Manajemen Keuangan 2 Derivatif dan Manaj

Manajemen Keuangan 2
“Derivatif dan Manajemen Waktu”

KELOMPOK 7:
Aldi Subandi

(8335128383)

Andhika Ageng W.K

(8335112396)

Dian Anggraeni

(8335128400)

M Fikri Ash Shodiq

(8335128430)

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

KATA PENGANTAR
Dengan ini kami mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT telah
mengizinkan kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini, yang berjudul
“Etika dan Lingkungan Bisnis”, kami membahas semua hal yang kami
ketahui tentang etika dan lingkungan bisnis serta kasus-kasus yang
menyangkut etika dan lingkungan bisnis di Indonesia. Semua informasi
dan pengetahuan tentang topik pembahasan yang kami susun ke dalam

makalah ini, kami dapatkan dari buku panduan, internet, serta sumbersumber lainnya.
Kami sadar sepenuhmya dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Maka kami mengharapkan kritik dan saran
yang

membangun

dari

para

pembaca


makalah

ini

guna

lebih

menyempurnakan makalah-makalah yang akan datang. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan dapat
membuat pengetahuan kita menjadi lebih luas.
Jakarta, Februari
2014
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
Etika Bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan

juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk
nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, dan masyarakat. Etika bisnis dapat menjadi standar dan pedoman
bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai
pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi
moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap profesional.Sedangkan
lingkungan bisnis adalah segala sesuatu yang mempengaruhi aktivitas
bisnis

dan

kinerja

bisnis

dalam

suatu


lembaga

organisasi

atau

perusahaan. Faktor – factor yang mempengaruhi tersebut tidak hanya
dalam perusahaan (intern), namun juga dari luar (ekstern).
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur
oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan
Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika
dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk
berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan
masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan jasanya.
Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan
kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan.
Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu;
kompetensi, objektif dan mengutamakan integritas. Tanpa etika di dalam
bisnis, maka perdagangan tidak akan berfungsi dengan baik. Kita harus
mengakui bahwa akuntansi adalah bisnis, tetapi kalau hal ini dilakukan

tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat merugikan.

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Etika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) Etika adalah Nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan
kewajiban moral.
Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat
aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik
yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh
sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi”. Dari asal usul
kata, Etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat istiadat/
kebiasaan yang baik Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan
manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang
berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada
umumnya, Sedangkan Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan
pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu
profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses

sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Jadi Etika Profesi Akuntansi adalah Merupakan suatu ilmu yang
membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan
pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai
Akuntan.
Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan
keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus
bertindak. Tindakan manusia. ini ditentukan oleh bermacam-macam
norma.
Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral,
noprma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari
hukum dan perundang-undangan,norma agama berasal dari agama

sedangkan norma moral berasal dari suara batin. Norma sopan santun
berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari
etika. Etika dan etiket Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan
santun.


Fungsi Etika

Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan
pelbagai moralitas yang membingungkan.

Etika ingin menampilkanketrampilan intelektual yaitu ketrampilan
untuk berargumentasi secara rasional dan kritis.

Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam
suasana pluralisme.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika :

Kebutuhan Individu

Tidak Ada Pedoman

Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak
Dikoreksi


Lingkungan Yang Tidak Etis

Perilaku Dari Komunitas
Jenis-jenis Etika
 Etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar .
 Etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus.
Ada tiga prinsip dasar perilaku yang etis
 Hindari pelanggaran etika yang terlihat remeh. Meskipun tidak
besar sekalipun, suatu ketika akan menyebabkan konsekuensi yang
besar pada profesi.
 Pusatkan perhatian pada reputasi jangka panjang. Disini harus
diingat bahwa reputasi adalah yang paling berharga, bukan sekadar
keuntungan jangka pendek.
 Bersiaplah

menghadapi

konsekuensi

yang


kurang

baik

bila

berpegang pada perilaku etis. Mungkin akuntan akan menghadapi
masalah karier jika berpegang teguh pada etika. Namun sekali lagi,
reputasi jauh lebih penting untuk dipertahankan.

Sanksi Pelanggaran Etika
 Sanksi Sosial : Sanksi ini diberikan oleh masyarakat sendiri, tanpa
melibatkan pihak berwenang. Pelanggaran yang terkena sanksi
sosial biasanya merupakan kejahatan kecil, ataupun pelanggaran
yang dapat dimaafkan. Dengan demikian hukuman yang diterima
akan ditentukan leh masyarakat, misalnya membayar ganti rugi
dsb, pedoman yang digunakan adalah etika setempat berdasarkan
keputusan bersama.
 Sanksi Hukum : Sanksi ini diberikan oleh pihak berwengan, dalam

hal ini pihak kepolisian dan hakim. Pelanggaran yang dilakukan
tergolong pelanggaran berat dan harus diganjar dengan hukuman
pidana ataupun perdata.Pedomannya suatu KUHP.
Etika Profesi Akuntansi
Etika merupakan persoalan penting dalam profesi akuntan. Etika tidak
bisa dilepaskan dari peran akuntan dalam memberikan informasi bagi
pengambilan keputusan. Pada prinsip etika profesi dalam kode etik Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan tentang pengakuan profesi akan
tanggung jawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan.
Prinsip etika profesi akuntan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Memiliki pertimbangan moral dan profesional dalam tugasnya sebagai
bentuk tanggung jawab profesi.
b. Memberikan pelayanan dan menghormati kepercayaan publik.
c. Memiliki

integritas

tinggi

dalam


memelihara

dan

meningkatkan

kepercayaan publik.
d. Menjunjung sikap obyektif dan bebas dari kepentingan pihak tertentu.
e. Melaksanakan tugas dengan kehati-hatian sesuai kompetensi dalam
memberikan jasa kepada klien.
f. Menjaga kerahasiaan informasi dan tidak mengungkapkan informasi
tanpa persetujuan.
g. Menjaga reputasi dan menjauhi tindakan yang mendiskreditkan
profesinya.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi

dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan
tersebut terdapat 4 kebutuhan dasar yang harus terpenuhi :
1. Kredibilitas.Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan
sistem informasi
2. Profesionalisme. Diperluikan individu yang dengan jelas dapat
diidentifikasikan oleh pemakai Jasa Akuntan sebagai profesional di
bidang akuntansi.
3. Kualitas jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang
diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tinggi.
4. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin
bahwa

terdapat

kerangka

etika

profesioanal

yang melandasi

pemberian jasa oleh akuntan.

Perilaku Etika Dalam Pemberian Jasa Akuntan Publik
Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat
memerlukan

kepercayaan

dari

masyarakat

yang

dilayaninya.

Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan
menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi
terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota
profesinya. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika
profesional

bagi

akuntan

yang

berpraktik

sebagai

akuntan

publik

Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik bersumber dari
Prinsip Etika yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam
konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama
kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan. Prinsip Etika
memberikan

kerangka

dasar

bagi

Aturan

Etika,

yang

mengatur

pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika
disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan

Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat
anggota Himpunan yang bersangkutan.
KODE ETIK PROFESI
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik)
KEPAP adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota
Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan
Akuntan Indonesia -Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan
staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan
anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
KERERANGKA KODE ETIK IAI
Prinsip Etika (IAI)
Aturan Etika (IAPI)
Interpretasi Aturan Etika (Pengurus IAPI)
PRINSIP ETIKA
 Tanggung Jawab Profesi
 Kepentingan Umum (Publik)
 Integritas
 Obyektivitas
 Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
 Kerahasiaan
 Perilaku Profesional
 Standar Teknis
ATURAN ETIKA
 Independensi, Integritas, Obyektivitas
 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
 Tanggung Jawab kepada Klien
 Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi
 Tanggungjawab dan Praktik Lain
KETERTERAPAN (APPLICABILITY)

 Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan
Indonesia

–Kompartemen

Akuntan

Publik

(IAI-KAP)dan

staf

profesional (baik yang anggota IAI-kap maupun yang bukan anggota
IAI-KAP yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik)
 Rekan pimpinan KAP bertanggung jawab atas ditaatinya aturan
etika oleh anggota KAP
Lingkungan Etika Akuntan Profesional
Lingkungan etika adalah arena bagi para akuntan profesional
menjalani tugas-tugas profesionalnya. Lingkungan etika ini meliputi
organisasi bisnis dan non-bisnis yang merupakan sasaran jasa profesional
para akuntan, lingkungan bagi organisasi bisnis dan non-bisnis tersebut,
dan masyarakat secara umum, serta organisasi atau kantor yang
mempekerjakan mereka.
Akuntan profesional yang berfungsi menjembatani kepentingankepentingan yang sering berlawanan tersebut harus menyadari dan
memahami harapan publik terhadap bisnis dan organisasi-organisasi lain
yang menjadi sasaran jasa profesionalnya agar setiap akuntan profesional
dapat menemukan bagaimana seharusnya menafsirkan aturan-aturan
profesi mereka dan memadukan kearifan intelektual dan tindakan yang
sesuai dengan standar etika.
Ethics Expectations
The Ethics Environment for Business: The Battle for Credibility,
Reputation & Competitive Advantage
Selama 30 tahun terakhir, telah terjadi peningkatan harapan bahwa
bisnis yang ada diharapkan untuk melayani kebutuhan para pemegang
saham dan masyarakat. Stakeholder semakin berharap bahwa kegiatan
perusahaan akan menghormati nilai-nilai dan kepentingan mereka.
Sehingga, Direktur perusahaan diharapkan untuk mengatur perusahaan
mereka secara etis, berarti mereka akan melihat bahwa eksekutif,
karyawan, dan agen bertindak secara etis. Selain itu, perusahaan semakin
diharapkan bertanggung jawab kepada stakeholder secara transparan

atau

etika.Akibatnya,

rezim

pemerintahan

dan

akuntabilitas

yang

berkembang untuk bisnis dan profesi telah menjadi jauh lebih berkaitan
dengan kepentingan stakeholder dan masalah-masalah etis daripada di
masa

lalu.Kesadaran

ini

harus

dikombinasikan

dengan

nilai-nilai

tradisional dan dimasukkan ke dalam kerangka kerja untuk membuat
keputusan etis dan tindakan yang etis. Jika tidak, maka akan berpengaruh
buruk pada kredibilitas, reputasi, dan keunggulan kompetitif pasar modal,
organisasi, manajemen, profesional, dan profesi.
Keberadaan kode etik keprofesian merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan.Hal ini terutama jika dikaitkan dengan besarnya
tuntutan

publik

terjadap

dunia

usaha

yang

pada

umumnya

mengedepankan etika dalam menjalankan akivitas bisnisnya. Tuntutan ini
kemudian direspon dengan antara lain membuat kode etik atau kode
perilaku. Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007) menyebutkan kode etik sebagai
dokumen formal yang tertulis dan membedakan yang terdiri dari standar
moral untuk membantu mengarahkan perilaku karyawan dan organisasi.
Sementara fungsinya adalah sebagai alat untuk mencapai standar etis
yang tinggi dalam bisnis (kavali., dkk, dalam Ludigdo, 2007). Atau secara
prinsip

sebagai

petunjuk

atau

pengingat

untuk

berprilaku

terhormat dalam situasi-situasi tertentu.

Beberapa faktor yang mempengaruhi harapan publik (etik) pada
lingkungan bisnis :
a. Environmental Concerns
Perusahaan juga harus perduli terhadap kepentingan
lingkungannya agar dapat tercapainya tanggung jawab terhadap
lingkungan.
b. Moral Sensitivity

secara

Riset di bidang akuntansi telah difokuskan pada kemampuan para
akuntan dalam membuat keputusan etika dan berperilaku etis.Dan juga
muncul

adanya

keinginan

untuk

bersikap

adil

terhadap

kliennya.Bagaimanapun, faktor yang penting dalam penilaian dan
perilaku etis adalah kesadaran para individu bahwa mereka adalah
agen moral.Kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etik atau
moral dalam suatu keputusan inilah yang disebut sensitivitas etika.
c. Bad Judgments & Activist Stakeholders
Yang dimaksud dengan bad judgement adalah kesalahan operasi
yang dilakukan oleh perusahaan sehingga menjadikan keringanan bagi
kalangan ekslusif. Dan activist stakeholders adalah etika etika yang
dimiliki oleh investor, pelanggan dan lingkungan.
d. Economic & Competitive Pressures
Economic, Kesalahan memberikan dorongan untuk bangkit.
Competitive pressures, Tekanan dan dorongan global.
e. Financial Scandals: The Expectations Gap & the Credibility Gap
Pemahaman

akan

perkembangan

dan

tuntutan

lingkungan

memungkinkan para akuntan profesional mengidentifikasi ada tidaknya
celah harapan publik (expectation gap) dan celah kredibilitas (credibility
gap), yang selanjutnya memungkinkan mereka untuk menutup celah
tersebut. Berbagai kasus skandal bisnis dan keuangan yang melibatkan
para akuntan profesional mulai terkuak.Kasus-kasus tersebut dapat
mengindikasikan bahwa adanya pengingkaran oleh sejumlah akuntan
terhadap kepercayaan tinggi yang diberikan oleh masyarakat kepada
profesi akuntansi.Ini merupakan ancaman bagi para akuntan yang
bersangkutan dan profesi akuntan secara keseluruhan, yang harus
disadari

sepenuhnya

dan

ditanggapi

sungguh-sungguh

dengan

meningkatkan kepatuhan terhadap standar teknis maupun standar
etika yang berlaku.

New Expectations for Business

a. New Mandate for Business
Mandat Baru untuk Bisnis Perubahan dalam ekspektasi publik telah
dipicu, bahwa bisnis ada untuk melayani masyarakat, bukan
sebaliknya. Jika tujuan etis dan ekonomi tidak dapat diintegrasikan
atau seimbang dengan sukses, dan kepentingan pemegang saham
terus mendominasi tidak masuk akal orang-orang dari pemangku
kepentingan, ketegangan antara bisnis dan stakeholder masyarakat
akan terus tumbuh.
b. Reinforced Fiduciary Role for Professional Accountants
Akuntan profesional harus memastikan bahwa nilai-nilai etika
mereka saat ini sudah diaplikasikan dan mereka siap melaksanakan
peran yang terbaik untuk menjaga kredibilitas dan dukungan untuk
profesi.
Dampak meningkatkan harapan untuk bisnis pada umumnya
dan untuk direktur, eksekutif, dan akuntan khususnya, telah
membawa

tuntutan

reformasi

pemerintahan,

pengambilan

keputusan etis, dan manajemen yang akan mendapat manfaat dari
terdepan berpikir tentang bagaimana mengelola risiko etika dan
peluang.
PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS
1. Lingkungan bisnis yang mempengaruhi Perilaku Etika
Lingkungan

bisnis

yang

mempengaruhi

etika

adalah

lingkungan makro dan lingkungan mikro.Lingkungan makro yang dapat
mempengaruhi kebiasaan yang tidak etis yaitu bribery, coercion,
deception,

theft,

unfair

dan

discrimination.Maka

dari

itu

dalam

perspektif mikro, bisnis harus percaya bahwa dalam berhubungan
dengan supplier atau vendor, pelanggan dan tenaga kerja atau
karyawan.
2. Kesaling – tergantungan antara bisnis dan masyarakat
Mungkin ada sebagian masyarakat yang belum mengenali apa itu
etika dalam berbisnis. Bisa jadi masyarakat beranggapan bahwa

berbisnis tidak perlu menggunakan etika, karena urusan etika hanya
berlaku di masyarakat yang memiliki kultur budaya yang kuat. Ataupun
etika

hanya

menjadi

wilayah

pribadi

seseorang.Tetapi

pada

kenyataannya etika tetap saja masih berlaku dan banyak diterapkan di
masyarakat itu sendiri.Bagaimana dengan di lingkungan perusahaan?
Perusahaan juga sebuah organisasi yang memiliki struktur yang cukup
jelas dalam pengelolaannya.Ada banyak interaksi antar pribadi maupun
institusi yang terlibat di dalamnya.Dengan begitu kecenderungan untuk
terjadinya konfik dan terbukanya penyelewengan sangat mungkin
terjadi.Baik dalam tataran manajemen ataupun personal dalam setiap
team maupun hubungan perusahaan dengan lingkungan sekitar. Untuk
itu etika ternyata diperlukan sebagai kontrol akan kebijakan, demi
kepentingan

perusahaan

itu

sendiri

Oleh

karena

itu

kewajiban

perusahaan adalah mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang
baik bagi masyarakat.
3. Kepedulian pelaku bisnis terhadap etika
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat,
bukan

hanya

dalam

bentuk

“uang”

dengan

jalan

memberikan

sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.Artinya sebagai contoh
kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat
harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi
perhatian

dan

kepedulian

bagi

pelaku

bisnis

dengan

tidak

memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat
ganda.Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu
mengembangkan

dan

memanifestasikan

sikap

tanggung

jawab

terhadap masyarakat sekitarnya.Tanggung jawab sosial bisa dalam
bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam
hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.
4. Perkembangan dalam etika bisnis
Di akui bahwa sepanjang sejarah kegiatan perdagangan atau
bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika.Perhatian etika untuk bisnis

dapat dikatakan seumur dengan bisnis itu sendiri. Perbuatan menipu
dalam bisnis , mengurangi timbangan atau takaran, berbohong
merupakan contoh-contoh kongkrit adanya hubungan antara etika dan
bisnis. Namun denikian bila menyimak etika bisnis sperti dikaji dan
dipraktekan sekarang, tidak bisa disangkal bahwa terdapat fenomena
baru dimana etika bisnis mendapat perhatian yang besar dan intensif
sampai menjadi status sebagai bidang kajian ilmiah yang berdiri sendiri.
Masa etika bisnis menjadi fenomena global pada tahun 1990-an,
etika bisnis telah menjadi fenomena global dan telah bersifat nasional,
internasional dan global seperti bisnis itu sendiri. Etika bisnis telah hadir
di Amerika Latin , ASIA, Eropa Timur dan kawasan dunia lainnya. Di
Jepang yang aktif melakukan kajian etika bisnis adalah institute of
moralogy pada universitas Reitaku di Kashiwa-Shi. Di india etika bisnis
dipraktekan oleh manajemen center of human values yang didirikan
oleh dewan direksi dari indian institute of manajemen di Kalkutta tahun
1992. Di indonesia sendiri pada beberape perguruan tinggi terutama
pada program pascasarjana telah diajarkan mata kuliah etika isnis.
Selain itu bermunculan pula organisasi-organisasi yang melakukan
pengkajian khusus tentang etika bisnis misalnya lembaga studi dan
pengembangan etika usaha indonesia (LSPEU Indonesia) di Jakarta.
5. Etika bisnis dan Akuntan
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia
diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan
Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan
tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada
akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan
juga dengan masyarakat.Selain dengan kode etik akuntan juga
merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan
atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang
diberikannya

karena

melalui

serangkaian

pertimbangan

etika

sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi.Akuntansi sebagai
profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan

mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan.Kewajiban akuntan
sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu; kompetensi,
objektif dan mengutamakan integritas.Banyak orang yang menjalankan
bisnis tetapi tetap berpandangan bahwa, bisnis tidak memerlukan etika.

Pengelolaan Resiko Etika dan Peluang
Dampak dari meningkatnya harapan untuk bisnis pada umumnya,
dan untuk direktur, eksekutif, dan akuntan khususnya, telah membawa
tuntutan reformasi pemerintahan, pengambilan keputusan etis, dan
manajemen yang akan mendapat manfaat dari pola pikir terdepan
tentang

bagaimana

mengelola

risiko

etika

dan

peluang.Pedoman

disediakan untuk proses identifikasi risiko etika,berhati-hati disarankan
terhadap kepercayaan berlebih pada auditor eksternal untuk tujuan ini,
dan wawasan yang ditawarkan untuk pengelolaan dan pelaporan risiko
etika.

Selanjutnya,

strategi

yang

efektif

dan

mekanisme

untuk

mempengaruhi stakeholder dibahas dengan pandangan pengembangan
dan mempertahankan dukungan mereka.Kaitan yang dibuat antara
manajemen

risiko

etika

manajemen

tradisional,

dan
dan

pemindaian
juga

untuk

lingkungan
bidang

atau

isu-isu

hubungan

bisnis-

pemerintah. Kedua hal ini bisa mendapatkan keuntungan signifikan dari
perluasan, perspektif akuntabilitas modern stakeholder.
Bisnis dan akuntansi profesional pasti tergantung pada orang-baik
sebagai eksternal, dan mungkin lebih penting, stakeholder internal seperti
karyawan.Memahami harapan untuk etika kerja sangat penting untuk
keberhasilan semua organisasi dan eksekutif mereka.Hak karyawan
berubah, seperti juga harapan untuk privasi, martabat, perlakuan yang
adil, kesehatan dan keselamatan, dan suara hati nurani seseorang.

Pengembangan kepercayaan, yang tergantung pada nilai-nilai etika dan
sangat penting untuk komunikasi, kerja sama, berbagi ide, keunggulan
inovasi, dan latihan kepemimpinan modern, juga merupakan faktor
penentu keberhasilan. Jadi penting adalah dimensi-dimensi etika kerja
yang pengamat ahli percaya bahwa cara penafsiaran karyawan itu sendiri
terhadap perusahaan menentukan apa yang karyawan pikirkan tentang
program etika perusahaan mereka. Sebuah perusahaan tidak dapat
memiliki budaya perusahaan yang efektif etis tanpa etika kerja terpuji.
Akhirnya, pengusaha dengan pengalaman tahu bahwa krisis tidak
dapat

dihindari,

dan

bahwa

pendekatan

manajemen

krisis

telah

dikembangkan untuk memastikan bahwa perusahaan dan eksekutif tidak
mengalami kegagalan lebih kepada prospek dan reputasi yang mereka
perlukan Bahkan, jika aspek etika dari krisis yang dikelola dengan baik,
reputasi dapat ditingkatkan. Memasukkan etika dalam manajemen krisis
jelas dapat mengubah risiko menjadi peluang.
Etika Bisnis terhadap Lingkungan Hidup
• Isu Lingkungan Hidup
Secara deontologis, perilaku etis hanya dilihat dari sudut pandang
manusia

yaitu,

sejauh

mana

setiap

orang

menghargai,

mempertimbangkan, memelihara, dan memberdayakan umat manusia
sesuai

dengan

harkat

dan

martabatnya

sebagai

manusia.Secara

teleologis, perilaku etis juga juga hanya mneyorot kepentingan umat
manusia dilihat dari konsekuensi atau akibat dari setiap keputusan dan
tindakan manusia terhadap manusia lainnya.Persoalan lingkungan hidup
– yaitu hubungan dan keterkaitan antara manusia dengan alam dan
pengaruh tindakan manusia terhadap kerusakan lingkungan yang baru
disadari pada abad ke-20 bersamaan dengan pesatnya pertumbuhan
bisnis modern dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
• Akumulasi Bahan Beracun
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pabrik-pabrik yang berdiri selama
ini umumnya membuang limbahnya kedalam saluran-saluran yang pada

akhirnya

mengalir

ke

sungai-sungai

dan

laut.

Berbagai

berita

pencemaran air akibat limbah beracun sudah sering kali muncul di
media massa bahkan sudah menjadi berita yang biasa saja. Selain itu
masih bnyak akumulasi bahan beracun yang disebabkan oleh pabrik
ataukegiatan industri seperti kapal-kapal tangki bermuatan minyak yang
mengalami kebocoran atau tenggelam sehingga minyak tersebut
mencemari air laut, asap-asap kendaraan dan pabrik yang mencemari
udara dll.Hal ini sangat merugikan dan membahayakan lingkungan
hidup dan khususnya masyarakat.
• Efek Rumah Kaca
Gas polutan penyebabpemanasan global sebagian besar dari
pemabakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara), yang saat
ini masih menjadi sumber energi terbesar didunia untuk industri,
trasnportasi dan keperluan rumah tangga. Gas metana berasal dari
pembakaran sampah kota dan CFC yang dihasilkan banyak digunakan
untuk pnyejuk ruangan, kulkas dan industri plastik, dan sebagai gas
pendorongg pada aerosol.

• Perusakan Lapisan Ozon
Kegunaan lapisan ozon bagi bumi dan seluruh isinya adalah untuk
melindungi semua kehidupan di bumi dari sinar ultraviolet yang
dipancarkan matahari.Sekarang ini lapisan ozon mengalami penipisan
dan bukan hanya itu telah terjadi perobekan sehingga menimbulkan
lubang

pada

bagian

tertentu

dari

lapisan

ozon.

Hal-hal

yang

menyebabkan perusakan lapisan ozon sama dengan yang menyebabkan
efek rumah kaca.
• Hujan Asam
Pabrik-pabrik dibanyak kawasan industri oleh hampir semua negara
demi

memacu

pertumbuhan

ekonomi

tanpa

disertai

program

pengendalian limbah asap telah mengakibatkan banyaknya volume asap
hitam pekat yang terus menerus dimuntahkan dari cerobong asap pabrik
tersebut. Asap tebal yang berwarna hitam pekat ini menyebabkan
terjadinya hujan asam ke bumi.
• Defortasi dan Penggurunan
Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, menyebabkan
kebutuhan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan kawasan
industri. Hal ini berdampak negatif pada hutan karena terjadinya
penyempitan

dan

perusakan

hutan.Sehingga

dengan

hutan

yang

semakin sedikit dapat menyebabkan terjadinya erosi, banjir yang
meluas, dan kurangnya resapan air, meluasnya penggurunan daratan,
menurunnya kualitas kesuburan tanah, dll.
• Keanekaragaman Hayati (biodiversity)
Adalah keragaman berbagai bentuk dan jenis kehidupan di bumi
ini.dengan terjadinya pencemarqn lingkungan, perusakan hutan, dan
pemanasan global secara pasti telah menyebabkan berkurangnya
populasi jenis-jenis (spesies) kehidupan tertentu.

Paradigma Etika Lingkungan Hidup
Dalam bahasa kebudayaan, paradigma (pola pikir) etika yang hanya
berpusat kepada manusia disebut “antroposentrisme”.Kode etik seperti
ini jelas mengabaikan faktor lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal ini
ada beberapa paradigma (cara pandang/ pola pikir) yang berkembang
dalam memahami etika dalam kaitannya dengan isu lingkungan hidup.
• Etika Kepentingan Generasi yang akan mendatang

Yang memandang kepentingan atau tindakan hendaknya jangan
hanya memikirkan kepentingan manusia pada generasi sekarang saja
tetapi harus memikirkan kepentingan umat manusia pada generasi
yang akan datang. Seperti mengeksploitasi sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui.
• Etika Lingkungan Biosentris
Memandang perilaku etis tidak hanya dari sudut pandang manusia
tetapi dari sudut pandang nonmanusia (fora, fauna, danbenda-benda
bumi dan non organisme).Etika lingkungan biosentris memperluas
wilayah kesadaran, kepekaan, dan kepedulian umat manusia untuk
memandang seluruh spesies, seluruh jenis kehidupan yang ada di
bumi.
• Etika Ekosistem
Menganggap sang pencipta, dan seluruh ciptaannya (bumi beserta
isinya serta sistem tat surya, siste, galaksi, dan sistem alam jagat raya)
sebagai moral patients.

A. KASUS LINGKUNGAN ETIKA AKUNTAN PROFFESIONAL
Kasus Sembilan KAP yang Diduga Melakukan Kolusi dengan
Kliennya

Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta
pihak kepolisian mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik,

yang

berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah
diauditnya antara tahun 1995-1997.Koordinator ICW Teten Masduki
kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan
temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap
sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai
dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya
sehingga akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk
di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah
sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H &
R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain,
kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi
antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles
laporannya

sehingga

memberikan

kejahatan,”

ujarnya.

Karena

memberikan

laporan

kepada

itu,

laporan
ICW

pihak

palsu,

dalam

ini

waktu

kepolisian

untuk

jelas

suatu

dekat

akan

melakukan

pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor
akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error”
atau kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja,
tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang
dicoba

ditutupi

dengan

melakukan

rekayasa

akuntansi.Teten

juga

menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan
administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya,
karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan
BPKP

ini

karena

kesalahan

sembilan

KAP

itu

tidak

ringan.“Kami

mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga
menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka
memberi laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat
bangkrut.

Ini

merugikan

masyarakat.

Kita

mengharapkan ada

tindakan

administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor
akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan
tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan
etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.
Pembahasan kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi
dengan kliennya
Dalam kasus ini terdapat banyak pelanggaran kode etik profesi
akuntan.Kesembilan

KAP

dan

36

bank

yang

bersangkutan

telah

melakukan kolusi. Pelanggaran yang dilakukan oleh kesembilan KAP itu
adalah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang
menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank
tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Hal tersebut
sangat merugikan masyarakatyang menjadi nasabah 36 bank tersebut.
Ada beberapa prinsip yang telah dilanggar oleh kesembilan KAP
tersebut.Prinsip
dilanggar.Karena

pertama
auditor

yaitu
telah

tanggung

jawab

menerbitkan

laporan

profesi

telah

palsu,

maka

kepercayaan masyarakat terhadapnya yang dianggap dapat menyajikan
laporan

keuangan

telah

disalahi.Hal

ini

juga

menunjukkan

bahwa

kesembilan KAP tersebut tidak independen dan tidak professional.Prinsip
kedua yaitu kepentingan publik juga telah dilanggar, karena dianggap
telah menyesatkan public dengan disajikannya laporan keuangan yang
telah

direkayasa.Bahkan

prinsip

keempat

yaitu

obyektivitas

juga

dilanggar, yaitu mereka tidak memikirkan kepentingan public melainkan
hanya mementingkan kepentingan klien dan hanya mementingkan
kepentingan pribadi.
Kesimpulan Kasus Sembilan KAP

Kesimpulan Kasus Sembilan KAP adalah kesembilan KAP tersebut telah
banyak melanggar beberapa prinsip etika profesi akuntan, seperti tidak
independen dan professional, pelanggaran terhadap kepentingan publik
dengan

menyesatkan

public

dalam

penyajian

laporan

keuangan,

pelanggaran terhadap obyetivitas yang hanya memikirkan kepentingan
klien

dan

kepentingan

pribadi.

Prinsip-prinsip

tersebut

seharusnya

menjadi pedoman perusahaannya demi menjaga nama baiknya dan
kelangsungan hidup KAP itu sendiri dan bukan untuk dilanggar.
B. KASUS PELANGGARAN ETIKA (PERUSAHAAN)
Kebobrokan Freeport - Pencemaran Lingkungan & Pelanggaran
HAM Perusahaan Emas Terbesar di Indonesia
PT Freeport Indonesia, adalah potret nyata sektor pertambangan
Indonesia. Keuntungan ekonomi yang dibayangkan tidak seperti yang
dijanjikan, sebaliknya kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi
pertambangan terus memburuk dan menuai protes akibat berbagai
pelanggaran hukum dan HAM (salah satu berita dapat diakses dari
situs news.bbc.co.uk ), dampak lingkungan serta pemiskinan rakyat
sekitar

tambang.WALHI

sempat

berupaya

membuat

laporan

untuk

mendapatkan gambaran terkini mengenai dampak operasi dan kerusakan
lingkungan di sekitar lokasi pertambangan PT Freeport Indonesia.Hingga
saat ini sulit sekali bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang
jelas dan menyeluruh mengenai dampak kegiatan pertambangan skala
besar di Indonesia.Ketidak jelasan informasi tersebut akhirnya berbuah
kepada konfik, yang sering berujung pada kekerasan, pelanggaran HAM
dan korbannya kebanyakan adalah masyarakat sekitar tambang.Negara
gagal memberikan perlindungan dan menjamin hak atas lingkungan yang
baik bagi masyarakat, namun dilain pihak memberikan dukungan penuh
kepada PT Freeport Indonesia, yang dibuktikan dengan pengerahan
personil militer dan pembiaran kerusakan lingkungan.
Dampak lingkungan operasi pertambangan skala besar secara kasat
mata pun sering membuat awam tercengang dan bertanya-tanya, apakah
hukum berlaku bagi pencemar yang diklaim menyumbang pendapatan

Negara? Matinya Sungai Aijkwa, Aghawagon dan Otomona, tumpukan
batuan limbah tambang dan tailing yang jika ditotal mencapai 840.000
ton dan matinya ekosistem di sekitar lokasi pertambangan merupakan
fakta kerusakan dan kematian lingkungan yang nilainya tidak akan dapat
tergantikan. Kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar lokasi PT
Freeport Indonesia juga mencerminkan kondisi pembiaran pelanggaran
hukum atas nama kepentingan ekonomi dan desakan politis yang
menggambarkan digdayanya kuasa korporasi. Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (WALHI – Indonesian Forum for Environment) adalah forum
organisasi lingkungan hidup non-pemerintah terbesar di Indonesia dengan
perwakilan di 26 propinsi dan lebih dari 430 organisasi anggota.WALHI
bekerja

membangun

transformasi

sosial,

kedaulatan

rakyat,

dan

keberlanjutan kehidupan.
Pembahasan Kasus PT. Freeport
Laporan

yang

berjudul

Dampak

Lingkungan

Hidup

Operasi

Pertambangan Tembaga dan Emas Freeport-Rio Tinto di Papua adalah
laporan yang menyajikan gambaran tentang keberadaan Freeport yang
independen mengenai dampak lingkungan akibat tambang Freeport,
sebuah usaha bersama Freeport McMoRan dan Rio Tinto, yang meski
merupakan salah satu tambang terbesar di dunia, beroperasi di bawah
selimut rahasia di daerah terpencil Papua.
Laporan
pelanggaran

ini

memaparkan

hukum,

berdasar

kerusakan
sejumlah

lingkungan

laporan

berat

dan

pemantauan

oleh

pemerintah dan perusahaan yang tidak diterbitkan, termasuk Pengukuran
Risiko Lingkungan (Environmental Risk Assessment, ERA) yang dipesan
Freeport-Rio Tinto dan disajikan pada pemerintah Indonesia meski tak
dipublikasikan untuk umum.

Temuan kunci pada laporan ini adalah

Freeport-Rio Tinto telah gagal mematuhi permintaan pemerintah untuk
memperbaiki praktik pengelolaan limbah berbahaya terlepas rentang
tahun yang panjang di mana sejumlah temuan menunjukkan perusahaan
telah melanggar peraturan lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup
tak kunjung menegakkan hukum karena Freeport-Rio Tinto memiliki
pengaruh politik dan keuangan yang kuat pada pemerintah. Begitu

kuatnya sampai-sampai proposal Freeport-Rio Tinto untuk mengelak dari
standard baku mutu air sepertinya sedang dipertimbangkan. Pemerintah
secara resmi menyatakan bahwa Freeport-Rio Tinto:
• Telah lalai dalam pengelolaan limbah batuan, bertanggung jawab atas
longsor berulang pada limbah batuan Danau Wanagon yang berujung
pada kecelakaan fatal dan keluarnya limbah beracun yang tak terkendali
(2000).
• Hendaknya membangun bendungan penampungan tailing yang sesuai
standar teknis legal untuk bendungan, bukan yang sesuai dengan sistem
sekarang yang menggunakan tanggul (levee) yang tidak cukup kuat
(2001).
• Mengandalkan izin yang cacat hukum dari pegawai pemerintah
setempat untuk menggunakan sistem sungai dataran tinggi untuk
memindahkan tailing. Perusahaan diminta untuk membangun pipa
tailing ke dataran rendah (2001, 2006).
• Mencemari sistem sungai dan lingkungan muara sungai, dengan
demikian melanggar standar baku mutu air (2004, 2006).
• Membuang Air Asam Batuan (Acid Rock Drainage) tanpa memiliki surat
izin limbah berbahaya, sampai pada tingkatan yang melanggar standar
limbah cair industri, dan gagal membangun pos-pos pemantauan seperti
yang telah diperintahkan (2006).
Pelaku dari pencemaran lingkungan dan pelanggaran HAM ini
adalah PT Freeport itu sendiri. Pemerintah sudah memberikan peraturan
lingkungan kepada PT Freeport namun PT freeport telah gagal mematuhi
permintaan pemerintah untuk memperbaiki praktik pengelolaan limbah
berbahaya terlepas rentang tahun yang panjang di mana sejumlah
temuan menunjukkan perusahaan telah melanggar peraturan lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup tak kunjung menegakkan hukum karena
Freeport-Rio Tinto memiliki pengaruh politik dan keuangan yang kuat
pada pemerintah.
Kesimpulan kasus PT. Freeport

Freeport-Rio Tinto beroperasi tanpa tranparansi atau pemantauan
peraturan yang layak. Tak ada informasi atau diskusi publik tentang
pengelolaan saat ini dan masa depan di tambang. Juga tak ada
pembahasan

mengenai

alternatif

pengelolaan

limbah dan rencana

proses penutupan tambang. Dalam kasus ini PT. Freeport telah melanggar
etika terhadap lingkungan sekitarnya yang berdampak merugikan banyak
pihak, baik lingkungan maupun masyarakat sekitar.Seharusnya PT.
Freeport

dapat

lebih

perduli

dengan

lingkungannya

dan

harus

meningkatkan lagi penerapan etika dalam menjalankan operasional
perusahaannya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjadi seorang akuntan professional atau profesi lainnya, tentunya
memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh suatu profesi yaitu
kredibilitas,

profesionalisme,

kualitas,

kepercayaan

dan

expektasi.Kebutuhan dasar tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan
agar

tidak

terjadi

suatu

pelanggaran

Etika

Profesi

yang

dapat

menyebabkan terjadinya perkembangan kesenjangan dan mengabaikan
kode Etik Profesi.Dan kebutuhan dasar tersebut juga dibutuhkan untuk
tercapainya tujuan kode Etik Profesi.Etika bisnis dapat menjadi standar
dan

pedoman

bagi

seluruh

karyawan

termasuk

manajemen

dan

menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan seharihari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang
professional.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat,
sehingga

menimbulkan

ketergantungan

dalam

hal

tanggung-jawab

akuntan terhadap kepentingan publik.Kepentingan Publik merupakan
kepentingan masyarkat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan.Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku
akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan
ekonomi masyarakat dan negara.
Sebagai seorang pelaku bisnis yang memiliki etika kita juga harus
mementingkan kepentingan lingkungan sekitar, terutama lingkungan
hidup karena tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan bisnis atau industri
pasti akan berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Sebagai pelaku bisnis
harus memikirkan pembangunan berkelanjutan, agar industri berjalan
dengan lancar dan memberikan manfaat serta tidak merugikan banyak
pihak.

DAFTAR PUSTAKA
Leonard J.Brooks. Etika Bisnis & Profesi: Untuk Direktur, Eksekutif, dan
Akuntan. Jakarta: Salemba empat
Soekrosno.2009. Etika Bisnis & Profesi.Jakarta: Salemba Empat
http://sisildiaz.blogspot.com/2013/10/etika-bisnis.html
http://reycca.wordpress.com/2009/11/08/pengertian-lingkungan-bisnis/
http://nildatartilla.wordpress.com/2012/10/12/the-ethics-environment/
http://finside.wordpress.com/2012/10/17/the-ethics-environment/
http://www.slideshare.net/fendriauriga/rangkuman-buku-etika-profesistan-kusmanadji
http://sintaalastast.blogspot.com/2013/12/tulisan-etika-profesi-akuntansike-5.html
http://adhebadriah.blogspot.com/2013/01/etika-profesi-akuntansi.html
http://wiloda.blogspot.com/2013/02/pelanggaran-etika-yang-dilakukanpt_6.html
http://rezamanhattan.wordpress.com/2012/11/13/pentingnya-etika-dalamprofesi-bidangakuntansi/
http://dianmei.wordpress.com/2013/10/23/perilaku-etika-dalam-profesiakuntansi/
http://wahyunalia.blogspot.com/2012/10/etika-profesi-akuntansi-kamusbesar-bhs.html