TUGAS AKHIR EKA NOVITA SARI.pdf

TUGAS AKHIR

PRODUKTIVITAS PENGELOLAAN WAKAF TUNAI

DI BAITUL MAAL L-RISMA METRO

Oleh : EKA NOVITA SARI NPM. 13109518

Program : D-III Perbankan Syariah Jurusan : Syariah dan Ekonomi Islam INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1438 H / 2017 M

TUGAS AKHIR PRODUKTIVITAS PENGELOLAAN WAKAF TUNAI DI BAITUL MAAL

L-RISMA METRO

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh

Gelar Ahli Madya (A.Md.)

Oleh : EKA NOVITA SARI NPM. 13109518

Pembimbing I

: Husnul Fatarib, Ph.D

Pembimbing II

: Imam Mustofa, M.SI

Program : D-III Perbankan Syariah Jurusan : Syariah dan Ekonomi Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1438 H / 2017 M

PERSETUJUAN

Judul Tugas Akhir : PRODUKTIVITAS PENGELOLAAN WAKAF TUNAI DI

BAITUL MAAL L-RISMA METRO

Nama : EKA NOVITA SARI NPM

: 13109518 Program

: Diploma Tiga (D-III) Perbankan Syariah

Jurusan : Syariah dan Ekonomi Islam Untuk dimunaqosyahkan dalam sidang munaqosyah Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Jurai Siwo Metro.

Mengetahui dan Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Husnul Fatarib, Ph.D Imam Mustofa, M.SI NIP. 19740104 199903 1 004

NIP. 19820412 200901 1 016

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

Jl. KH. Dewantara Kampus 15 A Iringmulyo Metro Timur Kota Metro Lampung 34111 Tlp. (0725) 41507,Fax. (0725) 47296 E-mail: stainjusi@stainmetro.ac.id, Website

: www.stainmetro.ac.id

PENGESAHAN UJIAN No :

Tugas Akhir dengan judul: PRODUKTIVITAS PENGELOLAAN WAKAF TUNAI DI BAITUL MAAL L-RISMA METRO, disusun oleh: EKA NOVITA SARI, NPM 13109518, Program : D-III Perbankan Syariah telah diujikan dalam sidang munaqosyah Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam pada Hari/Tanggal: 2017

TIM PENGUJI

Ketua : Husnul Fatarib, Ph.D. (.......................................) Sekertaris

: Nyimas Lidya P (.......................................) Penguji I

:Drs. Dri Santoso, M.H. (.......................................) Penguji II

: Imam Mustofa, M.S.I. (.......................................)

Mengetahui, Rektor IAIN Metro

Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag NIP. 19600918 198703 2003

ABSTRAK PRODUKTIVITAS PENGELOLAAN WAKAF TUNAI DI BAITUL MAAL L- RISMA METRO

Oleh : EKA NOVITA SARI

Baitul maal (rumah harta) merupakan lembaga sosial sejenis Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang merupakan bagian dari BMT (Baitul Maal wa Tamwil) diharapkan dapat mengelola kegiatan sosial secara maksimal. Baitul Maal L- Risma sebagai Nazir Wakaf (Pengelola Wakaf) memiliki kewajiban untuk menerima, mengelola, dan menyalurkan wakaf dari para wakif (Orang yang memberikan wakaf) kepada para mauquf ‘alaih (orang-orang yang berhak menerima manfaat wakaf) melalui berbagai program sosial yang dijalankan dengan sebaik-baiknya dan demi kemaslahatan umat. Dilihat dari sudut pandang ajaran Islam maupun dari aspek pembangunan kesejahteraan umat, wakaf memiliki manfaat yang sangat penting dan strategis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas pengelolaan wakaf tunai di Baitul Maal L-Risma Metro.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif. Sumber data yang diperoleh melalui sumber data primer dan sekunder, dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan menggunakan metode berpikir induktif.

Hasil penelitian ini bahwa pengelolaan wakaf tunai di Baitul Maal L- Risma menggunakan pola produktif. Pengelolaan dilaksanakan dalam bentuk pemberdayaan dana wakaf tunai melalui pengelolaan lahan, sewa lahan, pengembangan sekolah dan jasa ambulance. Penyaluran dana wakaf tunai menggunakan program penanaman lahan singkong, penanaman padi/jagung melalui sewa lahan, dan pengembangan Sekolah Islam Terpadu “ Fatkhul Arkham”. Program penanaman lahan singkong, penanaman padi/jagung ditujukan agar dana wakaf tunai terus berkembang dan mauquf ‘alaih dapat terus merasakan manfaatnya. Sedangkan program pendidikan ditujukan untuk masyarakat tidak mampu agar dapat tetap melanjutkan sekolah tanpa dibebankan pada biaya. Pengelolaan wakaf tunai oleh Baitul Maal L-Risma Metro masih belum sepenuhnya produktif, karena program-program yang telah dijalankan ada yang ditujukan untuk mencari keuntungan dan ada yang ditujukan hanya untuk kemaslahatan umat, kurangnya dana wakaf tunai untuk diberdayakan oleh baitul maal dan keuntungan yang diperoleh dari program wakaf tunai belum signifikan.

ORISINILITAS PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

: Eka Novita Sari NPM

: 13109518 Program

: D-III Perbankan Syariah Jurusan

: Syariah dan Ekonomi Islam Menyatakan bahwa Tugas Akhir ini keseluruhan adalah asli hasil penelitian saya, kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Metro, Yang menyatakan,

Eka Novita Sari NPM. 13109518

MOTTO

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” . (QS: Al Imran: 92).

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT. kupersembahkan Tugas Akhir ini kepada :

1. Kedua orang tuaku Ibu Sri Lasmini dan Bapak Lasiman yang tidak pernah lelah untuk mendo’akan dan mendukung baik dalam bentuk moril maupun materiil serta selalu mencurahkan kasih sayang dan motivasi yang tidak terbatas.

2. Adik-adikku Dwi Wahyuni dan Muhammad Fahrul yang selalu mendukung dan mendo’akan.

3. Teman terbaikku Eka Vandri Fitriansyah yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

4. Teman-teman seperjuanganku prodi D-III Perbankan Syariah angkatan 2013 yang telah memberikan motivasi dan dukungan.

5. Almamater STAIN Jurai Siwo Metro.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir yang berjudul “Produktivitas Pengelolaan Wakaf Tunai di Baitul Maal L-Risma Metro”.

Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga (D-III) Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Metro guna memperoleh gelar sarjana A.Md.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag. selaku Rektor IAIN Metro.

2. Ibu Siti Zulaikha, S.Ag., MH. selaku Dekan Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Metro.

3. Ibu Zumaroh, SE.I., ME.Sy. selaku Ketua Program D-III Perbankan Syariah IAIN Metro

4. Bapak Husnul Fatarib, Ph.D. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan yang sangat berharga.

5. Imam Mustofa, M.S.I. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan yang sangat berharga.

6. Bapak dan Ibu dosen/karyawan IAIN Metro yang telah menyediakan waktu dan fasilitas guna menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Ibu Dwi Indah Purnami selaku pimpinan Baitul Maal L-Risma Metro beserta seluruh karyawan Baitul Maal L-Risma Metro.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak dalam memahami ilmu pengetahuan perbankan syariah.

Metro, Februari 2017 Penulis,

Eka Novita Sari

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Baitul Maal L-Risma Kota Metro. ............... 34 Gambar 3.1 Skema Pengelolaan Wakaf Tunai Baitul Maal L-Risma Metro ... 45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pembimbing Tugas Akhir Lampiran 2 Outline Lampiran 3 Surat Tugas Lampiran 4 Surat Izin Research Lampiran 5 Surat Konfirmasi Izin Penelitian Lampiran 6 Surat Keterangan Bebas Pustaka Lampiran 7 Alat Pengumpul Data Lampiran 8 Formulir Konsultasi Bimbingan Tugas Akhir Lampiran 9 Brosur Baitul Maal L-Risma Metro Lampiran 10 Foto Dokumentasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Wakaf merupakan salah satu instrumen sumber dana sosial yang potensial, dan erat kaitannya dengan kesejahtraan umat. Karena wakaf bagian dari institusi keagamaan yang telah banyak membantu pembangunan secara menyeluruh di indonesia, baik dalam pembangunan sumber daya manusia maupun dalam pembangunan sumber daya sosial. Tidak dipungkiri, bahwa sebagian besar rumah ibadah, perguruan Islam dan lembaga-lembaga keagamaan Islam lainnya dibangun diatas tanah wakaf. Hal ini telah terjadi pada masa dinasti Abbasiyah, wakaf dikembangkan diberbagai aset berupa masjid, mushola, tanah pertanian, rumah, toko, kebun, pabrik roti, bangunan kantor, gedung pertemuan, tempat perniagaan, tempat pemandian, gudang beras dan lain-lain. 1

Di samping sebagai salah satu aspek ajaran Islam yang berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahtraan ekonomi (dimensi sosial). Hal ini selaras dengan fungsi wakaf yaitu “mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk

kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahtraan umum”. 2 Dimensi tanggungjawab sosial dalam wakaf berarti menempatkan wakaf tidak semata-

1 Direktorat Pemmberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta, 2007), h.8.

2 Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2012), h.357.

mata sebagai ibadah yang akan mendapatkan pahala dari Allah SWT tetapi juga sebagai nilai positif dalam hubungan sosial yang lebih luas yang mampu menggerakan kehidupan masyarakat.

Wakaf yang pada awalnya dilakukan sebagai pemanfaatan asset individual untuk kepentingan publik telah mengalami bebagai perubahan, baik pada tataran paradigma, wakaf telah bergerak dari sekedar pemanfaatan suatu benda tidak bergerak berupa dan bangunan mulai merambah kedalam upaya pemanfaatan berbagai barang/benda yang memiliki muatan ekonomi produktif. Sementara pada tataran praktik, wakaf kini mulai dikembangkan kedalam bentuk pemanfaat alat produksi dan alat ekonomi seperti uang, saham, dan sebagainya.

Maka pada tanggal 11 Mei 2002 Komisi Fatwa Majelis Ulama’ Indonesia MUI memberikan fatwa tentang wakaf uang. 3 Ada beberapa point

penting tentang keputusan wakaf uang. Yang pertama, wakaf uang (cash wakaf/waqf al Nuquf) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Kedua, yang termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. Ketiga, Hasil Fatwa Majelis Ulama Indonesia mebolehkan pelaksanaan wakaf uang tersebut. Keempat, wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’i, dan yang kelima, nilai pokok wakaf

3 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, (Jakarta, 2007), h.8.

uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan/atau diwariskan. 4

Pengelolaan wakaf benda bergerak terutama wakaf uang mensyaratkan harus memiliki strategi pengelolaan yang baik, perlu diciptakan untuk mencapai tujuan diadakannya wakaf. Wakaf hendaknya dikelola dengan baik dan diinvestasikan kedalam bebagai jenis investasi, sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat banyak. Pengelolaan wakaf diserahkan kepada nadzir, baik dari pemerintah maupun masyarakat.

Oleh karena itu, pengelolaan wakaf uang di Indonesia melibatkan beberapa lembaga keuangan professional yang mempunyai komitmen untuk mengembangkan dana wakaf sehingga dapat dimanfaatkan bagi kesejahtraan umat Islam. Di Indonesia lembaga ini dikenal dengan sebutan Lembaga Keuanga Syariah (LKS). Lembaga Keuangan Syariah merupakan lembaga yang secara resmi ditunjuk oleh pemerintah sebagai LKS Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU). LKS yang ditunjuk oleh Menteri berdasarkan saran dan pertimbangan yang dikeluarkan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI). 5

Namun LKS selain memiliki pengetahuan khusus tentang manajemen pengelolaan wakaf uang, maka untuk mendukung keberhasilan pengembangan aspek produktif dari dana wakaf tersebut, pihak nadzir harus memiliki berbagai pengetahuan dan pengalaman tentang usaha-usaha

4 Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Wakaf Uang, Jakarta, 11 Mei 2002.

5 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia , (Jakarta, 2007), h.44.

produktif serta bentuk investasi yang produktif, dan hasilnya dimanfaatkan untuk mauquf ‘alaih yang dibenarkan secara syari’ah.

Lembaga keuangan syariah didirikan dengan tujuan mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang terkait. Adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Prinsip syariah yang di anut oleh lembaga keuangan syariah dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil ‘alamin).

BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wat Tamwil, yang terdiri dari dua istilah yaitu Baitul Maal dan Baitut Tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dana dan penyaluran dana yang non profit, seperti: zakat, infaq, dan shadaqah. Sedangkan Baitut Tamwil sebagai usaha-usaha pengumpulan dana dan penyaluran dana yang bersifat komersial. 6 BMT dalam operasionalnya, dapat menjalankan berbagai jenis

kegiatan usaha, baik yang berhubungan dengan keuangan maupun non- keuangan. 7 BMT melakukan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif

dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang

6 Heri Suharsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,Edisi 4, (Yogyakarta: Ekonisia 2013), h. 107.

7 Nurul Huda, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 463.

pembiayaan kegiatan ekonominya. BMT juga bisa menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan

amanatnya. 8 Penerimaan dana wakaf berdasarkan literatur sejarah dilakukan oleh

institusi Baitul Maal. Baitul Maal merupakan institusi dominan dalam sebuah pemerintahan Islam. Salah satu yang berkembang di Indonesia adalah Baitul Maal Muamalat yang mengurusi masalah pengelolaan dana wakaf tunai. Pelaksanaan wakaf tunai di Baitul Maal Muamalat bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat dan memberikan kontribusi maksimal pada pegerakan ekonomi masyarakat. Pola-pola pengelolaan dana ini terintegrasi antara investasi wakaf pada sektor keuangan mikro, hasilnya baru disampaikan kepada para mauquf ‘alaih (penerima manfaat wakaf).

Di Indonesia banyak ditemui wakaf itu dikelola oleh suatu lembaga yang disebut sebagai yayasan.. Adapun pemerintah hanya berperan sebagai

pencatat registrasi yang mana dilakukan oleh Departemen Agama RI. 9 Selain itu, banyak ditemui juga bahwa wakaf dikelola oleh BMT atau

pun Baitul Maal. Pengelolaan pada lembaga, yayasan ataupun LKS tidaklah dipermasalahkan jika pengelola tersebut dapat memegang amanah untuk mengelolanya dan memberikan benefit untuk yang berhak menerima.

Sama halnya dengan lembaga lainnya, Baitul Maal L-Risma Metro dalam mengelola dana wakaf yang telah diberikan oleh wakif sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Departemen Agama. Baitul Maal L-

8 Ibid., h. 468. 9 Fajar Hidayanto, “Wakaf Tunai Produktif” , (Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang

Km 4,5 Yogyakarta : Mukadddimah), Vol. XV, No.26/Januari-Juni 2009, h.25.

Risma telah mengelola wakaf sejak akhir tahun 2013 dan baru mendapat sertifikat dari BWI pada Februari 2014. Pengelolaan dana wakaf yang diberikan oleh wakif akan disalurkan keprogram kesehatan dan sekolah serta kebun singkong.

Pengelolaan wakaf tunai menjadi penting agar dapat mencapai hasil yang optimal melalui pengelolaan yang baik. dalam peranan ini Nadzir harus faham, serta menyatu dengan masyarakat dan lingkungannya terutama yang berada diwilayah kerjanya. Nadzir harus tahu persis kondisi religius, sosial budaya, maupun ekonomi masyarakat sekitarnya. pemahaman yang menyeluruh dan mendalam akan membantu dalam mengembangkan program- program wakaf tunai sehingga akan dapat menyelesaikan problematika secara menyeluruh pula. 10

Sejak akhir tahun 2013, Baitul Maal L-Risma telah mengumpulkan dana wakaf tunai sebesar 311.188.000;-. Dana ini diperoleh dari wakif yang berasal dari masyarakat serta anggota Baitul Maal L-Risma dan BMT L- Risma. Dana wakaf tersebut digunakan untuk pendirian Sekolah Islam Terpadu “Roudhotul Jannah” dan biaya yang dikeluarkan sebesar 260.000.000;-. Biaya operasional dan gaji guru selama satu bulan bulan sebesar 1.500.000;-. Biaya yang dikeluarkan oleh Baitul Maal untuk

penanaman singkong sebesar 5.380.000;-. 11 Berdasarkan program-program

10 Fajar Hidayanto, “Wakaf Tunai Produktif” , (Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyakarta: Mukadddimah), Vol. XV, No.26/Januari-Juni 2009, h.27.

11 Wawancara Prasurvey dengan Ibu Indah Dwi Purnami manajer Baitul Maal L-Risma Metro pada hari Kamis, 21 Juli 2016 pukul 12.50 WIB.

yang telah dijalankan, diharapkan dana wakaf dapat diberdayagunakan dengan baik, sehingga tujuan dari wakaf dapat tercapai.

Pentingnya kedudukan nadzir wakaf bagi wakif, yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahtraan ekonomi umat melalui wakaf. Terlebih dengan program wakaf tunai yang telah dijalankan oleh Baitul Maal yaitu wakaf tunai produktif, maka kemungkinan dapat menjadikan dana wakaf tunai tersebut untuk lebih berkembang (produktif) dan dijamin keutuhannya.

Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang produktivitas pengelolaan wakaf tunai yang dapat menghasilkan pertambahan asset yang nantinya diberikan kepada Mauquf ‘alaih sesuai kektentuan syariat Islam.

B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan dari latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini yaitu apakah pengelolaan wakaf tunai di Baitul Maal L-Risma Metro produktif ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah seperti yang dikemukakan di

atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas pengelolaan wakaf tunai di Baitul Maal L-Risma Metro.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan produktivitas pengelolaan wakaf tunai di Baitul Maal L-Risma.

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Baitul Maal L-Risma Metro dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan produktivitas pengelolaan wakaf tunai di Baitul Maal L-Risma Metro dan sebagai sarana informasi kepada pembaca dan peneliti sendiri mengenai manajemen pengelolaan wakaf tunai agar tetap produktif di Baitul Maal L-Risma Metro.

D. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan (field research) adalah yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap satu objek 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan (field research) adalah yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap satu objek

mendalam tentang produktifitas pengelolaan wakaf tunai di Baitul Maal L-Risma Metro.

Sesuai dengan judul serta fokus permasalahan yang diambil, maka sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Traves, deskriptif adalah menggambarkan sifat sesuatu yang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. 13 sedangkan penelitian kualitatif adalah sebagai penelitian yang

menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis. Maka, yang dimaksud dengan penelitian ini adalah berupa keterangan- keterangan bukan berupa angka-angka hitungan. Artinya penelitian ini berfokus pada usaha mengungkapkan tentang produktivitas pengelolaan wakaf tunai di Baitul Maal L-Risma Metro.

2. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. 14 Data merupakan hasil pencatatan

baik yang berupa fakta dan angka yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi. Oleh karena itu, subjek penelitian adalah subjek yang diambil

12 Suraya Murcita Ningrum, Pengantar Metodologi penelitian Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Prudent Media, 2013), h.60.

13 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.22.

14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 129.

datanya untuk diambil kesimpulan atau sejumlah subjek yang diteliti dalam suatu penelitian.

Dalam penelitian ini digunakan beberapa sumber data, baik itu sumber data primer maupun sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh oleh peneliti langsung di tempat penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian langsung di Baitul Maal L-Risma Metro. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Manajer di Baitul Maal L-Risma Metro.

Sumber data sekunder diharapkan dapat menunjang penulis dalam mengungkapkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, sehingga sumber data primer menjadi lebih lengkap diantaranya jurnal, buku-buku serta data penunjang yang diperoleh dari Baitul Maal L-Risma Metro, yang membahas tentang produktivitas pengelolaan wakaf tunai.

3. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode sebagai berikut:

a. Teknik Wawancara (Interview) merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. 15 Cara yang digunakan peneliti adalah interview bebas

terpimpin, karena untuk menghindari pembicaraan yang menyimpang dari permasalahan yang akan diteliti. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan disiapkan terlebih dahulu, diarahkan kepada topik yang

15 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h.57.

akan digarap, untuk dilakukan interview. Dalam hal ini, peneliti langsung mengajukan pertanyaan manajer dan karyawan Baitul Maal L-Risma Metro tentang produktivitas pengelolaan wakaf tunai di Baitul Maal L-Risma Metro.

b. Tekik Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. 16 Cara yang dilakukan peneliti adalah

dengan membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian untuk mendapatkan dan melengkapi data-data secara teoritis yang erat hubungannya dengan hal-hal yang sedang diteliti melalui jurnal, buku-buku serta data penunjang yang diperoleh dari Baitul Maal L-Risma Metro.

4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, menemukan pola, memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang dapat diceritakan. 17 Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

analisis kualitatif, karena data yang diperoleh merupakan keterangan- keterangan dalam bentuk uraian. Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, maksudnya sumber data yang diperoleh itu tertulis atau ungkapan dan tingkah laku yang diobservasi

16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.188.

17 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 248.

dari manusia. 18 Analisis data kualitatif tersebut menggunakan cara berpikir induktif. Cara berpikir induktif adalah cara berpikir yang

berawal dari fakta-fakta yang khusus dan kongkrit, peristiwa kongkrit kemudian dari fakta atau peristiwa tersebut ditarik kesimpulan.

Berdasarkan keterangan di atas maka dalam menganalisa data, peneliti menggunakan data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data tersebut dianalisa dengan menggunakan cara berpikir induktif.

5. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, pada titik akhir pengumpulan data peneliti mengalami kesulitan dalam memperoleh data. telah dilakukan berbahai upaya, namun data yang didapat tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti.

Ketika peneliti berusaha memperoleh data dari narasumber lainnya yaitu karyawan Baitul Maal L-Risma Metro, namun semua merekomendasikan kepada manajer Baitul Maal L-Risma Metro.Oleh karna itu, peneliti memperoleh data hanya dengan satu narasumber.

E. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam Tugas Akhir yang berjudul “Produktivitas Pengelolaan Wakaf Tunai di Baitul Maal L-Risma Metro”. Pada BAB I Pendahuluan diawali dengan Latar Belakang Masalah yang berisi pembahasan tentang alasan dalam memilih permasalahan terkait judul dengan

18 Burhan Ashafa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.16.

mengungkapkan objek kajian. Dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta diakhiri dengan sistematika pembahasan.

BAB II berisi Landasan Teori. Landasan teori ini menjelaskan teori- teori terkait komponen judul. Pada komponen teori Wakaf akan dibahas tentang pengertian, dasar hukum, dan orang-orang yang berhak menerima. Pada komponen teori Pengelolaan akan dibahas tentang mekanisme atau cara pengelolaan wakaf tunai.

Pada BAB III berisi Pembahasan. Bagian ini mendeskripsikan temuan-temuan penelitian yang diperoleh di lapangan tentang pengelolaan wakaf tunai disertai dengan pembahasan (analisis) produktivitas atas hasil temuan tersebut.

Tugas akhir ini dipungkasi dengan penyajian kesimpulan dan saran pada BAB IV.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Wakaf Tunai

1. Pengertian Wakaf Tunai Menurut bahasa wakaf berasal dari kata waqf yang berarti radiah

(terkembalikan), al-tahbis (tertahan), al-tasbil (tertawan), dan al-man’u (mencegah). 19 Kata Al Waqf dalam bahasa arab mengandung beberapa

pengertian “menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindah milikkan”. 20 Para imam mazhab sepakat, wakaf itu merupakan ibadah yang

dibolehkan oleh syara’. 21 Namun terdapat perbedaan pendapat mengenai pengertian wakaf :

a. Imam Abu Hanifah Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan

b. Imam Maliki Imam Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif

19 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h.239. 20 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf, ( Jakarta, 2007), h.1.

21 Syaih al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab, (Bandung: Hasyimi, 2012), h. 289.

berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya

c. Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hambal Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan

d. Mazhab Imamiyah berpendapat bahwa kepemilikan atas benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik mauquf ‘alaih (yang diberi wakaf), meskipun mauquf ‘alaih tidak berhak melakukan suatu tindakan atas benda wakaf tersebut, baik menjual atau menghibahkannya. 22

Menurut Majelis Ulama’ Indonesia (MUI), Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang. termasuk kedalam

pengertian uang adalah surat-surat berharga. 23 Menurut Syafi’i, Malik dan Ahmad, wakaf itu adalah suatu ibadah

yang disyariatkan. Hal ini disimpulkan baik dari pengertian-pengertian umum ayat al-Quran yang secara khusus menceritakan kasus-kasus wakaf

di zaman Rasulullah. 24 Kemudian menurut M.A. Manan, kata waqf (wakaf) dapat diartikan

sebagai sesuatu yang substansinya (wujud aktiva) dipertahankan, sementara hasil/manfaatnya digunakan sesuai dengan keinginan waqif

22 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama, 2008) h. 2-4.

23 Keputusan fatwa MUI (tentang wakaf uang) pada tanggal 11 Mei 2002. 24 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia Dalam Teori dan Praktek, h. 27.

(orang yang mewakafkan hartanya); dengan demikian, wakaf berarti proses legal oleh seseorangyang melakukan amal nyata. 25

Kemudian dalam Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 wakaf uang adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian uang milikknya untuk dimanfaatkan selamanya atau di milikinya guna keperluan ibadah dan/atau

kesejahtraan umum untuk syariah. 26 Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa

wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum berupa uang untuk dikelola secara produktif tanpa menghilangkan aset pokoknya sehingga dapat diambil manfaatnya oleh yang berhak menerimanya (mauquf ‘alaih) sesuai dengan ajaran islam untuk kesejahtraan umum.

2. Dasar Hukum Wakaf Tunai Wakaf Tunai dibolehkan berdasarkan firman Allah, Hadits Nabi

dan pendapat Ulama, yaitu:

a. Firman Allah Al Imran ayat 92 :

25 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Sertifikat Wakaf Uang, (Jakarta: PKTTI-UI, 2001), h.9.

26 Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 1 Tahun 2009.

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” 27 . (QS: Ali Imran [3] : 92).

b. Firman Allah al Baqarah ayat 261

Artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS : Al-Baqarah: 261). 28

c. Hadits Nabi Muslim meriwayatkan :

27 Hj. Yusna Zaidah, “Wakaf Tunai Sebagai Alternatif Pemberdayaan Ummat Islam Di Indonesia” , (Banjarmasin : Fakultas Syariah IAIN Antasari, Jl. A. Yani 4,5 Banjarmasin), h. 5.

28 Al Qur’an , (QS : Al-Baqarah: 261).

Artinya : Dari Abu Hurairah RA. Rasullah SAW. Bersabda : “Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih yang mendo’akannya” (HR. Muslim). 29

d. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) membolehkan wakaf Uang. Fatwa tersebut dikeluarkan pada tanggal 11 Mei 2002. Pada saat itu, komisi fatwa MUI juga merumuskan definisi (baru) tentang wakaf, yaitu: 30

“Menahan harga yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (menjual, memberikan, atau mewariskannya), untuk disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada”.

3. Rukun Dan Syarat Wakaf Tunai

a. Rukun wakaf ada empat yaitu:

1) Orang yang mewakafkan hartanya (wakif)

29 Heri Sudrsono, Bank dan Lembga Keuangan Syariah, Edisi 4, (Yogyakarta: Ekonisia, 2013), h. 306.

30 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Uang, (Jakarta, 2007), h.19.

Seorang wakif haruslah memenuhi syarat untuk mewakafkan hartanya, diantaranya adalah kecakapan bertindak, telah dapat mempertimbangkan baik buruknya perbuatan yang

dilakukannya dan benar-benar pemilik harta yang diwakafkan itu. 31 Orang yang mewakafkan harta (wakif) disyaratkan memiliki

kecakapan bertindak hukum dalam hal membelanjakan hartanya. Kecakapan betindak disini meliputi empat kriteria sebagai berikut:

a) Merdeka;

b) Berakal sehat;

c) Dewasa (baligh);

d) Tidak berada di bawah pengampuan (boros/lalai). 32

2) Harta yang diwakafkan (mauquf). Barang atau benda yang diwakafkan haruslah memenuhi syarat-syarat berikut:

a) Harus tetap zatnya dan dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama, tidak habis sekali pakai;

b) Harta yang diwakafkan itu haruslah jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya (jika berbentuk tanah misalnya);

c) Benda itu, sebagaimana disebutkan di atas, harus benar-benar kepunyaan wakif;

31 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1988), h. 84-85.

32 Direktoran Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktoran Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Fiqih Wakaf, (Jakarta: 2005), h. 17.

d) Harta yang diwakafkan itu dapat berupa benda tidak bergerak dan dapat juga berupa benda bergerak.

3) Tujuan wakaf (mauquf ‘alaih) Tujuan wakaf (dalam tujuan itu tercermin yang berhak menerima hasil wakaf) atau mauquf ‘alaih, harus jelas, misalnya:

a) Untuk kepentingan umum, seperti: tempat mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit dan amal-amal sosial lainnya;

b) Untuk menolong fakir-miskin, orang-orang terlantar dengan jalan membangun panti asuhan;

c) Untuk keperluan anggota keluarga sendiri, walaupun misalnya anggota keluarga itu terdiri dari orang-orang yang mampu;

d) Tujuan wakaf tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah.

4) Pernyataan (sighat) wakif. Pernyataan wakif yang merupakan tanda penyerahan barang atau benda yang diwakafkan itu, dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. 33 Contoh: “Saya sedekahkan sekian untuk begini dengan

sedekah yang dimuliakan”.

b. Syarat Wakaf Adapun syarat-syarat wakaf, antara lain:

1) Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-wakif):

33 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, h. 86-88.

a) Orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada siapa yang ia kehendaki;

b) Dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk;

c) Dia mestilah baligh;

d) Dia mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum. Orang bodoh, orang yang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya.

2) Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauqu’). Harta yang diwakafkan itu tidak sah dipindah milikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh:

a) Barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang berharga;

b) Harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya, maka pengalihan milik pada ketika itu tidak sah;

c) Harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf.

3) Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (almauquf ‘alaih). Orang yang menerima wakaf ada dua macam, yaitu tertentu (mu’ayyan) dan tidak tertentu (ghaira mu’ayyan).

a) Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu adalah: ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta, maka orang muslim, orang yang merdeka yang memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf;

b) Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira mu’ayyan, bahwa yang akan menerima wakaf itu mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah.

d. Syarat-syarat Shigah berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa syarat:

1) Ucapan itu mestilah mengandung kata-kata yang menunjukkan kekalnya. Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu;

2) Ucapan itu dapat direalisasikan segera tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu;

3) Ucapan itu bersifat pasti;

4) Ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua persyaratan di atas dapat terpenuhi, maka penguasaan atas wakaf bagi penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi kembali harta itu, dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya.

4. Macam-macam Wakaf

Ada dua macam wakaf yang terkenal dikalangan kaum muslim, yaitu: 34

a. Wakaf ahli (wakaf khusus) Wakaf ahli atau wakaf khusus ialah wakaf yang diperuntukkan khusus kepada orang-orang tertentu, seorang atau lebih, keluarga wakif atau bukan. Karena wakaf ini adalah wakaf yang diperuntukkan bagi orang- orang khusus atau orang-orang tertentu, maka wakaf ini disebut pula

dengan wakaf khusus. 35

b. Wakaf khairi Wakaf khairi, ialah wakaf yang sejak semula manfaatnya diperuntukkan untuk kepentingan umum tidak dikhususkan untuk orang-orang tertentu, seperti mewakafkan tanah untuk mendirikan masjid, mewakafkan sebidang kebun yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk membina suatu pengajian dan sebagainya. 36

Sebelum lahir UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf. Perwakafan di Indonesia diatur dalam PP No. 28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik. Namun peraturan perundangan tersebut hanya mengatur benda- benda wakaf tidak bergerak dan peruntukannya lebih banyak untuk kepentingan ibadah mahdhah, seperti: masjid, musholla, pesantren, kuburan dan lain-lain.

34 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqh, (Departemen Agama: 1986), h. 220-222.

35 Ibid., 36 Ibid,.

Peraturan perundangan perwakafan di-regulasi agar perwakafan dapat diberdayakan dan dikembangkan secara lebih produktif. Regulasi peraturan perundangan perwakafan tersebut berupa UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaannya. Kedua peraturan perundangan tersebut memiliki urgensi, yaitu selain untuk kepentingan ibadah mahdhah, juga menekankan perlunya pemberdayaan wakaf secara produktif untuk kepentingan sosial

(kesejahteraan umat). 37

5. Manajemen Pengelolaan Wakaf Tunai Sistem manajemen pengelolaan wakaf merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan paradigma baru wakaf di Indonesia. Jika dalam paradigma lama wakaf selama ini lebih menekankan pentingnya pelestarian dan keabadian benda wakaf, maka dalam pengembangan paradigma baru wakaf lebih menitik beratkan pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata tanpa kehilangan eksistensi benda wakaf itu sendiri. Didalam meningkatkan dan mengembangkan aspek kemanfaatannya, tentu yang sangat berperan sentral adalah sistem manajemen pengelolaan yang diterapkan harus ditampilkan lebih profesional dan modern yang bisa dilihat pada aspek-aspek pengelolaan: 38

a) Kelembagaan

37 Ahmad junaidi, Thobieb Al-Asyar, Menuju Era Wakaf Produktif. (Jakarta: PT Mumtaz Publishing, 2007), h. 89-102.

38 Direktorat Pengembangan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta, 2007), h. 105.

b) Pengelolaan Oprasional

c) Kehumasan (pemasaran)

d) Sistem Keuangan Dana wakaf tunai dapat dikelola dan diinvestasikan dalam berbagai jenis investasi, misalnya :

a) Investasi jangka pendek yaitu dalam bentuk mikro kredit. Seperti: KPKM (Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro)

b) Investasi jangka menengah yaitu industri/usaha kecil

c) Investasi jangka panjang yaitu untuk industri manufaktur dan industri besar lainnya. Seperti: investasi pabrik dan perkebunan. 39

Proyek-proyek yang dikerjakan bisa berupa pertanian padi sawah atau palawija, sehingga bisa menghasilkan cadangan pangan dan lumbung bibit, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Model ini merupakan analogi dari wakaf ahli, dimana wakif memberikan wasiat agar hasil pengelolaan wakaf dapat dipakai untuk menyantuni anggota keluarga yang kekurangan atau membutuhkan dana. Dalam model ini anggota keluarga besar seseorang diperluas menjadi warga desa, sehingga setiap bagian warga desa yang mengalami kemiskinan dan kesulitan lain seperti kesehatan dan pendidikan, dapat disantuni dari dana hasil pengelolaan

wakaf tersebut. 40 Salah satu model yang dapat dikembangkan dalam mobilisasi

wakaf uang adalah model dana abadi, yaitu dana yang dihimpun dari

39 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, h. 52.

40 Ahmad junaidi, Thobieb Al-Asyar, Menuju Era Wakaf Produktif. h. 97.

berbagai sumber dengan berbagai cara yang sah dan halal. Kemudian dana yang etrhimpun dengan volume besar diinvestasikan dengan tingkat keamanan yang tinggi melalui Lembaga Penjamin Syari’ah (LPS). Keamanan investasi ini paling tidak mencakup dua aspek. Aspek Pertama, yaitu keamanan nilai pokok dana abadi sehingga tidak terjadi penyusutan (jaminan keutuhan). Aspek kedua, yaitu investasidana abadi tersebut harus produktif, yang mampu mendatangkan hasil atau pendapatan (incoming generating allocation) karena hasil dari hasil pendapatan inilah pembiayaan kegiatan organisasi akan dilakukan dan sekaligus menjadi

sumber utama untuk pembiayaan. 41 Mengacu pada model dana abadi tersebut, konsep wakaf uang

dapat diberikan dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan. Penyesuaian harus dilakukan karena adanya persoalan yang melekat pada wakaf uang, yaitu problem of perpetuity, persoalan keabadian selamanya. Salah satu upaya preventifnya adalah dengan menegaskan tujuan wakaf uang itu secara jelas. Disamping itu juga langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut harus dinyatakan secara jelas dan mudah dipahami. Sementara itu, instrumen yang akan digunakan dalam mencapaitujuan wakaf tersebut juga tidak akan kalah pentingnya, baik dari bentuk maupun nilai. 42

41 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, (Jakarta, 2007), h. 9.

42 Ibid, h. 10.

Model dana abadi tersebut sangat layak dijadikan model untuk pengembangan wakaf uang. Beberapa alasan dapat dikemukakan antar

lain: 43

a) Dapat membantu menjaga keutuhan aset uang dari wakaf, sehingga dapat mengurangi perpuitas yang melekat pada uang.

b) Dapat menjadi sumber pendanaan (source of financing) pada unit-unit usaha yang bersifat komersil maupun sosial, sehingga dapat mendorong usaha secara lebih luas. Secara khusus katersedian dana dari sumber ini dapat mengisi ruang kosong yang terjangkau oleh sistem pembiayaan yang ada.

c) Cakupan target wakaf menjadi lebih luas, terutama dari aspek mobilisasi maupun aspek alokasi dana wakaf.

B. Produktivitas

5. Pengertian Produktivitas Di dalam kamus lengkap bahasa indonesia, Produktivitas adalah kata benda yang memiliki makna kemampuan menghasilkan sesuatu. 44

sedangkan menurut Stonier dan Hague: “Bagi ahli ekonomi, produktivitas berarti keluaran untuk setiap masukan”. Oleh karena itu, produktivitas berarti besarnya hasil produksi yang dapat dihasilkan oleh setiap satuan input. 45

43 Ibid. 44 MB. Rahimsyah Satyo Adhi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Aprindo,

2005), h. 343. 45 Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),

h. 60.

Ada juga yang menyatakan bahwa produktivitas ialah luantitas dari volume atau jasa yang dihasilkan. Akan tetapi banyak pandangan menyatakan bahwa produktivitas bukan hanya kuantitas, tetapi kualitas produk yang dihasilkan, yang harus juga dipakai sebagai pertimbangan

memngukur tingkat produktivitas. 46 Berdasarkan pendapat diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa peroduktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang digunakan di dalam menghasilkan sesuatu. Dalam arti lain, proses produksi dikatakan produktif apabila telah menghasilkan suatu hasil yang melebihi dari semula.

6. Macam-Macam Produktivitas Produktivitas mempunyai dua jenis, yaitu: 47

a. Cost Effeciency adalah kemampuan untuk memproduksi pada tingkat tertentu dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan produsen lain.

b. Technical Effeciency adalah kemampuan untuk menghasilkan iuran sebesar mungkin dari jumlah masukan tertentu

7. Wakaf Tunai Produktif Wakaf tunai yang dikelola dan diinvestasikan ke sektor produktif,

maka akan menjadi wakaf produktif. Wakaf produktif merupakan bentuk

46 Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.85. 47 Muled Mulyono, Penerapan Produktivitas Dalam Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara Bekerja Sama Dengan Pusat Universitas-Studi Ekonomi Universitas Indonesia, 1993), h. 4.

pengembangan paradigma wakaf. Wakaf produktif dapat dilakukan sedikitnya dengan dua cara, yakni dengan wakaf uang dan wakaf saham. 48

Dalam Bab V Undang-Undang No. 41Tahun 2004 tantang wakaf, yang diatur dalaml pasal 43 dinyatakan bahwa : Pengelolaan dan pengembangan harta wakaf harus dilakukan secara produktif antara lain dengan cara pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, perdagangan, agrobisnis, pertambangan, prindustrian, pengembangan teknologi, pembangunan gedung, apartemen, rumah susun, pasar swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan ataupun sarana kesehatan dan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan

syariah. 49 Peraturan perundangan perwakafan di-regulasi agar perwakafan

dapat diberdayakan dan dikembangkan secara lebih produktif. Regulasi peraturan perundangan perwakafan tersebut berupa UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaannya. Kedua peraturan perundangan tersebut memiliki urgensi, yaitu selain untuk kepentingan ibadah mahdhah, juga menekankan perlunya pemberdayaan wakaf secara produktif untuk kepentingan sosial

(kesejahteraan umat). 50 Dengan pengelolaan dan pengembangan wakaf tunai berdasarkan

uraian diatas, tentunya sangat memungkinkan bahwa wakaf dapat

48 Rozalinda, Manajeman wakaf produktif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 5.

49 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. 50 Ahmad junaidi, Thobieb Al-Asyar, Menuju Era Wakaf Produktif, (Jakarta: PT Mumtaz

Publishing, 2007), h. 89-102.

melepaskan ketergantungan masyarakat terhadap pinjaman modal dari pihak yang mengambil keuntungan dari bunga pinjaman yang disalurkan. Selain itu, dengan pengembangan wakaf tunai secara profesional dapat mendorong peningkatan kemandirian masyarakat dalam mengelola kegiatan produksi tersebut, serta mampu menghasilkan hasil yang memungkinkan akan terus produktif untuk tujuan wakaf (mauquf ‘alaih).

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kenaikan produktivitas disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 51

a. Kemajuan teknologi memproduksi

b. Pertambahan kepandaian dan ketrampilan tenaga kerja

c. Perbaikan dalam organisasi perusahaan dan masyarakat Sedangakan dalam perhitungan tingkat produktivitas, ada 3 bentuk dasar perhitungan, yaitu: 52

a. Produktivitas Parsial, yauitu perbandingan output dengan salah satu input tertentu, misalnya dengan input kerja.

b. Produktivitas Total-Faktor, yaitu perbandingan output dengan sejumlah input yang berhubungan dengan pekerja dan modal.

c. Produktivitas Total, yaitu perbandingan output dengan input.

51 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi 3, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 354.

52 Ibid., h.86.