R i z q i L a z u a r d y, k e t u a
pelaksana
dari TW 117 ini mengatakan
Dalam wisuda 117 ini, TF ITS berhasil
bahwa
memang
disetiap acara TW, TF selalu
meluluskan 39 mahasiswanya dimana empat
m
e
m
b
e
r

i
s
a
j
i a n b e r b e d a . “ Ta h u n
diantaranya berhasil meraih predikat pujian.
sebelumnya
kan
mengusung tema retro,
Tentu bukan hal mudah bagi seorang
sekarang
kami
juga
memasang tema yang
mahasiswa untuk berada di titik ini.
sejenis
tapi
tidak
sama,”
tuturnya. “Kami
Karenanya, kebahagiaan wisudawan ini
juga
pernah
mengusung
tema galaxy,”
patut dirayakan bersama di departemen.
lanjutnya
kemudian.
Dikonsep langsung oleh mahasiswa baru

2017, TW kali ini mengusung tema Surabaya
90-an. Bergaya ala Dilan dalam film Dia
adalah Dilanku 1990 yang saat ini sedang
naik daun, pasukan mahasiswa TF ITS
menjemput wisudawan dari Graha Sepuluh
Nopember ke departemen menggunakan
jaket denim berwarna senada.

Ia mengatakan, untuk mempersiapkan TW
ini, ia dan rekan-rekannya butuh waktu yang
cukup lama. “Kami selaku adik ingin
memberikan yang terbaik atas bantuan
kakak-kakak selama ini di Teknik Fisika,
seperti praktikum, tutor untuk akademik dan
banyak hal lain.” papar Lazu.

3

Seorang peserta lain, Chervilia Pradita
mengemukakan bahwa kedua materi yang
disampaikan semuanya ada pada mata kuliah
Teknik Fisika. “Untuk SIS ada di matkul
Proteksi dan Keamanan, sedangkan fieldbus
mungkin termasuk di Desain Instrumen.”
Chervi juga menambahkan, “Pemateri
menjelaskan dengan sangat baik. Saya
berharap lebih sering diadakan kuliah tamu
atau workshop seperti ini.”
Antusiasme peserta juga dirasakan oleh
pihak panitia dari Departemen
Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) HMTF
ITS yang membantu pada persiapan teknis
dan publikasi. “Banyak sekali peserta yang
hadir pada workshop kali ini. Bahkan,
beberapa mahasiswa tidak bisa mengikuti
kuliah tamu karena keterbatasan kapasitas
ruang. Tentunya akan diadakan perbaikan
kedepan karena kegiatan ini termasuk
program kerja kami, yaitu sharing session.”
ungkap Asma'ul Husna, perwakilan dari
Kesma HMTF ITS. (rfa)

TW 117, Bentuk
Apresiasi dari
Mahasiswa TF
untuk Wisudawan
Memang, arak-arakan adalah acara yang
ditunggu dengan beragam keseruannya.
“Banyak keseruan yang terjadi, bisa disimak
dari beberapa momen yang sudah
diabadikan,” pungkas Lazu sambil
tersenyum.(nov)

4 Apa Kabar Teknik Fisika?
Semakin hari, persaingan dunia kerja
semakin ketat. Dibutuhkan kecermatan
dalam menentukan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan dan keahlian yang
dimiliki. Selain itu diperlukan pula strategi
untuk mendapatkan pekerjaan tersebut, dan
yang tak kalah penting, bekal dalam
menghadapi kerasnya dunia kerja juga perlu
dipertimbangkan. Tak sedikit mahasiswa
tingkat akhir yang khawatir dengan
keberlangsungan karir mereka ketika
menyandang gelar fresh graduate nanti.
Untuk menjawab kekhawatiran tersebut,
Departemen Kesejahteraan Mahasiswa
HMTF ITS 2017/2018 mengadakan
Kegiatan Job Peraparation, 3 Maret 2018, di
Ruang Sidang Teknik Fisika ITS.
Kegiatan yang diperuntukkan khusus untuk
Mahasiswa Teknik Fisika ITS tahun terakhir
ini mendatangkan 3 pemateri, yaitu Ibu
Rustini Hendra Wardani, S.Psi (Bidang
Psikologi dan Bimbingan Karir) sebagai
pemateri CV Training, Radifan Hassan
(President ITS MUN Club) sebagai pemateri
FGD Training, dan yang terakhir adalah Ibu
Endang Tri Handajani (Alumni Teknik
Fisika ITS-General Manager Human
Capital Management and Corporate

Bekerjasama dengan Microenergy
Systems (MES) Research Group dari
Technical University Berlin, Departemen
Teknik Fisika ITS bergabung sebagai
salah satu tuan rumah The MES 2018
Travelling Conference. Workshop yang
telah diselenggarakan di beberapa negara
termasuk Singapura, Malaysia, dan
Filipina ini diadakan pada 23-24 Februari
2018, di Ruang Pascasarjana Teknik
Fisika ITS. Workshop ini mengangkat
tema “MicroPerspectives for
Decentralized Energy Supply”, dan
terdiri dari kegiatan workshop di kelas
serta field trip ke pembangkit listrik
Micro-Hydro (MHP) yang berlokasi di
PPLH Seloliman, Mojokerto.
Kegiatan workshop MES 2018 dipandu
oleh beberapa peneliti Technical
University Berlin, Jerman dan diikuti
oleh mahasiswa pascasarjana dari
berbagai departemen di ITS yang
memiliki ketertarikan untuk
mengembangkan keilmuan di bidang
Rekayasa Energi. Salah satu mahasiswa
internasional di Pascasarjana
Departemen Teknik Fisika ITS, Pierre
Damien, mengungkapkan bahwa
kegiatan ini sangat menarik karena
memberikan pengetahuan baru untuk
energy assessment matrices.

University PT. United Tractors Tbk.) sebagai
pemateri Interview simulation. Selain
pemberian materi, dalam Job Preparation ini
juga dilakukan simulasi pada setiap sesi
materi.
Ditemui usai kegiatan, Achmad Syarif
Hidayat, salah satu peserta Job Preparation,
mengungkapkan dari kegiatan ini, banyak tips
dan trik serta pengalaman yang didapat.”Awal
mula ikut acara ini ingin tahu apa saja sih
persiapan-persiapan yang harus dilakukan
untuk menyambut dunia kerja. Dan dari acara
ini pula saya bisa dapat tips dan trik untuk
seleksi dunia kerja. Selain itu saya juga dapat
pengalaman interview, mengetahui apa
kelebihan dan kekuranagn diri saya.” tuturnya.

Persiapkan Dunia
Kerja Melalui Job
Preparation

Selain Achmad, seorang peserta lain,
Fatmawati Mala, juga mengungkapkan
antusiasmenya dalam mengikuti Job
Preparation. “Awal mula ikut acara ini sih
penasaran sama tips dan trik dalam FGD dan
interview. Selain itu juga ingin cek CV-ku
apakah sudah memenuhi kriteria apa belum.
Lumayanlah bisa menambah wawasan
sekaligus buat persiapan menghadapi dunia
kerja. Soalnya setelah ini kan aku bakal
memenuhi panggilan kehidupan pasca
kampus.” tandasnya.(dfr)

Workshop MES 2018 : Memahami
Metode Baru Pengukuran Indeks
Diskusi mengenai pemerataan akses
Akses Energi
energi bukanlah sesuatu yang baru,

dimana saat ini telah dikembangkan
sistem energi terdesentralisasi, yaitu
bagaimana setiap daerah memiliki akses
energi masing-masing tergantung potensi
daerah tersebut, tidak hanya bergantung
pada distribusi energi dari pemerintah
pusat. Hal ini menyebabkan metode
energy assessment konvensional yaitu
penggolongan akan daerah terdistribusi
energi (khususnya listrik) dan daerah
yang belum memiliki akses energi akan
semakin memudar dan tidak lagi relevan.
Metode baru Worldbank's Multi-Tier
Framework (MTF) diperkenalkan untuk
menggolongkan akses energi dari suatu
wilayah, kelompok masyarakat, atau
perusahaan kedalam Tier / level yang
memiliki kriteria tertentu berdasarkan
ketersediaan listrik, air bersih, sumber
energi untuk memasak, penerangan, dan
lain-lain. Metode ini dapat membantu
akademisi, pengusaha, investor, dan
pengambil kebijakan untuk
mengidentifikasi seberapa baik
ketersediaan energi di suatu wilayah.

Ilustrasi tentang MTF ditunjukkan oleh gambar
berikut. Alih-alih hanya dipandang sebagai
wilayah “dengan akses” atau “tanpa akses”, setiap
konsumen dapat dikategorikan dalam tier tertentu
untuk identifikasi lebih lanjut.

bersambung ke hal.6

Prol

5

Kisah Kecil Tutug, Berkarir,
Tanpa Henti Berkarya

Surabaya, 13 Juni 1952, disebuah rumah sederhana di daerah
Petemon, Tutug Dhanardono dilahirkan. Tidak lama, 35 hari
kemudian, ia dan keluarga diboyong dan berpindah ke Simo
Sidomulyo Gang 7 No. 11. Rumah berbahan kayu jati ini menjadi
saksi masa kecil dosen Teknik Fisika ITS yang sarat akan canda itu.
Oleh sesama dosen maupun mahasiswanya, beliau akrab disapa Pak
Tutug. Sebagai putra jawa asli, tentu Pak Tutug paham mengenai arti
nama yang orang tuanya beri ini. “Tutug berarti selesai, Dhanar itu
terang atau jelas, sedang Dono adalah beri.” terangnya. “Apabila
disambung, nama saya ini memiliki arti memberi penjelasan hingga
selesai,” lanjutnya. Beliau nampak antusias bercerita perihal hidup
dan masa mudanya.

Tutug kecil amat gemar bermain. Kampung Simo Sidomulyo dulu
begitu sepi. Saat itu, belum banyak keluarga yang menjadi penghuni
di kampung tersebut. Jarak antara setiap rumah masih sangat
renggang. Bukan hanya karena penduduk yang sedikit, tidak adanya
pagar yang menutup rumah membuat suasana antar tetangga berasa
akrab. Berbeda dengan sekarang, sudah banyak rumah berdiri. Simo
Sidomulyo nampak padat. Pagar yang melingkupi pun seolah
menutup setiap celah yang ada.
Lulus dari sekolah dasar, Pak Tutug melanjutkan pendidikan ke SMP 4
Siang. Dikatakan demikian karena dipagi harinya, sekolah ini adalah
SMPN 4 Surabaya. Sedang siangnya, adalah sekolah swasta, yaitu
SMP 4 Siang ini. Pak Tutug sadar, beliau gagal masuk SMP Negeri
dikarenakan terlalu sering bermain. Karenanya, saat SMP, beliau
belajar sedikit lebih giat. Pak Tutug sangat suka dengan mata
pelajaran ilmu ukur (geometri). “Ini adalah mata pelajaran favorit
saya. Saya selalu menjadi juara dalam mata pelajaran ini.” paparnya.
Karena lulus SMP dengan nilai bagus, Pak Tutug diperbolehkan
memilih sekolah SMA di Surabaya. Atas beberapa pertimbangan,
beliau kemudian memilih SMAN 5 Surabaya sebagai labuhan. Beliau
kemudian masuk ITS FIPIA pada tahun 1973 sebagai angkatan
kedelapan (F8). “Kalau tidak salah waktu itu ada 150 peserta yang
mendaftar menjadi mahasiswa. Hasilnya yang diterima 147 orang dan
sisanya hanya 3 orang yang gugur.” terangnya. Beliau menduga,
ketiga calon mahasiswa yang tidak diterima tersebut tidak hadir saat
tes.
Pria berperawakan ramping ini menerangkan, sewaktu SMA, nilai fisika adalah nilai paling rendah di rapornya. Dengan percaya
diri dan mantap, Pak Tutug memilih jurusan Fisika. Beliau merasa tertantang dan ingin lebih banyak belajar tentang Fisika dan
memahaminya.
Karena saat itu FIPIA ITS sedang membutuhkan tenaga pengajar, Pak Tutug pun memutuskan untuk menjadi dosen setelah tugas
akhirnya selesai. Sebuah ciri khas, Pak Tutug sangat senang bila harus mengajar dihari pertama perkuliahan. “Mereka
(mahasiswa, red.) nampak kesal setelah libur tiga bulan lamanya dan harus bertemu saya kembali. Saya paham itu,” ujar Pak
Tutug. Pak Tutug mengatakan, beliau tidak pernah merasa kesal dengan mahasiswa yang nakal. “Namanya juga anak muda, saya
dulu juga begitu,” ungkapnya sambil tersenyum. Justru, dengan mereka yang seperti itu, beliau ingin merangkul agar mereka
lebih bertanggung jawab atas masa depannya sendiri. “Setiap dosen memang memiliki cara pandangnya masing-masing,”
ungkap beliau.

6 Prol
Sebagai seorang dosen, tentu Pak Tutug memiliki banyak
penelitian. Beberapa dari penelitiannya ini sudah pernah
dipublikasikan. Berikut data penelitian Pak Tutug :
Periode

Judul

1991-1992

Analisa Karakteristik Akustik Theater C Kampus
ITS Sukolilo

1992-1993

Analisis Pengaruh Pemakaian Windscreen Pada
Alat Ukur Bunyi Terhadap Hasil Pengukuran

1994-1995

Simulasi Kebisingan Kereta Api Penumpang
Dengan Menggunakan Komputer

1996-1997

Perancangan Ruang Semi Bebas Gema
Laboratorium Akustik dan Vibrasi Teknik Fisika ITS

2007-2008

Penurunan Hubungan Matematis antara Tingkat
Kebisingan Lalu Lintas di Jalan Embong Malang
dan Waktu

2015-2017

Rancang Bangun Perangkat Sonar Sebagai Bagian
Alat Utama Sistem Senjata Bawah Air

Yang masih berkesan bagi Pak Tutug, beliau pernah membuat penelitian, tetapi salah judul. “Dulu, saya pernah mempelajari
tentang hubungan tebal dan panjang bambu dengan suara yang dihasilkan oleh gambang (alat musik tradisional),” ujar Pak Tutug
memulai cerita. Tetapi, saat itu, beliau menyebut alat musik tersebut dengan piano di penelitiannya. Waktu itu, penelitian ini
sudah terlanjur diuji oleh Wakil Rektor. Waktu sidang di depan penguji, Pak Tutug kebingungan. “Saya tidak punya gambang,
juga piano,” ucapnya menahan tawa. Akhirnya, Pak Tutug membawa mainan gambang plastik milik anaknya. Melihat piano unik
ini, tim dosen penguji penelitiannya tertawa. (nov)
Lanjutan dari hal.4
Menurut Damien, bagian yang menarik dari rangkaian acara workshop ini adalah
kunjungan ke Seloliman karena peserta dapat melihat langsung dan memahami seputar
akses dan sumber energi di daerah perdesaan (rural area). “It opened our eyes about many
things, especially energy access.” katanya. Pembangkit listrik Micro-Hydro (MHP)
sendiri merupakan salah satu contoh nyata sumber listrik terdesentralisasi dan
penyumbang energi listrik skala kecil yang banyak digunakan di daerah aliran sungai
untuk membantu aktivitas masyarakat sekitar. Proses energy assessment yang dilakukan
tentunya harus memperhitungkan keberadaan dan spesifikasi MHP.
Secara umum, penyelenggaraan workshop ini sukses dan membuka wawasan bagi
peserta. Selain itu, kesempatan untuk mengadakan kolaborasi dalam riset, proyek, atau
workshop yang lain kini terbuka luas antara Departemen Teknik Fisika ITS dan MES
Research Group dari Technical University Berlin. (rfa)

Redaksi
Penanggung Jawab :
Agus M. Hatta, Ph.D
Reporter :
1. Rima Fitria Adiati
2. Dina Firdiana R
3. Novita Amalia
4. Saarah Savira M
redaksi.tfmedia@gmail.com