TUGAS KELOMPOK PRAKTIK PECIPTAAN GERAK B

TUGAS KELOMPOK

PRAKTIK PECIPTAAN GERAK BERIRAMA
UNTUK ANAK USIA DINI
Tugas Tutorial
Mata Kuliah : Keterampilan Musik dan Tari (PAUD4402)
Tutor : Hanung Sasongko, S.Sn

Kelompok :

EKA FITRI YANTI

819855456

SRI INDAH WATI

819400278

SURYANAH

819398433


S1 PAUD FKIP UPBJJ SEMARANG
POKJAR LIMPUNG KAB. BATANG
MASA REGISTRASI 2012.2

A. PERENCANAAN
Perencanaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah
kegiatan yang akan dikerjakan, agar diperoleh hasil yang sesuai dengan
tujuannya. Dalam perencanaan tergambar semua aspek atau komponen atau
harapan yang harus disiapkan oleh pelaksana. Demikian pula pada aktivitas
perencanaan sebuah karya tari.
Perencanaan tari merupakan suatu aktivitas berpikir dalam merencanakan
sebuah karya tari (gerak berirama) dan hasil dari berpikir ini adalah sebuah
gagasan tarian. Gagasan ini berkaitan dengan tema, bentuk dan gaya tarian yang
akan dibuat. Karenanya perencanaan tari sering disebut pula dengan istilah
konsep tari.
Gagasan ini perlu dituliskan, karena gagasan ini akan dimanfaatkan sebagai
panduan dan acuan waktu tahap selanjutnya, yakni tahap pemrosesan penciptaan
tari. Mengungkap gagasan tari dalam bentuk tulisan akan bermanfaat sebagai alat
kontrol agar dalam proses mencipta tari selalu bekerja dan konsisten dalam

mewujudkan karya tarian sesuai dengan gagasannya. Menuliskan gagasan
seharusnya menjadi suatu kebutuhan dan persyaratan yang harus dilakukan oleh
guru.
Perencanaan penciptaan tari sangat bermanfaat bagi penggambaran utuh dari
wujud tarian yang akan dibuat. Perencanaan harus menggambarkan tentang tarian
seperti apa yang akan dibuat, bagaimana wujud atau bentuk tarian dan bagaimana
cara membuatnya.
Dalam perencanaan ini, pendidik akan menciptakan gerakan-gerakan tari
dalam tarian kuda lumping. Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan
adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah
menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang
di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias
dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya
menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda
lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis,
seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran
Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun tarian ini berasal
dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di
Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia.


2

1. Latar Belakang
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa
kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun
catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal
yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Konon, tari kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan
rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam
menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari
kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu
oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan
bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang
dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi
pasukan Belanda.
Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping
merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan
berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis,
dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya
seekor kuda di tengah peperangan.

Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan
atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti
atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri,
berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini
merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di
lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang
dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.
Dalam penciptaan tarian ini ada beberapa alasan pendidik menciptakan
tarian tersebut, antara lain :
a. Tarian tersebut merupakan tarian tradisional khas daerah
b. Minat anak-anak dalam mempelajari tarian itu sangat besar sekali
c. Tarian ini merupakan tarian yang merakyat
d. Penguasaan tahapan-tahapan dalam pembelajaran lebih mudah
2. Manfaat
Mengenai manfaat yang dapat diambil dalam penciptaan tarian ini
adalah sebagai berikut :
a. Mengenalkan pada anak-anak tentang tarian kebudayaan Indonesia
b. Agar anak-anak lebih mencintai kebudayaan Indonesia
3


3. Acuan Teoritik
Dalam pementasanya, tidak diperlukan suatu koreografi khusus, serta
perlengkapan peralatan gamelan seperti halnya Karawitan. Gamelan untuk
mengiringi tari kuda lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang,
Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Sajaksajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan
agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang
Pencipta.
Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional kuda
lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum
pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual,
untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan
biasanya dilakukan di lapangan terbuka.
4. Metode Garapan
Tujuan dibuatnya tarian ini adalah agar anak memiliki pemahaman awal
tentang macam-macam kebudayaan Indonesia melalui tarian, salah satunya
adalah tari kuda lumping ini.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penciptaan tari kuda lumping
ini adalah melalui tahapan penemuan dan pendalaman gagasan melalui
eksplorasi, improvisasi dan evaluasi, perwujudan gagasan atau mengomposisi.
Tahapan-tahapan tari kuda lumping bisa dilihat pada pembagian

fragmen atau bagian sebgai berikut :
a. Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan
terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi
kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik.
b. Pada

fragmen

selanjutnya,

penari

pria

dan

wanita

bergabung


membawakan tari senterewe.
c. Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam
orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian
penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.
5. Orientasi Garapan
Dalam penciptaan gerak tari sengaja pendidik membatasi gerakan sesuai
dengan kemampuan anak. Sehingga dalam penguasaan tarian oleh anak akan
lebih cepat dan mudah. Kemudian selain itu agar anak lebih leluasa dalam
menggerakkan badannya dalam menari, sehingga tidak terlihat kaku saat
4

memainkannya. Selanjutnya dalam menari juga diiringi musik, sehingga
penempatan gerak mudah dipahami anak.
6. Komposisi Tari
Komposisi tari ini adalah komponen yang akan memberikan gambaran
yang utuh dari bentuk tari yang akan dipertunjukkan kepada orang lain, yang
meliputi; gerak, desain lantai, desain atas, desain musik, desain dramatik,
tema, tat arias, tata busana, tata pentas, tata lampu dan tata suara. Kemudian
untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagaimana berikut :
a. Gerak tari : berasal dari gerak-gerak binatang (jaran/kuda) untuk

menggambarkan konsep kuda penari bergerak menirukan kuda berjalan
lambat/lamban dan menirukan gerakan kuda waktu lari dan berputar
bergerak dengan lincah/cepat.
b. Desain lantai : masuk pentas adalah desain lurus. Panjang seperti ular lalu
pada menit kedua desain berubah menjadi dua baris depan dan belakang
berdampingan, pada menit keempat desain menjadi lingkaran.
c. Desain atas : banyak menggunakan desain dalam badan anak dan
pandangan menghadap ke penonton pada peralihan gerakan menghadap
temannya yang berlawanan barisannya.
d. Desain musik : diciptakan setelah gerak selesai dibuar, musiknya adalah
lagu jaranan, boleh juga dengan musik tradisional kuda lumping ada
gong, jadur, dan lain sebagainya
e. Desain dramatik : memunculkan suasana yang berbeda antara awal tarian
berbaris lurus depan belakang, samping kanan kiri, tengah tarian duduk,
seperti gerakan kerasukan roh (dadi) sebagai klimaks dan melingkar
berputar masuk panggung sebagai antiklimaks
f. Tema tari : menggambarkan konsep orang naik kuda lumping dengan
judul tari jaranan.
g. Properti tarian : kuda-kudaan yang biasanya terbuat dari anyaman bambu,
atau bisa juga menggunakan pelepah pisang, kardus pun juga bisa dipakai

untuk pengganti.
h. Tata rias/busana : Penari memakai busana seperti prajurit berkuda dengan
memakai rompi yang terbuat dari kresek berwana hitam lalu dihias dengan
kertas warna. Memakai ikat kepala yang terbuat dari kresek, bagian bawah
menggunakan sarung yang dilipat. Untuk mempercantik penampilan pada
bagian tangan dan kaki diberi gelang yang terbuat dari kertas warna.

5

a. Tata panggung : di atas panggung dihiasi dengan gambar kuda lumping
atau barongan, sebagai ciri khas tari kuda lumping/jaranan.
7. Daftar Pustaka
Daftar buku atau sumber yang digunakan pencipta dalam proses
kegiatan menulis konsep tari atau perencanaan penciptaan tarian :
a. Hawkins, Alma. (1990). Mencipta Lewat Tari, Terj. Sumandiyo Hadi, ISI,
Yogyakarta
b. http://wikipedia.or.id, Sejarah Kuda Lumping, Jum’at, 16 Nopember
2012, 09.00 WIB
c. Aryaprastya, I Gusti Komang, TT, Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini
Lalui Stimulus Berkreasi Tari Nusantara


Universitas Pendidikan

Indonesia
B. PENCIPTAAN
Ada empat tahap dalam penciptaan tari yang harus dilalui oleh seseorang
penata tari atau koreografer, menurut Hawkins, yakni :
1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahap dimana pikiran kita bekerja, berimajinasi, merasakan
dan merespons suatu rangsang untuk menemukan berbagai gerak dari
berbagai sumber dengan menggunakan semua indra kita.
Pada tahap ini pencipta akan melakukan eksplorasi melalui berbagai
sumber, baik itu bacaan, video atau film dokumenter ataupun melihat
langsung tentang gerak-gerak binatang yang dalam hal ini objeknya adalah
kuda.
Pencipta merangsang anak untuk memikirkan tentang konsep gerakgerak binatang melalui pertanyaan-pertanyaan, eksplorasi gerakan yang
menggambarkan hal-hal yang telah mereka dialogkan. Pencipta juga
menanyakan bagaimana perasaan anak didik ketika mereka membayangan
dan membuat gerakan-gerakan yang menggambarkan sesuatu tentang hewan,
misalnya menjadi kuda.

Anak didik diminta untuk mengekspresikan mimik wajah gembira,
takut, sedih dan sebagainya. Pencipta juga mengajak anak untuk
membayangkan dan berimajinasi tentang bagaimana gerakan dan mimik
wajah kuda yang sedang berlari-larian.
2. Tahap improvisasi
6

Pada tahap ini adalah suatu aktivitas yang sangat diperlukan dalam
proses penciptaan tari. Dari improvisasi ini diperoleh gerakan-gerakan yang
spontan dan terkendali.
Pencipta

akan

melakukan

gerakan-gerakan

sederhana

dengan

menggunakan :
a. Gerakan pertama berjalan membentuk posisi 2 orang di depan dan 2 orang
di belakang.
b. Gerakan kedua berjalan ke kanan 2 kali dan ke kiri 2 kali barisan pertama
berjalan ke kanan dan barisan kedua berjalan ke kiri.
c. Gerakan ketiga diam di tempat, salah satu kaki bergerak ke depan
diselingi dengan posisi diam dengan bahu diangkat naik turun sebanyak 2
kali.
d. Gerakan keempat posisi diam

dengan tangan di angkat seperti

menerawang.
3. Tahap evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan mengkaji kembali gerakan-gerakan yang
sudah ditemukan dan direncanakan untuk digunakan dalam tarian. Dari tahap
eksplorasi dan improvisasi, pencipta menemukan sejumlah gerakan yang akan
digunakan dalam karya tarinya. Namun sebelum pencipta memutuskannya,
terlebih dahulu harus melakukan evaluasi, misalnya apakah gerakan
berjalannya sudah menunjukkan seperti gerakan berjalan sang kuda, apakah
langkah kakinya juga sudah hampir mirip, apakah anak didiknya dapat
melakukan gerakan-gerakan tersebut dengan rileks atau santai? Pencipta juga
melibatkan anak didiknya melalui sebuah pertanyaan apakah gerakan A sudah
seperti gerak kuda dan lain sebagainya.
4. Tahap komposisi
Tahapan ini merupakan klimaks dari proses penciptaan. Dari tahapan ini
akan diperoleh sebuah tarian. Pencipta sudah menemukan sejumlah jenis
gerakan yang akan digunakan dalam tariannya. Mulailah dia merangkai
gerakan satu dengan gerakan yang lainnya, sambil memperatikan dan
memadukannya dengan unsur-unsur komposisi tari yang sudah dibuatnya
dalam perencanaan sebelumnya.
Dalam tahapan ini beberapa kali dilakukan perubahan-perubahan,
penggantian gerakan, mengurangi dan menambah gerakan agar menjadi
sebuah bentuk yang diinginkan.
7