HUBUNGAN PEMAHAMAN NILAI NILAI NASIONALI

HUBUNGAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME DAN KESADARAN
DALAM BER-BHINNEKA TUGGAL IKA DENGAN PERILAKU MEWUJUDKAN
PERSATUAN DAN KESATUAN PADA SISWA KELAS X IPS SEKOLAH
MENENGAH ATAS SWASTA
KECAMATAN GUNUNGSINDUR
TAHUN 2017/2018
SUSI
155710005
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ARRAHMANIYAH DEPOK
PROGRAM STUDI MAGISTER PPKn
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris mengenai Hubungan
Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Dalam Be-Bhinneka Tunggal Ika
Dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Pada Siswa di Kecamatan
Gunung Sindur.
Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan tepatnya yaitu bulan Februari 2017
sampai bulan September 2017.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan studi
korelasional. Jumlah sampel sebanyak 60 orang yang didapat secara acak. Instrumen
yang digunakan adalah butir test untuk variabel X1 (Pemahaman niai-nilai

nasionailsme), untuk X2 (Kesadaran Ber-Bhinneka Tungga Ika) menggunakan angket
skala sikap, sedangkan untuk variabel Y ( Perilaku Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan) menggunakan angket dengan jenis skala perilaku dari Likert. Keseluruhan
instrumen telah diuji coba tingkat validitas dan reliabilitasnya pada taraf signifikansi
0,95 atau 0,05%.
Untuk melengkapi syarat hipotesis, dilakukan uji pra-syarat analisis data yaitu
uji normalitas, linieritas dan homogenitas. Untuk normalitas pada masing-masing
variabel, variabel X1 mendapatkan hasil sebesar 0,03955 dan X2 mendapatkan hasil
sebesar 0,06461 yang apabila dibandingkan dengan Ltabelsebesar 0,11439 ternyata
keduanya lebih kecil dari Ltabel, sehingga keduanya dapat dinyatakan berdistribusi
normal.
Untuk uji linieritas antara kedua variabel menghasilkan persamaan regresi
Ῡ=33,115+-0,264X1 + 0,562X2 sehingga diketahui jika Pemahaman Niai-Nilai
Nasionalisme dan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika bersama-sama naik 1 satuan
akan dapat meningkatkan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan sebesar
0,614 satuan yaitu (-0,264+0,562).
Pengujian hipotesis dilakukan dengan korelasi Product Moment. Dari hasil
perhitungan didapat koefisien korelasi ryx1 sebesar -0,052 sedangkan koefisien
determinasi r2y1=0,003. Hal ini berarti bahwa kontribusi variabel X1 terhadap Y hanya
sebesar 0,3%. Hasil perhitungan ry2 sebesar 0,361 dan koefisien determinasinya

r2xy2=0,130, yang berarti bahwa kontribusi variabel X2 terhadap variabel Y sebesar
13%.

Hasil perhitungan r2y12=0,379 sedangkan koefisien determinasinya sebesar
r2y12=0,143, hal ini berarti kontribusi antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama
terhadap variabel Y sebesar 14%.
Kata kunci : Nilai-Nilai Nasionalisme, Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika,
Persatuan dan Kesatuan.
ABSTRACT
This study aims to obtain empirical data on the Relationship of Understanding
Nationalism Values and Awareness in Be Unity in Diversity With Behavior Realizing Unity
and Unity in Students in the District of Mount Sindur.
This research was conducted for 8 months precisely in February 2017 until
September 2017.
The research method used is quantitative descriptive method with correlational
study. The number of samples is 60 randomly obtained. The instrument used is the test item
for the variable X1 (Understanding nations of national values), for X2 (Awareness of
Bhinneka Tungga Ika) using attitude scale questionnaire, whereas for variable Y (Behavior
of Unity and Unity) use questionnaire with behavioral scale type from Likert. All
instruments have been tested for validity and reliability at significance level of 0.95 or

0.05%.
To complete the hypothesis requirement, a pre-requisite test of data analysis is
tested normality, linearity and homogeneity. For the normality of each variable, the X1
variable obtains a result of 0.03955 and X2 obtains a result of 0.06461 which when
compared to Ltabelsebesar 0.11439 turns out that both are smaller than Ltabel, so both can
be declared to be normally distributed.
To test the linearity between the two variables yield regression equation Ῡ = 33,115
+ -0,264X1 + 0,562X2 so it is known if Understanding Niai-Values Nationalism and Unity
Diversity Awareness together up 1 unit will be able to increase Behavior of Unity and Unity
of 0.614 ie units (-0.264 + 0.562).
Hypothesis testing is done by Product Moment correlation. From the calculation
results obtained correlation coefficient ryx1 -0.052 while the coefficient of determination
r2y1 = 0.003. This means that the contribution of variable X1 to Y is only 0.3%. The result
of ry2 calculation is 0,361 and its coefficient of determination r2xy2 = 0,130, which means
that contribution of variable X2 to variable Y is 13%.
Result of calculation r2y12 = 0,379 whereas coefficient of determination equal to
r2y12 = 0,143, this mean contribution between variable X1 and X2 together to variable Y
equal to 14%.
Keywords: Values of Nationalism, Unity of Unity in Diversity, Unity and Unity.
Dengan semangat nasionalisme yang

tinggi maka eksistensi suatu negara
PENDAHULUAN
akan selalu terjaga dari segala ancaman,
A. Latar Belakang Masalah
baik ancaman secara internal maupun
Nasionalisme merupakan suatu
eksternal. Cinta tanah air atau bela
konsep penting yang harus tetap
negara adalah tekad, sikap, dan tindakan
dipertahankan untuk menjaga agar suatu
warga negara yang teratur, meyeluruh,
bangsa tetap berdiri dengan kokoh
terpadu, dan berlanjut yang dilandasi
dalam kerangka sejarah pendahulunya.

oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara Indonesia.
Berkeyakinan akan kesaktian Pancasila
sebagai ideologi negara dan kerelaan
untuk berkorban guna meniadakan

setiap ancaman baik dari luar maupun
dalam negeri yang membahayakan
keutuhan NKRI.
Prinsip
nasionalisme
bangsa
Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
yang
diarahkan agar bangsa Indonesia
senantiasa :
1. Menempatkan persatuan-kesatuan,
kepentingan
dan
keselamatan
bangsa
dan negara diatas
kepentingan
pribadi
atau
kepentingan golongan.

2. Menunjukkan sikap rela berkorban
demi kepentingan Bangsa dan
Negara
3. Bangga sebagai bangsa Indonesia
dan bertanah air Indonesia tidak
rendah diri
4. Mengakui
persamaan
derajat,
persamaan hak dan kewajiban
antara sesama
manusia dan
sesama bangsa
5. Menumbuhkan
sikap
saling
mencintai sesama manusia
6. Mengembangkan sikap tenggang
rasa
7. Tidak semena-mena terhadap orang

lain
8. Gemar
melakukan
kegiatan
kemanusiaan
9. Senantiasa menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan
10. Berani membela kebenaran dan
keadilan
11. Merasa bahwa bangsa Indonesia
merupakan bagian dari seluruh
umat
manusia.

12. Menganggap pentingnya sikap
saling menghormati dan bekerja
sama
dengan bangsa lain.1
Pembangunan jiwa nasionalisme
dan kesadaran ber-Bhinneka Tunggal

Ika tidak secepat belajar bahasa Inggris,
perlu ditanamkan sejak usia dini.
Dimulai dari hal kecil, menggunakan
bahasa Indonesia, menyanyikan lagu
kebangsaan
mengibarkan bendera
merah putih dan yang lainnya. Saat ini
bangsa Indonesia sedang menghadapi
tantangan, bangsa Indonesia menyadari
bahwa betapa kondisi dan konstelasi
geografi yang menjadi ruang hidupnya,
serta segala isinya berdampak erat pada
berbagai perbedaan ciri dan karakter
budaya penduduknya. “Berbagai ragam
perbedaan Indonesia memiliki keBhinekaan dalam suku yang berjumlah
1.128 suku bangsa dan lebih dari 700
bahasa daerah”.2 Bhinneka Tunggal Ika,
adalah semboyan pada lambang negara
Republik
Indonesia

yang
keberadaannya berdasarkan PP No. 66
Tahun 1951, yang mengandung arti
“Berbeda tetapi satu”. Semboyan
tersebut menurur Prof. Soepomo,
menggambarkan gagasan dasar, yakni
menghubungkan daerah-daerah dan
suku-suku bangsa di seluruh nusantara
menjadi Kesatuan Raya. Rendahnya
rasa
nasionalisme
menimbulkan
berbagai masalah yang dihadapi oleh
Bangsa Indonesia mulai dari masalah
kemiskinan, pengangguran, terorisme
dan lain sebagainya. Hal itu tidak bisa
dipungkiri, karena masyarakat lebih
memilih untuk kelangsungan hidupnya
dari pada memikirkan untuk negara.
Tinggi

atau
rendahnya
rasa
nasionalisme juga dapat dipengaruhi
dari budaya-budaya barat yang dengan
1

Febra Anjar Kusuma, Pembinaan Semangat
Nasioonaisme Siswa Melalui Kegiatan Intrakurikuler
Dan Ekstrakurikuler. Tesis. Hal.40. 2016
2
Empat Pilar MPR RI, sekretariat Jenderal MPR RI
hal. 185, 2015

sangat
mudahnya
masuk
dan
mempengaruhi budaya Indonesia yang
jati dirinya adalah budaya timur.

Semangat persatuan dan kesatuan harus
dipelihara
dalam
semua
aspek
kehidupan, di sekolah rasa persatuan
dan kesatuan harus dimiliki semua
warga sekolah.
Sekolah mempunyai kontribusi
yang penting untuk memfasilitasi
perkembangan
anak
dalam
hal
penyikapan, kecakapan, nilai-nilai dan
pengetahuan interkultural. Pendidikan
interkultural
seharusnya
dijadikan
sebagai cara untuk mengajak anak
untuk berpartisipasi dalam perbedaanperbedaan yang ada di masyarakat. Bisa
dikatakan, pendidikan yang hanya
didasarkan pada satu kultur, akan sulit
mengembangkan
anak
didik
kedepannya. Nasionalisme yang telah
diatur dalam Undang Undang antara
lain menyangkut bahasa, bendera
lambang negara dan lagu Nasional
Indonesia. Tepatnya tahun 2009 lalu,
Indonesia memiliki undang-undang
yang menyangkut hal hal Nasionalisme
yaitu UU No. 24 Tahun 2009”.
“UU No 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara
serta Lagu Kebangsaan ini disahkan
pada 9 Juli 2009. UU 24/2009 ini secara
umum memiliki 9 Bab dan 74 pasal
yang pada pokoknya mengatur tentang
praktik penetapan dan tata cara
penggunaan bendera, bahasa dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan
berikut
ketentuan

ketentuan
pidananya. Setidaknya ada tiga hal
tujuan dari dibentuknya UU No 24
Tahun 2009 ini adalah untuk (a)
memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; (b) menjaga kehormatan
yang menunjukkan kedaulatan bangsa
dan Negara
Kesatuan Republik
Indonesia; dan (c) menciptakan
ketertiban, kepastian, dan standarisasi

penggunaan bendera, bahasa, dan
lambang
negara,
serta
lagu
kebangsaan.”3
Pemahaman nilai-nilai nasionalisme
memang sangat penting agar tercipta
persatuan dan kesatuan, namun ternyata
pemahaman nilai-nilai nasionalisme jika
tidak dibarengi dengan kesadaran berBhinneka Tunggal Ika yang tinggi maka
yang terjadi adalah perpecahan.
Melihat fenomena lunturnya rasa
nasionalisme yang mulai mengancam
bangsa Indonesia sangat perlu adanya
tindak lanjut dari berbagai pihak, Jika kita
tidak memperbaiki perilaku generasi
muda, lambat laun perilaku nasionalisme
dan kesadaran ber-Bhineka Tunggal Ika
hanya tinggal nama dan sejarah maka
persatuan dan kesatuan bangsa ini akan
terancam dan terpecah belah. Melalui
Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan diharapkan
dapat
membentuk warga negara yang memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan
kewarganegaraan juga harus dapat
menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal
rasa cinta tanah air (nasionalisme), dan
meningkatkan wawasan kebangsaan siswa.
Dengan
pemahaman
nilai-nilai
nasionalime
yang
diiringi
dengan
kesadaran ber-Bhinneka Tunggal Ika yang
tinggi maka perilaku siswa akan bisa
menjaga pesatuan dan kesatuan
Di SMA Al Ghozali
Kecamatan
Gunungsindur ternyata terlihat berbagai
pelanggaran yang bisa mengancam
retaknya
persatuan
dan
kesatuan
diantaranya siwa mengejek dan menghina
siswa lain, melakukan perbuatan kurang
menyenangkan terhadap siswa lain yaitu
memanggil dengan sebutan nama suku,
3

http://anggara.org/2009/08/12/mencermati-uu-no24-tahun-2009-tentang-bendera-bahasa-danlambang-negara-serta-lagu-kebangsaan/

berkelahi dengan teman sekelas karena
bercanda berlebihan yaitu memanggil
teman dengan mengganti namanya dengan
nama orang tua, jahil terhadap teman,
adanya geng dikelas, bahkan ada juga
penindasan (bulyiing)
“penggunaan
kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi
orang lain”.4
Idealnya siswa SMA sudah memiliki
pemahaman
mengenai
nilai-nilai
nasionalisme, karena pemahaman tehadap
nilai-nlai nasionalisme sangat penting agar
tercapai persatuan dan kesatuan. Namun
ternyata pemahaman mengenai nilai-nilai
nasionalisme apabila
tidak dibarengi
dengan kesadaran dalam ber-Bhinneka
Tunggal Ika yang tinggi maka yang terjadi
adalah perpecahan seperti yang telah
diuraikan diatas. Kesadaran ber-Bhinneka
Tunggal Ika tersebut hendaknya adalah
kesadaran dari dalam hati siswa tanpa
paksaan.
Berdasarkan
fakta-fakta
yang
dikemukakan diatas maka peneliti ingin
mengetahui korelasi antara Pemahaman
Nilai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran
Dalam Ber-Bhinneka Tuggal Ika Dengan
Perilaku
Mewujudkan Persatuan Dan
Kesatuan maka
peneliti mengajukan
sebuah kajian dalam tesis dengan judul
“Hubungan
Pemahaman
Nilai-Nilai
Nasionalisme dan Kesadaran Dalam BerBhinneka Tuggal Ika Dengan Perilaku
Mewujudkan Persatuan Dan Kesatuan
Pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah
Atas Swasta Kecamatan Gunung Sindur”

antara
pemahaman
nilai-nilai
nasionalisme dan kesadaran dalam
ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan
perilaku mewujudkan persatuan
dan kesatuan di SMA Swasta
Kecamatan Gunungsindur Tahun
2017.
2. Tujuan Khusus
Gambaran yang spesifik dari tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan
dalam bentuk khusus yaitu :
a. Memperoleh informasi kajian
hubungan antara pemahaman
siswa
tentang
nilai-nilai
nasionalisme dengan perilaku
mewujudkan persatuan dan
kesatuan.
b. Memperoleh informasi kajian
hubungan antara kesadaran
dalam ber-Bhinneka Tunggal
Ika dengan dengan perilaku
mewujudkan persatuan dan
kesatuan.
c. Memperoleh informasi kajian
hubungan secara kausalitas
antara
pengetahuan
siswa
tentang nilai-nilai nasionalisme
dan kesadaran ber-Bhinneka
Tunggal Ika dengan perilaku
mewujudkan persatuan dan
kesatuan di SMA Swasta
Kecamatan Gunungsindur tahun
2017/2018.

B. Tujuan Penelitian
Bedasakan rumusan masalah, maka
tujuan penelitian ini dapat dirumuskan
menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan

A. Landasan Teori
1. Hakikat Perilaku Mewujudkan
Persatuan dan Kesatuan
a. Pengertian Perilaku
“Perilaku
adalah
kesiapan
merespon yang bersifat positif atau
negatif terhadap objek atau situasi
secara konsisten”.5

LANDASAN TEORITIS,
KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN

5
4

https://id.wikipedia.org/wiki/Penindasan

Abu, Ahmadi. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka
Cipta. 2007. Hal. 151

Para ahli juga banyak menyumbangkan
pengertian perilaku. Berikut ini
pengertian perilaku dari beberapa ahli:
1. Notoatmodjo S., : Perilaku adalah
reaksi atau respons yang masih
tertutup dan seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek.6
2. Bimo Walgito, : Perilaku adalah
organisasi pendapat, keyakinan
seseorang mengenai objek atau
situasi yang relatif ajeg, yang
disertai adanya perasaan tertentu,
dan memberikan dasar pada orang
tersebut untuk membuat respons
atau berpenilaku dalam cara tertentu
yang dipilihnya. 7
Perilaku dapat dibedakan menjadi 2
(dua) Notoatmodjo, yaitu :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas
pada
perhatian,
persepsi,
pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek (practice), yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat
oleh orang lain.8
Berdasarkan
pengertianpengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku adalah
segala tindakan manusia yang
6

http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertianperilaku-apa-itu-perilaku.html
7
Ibid.
8
http://deslanikn.blogspot.co.id/2011/07/teoriperilaku-psikologi.html

dilakukan sebagai respon terhadap
stimulus dari luar maupun dari dalam
yang meliputi aktifitas motorik,
kognitif, dan emosional.
b. Persatuan dan Kesatuan
Perilaku mewujudkan persatuan
dan kesatuan adalah suatu tindakan
yang dimiliki individu untuk menjaga
kerukunan guna menciptakan suasana
yang tertib, aman dan nyaman. dengan
indikator
Saling
menghargai,
menggunakan bahasa Indonesia secara
baik dan benar dalam bergaul,
menghindari
perselisihan
maupun
pertengkaran, Dapat menghormati hakhak orang lain, tidak membeda-bedakan
suku, ras, agama dan antar golongan,
bergotong royong.
2.

Hakikat Pemahaman Nilai-Nilai
Nasionalisme
a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman ini berasal dari kata
“Faham” yang memiliki arti tanggap,
mengerti benar, pandangan, ajaran. 9
Pengertian tentang pemahaman yaitu :
kemampuan memahami arti suatu bahan
pelajaran,
seperti
menafsirkan,
menjelaskan atau meringkas atau
merangkum
suatu
pengertian
kemampuan macam ini lebih tinggi
daripada pengetahuan.10
b. Pengertian Nilai
Manusia sebagai pendukung nilainilai dengan penuh kesadarannya
memberikan penilaian secara langsung
terhadap
suatu
perbuatan
yang
dikatakan baik maupun buruk. Untuk itu
agar dapat menilai suatu perbuatan itu
dikatakan suatu hal yang baik maupun
hal yang buruk manusia perlu
mengetahui perbuatan baik dan buruk
terlebih dahulu.

9

Plus A. Partanto M. Dahlan AL- Bary, Kamus lmiah
Populer, (Surabaya: Akolo.1994. Ha 279)
10
Drs. H. Mohammad Ali, Guru Dalam Proses
Beaar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algensindo
1996. Hal- 42)

Pengetian Nasionalisme
“Berikut
ini
adalah
definisi
nasionalisme menurut beberapa ahli :
1. Adolf Heuken
Nasionalisme sebagai pandangan
yang berpusat pada bangsanya.
2. Lyman Tower Saragent
Nasionalisme
adalah
suatu
ungkapan perasaan yang kuat dan
merupakan usaha pembelaan daerah
atau bangsa melawan penguasa
luar”.11
3. Webster mendefinisikan sebagai
berikut : “Nationalisme : The votion
to ones nation ; patriotism, “ “
Nasionalisme ; ialah kecintaan dan
pengabdian kepada bangsa ;
patriotisme.” 12
c. Unsur-unsur
nasionalisme
Bangsa Indonesia :
Semangat
kebangsaan
(nasionalisme) yang ada pada diri
seseorang tidak datang dengan
sendiri, tetapi dipengaruhi oleh
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Perasaan nasional
2. Watak nasional
3. Batas
nasional
(
yang
memberikan
pengaruh
emosional dan ekonomis pada
diri individu)
4. Bahasa nasional
5. Peralatan nasional
6. Agama 13

3. Mencintai tanah air dan bangsa;
4. Bangga berbangsa dan bernegara
Indonesia;
5. Menjunjung tinggi persatuaan
dan
kesatuan
berdasarkan
prinsip Bhinneka Tunggal Ika;
6. Memajukan pergaulan untuk
meningkatkan persatuan bangsa
dan Negara.14

c.

d. Nilai-Nilai Yang Terkandung
Dalam Nasionalisme
1. Menempatkan
kepentingan
bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi
dan
golongan;
2. Sanggup/rela berkorban untuk
bangsa dan Negara;
11
12

Jazim Hamidi, Mustafa Lutfi. Op Cit. H.168-169.
Mohammad Noor Syam, Op. Cit. H. 206

13

https://regifauzi.wordpress.com/2011/04/13/nasionali
sme-dan-kebangsaan/

3. Hakikat Kesadaran Ber-Bhinneka
Tunggal Ika
a. Hakikat Kesadaran
Kesadaran
merupakan
sikap
mengetahui atau mengerti dan taat pada
aturan serta ketentuan perundangundangan yang ada selain itu juga
kesadaran dapat diartikan sebagai sikap
hidup/perilaku
mengetahui
atau
mengerti dan taat pada adat isiadat serta
kebiasaan hidup bermasyarakat.
b.

Pengertian Bhinneka Tunggal
Ika
Bhinneka Tunggal Ika merupakan
pernyataan jiwa dan semangat bangsa
Indonesia yang mengakui realitas
bangsa yang majemuk, namun tetap
menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka
Tunggal Ika merumuskan dengan tegas
adanya harmoni antara kebhinnekaan
dan ketunggalikaan, antara keanekaan
dan keekaan, antara kepelbagaian dan
kesatuan, antara hal banyak dan hal
satu, atau antara pluralisme dan
monisme. Bhinneka Tunggal Ika adalah
cerminan keseimbangan antara unsur
perbedaan yang menjadi ciri keanekaan
dengan unsur kesamaan yang menjadi
ciri kesatuan. Mensinergikan perbedaan
dalam ke-Bhinnekaan perlu dilakukan
untuk mengantisipasi terjadinya bahaya
disintegrasi,
sekaligus
untuk
mewujudkan
cita-cita
integrasi.
Kuncinya, harus ada kesadaran,

14

http://www.tugassekolah.com/2016/01/semangatkebangsaan-nasionalisme-dan-patriotisme-dalamkehidupan-sehari-hari.html

kemauan, dan kemampuan untuk
melihat kesamaan pada sesuatu yang
berbeda. Perbedaan dalam masyarakat
majemuk seperti Indonesia merupakan
suatu kenyataan. Karena itu janganlah
membeda-bedakan kenyataan yang
memang sudah berbeda. Membedabedakan sesuatu yang berbeda hanya
akan menimbulkan bahaya disintegrasi.
Perbedaan dalam kebhinnekaan perlu
disinergikan atau dikelola dengan cara
mendayagunakan aneka perbedaan
menjadi modal sosial untuk membangun
kebersamaan. Untuk itu diperlukan
adanya kesadaran, kemauan, dan
kemampuan untuk melihat kesamaan
pada sesuatu yang berbeda.
c. Fungsi Bhinneka Tunggal Ika
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
mempunyai fungsi yang sangat penting
bagi bangsa Indonesia, fungsi-fungsinya
yaitu :
a. Mempersatukan bangsa Indonesia
yang terdiri dari bermacam-macam
suku, ras dan agama.
b. Menghambat semua konflik yang
didasari atas kepentingan pribadi
atau kelompok
c. Mempertahankan kesatuan bangsa
Indonesia
d. Membantu mewujudkan cita-cita
luhur bangsa Indonesia
e. Mewujudkan Masyarakat madani
f. Mewujudkan Perdamaian Indonesia
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi yang dijadikan
tempat penelitian ini adalah
SMA Swasta di Kecamatan
Gunungsindur.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan Penelitian ini
direncanakan
pada
bulan

Februari 2017 sampai dengan
september 2017.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan
menggunakan metode deskriptif
korelasional. Menurut Moh. Nazir
dalam Tesis Sarilan mengatakan
bahwa “Metode deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti
sekelompok manusia, suatu obyek,
suatu set kondisi, suatu sistim
perubahan ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang” 15 .
Tujuan dari penelitian deskriptif
adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki.
Metode
korelasional
sebenarnya adalah kelanjutan dari
metode deskriptif. Pada metode
korelasional, hubungan antara
variabel diteliti dan dijelaskan.
Hubungan yang dicari disebut
sebagai korelasi. Menurut M. Iqbal
Hasan dalam Tesis Sarilan,
“Metode korelasional mencari
hubungan diantara variabel-variabel
yang diteliti”. 16 Selanjutnya,
korelasional dalam peneltian ini
adalah korelasi positif, yaitu
korelasi dari dua variabel atau lebih
dimana jika Variabelnya yang satu
meningkat, maka vriabel lainnya
cenderng meningkat pula, atau
sebaliknya jika variabel yang satu
turun,maka variabel lainnya juga
akan turun.

15

Sarilan, Hubungan Pemahaman Sejarah
Kebangktan Nasional Indonesia dan Motivasi
Belajar sejarah Dengan Wawasan Kebangsaan,
Unuversitas Sebelas Maret : Surakarta, 2010.
Hal. 75.
16
Sarilan, Ibid, Hal. 75.

Metode korelasi ini, bertujuan
untuk meneliti sejauh mana
variabel pada suatu faktor berkaitan
dengan variasi pada faktor lainnya.
Jika pada metode ini hanya dua
variabel yang dihubugkan maka
disebut korelasi sederhana (simple
corelation) dan jika leih dari dua
variabel
dihubungkan
disebut
korelasi
berganda
(multiple
corelation). Dalam penelitian ini
menghubungkan tiga variabel.
Selanjutnya
meode
ini
digunakan untuk (1) mengukur
hubungan
diantara
berbagai
variabel. (2) meramalkan variabel
tak bebas dari pengetahuan kita
tentang
variabel
bebas.
(3)
meratakan jalan untuk membuat
rancangan penelitian eksperimental.
Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari :
1. Variabel bebas ( X1 dan X2 )
2. Variabe terikat ( Y )
C. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik penelitian ini
dapat dituliskan sebagai berikut :
1. Hipotesis pertama
H0 : �y = 0
H₁ : �y1 > 0 Keterangan : �y
= Koofesien korelasi antara X1
dan Y
2. Hipotesis Kedua
H0 ∶ �y = 0
H₁ : �y > Keterangan : �y
= Koofesien korelasi antara X2
dan Y
3. Hipotesis Ketiga
H0 ∶ �y =
Keterangan :
H₁ ∶ �y >
�y
= Koofesien korelasi
antara X1,X2 dan Y

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan antara Pemahaman
Nilai-Nilai Nasionalisme (X1)
dengan Perilaku Mewujudkan
Persatuan dan Kesatuan (Y)
Sebagaimana
yang
telah
dipaparkan dalam deskripsi teori pada
BAB II, bahwa perilaku mewujudkan
persatuan dan kesatuan adalah suatu
tindakan yang dimiliki individu untuk
menjaga kerukunan guna menciptakan
suasana yang tertib, aman dan nyaman,
dimana
untuk bisa berprilaku
mewujukan persatuan larangan tersebut
sehausnya memahami terlebih dahulu
mengenai nilai-nilai nasionalisme.
Perilaku mewujukan persatuan dan
kesatuan
semestinya
selalu
diimplementasikan dalam kehidupan
berbangsa maupun bernegara, maka hal
tersebut
tentunya
diperlukan
pemahaman yang baik terhadap nilainilai nasionlisme tersebut. Peneliti
sebelumnya
menduga
adanya
keterkaitan atau hubungan positif antara
Pemahamn Nilai-Niai Nasionaisme
dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan
dan Kesatuan. Namun ternyata setelah
dilakukan penelitian terhadap siswa di
SMA Swasta Islam Al- Gohzali dan
SMA Nurul Fallah Kecamatan Gunung
Sindur Bogor berdasarkan hasil
perhitungan koefisien korelasi antara
Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme
(X1) dengan Perilaku Mewujudkan
Persatuan
dan
Kesatuan
(Y)
disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan positif yang signifikan antara
Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme
dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan
dan Kesatuan, karena diperoleh
besarnya nilai koefisien korelasi ry1
hanya sebesar -0,052. Namun jikal
dilihat dari nilai Fhitung = -38,4861 <
1,9446 Ftabel = pada taraf signifikan

0,05, persamaan regresi Ŷ = 72,855 +
0,119 X1 tersebut dapat digunakan
untuk memprediksi nilai Perilaku
Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan
(Y) melalui nilai Pemahaman NilaiNilai Nasionalisme (X1).
Kontribusi Pemahaman NilaiNilai
Nasionalisme
(X1)
dalam
menerangkan Perilaku Mewujudkan
Persatuan dan Kesatuan (Y) melalui
nilai koefisien determinasi r2y1sebesar
0,003, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kontribusi Pemahaman NilaiNilai Nasionalisme terhadap Perilaku
Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan
hanya sebesar 0,03% saja. Jadi Hasil uji
hipotesis, koefisien korelasi, dan
koefisien
determinasi
antara
Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme
dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan
dan Kesatuan menunjukkan tidak
terdapat hubungan positif yang sangat
signifikan antara Pemahaman NilaiNilai Nasionalisme, dan memberikan
arti bahwa Pemahaman Nilai-Nilai
Nasionalisme
saja
tidak
dapat
meningkatkan Perilaku Mewujudkan
Persatuan dan Kesatuan. Peningkatan
Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme
tidak akan diikuti oleh peningkatan
Perilaku Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan karena masih membutuhkan
faktor penunjang lain.
2. Hubungan antara Kesadaran BerBhinneka Tungga Ika (X2) dengan
Perilau Mewujudkan Persatuan
dan Kesatuan (Y)
Mewujudkan persatuan dan
kesatuan merupakan bentuk perilaku
tanggung jawab seseorang terhadap
keberlangsungan
kehidupan
bermasyarakat,
bernegara,
dan
berbangsa
sebagai
manifestasi
kesadaran individu yang merupakan
proses
belajar dari
lingkungan
sosialnya. Kesadaran Ber-Bhinneka
Tunggal Ika yang tinggi mengakibatkan
para peseta didik sebagai warga

masyarakat dapat menjaga persatan dan
kesatuan, sebaliknya apabila Kesadaran
Ber-Bhinneka Tunggal Ika sangat
rendah, maka akan mudah
sekali
terpicu keributan yang mengancam
keamanan dan kedamaian.
Bedasarkan kajian teoritis yang
telah dipaparkan pada BAB II maka
peneliti menduga bahwa ada hubungan
positif antara Kesadaran Ber-Bhinneka
Tunggal Ika dengan perilaku Perilaku
Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan.
Dugaan tersebut diperkuat dengan
responden yang diteliti adalah peserta
didik yang memiliki intelektual yang
cukup tinggi atau terpelajar sehingga
peneliti menduga bahwa para responden
tersebut memiliki Kesadaran BerBhinneka Tunggal Ika yang cukup
tinggi sehingga faktor Kesadaran BerBhinneka Tunggal Ika yang tinggi
secara otomatis akan meningkatkan
Perilaku Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan.
Berdasarkan hasil perhitungan
koefisien korelasi antara Keasadaran
Ber-Bhinneka Tunggal Ika (X2) dengan
Perilaku Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan (Y) disimpulkan bahwa
terdapat
hubungan
positif
yang
signifikan antara kompetensi Kesadaran
Ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan
Perilaku Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan, karena diperoleh besarnya
nilai koefisien korelasi ry2 sebesar
0,361. Namun jika dilihat dari nilai
Fhitung= -2,046 < Ftabel = 1,853 pada taraf
signifikan 0,05, persamaan regresi Ŷ =
30,750 + 0,534 X2 tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi nilai
Perilaku Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan (Y) melalui nilai Kesadaran
Ber-Bhinneka Tunggal Ika (X2).
Kontribusi
Kesadaran BerBhinneka Tunggal Ika (X2) dalam
menerangkan Perilaku Mewujudkan
Persatuan dan Kesatuan (Y) melalui
nilai koefisien determinasi r2y2sebesar

0,130, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kontribusi Kesadaran BerBhinneka Tunggal Ika terhadap Disiplin
dalam Membawa taribut berkendara
sebesar 13%.
Hasil uji hipotesis, koefisien
korelasi, dan koefisien determinasi
antara
Kesadaran
Ber-Bhinneka
Tunggal
Ika
dengan
Perilaku
Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan
menunjukkan terdapat hubungan positif
yang signifikan antara Kesadaran BerBhinneka Tunggal Ika dengan Perilaku
Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan,
dan memberikan arti bahwa Kesadaran
Ber-Bhinneka Tunggal Ika saja tidak
dapat meningkatkan Disiplin dalam
membawa
atibut
berkendara.
Peningkatan Kesadaran Ber-Bhinneka
Tunggal Ika saja akan diikuti oleh
peningkatan
Perilaku
Meujudkan
Persatuan dan Kesatuan. Peningkatan
Perilaku Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan masih diperlukan faktor lain
selain
Kesadaran
Ber-Bhinneka
Tunggal Ika.
3. Hubungan antara Pemahaman
Nilai-Nilai
Nasionalisme
dan
Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal
Ika dengan Perilaku Mewujudkan
Persatuan dan Kesatuan.
Pemahaman
Nilai-Nilai
Nasionaisme adalah kemampuan siswa
untuk menafsirkan, menerapkan, juga
mengekspresikannya
bedasarkan
pengetahuan yang dimiliki terhadap
segala bentuk nilai-nilai nasionalisme
dengan indikator memiliki pemahaman
tehadap unsur-unsur nasionalisme, nilainiai
yang
tekandung
dalam
nasionalisme,
bentuk-bentuk
nasionalisme, dan memiliki rasa cinta
atau bangga terhadap bangsa dan negara
dengan tetap menghormati bangsa lain
di dunia.
Kesadaran ber-Bhinneka Tunggal Ika
adalah keadaan dimana siswa dapat
memahami dan memiliki sikap hidup

bahwa walaupun di Indonesia terdapat
banyak suku, agama, ras, kesenian, adat,
bahasa, dan lain sebagainya namun
tetap menjaga kerukunan sebangsa dan
setanah air, dengan indikatornya yaitu
dengan indikatornya yaitu mempunyai
sikap saling menghormati perbedaan
yang ada, menjauhi sikap diskriminatif,
menghindari segala bentuk adu domba,
rela berkorban untuk kepentingan
bangsa,
mengutamakan
persatuan
kesatuan, kepentingan serta keselamatan
bangsa/negara
diatas
kepentingan
pribadi dan golongan.
Perilaku mewujudkan persatuan dan
kesatuan adalah suatu tindakan yang
dimiliki individu untuk menjaga
kerukunan guna menciptakan suasana
yang tertib, aman dan nyaman.
Berdasarkan hasil perhitungan
koefisien korelasi antara Pemahaman
Nilai-Nilai Nasionalisme (X1) dan
Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika
(X2) dengan Perilaku Mewujudkan
Persatuan
dan
Kesatuan
(Y)
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif yang sangat signifikan antara
Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme
dan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal
Ika secara bersama-sama dengan
Perilaku Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan, karena diperoleh besarnya
nilai koefisien korelasi ry12 sebesar
0,362. Hal ini terlihat dari nilai Fhitung=
219,863 yang apabila dirujuk pada nilai
F table dengan DK pembilang 2 dan DK
penyebut n-2 yaitu sebesar Ftabel= 3,159
pada taraf signifikan 0,05 akan terlihat
lebih besar.17
Persamaan regresi Ŷ = 33,115 + -0,264
X1 + 0,562 X2 18 tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi nilai
Perilaku Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan (Y) melalui Pemahamn NilaiNilai Nasionalisme ( X1 ) dan
17
18

Tabel F dapat dilihat pada lampiran.
Data lengkap dapat dilihat pada lampiran

Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika (
X2 ).
Kontribusi Pemahaman NilaiNilai Nasionalisme ( X1 ) dan
Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika (
X2 ) dalam menerangkan Perilaku
Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan
(Y) melalui nilai koefisien determinasi
r2y12sebesar 0,1433. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kontribusi
Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme (
X1 ) dan Kesadaran Ber-Bhinneka
Tunggal Ika ( X2 ) terhadap Perilaku
Meujukan Persatuan dan Kesatuan (Y)
sebesar 14%.
Hasil uji hipotesis, koefisien
korelasi, dan koefisien determinasi
antara menunjukkan terdapat hubungan
positif yang sangat signifikan antara
Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme
dan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal
Ika dengan Perilaku Mewujudkan
Persatuan
dan
Kesatuan,
dan
memberikan arti bahwa Pemahaman
Nilai-Nilai
Nasionalisme
dan
Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika
secara
bersama
sama
dapat
meningkatkan Perilaku Mewujudkan
Persatuan dan Kesatuan. Peningkatan
Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme
dan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal
Ika akan diikuti oleh peningkatan
Perilaku Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa untuk meningkkatkan Perilaku
Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan
tidak dapat hanya satu fator saja berupa
Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme
saja melainkan harus diiringi dengan
faktor
Kesadaran
Ber-Bhinneka
Tunggal Ika.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diupayakan
untuk mendapatkan hasil yang akurat
dan terjaga keilmiahannya, namun
demikian disadari bahwa dalam

pelaksanaannya
terdapat
banyak
kekurangan yang disebabkan oleh
berbagai faktor teknis maupun non
teknis selama melakukan penelitian di
lapangan . Hal ini dimungkinkan akan
mempengaruhi
objektivitas
hasil
penelitian. Namun untuk menghasilkan
generalisasi, dilakukan upaya dengan
menekan sekecil mungkin berbagai
faktor yang dapat mengurangi makna
dari hasil penelitian yang telah dicapai.
Keterbatasan penelitian antara lain :
1. Penelitian yang hanya mengambil
populasi siswa SMAI Al-Ghozali
dan siswa SMA Nurul Falaah tentu
sangat membatasi peneliti dalam
mengambil
kesimpulan
untuk
wilayah Kecamatan Gunung Sindur.
Generalisasi hasil penelitian hanya
berlaku
untuk
Kecamatan
Gunungsindur saja. Jadi, seandainya
populasi lebih luas dan dengan
jumlah yang lebih besar, maka
generalisasi hasil penelitian akan
menjangkau wilayah yang lebih luas
pula.
2. Faktor yang mempengaruhi Perilaku
Mewujudkan
Persatuan
dan
Kesatuan dalam penelitian ini hanya
membatasi
pada
hubungannya
dengan Pemahaman Nilai-Nilai
Nasionalisme dan Kesadaran BerBhinneka Tunggal Ika saja sehingga
generalisasi tentang temuan Perilaku
Mewujudkan
Persatuan
dan
Kesatuan hanya dapat disimpulkan
melalui variabel yang sudah dibatasi
tersebut. Oleh karena itu diperlukan
penelitian variabel-variabel yang
lebih
komprehensif
untuk
mendapatkan gambaran mengenai
Perilaku Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan.
3. Kejujuran
responden
dalam
menjawab kuisioner sulit terdeteksi
sehingga bisa terjadi responden
tidak menjawab sesuai dengan
keadaan sebenarnya.

4. Instrumen penelitian ini disusun
sendiri berdasarkan indikator dari
masing- masing variabel penelitian.
Pemilihan kata dan kalimat yang
tepat dalam butir pernyataan dan
pertanyaan menjadi kendala dalam
pembuatan instrumen penelitian,
bila terjadi kekurang tepatan dalam
pemilihan kata dan kalimat dapat
berakibat kekurangakuratan jawaban
responden.
5. Teori dan konsep yang digunakan
dalam penelitian ini masih terbatas,
sehingga
untuk
mempertajam
penelitian
masih
perlu
mengkolaborasi teori dan konsep
tambahan
sebagai
pendukung
penelitian.
6. Keterbatasan peneliti dalam menarik
kesimpulan dari teori-teori yang ada
sebagai definisi konseptual dari
variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian.
KESIMPULAN, IMPLIKASI,
SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan perolehan hasil
pengukuran
data,
analisis,
dan
pengujian hipotesis, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Tidak terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara variable
Pemahaman
Nilai-Nilai
Nasionalisme(X1) dengan variable
Kesadaran dalam Ber-Bhinneka
Tunggal Ika (Y) dibuktikan oleh
koefisienkorelasi ry1 = -0,052,
Sementara koefisien determinasi r²y1
= 0,003, hal ini berarti bahwa
kontribusi variabel X1 terhadap
variabel Y hanya sebesar 0,3%.
2. Terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara variable Kesadaran
dalam Ber-Bhinneka Tunggal Ika
(X2) dengan variable Perilaku
mewujudkan persatuan dan kesatuan

(Y)
dibuktikan oleh koefisien
korelasi ry2 = 0,361. Sedangkan
Koefisien determinasi r²y2 = 0,130,
yang berarti bahwa kontribusi
variabel X2 terhadap variabel Y
sebesar 13%
3. Terdapat hubungan yang positif dan
sangat signifikan antara Pemahaman
Nilai-Nilai Nasionalisme(X1) dan
Kesadaran dalam Ber-Bhinneka
Tunggal Ika (X2) bersama-sama
dengan
perilaku
mewujudkan
persatuan
dan
kesatuan
(Y)
dibuktikan oleh koefisien korelasi
ry12 = 0,379. Sedangkan koefisien
determinasi r²y12 = 0,143, hal ini
berarti
kontribusi
variable
Pemahaman
Nilai-Nilai
Nasionalisme(X1) dan variable
Kesadaran dalam Ber-Bhinneka
Tunggal Ika (X2) secara bersamasama terhadap variable Perilaku
mewujudkan persatuan dan kesatuan
(Y) sebesar 14%.
B. Implikasi
Berdasarkan paparan di atas
telah dibuktikan bahwa dari tiga
hipotesis penelitian yang diajukan
ternyata hanya terdapat dua hipotesis
yang diterima. Namun demikian tetap
perlu dilakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan perilaku mewujudkan
persatuan dan kesatuan.
Berdasarkan
hasil
penelitian
pemahaman nilai-nilai nasionalisme dan
kesadaran dalam ber-Bhinneka Tunggal
Ika secara bersama-sama memiliki
kontribusi
terhadap
perilaku
mewujudkan persatuan dan kesatuan.
Pemahaman
nilai-nilai
nasionalisme dan kesadaran dalam berbhinneka tunggal ika diperlukan sebagai
faktor pendukung dalam meningkatkan
perilaku mewujudkan persatuan dan
kesatuan, sehingga jika keduanya
bersinergi dengan baik, maka akan
mampu
meningkatkan
perilaku
mewujudkan persatuan dan kesatuan.

Ini berarti bahwa Pemahaman NilaiNilai Nasionalisme tanpa dibarengi
Kesadaran
dalam
Ber-Bhinneka
Tunggal Ika belum tentu meningkatkan
perilaku mewujudkan persatuan dan
kesatuan secara optimal, sebaliknya
Kesadaran
dalam
Ber-Bhinneka
Tunggal Ika tanpa ditunjang oleh
pemahaman nilai-nilai nasionalisme
juga belum tentu meningkatkan perilaku
mewujudkan persatuan dan kesatuan.
Dengan demikian, secara psikologis
perpaduan secara terus menerus antara
Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme
dengan kesadaran dalam ber-Bhinneka
Tunggal Ika akan efektif meningkatkan
perilaku mewujudkan persatuan dan
kesatuan.
C. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan
hasil penelitian, kesimpulan dan
implikasi
sebagaimana
telah
di
paparkan
di
atas,
berikut
ini
disampaikan saran-saran antara lain:
1. Bagi pemerintah setempat
Pemerintah hendaknya lebih giat
dalam
memberikan
simulasisimulasi ataupun program-program
yang terkait dengan sosialisasi
mengenai nilai-nilai nasionaisme
guna meningkatkan Kesadaran
dalam Ber-Bhinneka Tunggal Ika
dan
diharapkan
dapat
juga
meningkatkan
perilaku
mewujudkan
persatuan
dan
kesatuan siswa.
2. BagiPeneliti
Bagi diri sendiri agar dapat
mengambil manfaat dari penelitian
ini sehingga memotivasi diri untuk
terus mensosialisaikan nilai-nilai
nasinalisme bagi siswa. Bagi
peneliti lain agar penelitian ini
menjadi referensi untuk penelitian
lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kahar Yoes. A, Pengaruh
Pendidikan dan Pelatihan Calon
Kepala
Sekolah
Terhadap
KinerjaKepala Sekolah (Studi
Korelasinal Pada SMAN di
Propinsi DKI Jakarta) Disertasi
Juusan
Manajeen
Pendidikan
Program Studi Ilmu pendidikan,
Program Pasca Sarjana. Uninus
Bandung. Bandung : 2014.
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta;
Rineka Cipta. 2007
Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan
Konsep Pendidikan Moral
Pancasila. Semarang : Aneka Ilmu.
Empat Pilar MPR RI, Sekretariat
Jendral MPR RI, Jakarta : 2015
Febra Anjar Kusuma, Pembinaan
Semangat Nasioonaisme Siswa
Melalui Kegiatan Intrakurikuler
Dan Ekstrakurikuler. Tesis. 2016
Hamadi Jazim, Mustafa Lutfi, Civic
Education, Antara Realitas Politik
dan Implementasi Hukumnya, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta :
2010.
Herdiawanto
Heri,
Jumanta
Hamdayana. Cerdas, Kritis dan
Aktif Berwarganegara (Pendidikan
Kewarganegaraan
Untuk
Perguruan Tinggi) Jakarta :
Erlangga, 2010.
Ina Sastrowardoyo, Teori Kepribadian
Rollo May, Balai pustaka, Jakarta,
1991.
Kansil, C.S.T. Empat Pilar Berbangsa
dan Bernegara. Rineka Cipta.
Jakarta, 2011.

Rohmat Mulyana,. Mengartikulasikan
Pendidikan Nilai. Bandung, 2004
Muhammad Noor Syam, Filsafat
pendidikan dan Dasar Filsafat
Pendidikan Pancasila, Surabaya :
Usaha Nasional, 1984.
Ranjabar Jacobus, S.H, M.Si., Profil
Indonesia, Alfabeta : Bandung, 2014
Sarilan, Hubungan Pemahaman Sejarah
Kebangkitan Nasional Indonesia
dan Motivasi Belajar Sejarah
Dengan Wawasan Kebangsaan
Pada Siswa Kelas XI IPA Sekolah
Menengah Atas Negeri Kabupaten
Karanganyar, Tesis, 2010
Sih Utami Sri Hartati, Hubungan
Bentuk Konformitas Teman Sebaya
Terhadap Perilaku Merokok Pada
Remaja
Laki-Laki
Usia
Pertengahan. 2013.
Suharsimi
Arikunto,
Prosedur
Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktek, PT. Rineka
Cipta :
Jakarta, 2002.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research,
Jilid I, Andi Offset : Yogyakarta,
2000.
Yudohusodo,
Siswono
dkk.
Nasionalisme Indonesia Dalam Era
Globalisasi. Yogyakarta: Yayasan
Widya Patria. 1994.
Desy Domma, contoh nilai-nilai
nasionalisme dalam kehidupan
berbangsa
dan
bernegara,
http://edukasi.mwb.im/contoh-nilainilai-nasionalisme-dalam-ke.xhtml
diakses tanggal 9-1-16
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._P
SIKOLOGI/195009011981032RAHAYU_GININTASASI/KESA
DARAN_Lengkapx.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_
Ika), diakses tanggal 17-1-16
https://shog8.wordpress.com/2009/01/0
9/persatuan-dan-kesatuan/24-10-15,
diakses tanggal 19-2-16
http://dokumen.tips/documents/nasional
isme-yang-telah-diatur-dalamundang-undang-antara-lainmenyangkut-bahasa.html, diakses
tanggal, 7-1-16
http://blognanchoco.blogspot.co.id/2007
/05/semangat-nasionalisme-danpatriotisme.html, diakses tanggal
19-2-16
http://deslanikn.blogspot.co.id/2011/07/
teori-perilaku-psikologi.html
http://anggara.org/2009/08/12/mencerm
ati-uu-no-24-tahun-2009-tentangbendera
bahasa-dan-lambangnegara-serta-lagu-kebangsaan/,
diakses tanggal 26-2-2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Sikap#Ko
mponen_utama_sikap,
diakses
tanggal 26-2-2016
http://www.erepublik.com/ei/article/pen
tingnya-semboyan-bhinnekatunggal-ika-1689090/1/20 diakses
tanggal 2-3-16
https://regifauzi.wordpress.com/2011/04
/13/nasionalisme-dan-kebangsaan/
diakses tanggal 17 September 2017
http://www.tugassekolah.com/2016/01/s
emangat-kebangsaan-nasionalismedan-patriotisme-dalam-kehidupansehari-hari.html diakses tanggal 17
September 2017