JURNAL SKRIPSI ANALISIS PENYEBAB WANITA

HALAMAN PENGESAHAN
JURNAL SKRIPSI
ANALISIS PENYEBAB WANITA MASUK KE DALAM DUNIA
SUPORTER SEPAK BOLA, BONEK

MUHAMMAD HADI SAPUTRA
NRP: 5090068

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Yusti Probowati Rahayu

Siti Yunia Mazdafiah, S.S., MWS

Analisis Penyebab Wanita Masuk Ke Dalam Dunia Suporter Sepak Bola,
Bonek
Muhammad Hadi Saputra (5090068)
Fakultas Psikologi
Hadisaputra14@ymail.com


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan-alasan para wanita yang
bergabung dalam suporter bonek. Dengan menjawab pertanyaan penelitian ini,
dapat meraih suatu insight tentang topik-topik atau tema-tema psikologis seperti,
pengaruh sosial dan penilaian sosial. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan paradigma postpositivisme untuk mendeskripsikan sebab-sebab
wanita menjadi suporter bola, bonek. sebab-sebab terebut merupakan data-data
yang telah dikumpulkan dan dijelaskan menggunakan theory of planned
behaviour. Dan menggunakan studi kasus instrumental. Penelitian ini
menggunakan teknik pengambilan data dengan cara observasi dan interviu.
Peneliti menggunakan tiga metode validitas untuk penelitian ini. Yakni, validitas
kumulatif yang bisa dicapai dengan menyesuaikan data yang diperoleh dengan
teori acuan. Kemudian, validitas komunikatif yang dapat dicapai dengan
mengkonfirmasikan pada dosen pembimbing mengenai analisis yang dilakukan
peneliti. Dan terakhir, validitas argumentatif yang menggunakan pemikirian
secara logis terkait data mentah yang diperoleh dari observasi dan interviu. Hasil
dari penelitian ini, wanita dapat menjadi suporter bola dikarenakan memiliki sikap
positif terhadap suporter tersebut. Wanita juga memiliki orang-orang terdekat
yang mendukung dirinya menjadi suporter dan mendapatkan fasilitas yang lebih

banyak memudahkan dirinya menjadi suporter. Dengan demikian, niat untuk
menjadi suporter menjadi kuat dan berperilaku menjadi suporter bonek.
Kata Kunci : Suporter bola, bonek, bonek wanita, theory of planned behaviour.
Abstract
This study aims to determine the reasons for the women who joined the supporters bonek.
By answering these research questions, can achieve an insight on topics and themes, such
as psychological, social influence and social assessment. This study used qualitative
methods postpositivisme paradigm to describe the causes of women into football fans,
hooligans. the causes of the stretcher is the data that has been collected and described
using the theory of planned behavior. And using the instrumental case study. This study
uses data collection techniques by observation and interview. Researchers used three
methods of validity for this study. Namely, the cumulative validity can be achieved by
adjusting the data obtained with the theory of reference. Then , communicative validity
can be achieved by confirming the supervisor of the analysis conducted by researchers.
And last , use argumentative validity pemikirian logically related raw data obtained from
observations and interviews. The results of this study, women may be due to the ball fans

1

have a positive attitude towards the fans. Women also have loved ones who support him

become fans and get more amenities ease himself into supporters. Thus, the intention to
be a strong and well-behaved fans into becoming supporters bonek.
Keywords : Football supporter, bonek, woman’s bonek, theory of planned behaviour.

suporter. Sehingga, dapat dikatakan

PENDAHULUAN
Suporter merupakan bagian

bahwa

suporter

dan

penonton

yang tidak dapat dipisahkan dari

memiliki perbedaan yaitu suporter


sebuah pertandingan sepak bola.

lebih ke arah perilaku sedangkan

Suporter sendiri dapat didefnisikan

penonton hanya menyaksikan tanpa

sebagai individu / kelompok yang

menunjukkan perilaku.

memberi dukungan dalam

suatu

Salah satu suporter sepak

pertandingan sepak bola (Suryanto,


bola

2008).

Indonesia

Berbeda halnya dengan

penonton,

suporter

lebih

yang

cukup

terkenal


khususnya

bernama bonek.

di

Surabaya

Suporter dengan

menunjukkan bentuk dukungannya

julukan bonek merupakan suporter

dengan

Misalnya,

dari klub sepakbola yang bernama


dengan cara bernyanyi atau sekedar

Persebaya Surabaya dan mengenakan

memainkan alat musik seperti drum

atribut dan pakaian berwarna hijau.

dan memberikan semangat kepada

Serta, suporter yang pertama kali

bertanding.

mengenalkan istilah tret.. tretet.. tet..

berperilaku.

Sedangkan,


penonton

sendiri merupakan individu yang ada

sebagai

istilah

dalam suatu pertandingan, namun

suporter

menuju kandang

perilaku yang ditunjukkannya hanya

dimana

melihat dan menikmati pertandingan.


(Pribadi, sitat dalam Junaedi 2012).

Oleh karena itu, menurut Suryanto

Pada awalnya, persebaya sendiri

(2008) mengatakan, bahwa dalam

telah terbentuk sejak tahun 1927

suatu

(Firmansyah, 2012).

pertandingan

sepak

bola,


Persebaya

Meskipun

semua individu yang menyaksikan

untuk

perjalanan
lawan

bertanding.

bonek

sendiri

pertandingan adalah penonton namun


memiliki suporter yang mayoritasnya

tidak

adalah pria, bukan berarti tidak ada

semua

penonton

adalah

2

wanita

sebagai

anggota.

Dalam

masuk

ke

dalam

stadion,

para

suporter khususnya bonek terdapat

pendukung

beberapa bonek wanita. Para supoter

untuk mengantri satu baris oleh

bonek

para

petugas keamanan. Hal ini dilakukan

bonek wanita dengan sebutan bonita.

agar tidak terjadi kericuhan saat

Sebab,

dalam

masuk ke dalam stadion. Untuk para

Persebaya

bonita yang datang bersama dengan

seringkali

lebih

menyebut

mudah

penyebutannya.

Saat

persebaya

diharuskan

bertanding, para bonita ini sering

teman-teman

datang

bersama

dengan

teman

didepan temannya. Ada juga teman

prianya.

Mereka

datang

dengan

prianya yang berada di depan barisan

menggunakan

motor,

kebanyakan

jarang

pula

berbaris

bonita untuk melindungi dari depan.

berboncengan dengan teman prianya.
Tidak

prianya

Di dalam kelompok bonek,

bonita

bonita adalah kelompok minoritas.

berboncengan dan diapit oleh dua

Perbandingannya

teman prianya. Satu berada di depan,

Sebagai kaum minoritas mereka

satunya berada di belakang bonita.

kerapkali mengalami diskriminasi

Adapula yang berboncengan sesama

gender. Diskirminasi gender tersebut

bonita.

mengakibatkan

adalah

muncul

10:4.

stereotipe

Sesampainya di stadion, para

gender. Stereotipe gender inilah yang

bonita tidak langsung masuk ke

mengakibatkan adanya perbedaan

dalam tetapi masih menunggu rekan-

antara pria dan wanita. Hal tersebut

rekannya dan masuk bersama-sama.

tergambarkan

Saat masuk ke dalam stadion, bonita

patriarki, dimana peran pria lebih

yang datang bersama dengan rekan-

besar

rekan prianya seringkali dilindungi

Indonesia, khususnya Surabaya juga

agar tidak dilecehkan oleh oknum

masih menganut budaya patriarki.

bonek yang tidak bertanggung jawab.

Para bonek yang mayoritas pria

Maksudnya adalah oknum bonek

menjadikan

yang kerapkali melakukan tindakan

wanita di luar bonek sebagai media

asusila ataupun oknum bonek yang

untuk

melakukan tindak kriminal. Ketika

observasi

3

dalam

daripada

peran

bonek

diremehkan.
yang

budaya

wanita.

wanita

atau

Dalam

hasil

dilakukan

oleh

peneliti, banyak diantara bonek yang

biasanya akan mendesak beberapa

menggoda-goda para bonek wanita

penonton untuk membuat kepadatan.

seperti menarik jaket yang dikenakan

Ketika sudah terjadi kepadatan di

dan

jalan menuju pintu keluar, mereka

memanggil

bonita

tersebut

dengan cara bersiul.
Bentuk-bentuk

akan melakukan pelecehan dengan
lain

dari

meraba-raba

payudara

apabila

diskriminasi gender yang dialami

sedang berdekatan dengan bonita.

bonita adalah ketika berjalan di area

Pelecehan tersebut berlangsung cepat

stadion, beberapa kali para bonek

agar bonita tersebut tidak mengetahui

menyoraki ”huuuuu” , ”ayune rek”,

siapa yang melakukannya. Mereka

”tak bayar piro?”. Sorakan tersebut

melakukan pada bonita yang bersama

adalah

yang

seringkali

peneliti

dengan teman prianya. Tanda yang

dengar

ketika

berada di dalam

biasa digunakan para oknum bonek

stadion. Selain itu, peneliti juga

sebelum melakukan aksi pelecehan

pernah menemui bentuk dikriminasi

adalah

lainnya yakni pelecehan seksual.

tangan’e, awas wedok’ane” yang

Bentuk pelecehan ini berupa meraba

berarti

anggota tubuh bonita. Anggota tubuh

pacar/teman wanitanya”.

yang dimaksud adalah bagian pantat

dengan

”awas

berteriak

tangannya,

Sebagai

dan payudara bonita.

bagian

”awas

awas

dari

pendukung Persebaya atau yang

Perilaku ini dilakukan secara

biasa disebut bonek, saya bertanya-

cepat oleh oknum bonek. Mereka

tanya bagaimana faktor-faktor yang

yang melakukan berasal dari kaum

mendasari

pria.

bergabung dengan bonek.

Hal

ini

terjadi

manakala

para

wanita

ikut

pertandingan telah usai dan para
penonton turun ke bawah untuk

Kajian Pustaka

menuju pintu keluar stadion. Jalan

Theory of Planned Behaviour

menuju

pintu

stadion

tersebut

Wanita tidak

serta

merta

terdapat lorong. Di tempat itulah

dapat menjadi bonek wanita atau

kerapkali pelecehan dilakukan. Para

bonita.

oknum pelaku pelecehan seksual

merupakan suatu bentuk perilaku

4

Sebab,

menjadi

bonita

terencana. Oleh karena itu, peneliti

Intention adalah niat individu

menggunakan theory of planned

untuk

behaviour sabagai landasan teori

mengindikasikan

untuk menganalisis faktor psikologis

kemauan

pada wanita

berperilaku

yang

menyebabkan

masuk ke dalam supoter bonek.
Theory
adalah

planned

sebuah

1991).

dan

seberapa

kuat

antusiasme

untuk

(sitat

Niat

serta

dalam

Ajzen,

merupakan

bagian

behavior

terpenting dalam berperilaku. Sebab,

yang

semakin kuat niat individu semakin

teori

menjelaskan bagaimana
berpikir

berperilaku

individu

besar

untuk berperilaku dan

peluang

untuk

melakukan

perilaku tersebut. Agar dapat tercapai

menciptakan niat untuk bertindak

perilaku

(sitat dalam Taylor, peplau, & Sears,

adanya kontrol terhadap perilaku.

2006). Menurut teori TPB, seseorang

Hal ini dikarenakan perilaku akan

memutuskan untuk berperilaku atas

muncul

dasar pemikiran rasional mereka

untuk memunculkannya.

(Baron,

Byrne,

&

Branscombe,

yang

apabila

Untuk

diinginkan,

ada

perlu

kesempatan

menjadi

seorang

2006). Menurut MacFarlane dan

bonek, dalam TPB individu harus

Woolfson,

dapat

(2012);

Scannell,

menyikapi perilaku

bonek

Calantone, & Melnyk, (2011), teori

secara

TPB merupakan sebuah kerangka

evaluasi dari hasil pengalaman dalam

teoritis yang menghubungkan antara

dunia sosial (sitat dalam Baron,

sikap dan perilaku dan memberikan

Byrne,

suatu proses pengambilan keputusan

Pengalaman tersebut dapat berupa

yang kompleks Dapat

hasil

bahwa

TPB

kerangka
menjelaskan

dikatakan

merupakan

teoritis

yang

bagaimana

positif.

&

Sikap

merupakan

Branscombe,

pembelajaran

2006).

sosial,

suatu

perbandingan sosial, serta dari faktor

dapat

genetik.Hasil

individu

dari

pengalaman

tersebut

menciptakan

menggunakan pemikirannya dalam

penilaian

bagi

proses pengambilan keputusan untuk

mempertimbangkan hasil dari suatu

berperilaku.

perilakunya akan berdampak positif

individu

sebuah
untuk

atau negatif (Ajzen dalam Baron,

5

Byrne, & Branscombe, 2006). Oleh

ada atau tidaknya faktor yang dapat

karena itu, dapat dikatakan attitude

memfasilitasi

toward behaviour merupakan suatu

terbentuknya perilaku.

dan

menghalangi

keyakinan individu dari konsekuensi
yang akan diterima bila melakukan

Pola Asuh
Pola asuh menurut

perilaku tersebut.
Seseorang

pasti

(2010)

memiliki

merupakan

Aisyah

suatu

bentuk

dirinya

hubungan interaksi antara orang tua

sehingga ia menggunakan aturan

dan anak dalam proses pengasuhan.

tersebut

Mengasuh dalam artian adalah untuk

aturan

(norma)

untuk

dalam

melakukan

suatu
bisa

mengajari

atau

menanamkan nilai-nilai atau norma

ada

yang berlaku dalam masyarakat dan

seseorang yang ingin menjadi bonek

membimbing hingga memasuki masa

maka ia harus menggunakan norma

dewasa. Menurut Baumrind (sitat

yang memperbolehkan ia menjadi

dalam Santrock, 2002) teerdapat

seorang bonek. Dalam TPB, norma

beberapa jenis pola asuh, yakni,

ini disebut sebagai subjective norm.

Otoritatif, Otoriter, dan Permisif.

perilaku.

Aturan

bersifat

tersebut

melarang

memperbolehkan.

Untuk
suatu

Apabila

dapat

perilaku,

anak,

Pola asuh otoritatif adalah pola

mewujudkan

seseorang

seorang

asuh

dapat

yang

selalu

memberikan

mengontrol apakah perilaku itu akan

kesempatan

pada

anak

untuk

diwujudkan atau tidak. Misalnya,

berekspresi,

berpendapat,

serta

bila terdapat seseorang yang ingin

memberikan dorongan anak untuk

berperilaku menjadi bonek maka, ia

mandiri

akan mengontrol perilakunya untuk

batasan-batasan atas tindakan anak.

benar-benar diwujudkan atau tidak.

Sedangkan, pola asuh otoriter adalah

Kontrol terhadap perilaku ini disebut

pola asuh yang mengarahkan anak

dengan perceived behaviour control.

untuk patuh terhadap aturan yang

Jadi,

diterapkan oleh orang tua.

dapat

perceived

disimpulkan
behaviour

bahwa

Pola

control

merupakan bentuk keyakinan tentang

namun

asuh

masih

memiliki

otoriter

dapat

membentuk karakteristik anak yang

6

pemalu, minat pada prestasi menjadi

menjaga keutuhan kelompoknya dan

kurang, serta kurang memiliki sifat

menyelesaikan

bersaing

rintangan

(Baumrind

sitat

dalam

Santrock, 2002).

Suporter

Pada pola asuh permisif terbagi

keutuhan

masalah

secara
bonek

atau

bersama-sama.
selalu

menjaga

kelompoknya

dengan

menjadi dua (Maccoby & Martin

datang

sitat dalam Santrock, 2002) yaitu,

stadion. Selain itu, mereka juga

pola

bernyanyi sebagai bentuk dukungan

asuh

permissive-indifferent

dimana pada pola asuh ini interaksi

secara

bersama-sama

ke

terhadap Persebaya.

orang tua dan anak tidak ada,
sehingga anak menjadi terabaikan.

Kolektivitas Kelompok

Dan pola asuh permissive-indulgent

Massa seakan-akan memiliki

yakni, orang tua dalam hal ini sangat

jiwa

terlibat

sifatnya dari sifat jiwa para individu

dalam

kehidupan

anak,

tersendiri

yang

berlainan

namun tidak memberikan batasan

yang

kepada

adalah

tersebut. (Gustave Le Bon dalam

bekerja,

Ardianto, 2007). Dalam suporter

memberikan

bonek, mereka yang berasal dari

kebutuhan finansial secarap berlebih.

berbagai tempat dan daerah akan

Pola asuh ini dapat menyebabkan

merasa menjadi satu dalam suporter

anak menjadi manja.

bonek.

anak.

orang

tua

sehingga

Contohnya

yang

sibuk

hanya

tergabung

Tidak

dalam

peduli

massa

siapapun

mereka, jabatan, atau umur mereka
berapa apabila masuk dalam bonek

Kohesivitas Kelompok
Kelompok

bonek

identik

maka akan berperilaku sama dengan

dengan kekompakan. Dalam teori

bonek yang lain. Hal ini juga dapat

psikologi sosial, kekompakan adalah

disebut dengan deindividuasi.

kohesivitas. Menurut Johnson dan
Johnson

(2000)

mendefinisikan

Peran Gender

kohesivitas sebagai daya ikat yaitu

Perilaku agresif merupakan salah

kekuatan

oleh

satu ciri maskulinitas yang diperoleh

seluruh anggota kelompok agar dapat

sepanjang individu dari lahir hingga

yang

dilakukan

7

berkembang secara terus menerus.

Peneliti memilih menggunakan

Fagot & Leinbach (sitat dalam

studi kasus

ardianto, 2007) menjabarkan peran

peneliti ingin menggunakan kasus

gender

penyebab wanita masuk dalam dunia

masulin

dan

feminism

instrumental. Sebab,

dibentuk pada individu di usia yang

suporter

masih muda. Jadi, dapat dikatakan

menemukan alasan subjek bergabung

bahwa dunia suporter memang lebih

secara mendalam. Alasan ini pada

diperuntukan

nanti

sembagai

dunia

sebagai

menjadi

sarana

ciri

untuk

khas

dalam

maskulin karena mengandung unsur

penelitian

maskulin.

menggunakan teknik pengambilan

ini.

Penelitian

ini

data dengan cara observasi dan
interviu.

Metode Penelitian
Paradigma

postpositivisme

Pada

penelitian

kualitatif

merupakan suatu pandangan yang

pengambilan subjek penelitian tidak

dikombinasikan

data

dapat ditentukan sejak awal dan

serta

dapat berubah sesuai dengan konteks

berdasarkan

yang telah dikumpulkan

pemikiran logis dan bertujuan untuk

penelitian

menemukan hubungan sebab-akibat

Menurut

(sitat dalam Creswell, 2007). Peneliti

Poerwandari,

menggunakan

paradigma

beberapa metode pemilihan subjek.

untuk

Yakni, Pengambilan sampel ekstrim

postpositivisme

(Poerwandari,
Patton

(sitat

2001)

2001).
dalam
terdapat

mendeskripsikan sebab-sebab wanita

atau

menjadi suporter bola, bonek. sebab-

sampel berfokus pada intensitas,

sebab terebut merupakan data-data

pengambilan sampel dengan variasi

yang

maksimum,

telah

dikumpulkan

dan

dijelaskan menggunakan theory of
planned

behaviour.

dikombinasikan

pengambilan

pengambilan

sampel

homogen, pengambilan sampel kasus

Kemudian,

sehingga

menyimpang,

tipikal,

dapat

purposif,

pengambilan

sampel

penganbilan

sampek

mengetahui alasan bergabung dalam

krtikal, pengambilan sampel bola

sudut pandang subjek.

salju, pengambilan sampel dengan

8

kriteria tertentu, dan pengambilan

Peneliti

sampel berdasarkan teori.
Penelitian

ini

menggunakan

tiga

metode validitas untuk penelitian ini.

menggunakan

Yakni, validitas kumulatif yang bisa

metode pengambilan sampel kasus

dicapai dengan menyesuaikan data

tipikal dengan dua seubjek. Sebab,

yang diperoleh dengan teori acuan.

dua subjek tersebut dapat mewakiili

Kemudian,

fenomena yang diteliti yakni wanita

yang

yang menjadi bonek. Alasan peneliti

mengkonfirmasikan

memilih dua subjek tersebut adalah

mengenai data dan analisis yang

subjek pertama yakni seorang bonita

dilakukan peneliti. Dan terakhir,

yang telah lama berkecimpung dalam

validitas

dunia bonek. Ia juga pernah menjadi

menggunakan

pemikirian

secara

bendahara

dalam

salah

logis terkait

data mentah

yang

organisasi

bonek

terbesar

satu

validitas

dapat

komunikatif

dicapai

dengan

pada

subjek

argumentatif

yang

di

diperoleh dari observasi dan interviu

Surabaya. Serta ia seringkali berada

(sitat dalam Poerwandari, 2001).

di komunitas bonek dan menjalankan

Dalam mencapai validitas tersebut,

bisnis pakaian dan aksesoris bonek.

peneliti

Subjek kedua adalah salah satu

triangulasi.

pendiri

sekaligus

menggunakan

konsep

pemimpin

kelompok bonita. Ia tinggal di daerah

Hasil dan Pembahasan

Gresik namun memiliki loyalitas

Berdasarkan

dari

hasil

tinggi terhadap Persebaya. Ia juga

penelitian ini, maka dapat dikatakan

sering melakukan tur ke luar kota

bahwa Bonek adalah salah satu

apabila Persebaya sedang bertanding

kelompok suporter bola terbesar di

di luar kota. Diantara kedua bonita

Indonesia.

tersebut tetapi jarak usia antara

mendapatkan sorotan publik karena

subjek pertama dan kedua terpaut 11

perilaku-perilaku yang merugikan

tahun. Umur subjek yang pertama

orang

yakni 30 tahun sedangkan umur

kerusuhan.

subjek yang kedua adalah 18 tahun.

dikenal sebagai suporter yang kreatif

9

lain

Mereka

seperti
Namun,

kerapkali

melakukan
bonek

juga

karena mereka kerap mendukung

dapat lebih dekat dengan pacar.

Persebaya dengan nyanyian.

Sedangkan, sikap Ardina juga positif.

Di

dalam

suporter

bonek,

Sebab, Ardina akan mendapatkan

terdapat perilaku-perilaku maskulin

kesenangan dan kekompakan serta,

seperti

mendapat kasih sayang dari ketua

agresi.

Oleh

sebab

itu,

suporter bonek mayoritas terdiri dari
pria.

Namun,

BLC sebagai pengganti Ayah.

dalam

Subjective norm pada Raisya

perkembangannya, bonek tidak lagi

adanya dorongan dari Ibunya untuk

identik dengan pria. Seperti Raisya

menjadi bonek. Sebab, Raisya lebih

dan

dekat dengan Ibu. Dorongan untuk

Ardina.

Mereka

merupakan

suporter bonek wanita.

berperilaku

menjadi

bonek

juga

Menjadi bonek terutama bagi

terdapat pada pacar Raisya. Sebab,

wanita merupakan suatu bentuk dari

pacar Raisya yang mengajak Raisya

berkembangnya

untuk ikut begabung dengan bonek.

jaman

mengingat

selama ini bonek selalu di dominasi

Ardina

oleh

berperilaku menjadi bonek dari orang

pria.

Untuk

mengungkap

berbagai macam penyebab masuknya

memiliki

dorongan

tua, Om, sepupu, dan ketua BLC.

Raisya dan Ardina dalam dunia

Perceived behaviour control

suporter, bonek. Salah satu teori

dalam diri Raisya adalah adanya

yang

pacar. Raisya dengan mudah dapat

dapat

adalah

mengungkapkannya

menggunakan

theory

menjadi bendahara organisasi berkat

of

planned behaviour atau TPB. Pada

pacar

TPB terdapat tiga determinan yang

mendirikan

mempengaruhi

membentuk

lingkungan bonek bersama pacar.

perilaku. Yakni, attitude toward

Sedangkan, kemudahan yang didapat

behaviour, subjective norm, dan

Ardina berasal dari Om, Ayah dan

perceived behaviour control.

ketua BLC. Dimana, kemudahan

untuk

dan

Raisya

juga

tempat

usaha

bisa
di

Attitude toward behaviour atau

yang didapat dari Om bisa masuk ke

sikap dari Raisya positif untuk

stadion secara gratis dan dapat

menjadi

berkenalan

bonek.

Sebab,

Raisya

merasa mendapat pertemanan dan

dengan

kelompok-

kelompok bonek. Kemudahan yang

10

diberikan

Ayah

adalah

Berdasarkan kesimpulan diatas,

memberikan fasilitas kepada Ardina

wanita dapat menjadi suporter bola

untuk mendukung Persebaya di luar

dikarenakan memiliki sikap positif

kota.

terhadap suporter tersebut. Sikap ini
Ketiga

Ardina

determinan

TPB,

terbentuk

melalui

pengalaman

attitude toward behaviour, subjective

hidupnya. Ia juga memiliki orang-

norm, perceived behaviour control,

orang terdekat yang mendukung

menciptakan intention atau niatan

dirinya menjadi suporter, seperti ibu,

untuk

Pada

ayah, om, sepupu dan pacar ataupun

Raisya, niat Raisya untuk menjadi

orang-orang yang berpengaruh dalam

bonek kuat. Sebab, Raisya meyakini

hidupnya. Mereka yang berpengaruh

bahwa bergabung dengan bonek

dalam kehidupan wanita tersebut

berdampak

dirinya,

yang membuatnya kemudian masuk

kemudian perilaku menjadi bonek

menjadi suporter bola. Hal lain

mendapat dukungan dari Ibu dan

adalah Ia mendapatkan fasilitas yang

pacar. Dan Raisya mendapatkan

lebih banyak memudahkan dirinya

banyak kemudahan untuk menjadi

menjadi suporter, seperti masuk ke

bonek.

dalam

dapat

berperilaku.

positif

bagi

stadion

secara

menjadi

mendirikan

tempat

bonek juga kuat. Sebab, Ardina

lingkungan

suporter,

yakin bila bergabung dengan bonek

anggota organisasi suporter.

Pada Ardina,

niat

gratis,

usaha

di

menjadi

akan berdampak positif. Hal ini
diperkuat oleh dorongan dari orang

Kesimpulan dan Saran

tua, Om, sepupu, dan Ketua BLC

Kesimpulan

untuk

menjadi

bonek.

Berdasarkan

Mereka

kesimpulan

menjadi faktor yang mempermudah

diatas, wanita dapat menjadi suporter

Ardina

bonek.

bola dikarenakan memiliki sikap

banyak

positif terhadap suporter tersebut.

untuk

menjadi

ditambah,

Ardina

mendapatkan

kemudahan

Sikap

untuk

ini

terbentuk

menjadi bonek. Sehingga, Ardina

pengalaman

menjadi bonek.

memiliki orang-orang terdekat yang

11

hidupnya.

melalui
Ia

juga

mendukung dirinya menjadi suporter,

Daftar Pustaka

seperti ibu, ayah, om, sepupu dan

Adrianto, R. N. (2007). Bonek dan
Perilaku Anarkisnya. Skripsi,
tidak diterbitkan, Universitas
Surabaya, Surabaya.

pacar ataupun orang-orang yang
berpengaruh

dalam

hidupnya.

Mereka yang berpengaruh dalam
kehidupan
membuatnya

wanita

tersebut

kemudian

Aisyah, St. (2010). “Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua Terhadap
Tingkat Agresivitas Anak”.
Jurnal Mediatek. 2 (1).

yang
masuk

menjadi suporter bola. Hal lain
Ali, M., & Asrori, M. (2004).
Psikologi
remaja:
perkembangan peserta didik.
Jakarta: Bumi Aksara.

adalah Ia mendapatkan fasilitas yang
lebih banyak memudahkan dirinya
menjadi suporter, seperti masuk ke
dalam

stadion

secara

mendirikan

tempat

lingkungan

suporter,

Amarullah, A. (2010). Aksi Bonek
Rugikan PT KA Sebesar
Rp105 Juta . Diunduh Maret
27, 2012, dari vivanews.com:
http://nasional.vivanews.com/
news/read/124135aksi_bonek_rugikan_pt_ka_s
ebesar_rp105_juta

gratis,

usaha

di

menjadi

anggota organisasi suporter.

Saran

Baron, R. A., & Byrne, D. (2004).
Psikologi sosial edisi 10th
volume 2. Jakarta: Erlangga.

Diharapkan dalam penelitian
selanjutnya bisa lebih mendalami
kasus lebih lanjut. Sebab, masih

Baron,

banyak faktor psikologis yang belum
terungkap

dengan

menggunakan

teori lain. Selain itu, dibutuhkan
kemampuan

diri

memahami

data-data

diperoleh.

untuk
yang

Sehingga,

R. A., Byrne, D., &
Branscombe, N. R. (2006).
Social
Psychology
12th
edition. Boston: Allyn and
Bacon.

dapat
Beka, I., & Tampubolon, M. (2010).
Gara-gara Bonek, Persib
Terancam Sanksi. Diunduh
Maret
27,
2012,
dari
Vivanews.com:
http://nasional.vivanews.com/
news/read/124093gara_gara_bonek__persib_ter
ancam_sanksi

telah
dapat

menganalisis data dengan baik.

12

Rabbani, S. (2012). Dollard & Miller
- psikologi kepribadian.
Retrieved Oktober 02, 2013,
from
sofia_rabbanifpsi10.web.unair.ac.id:
http://sofia_rabbanifpsi10.web.unair.ac.id/artikel
_detail-50284-kuliahDollard%20&%20Miller%20
%20Psikologi%20Kepribadia
n.html.

Creswell, J. W. (2007). Qualitative
inquiry & research design
choosing
among
five
approach.
Lincoln:
University of Nebreska

Feist, J., & Feist, G. J. (2006).
Theories of personality edisi
keenam. Ygoyakarta: Pustaka
Pelajar.

Myers,

Firmansyah, A. (2012). Sejarah
Persebaya. Diunduh Oktober
23, 2012, dari anggyfirmansyah.blogspot.com:
http://anggyfirmansyah.blogspot.com/201
0/02/sejarah-persebaya.html

D. G. (2008). Social
psychology (9th ed.). New
York: The Mc Grow-Hill
Companies.

Sandhykaro, W. E. D. (2011).
Analisis Faktor Pembentuk
Perilaku
Agresi
pada
Suporter Bonek. Skripsi,
tidak diterbitkan, Universitas
Surabaya, Surabaya.

Fraley, C. R. & Shaver, P. R (2000).
“Adult Romantic Attachment:
Theoritical
Developments,
Emerging Controversies, and
Unanswered
Questions”.
Review
of
General
Psychology, 4(2)

Santrock, J. W. (2002). Life-span
development perkembangan
masa
hidup.
Jakarta:
Erlangga.

Johnson, D.W. & Johnson, F. P.
(2003). Joining together :
group theory and group
skill,4th ed. Boston : Pearson,
inc.

Solso,

R. L. (2005). Cognitive
psychology. Boston: Allyn
and Bacon.

Suryanto. (2008). Perbedaan antara
istilah
penonton
dan
suporter. Retrieved Oktober
5,
2013,
from
suryanto.blog.unair.ac.id:
http://suryanto.blog.unair.ac.i
d/2008/01/09/perbedaanistilah-antara-penonton-dansuporter-sepakbola/

Junaedi, F. (2012). Bonek komunitas
suporter
pertama
dan
terbesar
di
Indonesia.
Yogyakarta:
Mata
Padi
Presindo.
Poerwandari,
E.
K.
(2001).
Pendekatan kualitatif untuk
penelitian perilaku manusia.
Jakarta: LPSP3.

Taylor, S. E., Peplau, L. A., &
Osears, D. (2006). Social

13

Psychology. Upper Saddle
River: Pearson Education.
Walgito, B. (2003). Psikologi sosial :
suatu pengantar. Ygoyakarta:
Andi.
Yılmaz, Ç. C. (2012). Female
hooligan fuels question on
‘ban’ of women supporters.
Diunduh November 9, 2012,
dari hurriyetdailynews.com:
http://www.hurriyetdailynews
.com/female-hooligan-fuelsquestion--on-ban-of-womensupporters.aspx?pageID=238
&nID=12745&NewsCatID=4
44
Yin, R. K. (1996). Studi kasus :
desain dan metode. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.

14