Application of neem extract by alcohol solution to brown plant hopper mortality (Nilaparvata lugens Stal.)

Proseeding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Malang, 1-2 Oktober 2015

Aplikasi ekstrak mimba dengan pelarut alkohol terhadap mortalitas wereng
batang cokelat (Nilaparvata lugens Stal.)
Nova Laili Wisuda1*
1

Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus
*

Gondangmanis, Bae Kudus PO. BOX 53 Kode Pos 59352.
Telp. (0291) 438229 Fax (0291) 437198
*

Email : ova.wisuda@gmail.com

Application of neem extract by alcohol solution to brown plant hopper
mortality (Nilaparvata lugens Stal.)
Abstract

The brown planthopper (BPH) is an important pest in rice that easily become resistance to
conventional insecticides. The neem is a plant potentially able used as botanical pesticide to
control particular insects. Active ingredients of neem are azadirachtin, melantriol and nimbidin
as digest target site and ecdysone blocker, however less study about neem application to BPH.
This research aimed to determine relationship between neem application and BPH mortality.
The population of BPH used was an susceptible population reared in Plant Protection
Laboratory, Agriculture Faculty, Muria Kudus University. The Pandan Wangi variety was
commonly used by farmers, thus it used as host for mass rearing of BPH. The neem used in this
research was from surrounding Muria Kudus University that was extracted using alcohol by
evaporation method. The treatment of neem concentrations were used: 20%, 10%, 5%, 2.5% and
0% using dipping method. CRD was used for research and data were analyzed by ANOVA and
then LSD (α = 5%). The highest mortality was from 20% concentration. The mortality decreased
27% in second days after application and there was no mortality in forth days. Therefore, the
LC50 in 24 hours after application was 38.01% and application of extracted neem was only
effective until third days after application.
Keywords: , botanical insecticide, azadirachtin

Proseeding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Malang, 1-2 Oktober 2015

Abstrak

Wereng Batang Cokelat (WBC) merupakan hama utama pada pertanaman padi dan sering terjadi
resistensi pada beberapa insektisida kimia. Mimba adalah tanaman yang memiliki potensi
sebagai insektisida nabati yang cukup efektif terhadap pengendalian beberapa hama. Mimba
memiliki bahan aktif seperti azadirachtin, melantriol dan nimbidin yang memberi efek racun dan
ecdysone blocker namun kajian aplikasinya untuk pengendalian WBC masih belum banyak.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan aplikasi mimba terhadap mortalitas WBC.
WBC yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi peka laboratorium proteksi tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Muria Kudus. Varietas padi yang digunakan adalah Pandan
wangi karena merupakan varietas yang sering digunakan petani. Mimba yang digunakan adalah
yang hidup di lingkungan kampus Universitas Muria Kudus dimana diekstrak dengan
menggunakan alkohol dengan metode penguapan. Konsentrasi mimba yang digunakan 20%;
10%; 5%; 2,5% dan 0%, metode uji yang digunakan adalah celup pakan dan desain percobaan
rancangan acak lengkap (RAL) dianalisa dengan ANOVA dan diuji lanjut LSD taraf 5%. Hasil
penelitian ini adalah konsentrasi 20% memiliki hasil terbaik dan semua perlakuan mimba
berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Pada pengamatan waktu retensi racun terlihat
bahwa terjadi penurunan 27% mortalitas WBC pada hari ke-2 setelah aplikasi dan tidak ada
mortalitas pada hari ke-4. Kesimpulan penelitian ini adalah didapatkan LC50 pada 24 jam setelah
aplikasi ekstrak mimba pelarut alkohol pada konsentrasi 38,01% dan efektivitas racun mimba
pada WBC terlihat pada 96 jam setelah aplikasi yaitu dengan LC50 6,77%.
Kata kunci : insektisida, nabati, hama, padi


Abstract
The rice brown planthopper (BPH) is an important pest in rice that easily become resistance to
conventional insecticides. The neem is a plant potentially able used as botanical pesticide to
control particular insects. Active ingredients of neem are azadirachtin, melantriol and nimbidin
as digest target site and ecdysone blocker, however less study about neem application to BPH.
This research aimed to determine relationship between neem application and BPH mortality. The
population of BPH used was an susceptible population reared in Plant Protection Laboratory,
Agriculture Faculty, Muria Kudus University. The Pandan Wangi variety was commonly used by
farmers, thus it used as host for mass rearing of BPH. The neem used in this research was from
surrounding Muria Kudus University that was extracted using alcohol by evaporation method.
The treatment of neem concentrations were used: 20%, 10%, 5%, 2.5% and 0% using dipping
method. CRD was used for research and data were analyzed by ANOVA and then LSD (α =
5%). The highest mortality was from 20% concentration. The mortality decreased 27% in second
days after application and there was no mortality in forth days. Therefore, the LC50 in 24 hours

Proseeding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Malang, 1-2 Oktober 2015

after application was 38.01% and application of extracted neem was only effective until third
days after application.

Keywords: , botanical insecticide, azadirachtin
PENDAHULUAN
Ketahanan pangan merupakan salah satu isu nasional yang sangat penting sehingga
memerlukan penanganan serius agar tidak mengalami krisis pangan. Organisme pengganggu
tanaman (OPT) merupakan salah satu penghambat peningkatan produksi pertanian, hal ini sangat
berdampak pada komoditas penting seperti padi. Produksi padi tahun 2014 menurut BPS (Badan
Pusat Statistik) sebanyak 70,83 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami penurunan
sebesar 0,45 juta ton (0,63 persen) dibandingkan tahun 2013 (Anonim 2015). Penurunan hasil
padi terjadi sebagian besar terjadi karena cuaca dan serangan OPT.
Wereng Batang Coklat (WBC) merupakan hama klasik yang sudah menjadi momok
petani sejak lama dimana menjadi masalah dalam usaha produksi padi di Indonesia. Hama ini
termasuk ordo Homoptera, Sub ordo Auchenorrhyncha, Infra ordo Fulgoromorpha, Famili
Delphacidae, Genus Nilaparvata, dan spesiesnya Nilaparvata lugens Stal. Ledakan hama WBC
juga dipicu oleh penggunaan insektisida kimia yang bukan sasaran oleh lebih 90% petani di
Indonesia, data lain menunjukkan 60% petani SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama
Terpadu) dan 65% petani non-SLPHT menggunakan insektisida, baik yang dianjurkan maupun
yang tidak dianjurkan, secara keliru (Baehaki & Mejaya 2014). Ikatan erat antara WBC dan
insektisida kimia terjadi sejak tahun 80-an, dimana hal ini yang memicu resistensi dan
munculnya biotipe baru.
Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan bahan nabati yang memiliki kemampuan


anti-bacterial dan insektisidal, sehingga dapat digunakan sebagai pengendali OPT pada budidaya
pertanian. Mimba dapat tumbuh baik di daerah panas dengan ketinggian 1-700 m dpl dan tahan
cekaman air (Kardinan 2002). Menurut Debashri dan Tamal (2012), semua bagian dari pohon
mimba memiliki aktivitas pestisida. Biji dan daun mimba mengandung empat senyawa kimia
alami yang aktif sebagai pestisida, yaitu azadirachtin, salanin, meliatriol, dan nimbin.
Senyawa Azadirachtin dapat menghambat pertumbuhan serangga hama, mengurangi nafsu
makan, mengurangi produksi dan penetasan telur, meningkatkan mortalitas, mengaktifkan
infertilitas dan menolak hama di sekitar pohon mimba (Rukmana & Oesman 2002). Ekstrak

Proseeding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Malang, 1-2 Oktober 2015

mimba yang terbuat dari daun, bunga, dan biji mimba dapat digunakan untuk mengendalikan
berbagai jenis hama, misalnya Helopelthis sp., ulat jengkal, Aphis sp., Nilarvata sp., dan
Sitophilus sp. Daun mimba juga dapat meningkatkan mortalitas larva nyamuk (Maragathavalli et
al., 2012). Bahan aktif ini terdapat di semua bagian tanaman, tetapi yang paling tinggi terdapat
pada bijinya (Kardinan 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan ekstrak
daun mimba terhadap WBC dilihat dari LC50 dan lama kematian.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muria
Kudus (UMK) pada bulan April - Juni 2015.
Prosedur Umum Penelitian
Pembiakan Massal WBC
Pembiakan massal dilakukan di laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian UMK
menggunakan WBC populasi peka yang didatangkan pada bulan Januari 2015 dari laboratorium
Toksikologi Fakultas Pertanian UGM yang dibiakkan sejak tahun 1985. Dilakukan penstabilan
populasi dari bulan Januari- Maret 2015, sehingga WBC yang digunakan dalam kondisi yang
seragam.
Ekstraksi Daun Mimba
Daun mimba akan sebanyak 125 g dihaluskan, kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Tambahkan 1 liter alkohol 70% ke dalam erlenmeyer tutup dengan plastik dan
kaitkan dengan karet. Kemudian digojok dengan shaker selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah
24 jam disaring dengan kertas saring pada corong kaca. Pemurnian ekstrak kemudian dilanjutkan
dengan penguapan pada water bath Penguapan dilakukan hingga tersisa ½ bagian dari volume
awal pada suhu 70ᵒC selama 4 jam Setelah penguapan selesai didapatkan ekstrak pekat.
Uji Insekisida Nabati Mimba pada WBC
Perlakuan uji yang akan dilakukan adalah konsentrasi ekstrak mimba maupun mahoni
mulai dari 20%; 10%; 5%; 2,5%; dan 0% dengan menggunakan pelarut air kran diulang


Proseeding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Malang, 1-2 Oktober 2015

sebanyak 4 kali per perlakuan. WBC yang diamati 5 nimfa (instar 3) dan 5 imago. Metode uji
yang digunakan adalah pencelupan, yaitu dengan cara pakan (padi umur 14 hari) dicelupkan
selama 5 menit ke dalam larutan uji, kemudian diangkat diangin-anginkan selama 10 detik.
Kurungan kecil digunakan 3 gelas plastik sebagai wadah per perlakuan, gelas satu diberi
genangan air, gelas kedua dipotong setengah diberi 3 lubang untuk 6 bibit yang kemudian
dimasukkan ke gelas 2 tutup dengan gelas 3 yang sudah dilubangi halus dengan jarum pentul.
Serangga uji dalam wadah perlakuan didiamkan selama 24 jam, kemudian dicatat kematian tiap
perlakuan sampai hari ke-3.
Parameter yang Diamati
Mortalitas WBC pada 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam dengan menggunakan koreksi Abbot
karena kematian lebih dari 5% pada kontrol.

Setelah mendapatkan % kematian maka bisa didapatkan LC50 dari regresi linier dengan
persamaan : y = ax + b dimana “y” untuk mortalitas, “x” untuk konsentrasi.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL (rancangan acak lengkap) masing- masing
perlakuan dilakukan 4 ulangan dimana semua data disidik ragam dan diuji lanjut dengan LSD

taraf 5%.

Proseeding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Malang, 1-2 Oktober 2015

HASIL
Mortalitas WBC pada 24 jam setelah aplikasi didapatkan hasil kematian tertinggi 34,38%
pada konsentrasi 20% dengan tidak berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak mimba yang lain
tetapi berbeda nyata terhadap kontrol (tabel 1). Pada 48 jam setelah aplikasi kematian tertinggi
25% pada konsentrasi 20% namun kali ini berbeda nyata dengan konsentrasi 2,5% dan kontrol,
dimana konsentrasi 2,5% berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 1). Data mortalitas WBC 72 jam
setelah aplikasi memiliki trend yang sama dengan kondisi 48 jam setelah aplikasi (Tabel 1).
Tabel 1. Data Mortalitas WBC (%)
Konsentrasi
(%)
0
2.5
5
10
20


Waktu setelah aplikasi (Jam)
48
72

24

96

0.00

b

0.00

c

0.00

c


0

21.88

a

12.50

b

12.50

b

0

28.13

a


15.63

ab

15.63

ab

0

28.13

a

21.88

ab

21.88

ab

0

Total
0
46.88
59.38
71.88
84.38

34.38 a
25.00 a
25.00 a
0
Keterangan : nilai yang diikuti huruf sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata pada LSD taraf 5%.

c
b
b
a
a

Sedangkan pada 96 jam setelah aplikasi tidak ada kematian pada semua perlakuan. Total
kematian tertinggi setelah 96 jam aplikasi juga terjadi pada konsentrasi 20% dimana mortalitas
mencapai 84,38%. Terlihat dari trend kematian berdasarkan waktu terlihat bahwa mortalitas
terjadi hanya sampai 72 jam setelah aplikasi ekstrak mimba. Sedangkan untuk data kematian per
hari pada konsentrasi ekstrak 20% dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kematian pada 72 jam
dibandingkan dengan 24 jam setelah aplikasi yaitu dari 34,38% menjadi 25% angka mortalitas
WBC (penurunan mortalitas sebanyak 27%). Perhitungan regresi linier LC50 menggunakan pada
24 jam setelah aplikasi ekstrak mimba, diperoleh nilai LC50 dengan konsetrasi yang masih cukup
tinggi yaitu 38,02% (Gambar 1).

Proseeding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Malang, 1-2 Oktober 2015

45
y = 1.2812x + 12.892

Mortalitas WBC (%)

40
35
30
25
20
15
10
5
0

0

5

10

15

20

25

Konsentrasi Ekstrak Mimba (%)

Gambar 1. Regresi linier LC50 ekstrak mimba pada 24 jam setelah aplikasi
terhadap mortalitas WBC
Untuk perhitungan regresi linier LC50 pada 96 jam setelah aplikasi diperoleh nilai LC50 dengan
konsentrasi yang rendah yaitu 6,77% (Gambar 2).
100

y = 3.4063x + 26.955

90
Mortalitas WBC (%)

80
70
60
50
40
30
20
10
0

0

5

10

15

20

25

Konsentrasi Ekstrak Mimba (%)

Gambar 2. Regresi linier LC50 ekstrak mimba pada 96 jam setelah aplikasi
terhadap mortalitas WBC

Proseeding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Malang, 1-2 Oktober 2015

PEMBAHASAN
Efektivitas ekstrak mimba terhadap mortalitas WBC kemungkinan disebabkan karena
daun mimba yang mengandung senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai insektisida
dimana menurut Kardinan (2002) mimba merupakan jenis tumbuhan yang mempunyai senyawasenyawa bioaktif yang termasuk kedalam kelompok limonoid (triterpenoid) dan setidaknya
terdapat sembilan senyawa limonoid yang telah dketahui diantaranya azadirachtin, meliantriol,
salanin, nimbin, dan nimbidin. Azadirachtin tidak langsung mematikan serangga, tetapi melalui
mekanisme menolak makan, mengganggu pertumbuhan dan reproduksi serangga. Salanin
bekerja sebagai penghambat makan serangga. Nimbin bekerja sebagai anti virus, sedangkan
meliantriol sebagai penolak serangga (Subiyakto 2009).
Penelitian Ardiansyah et al. (2002) mengemukakan bahwa aplikasi ektrak daun mimba
pada anak siput murbei mengakibatkan kematian siput mencapai 98,35% pada konsentrasi
27,5%. Penelitian lain menyebutkan bahwa daun mimba dengan konsentrasi 4% mampu
menekan populasi kumbang beras Sitophilus oryzae hingga 100% (Setiawan, 2010). Hasil
penelitian Safaruddin dan Gafar (2010) menunjukkan bahwa konsentrasi 100 ml/l air ekstrak
daun mimba mampu menekan serangan hama Aphis gossypii pada tanaman kedelai (Glicyne max
L.). Potensi mimba sebagai penolak serangga penggerek batang lada (Lophobaris piperis
Marsh) juga dilaporkan oleh Sutopo (1996) dalam Soegihardjo (2007).
Hasil penelitian Boadu et al. (2011) memperkuat bahwa mimba efektif untuk
pengendalian, pada aplikasi obat nyamuk bakar ekstrak daun mimba mampu menekan gigitan
nyamuk sampai 84.5%-85%. Menurut Boadu et al. (2011) mimba aman bila terpapar pada
manusia, dimana dari koresponden yang ada hanya ada 2 kasus iritasi kulit dan tidak ada kasus
pusing pada obat nyamuk mimba sedangkan pada obat nyamuk konvensional kasus iritasi kulit
mencapai 14 kasus dan sakit kepala hingga 10 kasus.
Waktu mortalitas WBC efektif pada penelitian ini hanya sampai 72 jam setelah aplikasi
yaitu sekitar 3 hari, hal ini dimungkinkan karena penelitian ini tidak menggunakan sabun sebagai
perekat. Sabun digunakan pada ekstrak nabati sebagai emulsifier dan perekat karena biasanya
bahan nabati mengandung minyak sehingga sulit menempel pada tanaman atau sasaran. Selain
dari segi kurangnya penempelan ekstrak pada pakan, hal lain yang menyebabkan pendeknya
toksisitas ekstrak mimba adalah degradasi terjadi sebelum 96 jam setelah aplikasi penggunaan

Proseeding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Malang, 1-2 Oktober 2015

sabun juga mampu menghambat degradasi bahan nabati dari media tempel. Perbedaan LC50
antara 24 jam dan 96 jam setelah aplikasi dikarenakan oleh MoA (Mode of Action) mimba yang
berupa anti-feedant mengakibatkan WBC tidak memiliki keinginan untuk menghisap pakan yang
sudah diaplikasi dan tidak langsung mati tapi menunggu berapa hari untuk terlihat penurunan
fitness sampai akhirnya serangga itu mati. Lee et al. (2010) melaporkan bahwa azadirachtin
memiliki aktivitas antifeedant, ketika larva serangga menelan senyawa azadirachtin maka
pertumbuhan dan perkembangannya terhambat karena adanya pemblokiran hormon biosintesis
seperti ecdisteroid.
Nilai LC50 yang semakin kecil memperlihatkan tingkat kepekaan yang cukup tinggi
serangga terhadap suatu insektisida, dalam penelitian terlihat efek knock down ekstrak terlihat
setelah 72 jam aplikasi. Menurut Aradila (2009) pestisida nabati dari mimba memerlukan waktu
4-5 hari setelah perlakuan untuk dapat mematikan hama, sehingga bisa dikatakan mimba tidak
memberikan efek knock down yang cepat seperti insektisida kimia. Pada 24 jam setelah aplikasi
belum diperoleh LC50 hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bedjo (2011), bahwa
pestisida nabati memiliki daya racun yang rendah (tidak langsung mematikan serangga atau
memiliki efek lambat) dibandingkan dengan pestisida sintetik yang efektif dan cepat
menurunkan populasi hama (Jumar 2000). Keuntungan lain dari penggunaan insektisida mimba,
adalah bahan ini bersifat mudah diserap oleh jaringan tanaman, bekerja secara sistemik, sedikit
racun kontak dan aman bagi serangga musuh alami (Sunarto & Nurindah 2009).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ekstrak mimba
menggunakan pelarut alkohol cukup efektif terhadap pengendalian WBC. Nilai LC50 pada 24 jam
setelah aplikasi ekstrak mimba adalah konsentasi 38,02% dan LC50 pada 96 jam setelah aplikasi
diperoleh nilai LC50 adalah konsentrasi 6,77%. Efek knock down ekstrak mimba terlihat setelah
96 jam setelah aplikasi.

Proseeding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Malang, 1-2 Oktober 2015

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015, Produksi Padi Tahun 2014 (Angka Sementara) Diperkirakan Turun 0,63 Persen.
http://www.bps.go.id/brs/view/id/1122.
Aradilla, A.S. 2009. Uji Efektifitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba (Azadirachta indica)
Terhadap Larva Aedes aegepty. Laporan Akhir Penelitian Universitas Diponegoro.
Ardiansyah, Wiryanto & E. Mahajoeno, 2002, Toksisitas Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta
indica A. Juss) pada Anakan Siput Murbei (Pomacea canaliculata L.), bioSmart, 4(1) :
29-34.
Baehaki, S.E. & I. M. J. Mejaya, 2012. Wereng Cokelat sebagai Hama Global Bernilai Ekonomi
Tinggi dan Strategi Pengendaliannya, Iptek Tanaman Pangan 9 (1 ): 1-12.
Bedjo, 2011, Keefektifan Bahan Nabati Untuk Mengendalikan Ulat Grayak Pada Tanama
Kedelai. Artikel disajika pada Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI
Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan tanggal 7 Juni 2011.
Boadu, K. O., S. K. Tulashie, M. A. Anang, J. D. Kpan, 2011, Production of natural insecticide
from Neem leaves (Azadirachta indica), Asian Journal of Plant Science and Research, 1
(4):33-38
Debashri, M & M.Tamal, 2012, A Review on efficacy of Azadirachta indica A. Juss based
biopesticides: An Indian perspective. Research Journal of Recent Sciences, 1(3): 94-99
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.
Kardinan, A., 2002, Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi, PT Penebar Swadaya : Jakarta.
Lee, K. Y., O.M. Lynn, , W.G. Song, J.K Shim, & J.E. Kim, 2010, Effects of Azadirachtin and
Neem-based Formulations for the Control of Sweetpotato Whitefly and Root-knot
Nematode. J. Korean Soc. Appl. Biol. Chem. 53(5): 598-604
Maragathavalli, S., S. Brindha, , N. S Kaviyarasi,., B. Annadurai & S. K. Gangwar, 2012,
Mosquitoes Larvicidal Activity Of Leaf Extract Of Neem (Azadirachta indica).
International Journal Of Advanced Biological Research, 2(1):138-142
Rukmana, H.R & Y.Y. Oesman,. 2002. Nimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Yogyakarta:
Kanisius.
Safaruddin, U.N. dan Gafar,A. 2010. Pengaruh Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica Juss)
Terhadap Serangan Aphis gossypii Pada Tanaman Kedelai (Glicyne max L.). Artikel
disajikan pada Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat
Daerah Sulawesi Selatan , 27 Mei 2010.

Proseeding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Malang, 1-2 Oktober 2015

Setiawan, D., 2010, Kajian Daya Insektisida Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Terhadap Perkembangan Serangga Hama Gudang Sitophilus oryzae Linn., Jurnal
Penelitian Sains, 10 : 6-12.
Soegiharjo, C.J. 2007. Mimba (Azadirachta indica A. Juss, suku Meliaceae), Tanaman Multi
Manfaat yang Dapat Menanggulangi Persoalan Rakyat Indonesia. SIGMA, Vol, 10, No.
1, Januari 2007:83-102 ISSN: 1410-5888.
Subiyakto, 2009, Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida Nabati: Potensi, Kendala, dan Strategi
Pengembangannya, Jurnal Perspektif, 8 (2): 108-116.
Sunarto, D.A & Nurindah, 2009, Peran Insektisida Botani Ekstrak Biji Mimba untuk Konservasi
Musuh Alami dalam Pengelolaan Serangga Hama Kapas. Jurnal Entomologi Indonesia,
6, (1): 42-52

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

An Analysis of illocutionary acts in Sherlock Holmes movie

27 148 96

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

Teaching speaking through the role play (an experiment study at the second grade of MTS al-Sa'adah Pd. Aren)

6 122 55

Enriching students vocabulary by using word cards ( a classroom action research at second grade of marketing program class XI.2 SMK Nusantara, Ciputat South Tangerang

12 142 101

The Effectiveness of Computer-Assisted Language Learning in Teaching Past Tense to the Tenth Grade Students of SMAN 5 Tangerang Selatan

4 116 138

Analysis On Students'Structure Competence In Complex Sentences : A Case Study at 2nd Year class of SMU TRIGUNA

8 98 53

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37