EVALUASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI mana
EVALUASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
PERTANAHAN DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL *†
Fahmi Charish Mustofa 1,2
1. Mahasiswa Program S-3 Ilmu Teknik Geomatika
Departemen Teknik Geodesi UGM Yogyakarta
2. Analis Survei Pemetaan Tematik
Badan Pertanahan Nasional
Email: [email protected]
Abstract
The land database records land data in the form of physical data (spatial data) and
juridical data (attribute / textual data). The two types of data have different characters
and are stored and managed with the identity keys of the land rights number and/or land
parcel identification number. According to the National Land Agency (BPN) data, until
2013 there are approximately 44.5 million parcels registered in BPN from about 100
million plots of land in the territory of Indonesia. The remaining 55.5 million parcels of
land have not been registered. The 44.5 million registered land parcels are known from
database at the Center of Data and Information BPN (Pusdatin), while the total number
of parcels (± 100 million) is derived from estimation methods. The condition of land data
can be known accurately thanks to the implementation of the Information and
Communication Technology (ICT). Information and Communication Technology offers
data handling solutions (spatial data and attribute data) more efficiently and effectively.
The National Land Agency initiated the centralized ICT application since 1997 with the
LOC (land office computerization) project.The evolution of land service applications,
starting with the LOC, SAS and KKP, is necessary to be recorded in a documentation.
This paper is a documentation work to capture the history of application development of
land service from time to time along with analysis from the Enterprise GIS (Geographic
Information System.
Keywords: land information system, land office computerization, the enterprise GIS,
system information development
1. Latar Belakang
Basisdata pertanahan merekam data pertanahan yang berupa data fisik (data
spasial) dan data yuridis (data atribut/tekstual). Dua jenis data tersebut memiliki
karakter yang berbeda dan disimpan serta dikelola dengan kunci identitas nomor
hak atas tanah dan atau nomor identifikasi bidang tanah.
Menurut data Badan Pertanahan Nasional (BPN), sampai dengan tahun 2013
terdapat sekitar 44,5 juta bidang tanah terdaftar di BPN dari sekitar 100 juta
bidang tanah di wilayah Indonesia. Sisanya sejumlah 55,5 juta bidang tanah
belum terdaftar [1]. Sebagai catatan, angka 44,5 juta bidang tanah terdaftar
diketahui dari basisdata di Pusat Data dan Informasi BPN (Pusdatin), sedangkan
*
Paper ini dipresentasikan dalam forum internal Program S-3 Ilmu Teknik Geomatika Departemen Teknik
Geodesi UGM Yogyakarta, pada tanggal 25 Februari dan revisinya diunggah pada tanggal 1 Maret 2015.
†
Format sitasi: Mustofa, F.C. 2015. “Sejarah Pengembangan SIP di BPN”. Program S-3 Ilmu Teknik
Geomatika Departemen Teknik Geodesi UGM Yogyakarta (unpublished material)
Halaman - 1 - (25 Februari 2015)
jumlah total bidang tanah (±100 juta) di seluruh wilayah Republik Indonesia
didapat angkanya dari berbagai metode estimasi.
Kondisi data pertanahan tersebut dapat diketahui jumlah dan kualitasnya dengan
akurat berkat implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Teknologi Informasi dan Komunikasi menawarkan solusi penanganan data
pertanahan (data spasial dan data atribut) dengan lebih efisien dan efektif. Badan
Pertanahan Nasional memulai penerapan TIK secara terpusat sejak tahun 1997
dengan proyek LOC (land office computerization / komputerisasi kantor
pertanahan).
Evolusi aplikasi layanan pertanahan, dimulai dari LOC, SAS dan KKP, perlu
untuk dicatat dalam sebuah dokumentasi. Paper ini merupakan wujud usaha
pendokumentasian sejarah pengembangan aplikasi layanan pertanahan dari waktu
ke waktu disertai analisis dari kacamata teknologi Enterprise GIS.
2. Sejarah Pengembangan Aplikasi Pelayanan Pertanahan
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di BPN
2.1
Land Office Computerization (LOC) dan Standing Alone System (SAS)
Komputerisasi layanan pertanahan di lingkungan BPN dimulai tahun 1997.
Implementasi dilakukan secara bertahap, dari 12 Kantor Pertanahan (Kantah) pada
tahun 1997, hingga saat ini tahun 2015 telah diimplementasikan di 430 Kantah di
Indonesia [1].
Land Office Computerization dikembangkan bersama antara BPN dengan CIMSA
(perusahaan IT dari Spanyol), menyerap dana sejumlah 700 milyar rupiah yang
terdiri dari 3 fase: Fase 1, Fase 2A dan Fase 2B [2]. Masing-masing fase
menandai kelompok Kantah yang mulai mengimplementasikan LOC dan
perbaikan-perbaikan perangkat lunak LOC.
Perangkat lunak yang digunakan dalam LOC adalah pengelola basisdata spasial
Smallworld. Smallworld merupakan aplikasi buatan General Electric yang
memiliki karakteristik: mampu mengelola basisdata spasial, berorientasi obyek,
dapat terintegrasi dengan aplikasi lain yang memerlukan data spasial, berteknologi
Java dengan memanfaatkan DBMS (database management system) Oracle Spatial
[3]. Saat itu, tahun 1997-an, teknologi pengolahan dan pengelolaan data spasial
Smallworld adalah yang terbaik. Pada akhir masa kontrak CIMSA di tahun 2009,
LOC telah diimplementasikan 325 Kantah yang tersebar di seluruh Republik
Indonesia di tiga tingkat: 1 Kantor Pusat , 27 Kantor Wilayah (Provinsi) dan 297
Kantah Kabupaten/Kota (CIMSA, 2015).
Aplikasi SAS dibangun sebagai bentuk sederhana dari LOC ditujukan untuk
Kantah-kantah yang memiliki volume pekerjaan tidak begitu besar (Mustofa &
Aditya, 2009). Aplikasi SAS bisa dijalankan dengan 1 komputer sebagai server
dan beberapa komputer sebagai client. Instalasi jaringan tidak terlalu rumit
bahkan bisa berjalan dengan baik dengan model hubungan peer to peer atau
jaringan lokal sederhana dengan bantuan switch hub yang ekonomis, sehingga
sangat tepat dan efisien untuk Kantah dengan volume pekerjaan yang tidak
terlampau tinggi.
Halaman - 2 - (25 Februari 2015)
Gambar 1. Pemanfaatan basisdata SAS dalam layanan pertanahan
berbasis web-services untuk PPAT (Mustofa & Aditya, 2009)
2.2
Komputerisasi Kegiatan Pertanahan (KKP)
Segera setelah masa kontrak dengan CIMSA berakhir di tahun 2009, dimulai
perombakan atas sistem, aplikasi dan basisdata. Mengadopsi Land Administration
Domain Model (LADM, ISO-19152) sebagai struktur inti basisdata, penggunaan
arsitektur aplikasi N-Tier, antarmuka pengguna berbasis web, basisdata terpusat di
Kantor Pusat BPN RI, perawatan dan pemeliharaan aplikasi dilakukan secara
mandiri dan satu basisdata untuk data tekstual dan spasial [1]. Sampai dengan
Agustus 2013 telah tersedia basisdata 32 juta bidang tanah (71%) dari total 44,5
juta bidang tanah tardaftar/bersertipikat yang tersebar di 430 Kabupaten/Kota dan
33 Propinsi [1].
Implementasi KKP secara perlahan menuju model enterprise GIS ditandai dengan
metamorfosa terakhir dalam bentuk aplikasi berbasis web. Proses pendewasaan
KKP dilalui dalam etape implementasi awal (KKP Desktop), penambahan fitur
geo-referensi (Geo-KKP) dan terakhir aplikasi berbasis web (KKP-Web).
2.2.1
KKP-Desktop
Pelaksanaan KKP menandai transformasi layanan publik bidang pertanahan di
Kantah. Tidak ada lagi pelayanan permohonan sertipikat hak atas tanah secara
manual. Proses permohonan sertipikat hak atas tanah dapat dimonitoring melalui
komputer. Proses permohonan sertipikat hak atas tanah dapat dilakukan secara
tertib dan berurutan. Terbangunnya basisdata pertanahan yang aktual dan dapat
digunakan dalam kegiatan pelayanan informasi pertanahan kepada masyarakat.
Seiring dengan implementasi KKP di berbagai Kantah di seluruh Indonesia,
dibangun pula basisdata pertanahan melalui kegiatan digitalisasi data pertanahan,
baik data tekstual (Buku Tanah) maupun data spasial (Surat Ukur dan Peta
Pendaftaran Tanah).
Halaman - 3 - (25 Februari 2015)
N
SERVER BPN
Pusat Data & Informasi
VP
N
VP
N
VP
LAN
LAN
PC Workstation
PC Workstation
Server Kantor
Pertanahan
Server Kantor
Pertanahan
LAN
PC Workstation
Server Kantor
Pertanahan
Gambar 2. Skema Arsitektur Aplikasi KKP awal implementasi
2.2.2
Geo-KKP
Program lanjutan dari KKP Desktop bertajuk Geo-KKP yang bertujuan
menyediakan informasi spasial bersama dengan informasi yuridis atau tekstual
dalam satu sistem referensi koordinat. Aplikasi ini dari arsitektur sistem tidak
mengalami perubahan dari KKP-Desktop. Aplikasi Geo-KKP mengharuskan
setiap gambar bidang tanah memiliki referensi dalam suatu sistem koordinat yang
seragam. Penggambaran bidang tanah dilakukan di atas peta dasar yang sama.
Peta dasar yang digunakan dalam aplikasi Geo-KKP adalah: citra Google Earth,
Google Map, Open Street Map, dan Bing Map. Aplikasi Geo-KKP
mengotomatisasi konversi sistem koordinat TM-3⁰ menjadi sistem koordinat
Geografis (lintang, bujur) yang digunakan oleh peta dasarnya.
Implementasi aplikasi Geo-KKP ditandai dengan kategorisasi kualifikasi data
pertanahan. Kualifikasi data pertanahan menurut Pusat Data dan Informasi
(Pusdatin) BPN dikategorikan dalam 6 tingkat kualitas [6]. Tiga (3) tingkat teratas
adalah KW1, KW2 dan KW3 terklasifikasi sebagai data pertanahan yang baik.
Sedangkan data level KW4, KW5 dan KW6 dianggap masih belum layak
dijadikan data pertanahan yang baik dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian
untuk perbaikannya.
Halaman - 4 - (25 Februari 2015)
Gambar 3. Tampilan menu monitoring kualitas data pertanahan
Dari uraian pada paragraf di atas dapat ditulis di sini bawa data pertanahan yang
baik, yang masuk dalam KW1 atau KW2 atau KW3 adalah sejumlah 19 juta
bidang tanah. Sedangkan 25,5 juta bidang tanah merupakan data pertanahan yang
kurang baik yang masuk dalam kualifikasi KW4 atau KW5 atau KW6. Data
pertanahan dianggap baik atau kurang baik ditentukan oleh ada tidaknya data
spasial bidang tanah dari buku tanah digital yang tercatat. Dalam gambar 3
disajikan tampilan monitoring kualitas data pertanahan pada suatu Kantah.
2.2.3
KKP berbasis web (KKP-Web)
Semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat maupun pemerintah [7] dalam hal
ketersediaan informasi pertanahan yang real-time, bersanding dengan semakin
berkembangnya teknologi pemrograman berbasis web membuka peluang untuk
dibangunnya suatu sistem informasi berbasis web yang menyediakan informasi
akurat dan aktual. Maka dibangunlah KKP-Web.
Halaman - 5 - (25 Februari 2015)
Server
Basisdata
Server Aplikasi
Services:
LAN
Server
Basis
data
CariNoBerkas
Server
InputSubyek
INTERNET
InputBerkas
Basis
data
Dll...
Gambar 4. Skema arsitektur KKP-Web
KKP-Web (Gambar 4) merubah secara fundamental aplikasi layanan pertanahan
yang sebelumnya berbasis desktop dimana sinkronisasi data dilakukan secara
periodik menjadi berbasis web dimana sinkronisasi terjadi secara real-time. KKPWeb dibangun dengan pemrograman berbasis web memanfaatkan teknologi webservices.
3. Skema Arsitektur Aplikasi KKP
Dokumentasi proses pembangunan aplikasi KKP dari sejak implementasi awal
sampai kondisi saat ini sangatlah terbatas aksesnya, sehingga cukup sulit
merujuknya dari sumber-sumber tertulis. Akan tetapi teknologi yang digunakan
telah diketahui bersama yakni menggunakan teknologi web services.
Web services didefinisikan sebagai sebuah framework yang sistematis dan mudah
dikembangkan yang menangani komunikasi antar aplikasi [8], yang memiliki
karakateristik aplikasi yang modular, self-contained, self-describing, dapat
dipublikasi-diletakkan-digunakan melalui web.
Web services harus memiliki komponen-komponen berikut (Gambar 5): (1)
service provider (penyedia layanan) yang menyediakan service pada service
broker, (2) service requester (peminta layanan) yang meminta layanan pada
service broker dimana harus mencari service provider yang sesuai dan mengikat
web services langsung dari service provider, dan (3) service broker (perantara
layanan) merupakan komponen yang mengatur permintaan dan penyediaan
service antara service provider dan service requester [9].
Halaman - 6 - (25 Februari 2015)
Gambar 5. Komponen web services (W3C, 2004)
Layanan pertanahan berbasis web disediakan dalam service-service yang termuat
di lapisan server aplikasi. Penyediaan service di lapisan server aplikasi memberi
keuntungan keamanan lapisan basisdata inti terhadap gangguan-gangguan
eksternal. Basisdata inti hanya dapat berhubungan dengan service yang telah
dibuat.
Server
Basisdata
Server Aplikasi
Services:
LAN
CariNoBerkas
Server
Basis
data
Server
INTERNET
InputSubyek
InputBerkas
Basis
data
Dll...
PC Pengguna
Laptop Pengguna
Gambar 6. Skema Arsitektur Aplikasi KKP-Web
Sebagai ilustrasi, kebutuhan pengguna berupa pemantauan posisi nomor berkas
dan pengisian permohonan layanan. Memenuhi kebutuhan tersebut disusunlah
service dengan nama CariNoBerkas dan InputPermohonan. Dua service
Halaman - 7 - (25 Februari 2015)
tersebut yang menjadi media perantara komunikasi antar komputer pengguna
dengan server basisdata (Gambar 6).
4. Aplikasi KP dari sudut pandang Enterprise GIS
Arsitektur enterprise digunakan dalam pengembangan GIS (Geographic
Information System) dewasa ini dengan tujuan memberikan pengembangan GIS
sesuai karakter enterprise. Karakterisitik teknologi enterprise antara lain: (1)
kuncinya pencapaian tujuan, (2) skalabilitas, ekstensibilitas, reliabilitas dan
keamanan, (3) terbuka, interoperabel dan berbasis standar, (4) bisa secara efektif
diintegrasikan dalam perusahaan, (5) kompleksitas dalam implementasi sehingga
membutuhkan perencanaan dan dukungan yang baik, dan (6) memberikan
kembalian investasi secara cepat [10].
Sub-sistem client
Sub-sistem
Penghubung
Sub-sistem Server
(server aplikasi)
Sub-sistem Server
(server basisdata)
Gambar 7. Skema arsitektur enterprise GIS (modifikasi Busser & Wrazien, 2008)
Arsitektur enterprise disediakan dalam service-service. Definisi service adalah: (a)
bentuk logik dari aktivitas bisnis yang berulang yang menghasilkan keluaran yang
spesifik, (b) bisa terdiri dari kumpulan service lain dan (c) merupakan kotak hitam
bagi pengguna terhadap layanan itu sendiri [11].
Aplikasi KKP disediakan dalam bentuk service-service sebagaimana dijelaskan
dalam bagian terdahulu. Gambar di atas menjelaskan bahwa Aplikasi KKP saat ini
sudah sesuai dengan layer-layer dalam skema arsitektur enterprise. Berikut
disajikan tabel kesesuaian aplikasi KKP dengan karaktersitik teknologi enterprise
(Tabel 1).
Halaman - 8 - (25 Februari 2015)
Tabel 1. Aplikasi KKP vs Teknologi Enterprise
No
Karakteristik Teknologi Enterprise
Kesesuaian Aplikasi KKP
1.
Pencapaian tujuan
Mendukung terlaksananya tugas pokok dan
fungsi BPN menyediakan layanan di bidang
pertanahan.
2.
Skalabilitas, ekstensibilitas, reliabilitas
dan keamanan
Skalabilitas: dikembangkan untuk dapat
diimplementasikan di seluruh kantor pertanahan
di Indonesia.
Ekstensibilitas: service yang disediakan bisa
ditambah sesuai kebutuhan.
Reliabilitas: masih menjadi kendala karena
tergantung sub-sistem penghubung (jaringan
internet)
Keamanan: dibangun dengan metode pemisahan
layer data dan layer aplikasi sehingga menjamin
basisdata tidak terganggu.
3.
Terbuka, interoperabel dan berbasis
standar
Dikembangkan dengan teknologi web-services
yang memiliki karakter unggul dalam
interoperabilitas, standar internasional.
4.
Dapat secara efektif diintegrasikan
dalam perusahaan
Dikembangkan dengan penyediaan serviceservice yang menyesuaikan kebutuhan kantor.
5.
Kompleksitas dalam implementasi
sehingga membutuhkan perencanaan
dan dukungan yang baik
Impelementasi awal sangat mahal (LOC saja
menghasbiskan dana 700 milyar rupiah) dan
perlu pendampingan konsultan profesional.
6.
Memberikan kembalian investasi
secara cepat
Dengan ketersediaan data belum 100% maka
kembalian investasi sulit untuk ditentukan.
Aplikasi KKP memiliki sebagian besar karakteristik teknologi enterprise.
Ketidaksesuian terdapat dalam hal reliabilitas (2) dan kembalian investasi (6).
Kurangnya reliabilitas lebih disebabkan sistem aplikasi KKP sangat tergantung
pada kualitas jaringan internet sebagai sub-sistem penghubung. Proyeksi
kembalian investasi dianggap masih cukup sulit ditentukan mengingat data
pertanahan yang terkumpul saat ini belum mencapai 100%.
5. Evaluasi Aplikasi KKP-Web
5.1
Evaluasi sistem yang digunakan
Elemen sistem yang terlibat dalam operasional aplikasi terdiri dari 3 sub-sistem;
(a) Sub-sistem pusat; (b) Sub-sistem klien dan (c) Sub-sistem penghubung.
Halaman - 9 - (25 Februari 2015)
Subsistem Server
LAN Pusdatin
Server Aplikasi
Subsistem Penghubung
Jaringan Internet
Subsistem Klien
Browser
Services:
CariNoBerkas
InputPemohon
InputBerkas
dll
Internet
Laptops
Server Basisdata
Basisd
ata
Basisd
ata
PC
Gambar 8. Skema Alur komunikasi antar sub-sistem
Sub-sistem pusat terdiri dari server basisdata sebagai tempat penyimpanan data
dan server aplikasi yang berlaku sebagai aplikasi penghubung (middleware) antara
sub-sistem pusat dengan sub-sistem klien. Server basisdata dikelola oleh
perangkat lunak DBMS Oracle versi 11g. Server aplikasi dikelola berbasis web
dengan menggunakan teknologi web-service yang memiliki keunggulan dalam hal
interoperabilitas. Pengembangan layanan data dan informasi BPN via internet di
masa depan banyak terletak dalam inovasi pengelolaan dan penyediaan serviceservice di lapisan server aplikasi ini.
Sub-sistem client merupakan ujung tombak layanan dimana terjadi aktivitas
pemasukan, representasi dan pengeluaran data. Interaksi komputer client dengan
server pusat dibantu oleh perangkat lunak penjelajah Internet (Mozilla Firefox,
Internet Explorer, dan sejenisnya)
Sub-sistem penghubung adalah media transportasi data yang memungkinkan
komunikasi antar dua sub-sistem di atas mungkin terjadi. Sub-sistem penghubung
berupa jaringan kabel komunikasi yang disediakan oleh pihak ketiga (Telkom,
BizNet, atau yang lainnya).
5.2
Evaluasi mekanisme penggunaan dan operasional
Keunggulan aplikasi berbasis web adalah kemudahan dalam implementasi di level
pengguna. Pengguna cukup berbekal komputer dengan perangkat lunak penjelajah
internet (Firefox, Internet Explorer, dll) dan sambungan internet maka sudah dapat
menjalankan aplikasi KKP.
Sejak KKP Desktop sampai dengan KKP-Web tidak begitu banyak berubah alur
aplikasinya. Demikian pula perankat lunak pengolah data spasial juga masih
menggunakan AutoCAD Map. Sehingga dari sisi penerimaan pengguna dapat
dibilang tidak menjadi masalah berarti.
Aplikasi KKP merupakan bagian dari sistem informasi, yang menurut Bodnar &
Hopwood (1998) rentan terhadap berbagai resiko bencana dan ancaman. Ancaman
bisa berasal dari individu, antar lain: (1) karyawan sistem informasi:
administrator, progamer, operator, pemelihara, pengendali data dan lain
sebagainya (2) pengguna: teledor menjaga kerahasiaan password login (3)
pengganggu: orang yang tidak memiliki otorisasi yang tepat dengan sengaja
mengakses peralatan dan data elektronik dengan maksud merusak.
Halaman - 10 - (25 Februari 2015)
Gambar 9. Menu login pada aplikasi KKP-Web
5.3
Kelebihan dan kekurangan Aplikasi KKP
Dari uraian pada bagian sebelumnya bisa dirangkum kelebihan dan kekurangan
aplikasi KKP berikut ini.
5.3.1
Kelebihan Aplikasi KKP
1. Implementasi lebih mudah karena pengguna hanya cukup memasang
penjelajah internet untuk menjalankan aplikasi KKP.
2. Kontrol dan error-handling lebih mudah.
3. SOP (prosedur baku) bisa dijalankan dengan lebih konsisten.
5.3.2
Kekurangan Aplikasi KKP
1. Implementasi awal (sisi server) sangat mahal.
2. Kelancaran operasional layanan di Kantah sangat tergantung pada
ketersediaaan listrik dan kualitas jaringan internet.
3. Kustomisasi aplikasi tidak dimungkinkan (ini bisa dikatakan kelebihan
sekaligus kekurangan), beberapa kasus di wilayah memiliki karakteristik
yang unik sehingga ketiadaan fitur kustomisasi ini cukup menyulitkan.
4. Pengguna kurang perhatian dalam menjaga password yang berpotensi
menempatkan aplikasi dan basisdata dalam bahaya penyusup.
6. Kesimpulan: Hambatan, tantangan dan peluang
Hambatan bisa disebutkan antara lain: (1) kehandalan / reliabilitas sistem yang
tergantung pada baik tidaknya kualitas jaringan internet, dan (2) ketersediaan
listrik yang stabil pada beberapa Kantah adalah sangat kurang.
Tantangan bisa disebutkan antara lain: (1) perubahan paradigma pengguna dari
pola pikir aplikasi berbasis desktop menjadi aplikasi berbasis web sangat
menentukan keberlangsungan aplikasi dalam hal reduksi terhadap kemungkinan
Halaman - 11 - (25 Februari 2015)
penyusup, (2) perlunya antisipasi resiko bencana terhadap basisdata dengan
membangun basisdata cadangan di lokasi yang berbeda.
Meski masih perlu dikembangkan lebih baik lagi merespon hambatan dan
tantangan di atas, Aplikasi KKP menyimpan potensi yang luar biasa untuk masa
depan layanan pertanahan dan pengelolaan basisdata pertanahan.
Sebagai akhir, teknologi enterprise GIS yang diimplementasikan dalam
pembangunan aplikasi KKP memberikan indikasi kuat bahwa keputusan migrasi
dari aplikasi berbasis desktop ke aplikasi berbasis web adalah tepat.
-----------------------------------------Daftar Pustaka
[1]
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, “Komputerisasi Layanan Pertanahan,”
Website Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional,
2015. [Online]. Available: http://www.bpn.go.id/Publikasi/Inovasi/KomputerisasiLayanan-Pertanahan. [Accessed: 01-Feb-2015].
[2]
CIMSA Ig AIE, “Komputerisasi Badan Pertanahan Nasional (LOC) - Indonesia,”
2015. [Online]. Available: http://www.cimsaig.com. [Accessed: 12-May-2015].
[3]
General Electric, “Smallworld Core,” 2014. [Online]. Available:
http://www.gedigitalenergy.com/Geospatial/catalog/smallworld_core.htm.
[Accessed: 28-Feb-2015].
[4]
CIMSA, “Komputerisasi Badan Pertanahan (LOC),” 2015. .
[5]
F. C. Mustofa and T. Aditya, “Perancangan Aplikasi Layanan Informasi
Pertanahan untuk PPAT Berbasis Web Services,” BHUMI - Jurnal Ilmiah
Pertanahan STPN Yogyakarta, vol. 1, pp. 57–70, 2009.
[6]
P. G. Satriya, B. Sudarsono, and B. Sasmito, “Kajian Efektivitas Pemanfaatan
Sistem GeoKKP untuk Penerbitan Sertipikat di Kantor Pertanahan Kabupaten
Kendal Provinsi Jawa Tengah,” Jurnal Geodesi Undip, vol. 3, no. 2, pp. 54–66,
2014.
[7]
K. De Zeeuw and M. Salzmann, “Cadastral Innovation Driven by Society:
Evolution or Revolution?,” in FIG Working Week 2011: Bridging the Gap
between Cultures, 2011, May 2011.
[8]
H. Wang, J. Zhexue, Y. Qu, and J. Xie, “Web services: problems and future
directions,” Web Semantics: Science, Services and Agents, vol. 1, pp. 309–320,
2004.
[9]
D. Booth et al., Eds., Web Services Architecture, February. W3C, 2004.
[10]
D. Busser and D. Wrazien, “Enterprise GIS: Principles, Architectures, and
Strategies,” ESRI Technical Workshops. 2008.
[11]
The-Open-Group, “Service Oriented Architecture: What Is SOA?,” The Open
Group, 2013.
[12]
G. Bodnar and W. Hopwood, Acounting Information System. Prentice Hall
Bussiness Publishing, 1998.
Halaman - 12 - (25 Februari 2015)
Unggah revisi final 1 Maret 2015
Halaman - 13 - (25 Februari 2015)
View publication stats
PERTANAHAN DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL *†
Fahmi Charish Mustofa 1,2
1. Mahasiswa Program S-3 Ilmu Teknik Geomatika
Departemen Teknik Geodesi UGM Yogyakarta
2. Analis Survei Pemetaan Tematik
Badan Pertanahan Nasional
Email: [email protected]
Abstract
The land database records land data in the form of physical data (spatial data) and
juridical data (attribute / textual data). The two types of data have different characters
and are stored and managed with the identity keys of the land rights number and/or land
parcel identification number. According to the National Land Agency (BPN) data, until
2013 there are approximately 44.5 million parcels registered in BPN from about 100
million plots of land in the territory of Indonesia. The remaining 55.5 million parcels of
land have not been registered. The 44.5 million registered land parcels are known from
database at the Center of Data and Information BPN (Pusdatin), while the total number
of parcels (± 100 million) is derived from estimation methods. The condition of land data
can be known accurately thanks to the implementation of the Information and
Communication Technology (ICT). Information and Communication Technology offers
data handling solutions (spatial data and attribute data) more efficiently and effectively.
The National Land Agency initiated the centralized ICT application since 1997 with the
LOC (land office computerization) project.The evolution of land service applications,
starting with the LOC, SAS and KKP, is necessary to be recorded in a documentation.
This paper is a documentation work to capture the history of application development of
land service from time to time along with analysis from the Enterprise GIS (Geographic
Information System.
Keywords: land information system, land office computerization, the enterprise GIS,
system information development
1. Latar Belakang
Basisdata pertanahan merekam data pertanahan yang berupa data fisik (data
spasial) dan data yuridis (data atribut/tekstual). Dua jenis data tersebut memiliki
karakter yang berbeda dan disimpan serta dikelola dengan kunci identitas nomor
hak atas tanah dan atau nomor identifikasi bidang tanah.
Menurut data Badan Pertanahan Nasional (BPN), sampai dengan tahun 2013
terdapat sekitar 44,5 juta bidang tanah terdaftar di BPN dari sekitar 100 juta
bidang tanah di wilayah Indonesia. Sisanya sejumlah 55,5 juta bidang tanah
belum terdaftar [1]. Sebagai catatan, angka 44,5 juta bidang tanah terdaftar
diketahui dari basisdata di Pusat Data dan Informasi BPN (Pusdatin), sedangkan
*
Paper ini dipresentasikan dalam forum internal Program S-3 Ilmu Teknik Geomatika Departemen Teknik
Geodesi UGM Yogyakarta, pada tanggal 25 Februari dan revisinya diunggah pada tanggal 1 Maret 2015.
†
Format sitasi: Mustofa, F.C. 2015. “Sejarah Pengembangan SIP di BPN”. Program S-3 Ilmu Teknik
Geomatika Departemen Teknik Geodesi UGM Yogyakarta (unpublished material)
Halaman - 1 - (25 Februari 2015)
jumlah total bidang tanah (±100 juta) di seluruh wilayah Republik Indonesia
didapat angkanya dari berbagai metode estimasi.
Kondisi data pertanahan tersebut dapat diketahui jumlah dan kualitasnya dengan
akurat berkat implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Teknologi Informasi dan Komunikasi menawarkan solusi penanganan data
pertanahan (data spasial dan data atribut) dengan lebih efisien dan efektif. Badan
Pertanahan Nasional memulai penerapan TIK secara terpusat sejak tahun 1997
dengan proyek LOC (land office computerization / komputerisasi kantor
pertanahan).
Evolusi aplikasi layanan pertanahan, dimulai dari LOC, SAS dan KKP, perlu
untuk dicatat dalam sebuah dokumentasi. Paper ini merupakan wujud usaha
pendokumentasian sejarah pengembangan aplikasi layanan pertanahan dari waktu
ke waktu disertai analisis dari kacamata teknologi Enterprise GIS.
2. Sejarah Pengembangan Aplikasi Pelayanan Pertanahan
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di BPN
2.1
Land Office Computerization (LOC) dan Standing Alone System (SAS)
Komputerisasi layanan pertanahan di lingkungan BPN dimulai tahun 1997.
Implementasi dilakukan secara bertahap, dari 12 Kantor Pertanahan (Kantah) pada
tahun 1997, hingga saat ini tahun 2015 telah diimplementasikan di 430 Kantah di
Indonesia [1].
Land Office Computerization dikembangkan bersama antara BPN dengan CIMSA
(perusahaan IT dari Spanyol), menyerap dana sejumlah 700 milyar rupiah yang
terdiri dari 3 fase: Fase 1, Fase 2A dan Fase 2B [2]. Masing-masing fase
menandai kelompok Kantah yang mulai mengimplementasikan LOC dan
perbaikan-perbaikan perangkat lunak LOC.
Perangkat lunak yang digunakan dalam LOC adalah pengelola basisdata spasial
Smallworld. Smallworld merupakan aplikasi buatan General Electric yang
memiliki karakteristik: mampu mengelola basisdata spasial, berorientasi obyek,
dapat terintegrasi dengan aplikasi lain yang memerlukan data spasial, berteknologi
Java dengan memanfaatkan DBMS (database management system) Oracle Spatial
[3]. Saat itu, tahun 1997-an, teknologi pengolahan dan pengelolaan data spasial
Smallworld adalah yang terbaik. Pada akhir masa kontrak CIMSA di tahun 2009,
LOC telah diimplementasikan 325 Kantah yang tersebar di seluruh Republik
Indonesia di tiga tingkat: 1 Kantor Pusat , 27 Kantor Wilayah (Provinsi) dan 297
Kantah Kabupaten/Kota (CIMSA, 2015).
Aplikasi SAS dibangun sebagai bentuk sederhana dari LOC ditujukan untuk
Kantah-kantah yang memiliki volume pekerjaan tidak begitu besar (Mustofa &
Aditya, 2009). Aplikasi SAS bisa dijalankan dengan 1 komputer sebagai server
dan beberapa komputer sebagai client. Instalasi jaringan tidak terlalu rumit
bahkan bisa berjalan dengan baik dengan model hubungan peer to peer atau
jaringan lokal sederhana dengan bantuan switch hub yang ekonomis, sehingga
sangat tepat dan efisien untuk Kantah dengan volume pekerjaan yang tidak
terlampau tinggi.
Halaman - 2 - (25 Februari 2015)
Gambar 1. Pemanfaatan basisdata SAS dalam layanan pertanahan
berbasis web-services untuk PPAT (Mustofa & Aditya, 2009)
2.2
Komputerisasi Kegiatan Pertanahan (KKP)
Segera setelah masa kontrak dengan CIMSA berakhir di tahun 2009, dimulai
perombakan atas sistem, aplikasi dan basisdata. Mengadopsi Land Administration
Domain Model (LADM, ISO-19152) sebagai struktur inti basisdata, penggunaan
arsitektur aplikasi N-Tier, antarmuka pengguna berbasis web, basisdata terpusat di
Kantor Pusat BPN RI, perawatan dan pemeliharaan aplikasi dilakukan secara
mandiri dan satu basisdata untuk data tekstual dan spasial [1]. Sampai dengan
Agustus 2013 telah tersedia basisdata 32 juta bidang tanah (71%) dari total 44,5
juta bidang tanah tardaftar/bersertipikat yang tersebar di 430 Kabupaten/Kota dan
33 Propinsi [1].
Implementasi KKP secara perlahan menuju model enterprise GIS ditandai dengan
metamorfosa terakhir dalam bentuk aplikasi berbasis web. Proses pendewasaan
KKP dilalui dalam etape implementasi awal (KKP Desktop), penambahan fitur
geo-referensi (Geo-KKP) dan terakhir aplikasi berbasis web (KKP-Web).
2.2.1
KKP-Desktop
Pelaksanaan KKP menandai transformasi layanan publik bidang pertanahan di
Kantah. Tidak ada lagi pelayanan permohonan sertipikat hak atas tanah secara
manual. Proses permohonan sertipikat hak atas tanah dapat dimonitoring melalui
komputer. Proses permohonan sertipikat hak atas tanah dapat dilakukan secara
tertib dan berurutan. Terbangunnya basisdata pertanahan yang aktual dan dapat
digunakan dalam kegiatan pelayanan informasi pertanahan kepada masyarakat.
Seiring dengan implementasi KKP di berbagai Kantah di seluruh Indonesia,
dibangun pula basisdata pertanahan melalui kegiatan digitalisasi data pertanahan,
baik data tekstual (Buku Tanah) maupun data spasial (Surat Ukur dan Peta
Pendaftaran Tanah).
Halaman - 3 - (25 Februari 2015)
N
SERVER BPN
Pusat Data & Informasi
VP
N
VP
N
VP
LAN
LAN
PC Workstation
PC Workstation
Server Kantor
Pertanahan
Server Kantor
Pertanahan
LAN
PC Workstation
Server Kantor
Pertanahan
Gambar 2. Skema Arsitektur Aplikasi KKP awal implementasi
2.2.2
Geo-KKP
Program lanjutan dari KKP Desktop bertajuk Geo-KKP yang bertujuan
menyediakan informasi spasial bersama dengan informasi yuridis atau tekstual
dalam satu sistem referensi koordinat. Aplikasi ini dari arsitektur sistem tidak
mengalami perubahan dari KKP-Desktop. Aplikasi Geo-KKP mengharuskan
setiap gambar bidang tanah memiliki referensi dalam suatu sistem koordinat yang
seragam. Penggambaran bidang tanah dilakukan di atas peta dasar yang sama.
Peta dasar yang digunakan dalam aplikasi Geo-KKP adalah: citra Google Earth,
Google Map, Open Street Map, dan Bing Map. Aplikasi Geo-KKP
mengotomatisasi konversi sistem koordinat TM-3⁰ menjadi sistem koordinat
Geografis (lintang, bujur) yang digunakan oleh peta dasarnya.
Implementasi aplikasi Geo-KKP ditandai dengan kategorisasi kualifikasi data
pertanahan. Kualifikasi data pertanahan menurut Pusat Data dan Informasi
(Pusdatin) BPN dikategorikan dalam 6 tingkat kualitas [6]. Tiga (3) tingkat teratas
adalah KW1, KW2 dan KW3 terklasifikasi sebagai data pertanahan yang baik.
Sedangkan data level KW4, KW5 dan KW6 dianggap masih belum layak
dijadikan data pertanahan yang baik dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian
untuk perbaikannya.
Halaman - 4 - (25 Februari 2015)
Gambar 3. Tampilan menu monitoring kualitas data pertanahan
Dari uraian pada paragraf di atas dapat ditulis di sini bawa data pertanahan yang
baik, yang masuk dalam KW1 atau KW2 atau KW3 adalah sejumlah 19 juta
bidang tanah. Sedangkan 25,5 juta bidang tanah merupakan data pertanahan yang
kurang baik yang masuk dalam kualifikasi KW4 atau KW5 atau KW6. Data
pertanahan dianggap baik atau kurang baik ditentukan oleh ada tidaknya data
spasial bidang tanah dari buku tanah digital yang tercatat. Dalam gambar 3
disajikan tampilan monitoring kualitas data pertanahan pada suatu Kantah.
2.2.3
KKP berbasis web (KKP-Web)
Semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat maupun pemerintah [7] dalam hal
ketersediaan informasi pertanahan yang real-time, bersanding dengan semakin
berkembangnya teknologi pemrograman berbasis web membuka peluang untuk
dibangunnya suatu sistem informasi berbasis web yang menyediakan informasi
akurat dan aktual. Maka dibangunlah KKP-Web.
Halaman - 5 - (25 Februari 2015)
Server
Basisdata
Server Aplikasi
Services:
LAN
Server
Basis
data
CariNoBerkas
Server
InputSubyek
INTERNET
InputBerkas
Basis
data
Dll...
Gambar 4. Skema arsitektur KKP-Web
KKP-Web (Gambar 4) merubah secara fundamental aplikasi layanan pertanahan
yang sebelumnya berbasis desktop dimana sinkronisasi data dilakukan secara
periodik menjadi berbasis web dimana sinkronisasi terjadi secara real-time. KKPWeb dibangun dengan pemrograman berbasis web memanfaatkan teknologi webservices.
3. Skema Arsitektur Aplikasi KKP
Dokumentasi proses pembangunan aplikasi KKP dari sejak implementasi awal
sampai kondisi saat ini sangatlah terbatas aksesnya, sehingga cukup sulit
merujuknya dari sumber-sumber tertulis. Akan tetapi teknologi yang digunakan
telah diketahui bersama yakni menggunakan teknologi web services.
Web services didefinisikan sebagai sebuah framework yang sistematis dan mudah
dikembangkan yang menangani komunikasi antar aplikasi [8], yang memiliki
karakateristik aplikasi yang modular, self-contained, self-describing, dapat
dipublikasi-diletakkan-digunakan melalui web.
Web services harus memiliki komponen-komponen berikut (Gambar 5): (1)
service provider (penyedia layanan) yang menyediakan service pada service
broker, (2) service requester (peminta layanan) yang meminta layanan pada
service broker dimana harus mencari service provider yang sesuai dan mengikat
web services langsung dari service provider, dan (3) service broker (perantara
layanan) merupakan komponen yang mengatur permintaan dan penyediaan
service antara service provider dan service requester [9].
Halaman - 6 - (25 Februari 2015)
Gambar 5. Komponen web services (W3C, 2004)
Layanan pertanahan berbasis web disediakan dalam service-service yang termuat
di lapisan server aplikasi. Penyediaan service di lapisan server aplikasi memberi
keuntungan keamanan lapisan basisdata inti terhadap gangguan-gangguan
eksternal. Basisdata inti hanya dapat berhubungan dengan service yang telah
dibuat.
Server
Basisdata
Server Aplikasi
Services:
LAN
CariNoBerkas
Server
Basis
data
Server
INTERNET
InputSubyek
InputBerkas
Basis
data
Dll...
PC Pengguna
Laptop Pengguna
Gambar 6. Skema Arsitektur Aplikasi KKP-Web
Sebagai ilustrasi, kebutuhan pengguna berupa pemantauan posisi nomor berkas
dan pengisian permohonan layanan. Memenuhi kebutuhan tersebut disusunlah
service dengan nama CariNoBerkas dan InputPermohonan. Dua service
Halaman - 7 - (25 Februari 2015)
tersebut yang menjadi media perantara komunikasi antar komputer pengguna
dengan server basisdata (Gambar 6).
4. Aplikasi KP dari sudut pandang Enterprise GIS
Arsitektur enterprise digunakan dalam pengembangan GIS (Geographic
Information System) dewasa ini dengan tujuan memberikan pengembangan GIS
sesuai karakter enterprise. Karakterisitik teknologi enterprise antara lain: (1)
kuncinya pencapaian tujuan, (2) skalabilitas, ekstensibilitas, reliabilitas dan
keamanan, (3) terbuka, interoperabel dan berbasis standar, (4) bisa secara efektif
diintegrasikan dalam perusahaan, (5) kompleksitas dalam implementasi sehingga
membutuhkan perencanaan dan dukungan yang baik, dan (6) memberikan
kembalian investasi secara cepat [10].
Sub-sistem client
Sub-sistem
Penghubung
Sub-sistem Server
(server aplikasi)
Sub-sistem Server
(server basisdata)
Gambar 7. Skema arsitektur enterprise GIS (modifikasi Busser & Wrazien, 2008)
Arsitektur enterprise disediakan dalam service-service. Definisi service adalah: (a)
bentuk logik dari aktivitas bisnis yang berulang yang menghasilkan keluaran yang
spesifik, (b) bisa terdiri dari kumpulan service lain dan (c) merupakan kotak hitam
bagi pengguna terhadap layanan itu sendiri [11].
Aplikasi KKP disediakan dalam bentuk service-service sebagaimana dijelaskan
dalam bagian terdahulu. Gambar di atas menjelaskan bahwa Aplikasi KKP saat ini
sudah sesuai dengan layer-layer dalam skema arsitektur enterprise. Berikut
disajikan tabel kesesuaian aplikasi KKP dengan karaktersitik teknologi enterprise
(Tabel 1).
Halaman - 8 - (25 Februari 2015)
Tabel 1. Aplikasi KKP vs Teknologi Enterprise
No
Karakteristik Teknologi Enterprise
Kesesuaian Aplikasi KKP
1.
Pencapaian tujuan
Mendukung terlaksananya tugas pokok dan
fungsi BPN menyediakan layanan di bidang
pertanahan.
2.
Skalabilitas, ekstensibilitas, reliabilitas
dan keamanan
Skalabilitas: dikembangkan untuk dapat
diimplementasikan di seluruh kantor pertanahan
di Indonesia.
Ekstensibilitas: service yang disediakan bisa
ditambah sesuai kebutuhan.
Reliabilitas: masih menjadi kendala karena
tergantung sub-sistem penghubung (jaringan
internet)
Keamanan: dibangun dengan metode pemisahan
layer data dan layer aplikasi sehingga menjamin
basisdata tidak terganggu.
3.
Terbuka, interoperabel dan berbasis
standar
Dikembangkan dengan teknologi web-services
yang memiliki karakter unggul dalam
interoperabilitas, standar internasional.
4.
Dapat secara efektif diintegrasikan
dalam perusahaan
Dikembangkan dengan penyediaan serviceservice yang menyesuaikan kebutuhan kantor.
5.
Kompleksitas dalam implementasi
sehingga membutuhkan perencanaan
dan dukungan yang baik
Impelementasi awal sangat mahal (LOC saja
menghasbiskan dana 700 milyar rupiah) dan
perlu pendampingan konsultan profesional.
6.
Memberikan kembalian investasi
secara cepat
Dengan ketersediaan data belum 100% maka
kembalian investasi sulit untuk ditentukan.
Aplikasi KKP memiliki sebagian besar karakteristik teknologi enterprise.
Ketidaksesuian terdapat dalam hal reliabilitas (2) dan kembalian investasi (6).
Kurangnya reliabilitas lebih disebabkan sistem aplikasi KKP sangat tergantung
pada kualitas jaringan internet sebagai sub-sistem penghubung. Proyeksi
kembalian investasi dianggap masih cukup sulit ditentukan mengingat data
pertanahan yang terkumpul saat ini belum mencapai 100%.
5. Evaluasi Aplikasi KKP-Web
5.1
Evaluasi sistem yang digunakan
Elemen sistem yang terlibat dalam operasional aplikasi terdiri dari 3 sub-sistem;
(a) Sub-sistem pusat; (b) Sub-sistem klien dan (c) Sub-sistem penghubung.
Halaman - 9 - (25 Februari 2015)
Subsistem Server
LAN Pusdatin
Server Aplikasi
Subsistem Penghubung
Jaringan Internet
Subsistem Klien
Browser
Services:
CariNoBerkas
InputPemohon
InputBerkas
dll
Internet
Laptops
Server Basisdata
Basisd
ata
Basisd
ata
PC
Gambar 8. Skema Alur komunikasi antar sub-sistem
Sub-sistem pusat terdiri dari server basisdata sebagai tempat penyimpanan data
dan server aplikasi yang berlaku sebagai aplikasi penghubung (middleware) antara
sub-sistem pusat dengan sub-sistem klien. Server basisdata dikelola oleh
perangkat lunak DBMS Oracle versi 11g. Server aplikasi dikelola berbasis web
dengan menggunakan teknologi web-service yang memiliki keunggulan dalam hal
interoperabilitas. Pengembangan layanan data dan informasi BPN via internet di
masa depan banyak terletak dalam inovasi pengelolaan dan penyediaan serviceservice di lapisan server aplikasi ini.
Sub-sistem client merupakan ujung tombak layanan dimana terjadi aktivitas
pemasukan, representasi dan pengeluaran data. Interaksi komputer client dengan
server pusat dibantu oleh perangkat lunak penjelajah Internet (Mozilla Firefox,
Internet Explorer, dan sejenisnya)
Sub-sistem penghubung adalah media transportasi data yang memungkinkan
komunikasi antar dua sub-sistem di atas mungkin terjadi. Sub-sistem penghubung
berupa jaringan kabel komunikasi yang disediakan oleh pihak ketiga (Telkom,
BizNet, atau yang lainnya).
5.2
Evaluasi mekanisme penggunaan dan operasional
Keunggulan aplikasi berbasis web adalah kemudahan dalam implementasi di level
pengguna. Pengguna cukup berbekal komputer dengan perangkat lunak penjelajah
internet (Firefox, Internet Explorer, dll) dan sambungan internet maka sudah dapat
menjalankan aplikasi KKP.
Sejak KKP Desktop sampai dengan KKP-Web tidak begitu banyak berubah alur
aplikasinya. Demikian pula perankat lunak pengolah data spasial juga masih
menggunakan AutoCAD Map. Sehingga dari sisi penerimaan pengguna dapat
dibilang tidak menjadi masalah berarti.
Aplikasi KKP merupakan bagian dari sistem informasi, yang menurut Bodnar &
Hopwood (1998) rentan terhadap berbagai resiko bencana dan ancaman. Ancaman
bisa berasal dari individu, antar lain: (1) karyawan sistem informasi:
administrator, progamer, operator, pemelihara, pengendali data dan lain
sebagainya (2) pengguna: teledor menjaga kerahasiaan password login (3)
pengganggu: orang yang tidak memiliki otorisasi yang tepat dengan sengaja
mengakses peralatan dan data elektronik dengan maksud merusak.
Halaman - 10 - (25 Februari 2015)
Gambar 9. Menu login pada aplikasi KKP-Web
5.3
Kelebihan dan kekurangan Aplikasi KKP
Dari uraian pada bagian sebelumnya bisa dirangkum kelebihan dan kekurangan
aplikasi KKP berikut ini.
5.3.1
Kelebihan Aplikasi KKP
1. Implementasi lebih mudah karena pengguna hanya cukup memasang
penjelajah internet untuk menjalankan aplikasi KKP.
2. Kontrol dan error-handling lebih mudah.
3. SOP (prosedur baku) bisa dijalankan dengan lebih konsisten.
5.3.2
Kekurangan Aplikasi KKP
1. Implementasi awal (sisi server) sangat mahal.
2. Kelancaran operasional layanan di Kantah sangat tergantung pada
ketersediaaan listrik dan kualitas jaringan internet.
3. Kustomisasi aplikasi tidak dimungkinkan (ini bisa dikatakan kelebihan
sekaligus kekurangan), beberapa kasus di wilayah memiliki karakteristik
yang unik sehingga ketiadaan fitur kustomisasi ini cukup menyulitkan.
4. Pengguna kurang perhatian dalam menjaga password yang berpotensi
menempatkan aplikasi dan basisdata dalam bahaya penyusup.
6. Kesimpulan: Hambatan, tantangan dan peluang
Hambatan bisa disebutkan antara lain: (1) kehandalan / reliabilitas sistem yang
tergantung pada baik tidaknya kualitas jaringan internet, dan (2) ketersediaan
listrik yang stabil pada beberapa Kantah adalah sangat kurang.
Tantangan bisa disebutkan antara lain: (1) perubahan paradigma pengguna dari
pola pikir aplikasi berbasis desktop menjadi aplikasi berbasis web sangat
menentukan keberlangsungan aplikasi dalam hal reduksi terhadap kemungkinan
Halaman - 11 - (25 Februari 2015)
penyusup, (2) perlunya antisipasi resiko bencana terhadap basisdata dengan
membangun basisdata cadangan di lokasi yang berbeda.
Meski masih perlu dikembangkan lebih baik lagi merespon hambatan dan
tantangan di atas, Aplikasi KKP menyimpan potensi yang luar biasa untuk masa
depan layanan pertanahan dan pengelolaan basisdata pertanahan.
Sebagai akhir, teknologi enterprise GIS yang diimplementasikan dalam
pembangunan aplikasi KKP memberikan indikasi kuat bahwa keputusan migrasi
dari aplikasi berbasis desktop ke aplikasi berbasis web adalah tepat.
-----------------------------------------Daftar Pustaka
[1]
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, “Komputerisasi Layanan Pertanahan,”
Website Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional,
2015. [Online]. Available: http://www.bpn.go.id/Publikasi/Inovasi/KomputerisasiLayanan-Pertanahan. [Accessed: 01-Feb-2015].
[2]
CIMSA Ig AIE, “Komputerisasi Badan Pertanahan Nasional (LOC) - Indonesia,”
2015. [Online]. Available: http://www.cimsaig.com. [Accessed: 12-May-2015].
[3]
General Electric, “Smallworld Core,” 2014. [Online]. Available:
http://www.gedigitalenergy.com/Geospatial/catalog/smallworld_core.htm.
[Accessed: 28-Feb-2015].
[4]
CIMSA, “Komputerisasi Badan Pertanahan (LOC),” 2015. .
[5]
F. C. Mustofa and T. Aditya, “Perancangan Aplikasi Layanan Informasi
Pertanahan untuk PPAT Berbasis Web Services,” BHUMI - Jurnal Ilmiah
Pertanahan STPN Yogyakarta, vol. 1, pp. 57–70, 2009.
[6]
P. G. Satriya, B. Sudarsono, and B. Sasmito, “Kajian Efektivitas Pemanfaatan
Sistem GeoKKP untuk Penerbitan Sertipikat di Kantor Pertanahan Kabupaten
Kendal Provinsi Jawa Tengah,” Jurnal Geodesi Undip, vol. 3, no. 2, pp. 54–66,
2014.
[7]
K. De Zeeuw and M. Salzmann, “Cadastral Innovation Driven by Society:
Evolution or Revolution?,” in FIG Working Week 2011: Bridging the Gap
between Cultures, 2011, May 2011.
[8]
H. Wang, J. Zhexue, Y. Qu, and J. Xie, “Web services: problems and future
directions,” Web Semantics: Science, Services and Agents, vol. 1, pp. 309–320,
2004.
[9]
D. Booth et al., Eds., Web Services Architecture, February. W3C, 2004.
[10]
D. Busser and D. Wrazien, “Enterprise GIS: Principles, Architectures, and
Strategies,” ESRI Technical Workshops. 2008.
[11]
The-Open-Group, “Service Oriented Architecture: What Is SOA?,” The Open
Group, 2013.
[12]
G. Bodnar and W. Hopwood, Acounting Information System. Prentice Hall
Bussiness Publishing, 1998.
Halaman - 12 - (25 Februari 2015)
Unggah revisi final 1 Maret 2015
Halaman - 13 - (25 Februari 2015)
View publication stats