LAYANAN PENDIDIKAN AGAMA DI SMA SLUA SARASWATI 1 DENPASAR RELIGIOUS EDUCATION SERVICE AT SMA SLUA SARASWATI 1 DENPASAR
LAYANAN PENDIDIKAN AGAMA DI SMA SLUA
SARASWATI 1 DENPASAR RELIGIOUS EDUCATION SERVICE AT SMA SLUA SARASWATI 1 DENPASAR
Abd. Muin M
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang dan Diklat Kementerian Agama RI Jl. MH. Thamrin No. 6 Jakarta Pusat Email: abd.muinfi kri@gmail.com
Naskah diterima 29 Juni 2015. Revisi pertama, 15 Juli 2015. Revisi kedua, 21 Juli 2015 dan revisi terahir 29 Agustus 2015
Abstract
Abstrak
This research aims at disclosing empirically Penelitian ini bertujuan untuk with regard to general illustration of SMA Saraswati
mengungkapkan secara empirik tentang and religious education service against the student.
gambaran umum SMA Saraswati dan layanan This research data is collected by researcher
pendidikan agama terhadap peserta didik. Data through interview, observation, questionnaire penelitian ini dikumpulkan peneliti melalui and document. The research outcome shows: (1)
wawancara, observasi, kuesioner dan dokumen. Since the establishment in 1952, SMA Saraswati 1
Hasil penelTitian ini menunjukkan: (1) SMA has taught the religious education in accordance
Saraswati 1 sejak berdiri 1952 telah mengajarkan with religion they embrace and is taught by same
pendidikan agama sesuai agama yang dianut religious teacher. Nevertheless, this school has not
peserta didiknya dan diajarkan oleh pendidik yang provided a special room for the student to perform
seagama. Namun, sekolah ini belum menyediakan worship in accordance with the religion. (2) All GPA
tempat (ruang khusus) kepada peserta didik untuk has had academic qualifi cation with background
melaksanakan ibadah sesuai agamanya. (2) of religious education (link and match). (3) The
Seluruh GPA telah memiliki kualifi kasi akademik religious service of Islam, Christian and Buddhist
dengan latar belakang pendidikan guru agama has not reached “ideal quality” at this school.
(link and match). (3) Layanan pendidikan agama Keyword: Service, Religious Education, SMA Islam, Kristen dan Buddha di sekolah ini, belum
mencapai “kualitas ideal”.
Saraswati. Kata Kunci: Layanan, Pendidikan Agama, SMA Saraswati.
Volume 13, Nomor 3, Desember 2015
A B D. M U I N M
PENDAHULUAN
bersama berbagai unsur lainnya, seperti; Kewajiban mengajarkan pendidikan etnis, suku, budaya, tradisi dan agama. agama bagi peserta didik pada semua jenis,
Sehingga dapat menjaga dan memelihara jalur dan jenjang pendidikan jauh sebelum
keutuhan bangsa Indonesia, sebagai bangsa lahir Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
yang besar.
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penelitian Nurudin, mengungkapkan Hal ini terungkap dalam TAP MPRS Nomor
bahwa di Kota Blitar, terdapat enam XXVII Tahun 1966 yang mewajibkan satuan pendidikan formal di bawah semua sekolah negeri untuk mengajarkan naungan yayasan Katolik Yohanes Gabriel pendidikan agama. Selain itu, Undang-
dan Yayasan Frienadementz yang belum Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang bersedia mengajarkan mata pelajaran agama Sistem Pendidikan Nasional, juga sudah sesuai dengan agama siswa dan diajarkan mengatur kewajiban pada semua sekolah oleh guru yang seagama. Keenam sekolah mengajarkan pendidikan agama, bahkan tersebut adalah: SDK Santa Maria, SDK Yos kualifi kasi sekolah negeri tidak disebutkan
Sudarso, SMPK Yos Sudarso, SMPK Yohanes lagi.
Gabriel, SMUK Diponegoro, dan SMKK Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun Santo Yusuf. 1 Jika memperhatikan dengan
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, cermat, ternyata sekolah-sekolah tersebut, juga tidak menyebutkan sekolah negeri. Ini
adalah “sekolah swasta” di bawah naungan berarti, pendidikan agama sejak tahun 1989
“yayasan agama tertentu”. Karena itu, dapat wajib diajarkan pada sekolah negeri dan
diduga bahwa sekolah-sekolah swasta di swasta untuk semua jenis, jalur dan jenjang
bawah naungan yayasan agama tertentu, pendidikan. Bahkan Undang-Undang RI berpotensi tidak melaksanakan ketentuan Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 12 ayat (1) huruf
undang-undang tersebut.
a lebih jelas menyebutkan, bahwa setiap SMA Saraswati 1 Denpasar didirikan peserta didik pada setiap satuan pendidikan
1952 oleh DR. I Gusti Made Tamba di bawah berhak mendapatkan pendidikan agama Yayasan Perguruan Rakyat Saraswati sesuai dengan agama yang dianutnya dan Pusat Denpasar, Dalam sejarahnya, sejak diajarkan oleh pendidik yang seagama. berdiri sampai sekarang dipimpin oleh Karena itu, jika suatu lembaga pendidikan tokoh-tokoh beragama Hindu, juga guru-
tidak melaksanakan ketentuan tersebut gurunya sebagian besar beragama Hindu. 2 berarti lembaga itu “melanggar undang-
Hal ini dapat disimpulkan, SMA Saraswati undang” sistem pendidikan Nasional.
1 lebih cenderung berafi liasi ke agama Apakah sekolah negeri dan swasta pada
Hindu. Namun, Kepala dan Wakil Kepala semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan SMA Saraswati mengemukakan, sekolah sudah melaksanakan layanan pendidikan
agama sesuai ketentuan undang-undang tersebut, khususnya Pasal 12 ayat (1) huruf a 1 Nurudin. 2013. Penelitian tentang Implementasi
? Hal ini penting, kerena peserta didik yang Kebijakan Pendidikan Agama di Sekolah-Sekolah Katolik
(Studi Kasus di Kota Blitar Provinsi Jawa Timur) Dalam
mendapatkan pendidikan agama sesuai Edukasi Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan dengan agama yang dianutnya dan diajarkan
Keagamaan, Volume 11, Nomor 2, Mei – Agustus
oleh pendidik yang seagama, mampu 2013. Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan menumbuh-kembangkan nilai-nilai ajaran Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian
agamanya yang pada gilirannya nilai-nilai Agama RI, h. 188.
2 Sumber: Dokumen tentang Profi l SMA (SLUA)
tersebut menjadi perekat keragaman bangsa
Saraswati 1 Denpasar, 2015.
EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan
LAYANAN PENDIDIKAN AGAMA DI SMA SLUA SARASWATI 1 DENPASAR
ini adalah sekolah umum/konvensional Kerangka Konseptual sebagaimana halnya sekolah umum lainnya. 3 Layanan Pendidikan Agama
Dengan demikian, penelitian ini Peningkatkan kualitas pendidikan, sangat penting dan strategis untuk termasuk pendidikan agama sangat
mengungkapkan secara empirik tentang tergantung kepada kualitas layanan gambaran umum SMA Saraswati 1 Denpasar,
pendidikan. Ini berarti, kualitas layanan terutama berkaitan dengan sejarah beridiri,
dapat dijadikan sebagai salah satu strategi periodesasi/pola kepemimpinan dan visi-
untuk meningkatkan kepuasan masyarakat misinya. Karena gambaran umum ini dapat
umumnya dan peserta didik khususnya. mengungkapkan kondisi obyektif layanan
Kualitas layanan pendidikan berpusat pendidikan agama di SMA Saraswati 1 pada upaya pemenuhan keinginan dan
Denpasar terhadap peserta didik. kebutuhan peserta didik serta ketepatan
Mengingat konsep layanan sangat penyampainnya. Karena itu, kualitas luas, maka peneliti membatasi hanya layanan merupakan tingkat keunggulan pada “layanan pendidikan agama sesuai yang diharapkan dan pengendalian tuntutan Undang-Undang RI Nomor 20 atas tingkat keunggulan tersebut untuk Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Karena itu, memenuhi keinginan pemakai. Kualitas
fokus penelitian ini, adalah bagaimana: layanan pendidikan diketahui dengan cara Gambaran umum SMA Saraswati dan membandingkan harapan/kepentingan layanan pendidikan agama terhadap pelanggan atas layanan yang ideal dengan peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk
layanan yang benar-benar mereka terima. 4 mengungkapkan secara empirik: Gambaran
Menurut Feigenbaum, kualitas layanan umum SMA Saraswati, dan layanan merupakan kekuatan penting yang dapat pendidikan agama terhadap peserta didik.
membuahkan keberhasilan baik di dalam Hasil penelitian ini secara praktis organisasi maupun pada pertumbuhan
dapat memberikan data dan informasi lembaga pendidikan, juga bisa diterapkan akurat dan aktual kepada Ditjen Pendidikan
di dalam penyelenggaraan layanan kualitas
Islam, Ditjen Bimas Kristen, Ditjen Bimas pendidikan. 5
Hindu dan Ditjen Bimas Buddha sebagai Sehubungan dengan itu, jika layanan bahan pertimbangan dan masukan dalam yang diterima sesuai dengan yang
menyusun dan menetapkan kebijakan diharapkan, maka kualitas layanan pembinaan Pendidikan Agama di SMA, dipersepsikan “baik dan memuaskan”. khususnya yang diselenggarakan Jika layanan yang diterima melampaui masyarakat. Secara akademis, memparkaya
harapan pelanggan, maka kualitas layanan litaratur layanan Pendidikan Agama Islam,
dipersepsikan sebagai “kualitas ideal”. Kristen, Hindu dan Buddha terhadap peserta
Sebaliknya, jika layanan yang diterima lebih didik.
rendah daripada yang diharapkan, maka
Wawancara dengan Kepala (Ir. I Made 4 Tjiptono F. dan Diana A. 2003. Total Quality Budiadnyana) dan Wakil Kepala Bid. Kurikulum (
Management. Yogyakarta: Andi Offset, h. 57. Dra. Ida Ayu Ketut Kendra) SMA (SLUA) Saraswati 1
5 Fiegenbaum, A., V. 1996. Total Quality Control. Denpasar, pada tanggal 24 April 2015.
New York: McGraw-Hill Book, h. 103
Volume 13, Nomor 3, Desember 2015
A B D. M U I N M
kualitas layanan dipersepsikan “tidak meningkatkan harkat dan martabat memuaskan”. 6 manusia yang berlangsung sepanjang Uraian di atas, jika dikaitkan dengan hayat. 7 Karena itu, pendidikan agama harus fokus masalah penelitian ini, maka yang ditumbuh-kembangkan dalam kerangka dimaksud layanan pendidikan agama adalah
pembentukan karakter peserta didik kebijakan pimpinan (kepala sekolah) dan yang taat menjalankan ajaran agamanya,
jajarannya untuk mengajarkan pendidikan sehingga program pendidikan agama dalam agama sesuai dengan agama yang dianut kurikulum yang diwajibkan bagi peserta peserta didik dan diajarkan oleh pendidik didik harus diperdalam melalui kegiatan yang seagama. Juga, menyediakan tempat ekstrakurikuler, rohis dan berbagai kegiatan dan kesempatan kepada peserta didik keagamaan yang dilaksanakan di masjid, untuk melaksanakan ibadah berdasarkan pure, gereja dan vihara. ketentuan agama yang dianut oleh peserta
Dalam penelitian ini, pendidikan agama didik.
berarti tidak hanya menjadi materi pelajaran yang harus dihafalkan dan diujikan. Tapi,
Pendidikan Agama pendidikan agama harus menjadi nilai Penjelasan atas Undang-Undang RI sublimatif dan transformatif ke dalam
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pikiran, sikap dan perilaku peserta didik, Pendidikan Nasional, Pasal 37 ayat (1) sehingga mencetak manusia berakhlak menyebutkan bahwa pendidikan agama mulia, mandiri, beramal kebaikan dan pada dimaksudkan untuk membentuk peserta gilirannya membentuk insan yang beriman didik menjadi manusia yang beriman dan dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia . . . . Senada dengan
METODOLOGI PENELITIAN
ini, Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama
Menurut Lofl and dan Lofl and sumber dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 1 ayat (1)
data primer dalam penelitian kualitatif pendidikan agama adalah pendidikan yang
adalah kata-kata dan tindakan, lainnya memberikan pengetahuan dan membentuk
adalah data sekunder, seperti dokumen sikap, kepribadian dan keterampilan peserta
dan lainnya. 8 Data primer diperoleh dari didik dalam mengamalkan ajaran agamanya,
informan kunci yang ditetapkan melalui yang dilaksanakan sekurang-kurangnya metode snowball. melalui mata pelajaran/kuliah pada semua
Sehubungan dengan itu, Basrowi jenis, jalur dan jenjang pendidikan.
dan Suwandi mengemukakan, penelitian Sejalan dengan hal tersebut, Pranowo kualitatif lebih dikenal dengan istilah mengemukakan, pendidikan adalah sebuah
informan dan Snowballing Sampling. proses pembentukan karakter manusia Karena itu, dalam penelitian kuantitatif yang tidak pernah berhenti. Untuk itu, pendidikan merupakan sebuah proses
7 M. Bambang Pranowo. 2009. Mereka Berbicara
budaya untuk membentuk karakter guna Pendidikan Islam Sebuah Bunga Rampai (Masa Depan
Pendidikan Islam). Jakarta: RajaGrafi ndo Persada, h. 25.
6 Edward Sallis. 2006. Total Quality Mnagement in 8 John Lofl and & Lyn H Lofl and. 1984. Analyzing Educatioan, Manajemen Mutu Pendidikan. Alih Bahasa
Social Settings: A. Guide to Qualitative Observation and Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi. Yogyakarta:
Analysis. Belmont, Cal.: Wads worth Publishing IRCiSoD, h. 86.
Company, h. 47.
EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan
LAYANAN PENDIDIKAN AGAMA DI SMA SLUA SARASWATI 1 DENPASAR
semakin besar sampel akan semakin kecil alasan, SMA ini tertua di Kota Denpasar, kesalahan sampling. Tapi, dalam peneltian
bahkan di Provinsi Bali, berdiri 1 Januari kualitatif banyak-sedikitnya informan tidak
1952. Sejak berdiri sampai sekarang menentukan akurat dan tidaknya penelitian,
memiliki siswa relatif jumlahnya banyak, bahkan dalam penelitian kualitatif bisa jadi
tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 878
orang. Siswa tersebut, tidak hanya berasal siapa saja informan dalam penelitian ini,
informannya hanya satu orang. 9 Untuk itu,
dari Kota Denpasar, tapi juga dari seluruh peneliti menentukannya ketika berada di daerah di Provinsi Bali, bahkan dari luar lapangan.
provinsi ini, seperti: NTB, NTT, Jatim, Jabar, Kata-kata dan tindakan dari sumber dan Jateng. data primer, peneliti memperolehnya
Di samping itu, dari 22 SMA Swasta melalui berbagai teknik pengumpulan di Denpasar, di antaranya empat SMA data: (1) Obervasi, dilakukan terhadap Swasta yang terkenal sebagai sekolah sarana pendidikan agama. (2) Wawancara “favorit dan unggul”, yaitu SMA Saraswati mendalam, dilakukan terhadap informan
1 , SMA Katolik Santo Yoseph, SMA Kristen kunci, terdiri dari: Kepala, Wakil Kepala,
Harapan dan SMA Dwi Jendra. Selain itu, GPA SMA Saraswati 1, dan (3) Kuesioner,
berdasarkan Ketetapan Badan SK BAP-S/M responden siswa kelas XI dengan Provinsi Bali Nomor: Ma 422/BAB/SM/ alasan, siswa ini sudah dua tahun belajar LL/X/2012, tertanggal 5 Oktober 2012, SMA pendidikan agama, sehingga mereka cukup
(SLUA) Saraswati 1 Denpasar ditetapkan berpengalaman dalam proses pembelajaran.
“terakreditasi A” (Amat Baik). 11 Jumlah reponden 86 siswa, terdiri dari siswa
Teknik pemeriksaan keabsahan data beragama: Hindu 30 orang, Islam 30 orang,
dilakukan melalui: (1) triangulasi metode Kristen 20 orang dan siswa beragama (2) triangulasi sumber, dan (3) triangulasi
Buddha 6 orang (semuanya). Menurut situasi. 12 Menurut Moleong triangulasi Arikunto, apabila subyek penelitian kurang
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain penelitiannya merupakan penelitian di luar data itu untuk keperluan pengecekan
populasi. Jika, jumlah subyeknya besar atau sebagai pembanding terhadap data
dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 yang telah diperoleh. 13
– 25 % atau lebih, tergantung setidak- Analisis data dilakukan dengan
tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat
10 dari waktu, tenaga dan dana. “analisis deskriptif kualitatif dan verifi katif Sedangkan kualitatif”. Untuk itu, peneliti melakukan penetapan responden dilakukan dengan
kategorisasi dan klasifi kasi data yang teknik sample acak.(4) Studi dokumentasi,
telah diperoleh dari lapangan. Sedangkan ini dilakukan untuk memperkuat data yang
untuk menguji validitas data, peneliti diperoleh melalui observasi, wawancara
dan kuesioner.
11 Penelitian ini dilaksanakan di SMA Hasil Wawancara dengan Bapak Ir. Made
Budiadnyana Kepala SMA (SLUA) Saraswati 1
Saraswati 1 Denpasar Provinsi Bali dengan
Denpasar, dan Bapak Drs. I Nyoman Musten Wakil Kepala SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar Urusan
9 Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Hubungan Masyarakat, tanggal 24 April 2015. Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. h. 11.
12 Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. 10 Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian:
Malang: Universitas Muhammadiyah., h. 83. Suatu Pendeketan Praktek (Edisi Revisi) Jakarta: Rineka
13 Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Cipta, h. 120.
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 330.
Volume 13, Nomor 3, Desember 2015
A B D. M U I N M
memverifi kasi dan membandingkan data untuk mempertajam digunakan seluwes dari berbagai sumber, baik sumber lisan mungkin dan yang terpenting pula peneliti (kata-kata) dan tindakan dengan melalui harus mamaknakannya sebagaimana yang wawancara, tulisan (dokumen) maupun diinginkan dalam kaidah-kaidah penelitian
data yang diperoleh melalui obersevasi. kualitatif. 16 Karena itu, dalam analisis data Informasi atau data tentang masalah kualitatif, peneliti tidak membatasi diri penelitian yang telah diperoleh, kemudian
dalam menggunakan data kuantitatif yang dipelajari secara cermat, dianalisis, dibahas
diperoleh melalui kuesioner. Sebab data dan ditelaah dengan mendalam, setelah itu
kuantitatif tersebut dapat memperdalam editing, deskripsi dan verifi kasi.
analisis data kualitatif. Namun, data Data tersebut dikomfi rmasikan dengan
kuantitatif yang digunakan dalam analisis data lainnya untuk memperoleh akurasi ini terbatas sesuai dengan kebutuhan dalam data. Menurut Burgess, jika metode lapangan
analisis kualitatif.
tidak melibatkan obeservasi dan wawancara dengan informan, maka penelitian tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN
dipandang sempit dan kurang memadai, sehingga dituntut untuk memilih metode Gambaran Umum SMA Saraswati 1 17
lain yang sesuai dengan masalah-masalah Denpasar
yang diteliti. 14 Karena itu, kaitannya dengan
Sejarah Berdiri
validasi data, peneliti menganggap absah SMA Saraswati 1 Denpasar berdiri 01 (shahih) jika didukung setidak-tidaknya tiga
Januari 1952 di bawah Yayasan Perguruan sumber. Hal ini sesuai dengan Muhadjir, Rakyat Saraswati Pusat Denpasar. Pada saat
bahwa suatu penelitian dipandang obyektif, itu, ketua yayasan dan sekaligus pendiri dan jika seseorang dengan alat kerja yang sama
pimpinan (kepala sekolah) pertama adalah dapat menghasilkan kesimpulan penelitian
Dr. I Gusti Made Tamba sampai tahun 1985. yang sama. 15
Awal berdiri sekolah ini bernama
Dalam analisis data kualitatif menurut Sekolah Lanjutan Umum Bagian Atas (SLUA) Bungin peneliti tidak harus menutup diri terdiri dari dua bagian: Bagian A dan Bagian B. terhadap kemungkinan penggunaan data Lahirnya Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun kuantitatif, karena data ini sebenarnya 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
bermanfaat bagi pengembangan analisis maka nama SLUA Saraswati 1 Denpasar data kualitatif itu sendiri. Data kuantitatif menjadi SMU (SLUA) Saraswati 1 Denpasar. dapat digunakan pada analisis ini sampai Kemudian, sejak Undang-Undang RI Nomor pada batas-batas tertentu sesuai dengan
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan kebutuhan dalam analisis kualitatif.
Karena sifat data kuantitatif umumnya
16 Burhan Bungin. 2007. Analisis Data Penelitian
kaku dan belum bermakna, maka ketika Kualitatif. Jakarta: RajaGrafi ndo Persada. h. 83. data tersebut digunakan dalam analisis
17 Gambaran Umum SMA (SLUA) Saraswati 1
kualitatif, data tersebut tidak membatasi Denpasar, peneliti membatasi pada: sejarah berdiri, diri dalam menggunakan data kuantitatif periodesasi dan pola kepemimpinan, serta visi-
misi, datanya diangkat dan disarikan dari sumber:
Dokumen tentang Profi l SMA (SLUA) Saraswati 1 R. G. Burgess. 1984. In the Field: An Introduction
Denpasar, tahun 2015 dan diperkuat dengan hasil to Field Research. London: George Allen & Unwin, h.
wawancara dengan Ir. I Made Budiadnyana dan Dra. 104.
Ida Ayu Kendran (masing-masing sebagai Kepala 15 Noeng Muhadjir. 2000. Metodelogi Penelitian
dan Wakil Kepala SMA (USLA) Saraswati 1 Denpasar, Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. h. 44.
pada tanggal 23-24 April 2015.
EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan
LAYANAN PENDIDIKAN AGAMA DI SMA SLUA SARASWATI 1 DENPASAR
Nasional, nama SMU (SLUA) Saraswati 1 tradisional, kharismatik dan otokratik. Denpasar menjadi SMA (SLUA) Saraswati 1
Pola kepemimpinan semacam ini, biasanya Denpasar – sampai sekarang. Adanya nama
seorang pemimpin diganti, jika pemimpin SLUA mengalami beberapa kali penyesuaian
tersebut berhalangan berat, sehingga dengan undang-undang sistem pendidikan tidak mungkin lagi menjalankan roda nasional yang berlaku menunjukkan, bahwa
kepemimpinannya, seperti; berdasarkan pendiri dan pengelola sekolah ini “sangat
keputusan dokter (secara medis) dinyatakan peduli” dalam merespon secara aktif dan sakit keras yang sulit sembuh, atau pemimpin positif kebijakan pemerintah.
tersebut meninggal dunia, sebagaimana Kepala SMA Saraswati 1 Denpasar halnya Drs. I Made Wibawa meninggal 4
mengungkapkan, bahwa meskipun nama Januari 2015, kemudian digantikan oleh Ir. sekolah ini telah mengalami beberapa kali
I Made Budiadnyana.
penyesuaian. Namun, nama SLUA harus Pola periodesasi kepemimpinan (kepala tetap dicantumkan dengan cara menulis sekolah) yang demikian, dapat berdampak nama SLUA dalam kurung setelah menulis
positif dan/atau negatif terhadap kebijakan SMA (contoh: SMA (SLUA). Hal ini sangat
yang diterapkan. Dampak positifnya, jika penting, sebab nama SLUA mengandung kebijakan yang ditetapkan dan dijalankan makna “sejarah” yang sangat mendalam terhadap layanan pendidikan, termasuk dan penuh nilai-nilai perjuangan yang layanan pendidikan agama terhadap peserta sulit diungkapkan. Namun, makna sejarah
didik sejalan amanah undang-undang tersebut sangat penting untuk dikenang, sistem pendidikan nasional, berarti layanan dihayati dan diimplemantasikan untuk pendidikan agama di sekolah ini akan memperkuat motivasi, inovasi dan kreatifi tas
berjalan dalam waktu yang lama, sehingga dalam menyelenggarakan pendidikan di nilai-nilai ajaran agama akan tumbuh dan sekolah ini, termasuk pendidikan agama berkembang dengan baik di sekolah ini. yang dianut peserta didik.
Sebaliknya, jika kebijakannya tidak sejalan undang-undang, maka layanan pendidikan
Periodesasi dan Pola Kepemimpinan
agama di sekolah ini cenderung tidak dapat Sejak berdiri SMA (SLUA) Saraswati berjalan lancar.
1 Denpasar sampai sekarang (Mei 2015) Berkaitan dengan itu, Dr. I Gusti Made telah mengalami empat kali periode Tamba sebagai pendiri sekaligus ketua
kepemimpinan (kepala sekolah), yaitu: DR. yayasan dan kepala sekolah pertama
I Gusti Made Tamba, periode 1952 – 1985, I merupakan seorang pemimpin yang Made Purwa, periode 1985 – Agustus 2006,
“kharismatik dan visioner”, sehingga Drs. I Made Wibawa, periode Agustus 2006 -
berbagai kebijakannya, khususnya tentang Januari 2015, danm Ir. I Made Budiadnyana,
pelayanan pendidikan agama terhadap periode Januari 2015 – sekarang.
peserta didik sesuai agama yang dianutnya Mencermati priodesasi kepemimpinan di
dan diajarkan oleh guru pendidikan agama atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kurun
yang seagama dengan peserta didik masih waktu 63 tahun baru tiga kali pergantian berjalan dengan baik sampai sekarang. pemimpin. Hal ini menunjukkan, bahwa Meskipun, beberapa kali mengalami periodesasi dan kadersisasi kepemimpinan pergantian pimpinan (kepala sekolah). di sekolah ini cenderung berjalan kurang Ini berarti, Dr. I Gusti Made Tamba dalam
terprogram secara sistematis. Tapi, lebih memimpin SMA Saraswati 1 ini selama 33 cenderung kaderisasi berjalan secara tahun telah berhasil menanamkan sistem
Volume 13, Nomor 3, Desember 2015
429
EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan
A B D. M U I N M
pendidikan, termasuk pendidikan agama yang berakar, tumbuh dan berkembang dengan baik sampai sekarang, tanpa tergoyahkan oleh dahsyatnya arus modernisasi dan globalisasi. Bahkan, sistem pendidikan termasuk “pendidikan agama” yang telah ditanamkan Dr. I Gusti Made Tamba semakin menancapkan akarnya setelah diberlakukan TAP MPRS Nomor XXVII Tahun 1966, Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 dan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan dan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah.
Meskipun demikian, simbol-simbol keagamaan di sekolah ini didominasi oleh simbol-simbol yang sangat berkaitan dengan simbol agama Hindu. Menurut Arikunto, simbol dalam penelitian merupakan
salah satu sumber data. 18 Namun, Kepala,
Wakil dan GPA Hindu, Islam, dan Kristen SMA Saraswati 1 ini dalam wawancara
menuturkan, 19 bahwa sejak berdiri sekolah ini sampai sekarang simbol-simbol agama Hindu tersebut sudah ada. Simbol-simbol tersebut sangat berkaitan dengan tradisi masyarakat Bali yang sebagian besar beragama Hindu. Sebenarnya simbol- simbol tersebut mengandung nilai-nilai moral, seperti; saling hormat-menghormati, tolong-menolong, kasih-sayang, toleran dalam berbagai aspek kehidupan. Karena itu, selama ini pergaulan antar siswa, siswa dengan guru-guru dan lainnya dapat berjalan harmonis. Selain itu, siswa yang bergama Islam di sekolah ini, bagi perempuan tidak
18 Suharsimi Arikunto, Ibid., h. 114. 19 Wawancara dengan Ir. I Made Budiadnyana,
Dra. Ida Ayu Kendran, Drs. I Nengah Digdug, M. Ag, Dra. Desak Putu Srianiati, Drs. H. Sukirman dan Ira Sadana Tarigan, S. Pd. K, pada tanggal 23 April 2015.
dilarang memakai jilbab, tapi juga tidak diperintahkan memakai jilbab, silahkan kepada siswa yang bersangkutan.
Begitupun dalam wawancara diungkapkan, bahwa di sekolah ini sejak berdiri sampai sekarang mengajarkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianut peserta didik dan diajarkan oleh pendidik yang seagama, dan yang akan datang tetap demikian. Ini berarti, jauh sebelum pemerintah mewajibkan agar semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan mengajarkan pendidikan agama kepada peserta didiknya, SMA Saraswati 1 Denpasar telah mengajarkan pendidikan agama kepada peserta didiknya. Hal ini menunjukkan, bahwa SMA Saraswati 1 Denpasar sejak beridiri sampai sekarang konsisiten mengajarkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianut peserta didik dan diajarkan oleh pendidik yang seagama, sebagaimana amanah undang- undang sisdiknas dan peraturan pemerintah.
Visi-Misi SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar
Visi lembaga ini yaitu : “Unggul dalam prestasi, mulia dalam akhlak dan berwawasan budaya”. Indikator Visi: (1) terciptanya perilaku siswa yang beriman dan bertakwa sesuai dengan keyakinan masing-masing, (2) terciptanya lulusan yang menguasai pengetahuan menengah umum sesuai dengan program studi (jurusan), (3) tercipatanya perilaku siswa yang tertib, disiplin dan kepekaan sosial yang tinggi, (4) terciptanya lulusan yang menguasai dasar-dasar operasional teknologi informasi dan komunikasi, (5) terciptanya prestasi akademis bidang karya ilmiah, olah raga dan seni budaya.
Sementara itu, diantara Misi dari SMA adalah: (1) mendorong lahirnya aktivitas spritual di kalangan siswa baik individu maupun kelompok, (2) meningkatkan mutu
LAYANAN PENDIDIKAN AGAMA DI SMA SLUA SARASWATI 1 DENPASAR
proses belajar mengajar melalui peningkatan
Layanan Pendidikan Agama kompetensi guru, (3) menciptakan Guru Pendidikan Agama
lingkungan fi sik dan sosial yang kondusif Pada dasarnya guru merupakan ujung bagi perilaku disiplin, (4) menyelenggarakan
tombak dari setiap kebijakan yang berkaitan pendidikan operasional teknologi informasi
dengan pendidikan, termasuk pendidikan yang intensif, (5) menyelenggarakan agama di sekolah. Secara operasional,
kegiatan apresiasi seni dan budaya serta gurulah yang melaksanakan berbagai bentuk pembinaan olah raga prestasi.
perubahan dalam dunia pendidikan. Ketika
Visi-Misi sekolah di atas, dapat berbagai model pembelajaran yang berkaitan menggambarkan bahwa sekolah ini sangat
dengan kurikulum, gurulah berperan mengimpikan terwujudnya suatu prestasi aktif dalam menerapkannya. Hal ini lebih
yang berlandaskan akhlak mulia berwawasan menguatkan, bahwa guru merupakan salah budaya yang akan membentuk siswa satu komponen pendidikan, sehingga guru
beriman dan bertakwa sesuai keyakinan memiliki peran penting dan strategi dalam masing-masing. Ini berarti, bahwa visi-misi
proses pembelajaran. Karena itu menurut sekolah ini baik secara inplisit maupun Nata pada era globalisasi ini, peran dan
eksplisit memberi kesempatan yang seluas- fungsi guru, termasuk guru agama masih luasnya kepada seluruh peserta didik untuk
tetap diperlukan. 20
mendapatkan pendidikan agama sesuai Guru Pendidikan Agama (GPA) SMA agama yang dianut dan diajarkan oleh guru
Saraswati 1 Denpasar tahun pelajaran pendidikan agama yang seagama peserta 2014/2015 berjumlah 7 orang, terdiri dari:
didik. GPA Islam 1 orang, Kristen 1 orang, Hindu Di samping itu, jika memperhatikan
4 orang dan Buddha 1 orang. Profi l masing- secara mendalam Visi-Misi SMA Saraswati
masing GPA tersebut dapat dilihat pada
1, diketahui bahwa visi-misi tersebut tabel berikut ini. lebih menekankan kepada peningkatan
Tabel 01: kualitas sekolah melalui kultur sekolah
Profi l GPA SMA Saraswati 1 Denpasar dan infrastruktur yang berlandaskan iman
Tahun Pelajaran 2014/2015
dan takwa yang direalisasikan dengan No
Nama Jk Usia Agama GPA
akhalk mulia dimulai dari penyusunan
dan penetapan visi-misi yang mampu
1 Drs. H. Sukirman
67 Islam Islam
menggambarkan masa depan sekolah ini,
27 Kristen baik mengambarkan secara abstrak maupun Kristen S. Pd. K P secara konkrit. Gambaran secara abstrak
2 Ira Sadana Tarigan,
3 Drs. I Nengah Digdug, M. Ag
55 Hindu Hindu
dapat diterapkan melalui kepemimpinan
4 dan kultur sekolah, sedangkan gambaran Ida Bagus Gd Semarabawa, S. Ag,
31 Hindu Hindu
secra konkrit dapat dilihat dari berbagai
5 Dra. Desak Putu Srianiati
48 Hindu Hindu
program sekolah yang telah dirumuskan
6 dalam rancangan yang sangat berkaitan erat Ni Komang Sumatri,S. Ag, M.Pd. H P 48 Hindu Hindu dengan infrastruktur sekolah.
7 Ari Yuniarti Diana, ST. S. Ag
37 Buddha Budha
20 Abuddin Nata. 2009. Mereka Berbicara Pendidikan Islam Sebuah Bunga Rampai (Urgensi Pendidikan Agama
di Era Globalisasi). Jakarta: RajaGrafi ndo Persada, h. 47.
Volume 13, Nomor 3, Desember 2015
A B D. M U I N M
Lanjutan... Uraian di atas, diperkuat oleh pernyataan
peserta didik tentang layanan pendidikan
Status
Pendidikan Terakhir
No Kepega
agama di sekolah ini, sebagaimana tertuang
waian SLTA
PT
Fakultas
dalam tabel berikut ini.
Tabel 02: Pernyataan Peserta Didik
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Tentang Layanan Pendidikan Agama
4 Honorer -
IHDN
Brahma Widya
5 Honorer -
UNHI
Ilmu Pendidikan
Apakah
Islam
Kristen Hindu Buddha
Dharma Acarya
PA Sesuai
Lanjutan... Agama-
nya
Pendidikan Terakhir
Peng. GPA (th)
No Jurusan
Tidak
1 11 12 Apakah PA Diajarkan
1 PA Islam
F % f % f % 2 PA Kristen
35 GPA
3 Seagama
20 100 30 100 6 100 4 Filsafat Agama
3 Ilmu Pendidikan Agama
28 Ya
0 0 0 0 0 0 0 100 5 PA Hindu
5 Tidak
6 PA Hindu
26 Data pada tabel 02 di atas menunjukkan,
7 - Elektro - DharmaAcarya
bahwa seluruh peserta didik di sekolah ini telah mendapatkan pendidikan agama sesuai agamanya dan diajarkan oleh GPA
Profi l GPA di atas menunjukkan, yang seagama.
bahwa setiap peserta didik di sekolah ini Di samping itu, guru-guru pendidikan telah mendapatkan pendidikan agama agama tersebut semuanya telah memiliki sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. kualifi kasi akademik dengan latar belakang
pendidikan guru agama (link and match) Hal ini sesuai amanat Undang-Undang RI yang didukung oleh pengalaman mengajar Nomor 20 Tahun 2003, khususnya Pasal 12 pendidikan agama yang sebagian besar ayat (1) huruf a dan Peraturan Pemerintah telah memiliki pengalaman “memadai” RI Nomor 55 Tahun 2007, khususnya sebagai pendidik dan pengajar. Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (2). Ini
berarti, semua anak usia pendidikan telah Dari segi usia, dapat disimpulkan bahwa memperoleh layanan pendidikan agama GPA di sekolah ini sebagian besar masih berkelanjutan yang pada gilirannya semua
berusia kurang dari 50 tahun. Artinya warga negara Indonesia taat mengamalkan
guru-guru tersebut masih tergolong usia nilai-nilai ajaran agamanya dan menjadikan
produktif yang penuh inovatif, dinamis ajaran agamanya sebagai landasan beretika
dan kreatif, sehingga proses pembelajaran dan bermoral baik dalam kehidupan pribadi,
pendidikan agama “sangat berpotensi” berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa untuk mencetak peserta didik menjadi maupun bernegara.
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan
LAYANAN PENDIDIKAN AGAMA DI SMA SLUA SARASWATI 1 DENPASAR
Apabila GPA di sekolah ini dilihat dari
status kepegawaian, maka sebagian besar
berstatus GPA swasta (honorer). Tapi,
0 tidaklah berarti GPA berstatus kepegawaian 0% PNS lebih berkualiatas, jika dibandingkan
dengan GPA swasta (honorer). Sebaliknya tidak ada jaminan bahwa GPA yang berstatus
Jika memperhatian data pada tabel kepegawaian swasta lebih berkualitas,
03 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah jika dibanding dengan GPA yang berstatus
peserta didik menurut agama selama tiga kepegawaian PNS. Meskipun demikian, tahun terakhir tidak ada peserta didik dalam wawancara dengan Kepala SMA yang beragama Katolik dan Khonghucu. (SLUA) Saraswati 1 Denpasar ini terungkap, Sadangkan peserta didik beragama Buddha, bahwa beliau sangat mengharapkan, agar meskipun setiap tahun pelajaran ada peserta GPA di sekolah ini kalau tidak bisa mencapai didiknya, tapi secara kuantitas paling 100 % PNS, minimal mencapai 75 % GPA sedikit, dibanding dengan jumlah peserta
berstatus pegawai negeri. 21
didik beragama Hindu, Islam dan Kristen. Peserta Didik Di samping itu, data pada tabel 03 di
SMA Saraswati 1 Denpasar sebagai atas menunjukkan, bahwa selama tiga tahun salah satu sekolah swasta yang dikenal
terakhir, jumlah peserta didik menurut masyarakat sebagai sekolah “favorit dan agama terbanyak adalah siswa “beragama
unggul” telah berhasil mencapai berbagai Hindu”. Hal ini, wajar-wajar saja sebab pada prestasi akademik, misalnya, setiap tahun tahun 2013 Kota Denpasar berpenduduk pelajaran seratus persen siswanya lulus ujian
846200 jiwa, di antaranya lebih dari sebagian, nasional, hampir sebagian besar lulusannya
(63,30 %) jiwa beragama Hindu, 28,70 % berhasil di terima di perguruan tinggi negeri.
jiwa beragama Islam, 4,41 % jiwa beragama Namun, bagaimana berkembangan jumlah Kristen, 2,05 % jiwa beragama Katolik, 1,47 peserta didik selama tiga tahun pelajaran.
% jiwa beragama Buddha dan 0,04 % jiwa beragama lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: 23
Tabel 03: Begitupun, data pada tabel 03 di atas Perkembangan Jumlah Peserta Didik
menunjukkan, umumnya masyarakat Menurut Agama
Hindu di Denpasar dalam menentukan Tiga Tahun Terakhir 22 sekolah tempat belajar anaknya, mereka
mengaktifkan identitas dan emosi agamanya
(agama Hindu), sehingga memilih SMA
Hindu 730 79,18% 679 78,41% 703 80,07%
Saraswati untuk anaknya. Karena sekolah
ini bercirikhas Hindu dan memiliki sarana/
Islam 135 14,64% 157 18,13% 134 15,26%
fasilitas pendidikan agama Hindu yang lebih lengkap dan layak, sehingga dapat melayani pendidikan agama anak-anaknya secara semaksimal. Karena itu, SMA Saraswati 1
21 Wawancara dengan Kepala SMA (SLUA)
akan tetap memiliki jumlah siswa yang besar,
Saraswati 1 Denpasar Ir. I Made Budiadnyana, pada tanggal 24 April 2015.
sebab input siswanya sudah jelas, yaitu
22 Sumber: Dokumen tentang Data Siswa SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar, tahun pelajaran
23 Sumber: Kantor Kementerian Agama Kota 2015/2016 (data telah dioleh oleh peneliti).
Depansar dan BPS Kota Denpasar, tahun 2013.
Volume 13, Nomor 3, Desember 2015
A B D. M U I N M
masyarakat Hindu yang tergolong mayoritas atau mendemonstrasikan suatu topik dan mimiliki emosi keagamaan yang kuat, pembelajaran. juga input siswanya dari masyarakat selain
Di samping itu, untuk memperdalam agama Hindu di daerah ini.
materi pelajaran yang telah diterima melalui
Sebagaimana telah disebutkan di atas, intra kurikuler, dilanjutkan di luar kelas dan bahwa simbol-simbol dalam penelitian di luar jam pelajaran, kegiatan ini berupa merupakan sumber data, terutama dalam pengayaan. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa peneltian kualitatif, simbol-simbol agama dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler, tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan
seperti; (1) siswa beragama Hindu, antara agama, maka kalau tidak semua peserta lain: tarian-tarian bernafaskan agama, yoga, didik tidak mengaktifkan simbol-simbol keterampilan membuat sesajen, peringatan
agamanya, berarti peserta didik sekolah ini hari besar agama Hindu, antara lain: bulan pada hakekatnya secara maksimal belum
purnama, kuningan, galungan, saraswati, pendapatkan layanan pendidikan agama (2) siswa beragama Islam, antara lain: latihan sesuai dengan agama yang dianutnya. penyelenggaraan fardhu kipayah (mengurus Karena layanan pendidikan agama yang jenazah), latihan pidato/ceramah, (3) siswa mereka peroleh belum maksimal, maka hal
beragama Kristen, antara lain: latihan ini jelas akan berpengaruh secara signifi kan
paduan suara bernafaskan agama kristen. kepada tingkat kualitas pendidikan agama
Proses pembelajaran pendidikan agama peserta didik tersebut.
dilakukan melalui kegiatan co-kurikule, seperti; (1) siswa beragama Hindu, antara lain:
Proses Pembelajaran
latihan tentang cara sembahyang di pure,
Dalam wawancara dengan GPA, membuat sinopsis tentang cerita Ramayana
diungkapkan, 24 bahwa dalam proses dan Mahabrata, (2) siswa beragama Islam, belajar-mengajar melalui kegiatan intra-
antara lain: latihan membaca dan menulis kurikuler umumnya menggunakan metode
Qur’an, menyimpulkan khotbah Jum’at pembelajaran: ceramah, penugasan, tempat siswa shalat Jum’at yang diserahkan presentasi, diskusi, tanya-jawab dan hari Sabtu kepada GPA Islam, menghafal
demonstrasi. Metode pembelajaran ini surat dan ayat-ayat tertentu, antara lain disesuaikan dengan materi pembelajaran seperti; surat An-Nas sapai Surat Adh- yang sedang disajikan. Proses pembelajaran
dhuha,Surat Al- Baqarah: ayat 1-5, ayat tidak hanya terbatas pada sejumlah 255 dan ayat 284, 285 dan 286. Al-Baqarah, materi pembelajaran yang tercantum menghafal asmaul husna.
pada kurikulum pendidikan agama. Tapi, Proses pembelajaran melalui juga berkaitan dengan berbagai kegiatan
ekstrakurikuler dan cokurikuler peserta didik dalam rangka memperdalam dimaksudkan untuk lebih memantapkan
dan memperluas pemahaman materi pemahaman dan penguasaan peserta pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan didik terhadap suatu materi pembelajaran oleh peserta didik dalam kelas, seperti; yang telah diserap melalui pemeblajaran berdiskusi dengan teman-temannya intrakurikuler. Kegiatan ini dilakukan
dalam bentuk pemberian tugas-tugas oleh guru kepada peserta didik. Namun
24 Wawancara dengan GPA Hindu (Desak Putu
demikian, pada dasarnya kegiatan
Srianiati), GPA Islam (H. Sukirman), GPA Kristen
intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun
(Ira Sadana Tarigan) dan GPA Buddha (Ari Yuniarti Diana), tgl. 26 April 2015.
cokurikuler merupakan satu kesatuan
EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan
LAYANAN PENDIDIKAN AGAMA DI SMA SLUA SARASWATI 1 DENPASAR
yang saling mendukung, melengkapi dan peserta didik pendidikan agama Islam, menyempurnakan, sehingga antara satu Kristen, Hindu dan Buddha. dengan lainnya tidak bisa berjalan sendiri-
Dengan demikian, dapat disimpulkan sendiri.
bahwa frekuensi pelaksanaan pendidikan
Uraian di atas, diperkuat oleh agama baik melalui kegiatan ekstra-kurikuler pernyataan siswa sebagaimana tercantum maupun co-kurikuler sebagaimana terurai pada tabel berikut ini.
di atas, ternyata lebih cenderung disebabkan oleh faktor ketersediaan sarana/fasilitas
Tabel 04: pendidikan agama yang memadai di sekolah
Pernyataan Peserta Didik ini. Dari hasil observasi yang dilakukan
Tentang Proses Pembelajaran PA terhadap sarana/fasilitas pendidikan agama
Apakah anda belajar PA melalui
Islam
menunjukkan, bahwa tingkat ketersediaan
Ekstra-Kurikuler
sarana/fasilitas PA Hindu jauh lebih “sangat
Selalu 4
13 memadai”, jika dibandingkan dengan
Sering 14
47 ketersediaan sarana/fasilitas PA Islam,
Kadang-kadang
9 30 PA Kristen dan PA Buddha, antara lain,
Tidak pernah
3 10 tempat atau ruang khusus peserta didik
Apakah anda belajar PA melalui Co-Kurikuler
yang beragama Islam, Kristen dan Buddha untuk melaksanakan ibadah belum tersedia
Selalu 0
0 di sekolah ini. 25 Padahal sudah dijelaskan
Sering 6
21 70 dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
Kadang-kadang
3 10 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 45 ayat (1) dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 55
Tidak pernah
Lanjutan.... Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 4 ayat
Kristen Hindu
Buddha
(5). Kondisi ini jelas dapat mempengaruhi
0 0 16 53 0 0 tingkat kualitas proses pembelajaran
7 35 8 27 2 33 pendidikan agama peserta didik yang
11 55 6 20 4 67 bersangkutan.
2 10 0 0 0 0 Namun demikian, apakah proses
pembelajaran pendidikan agama (Islam, Kristen, Hindu dan Buddha) melalui
0 0 3 10 0 0 kegiatan Intra, Eksta dan Co-kurikuler
3 15 26 87 1 17 sebagaimana dijelaskan pada tabel 04 di
11 55 1 3 4 66 atas mampu meningkatkan pengetahuan,
6 30 0 0 1 17 sikap dan pengamalan nilai-nilai ajaran agama sesuai agama yang dianut siswa. Hal
Data pada tabel 04 di atas menunjukkan, ini dapat diungkapkan melalui pernyataan pendidikan agama di sekolah ini siswa yang dituangkan dalam tabel, sebagai dilaksanakan selain intra kurikuler, juga berikut: ekstra- kurikuler dan co-kurikuler. Namun, frekuensi pernyataan siswa tentang pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler dan co-kurikuler “sangat variatif” antara 25 Hasil Observasi terhadap sarana pendidikan
agama di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar, pada tanggal 23 – 24 April 2015.
Volume 13, Nomor 3, Desember 2015
A B D. M U I N M
Tabel 05: atau memahami dan kemampuan Pernyataan Peserta Didik
intelektual. Bidang affektif berkaitan Tentang Pembelajaran Pendidikan Agama
dengan minat, sikap dan nilai. Bidang psychomotor berkaitan dengan kemampuan
Apakah Pembelajaran PA di
memanipulasi gerakan. Sekolah ini dapat meningkatkan 26 Ini berarti, bahwa
Islam
Pengetahuan tentang Ajaran
pembelajaran pendidikan agama, harus
agamanya
mencakup tiga bidang tersebut.
Ya
4 13 Dengan dapat disimpulkan, bahwa
Kurang
0 0 keberhasilan GPA dalam pembelajaran pendidikan agama di SMA Saraswati 1
Tidak
Apakah Pembelajaran PA di Sekolah ini dapat meningkatkan
Denpasar baru mampu meningkatkan
Sikap terhadap Ajaran agamanya
“pengatahuan” atau meningkatkan daya
70 ingat siswa terhadap nilai-nilai pendidikan
Ya 21
30 agama. Sedangkan pembelajaran pendidikan
Kurang 9
0 agama yang dapat meningkatkan “sikap”
Tidak 0
peserta didik hanya pendidikan agama Islam
Apakah Pembelajaran PA di
Sekolah ini dapat meningkatkan
dan pendidikan agama Hindu. Tapi, ketika
Pengamalan Ajaran agamanya
53 pembelajaran pendidikan agama akan
Ya 16
33 menjangkau “pengamalan” (psychomotor)
Kurang 10
14 peserta didik, maka hanya pendidikan agama Hindu yang sebagian besar mampu
Tidak 4
Lanjutan.... mencapainya. Ini berarti, bahwa proses
Kristen Hindu
Buddha
pembelajaran pendidikan agama Hindu sebagian besar telah memiliki kemampuan
untuk meningkatkan “pengetahuan, sikap
15 75 28 93 4 67 dan pengamalan”, sedangkan pembelajaran
5 25 2 7 2 34 pendidikan Islam, sebagian besar hanya
0 0 0 0 0 0 memiliki kemampuan untuk meningkatkan “pengetahuan dan sikap” siswa.
Berbagai pernyataan siswa tentang
11 55 24 80 2 33 pembelajaran pendidikan agama di
7 35 6 20 3 50 SMA Saraswati 1 Denpasar sebagaimana
2 10 0 0 1 17 tertuang dalam tabel 05 di atas. Namun,
patut dipertanyakan kepada siswa, sejauh mana tingkat kepuasan terhadap proses
9 45 21 70 2 33 pembelajaran pendidikan agama tersebut.
6 30 6 20 2 33 Hal ini dapat diketahui melalui pernyataan
5 25 3 10 2 33 siswa pada tabel berikut ini. Sejalan dengan data pada tabel 05 di atas,
menurut Krathwolh dan Bloom kemampuan manusia dibagi ke dalam tiga bidang,
yaitu: kognitif, affektif dan psychomotor. 26 David R. Krathwohl and Benjamin S. Bloom. Bidang kognitif menitikberatkan kepada 1973. Taxonomy of Educational Obyektives, The
Classifi cation of Educational Goals, Handbook II Affective
pengetahuan dan kemampuan mengingat Domain. London: Longman Group. h. 6 - 7.
EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan
LAYANAN PENDIDIKAN AGAMA DI SMA SLUA SARASWATI 1 DENPASAR
Tabel 06: intra, ekstra maupun co-kurikuler yang Tingkat Kepuasan Peserta Didik
didukung oleh sarana/fasilitas penidikan Terhadap Proses (Layanan) Pembelajaran
agama yang lebih langkap dan layak. Pendidikan Agama
Kurikulum Pendidikan Agama
Islam
Bagaimana menurut anda Proses Pembelajaran Pendidikan Agama
Kurikulum memegang peranan penting
dan strategis dalam pendidikan, sebab
Sangat memuaskan
2 7 berkaitan dengan penentuan arah, isi,
Memuaskan 25
83 proses dan hasil pendidikan yang pada
Kurang memuaskan
3 10 gilirannya dapat menentukan kualifi kasi
0 0 output program pendidikan agama. Lanjutan....
Sangat tidak memuaskan
Karena itu, berbagai pihak berkepentingan dengan kurikulum, baik pemerintah,
Kristen Hindu
Buddha
pengurus yayasan, guru-guru, organisasi
keagamaan dan pihak-pihak lainnya telah
1 5 24 80 1 17 menaruh perhatian yang serius terhadap pengembangan kurikulum di sekolah.
17 85 4 13 4 66 Berbagai pihak di atas, memiliki harapan
2 10 2 7 1 17 yang tinggi akan malahirkan anak-anak yang
0 0 0 0 0 0 lebih cerdas, terampil dan berbudi luhur. Ini berarti, kurikulum mempunyai andil yang
besar dalam melahirkan harapan-harapan Data pada tabel 06 di atas, tersebut. Menurut Johnson kurikulum
menggambarkan bahwa proses (layanan) merupakan suatu rencana pendidikan pembelajaran pendidikan agama Hindu yang memberikan pedoman dan pegangan sebagian besar peserta didik menyatakan
tentang jenis, lingkup, dan urutan isi serta
“sangat memuaskan”. Jika memperhatikan proses pendidikan. 27
kerangka konseptual di atas, berarti layanan Mengingat pentingnya kurikulum
pendidikan agama Hindu di sekolah ini telah dalam mengarahkan segala bentuk aktivitas
mencapai “kualiatas ideal”. Sedangkan pendidikan untuk menggapai tujuan layanan pendidikan agama: Islam, Kristen pendidikan, maka kurikulum disusun dan Buddha sebagian besar peserta didik harus berlandaskan fi losifi s, psikologis menyatakan “memuaskan”. Ini berarti, dan sosial budaya. Dalam hal ini, GPA layanan pendidikan agama bagi peserta didik di sekolah ini mengungkapkan, selama tersebut “belum ideal”. Namun demikian, ini kurikulum pendidikan agama yang baik layanan pembelajaran pendidikan digunakan ternyata semua GPA (Hindu, agama Hindu, Islam, Kristen maupun Islam, Kristen dan Buddha) menyatakan Buddha masing-masing terdapat sebagian kurikulum Kementerian Agama yang kecil peserta didik menyatakan “kurang diperkuat dengan “budaya lokal”. Sebab memuaskan”, artinya layanan pendidikan kurikulum tersebut, selain dari pemerintah agama “belum memenuhi harapan”. juga kompetensi dasar yang dikembangkan
Kondisi demikian, menuntut GPA (Islam, Kristen, dan Buddha) untuk lebih menyempurnakan lagi layanan pembelajaran
27 Mauritz Johnson. 1997. Intentionality in
pendidikan agama, baik melalui kegiatan Education. New York: Center for Curricullum Research
and Services. h. 130.
Volume 13, Nomor 3, Desember 2015
A B D. M U I N M
cukup mengakomodir pesan-pesan toleransi
75 m² x 12 m² lengkap dengan fasilitasnya. dan kerukukanan umat beragama, sehingga
Akan tetapi, tempat belajar (kegiatan sangat sesuai dengan kondisi geografi s dan
intrakurikuler) pendidikan agama bagi demografi s di daerah ini. 28 peserta didik beragama Islam dan Kristen
Dengan demikian, kurikulum telah tersedia satu ruang belajar di sekolah pendidikan agama yang digunakan di ini. Namun, bagi peserta didik beragama SMA Saraswati 1 adalah Kurikulum dari Buddha yang jumlah hanya 6 orang, belajar Kementerian Agama yang diperkuat dengan
pendidikan agama Buddha di SMA PGRI “budaya lokal”, terutama berkaitan dengan
sekali seminggu, pada hari Sabtu selama 90 menit. “budi pekerti”. Hal ini penting, sehingga 29 Dalam hal ini, menurut Ali kendala
muatan kurikulum dari Kementerian Agama pendidikan agama, antara lain; sarana saling mendukung, melengkapi dan saling dan prasarana yang terbatas dan fasilitas memperkuat nilai-nilai yang telah berakar,
pendidikan lainnya belum memadai. 30 tumbuh dan berkembang di daerah ini.
Berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Saraswati 1 Denpasar ini
Sarana Pendidikan Agama
cenderung belum melaksanakan ketentuan
Di antara komponen pendidikan (amanah) Undang-Undang Nomor 20 Tahun yang dapat menunjang mutu proses 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional, pembelajaran dan sekaligus meningkatkan
Pasal 45 ayat (1) menyebutkan setiap mutu pendidikan agama adalah tersedianya
satuan pendidikan formal dan nonformal secara lengkap sarana pendidikan agama menyediakan sarana dan prasarana yang yang layak dan sesuai kebutuhan. Dalama
memenuhi keperluan pendidikan sesuai hal ini, sarana pendidikan agama sangat luas
dengan pertumbuhan dan perkembangan dan kompleks, tapi dalam pembahasan ini potensi fi sik, kecerdasan intelektual, sosial, dibatasi pada aspek yang berkaitan tempat
emosional, dan kejiwaan peserta didik. ibadah, bagi peserta didik masing-masing
Sejalan dengan amanah undang-undang agama.
ini, Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Berdasarkan observasi terhadap sarana
Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama pendidikan agama, diketahui bahwa sarana
dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 4 ayat pendidikan agama yang tersedia di sekolah
(5) setiap satuan pendidikan menyediakan ini bagi peserta didik beragama Islam, Kristen
tempat dan kesempatan kepada peserta didik dan Buddha, terutama sarana pendidikan untuk melaksanakan ibadah berdasarkan agama berupa tempat ibadah “belum ada”