Perawatan Kesehatan Mulut untuk Anak den

Perawatan Kesehatan Mulut untuk Anak dengan Gangguan Perkembangan

Abstrak
Anak-anak dengan gangguan perkembangan sering kali belum memenuhi perawatan
kesehatan yang kompleks tidak juga ada batasan yang bermakna dalam hal fisik dan kognitif.
Anak-anak dengan kondisi yang lebih parah dan dari keluarga kurang mampu secara khusus
memiliki resiko akan kebutuhan perawatan gigi yang tinggi dan juga akses yang buruk
terhadap perawatan. Selanjutnya, anak-anak dengan gangguan perkembangan yang hidup
lebih lama membutuhkan perawatan kesehatan mulut yang berkesinambungan. Laporan klinis
ini menjelaskan tentang efek dari kesehatan mulut yang buruk dimiliki pada anak-anak
dengan gangguan perkembangan juga pentingnya kerjasama antara dokter anak tempat
perawatan gigi dan. Pengetahuan dasar tentang faktor-faktor risiko kesehatan mulut yang
mempengaruhi anak-anak dengan gangguan perkembangan dijelaskan. Dokter anak dapat
menggunakan laporan tersebut untuk menuntun penggabungan penilaian kesehatan mulut dan
pendidikan ke arah pemeriksaan yang baik pada anak-anak dengan gangguan perkembangan.
Laporan ini memiliki implikasi medis, legal, pendidikan, dan operasional untuk
mempraktekkan kedokteran anak. Pediatrics 2013;131:614–619
Kata kunci : anak-anak, gangguan perkembangan, kesehatan mulut, kesehatan gigi, tempat
perawatan medis
Pendahuluan
Kesehatan mulut yang baik merupakan komponen penting dari kesehatan secara

menyeluruh dan mengarah ke keadaan gigi, gusi, dan jaringan mukosa mulut bebas dari
penyakit. Sebaliknya, kesehatan mulut yang buruk dapat mempengaruhi kualitas hidup dan
kemampuan seseorang untuk makan, tidur, dan fungsinya tanpa rasa sakit. Bagi banyak anakanak dengan gangguan perkembangan, senyum mereka adalah cara yang paling efektif untuk
berinteraksi dengan dunia. Kesehatan mulut yang buruk juga dapat menyebabkan penyakit
sistemik (pneumonia aspirasi, infeksi sistemik, dan inflamasi sistemik). Penyakit yang paling
umum dari gigi adalah karies gigi (kavitas), dan penyakit yang paling umum dari gingiva dan
struktur pendukung gigi adalah gingivitis dan penyakit periodontal, masing-masing.
Sebaliknya, kesehatan mulut yang buruk dapat mempengaruhi kualitas hidup dan
kemampuan seseorang untuk makan, tidur, dan fungsinya tanpa rasa sakit. Bagi banyak anakanak dengan gangguan perkembangan, senyum mereka adalah cara yang paling efektif untuk
berinteraksi dengan dunia. Kesehatan mulut yang buruk juga dapat menyebabkan penyakit
sistemik (pneumonia aspirasi, infeksi sistemik, dan inflamasi sistemik). Penyakit yang paling
umum dari gigi adalah karies gigi (kavitas), dan penyakit yang paling umum dari gingiva dan
struktur pendukung gigi adalah gingivitis dan penyakit periodontal, masing-masing. Karies
gigi terjadi ketika bakteri dalam mulut metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan asam.
Paparan permukaan gigi karena asam menyebabkan hilangnya mineral dari gigi dan kavitas.
Gingivitis dan penyakit periodontal juga disebabkan oleh bakteri dan kurangnya menjaga
kebersihan mulut. Bakteri yang terkandung dari pembbentukan plak pada permukaan gigi dan

menyebabkan peradangan pada jaringan gingiva yang berdekatan. Jika plak teradapat pada
gigi untuk jangka waktu yang lama, maka akan termineralisasi. Karang gigi atau kalkulus

memberikan iritasi fisik pada jaringan gingiva, akhirnya mengakibatkan hilangnya perlekatan
gingiva ke gigi dan hilangnya pendukung tulang.
Anak-anak dengan gangguan perkembangan, termasuk kondisi yang mempengaruhi
perilaku dan kesadaran, sering memiliki keterbatasan dalam kemampuan mereka untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka mungkin memiliki kebutuhan perawatan kesehatan
khusus juga. Contohnya termasuk anak dengan gangguan autis spectrum, cacat intelektual,
cerebral palsy, anomali kraniofasial, dan kondisi kesehatan lainnya. Dalam suatu kelompok,
anak-anak dengan gangguan perkembangan masih belum memenuhi kebutuhan perawatan
kesehatan gigi daripada anak dengan perkembangan yang normal dan dianggap memiliki
risiko lebih tinggi terhadap penyakit gigi. Alasannya, seringnya mengonsumsi obat dengan
kandungan gula yang tinggi, ketergantungan pada perawat untuk kebersihan mulut,
kurangnya kemampuan untuk pembersihan makanan dari rongga mulut, gangguan fungsi
saliva, preferensi untuk makanan kaya karbohidrat, makanan cair atau sup kental, dan
keengganan oral. Pengobatan untuk penanganan kejang dapat menyebabkan pertumbuhan
berlebih pada gingiva. Obat-obat lain, seperti glycopyrrolate, trihexyphenidyl, dan beberapa
obat attention deficit disorder / hyperactivity (amfetamin, atomoxetine), dapat mengakibatkan
xerostomia, sehingga meningkatkan risiko karies gigi. Selain itu, kebijaksanaan baru-baru ini
untuk memajukan tatanan hidup berbasis masyarakat dan meningkatkan kemandirian bagi
orang-orang yang memiliki gangguan pada perkembangan juga dapat berkontribusi pada
peningkatan risiko karies gigi dengan menurunkan dukungan langsung pada kebutuhan

terhadap perawat. Kebutuhan kesehatan mulut dari populasi ini juga meningkat karena anakanak cacat lebih mungkin untuk bertahan hidup sampai dewasa daripada mereka di dekade
sebelumnya.

Akses ke Perawatan Medis dan Gigi
Akses ke kesehatan gigi dapat menimbulkan tantangan bagi anak-anak dengan
gangguan perkembangan karena kurangnya atau tidak memadai asuransi gigi atau kesulitan
menemukan dokter gigi yang bersedia dan mampu merawat anak-anak muda atau anak-anak
dan remaja dengan kondisi medis yang kompleks. Dalam beberapa kasus, kondisi perilaku
akan menjadi sulit untuk memberikan kesehatan gigi dalam pengaturan tradisional. Dalam
sebuah survei terhadap keluarga anak-anak dengan kebutuhan perawatan kesehatan khusus,
24% melaporkan bahwa anak-anak mereka membutuhkan kesehatan gigi selain perawatan
pencegahan dalam 12 bulan sebelum wawancara dan 8,9% responden melaporkan bahwa
mereka tidak dapat memperoleh perawatan yang dibutuhkan. Pada kelompok dengan
kebutuhan gigi yang belum terpenuhi, anak-anak dengan kondisi perkembangan yang parah
lebih mungkin untuk memiliki pemenuhan kebutuhan perawatan gigi daripada anak-anak
dengan gangguan perkembangan yang ringan. Akses ke perawatan untuk anak-anak ini juga
dipengaruhi oleh pendapatan keluarga. Tingkat pembayaran medikaid sering dibawah ratarata atau gaji pokok. Keluarga berpenghasilan rendah lebih sering untuk melaporkan
ketidakmampuan untuk mendapatkan perawatan dari yang keluarga berpenghasilan lebih

tinggi, sehingga penting bahwa penyedia layanan kesehatan harus lebih memperhatikan untuk

keluarga berpenghasilan rendah dengan anak-anak yang berada pada risiko masalah gigi.

Hambatan untuk Akses ke Perawatan
Hambatan untuk mengakses perawatan gigi untuk anak-anak dengan gangguan
perkembangan termasuk kesulitan transportasi, jumlah terbatas dari dokter gigi dengan
keahlian yang diperlukan, dan secara keseluruhan kekurangan kapasitas tenaga kerja. Dokter
gigi anak memiliki pelatihan yang dibutuhkan untuk dapat merawat pasien dengan gangguan
perkembangan. Namun, hanya ada 5000 dokter gigi anak terlatih di Amerika Serikat, dan
jumlah ini dan juga distribusi mereka tidak dapat mencukupi memenuhi kebutuhan perawatan
pasien tersebut. Akibatnya, dokter gigi umum sering memperlakukan anak-anak dengan
kebutuhan perawatan kesehatan khusus dalam praktek mereka. Diperkirakan ada 11,2 juta
anak-anak dengan kebutuhan perawatan kesehatan khusus di Amerika Serikat
(www.childhealthdata.org). Tidak semua anak-anak ini masuk ke dalam kategori memiliki
gangguan perkembangan. Kerins et al memperkirakan bahwa untuk dokter gigi umum yang
saat ini merawat anak-anak dengan kebutuhan perawatan kesehatan khusus dalam praktek
mereka, sepertiga dari kunjungan mereka perlu untuk populasi pasien ini untuk memenuhi
kebutuhan kapasitas.
Nelson et al membagi hambatan dari perspektif orang tua menjadi 2 kategori:
lingkungan dan non lingkungan. Hambatan lingkungan yang signifikan termasuk
ketidakmampuan untuk menemukan dokter gigi yang akan merawat anak mereka dan

menemukan praktik dokter gigi di mana anggota staf yang tidak cemas merawat anak dengan
kebutuhan khusus. Termasuk tingkat pembayaran medikaid sering dibawah rata-rata atau gaji
pokok. Banyak anak-anak dengan kebutuhan perawatan kesehatan khusus memiliki Medicaid
asuransi untuk perawatan gigi, tetapi banyak dokter gigi, dokter gigi termasuk anak, tidak
menerima asuransi Medicaid. Hambatan non lingkungan termasuk ketakutan yang dirasakan
anak dari dokter gigi, ketidakmampuan anak untuk bekerja sama untuk pemeriksaan gigi,
kebutuhan perawatan kesehatan lain yang lebih mendesak, dan anak memiliki keengganan
untuk hal-hal di mulutnya.

Kondisi Kesehatan Mulut Berhubungan dengan Gangguan Perkembangan
Anak-anak yang tidak makan makanan padat atau makanan cair melalui mulut
Anak-anak yang tidak mampu memenuhi kebutuhan cairan dan kebutuhan nutrisi secara oral
dan yang bergantung pada gastrostomy tube, meningkatkan risiko kesehatan mulut yang
buruk secara signifikan, terutama penumpukan karang gigi dan gingivitis berikutnya.
Peningkatan pembentukan kalkulus yang terlihat pada anak-anak yang terutama makan
melalui gastrostomy tube dapat terjadi akibat kurangnya pembersihan rongga mulut yang
terjadi ketika makanan dikunyah dan ditelan. Anak-anak dengan cerebral palsy tunadaksa
sering mengalami peningkatan penyakit periodontal akibat kebersihan mulut yang buruk,
sebagian karena ketergantungan pada perawat. Risiko karies gigi meningkat dengan
hipoplasia enamel, status gizi buruk, dan obat-obatan yang mengurangi saliva atau

mengandung gula. Anak-anak dengan disfagia oral sering menampung makanan dan cairan,

lebih meningkatkan kerusakan gigi. Bubur dapat menempel pada gigi lebih lama dari
makanan biasa. Muntah, tersedak, dan refluks dapat mengekspos gigi dengan cairan asam
lambung. Kurangnya pengalaman oral dan gangguan motorik parah dapat menyebabkan
hiperaktif gigitan dan refleks muntah, yang dapat mengganggu tidak hanya kebersihan mulut
tetapi juga akses dokter gigi ke mulut anak.

Anak-anak dengan Keengganan Mulut
Meningkatnya jumlah anak-anak dengan ketidakinginan untuk membuka mulut terlihat di
praktek dokter anak dan dokter gigi. Beberapa anak yang memiliki kebiasaan keengganan
oral sebagai hasil dari menjadi lahir prematur dan memiliki intubasi jangka panjang dan
memiliki pengalaman buruk terhadap dokter gigi. Anak-anak dengan gangguan spektrum
autisme sering memiliki keengganan oral yang ditandai dengan hipersensitivitas terhadap
tekstur, bau, rasa, dan warna, sehingga secara signifikan membatasi makanan yang mereka
akan makan. Kekurangan nutrisi yang dihasilkan dapat mempengaruhi kesehatan mulut.
Kekurangan vitamin A dan C dapat mengakibatkan penyembuhan yang buruk dan
peningkatan perdarahan gingiva. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan gigi lunak.
Malnutrisi dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan mengakibatkan peningkatan
gingivitis dan infeksi mulut lainnya. Preferensi untuk makanan lunak dapat menyebabkan

peningkatan kelunakan makanan untuk gigi. Keengganan oral dapat mengganggu kesehatan
mulut seperti menyikat atau flossing. Kebersihan mulut yang buruk mungkin indikator risiko
yang paling berpengaruh terkait dengan karies baru pada anak-anak dengan autisme. Anakanak dengan keengganan oral mungkin perlu dibius atau disediakan anestesi umum sehingga
dokter gigi dapat memeriksa memadai, bersih, dan mengembalikan gigi mereka.

Anak-anak dengan Keterbatasan Fungsional dalam Perawatan Diri
Keterampilan perawatan diri pada anak-anak dengan gangguan intelektual dan gangguan
perkembangan saraf terganggu karena keterlambatan motorik dan kemampuan kognitif, yang
mengarah ke peningkatan ketergantungan pada orang lain untuk kegiatan perawatan
kesehatan mulut dan kesehatan. Anak-anak dengan keterbatasan fungsional dalam perawatan
diri berada pada peningkatan risiko karies gigi dan penyakit periodontal sebagai hasilnya. Hal
ini biasa untuk anak-anak dengan gangguan intelektual juga memiliki keengganan oral
memiliki masalah perilaku dalam pengaturan prakterdokter gigi. Masalah perilaku
menciptakan hambatan tambahan untuk perawatan, karena orang tua yang ragu-ragu untuk
membawa anak ke dokter gigi dan karena banyak dokter gigi yang tidak nyaman mengelola
perilaku sulit.
Anak-anak dengan Sindrom Down memiliki masalah gigi sama dengan yang di anak-anak
lain dengan gangguan intelektual, tetapi di samping itu, mereka lebih mungkin untuk
memiliki crowding gigi, sehingga lebih sulit untuk melakukan kebersihan mulut, dan lebih
rentan terhadap penyakit periodontal. Karena ada berbagai macam di status fungsional anakanak dengan sindrom Down, generalisasi tentang perilaku di praktik dokter gigi memiliki

nilai minimal. Ada persepsi bahwa anak-anak dengan sindrom Down pada penurunan risiko

karies gigi, mungkin karena faktor yang berhubungan dengan fungsi saliva; Namun,
kurangnya bukti ilmiah.

Anak-anak dengan Anomali Kraniofasial
Cacat dibagian wajah adalah salah satu cacat lahir yang lebih umum di Amerika Serikat,
dengan prevalensi yang bervariasi dengan latar belakang ras / etnis, dan diperkirakan akan
hadir di ~ 1 di 1000 kelahiran. Anak-anak dengan anomali struktural dari wajah dan mulut
(misalnya, celah bibir, celah pada langit-langit, sindrom Crouzon, sindrom Apert, dan Pierre
Robin urutan) sering membutuhkan beberapa operasi dan gangguan pengalaman dalam
pengembangan gigi dan berbicara. Mereka mungkin memiliki gigi ekstra yang terletak di atau
sekitar celah, gigi yang hilang, atau gigi dengasalah bentuk. Posisi gigi dapat menyulitkan
untuk secara menyeluruh menghilangkan plak dan meningkatkan risiko karies gigi. Selain itu,
anak-anak ini sering memiliki keengganan oral menolak melakukan kebersihan mulut di
rumah. Perawatan ortodontik umumnya diperlukan untuk memperbaiki maloklusi gigi pada
pasien ini, dan peralatan ortodontik secara signifikan meningkatkan risiko karies gigi.
Kegagalan perbaikan langit-langit dan pencangkokan tulang lebih mungkin dengan adanya
jaringan gingiva yang tidak sehat, membuat kesehatan mulut sangat penting pada anak-anak
ini. Salah satu contoh gangguan dengan anomali kraniofasial adalah sindrom Goldenhar.

Anak-anak dengan sindrom Goldenhar memiliki gambaran klinis yang khas, termasuk
hipoplasia mandibula, asimetri wajah, anomali tulang belakang, mikrotia, dan anomali sistem
saraf pusat. Dalam beberapa kasus, celah bibir dan langit-langit yang hadir, dan manifestasi
oral dapat berkisar dari maloklusi untuk menyelesaikan kurangnya ramus mandibula.
Gangguan intelektual juga umum ditemukan pada anak-anak dengan sindrom Goldenhar, dan
karena itu kemampuan mereka untuk melakukan kebersihan mulut dan aktivitas perawatan
diri lainnya terganggu. Juga, karena anak-anak dengan sindrom Goldenhar susah untuk
membuka mulut dan / atau maloklusi, terlebih lagi dalam menjaga kebersihan mulut,
menempatkan mereka pada peningkatan risiko baik karies gigi dan inflamasi gingiva.

Anak-anak dengan Gigi Erosi Sekunder Kronis dengan Perilaku
Maladaptif
Anak-anak dengan gangguan perkembangan saraf mungkin telah meningkat perilaku yang
maladaptif yang dapat mempengaruhi kesehatan mulut, seperti bruxism (grinding) dan
menggigit berulang pada objek bukan makanan. Namun, ada sedikit informasi dalam literatur
tentang masalah ini, terutama menggigit pada objek yang bukan makanan. Satu studi
menunjukkan tanda-tanda signifikan lebih fisik bruxism pada anak-anak yang memiliki
gangguan spektrum autism. Bruxism lebih sering saat tidur dan merupakan salah satu
gangguan tidur yang paling umum. Bruxism dapat mengakibatkan trauma oklusal, seperti
pola pakaian normal dan bahkan gigi fraktur. Hal ini dapat mengakibatkan resesi gingiva dan

gigi. Beberapa faktor risiko bruxism yang umum pada individu dengan gangguan seperti
gangguan tidur dan maloklusi. Pendekatan biasa untuk bruxism yang membutuhkan
kemampuan untuk bekerja sama dengan dan mentolerir peralatan mungkin tidak berhasil.
Sebuah review sistematis terhadap 11 studi pada individu dengan gangguan perkembangan

dan bruxism menyarankan bahwa perubahan perilaku dan perawatan gigi mungkin satu
pendekatan terbaik untuk masalah ini.

Kerjasama antarprofesi
Pendidikan Kesehatan Mulut pada Kedokteran dan Pelatihan Residensi
Pendidikan kesehatan mulut pada kedokteran dan pelatihan residensi sangat terbatas.
Dalam sebuah survei dari dokter anak, hanya 36% mengatakan mereka telah menerima
pelatihan sebelumnya di kesehatan gigi dan mulut, dengan 13% pelatihan selama sekolah
kedokteran dilaporkan. Mayoritas responden survei mengakui pentingnya mengevaluasi
pasien mereka untuk karies gigi, tetapi hanya 41% merasa bahwa kemampuan mereka untuk
mengidentifikasi karies baik atau sangat baik. Survei ini difokuskan pada anak-anak yang
sehat daripada mereka yang memiliki kebutuhan perawatan kesehatan khusus, tetapi
diasumsikan, respon mereka akan berlaku untuk anak-anak dengan perawatan kesehatan
khusus kebutuhan juga. Ada penemuan serupa dalam program residensi kedokteran keluarga.
Dalam sebuah survei terhadap direktur residensi, 95% responden setuju bahwa pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut adalah penting bagi praktik dokter gigi, tetapi kemungkinan bahwa
penduduk diajarkan tentang langkah-langkah pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut berkisar
antara 9% sampai 84%. Ukuran kesehatan gigi dan mulut setidaknya diajarkan kepada
masyarakat yang bertanya tentang kesehatan gigi dan mulut.
Pengidentifikasian Anak yang Membutuhkan Rujukan untuk Perawatan Gigi
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan pendirian sebuah rumah
gigi dengan usia 1 tahun untuk anak-anak berisiko tinggi karies gigi. Dokter anak harus
mendorong orang tua dari anak-anak dengan gangguan perkembangan untuk mencari
perawatan gigi di ulang tahun pertama mereka dan untuk membantu mereka mengetahui
sumber daya untuk mengatasi hambatan seperti transportasi. The American Academy of
Pediatric Dentistry merekomendasikan bahwa semua anak mengunjungi dokter gigi anak saat
gigi pertama tumbuh, biasanya antara 6 dan 12 bulan usia ("kunjungan pertama oleh ulang
tahun pertama"). Selain menentukan risiko karies, awal pertama kunjungan memberikan
kesempatan untuk membangun rumah gigi anak dan memberikan bimbingan antisipatif gigi
terkait. Saat ini, 40 negara memiliki program Medicaid yang mengganti penyedia medis
untuk perawatan gigi preventif, termasuk aplikasi fluoride varnish. Varnish fluoride adalah
fluoride topikal terkonsentrasi yang diterapkan pada gigi dengan menggunakan sikat kecil
dan set pada kontak dengan saliva. Keuntungan dari modalitas ini adalah bahwa hal itu
ditoleransi dengan baik oleh bayi dan anak-anak, memiliki risiko minimal untuk konsumsi,
memiliki efek terapi yang berkepanjangan, dan dapat diterapkan oleh para profesional
kesehatan gigi dan yang bukan dibidang kesehatan gigi dalam berbagai pengaturan.
Penerapan varnish fluoride selama screening oral yang adalah manfaat besar bagi anak-anak
berisiko tinggi karies dan yang mungkin memiliki keterbatasan akses dengan perawatan gigi.
Dengan demikian, hal itu harus menjadi prioritas tinggi bagi anak-anak dengan gangguan
perkembangan.

Sayangnya, akses ke dokter gigi pediatrik terbatas di banyak daerah. Dokter gigi
umum mungkin tidak mulai melihat anak-anak sampai 3 sampai 5 tahun dan sering kurang
memiliki keahlian untuk penanganan kebutuhan kesehatan gigi dan mulut anak-anak dengan
gangguan perkembangan. Anak-anak penyandang cacat harus mengikuti "kunjungan pertama
berdasarkan ulang tahun pertama" rekomendasi yang bahkan jika itu berarti melakukan
perjalanan jarak jauh untuk datang dokter gigi anak. Pentingnya rumah medis pediatrik untuk
berkoordinasi dengan rumah gigi anak tidak bisa diremehkan. Anak-anak dengan kelainan
kraniofasial tertentu dan lain kondisi berisiko harus memiliki awal pediatrik kunjungan gigi
mereka selama 6 bulan sejak lahir. Pembentukan awal perawatan gigi rutin anak pada usia 6
sampai 12 bulan dengan 3 sampai 6 bulan kunjungan tindak lanjut sepanjang masa berarti
bahwa dokter anak harus jarang harus membuat keputusan tentang kapan harus merujuk anak
dengan gangguan perkembangan untuk perawatan gigi. Perangkat Risiko Kesehatan Penilaian
Oral dikembangkan oleh kelompok ahli dokter anak dan dokter gigi pediatrik dan tersedia
secara online (http://www2.aap.org/oralhealth/RiskAssessmentTool.html). Perangkat ini
dapat digunakan untuk mendokumentasikan risiko karies seorang pasien anak dan membantu
dengan keputusan mengenai rujukan ke dokter gigi anak atau umum.
Penggunaan Aman dari Sedasi Prosedural dan Analgesia / Anestesi
Banyak anak-anak dan orang dewasa dengan gangguan perkembangan menemukan
perawatan gigi yang sulit. Bahkan prosedur gigi rutin melibatkan suara, rasa, dan stimulasi
lain yang bisa sulit untuk mentolerir. Untuk melakukan perawatan preventif dan restoratif
lebih nyaman untuk pasien dengan gangguan perkembangan, perawatan biasanya diberikan
dengan penggunaan baik sedasi atau anestesi umum. Sedasi dapat diberikan di praktek gigi
atau di pusat bedah rawat jalan mengikuti petunjuk yang tepat untuk menjamin keselamatan
pasien. Anestesi umum terutama disediakan di rumah sakit di mana tindakan pencegahan
yang diperlukan dapat diambil untuk meminimalkan komplikasi. Dokter anak harus
menyadari bahwa anak-anak penyandang cacat sering memiliki respon berlebihan dan tak
terduga dengan sedasi dan anestesi sadar. Pedoman sedasi dikembangkan secara kolaboratif
antara American Academy of Pediatrics dan American Academy of Pediatric Dentistry pada
tahun 2006. Pedoman ini menjelaskan jenis tindakan pencegahan yang harus diambil untuk
tingkat ringan dan sedang sedasi di kantor gigi atau anak. Anak-anak yang dianggap calon
untuk sedasi ringan atau sedang di-kantor termasuk yang dikategorikan oleh American
Society of Anesthesiologists (ASA) Status Fisik sistem klasifikasi sebagai ASA I atau II.
Untuk anak-anak dengan ASA klasifikasi III atau IV atau mereka dengan kebutuhan
perawatan kesehatan khusus atau kelainan saluran napas anatomi, dianjurkan bahwa praktisi
mengambil tindakan pencegahan tambahan dan serius mempertimbangkan konsultasi dengan
ahli anestesi.

Saran untuk Dokter Spesialis Anak
1.

Pelajari cara untuk menilai kesehatan gigi dan periodontal pada anak-anak dengan
kebutuhan perawatan kesehatan khusus.

2. Kenali faktor risiko yang berkontribusi terhadap kesehatan mulut yang buruk dengan
menggunakan
Perangkat
Penilaian
Risiko
Kesehatan
Mulut
(http://www2.aap.org/oralhealth/RiskAssessmentTool.html )
3. Mengidentifikasi dokter gigi di masyarakat yang akan menyediakan rumah gigi untuk
anak-anak dengan gangguan perkembangan (termasuk menyediakan untuk anak-anak
yang membutuhkan obat penenang / anestesi).
4. Sertakan bimbingan antisipatif pada kebersihan mulut yang tepat dan kebiasaan untuk
semua anak, terutama mereka yang berisiko tinggi karena kebutuhan perawatan kesehatan
khusus atau gangguan perkembangan.
5. Advokat untuk perawatan mulut untuk anak-anak dengan gangguan perkembangan.
6. Mengembangkan kolaborasi dengan teman sejawat dokter gigi untuk mengkoordinasikan
perawatan untuk anak-anak dengan gangguan perkembangan.

REFERENCES
1. Babu NC, Gomes AJ. Systemic manifestations of oral diseases. J Oral Maxillofac Pathol.
2011;15(2):144–147
2. Lewis CW. Dental care and children with special health care needs: a populationbased
perspective. Acad Pediatr. 2009;9 (6):420–426
3. Kagihara LE, Huebner CE, Mouradian WE, Milgrom P, Anderson BA. Parents’
perspectives on a dental home for children with special health care needs.Spec Care
Dentist. 2011;31(5):170–177
4. Thikkurissy S, Lal S. Oral health burden in children with systemic diseases.Dent Clin
North Am. 2009;53(2):351–357, xi
5. Seirawan H, Schneiderman J, Greene V, Mulligan R. Interdisciplinary approach to oral
health for persons with developmental disabilities.Spec Care Dentist. 2008;28(2): 43–52
6. Kerins C, Casamassimo PS, Ciesla D, Lee Y, Seale NS. A preliminary analysis of the US
dental health care system’s capacity to treat children with special health care needs.Pediatr
Dent. 2011;33(2):107–112
7. Nelson LP, Getzin A, Graham D, et al. Unmet dental needs and barriers to care for children
with significant special health care needs.Pediatr Dent. 2011;33(1):29–36

8. Hidas A, Cohen J, Beeri M, Shapira J,Steinberg D, Moskovitz M. Salivary bacteria and
oral health status in children with disabilities fed through gastrostomy.Int J Paediatr Dent.
2010;20(3):179–185
9. Jawadi AH, Casamassimo PS, Griffen A,Enrile B, Marcone M. Comparison of oral
findings in special needs children with and without gastrostomy.Pediatr Dent. 2004;26
(3):283–288
10. National Institute of Dental and Craniofacial Research.Practical Oral Care for People with
Cerebral Palsy. Bethesda, MD: National Institute of Dental and Craniofacial Research;
2009. NIH Publication No. 09-5192
11. Marshall J, Sheller B, Mancl L. Caries-risk assessment and caries status of children with
autism.Pediatr Dent. 2010;32(1):69–75
12. McIver FT. Access to care: a clinical perspective. In: Mouradian W, ed.Proceedings:
Promoting Oral Health of Children with Neurodevelopmental Disabilities and Other
Special Health Care Needs: A Meeting to Develop Training and Research Agendas, Center
on Human Development and Disability. Seattle, WA: University of Washington; 2001:
167–171. Available at: www.healthychild.ucla.edu/nohpc/National%20Oral%20Health
%20Policy%20Center/Publications/Promoting%20Oral%20Health.pdf. Accessed July 19,
2012
13. Abanto J, Ciamponi AL, Francischini E,Murakami C, de Rezende NP, Gallottini
M.Medical problems and oral care of patients with Down syndrome: a literature review.
Spec Care Dentist. 2011;31(6):197–203
14. National Institute of Dental and Craniofacial Research. Prevalence (number) of cases of
cleft
lip
and
cleft
palate.
Available
at:
www.nidcr.nih.gov/DataStatistics/FindDataByTopic/CraniofacialBirthDefects/
PrevalenceCleft+LipCleftPalate.htm. Accessed July 19, 2012
15. Kirchberg A, Treide A, Hemprich A. Investigation of caries prevalence in children with
cleft lip, alveolus, and palate.J Craniomaxillofac Surg. 2004;32(4):216–219
16. Martelli H, Jr, Miranda RT, Fernandes CM, et al. Goldenhar syndrome: clinical features
with orofacial emphasis.J Appl Oral Sci. 2010;18(6):646–649
17. OMIM—Online Mendelian Inheritance in Man. Hemifacial microsomia; HFM. Available
at: http://omim.org/entry/164210. Accessed July 19, 2012
18. DeMattei R, Cuvo A, Maurizio S. Oral assessment of children with an autism spectrum
disorder. J Dent Hyg. 2007;81(3):65
19. Lang R, White PJ, Machalicek W, et al. Treatment of bruxism in individuals with
developmental disabilities: a systematic review.Res Dev Disabil. 2009;30(5):809–818

20. Lewis CW, Boulter S, Keels MA, et al. Oral health and pediatricians: results of a national
survey. Acad Pediatr. 2009;9(6):457–461
21. Gonsalves WC, Skelton J, Heaton L, Smith T,Feretti G, Hardison JD. Family medicine
residency directors’ knowledge and attitudes about pediatric oral health education for
residents. J Dent Educ. 2005;69(4):446–452
22. Hale KJ; American Academy of Pediatrics Section on Pediatric Dentistry. Oral health risk
assessment timing and establishment of the dental home.Pediatrics. 2003;111(5pt 1):1113–
1116
23. American Academy of Pediatric Dentistry.Dental Care for Your Baby
[brochure].Available at: www.aapd.org/publications/brochures/. Accessed July 19, 2012
24. The Pew Center on the States. Available at:www.pewcenteronthestates.org/initiatives_
detail.aspx?initiativeID=328928. Accessed July19, 2012
25. American Dental Association Council on Scientific Affairs. Professionally applied topical
fluoride: evidence-based clinical recommendations.J Am Dent Assoc. 2006; 137(8):1151–
1159
26. American Academy of Pediatric Dentistry. Guideline for monitoring and management of
pediatric patients during and after sedation for diagnostic and therapeutic procedures.
American Academy of Pediatric Dentistry Clinical Guidelines Reference Manual.
2006;33(6):185–201.
Available
at:
www.aapd.org/media/policies_guidelines/g_sedation.pdf. Accessed July 19, 2012
27. American Academy of Pediatrics. Guideline for monitoring and management of pediatric
patients during and after sedation for diagnostic and therapeutic procedures: an update.
Pediatrics. 2006;118(6):2587–2602 (Reaffirmed March 2011)