Laporan Akhir Praktikum Kimia Analit Sem

BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud
Maksud dari diadakannya praktikum kimia analitik di semester kedua
jurusan teknik Geologi STTNAS Yogyakarta adalah mendidik mahasiswa agar
mempunyai kemampuan dalam menguasai materi praktikum dan mempunyai
ketrampilan dalan menggunakan peralatan dan bahan yang ada dalam
laboratorium kimia analit.
Penguasaan materi praktikum dapat diperoleh dari kuliah kimia dasar ,
kuliah kimia analit maupun didapat dari SMA jurusan IPA yang dulu pernah
ditempuh serta melengkapinya dengan membaca literatur-literatur kimia.
Kemampuan penggunaan alat-alat laboratorium dapat diperoleh dari latihan
latihan yang dipandu oleh asisten yang berpengalaman.
1.2 Tujuan
Tujuan dari diadakannya praktikum kimia analitik di semester kedua
jurusan teknik Geologi STTNAS Yogyakarta adalah membantu mahasiswa dalam
praktikum di laboratorium kimia ataupun di lapangan geologi sehingga
mempunyai cukup bekal dalam menentukan kandungan suatu unsur dalam sebuah
singkapan atau batuan contohnya. Selain itu,dengan mempunyai kemampuan
penguasaan materi praktikum dapat digunakan di kehidupan / lingkungan kerja
nantinya sebagai seorang geologist yang handal tentunya.


1

BAB II
DASAR TEORI
Kimia analit pada dasarnya menyangkut penentuan komposisi kimia suatu
materi/zat. Yang dibagi mennjadi analisa kualitatif dan kuantitatif.
ALAT PRAKTIKUM
Alat – alat yang sering digunakan di laboratorium :
1. Gelas Kimia (Beaker Glass)

o
o
o
o
o

Biasanya terbuat dari tipe boroksilikat. Bentuk beaker glass memiliki beberapa
tipe, tinggi dan pendek. Mempunyai kapasitas ukuran volume dari 5 – 6000 mL.
Prinsip kerja : Wadah larutan, skala pada badan gelas digunakan untuk

mengukur larutan secara tidak teliti.
Fungsi :
Sebagai tempat melarutkan zat.
Tempat memanaskan.
Menguapkan larutan / air.
K3 :
Menggunakan lap halus saat mengangkat beaker gelas dari kompor listrik.
Merendam beaker gelas dalam aquadest atau air saat menuangkan larutan
asam dengan konsentrasi tinggi.
2. Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)

2

o
o

o
o
o
o


Terbuat dari jenis gelas boroksilikat, labu erlenmeyer ada yang dilengkapi dengan
tutup dan tanpa tutup. Tutup labu dan mulut labur erlenmeyer terbuat dari kaca
asah. Labu erlenmeyer mempunyai kapasitas ukuran volume dari 25 – 2000 mL.
Prinsip kerja : labu erlenmeyer dengan tutup asah digunakan untuk pencampuran
reaksi dengan pengocokkan kuat sedangkan labu erlenmeyer tanpa tutup asah
biasanya digunakan untuk mencampurkan reaksi dengan kecepatan lemah.
Fungsi :
Labu erlenmeyer dengan tutup asah digunakan untuk titrasi dengan pengocokkan kuat, dihubungkan dengan alat ekstraksi, alat destilasi dan sebagainya.
Labu erlenmeyer tanpa tutup asah digunakan untuk titrasi dengan pengocokkan lemah hingga sedang.
K3 : Menggunakan lap halus saat mengangkat Erlenmeyer dari kompor listrik.
3. Tabung Reaksi (Test Tube)

Tabung reaksi umumnya terbuat dari berbagai macam jenis gelas antara lain ;
Boroksilikat, Soda, Fiolax dan Supermax. Soda Glass tidak tahan pemanasan,
Fiolax Glass tidak peka terhadap perubahan panas dan pemanasan setempat.
Tabung reaksi yang terbuat dari Fiolax dan Soda glass umumnya berdinding tipis,
sedangkan tabung reaksi yang terbuat dari Boroksilikat dan Supermax tahan
pemanasan. Ukuran tabung reaksi ditetapkan berdasarkan atas diameter mulut
tabung bagian dalam dan panjang tabung, diameter antara 70 – 200 mm.

Prinsip Kerja : Sebagai wadah larutan, beberapa memiliki tutup yang digunakan
untuk meletakkan sampel (darah).
Fungsi :
Mereaksikan larutan.
Untuk memanaskan sampel atau cairan.
K3:
Membawa serta dengan rak tabung sesuai dengan ukuran tabungnya agar
tidak jatuh.
Gunakan penjepit tabung saat akan melakukan pemanasan.
5. Gelas Ukur (Measuring Cylinders)

3

o
o

Gelas ukur berbentuk silinder, terbuat dari jenis gelas boroksilikat. Kapasitas
volume gelas ukur 5 – 2000 mL.
Prinsip Kerja : Mengukur cairan secara tidak teliti dan tidak masuk dalam
perhitungan.

Fungsi :
Dapat digunakan untuk merendam pipet dalam asam pencuci
Gelas ukur yang dilengkapi dengan tutup asah digunakan untuk
melarutkan zat hingga volume tertentu.
K3 : perhatikan saat menuangkan larutan, jangan sampai larutannya mengalir
pada tepi gelas ukur.
7. Corong (Funnels)

Terbuat dari jenis boroksiliat atau plastic. Corong mempunyai garis tengah 35 –
300 mm dan ada yang mempunyai tangkai corong panjang, sedang dan pendek.
Prinsip Kerja : membantu memasukkan cairan dalam suatu wadah dengan
ukuran mulut kecil.
Fungsi : digunakan untuk menyaring zat cair atau sampel padat.
K3 : saat menuangkan larutan, corong sebaiknya tidak bersentuhan dengan mulut
wadah usahakan menjauh sedikit.
11. Batang Pengaduk (Strirring Rod)

Terbuat dari gelas, polietilen atau logam yang dibungkus dengan polietilen.
Batang pengaduuk mempunyai panjang sesuai dengan keperluan. Batang
4


o
o

pengaduk umumnya bergaris tengah 2 – 4 mm dan mempunyai panjang yang
bervariasi 6 – 30 cm.
Prinsip Kerja : Mengaduk larutan atau suspense dalam wadah.
Fungsi :
Digunakan untuk mengaduk larutan atau suspensi yang umumnya berada
pada gelas kimia, Erlenmeyer atau tabung reaksi.
Digunakan pula sebagai alat bantu untuk memindahkan cairan dari suatu
bejana ke bejana lain.
K3 : dalam mengaduk tidak bolek terlalu kuat atau kasar agar larutan tidak
terpecik dan wadah tidak pecah.
20. Pipet Tetes (Dropping Pipettes)

Pipet tanpa skala, mempunyai bentuk pendek atau panjang dan dilengkapi dengan
karet penghisapnya.
Prinsip Kerja :menambahkan cairan tetes demi tetes hingga volume tepat.
Fungsi : memindahkan larutan dari satu wadah ke wadah lainnya

K3 : setelah memipet miringkan sedikit pipet agar larutan yang dipindahkan tidak
menetes dan luruskan kembali pipet saat akan memindahkannya pada wadah
lainnya.
24. Bunsen

Pemanas yang bentuknya seperti tabung yang berisi bahan bakar dan memiliki
sumbu yang dapat menghasilkan api. Bahan bakarnya macam-macam, ada yang
dari alcohol, spiritus, dan minyak gas. Fungsi : fungsinya untuk menciptakan
suasana steril

5

Analisis kualitatif
1. Tujuan
1.1 Mengidentifikasi anion dan kation yang terdapat dalam sebuah senyawa
anorganik murni berdasarkan sifat pembentukan endapannya.
1.2 Menentukan anion dan kation berdasarkan pada sifat kelarutan atau reaksi
dari kation dan anion didalam air (asam dan basa).
2. Teori Dasar
Analisis Kualitatif merupakan metode analisis kimia yang digunakan untuk mengenali atau mengidentifikasi suatu unsur atau senyawa kimia (anion

atau kation) yang terdapat dalam sebuah sampel berdasarkan sifat kimia dan
fisikanya (Anomim, 2007).
Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa reaksi dimana hukum kesetimbangan massa sangat berguna untuk menentukan ke arah
mana reaksi berjalan. Contoh : Reaksi redoks, reaksi asam-basa, kompleks, dan
reaksi pengendapan. Sedangkan analisis berdasarkan sifat fisikanya dapat diamati langsung secara organoleptis, seperti bau, warna, terbentuknya gelembung
gas atau pun endapan yang merupakan informasi awal yang berguna untuk
analisis selanjutnya.( Syukri, 1999)
a. Reaksi Kering
Beberapa logam mempunyai warna nyala yang spesifik sehingga dapat dilakukan uji warna nyala sebagai salah satu cara identifikasi kation dengan
reaksi kering. terkadang uji warna nyala juga dapat menjadi satu-satunya
indikator pemastian suatu unsur tanpa memerlukan analisis yang lebih lanjut dalam pengidentifikasiannya. Seperti unsur Astatin (At) yang hanya
berwarna putih pada saat di uji warna nyalanya. (Anonim, 2008)

6

b. Reaksi Basah
Reaksi basah merupakan jenis identifikasi zat secara kualitatif yang sering
digunakan pada umumnya.

Senyawa NO3- hanya membentuk cincin coklat jika direaksikan dengan

senyawa Fero sulfat dan H2SO4. Lain halnya dengan senyawa borat yang
jika ditambahkan metanol kemudian dipanaskan dengan nyala api, maka
menghasilkan uap atau asap berwarna hijau.
Uraian diatas merupakan beberapa contoh senyawa yang dalam
pengidentifikasiannya tidak memerlukan tahapan analisis selanjutnya.
Karena sifat kimia ataupun fisika dari senyawa tersebut sangat khas,
dimana senyawa yang lain tidak memilikinya. (Anonim, 2007)
a) Reaksi Pengendapan
7

Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali
pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya.
Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar
pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb
dapatdilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida,
kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air
panas.Kenaikan suhuakan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan
tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak (Harjadi, 1986).
b). Reaksi Asam-Basa


Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan
dalam

air

mengalami

disosiasi

dengan

pembentukan

ion

hidrogen.,sedangkan basa mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami disosiasi sempurna
merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCl, HNO3, NaOH dan KOH.
Sebaliknya bila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka disebut
asam atau basa lemah, misalnya asam asetat, H2S dan amonium


8

hidroksida. Dalam analisa kualitatif H2S digunakan untuk mengendapkan
sejumlah kation menjadi garam sulfidanya (Syukri, 1999).
c). Reaksi Redoks

Banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan untuk analisa kualitatif,
baik sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi. Contoh penggunaan Reaksi
redoks dalam analisis kualitatif:
Kalium permanganat, KMNO4
Zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkandengan
air, merupakan pengoksidasi kuat yang dipengaruhi oleh pH darimediumnya.
a) dalam asam;MnO4- + 8H+ + 5e _ Mn2+ (warna merah muda) + 4H2O
b) dalam larutan netral MnO4- + 4H+ + 3e _ MnO2 (endapan coklat) + 2H2O
c) dalam larutan basa MnO4- + e _ MnO42- ( warna hijau)
(Harjadi, 1986)
d). Reaksi Pembentukan Kompleks

9

Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan reaksireaksi yang melibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau
molekul kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan yang
terikat dengan atom pusat tersebut. (Anonim, 2008)
3. Analisis Kation
Dalam analisis kualitatif sistematis, kation-kation diklasifikasikan dalam
lima golongan, berdasarkan sifat-sifat kation itu terdapat beberapa reagensia. Reagensia yang umum dipakai diantaranya : asam klorida, Hidrogen
sulfide, Amonium sulfide, dan Amonium karbonat. Klasifikasi kation
berdasarkan atasapakah suatu kation bereaksi dengan reagensia, reagensia
ini dengan membentuk endapan atau tidak. boleh dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfide, dan karbonat dari kation tersebut. Reagensia yang dipakai
untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah:
1. HCl
2. H2S
3. (NH4)2S
4. (NH4)2CO3
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagen-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Klasifikasi
kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfat dan karbonat dari kation tersebut.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah
sebagai berikut:
1. Golongan I
Kation golongan I
Pereaksi golongan
Reaksi golongan

: Timbal (II), Merekurium (I), dan Perak (I)
: Asam klorida encer(2M)
: Endapan putih timbal klorida (PbCl2),

Merkurium(I) klorida (Hg2Cl2), dan perak klorida (AgCl)

10

Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut, namun timbal klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan ion timbal yang tersisa itu diendapkan secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama-sama kation golongan II Nitrat dari
kation-kation golongan I sangat mudah larut diantara sulfat-sulfat, timbal
praktis tidak larut, sedang perak sulfat jauh lebih banyak. Kelarutan
merkurium (I) sulfat terletak diantara kedua zat diatas.
Bromida dan iodida juga tidak larut. Sedangkan pengendapan timbal halida tidak sempurna dan endapan itu mudah sekali larut dalam air panas.
Sulfida tidak larut, asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat
bisa mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat
akan diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya ekuivalen, Tetapi pada
reagensia berlebih, ia dapat bergerak dengan bermacam-macam cara dimana ada perbedaan dalam sifat-sifat zat ini terhadap ammonia. (Svehla,
1985)
2. Golongan II
Kation golongan II

: Merkuri (II), timbal (II), bismuth (III), tembaga

(II), kadmium (II), arsen (III) dan (V), stibium (III), dan timah (II)
Reagensia golongan : hydrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh)
Reaksi golongan
tam),

PbS

: endapan-endapan dengan berbagai warna HgS (hi-

(hitam),

Bi2S3(coklat),

AS2S3 (kuning),

Sb2S3 (jingga),

SnS2 (coklat) dan SnS2 (kuning).
Kation-kation golongan II dibagi menjadi 2 sub golongan, yaitu sub. Golongan tembaga dan sub.
Golongan arsenik. Dasar pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida
dalam ammonium polisulfida.
sub. Golongan tembaga tidak larut dalam reagensia ini. Sulfida dari sub.
Golongan arsenik melarut dengan membentuk garam tio.
3.

Golongan III

11

Kation golongan III

: Fe2+, Fe3+, Al3+, Cr3+, Cr6+, Ni2+, Cu2+, Mn2+, dan

Mn7+, Zn2+.
Reagensia golongan : H2S (gas/larutan air jenuh) dengan adanya ammonia dan ammonium klorida atau larutan ammonium sulfida
Reaksi golongan

: endapan dengan berbagai warna FeS (hitam),

Al(OH)3 (putih), Cr(OH)3 (hijau), NiS (Hitam), CoS (hitam), MnS (merah
jambu), dan Zink sulfat (putih).
Logam golongan ini tidak diendapkan oleh reagensia golongan untuk golongan I dan II tetapi semua diendapkan dengan adanya ammonium
klorida oleh H2S dari larutan yang telah dijadikan basa dengan larutan ammonia. Logam-logam ini diendapkan sebagai sulfida, kecuali Al3+ dan
chromium yang diendapkan sebagai hidroksida, karena hidroksida yang
sempurna dari sulfide dalam larutan air, besi, aluminium, dan
kromium(sering disertai sedikit mangan) juga diendapkan sebagai
hidroksida oleh larutan amonia dengan adanya ammonium klorida, sedangkan logam-logam lain dari golongan ini tetap berada dalam larutan dan
dapat diendapkan sebagai sulfide oleh H2S. maka golongan ini bisa dibagi
menjadi golongan besi (besi, aluminium, mangan dan zink) atau golongan
IIIB.
4. Golongan IV
Kation golongan IV

: Barium, Stronsium, dan Kalsium

Reagensia golongan

: terbentuk endapan putih

Reaksi golongan

: terbentuk endapan putih

Reagensia mempunyai sifat:
- tidak berwarna dan memperlihatkan reaksi basa
- terurai oleh asam-asam (terbentuk gas Co2)
- harus dipakai pada suasana netral/ sedikit basakation-kation golongan IV
tidak bereaksi dengan reagen HCl, H2S, ataupun ammonium sulfida,
sedang dengan ammonium karbonat (jika ada ammonia atau ion ammonium dalam jumlah yang sedang) akan terbentuk endapan putih (BaCO 3,
SrCO3, CaCO3) (Svehla, 1985)
Analisis anion
12

Cara pengenalan anion tidak begitu sistematik seperti pada pengenalan kation.
salah satu caar penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan
kelarutan garam-garam perak garam-garam kalsium, barium dan seng. selain itu
ada cara penggolongan anion menurut Bunsen, Gilteath dan Vogel.
bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam
bariumnya, warna, kelarutan, garam alkali, dan kemudahan menguapnya. Gilreath
menggolongkan anion berdasrkan pada kelarutan garam-garam Ca, Ba, Cd dan
peraknya sedangkan Vogel menggolongkan anion didasarkan pada proses yang
digunakan pemiriksaan anion berdasrkan reaksinya dalam larutan. Pemeriksaan
anion yang menguap bila diolah dengan HCl encer atau H2S04 encer, dan anion
yang membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau H2SO4 pekat. demikian
pula pememriksaaan berdasrakan reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion yang
diperiksa dengan reaksi redoksnya. Pemeriksaan anion meliputi lanjutan analisis
pendahuluan, analisis anion dari zat asal dan analisis anion dengan menggunakan
larutan ekstra soda. Dari analisis pendahuluan (data kelarutan) dan pengetahuan
tentang kation yang ada dapat memberikan petunjuk tentang anion yang mungkin
ada atau tidak ada dalam larutan cuplikan ( Tim Kimia Analitik 2000: 10 )
beberapa kelarutan garam-garam dan anion-anion dengan di identifikasi
sebagai berikut:
1. ion klorida (Cl-)
garan-garam yang mengandung ion klorida umumnya larut dalam larut dalam
air dan asam kuat encer, kecuali AgCl (berwarna putih). Hg2Cl2 ( berwarna putih)
dan PbCl2 (berwarna putih), khusus PbCl2 mudah larut dalam air panas.
sedangkan AgCl larut dalam amonia encer.
2. ion bromida (Br-)
garam-garam yang mengandung ion bromida kebanyakan mudah larut dalam
air dan asam kuat encer. kecuali AgBr (berwarna kuning ), HgBr2 (berwarna
putih) dan PbBr2 (berwarna putih) khusus PbBr2 mudah larut dalam air panas.
3. ion iodida (I-)
garam- garam yang mengandung ion iodida umunya larut dalam air dan asam
kuat encer, kecuali AgI (berwarna kuningg muda ), Hg2I2 ( berwarna kuning)
PbI2 ( berwarna kuning) dan HgI2 (berwarna merah). khusus PbI2 larut dalam air
panas.
4. ion sulfat (SO4 2-)
garam-garam yang mengandung ion sulfat umunya larut dalam air dan asam
kuat encer kecuali CaSO4, SrSO4, BaSO4, dan PbSO4 dengan semuanya
berwarna putih. dalam larutan BaCl2 membentuk endapan putih. BaSO4 yang
larut dalam HCl encer panas, asam nitrat encer, larut dalam HCl pekat panas.
5. ion Sulfit (SO3 2-)
garam-garam yang mengandung ion sulfit umunya sukar larut dalam air kecuali
garam yang berpasangan dengan kation Na+, K+, dan NH+ endapan dengan
berbentuk berwarna putih.

13

6. ion nitrat (NO3-)
garam-garam yang mengandung ion nitrat semuanya mudah larut dalam asam
kuat encer. identifikaasi dapat dilakukan dengan tes cincin coklat.
7. ion nitrat (NO2-)
garam-garam yang menagndung ion nitrit. semuanya larut dalam air kecuali
perak nitrit yang sedikit larut dalam air.
untuk mengidentifikasi anion, kita perlu memperoleh larutan yang mengandung
semua atau sebagian besar dari anion-anion itu, bebas air logam berat sejauh
mungkin.
( Vogel 1990: 348, 350, 351, 356, 369 )

LARUTAN
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama
(ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut
(tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut),
partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul)
dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan,

14

dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud
padat, cair, atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut
(solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.
KONSENTRASI LARUTAN
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat
terlarut dan pelarut.
Banyak cara menentukan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan
kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan. Dengan demikian,
setiap sistem konsentrasi harus menyatakan hal-hal sebgai berikut :
a. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
b. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan
c. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua konsentrasi.
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:
1.

Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan.
Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat.
2.
Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang
diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat
terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi
persamaan :
M1V1 = M2V1
M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan
M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan
V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan
Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:
1.
FRAKSI MOL
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen
dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.
Fraksi mol dilambangkan dengan X.
Contoh:
Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A den 7 mol zat terlarut B.
maka:

15

XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3
XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7
* XA + XB = 1
2.
PERSEN BERAT
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Contoh:
Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat :
- gula = 5/100 x 100 = 5 gram
- air = 100 - 5 = 95 gram
3.
MOLALITAS (m)
Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Contoh:
Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !
- molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air =
0,2 m
4.
MOLARITAS (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Contoh:
Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?
- molaritas H2SO4 = (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M

16

Berdasarkan hantaran listriknya, larutan dibedakan dalam:

Banyak sedikitnya elektrolit yang mengion dinyatakan dengan derajat
ionisasi atau derajat disosiasi, yaitu perbandingan antara jumlah zat yang mengion
dengan jumlah zat yang dilarutkan.
Rumus

1.1. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa
ion dan kovalen merupakan larutan elektrolit. Terdiri dari larutan elektrolit kuat
dan elektrolit lemah.
Ciri-ciri larutan elektrolit kuat dan lemah:

17

Elektrolit kuat

Elektrolit lemah

1. Dapat menghantarkan arus
1. Dapat menghantarkan arus listrik
listrik dengan daya hantar kuat. dengan daya hantar lemah.

2. Dapat menyalakan lampu
2. Dapat menyalakan lampu dengan
dengan terang pada alat penguji redup pada alat penguji gelembung
elektrolit.
gas.

3. Muncul banyak gelembung
gas pada elektroda alat penguji
gelembung gas.

3. Muncul sedikit gelembung gas
pada elektroda alat penguji
gelembung gas.

4. Nilai derajat ionisasi = 1

4. Nilai derajat ionisasi = 0 < derajat
ionisasi < 1.

Contoh: HCl, H2SO4, NaOH

Contoh: NH4OH, CH3COOH

1.2. Larutan Non Elektrolit
Larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa kovalen nonpolar
merupakan larutan nonelektrolit.
Ciri-ciri larutan nonelektrolit:




Tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Tidak dapat menyalakan lampu pada alat penguji elektrolit.
Tidak muncul gelembung gas pada elektroda alat penguji gelembung gas.

Contoh: Larotan gula, larutan urea.

Jenis
Larutan
Elektrolit
Kuat

Gambaran sifat larutan dari elektrolit kuat (a),
elektrolit lemah (b) dan non elektrolit (c)
Sifat dan Pengamatan
Contoh
Reaksi Ionisasi
Lain
Senyawa
- terionisasi sempurna
NaCl, HCl, NaCl
Na+ +
- menghantarkan arus listrik NaOH,
Cl-

18

H2SO4, dan NaOHl
Na+ +
KCl
OH
H2SO4
2H+ +
2SO4
KCl
K+ + ClElektrolit
- terionisasi sebagian
CH3COOH, CH3COOH
H
+
Lemah
- menghantarkan arus listrik N4OH,
+ CH3COO- lampu menyala redup
HCN, dan HCN
H+ +
- terdapat gelembung gas
Al(OH)3
CNAl(OH)3
Al3+
+ 3OHNon Elektrolit - tidak terionisasi
C6H12O6, C6H12O6
- tidak menghantarkan arus C12H22O11, C12H22O11
listrik
CO(NH2)2, CO(NH2)2
- lampu tidak menyala
dan
C2H5OH
- tidak terdapat gelembung C2H5OH
gas
- lampu menyala terang
- terdapat gelembung gas

TEORI ASAM BASA
Larutan Asam Basa
Asam Basa Menurut Arhenius
Asam :
Suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion hidrogen (H+) Atau ion
hidronium (H3O+) bila dilarutkan dalam air.
Rumus :
HXZ (aq) → xH+(aq) + Zx- (aq)
Contoh : CH2 COOH (aq) → CH3COO- (aq) + H+ (aq)
Basa
Suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-) bila dilarutkan
dalam air
Rumus :
M(OH) x(aq) → Mx+(aq) + xOH – (aq)
Contoh : Mg(OH)2)aq) → Mg 2+(aq) + 2OH –(aq)
Teori asam basa Bronsted-lowry
Asam = donor proton
Basa

= akseptor proton

Asam basa konjungasi

19

Suatu asam setelah melepas 1 proton akan membentuk spesi yang disebut basa
konjungasi. Spesi itu adalah suatu basa karena dapat menyerap proton dan
membentuk kembali asam semula.
Asam → H+ + Basa konjugasi
Demikian pula dengan basa, setelah menyerap 1 proton akan membentuk asam
konjungasi bersifat asam dan dapat membentuk kembali basa semula dengan
melepas 1 proton.
Basa + H+



asam konjugasi

Teori asam basa Lewis
Asam = akseptor pasangan electron
Basa

= donor pasangan electron

H3N +
+

+

H → NH4
Basa

asam

Asam basa konjugasi :

Kekuatan Asam dan Basa
a.
Kekuatan asam
Kekuatan asam ditentukan oleh besarnya derajat ionisasi asam didalam larutan
air .
1. Asam kuat: Asam yang dapat terionisasi seluruhnya dalam air
Contoh
: HCl, HBr, H2SO4
2. Asam lemah: Asam yang terionisasi sebagian dalam air
Contoh :
HCN, CH3COOH
20

b. Kekuatan basa
1. Basa kuat: Basa yang dapat terionisasi seluruhnya dalam air
Contoh: KOH, LiOH, NaOH, Ba (OH)2,Ca(OH)2, Sr(OH)3
2. Basa lemah: Basa yang terionisasi sebagian dalam air
Contoh : NH4OH, Fe(OH)3

REAKSI IONISASI
Jenis dan konsentrasi (kepekatan) suatu larutan dapat mempengaruhi daya hantar listrik. Untuk
menunjukkan kekuatan elektrolit digunakan derajat ionisasi yaitu jumlah ion bebas yang dihasilkan
oleh suatu larutan. Makin besar harga derajat ionisasi

, makin kuat elektrolit tersebut.

A. Reaksi Ionisasi Elektrolit Kuat
Larutan yang dapat menyalakan lampu terang dan menghasilkan gelembung gas banyak
disebut larutan elektrolit kuat. Contoh : larutan garam. Dalam proses ionisasinya, elektrolit
kuat menghasilkan banyak ion maka derajat ionisasi = 1 (terurai sempurna), pada persamaan
reaksi ionisasi larutan elektrolit kuat ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan.
Perlu

diketahui

pula

elektrolit

kuat

ada

beberapa

dari

asam

dan

basa.

Contoh :

21

B. Reaksi Ionisasi Elektrolit Lemah
Larutan yang dapat menyalakan lampu redup ataupun tidak menyala, tetapi menghasilkan
gelembung gas pada elektrodanya disebut larutan elekrtolit lemah. Untuk larutan elektrolit
lemah memiliki daya hantar lemah dan derajat ionisasi kecil, karena sedikit larutan yang terurai
(terionisasi). Makin sedikit yang terionisasi, makin lemah elektrolit tersebut. Dalam persamaan
reaksi ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (bolak-balik) artinya tidak semua
molekul terurai (ionisasi tidak sempurna)
Contoh:

DERAJAT IONISASI
Untuk menunjukkan kekuatan elektrolit digunakan derajat ionisasi (α) yaitu
jumlah ion bebas yang dihasilkan oleh suatu larutan. Derajat ionisasi (α) didapat
dari perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat yang
dilarutkan. Makin besar harga α maka makin kuat sifat elektrolit larutan
tersebut. Kekuatan ionisasi suatu larutan diukur dengan derajat ionisasi dan dapat
disederhanakan dalam persamaan dibawah ini:
Untuk larutan elektrolit besarnya harga 0 < α< 1, untuk larutan non-elektrolit
maka nilai α = 0.
Dengan ukuran derajat ionisasi untuk larutan elektrolit memiliki jarak yang cukup
besar, sehingga diperlukan pembatasan larutan elektrolit dan dibuat istilah larutan
elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Untuk elektrolit kuat harga α = 1,
sedangkan elektrolit lemah harga derajat ionisasinya, 0 < α < 1. Untuk
mempermudah kekuatan elektrolit skala derajat ionisasi pada Gambar dibawah ini

22

Gambar . Skala derajat ionisasi untuk larutan elektrolit
Banyak atau sedikitnya molekul zat yang terionisasi dinyatakan dalam derajat ionisasi. Derajat ionisasi ( α) merupakan perbandingan banyaknya
molekul zat yang terurai dengan banyaknya molekul zat mula-mula :

TINGKAT KEASAMAN/ PH

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman (atau
ke basaanyang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan “keasaman” di sini
adalah konsentrasi ion hidrogen(H+) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0
hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH=7. Nilai
23

pH>7 menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH kanan à tambahkan OH- pada ruas kiri
Jika muatan kiri < kanan à tambahkan H+ pada ruas kiri


Samakan jumlah H dengan menambahkan H2O pada ruas kanan

Contoh :
HNO3+ H2S——>NO + S + H2O
Penyelesaian
Langkah I
Menentukan unsur yang mengalami perubahan biloks , yaitu N dan S
langkah II
Harga biloks yang mengalami perubahan
HNO3+ H2S ——>O + S + H2O
+5

-2

+2

0

Langkah III
Unsur yang mengalami peristiwa reduksi dan oksidasi
HNO3+ H2S——>NO + S + H2O
+5
-2
+2
0 oksidasi(2)
reduksi (3)
Langkah IV
26

HNO3 dan NO dikalikan 2 sedangkan H2S dan S dikalikan 3 sehingga reaksinya
menjadi :
2 HNO3+ 3H2S——>2NO + 3S + H2O
Langkah V
Penyetaraan jumlah atom yaitu Penambahan koefisien pada H2O agar jumlah
atom H dan O sama di ruas kiri dan kanan , maka jadi :
2 HNO3+ 3H2S——>2NO + 3S + 4H2O
1.4.2.Cara Setengah Reaksi









Pecahlah reaksi menjadi dua persamaan (reaksi reduksi dan reaksi oksidasi
)
Penyetaraan setiap persamaan ½ reaksi
Menyetarakan atom O dan H dengan menambah koefisien
Menyetarakan jumlah atom O dengan menambah H2Odiruas yang kekurangan O
Menyetarakan jumlah atom H dengan menambah H+ diruas yang kekurangan H
Menyetarakan jumlah muatan dengan menambahkan elektron seruas dengan H+
Menyetarakan jumlah elektron pada kedua persamaan ½ reaksi
Menjumlahkan kedua persamaan setengah reaksi

Contoh Soal :
HNO3+ H2S——>NO + S + H2O
Penyelesaian
Langkah I
Buat reaksi oksidasi dan reduksi
Reduksi : HNO3——>NO
Oksidasi : H2S——>S
Langkah II
Penyetaraan jumlah atom dan jumlah muatan
HNO3+ 3H+ +3e——>NO + 2H2O
H2S——>S + 2H+ + 2e

(x2)
(x3)

Langkah III
27

Jumlahkan kedua setengah reaksi
2HNO3+ 6H+ + 6e——>2NO + 4H2O
3H2S——>3S + 6H+ + 6e
Menjadi, 2HNO3+3 H2S ——> 2NO +3 S + 4H2O
Manfaat Reaksi Redoks dalam Kehidupan Sehari-hari
Konsep Reaksi Redoks
Pengertian oksidasi dan reduksi disini lebih melihat dari segi transfer oksigen,
hidrogen dan elektron. Disini akan juga dijelaskan mengenai zat pengoksidasi
(oksidator) dan zat pereduksi (reduktor) – redoks.
Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Zat pemutih
Zat pemutih adalah senyawa yang dapat digunakan untuk menghilangkan
warna benda, seperti pada tekstil, rambut dan kertas. Penghilangan warna terjadi
melalui reaksi oksidasi. Oksidator yang biasa digunakan adalah natrium hipoklorit
(NaOCl) dan hidrogen peroksida (H2O2).
Warna benda ditimbulkan oleh elektron yang diaktivasi oleh sinar tampak.
Hilangnya warna benda disebabkan oksidator mampu menghilangkan elektron
tersebut. Elektron yang dilepaskan kemudian diikat oleh oksidator.
Reaksinya:
2. Fotosintesis
Fotosintesis adalah proses reaksi oksidasi-reduksi biologi yang terjadi secara
alami. Fotosintesis merupakan proses yang kompleks dan melibatkan tumbuhan
hijau, alga hijau atau bakteri tertentu. Organisme ini mampu menggunakan energi
dalam cahaya matahari (cahaya ultraviolet) melalui reaksi redoks menghasilkan
oksigen dan gula.
Reaksi
3. Pembakaran
Pembakaran merupakan contoh reaksi redoks yang paling umum. Pada
pembakaran propana
(C3H8-;) di udara (mengandung O2), atom karbon teroksidasi membentuk CO2
dan atom oksigen tereduksi menjadi H2O.
Reaksi:
4. baterai Nikel Kadmium
Baterai nikel-kadmium merupakan jenis baterai yang dapat diisi ulang seperti
aki,baterai HP, dll. Anoda yang digunakan adalah kadmium, katodanya adalah
nikel danelektrolitnya adalah KOH. Reaksi yang terjadi:
anoda : Cd + 2 OH-→Cd(OH)2+ 2e
katoda : NiO(OH) + H2O→Ni(OH)2+ OHPotensial sel yang dihasilkan sebesar 1,4 volt.
5. Baterai alkali
Baterai alkali hampir sama dengan bateri karbon-seng. Anoda dan katodanya
samadengan baterai karbon-seng, seng sebagai anoda dan MnO2 sebagai
28

katoda.Perbedaannya terletak pada jenis elektrolit yang digunakan. Elektrolit pada
bateraialkali adalah KOH atau NaOH. Reaksi yang terjadi adalah:
anoda: Zn + 2 OH-→ZnO + H2O + 2e
katoda: 2MnO2+ H2O + 2e-→Mn2O3+ 2OHPotensial sel yang dihasilkan baterai alkali 1,54 volt. Arus dan tegangan
padabaterai alkali lebih stabil dibanding baterai karbon-seng.
6. Baterai perak oksida
Bentuk baterai ini kecil seperti kancing baju biasa digunakan untuk baterai
arloji,kalkulator, dan alat elektronik lainnya. Anoda yang digunakan adalah
seng,katodanya adalah perak oksida dan elektrolitnya adalah KOH. Reaksi yang
terjadi:
anoda : Zn→Zn2++ 2 ekatoda : Ag2O + H2O + 2e→2Ag + 2 OHPotensial sel yang dihasilkan sebesar 1,5 volt.
7. AKI
Jenis baterai yang sering digunakan pada mobil adalah baterai 12 volt timbalasamyang biasa dinamakan Aki. Logam timbal dioksidasi menjadi ion Pb2+dan
melepaskan dua elektron di anoda. Pb dalam timbal (IV) oksida mendapatkan dua
elektron dan membentuk ion Pb2+ di katoda. Ion Pb2+bercampur dengan ion
SO42- dari asam sulfat membentuk timbal (II) sulfat pada tiap-tiap elektroda. Jadi
reaksi yang terjadi ketika baterai timbal-asam digunakan menghasilkan timbal
sulfat pada kedua elektroda
.PbO2+ Pb + 2H2SO4→2PbSO4+ 2H2O
Reaksi yang terjadi selama penggunaan baterai timbal-asam bersifat spontan dan
tidak memerlukan input energi. Reaksi sebaliknya, mengisi ulang baterai, tidak
spontan karena membutuhkan input listrik dari mobil. Arus masuk ke baterai dan
menyediakan energi bagi reaksi di mana timbal sulfat dan air diubah
menjaditimbal(IV) oksida, logam timbal dan asam sulfat.
2PbSO4+ 2H2O→PbO2+ Pb + 2H2SO4
8. Baterai karbon-seng
Kalau anda memasukkan dua atau lebih baterai dalam senter, artinya
andamenghubungkannya secara seri. Baterai harus diletakkan secara benar
sehinggamemungkinkan elektron mengalir melalui kedua sel. Baterai yang relatif
murah iniadalah sel galvani karbon-seng, dan terdapat beberapa jenis, termasuk
standarddan alkaline. Jenis ini sering juga disebut sel kering karena tidak terdapat
larutanelektrolit, yang menggantikannya adalah pasta semi padat.Pasta
mangan(IV) oksida (MnO2) berfungsi sebagai katoda. Amonium klorida(NH4Cl)
dan seng klorida (ZnCl2) berfungsi sebagai elektrolit. Seng pada lapisanluar
berfungsi sebagai anoda.Reaksi yang terjadi :
anoda : Zn→Zn2++ 2 ekatoda : 2MnO2+ H2O + 2e-→Mn2O3+ 2OHDengan menambahkan kedua setengah reaksi akan membentuk reaksi
redoksutama yang terjadi dalam sel kering karbon-seng.
Zn + 2MnO2+ H2O→Zn2++ Mn2O3+ 2OH-

29

Baterai ini menghasilkan potensial sel sebesar 1,5 volt. baterai ini bias
digunakanuntuk menyalakan peralatan seperti senter, radio, CD player, mainan,
jam dansebagainya.
9. pengaratan logam
4Fe(s)+3O2(g)→2Fe2O3(s)
10. Redoks dalam Fotografi
Film fotografi dibuat dari plastik yang dilapisi gelatin yang mengandung milyaran
butiran AgBr, yang peka terhadap cahaya.
.-Ketika cahaya mengenai butiran-butiran AgBr, terjadilah reaksi redoks
.-Sehingga ion Ag+ tereduksi menjadi logamnya, dan ion Br- menjadi gas Bromin
11. Pernapasan sel
contohnya, adalah oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2 dan reduksi oksigen
menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:
C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O
12. Reaksi dalam sel bahan bakar
2H2+4OH-→4H2O+4e
O2(g)+2H2O+4e-→4OHReaksitotal
2H2(g)+O2(g)→2H2O(l)
13. Las karbits
Karbit atau Kalsium karbida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CaC2.
Karbit digunakan dalam proses las karbit dan juga dapat mempercepat
pematangan buah.
Persamaan reaksi Kalsium Karbida dengan air adalah:
CaC2 + 2 H2O → C2H2 + Ca(OH)2
Karena itu 1 gram CaC2 menghasilkan 349ml asetilen. Pada proses las karbit,
asetilen yang dihasilkan kemudian dibakar untuk menghasilkan panas yang
diperlukan dalam pengelasan.
14. Pada perkaratan besi
Pada peristiwa perkaratan (korosi), logam mengalami oksidasi, sedangkan
oksigen (udara) mengalami reduksi.
Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3 . xH2O => berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu
dari besi itu berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) -----> Fe2+(aq) +2e .............. E=+0,44V
O2(g) + 2H2O(l) +4e --------> 4OH- ....... E=+0,40V
Ion besi (II) yg terbentuk pd anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi
(III) yg kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3 . xH2O, yaitu
karat besi.
15. PENGOLAHAN AIR KOTOR (SEWAGE)
=> pengolahan air kotor ada 3 tahap : tahap primer, sekunder, dan tersier. Saya
akan menyingkat tahap ini satu persatu...
a) TAHAP PRIMER

30

=> untuk memisahkan sampah yang tidak larut air, yang dilakukan dengan
penyaringan dan pengendapan.
b) TAHAP SEKUNDER
=> untuk menghilangkan BOD dengan jalan mengOKSIDASInya.
c) TAHAP TERSIER
=> untuk menghilangkan sampah yang masih terdapat.
Lumpur aktif merupakan Lumpur yang kaya dengan bakteri yang dapat
menguraikan limbah organic yang dapar mengalami biodegradasi. Bakteri
aerobmengubah sampah organic menjadi biomassa dan CO2, N menjadi
ammoniumdan nitrat, P menjadi fosfat.
16. Penyapuhan emas
Dalam proses penyepuhan dengan emas reaksi yg terjadi adalah reduksi ion-ion
emasmenjadi logamnya,
Au+ + e- -> Au atau Au3+ + 3e- -> Au2.
17. Peleburan biji logam
Untuk besi, reaksi totalnya adalah
2Fe2O3 + 3C -> 4Fe + 3CO2 Fe2O3
adalah bijih besi (hematit) dengan kokas (karbon/C) sebagai reduktor.
18. Dalam sistem biosensor
sistem biosensor berupa alat pengukur kadar gula dan kolesterol berbasis
enzimdidalam tanah untuk keperluan medis yang menggunakan teknologi film
tebal(thick film). Alat Pengukur kadar gula dan kolesterol dalam darah bekerja
menggunakan prinsip elektrokimia amperometrik. Prinsip kerja deteksi dari alatini
didasari pada reaksi yang terjadi antara enzim glucose oxidase dancholesterol
oxidase dengan sample darah yang diukur. Proses reaksi kimiawi ini
menghasilkan aliran arus listrik yang kemudian diproses oleh signal
conditioningdan data akusisi. Hasil proses ini merupakan besar kadar gula dan
kolesterol didalam darah. Peralatan ini bersifat portable, kompak dan berdaya
rendah
19. Pengolahan Alumunium
Pada tahun 1886, Charles Hall dari Oberlin College menemukan cara yang dapat
digunakan untuk mengelektrolisis Alumunium Oksida dengan menggunakan
Al2O3dengan Kriolit Na3AlF3. Penambahan Kriolit ke dalam Al2O3menurunkan
temperatur campuran hingga 1000 derajat celcius, sehingga elektrolisi dapat
dilaksanakan. Bejana yang menampung campuran alumunium terbuat dari besi
yang dilapisi beton yang bertindak sebagai katoda dan batang karbon yang
berfungsi sebagai Anoda.
20. Pengolahan Magnesium
Magnesium merupakan logam yang penting karena sangat ringan.
Magnesiumdijumpai berlimpah dalamair laut. Ion magnesium diendapkan dari air
lautsebagai hodroksida, kemudian Mg(OH)2 diubah menjadi kloridanya dengan
caramereduksinya dengan asam klorida. setelah airnya menguap, MgCl2
dilelehkandan dielektrolisis. Magnesium dihasilkan di katoda dan Klor di Anoda

31

HASIL KALI KELARUTAN
Kelarutan dan Hasil kali kelarutan (Ksp)
Kelarutan
Kelarutan adalah nilai perbandingan antara jumlah zat terlarut dalam suatu
pelarut. Sebagai contoh, pencampuran gula pasir dan air akan membentuk suatu
larutan, yaitu campuran antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang
dilarutkan ke dalam zat pelarut dan jumlahnya lebih sedikit daripada zat pelarut.
Pelarut adalah zat yang digunakan untuk melarutkan suatu zat dan biasanya
jumlahnya lebih besar daripada zat terlarut. Jadi, gula merupakan zat terlarut,
sedangkan air merupakan pelarut.
Nilai kelarutan suatu zat berbeda-beda. Semakin besar nilai kelarutan, berarti zat
tersebut semakin mudah larut. Kelarutan suatu zat bergantung pada suhu,
misalnya kelarutan pada suhu 25o C berbeda dengan kelarutan zat pada suhu
100o C. Kelarutan suatu zat dilambangkan dengan s (solobility) dan dinyatakan
dalam satuan g/L atau mol/L. Berdasarkan nilai kelarutannya dalam air, zat dapat
dikelompokkan menjadi zat yang mudah larut dan zat yang sulit larut.
Hasil Kali Kelarutan
Hasil kali kelarutan adalah kondisi suatu zat yang dapat larut dalam air hingga
tercapai kondisi tepat jenuh. Hasil kali kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai
suatu konstanta yang disimbolkan Ksp. Dari nilai kelarutan suatu zat dalam air, ada
zat yang mudah larut, ada juga zat yang sulit larut.
Ksp AmBn = [An+]m [Bm-]n
Hubungan antara Ksp dan s
Nilai Ksp dapat juga dihitung berdasarkan hubungan antara Ksp dan kelarutan (s).
Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

32

Cara Memprediksi Terjadinya Pengendapan
Untuk memprediksikan terjadinya endapan dapat dilakukan dengan
membandingkan harga Ksp dan Qsp. Qsp adalah hasil kali ion-ion dengan rumus:

Jika Qsp > Ksp maka akan terjadi endapan AmBn.
Jika Qsp < Ksp maka akan terjadi larutan tepat jenuh AmBn.
Jika Qsp = Ksp maka belum terjadi larutan jenuh maupun endapan.
Ringkasnya :
1. Suatu zat terlarut di dalam air, maka zat tersebut akan terurai menjadi partikelpartikel dasar (molekul-molekul atau ion-ion) penyusun zat tersebut.
2. Kelarutan (solubility = s) suatu zat dalam suatu pelarut menyatakan jumlah
maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Satuan kelarutan
dinyatakan dalam g/L tau mol/L
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain jenis pelarut, pH
larutan, dan suhu.
4. Semakin besar harga Ksp suatu zat, semakin mudah larut zat tersebut.
5. Bila ke dalam sistem kesetimbangan kelarutan ditambahkan ion yang senama akan
mengakibatkan kelarutan senyawa tersebut berkurang.
Contoh :
Jumlah ion

Contoh

2

AgCl

3

Ag2CrO4

4

Al(OH)3

Rumus Ksp
AgCl ↔ Ag+ + Cls
s
s
+
Ksp = [Ag ][ Cl ]
Ksp = s x s
Ksp = s2
Ag2CrO4 ↔ 2Ag+ +
CrO42s
2s
s
+ 2
2Ksp = [Ag ] [ CrO4 ]
Ksp = (2s)2 x s
Ksp = 4s3
Ag(OH)3 ↔ Al3+ + 3OHs
s
3s
Ksp = [Al3+] [ OH-]3
Ksp = s x (3s)3
Ksp = 27s4

Mencari harga s

s=

33

Pergeseran Kesetimbangan Kelarutan
Efek ion sejenis
Adanya ion sejenis akan menurunkan kelarutan (mempercepat
pengendapan), sebab jumlah zat terlarut makin sedikit
Efek pH
Asam/basa dapat menganggu kesetimbangan kelarutan sebab:
a. Dapat berperan sebagai ion sejenis
b. Asam dapat bereaksi dengan endapan membentuk asam/garam yang
larut
c. Basa bereaksi dengan larutan membentuk basa yang sukar mengendap
Efek suhu
Umumnya kenaikan suhu membuat kelarutan makin tinggi
Efek kompleks
Pengompleks (ligan-ligan) dapat bereaksi dengan endapan garam
transisi membentuk garam kompleks yang larut

A. ANALISIS KUALITATIF
Alat percobaan :
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Bunsen spirtus
 Penjepit buaya/ tebung reaksi
 Pengaduk larutan
 aquades

Bahan percobaan :
Acara I ( Analisa Kualitatif )
-

Identifikasi Anion :
Anion Cl-

: NaCl, H2SO4, AgNO3, HNO3, Hg2 (NO3)2 ,
NH4OH,

Anion I-

: KI, Na2S2O3 , NH4OH, CuSO4, Hg2 Cl2

Anion Fe(CN)64-

: K4Fe(CN)6 , Pb(CH3COO)2, AgNO3

Anion CNS-

: FeCl3, AgNO3, HNO3,KCNS
34

-

Anion CO32-

: Na2CO3, AgNO3,

Anion S2O3-

: Na2S2O3, AgNO3, H2SO4

Identifikasi Kation :
Kation Golongan I:
Perak(Ag+):

AgNO3, HCl, NH4OH, NaOH, Na2S2O3 , HNO3, K2CrO4, KI

Kation Golongan II:
Merkuro Hg22+ : Hg2 (NO3)2, HCl, NH4OH, NaOH, Na2CO3, K2CrO4
Kupri(Cu2+)

: CuSO4, NaOH, Na2CO3, NH4OH, KI

Kadmium (Cd2+) : CdSO4, NH4OH,NaOH, (NH4)2CO3
Kation Golongan III :
Alumunium (Al3+) : AlCl3, NH4OH, H2O, KOH
Ferri ( Fe3+)

: FeCl3, KOH, KCNS, HCl, K4Fe(CN)6, H2SO4

Mangano (Mn2+) : MnSO4, KOH , NH4OH, Na2CO3
Nikel (Ni2+)

: NiSO4, HCl, NH4OH, HNO3, K2CrO4, NaOH

Kation Golongan IV :
Barium (Ba2+)

: Ba(NO)3 , K2CrO4, H2SO4

Magnnesium (Mg2+) : MgCl2, NaOH
Kation Golongan V :
Amonium (NH4+) : NaOH, NH4OH, HCl
Cara kerja :
1. ANALISIS ANION
Anion Klorida (Cl-)
Digunakan larutan NaCl encer
Masukkan 3 buah reaksi masing-masing 4 ml larutan NaCl kemudian
lakukan percobaan berikut :
a. Berikan larutan asam sulfat (H2SO4) encer, maka tidak akan terjadi
reaksi.
Panaskan larutan tersebut , amati apa yang terjadi ! Catat hasilnya.

35

b. Berikan larutan perak nitrat (AgNO3), maka akan diperoleh
endapan AgCl yang berwarna putih. Ambil endapan tersebut dan
masukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang bersih. Kemudian
berikan pada tabung masing-masing larutan ammonia dan larutan
asam nitrat. Perhatikan reaksi yang terjadi ,endapan larut dalam
ammonia tetapi tidak larut dala asam nitrat.
Anion Iodida ( I-)
Digunakan larutan Kalium Iodida ( KI )
Lakukan langkah kerja seperti anion klorida, kemudian lanjutkan
dengan memberikan pereaksi berikut ini :
a. Berikan larutan AgNO3 , maka akan terjadi endapan berwarna
kuning dari AgI. Bagi endapan menjadi 2 bagian kemudian ujilah
endapan tersebut dengan larutan Natrium tiosulfat (Na 2S2O3) , dan
yang satunya tambah larutan ammonia. Amati endapan larut atau
tidak? Buktikan dengan percobaan.
b. Berikan larutan CuSO4 , maka akan terbentuk endapan CuI dan I2
yang larut dalam larutan Natrium Tiosulfat. Amati dan catat warna
endapan
c. Berikan larutan Hg2Cl2 maka akan terbentuk endapan HgI2 yang
larut dalam larutan KI berlebihan, membentuk HgI42-. Amati
warna endapan!
Anion Ferrosianida Fe(CN)64- dan Rhodanida (CNS-)
Digunakan larutan K4Fe(CN)6 dan larutan KCNS, masukkan larutan
pertama ke dalam sebuah tabung reaksi dan arutan kedua masukkan ke
dalam dua tabung reaksi dan berikan perekasi berikut :
a. Pada larutan pertama tambahkan timbal asetat Pb(CH3COO)2
maka akan terjadi endapan putih. Endapan ini tidak larut dalam
asam nitrat encer. Buktikan !

36

b. Pada larutan kedua berikan pada tabung reaksi satu larutan perak
nitrat, maka akan terbentuk endapan AgCNS yang berwarna putih.
c. Pada tabung yang satunya berikan larutan FeCl3 maka akan
terbentuk senyawa komplek berwarna merah ferri rhodanida.
Anion Karbonat (CO3-) dan Anion Tiosulfat (S2O3-)
Digunakan larutan Na2CO3 dan larutan Na2S2O3.
Masukkan larutan pertama ke dalam sebuah tabung reaksi dan larutan
kedua ke dalam dua tabung reaksi, dan masing-masing tambahkan
pereaksi berikut :
a. Larutan pertama pada sebuah tabung reaksi dan tambahkan
AgNO3 mka akan terbentuk endapan Ag2CO3, tambahkan AgNO3
berlebih. Amati apa yang terjadi ?
b. Pada larutan kedua tambahkan tabung reaksi satu larutan asam
sulfat encer maka akan terbentuk gas yang berbau merangsang H 2S
dan endapan belerang S.
c. Pada tabung reaksi yang satunya tambahkan perak nitrat akan
terbentuk endapan putih Ag2S2O3 yang kemudian menjadi kuning
coklat dan akhirnya hitam karena terbentuk Ag2S.
Anion sulfat (SO42-)
Digunakan larutan Na2SO4
Masukkan larutan tersebut kedalam dua buah tabung reaksi dan tambahkan
masing- masing pereaksi berikut ini :
a. Tambahkna larutan BaCl2 maka akan terbentuk endapan
BaSO4
b. Tambahakan larutan Pb(CH3COOH)/ Pb asetat maka akan
terbentuk endapan putih dari timbal sulfat pekat dan
ammoniun asetat. Buktikan !

37

2. ANALISIS KATION
Pada analisa kation ini hanya dipilih beberapa kation saja dengan
alasan pemilihan udah mewakili tiap golongn. Hal ini dikarenakan keterbatasan
waktu yang tersedia untuk praktikum.
Kation Golongan I :
Perak (Ag+ )
Digunakan larutan AgNO3.
Masukkan kira-kira 4 ml larutan AgNO 3 pada empat buah tabung
reaksi,kemudian tambahkan pereaksi berikut ini :
a. Asam klorida encer, maka akan terbentuk endapan AgCl putih yang
larut dalam larutan ammonia.
b. NaOH, maka akan terbentuk endapan Ag2O berwarna coklat. Endapa ini
larut dala