118 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE JIGSAW BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SD

  

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE JIGSAW

BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SD

  1

  2

  3 Kurniati Anita Jarut Dimas Qondias Konstantinus Dua Dhiu 1,2,3

  STKIP Citra Bakti, NTT

  

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui aktivitas belajar IPA pada siswa kelas V SDI Kisaraghe, (2) untuk mengetahui hasil belajar IPA pada kelas V SDI Kisaraghe. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan mengikuti desain Kemmis dan Tagart yang terdiri atas tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan/observasi serta tahap refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa- siswi kelas V SDI Kisaraghe yang berjumlah 20 orang. Sedangkan objek penelitian yaitu peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan lembar kerja siswa (LKS). Pengumpulan data aktivitas belajar berupa observasi dan hasil belajar berupa tes. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata aktivitas mencapai 12 yang berada pada kategori kurang aktif dengan persentase 48%. Sedangkan pada siklus II rata-rata aktivitas belajar IPA mencapai 23 yang berada pada kategori sangat aktif dengan persentase 92%. Hal ini membuktikan bahwa pada aktivitas belajar

  IPA peningkatan persentase siklus I ke siklus II sebesar 44 %. Untuk hasil belajar

  IPA pada siswa kelas V SDI Kisaraghe, dimana pada siklus I rata-ratanya mencapai 43,1 yang berada pada kategori cukup dengan persentasenya yaitu 43,1% dan ketuntasannya mencapai 30%. Kemudian pada siklus II rata-ratanya mencapai 83,3 yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 83,3% dan ketuntasan klasikalnya mencapai 100%. Hal ini membuktikan peningkatan persentase hasil belajar IPA antara siklus I dan siklus II sebesar 40%. Dari hasil analisis di atas membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan LKS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDI Kisaraghe, Kecamatan Bajawa Utara-Kabupaten Ngada Tahun Ajaran 2015/2016.

  Kata-kata kunci

  : aktivitas belajar, hasil belajar, IPA, kooperatif tipe jigsaw, lembar kerja siswa (LKS).

  

IMPROVING STUDENTS’ NATURAL SCIENCE ACHIEVEMENT AND

  

INVOLVEMENT THROUGH THE IMPLEMENTATION OF JIGSAW TYPE

COOPERATIVE LEARNING ASSISTED WITH STUDENTS WORK SHEET OF

ELEMENTARY STUDENTS

  1

  

2

  3 Kurniati Anita Jarut Dimas Qondias Dua Konstantinus Dhiu 1,2,3

  STKIP Citra Bakti, NTT

  

  

ABSTRACT

  This present study aimed at (1) investigating the natural science learning activity o f the fifth grade students in SDI Kisaraghe, (2) investigating the students’ learning achievement on natural science subject. This study employed a classroom action research following the Kemmis and Tagart design which consisted of three stages, namely, planning, action, and reflection. The subjects were the fifth grade students of SDI Kisaraghe with total 20 students. Meanwhile, the object was the improvement of students’ involvement and natural science learning achievement through the implementation of jigsaw type cooperative learning assisted with students work sheet. As for the data of students involvement were gathered through observation and test was administered to obtain the data of students’ achievement. Further, the data were analysed by using quantitative descriptive statistics. The result of the study revealed that from the cycle I, 12 students (48%) were categorized less involved. While during the cycle II, 23 students (92%) were categorized highly involved. It meant that there was an improvement in students’ involvement around 44%. Regarding the natural science learning achievement, the mean score for the first cycle showed 43.1 with 43.1% was categorized adequate and 30% has passed the standard requirement. Whereas in the cycle II, the mean score showed 83.3 with 83.3% was categorized as high and 100% has passed the minimum requirement. This implied that there was an improvement around 40% during the cycle I to cycle II. In conclusion, jigsaw type cooperative learning assisted with students work sheet can improve the involvement and natural science learning achievement of the fifth grade students of SDI Kisaraghe, North Bajawa district, Ngada regency in academic year 2015/2016.

  

Keywords: learning involvement, natural science learning achievement, jigsaw

  type cooperative learning, students work sheet

  PENDAHULUAN

  Perkembangan sistem pendidikan di indonesia telah banyak mengalami perubahan yang pesat sehingga membawa dampak yang luar biasa bagi dunia pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan membuat bertambahnya generasi penerus yang berkualitas. Karena pendidikan pada dasarnya merupakan proses membangun manusia dalam mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala perubahan dan permasalahan yang terjadi dilingkungan sekitar. Dengan kata lain pendidikan merupakan proses internalisasi budaya kedalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuatnya beradab (Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional, 2011). Pendidikan tidak hanya berupa transfer ilmu pengetahuan semata, namun lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai. Pendidikan juga merupakan faktor terpenting dalam kehidupan suatu bangsa dan negara. Selanjutnya Ismail (2008: 6) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses bimbingan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut Suwarno (2006:23) pendidikan merupakan usaha pembinaan pribadi secara utuh dan lebih menyangkut masalah citra dan nilai. Menurut UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha secara sadar dan penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus. Pendidikan diharapkan mampu mewujudkan masyarakat yang terdidik, berakhlak mulia dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang mampu hidup secara harmonis, toleransi, berwawasan kebangsaan yang demokratis serta berwawasan global. Setiap manusia harus mendapatkan pendidikan yang mampu menyentuh dimensi dasar manusia. Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba memotivasikan diri agar lebih baik dalam segala aspek kehidupan baik kognitif, afektif maupun psikomotor.Pendidikan bukan hanya sebuah kewajiban lebih dari itu pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Dimana manusia akan lebih berkembang dengan adanya pendidikan. Tujuan pendidikan itu beragam tergantung pribadi tiap individu memandang pendidikan itu sendiri. Pada intinya pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan bertaqwa kepada peserta didik itu dibawa. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989

  Bab II Pasal 4 tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta bertanggung jawab terhadap bangsa dan masyarakat.

  Berangkat dari hal ini perkembangan pendidikan di indonesia belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Rendahnya mutu pendidikan membuat indonesia menjadi negara yang tertinggal, karena belum berhasil meningkatkan kecerdasan, keterampilan serta karakter anak didik. Sejalan dengan hal ini, perkembangan pendidikan di Nusa Tenggara Timur terkhususnya di Kabupaten Ngada masih sangat minim. Terbukti dari survey pada tahun 2014, dimana persentase kelulusan sangat menurun yang sebabkan oleh kurangnya kreativitas guru dalam mendidik siswa. Dalam hal ini guru lebih mendominasi dalam kegitan pembelajaran (teacher center). Sehingga pendidikan di Kabupaten Ngada sepenuhnya belum berhasil membentuk peserta didik yang unggul dan berkualitas. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan selain lembaga sekolah diperlukan kerja keras dari semua pihak baik itu pemerintah, masyarakat, maupun orangtua peserta didik. Keunggulan dan kualitas peserta didik dapat dibentuk melalui rangkaian usaha peningkatan hasil belajar dari segala aspek baik itu kognitif, afektif dan psikomotor.Peran guru disini sangat dibutuhkan karena guru merupakan tenaga pendidik yang tugasnya yaitu mengajar dan mentransformasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik. Seorang tenaga pendidik harus profesional dalam segala hal. Padahal tugas guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa dan sebagai pengelola pembelajaran yang bertugas menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.Alasan ini memperkuat bahwa keberhasilan suatu pembelajaran disebabkan oleh faktor kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran efektif tidak akan muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. matapelajaran IPA yang terjadi di SDI Kisaraghe, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada masih sangat minim, menyebabkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA. Padahal seperti di ketahui bahwa pembelajaran IPA merupakan suatu cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Sedangkan menurut Sutrisno (2007) ilmu pengetahuan alam merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran serta menggunakan prosedur yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Sehingga tidaklah tepat jika pembelajaran hanya dilaksanakan dengan metode ceramah akan tetapi melibatkan peserta didik secara aktif serta memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Menurut Sardiman (2011) aktivitas merupakan suatu bentuk aktivitas yang bersifat fisik atau jasmani maupun mental/rohani. Sedangkan Hamalik (2009) mengemukakan aktivitas belajar adalah berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajar dalam situasi belajar mengajar. Aktivitas ini didesain agar memungkinkan siswa memperoleh muatan yang ditentukan, sehingga berbagai tujuan yang ditetapkan, terutama maksud dan tujuan kurikulum dapat tercapai. Berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh siswa baik fisik maupun non fisik dalam proses pembelajaran atau suatu bentuk interaksi (guru dan siswa) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Rusman (2012:123) hasil belajar merupakan sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Selanjutnya Suprijono (2012) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian ,sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Dari berbagai pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dicapai setelah individu yang bersangkutan menjalani proses belajar terhadap pengetahuan tertentu yang dinyatakan dengan nilai atau skor dimana hasil belajar berfungsi sebagai alat ukur bagi pencapaian tujuan suatu mata pelajaran atau bidang studi.Aktivitas dan hasil belajar merupakan satu kesatuan, dimana merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan pendidikan yang tidak terlepas dari motivasi siswa maupun untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.

  Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan cara memperbaiki kualitas pembelajaran. Dimana pendidik harus mampu memilih serta menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi sehingga mampu membelajarkan peserta didik dalam mengkonstruksi pemahaman mengenai konsep dalam mengembangkan daya nalar secara optimal. Salah satu model pembelajaran yang digunakan guru yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Menurut Huda (2011) model pembelajaran kooperatiftipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4

  • –6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Sedangkan menurut Wena (2008) pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri atas 4-5 orang, sehingga setiap komponen atau subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Dengan menerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat memberikan kesempatan dan kemudahan kepada seluruh peserta didik untuk saling berinteraksi, terlibat aktif dan berani dalam menyampaikan pendapat atau ide- idenya serta memahami materi yang telah diajarkan. Huda (2011) mengemukakan adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu, sebagai berikut.

  1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang. 2) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab. 3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya. Misalnya jika materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seseorang siswa dari suatu mempelajari tentang paru-paru, begitupun siswa lainnya mempelajari kulit dan lainnya mempelajari hati. 4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.

  5) Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya. 6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal siswa dikenai tagihan berupa kuis individu. Salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Menurut Belawati (2006) Lembar Kerja Siswa merupakan materi ajar yang dikemas secara terintegrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. Sedangkan menurut Depdiknas (dalam Riskya 2004) Lembar Kerja Siswa merupakan lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram. Prastowo (2004) mengemukakan bahwa Lembar Kerja Siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Hal-hal yang dimuat dalam LKS dapat membentuk guru dalam memudahkan proses belajar mengajar dan mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri dalam kelompok kegiatan.bertujuan mendorong kreativitas dan pengembangan imajinasi siswa. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa lembar kerja siswa (LKS) merupakan suatu media yang berupa lembar kegiatan yang memuat petunjuk, materi ajar dalam melaksanakan proses pemelajaran untuk menemukan suatu fakta atau konsep. Lembar kerja siswa (LKS) dapat berupa panduan latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan pengembangan aspek pembelajaran lainnya. Jenis pekerjaan yang dimasukan ke dalam lembar kerja siswa dapat berupa pengerjaan soal-soal atau pertanyaan latihan, perintah untuk mengumpulkan data, membuat sesuatu dan semacamnya yang bertujuan mendorong kreativitas dan pengembangan imajinasi siswa. Bertitik tolak dari permasalahan di atas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut.

  1) Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas V SDI Kisaraghe, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada Tahun Ajaran 2015/2016? berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan hasil belajar

  IPA pada siswa kelas V SDI Kisaraghe, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada Tahun Ajaran 2015/2016?

  METODE

  Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan desain yang digunakan dalam penelitian adalah desain Kemmis dan Taggart (dalam Emzir, 2007) yang terdiri atas 3 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan observasi, tahap refleksi. Pengumpulan data berupa observasi dan tes. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas belajar dan hasil belajar aspek afektif yang dikumpulkan setiap pertemuan dan tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar aspek kognitif pada setiap ahkir pertemuan. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif kuantitatif.

  Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus dengan rincian pada siklus I terdiri atas dua kali pertemuan yang membahas materi tentang gaya gesek pada pertemuan 1 dan gaya gravitasi pada pertemuan 2. Sedangkan pada siklus

  II terdiri atas dua kali pertemuan yang membahas materi tentang pesawat sederhana pada pertemuan 1 dan jenis-jenis pesawat sederhana pada pertemuan ke 2. Adapun pada siklus I terdiri atas 3 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahapan pelaksanaan dan observasi, tahapan refleksi. Pada tahap perencanaan hal yang dilakukan yaitu adalah (1) melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian, (2) mengidentifikasi permasalahan yang akan terjadi di kelas, (3) menentukan pokok bahasan, (4) menganalisis silabus, (5) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kompetensi dasar yaitu mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet) dengan indikatornya menjelaskan pengertian dari gaya gesek, menjelaskan manfaat dari gaya gesek, menjelaskan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan pengertian dari gaya gravitasi, mampu menyimpulkan bahwa gaya gravitasi dapat menyebabkan benda bergerak kebawah, mampu membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda- pokok dimana pada pertemuan 1 membahas tentang gaya gesek dan pertemuan 2 membahas tentang gaya gravitasi. Selain itu peneliti juga menyiapkan media pembelajaran yang berkaitan dengan materi, LKS dan instrumen penilaian dan lembar observasi untuk aktivitas.Dan pada tahap pelaksanaan dan observasi kegiatan yang dilakukan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kemudian dilanjutkan observasi dengan mengisi lembar observasi sesuai dengan instrumen yang telah disediakan sedangkan untuk menilai hasil belajar pesera didik berdasarkan kisi-kisi instrumen hasil belajar IPA. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata aktivitas mencapai 12,5 yang berada pada kategori kurang aktif dengan persentase 50%. Sedangkan pada rata-rata hasil belajar IPA mencapai mencapai 52,45 yang berada pada kategori cukup dengan persentasenya yaitu 52,54% dan ketuntasan klasikalnya 25%. Berdasarkan pada analisis data siklus I dimana belum mencapai KKM yang ditetapkan, maka pada tahap refleksi peneliti bersama dengan guru kelas merefleksi hasil temuan yang diperoleh pada saat kegiatan pembelajaran baik itu kelemahan maupun kelebihan untuk dapat ditindaklanjuti pada siklus II. Jenis tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada siswa kelas V SDI Kisaraghe.

  Pada kegiatan siklus II adapun tahapanya yaitu terdiri atas 3 yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan observasi, tahap refleksi. Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu menyususn perencanaan penyelesaian dari permasalahan pada siklus 1 serta menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan kompetensi dasar adalah menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dengan indikatornya menjelaskan tentang pengertian pesawat sederhana, menjelaskan tujuan dari penggunaan pesawat sederhana, menyebutkan jenis-jenis pesawat sederhana, menjelaskan berbagai jenis pesawat sederhana, menyebutkan contoh pesawat sederhana yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari dengan materi pokoknya adalah energi dan perubahannya. Pada proses pelaksanaan mengacu pada pokok bahasan dimana pada pertemuan 1 membahas tentang pengertian pesawat sederhana, tujuan penggunaan pesawat sederhana dan menyebutkan penggolongan pesawat sederhana, pertemuan 2 membahas tentang jenis-jenis pesawat kehidupan sehari-hari. Selain itu peneliti juga menyiapkan media pembelajaran yang berkaitan dengan materi, LKS dan instrumen penilaian dan lembar observasi untuk aktivitas. Dan pada tahap pelaksanaan dan observasi kegiatan yang dilakukan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kemudian dilanjutkan observasi dengan mengisi lembar observasi sesuai dengan instrumen yang telah disediakan sedangkan untuk menilai hasil belajar pesera didik berdasarkan kisi-kisi instrumen hasil belajar IPA. Adapun hasil penelitian siklus II menunjukkan bahwa pada siklus II rata-rata aktivitas belajar IPA mencapai 24 yang berada pada kategori sangat aktif dengan persentase 96%. Sedangkan rata-rata hasil belajar IPA mencapai 79,1 yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 79,1% dan ketuntasan klasikalnya mencapai 100%. Berdasarkan upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan lembar kerja siswa (LKS), maka hasil refleksi pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas maupun hasil belajar

  IPA. Dimana pada siklus II aktivitas belajar sudah mencapai KKM yang telah ditetapkan. Dari hasil analisis di atas membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan LKS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDI Kisaraghe, Kecamatan Bajawa Utara- Kabupaten Ngada Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai aktivias dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDI Kisaraghe, dapat diamati melalui tabel berikut ini.

Tabel 0.1 Data Hasil Aktivitas dan Hasil Belajar IPA SDI Kisaraghe

  Data Siklus I Siklus II Aktivitas Rata-rata 12,5

  24 Kategori Kurang aktif Sangat aktif Persentase

  Hasil Belajar Rata-rata 52,45 79,1 Kategori Cukup Tinggi Persentase 52,45% 79,1 % Ketuntasan 25% 100%

  Dari tabel di atas menunjukkan hasil pencapaian aktivitas dan hasil belajar IPA siklus I dan siklus II. Dimana pada siklus I rata-rata aktivitas mencapai 12,5 yang berada pada kategori kurang aktif dengan persentase 50%. Sedangkan pada siklus II rata-rata aktivitas belajar IPA mencapai 24 yang berada pada kategori sangat aktif dengan persentase 96%. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan persentase aktivitas belajar IPA antara siklus I dan siklus II sebesar 46 %. Untuk pencapaian hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDI Kisaraghe, dimana pada siklus I rata-ratanya mencapai 52,45 yang berada pada kategori cukup dengan ketuntasannya 25% dan persentasenya yaitu 52,54% . Kemudian pada siklus II rata-ratanya mencapai 79,1 yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 79,1% dan ketuntasan klasikalnya mencapai 100%. Hal ini membuktikan peningkatan persentase hasil belajar IPA siklus I ke siklus II sebesar 26%. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan LKS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDI Kisaraghe.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, adapun simpulannya yaitu sebagai berikut.

  1) Aktivitas belajar IPA pada siklus I rata-ratanya mencapai 12,5 yang berada pada kategori kurang aktif dengan persentase 50%. Sedangkan pada siklus

  II rata-rata aktivitas belajar IPA mencapai 24 yang berada pada kategori sangat aktif dengan persentase 96%. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan persentase aktivitas belajar IPA antara siklus I ke siklus II sebesar 46 %. Sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas V SDI Kisaraghe, Kecamatan Bajawa Utara-Kabupaten Ngada. 2) Hasil belajar IPA pada siklus I rata-ratanya mencapai 52,45 yang berada pada kategori cukup dengan persentasenya yaitu 52,54% dan ketuntasan klasikalnya 25%. Kemudian pada siklus II rata-ratanya mencapai 79,1 yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 79,1% dan ketuntasan klasikalnya mencapai 100%. Hal ini membuktikan peningkatan persentase hasil belajar IPA antara siklus I dan siklus II sebesar 26%.Sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDI Kisaraghe, Kecamatan Bajawa Utara-Kabupaten Ngada.

  DAFTAR PUSTAKA Belawati.2006. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:Universitas Terbuka.

  Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional.2011.

  Pendidikan karakter dalam pembelajaran PKN. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

  Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

  Huda, Miftahul.2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ismail. 2008. Ilmu Pendidikan Teoritis. Jakarta:Ganeca. Prastowo, Andi. 2004 Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.

  Riskya. 2004. Lembar Kerja Siswa. Tersedia pada digilib.ump.ac.id/files/disk1/8/jhptump-a-ekoriskya-400-2-babii.pdf. diakses pada hari senin, 01 Maret 2016

  Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta. Sutrisno, Leo, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD (Bahan Ajar

  Cetak). Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2007.

  Suwarno. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta:AR-RUZZ Media. Wena, Made. 2008. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta Timur: Bumi Aksara.