AKOMODASI BAHASA Struktur Kontrol. docxx

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pemilihan bahasa (language choice) lazimnya lahir akibat penggunaan bahasa
dalam suatu masyarakat bilingual (dwibahasa) atau multilingual (multibahasa).
Dalam pemilihan bahasa, kekeliruan dalam peristiwa pemilihan bahasa atau
ragam bahasa yang cocok dengan situasi komunikasi itu tidak dapat dihindari, dan
kekeliruan tersebut dapat berakibat kerugian bagi peserta komunikasi.
Pemilihan bahasa dapat dikaji berdasarkan perspektif penggunaan bahasa dan
penentuan bahasa. Masalah pemilihan bahasa biasanya terjadi di masyarakat
bahasa, baik yang berdwibahasa maupun yang berganda bahasa (multilingual).
Kontribusi pemilihan bahasa sebagai langkah penentuan bahasa merujuk ke arah
penentuan garis haluan kebahasaan (kebijaksanaan bahasa) yang tercermin lewat
perencanaan bahasa.
Matthews (1991:5) mengemukakan bahwa akomodasi

adalah cabang

sosiolinguistik yang menelaah penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan penutur
dalam mengadaptasi atau mengakomodasi tuturannya dalam merespon mitra tutur,
yang misalnya, adalah penutur dialek lain. Pemakaian kata mengadaptasi

(menyesuaikan diri) disini mencerminkan bahwa Mattliews menyejajarkan
akomodasi linguistik dengan konvergensi linguistik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian pemilihan bahasa?
2. Bagaimanakah perspektif sosiolinguistik tentang sikap bahasa dan
pemilihan bahasa?
3. Apabfaktor-faktor penentu pemilihan bahasa?
4. Bagaimanakah hakikat model akomodasi bahasa?

1

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat diperoleh tujuan sebagai
berikut.
1. Menjelaskan pengertian pemilihan bahasa.
2. Menjabarkan perspektif sosiolinguistik tentang sikap bahasa dan
pemilihan bahasa.
3. Menjelaskan faktor-faktor penentu pemilihan bahasa.

4. Menjabarkan hakikat model akomodasi bahasa.

2

PEMBAHASAN
A. Hakikat Pemilihan Bahasa
Pemilihan bahasa menurut Fasold (1984: 180) adalah memilih sebuah
bahasa secara keseluruhan dalam suatu komunikasi. Dalam masyarakat
multibahasa tersedia berbagai kode, baik berupa bahasa, dialek, variasi, dan gaya
untuk digunakan dalam interaksi sosial. Untuk istilah terakhir, Kartomihardjo
lebih suka mempergunakan istilah ragam sebagai padanan dari style. Dengan
tersedianya kode-kode itu, anggota masyarakat akan memilih kode yang tersedia
sesuai dengan faktor-faktor yang memengaruhinya. Dalam interaksi sehari-hari,
anggota masyarakat secara konstan mengubah variasi penggunaan bahasanya.
Dalam pemilihan bahasa terdapat tiga kategori pemilihan. Pertama, dengan
memilih satu variasi dari bahasa yang sama (intra language varation). Kedua,
dengan melakukan alih kode, artinya menggunakan satu bahasa pada satu
keperluan dan menggunakan bahasa yang lain pada keperluan lain dalam satu
perstiwa komunikasi. Ketiga, dengan melakukan campur kode, artinya
menggunakaan satu bahasa tertentu dengan bercampur serpihan-serpihan dari

bahasa lain.
Dalam sebuah negara, berlaku penggunaan dwibahasa dan setiap individu
mengetahui lebih dari satu bahasa. Pemilihan bahasa menurut Fasold (1984: 180)
tidak sesederhana yang kita bayangkan, yakni memilih sebuah bahasa secara
keseluruhan (whole language) dalam suatu peristiwa komunikasi. Memilih bahasa
dalam masyarakat dwilingual atau multilingual, masyarakat harus mana yang
harus digunakan. Kita membayangkan seseorang yang menguasai dua bahasa atau
lebih harus memilih bahasa mana yang akan ia gunakan. Misalnya, seseorang
yang menguasai bahasa Jawa dan bahasa Indonesia harus memilih salah satu di
antara kedua bahasa itu ketika berbicara kepada orang lain dalam peristiwa
komunikasi.
Dalam memahami pemilihan bahasa, para psikolog memiliki pandangan
yang berbeda. Penutur menerapkan asumsi dasar tentang potensi linguistik lawan
bicaranya dalam masyarakat dwilingual atau multilingual. Hal ini didasarkan pada
3

teori akomodasi bahasa, yaitu ketika penutur mengalami proses wacana interaktif
dia mungkin akan konvergen terhadap bahasa lawan bicaranya atau divergen
terhadap kode bahasanya sendiri. Keputusan seseorang dalam memilih bahasa
atau menggunakan salah satu kode bahasa bergantung pada ongkos (cost) atau

reward yang dipersepsikan akan diperolehnya.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan bahasa, antara lain:
a. Kemampuan penutur
Biasanya penutur akan lebih banyak menggunakan bahasa yang lebih
dikuasainya.
b. Kemampuan pendengar
Biasanya penutur juga cenderung menggunakan bahasa yang digunakan
oleh pendengar, hal ini terjadi apabila penutur sama-sama menguasai
bahasa pertama dan kedua.
c. Umur
Orang yang lebih dewasa cenderung menggunakan bahasa kedua untuk
menunjukkan rasa kepemilikannya terhadap suatu tempat.
d. Status sosial
Pada situasi tertentu seseorang akan menggunakan suatu bahasa yang
menunjukkan strata sosial yang tinggi.
e. Derajat hubungan
Terkadang seseorang menggunakan suatu bahasa pada pertemuan pertama,
namun menggunakan bahasa yang lain ketika hubungannya sudah semakin
dekat.
f. Hubungan etnis

Seseorang terkadang berbicara suatu bahasa dengan orang se-etnis. Dan
berbicara bahasa lain dengan orang yang berlainan etnis.

g. Tekanan dari luar

4

Apabila suatu bahasa tidak disukai dalam suatu masyarakat karena suatu
sebab, maka pemilik bahasa ini hanya akan menggunakan bahasanya
dalam rumah seperti sembunyi-sembunyi.
h. Tempat
terkadang pemilihan bahasa dengan menggunakan asas pembagian
integrative. Misalnya menggunakan bahasa pertama di dalam rumah, dan
bahasa kedua di luar rumah.
B. Perspektif Sosiolinguistik tentang Sikap Bahasa dan Pemilihan
Bahasa
Sosiolinguistik melihat fenomena pemilihan bahasa sebagai fakta
sosial dan menempatkannya dalam sistem lambang (kode), sistem tingkah
laku


budaya,

serta

sistem

pragmatik.

Dengan

demikian,

kajian

sosiolinguistik menyikapi fenomena pemilihan bahasa sebagai wacana
dalam peristiwa komunikasi dan sekaligus menunjukkan identitas sosial dan
budaya peserta tutur.
Dalam kaitannya dengan situasi kebahasaan di Indonesia, kajian
pemilihan bahasa dalam masyarakat di Indonesia bertemali dengan
permasalahan pemakaian bahasa dalam masyarakat dwibahasa atau

multibahasa karena situasi kebahasaan di dalam masyarakat Indonesia
sekurang-kurangnya ditandai oleh pemakaian dua bahasa, yaitu bahasa
daerah sebagai bahasa ibu (pada sebagaian besar masyarakat Indonesia),
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dan bahasa asing. Studi
pemilihan bahasa dalam masyarakat seperti itu lebih mengutamakan aspek
tutur (speech) daripada aspek bahasa (language). Sebagai aspek tutur,
pemakaian bahasa relatif berubah-ubah sesuai dengan perubahan unsurunsur dalam konteks sosial budaya. Hymes (1972; 1973; 1980) merumuskan
unsur-unsur itu dalam akronim SPEAKING, yang merupakan salah satu
topik di dalam etnografi komunikasi (the etnography of communication),
yang oleh Fishman (1976: 15) dan Labov (1972: 283) disebut sebagai
variabel sosiolinguistik.

5

Hymes (1980) mengemukakan tujuh belas komponen peristiwa tutur
(components of speech event) yang bersifat universal. Ketujuh belas
komponen itu oleh Hymes diklasifikasikan lagi menjadi delapan komponen
yang diakronimkan dengan SPEAKING:
(1) S = setting and scene (latar dan suasana tutur),
(2) P = participants (peserta tutur),

(3) E = ends (tujuan tutur),
(4) A = act sequence (topik/urutan tutur),
(5) K = keys (nada tutur),
(6) I = instrumentalities (sarana tutur),
(7) N = norms (norma-norma tutur), dan
(8) G = genre (jenis tutur).
Pandangan Hymes tentang kedelapan komponen peristiwa tutur
tersebut merupakan faktor luar bahasa yang menentukan pemilihan bahasa.
C. Faktor-faktor Penentu Pemilihan Bahasa
Ervin-Trip (dalam Grosjean 1982:125) mengidentifikasikan empat
faktor utama yang menyebabkan pemilihan bahasa sebagai berikut.
a. Situasi dan latar (waktu dan tempat).
Dapat berupa hal-hal seperti makan pagi di lingkungan keluarga, rapat di
keluarahan, selamatan kelahiran di sebuah keluarga, kuliah, dan tawarmenawar barang di pasar.
b. Partisipan dalam interaksi
Yaitu mencakup hal-hal, seperti: usia, jenis kelamin, pekerjaan, status
sosial ekonomi, asal, latar belakang kesukuan, dan peranannya dalam
hubungan dengan partisipan lain.
c. Topik percakapan.
Dapat berupa topik tentang pekerjaan, keberhasilan anak, peristiwaperistiwa aktual, dantopik harga barang di pasar.

d.

Fungsi interaksi.

6

Fungsi interaksi seperti penawaran, menyanmpaikan informasi,
permohonan, kebiasaan rutin (salam, meminta maaf, atau mengucapkan
terima kasih).

D. Hakikat Model Akomodasi Bahasa
Model akomodasi memusatkan perhatian pada tuturan dan berusaha
menjelaskan mengapa pewicara cenderung memodifikasi tuturannya di
tengah-tengah kehadiran orang lain (Trudgill 1986). Menurut Crystal (1997:
4), akomodasi adalah suatu teori dalam sosiolinguistik yang bertujuan untuk
menjelaskan mengapa orang-orang memodifikasi gaya tuturannya menjadi
lebih sama atau kurang sama dengan tuturan mitra wicaranya.
Matthews (1991:5) mengemukakan bahwa akomodasi adalah cabang
sosiolinguistik yang menelaah penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan
penutur dalam mengadaptasi atau mengakomodasi tuturannya dalam

merespon mitra tutur, misalnya, adalah penutur dialek lain. Pemakaian kata
mengadaptasi (menyesuaikan diri) di sini mencerminkan bahwa Mattliews
menyejajarkan akomodasi linguistis dengan konvergensi linguistis. Hal ini
juga dikemukakan oleh Asher dan Simpson (1994), yang menyatakan
bahwa akomodasi adalah penyesuaian tuturan seseorang atau perilaku
komunikatif lainnya ke arah perilaku orang-orang dengan siapa dia
berinteraksi atau ke arah mitra tutur.
Upaya pemodifikasian tutur dalam konteks dianggap sebagai
akomodasi ke bawah karena hal itu dilakukan untuk membantu mitra tutur
memahami isi tuturan penutur atau untuk meningkatkan efisiensi tutur.
Akomodasi digolongkan ke atas (upward accommodation) jika
pembicara mengadaptasi bahasanya ke arah varietas yang digunakan mitra
tutur, yang oleh penutur dan atau umum dirasakan lebih tinggi gengsinya
atau

lebih

fungsional

daripada


bahasa

yang

digunakan

oleh

penutur. Akomodasi ini dapat bertujuan praktis maupun strategis. Tujuan

7

praktisnya adalah untuk mengefektifkan komunikasi, sedangkan tujuan
strategisnya untuk meningkatkan gengsi.

8

PENUTUP

A. Simpulan
Pemilihan bahasa adalah memilih “sebuah bahasa secara keseluruhan”
dalam suatu komunikasi. Dalam hal memilih ini ada tiga jenis pilihan yang
dapat dilakukan, yaitu, pertama dengan alih kode, artinya, menggunakan
satu bahasa pada satu keperluan, dan menggunakan bahasa yang lain pada
keperluan lain. Kedua dengan melakukan campur kode, artinya,
menggunakan satu bahasa tertentu dengan dicampuri serpihan-serpihan dari
bahasa lain. Ketiga, dengan memlilih satu variasi bahasa yang sama.
Perspektif

sosiolinguistik

tentang

pemilihan

bahasa

adalah

Sosiolinguistik melihat fenomena pemilihan bahasa sebagai fakta sosial dan
menempatkannya dalam sistem lambang (kode), sistem tingkah laku
budaya, serta sistem pragmatik.Dengan demikian, kajian sosiolinguistik
menyikapi fenomena pemilihan bahasa sebagai wacana dalam peristiwa
komunikasi dan sekaligus menunjukkan identitas sosial dan budaya peserta
tutur.
Faktor-Faktor pemilihan bahasa yaitu, situasi dan latar (waktu dan
tempat), partisipan dalam interaksi, yaitu mencakup hal-hal, seperti: usia,
jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, asal, latar belakang
kesukuan, dan peranannya dalam hubungan dengan partisipan lain, topik
percakapan, fungsi interaksi.
Asher

dan

Simpson

(1994),

yang

mengemukakan

bahwa akomodasi adalah penyesuaian tuturan seseorang atau perilaku
komunikatif lainnya ke arah perilaku orang-orang dengan siapa dia
berinteraksi atau ke arah mitra tutur.

9

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Groesjean, Fracois. 1982. Life with Two Languages. Cambridge: Harvard
University Press.
Rahardi, Kunjama. 2001. Sosiolinguistik, Kode, dan Alih Kode. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wijana, Rohmadi. 2006. SOSIOLINGUISTIK Kajian Teori dan Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://guruoemarsabri.blogspot.com/2012/05/pemerolehan-bahasa-ke-2model-akomodasi.html. Diunduh tanggal 20 April 2015.

10

Pertanyaan
I.

Termin 1
1. Ifah Kurnia Sari
Jelaskan perbedaan antara tekanan dari luar dan tempat, pada faktor yang
mempengaruhi pemilihan bahasa, mengapa keduanya sama-sama
menggunakan bahasanya dalam rumah dan sembunyi-sembunyi?
2. Alien
a. Mengapa SPEAKING dimasukkan dalam komponen peristiwa tutur?
b. Berikan contoh penelitian pemilihan dan akomodasi bahasa!
3. Imaniah
Jelaskan apa yang dimaksud akomodasi ke bawah dan ke atas!
II. Termin 2
1. Apik Ilma Annisa
Bagaimana cara seseorang melakukan akomodasi bahasa?
2. Pointri Dinita Wati
a. Berikan penjelasan mengapa akomodasi bias masuk kebahasan
campur kode!
b. Komentar tentang judul alih kode dan campur kode di kalangan
gender SMK bisakah masuk dalam akomodasi!
3. Tatik Inayati
Jelaskan perbedaan yang mendasar antara akomodasi dengan pergeseran
bahasa!

11