TENRIKYo 3 0 0 C 5 9 2 9 7 4 0 6 6 5 5 9

TENRIKYō「天理教」
PAPER
Memenuhi tugas matakuliah Nihon Jijo
yang dibina oleh Ibu Hamdan Nafi’atur R., M.Si.

Oleh Kelompok 4
Zasqia Risky Setiawan

(165110200111018)

Lum’atul Maghfiroh

(165110201111001)

Ariska Khurnia Wardani

(165110201111002)

Cut Fajriyawati Amalia

(165110201111003)


UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
April 2017

Tenrikyō 「天理教」

A. Definisi
1. Menurut Para Ahli

Tenrikyō 「 天 理 教 」 adalah suatu agama Tenrism (bahasa Inggris), yakni
agama monoteisme di Jepang, yang berkembang berdasarkan ajaran Miki
Nakayama, yang juga dikenal sebagai Oyasama oleh para pengikutnya. Para
pengikut Tenrikyo percaya bahwa Tuhan, yang dikenal dalam berbagai nama
antara lain Tenri-O-no-Mikoto, telah menyatakan kehendak ilahi-Nya melalui
Nakayama.

Tenrikyo


diklasifikasikan

sebagai

Shinshūkyō

(gerakan

keagamaan baru) dalam sastra populer karena didirikan pada abad ke-19.
Tenrikyo dimulai pada tanggal 26 Oktober 1838, atas wahyu Tuhan Orangtua
(God Parent), Tenri-O-no-Mikoto, melalui Oyasama, Bunda Miki Nakayama,
untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Tuhan Orangtua adalah Tuhan
Pencipta dan Tuhan yang sebenarnya, yang senantiasa melindungi umat
manusia dengan penuh kasih sayang keorangtuaan-Nya. Tuhan menciptakan
manusia dengan kehendak bersama-sama bergembira dalam melihat manusia
hidup riang gembira. Maka dari itu, kehidupan suka cita inilah yang
merupakan tujuan hidup manusia. Selain itu Tenrikyō 「 天 理 教 」 memiliki
ajaran pokok antara lain: Tanno (Penerimaan Joyous) yaitu sikap yang

1


konstruktif terhadap masalah, penyakit dan kesulitan tanpa menempatkan
penilaian pada apa yang telah terjadi di masa lalu. Juze no Shugo sepuluh
prinsip yang terlibat dalam penciptaan yang ada di Futatsu Hitotsu (duadalam-satu hubungan), prinsip-prinsip ini dianggap dapat diterapkan secara
terus-menerus di seluruh alam semesta. Di Tenrikyo ada tiga tingkat berturutturut pemahaman tentang sifat Tuhan yang pertama adalah Kami, yakni
Tuhan sebagaimana dipahami dalam setiap hal, yang kedua adalah Tsukihi
yakni Tuhan sebagai pencipta alam dan alam hukum, dan terakhir Oya
(Induk), atau Allah sebagai induk dari manusia.
Tuhan adalah pencipta, maka manusia adalah anak Tuhan dan
semuanya adalah saudara. Kita diajarkan bahwa tubuh manusia adalah
pinjaman dari Tuhan, hanya hati saja yang menjadi milik kita sendiri, dan kita
dapat mencapai kehidupan suka cita bila pemakaian hati kita itu sesuai
dengan kehendak-Nya. Dalam Tenrikyo diajarkan bahwa pemakaian hati
yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan adalah debu, yang harus kita
bersihkan dari hati kita. Meskipun Tenrikyo sekarang benar-benar terpisah
dari Shinto dan Buddha, namun masih banyak tradisi praktik keagamaan di
Jepang. Misalnya, banyak dari benda-benda yang digunakan dalam
mendukung pelayanan keagamaan Tenrikyo, seperti Hassoku 「 八 足 」 dan
Sanpo 「 散 歩 」 , secara tradisional digunakan dalam ritual agama Shinto di
Jepang. Pada tahun 1908 Tenrikyo secara resmi diakui sebagai sebuah sekte

Shinto.
2. Menurut Kelompok
Tenrikyō 「天理教」adalah suatu agama baru di Jepang (Shinshūkyō) yang
mulai berkembang pada abad ke-19. Tenrikyō 「 天理 教 」 merupakan agama
dengan kepercayaan adanya Tuhan tunggal (monoteisme). Ajaran pokok dari
Tenrikyō 「天理教」adalah menciptakan hidup gembira dan suka cita sesuai
dengan apa yang telah diajarkan oleh Tuhan. Hal tersebut dapat diperoleh dari
melakukan tindakan amal, kesadaran diri serta hati nurani yang disebut
Hinokishin. Dasar pengajaran Tenrikyō 「天理教」lahir dari prinsip bahwa kita

2

semua diciptakan oleh Tuhan, orang tua kita, untuk saling hidup dalam
kebahagiaan, kedamaian, dan keharmonisan. Tuhan dianggap sebagai orang
tua yang tidak menginginkan apapun kecuali anaknya (umat) hidup bahagia
dan berbagi kebahagiaan tersebut. Oleh karena itu menikmati kehidupan yang
bahagia ialah tujuan kehadiran umat Tenrikyo. Sehubungan dengan hubungan
antara orang tua dengan anaknya, pengikut Tenrikyo menganggap bahwa
Tuhan mereka juga orang tua mereka.


B. Sejarah Tenrikyō 「天理教」
Kisah asal usul tenrikyo bermula pada tahun 1838 ketika Nakayama Miki
atau Oyasama (panggilan dari para pengikut) yang dirasuki oleh dewa TenriO-No-Mikoto, yang menuntut suami Nakayama Miki untuk menyerahkan
istrinya untuk dijadikan sebagi kuil manusia. Tiga hari kemudian, suami dari
Nakayama Miki menerima permintaan tersebut dan kemudian Miki berubah
menjadi sebuah kuil yang disebut oleh pengikutnya sebagai “Kuil Suci
Tuhan”. Dalam website resmi dari ajaran ini mencantumkan bahwa Tenrikyo
mulai muncul pada 26 Oktober 1838. Miki Nakayama lahir pada tanggal 18
April 1798 dan wafat pada tanggal 26 Januari 1887. Dalam kepercayaan ini,
terdapat kitab suci yaitu Ofudesaki, Mikagura-Uta, Oshashizu. Kitab-kitab
tersebut berisi puisi ataupun lagu yang menyangkut wahyu Tuhan dan
disampaikan oleh pemuka Tenrikyo. Buku utama dari Tenrikyo ini adalah
Ofudesaki, yang selesai dibuat pada tahun 1866 dan merupakan bab-bab
pertama dalam kitab ajaran Tenrikyo. Agama ini tidak berpedoman pada satu
paham saja, melainkan ada dua paham yang dianut, yaitu monoteistik dan
panteistik. Kedua paham tersebut saling dikombinasikan dan tidak ada yang
mendominasi.
Dalam agama ini, para penganut percaya bahwa seseorang dapat
mengontrol pikirannya tetapi tidak dengan tubuh mereka. Ajaran ini juga
memandang bahwa perilaku buruk seseorang tidak dianggap sebagai sebuah


3

dosa melainkan sebuah ‘debu’ yang dapat dihilangkan melalui ritual-ritual
tertentu. Namun, prinsip ajaran ini terdiri dari amal, bebas dari keserakahan,
keegoisan, kesombongan, kemarahan, dan kebencian.
Nakayama miki mulai menyebarkan serta mengajarkan Tenrikyo
kepada orang lain, salah satunya Izo Iburi. Izo Iburi juga menerima pesan dari
Tenri-O-no-Mikoto dan menyebarkan Tenrikyo serta mengkompilasi pesan
dari Tenri-O-no-Mikoto dan Nakayama ke dalam teks formal. Pada awalnya,
pemerintah menjadikan Tenrikyo sebagai salah satu sekte Budha untuk
sementara waktu, tetapi kemudian diakui menjadi salah satu sekte Shinto
meskipun memiliki sifat teologis yang berbeda dari ajaran Shinto. Setelah
Perang Dunia II, pengikut Tenrikyo meminta pemerintah untuk menghapuskan
statusnya sebagai sekte Shinto dan mulai menyingkirkan perngaruh Budha dan
Shinto dari ajaran Tenrikyo meskipun masih memiliki beberapa kesamaan
dalam aspek tertentu. Dan pemerintah mulai mengizinkan untuk berkembang
dalam masyarakat konvensional.

C. Perkembangan Tenrikyo


Tenrikyo berpusat di Kota Tenri, Prefektur Nara, Jepang yang
dipusatkan di Oyasato (rumah bagi seluruh umat). Oyasato merupakan
bangunan utama atau pusat kegiatan keagamaan Tenrikyo. Tenrikyo telah

4

menyebar keseluruh Jepang dan juga ke banyak negara lain di dunia. Selain
menyeleggarakan ziarah, festival, dan konveksi, Tenrikyo juga menawarkan
kuliah dan kursus untuk pengembangan spiritual dalam upaya untuk
mempertahankan ajarannya, dengan mendirikan seminar, perpustakaan,
museum, rumah sakit umum, dan sistem pendidikan yang komprehensif mulai
dari TK hingga perguruan tinggi.
Dewasa ini Tenrikyo telah tersebar tidak hanya di seluruh Jepang,
melainkan keberbagai negara di dunia. Persebaran agama ini didorong oleh
kepercayaan dan keimanan kepada Tuhan, siang dan malam umat Tenrikyo
dengan giat melakukan berbagai usaha untuk mencapai perdamaian dunia. Tak
lain halnya dengan Indonesia. Ajaran agama ini sudah diajarkan di Indonesia.
Menilik 64 pengikut dari berbagai daerah di Indonesia, Tenrikyo Indonesia
Shutchosho mengamati layanan instalasi untuk kepala keempat, Pdt Michio

Harima, pada 15 Juli dengan Direktur-in-Chief Urusan Administrasi Masahiko
Iburi hadir sebagai tamu kehormatan. Layanan ini, yang dilakukan sebagai
layanan bulanan, juga memperingati ulang tahun ke-20 dari shutchosho juga.
Misi di wilayah Indonesia dimulai sebelum Perang Dunia II. Ada
sebuah gereja Tenrikyo di Jawa sekitar waktu itu. Karena perang, namun, jalan
di daerah itu dihentikan. Setelah akhir perang, wilayah ini mencapai
kemerdekaan sebagai Republik Indonesia. Hal ini dicatat bahwa jalan di
daerah itu dimulai kembali di sekitar tahun 1966. Jalan di Indonesia masih
jauh dari mudah, dan pengikut menghadapi banyak kesulitan dan kesulitan
dalam berbagi ajaran dengan orang-orang yang tinggal di masyarakat Islam.
Pada bulan November tahun 1987, bagaimanapun, pemerintah mengizinkan
Tenrikyo pengikut di Indonesia untuk membangun Tenrikyo Indonesia
Renrakusho, secara resmi mengakui Tenrikyo sebagai kelompok agama yang
baru terbentuk. Sepuluh tahun kemudian, renrakusho itu diangkat ke status
shutchosho. Namun, meskipun Tenrikyo demikian secara resmi diakui di
Indonesia, fakta bahwa hampir 90 persen dari penduduknya adalah Muslim
membuatnya sulit untuk Tenrikyo untuk melakukan kegiatan di Indonesia.

5


Namun demikian, para pengikut telah berhasil untuk terlibat dalam
pekerjaan keselamatan dan juga telah memberikan kontribusi untuk pelayanan
kesejahteraan sosial dengan menggali sumur kegiatan sebagai hinokishin dan
mendukung kelompok orangtua asuh. Tenrikyo kini memiliki tujuh beasiswa
dan sekitar 400 Yoboku, termasuk beberapa kyoto, di Indonesia. Jalan ini ada
hanya telah dimungkinkan oleh upaya-upaya besar dari orang-orang yang
berkomitmen untuk jalan serta para pendahulu mereka. Setelah layanan, Rev.
Masahiko Iburi menyampaikan pidato ucapan selamat. Merefleksikan jalan di
Indonesia, ia berkata:. "Kita sekarang menuju HUT ke-130 dari Oyasama
Mengambil keuntungan dari musim ini, saya sangat berharap bahwa dengan
kepala baru dari Indonesia Shutchosho sebagai inti, semua anggota staf,
Yoboku , dan pengikut di Indonesia akan menyegarkan pikiran mereka,
memutuskan untuk berbagi ajaran Oyasama dengan orang-orang di Indonesia
yang lebih luas, dan berkomitmen untuk mencapai pertumbuhan rohani lebih
lanjut."
Kemudian kepala baru, Rev. Harima, menyatakan resolusi itu dengan
mengatakan kepada pendengar: "Berkat benih ketulusan ditaburkan oleh
kepala berturut-turut dari Indonesia Shutchosho dan pengikut di Indonesia,
kami dapat berada di sini hari ini. Dengan harapan itu, jalan akan terus
tumbuh di negeri ini, saya berharap untuk bergabung dengan Anda semua

dalam mengambil langkah sepanjang jalur pertumbuhan spiritual."
Dalam beberapa tahun terakhir Tenrikyo telah menyebar di luar Jepang,
dengan cabang asing berpusat terutama di Asia Tenggara dan Amerika.
Adapun pusat-pusat ajaran Tenrikyo di dunia, sebagai berikut :

Asia
 Hongkong : 2-3 / F, Hong Building Fu, 179-181 Hennessy Road,


Wan Chai, HK.
Korea Selatan : 1094-6 Najeon-ri, Saengrim-myeon, Gimhae-si,
Gyeongsang nam-do, 621-821 Korea Selatan.

6

Nepal : P.O. Box 447, Kathmandu, Nepal.
Filipina : 3599 Manila, Phillippines 2800.
Singapura : 40 Watten Estate Road, Singapore 287518.
Taiwan : 625 Peian Road, Taipei,The Republic of China.
Thailand : 6 Soi 69, Latphrao Rd., Wangthonglang, Bangkok 10310,








Thailand
Afrika
Kongo : B.P.14549, Brazzaville, République du Congo.



Amerika Selatan


Brasil : Tenri, 4-58, V. Independencia (17054-250) Bauru – SP –
Brasil



Kolombia : Calle 18 No. 115-90 Parcelacion Canas Gordas Cali,
Valle, Colombia S.A.

Amerika Utara


Hawai, A.S. : 2920 Pali Highway, Honolulu, HI 96817 U.S.A.



Meksiko : Av. Año de Juárez No. 348, Col. Granjas San Antonio,
C. P. 09070, Delegación Iztapalapa, México D. F., México



Los Angeles, A.S. : 2727 E. 1st St., Los Angeles, CA 90033 U.S.A.



New York, A.S. : 42-19 147th St., Flushing, NY 11355 U.S.A.

Eropa


Inggris : 60 Foscote Road London NW4 3SD U.K.



Perancis : 80, Rue Velpeau, 92160 Antony, France

Oseania
Commonwealth of Australia : 179 Benhiam St., Calamvale, QLD
4116 Australia

D. Acara Keagamaan

7

Untuk upacara keagamaan, Tenrikyo menggunakan alat musik
tradisional dalam Otsutome nya (layanan atau tugas), Hyoshigi (kentungan
kayu), Chanpon (simbal), Surigane (gong kecil), Taiko (Drum besar),
Tsuzumi (Drum bahu), Fue (suling bambu) , Shamisen, Kokyu, dan Koto.
Alat musik ini digunakan untuk mengiringi tarian dan lagu yang
diciptakan oleh Nakayama. Sebagian besar pemusik terkemuka di dunia
pada umunya juga pengikut Tenrikyo.

Hyoshigi, Chanpon, Surigane,

Taiko, dan Fue secara tradisional merupakan instrumen yang dimainkan
pria namun sekarang perempuan juga dapat memainkannya. Shamisen,
Kokyu, dan Koto secara tradisional merupakan instrumen perempuan
meskipun tidak populer, kini pria juga bisa memaikannya. Dalam ajaran
Tenrikyo ini terdapat beberapa layanan keagamaan.beberapa diantaranya
adalah:

Layanan Harian
Layanan harian terdiri dari kinerja pelayanan duduk,
opsional, praktek ajaran dalam kitab atau Teodori atau
Yorozuyo. Layanan harian dilakukan dua kali sehari, sekali di
pagi hari dan kemudian di malam hari. Waktu layanan

8

disesuaikan dengan waktu matahari naik dan matahari
terbenam (juga menyesuaikan perubahan musim), namun juga
bisa disesuaikan dengan keadaan. Instrumen yang digunakan
dalam layanan harian adalah Hyoshigi, Chanpon, Surigane,
Taiko, dan Kazutori. Hyoshigi selalu dimainkan oleh menteri
kepala gereja atau stasi misi. Jika menteri kepala tidak hadir,
siapa pun dapat mengambil alih. Layanan harian tidak perlu
dilakukan di sebuah gereja. Hal ini dapat dilakukan kapan saja
dan di mana saja, asalkan menghadapkan waja ke arah kuil,
atau "rumah tuhan." Tujuan dari layanan harian, seperti yang
diajarkan oleh Miki Nakayama, adalah untuk menyapu debu.
Hinokishin
Hinokishin adalah tindakan spontan yang merupakan
ungkapan rasa syukur dan sukacita atas diperbolehkannya
manusia untuk "meminjam" tubuhnya dari Tuhan. Tindakan
seperti ini idealnya dilakukan sebagai ketaatan beragama dan
keinginan untuk membantu atau membawa sukacita kepada
sesama, tanpa memikirkan kompensasi. Hinokishin dapat
berupa kegiatan amal seperti membantu seseorang dengan
hanya tersenyum sederhana untuk mencerahkan hari orang lain.
Contoh kegiatan Hinokishin lainnya termasuk membersihkan
kamar mandi umum dan taman serta melayani masyarakat. Dan
juga melakukan pekerjaan yang setidaknya dianggap tulus di
mata Tuhan. Hinokishin adalah metode "menyapu debu mental"
yang menumpuk dalam pikiran kita. "Debu mental" mengacu
pada Delapan Debu Mental. Terjemahan resmi debu ini adalah:
kikir (Oshii), Kecemburuan (hoshii), Kebencian (Nikui), Selfcinta (Kawai), Grudge-bearing (Urami), Anger (Haradachi),
Greed

(Yoku),

Arogan

(Kouman).

Asosiasi Tenrikyo Remaja Putra dan Asosiasi Tenrikyo

9

Perempuan adalah kelompok yang berbasis Tenrikyo yang
melakukan kegiatan kelompok sebagai pelayanan publik. Yang
berpartisipasi dalam kelompok tersebut dapat dianggap
Hinokishin.
Layanan Bulanan
Tsukinamisai atau layanan bulanan adalah kinerja seluruh
Mikagura-Uta (lagu-lagu suci), yang merupakan layanan untuk
keselamatan dunia. Umumnya, markas misi dan gereja-gereja
besar (gereja dengan 100 atau lebih orang lain di bawah
mereka) memiliki layanan bulanan yang dilakukan pada hari
Minggu ketiga pada setiap bulannya. Layanan bulanan
dilakukan pada tanggal 26 setiap bulan, yakni dimana Tenrikyo
pertama kali dibentuk
menggunakan

semua

mencakup penari

(26 Oktober 1838). Layanan ini
instrumen

Tenrikyo.

Pelaku

juga

tiga pria dan tiga wanita dan penyanyi

memakai tradisional montsuki.
Pemberian Sazuke

Sazuke adalah doa penyembuhan di mana seseorang
menderita penyakit untuk meminta berkat Tuhan untuk
pemulihan . Namun, pemulihan membutuhkan upaya tulus dari
kedua kedua belah pihak Sazuke untuk membersihkan pikiran

10

mereka dari "debu mental." Hanya dengan pikiran murnilah
debu dapat dibersihkan. Hal ini mengajarkan bahwa ketika
Tuhan menerima ketulusan dari seorang Sazuke, sebuah
keselamatan yang ajaib akan diberikan. Hal ini dicapai melalui
kesadaran

debu

mental

dan

ajaran

Tenrikyo

untuk

memperbaiki pikiran berdebu yang mereka miliki.
Berikut adalah rincian acara kegiatan Tenrikyo.
Upacara Tahun Baru di Pusat Gereja ()
Tgl. 1 Januari, pukul 05:00 pagi
Pesta Sechi
Tgl. 5 s/d 7 Januari
Upacara Perayaan Ulang Tahun Oyasama
Tgl. 18 April, pukul 10:00 pagi
Pertemuan Raya Persatuan Wanita Tenrikyo
Tgl. 19 April, pukul 10:00 pagi
Pekan Ziarah Anak-anak ke Jiba (Kodomo Ojiba
Gaeri)
Tgl. 26 Juli s/d 4 Agustus
Pertemuan Raya Persatuan Pemuda Tenrikyo
Tgl. 27 Oktober, pukul 10:00 pagi

E. Bagaimana Jika Tenrikyo Diterapkan di Indonesia dan Apa
Reaksi Masyarakat?

11

Salah satu syarat agama bisa masuk yakni harus mendapat
pengakuan dari warga negara bersangkitan. Melalui pernyataan yang telah
dipaparkan diatas, kami berpendapat bahwa Tenrikyo kurang cocok (kecil
kemungkinan) untuk diterapkan di Indonesia, karena mayoritas
masyarakat Indonesia merupakan Muslim, dimana ajaran yang digunakan
sangat bertolak belakang dengan ajaran Tenrikyo. Masyarakat Indonesia
pada umunya tidak mempercayai bahwa dosa bisa dibersihkan dengan
hanya melakukan ritual tertentu. Indonesia sangat menjunjung tinggi nilainilai, prinsip dan ajaran yang telah tertaman pada masyarakat. Untuk
penganut Tenrikyo di Indonesia mungkin sebagian ada, terutama kalangan
yang hanya berprinsip bahwa hidup hanyalah sebatas mencari amalan.

DAFTAR PUSTAKA
http://tenrikyo.pisces.web.id/id4/1736-1628/Tenrikyo_26450_stiethamrin_tenrikyo-pisces.html diakses tanggal 5 April 2017

12

http://www.tenrikyo.or.jp/ind/ diakses tanggal 5 April 2017
http://kaigai.tenrikyo.or.jp diakses tanggal 5 April 2017
http://www.worldatlas.com/articles/what-is-tenriism-tenrikyo.html diakses
tanggal 5 April 2017
https://www.themonastery.org/guide-to-divinity/tenrikyo diakses tanggal 5
April 2017

13