KLORINASI AIR MINUM EFEKTIF MENCEGAH TIM
KLORINASI AIR MINUM
EFEKTIF MENCEGAH TIMBULNYA KOLIBASILOSIS
(http://www.obat-pembasmi-lalat.com)
Penyakit ini sering dijumpai bahkan seolah-olah telah menjadi penyakit
“wajib” pada peternakan ayam. Peternak kerapkali bertanya mengapa
Kolibasilosis hampir pasti dialami selama periode pemeliharaan ayam dan
kasusnya selalu berulang setiap periode. Kejadian penyakit ini umumnya
berkaitan langsung dengan pemilihan lokasi dan lingkungan peternakan
terutama kebersihan. Kolibasilosis berhubungan langsung dengan sumber air
minum di lapangan, karena keberadaan bakteri Escherichia coli penyebab
Kolibasilosis di air dan tanah merupakan flora normal, sehingga tak heran
jika hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel air di lokasi peternakan
hampir semua menunjukkan positif mengandung bakteri E. coli.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, kebiasaan peternak menggunakan
sumur dangkal sebagai sumber air minum untuk ternaknya merupakan
penyebab utama Kolibasilosis selalu muncul. Sebabnya, sumur dangkal
tersebut rawan tercemari oleh kuman E. coli terutama yang letaknya dekat
dengan septic tank. Infeksi kuman coli diperparah bila air dari sumur
tersebut tidak disanitasi atau tidak disterilkan.
Gangguan yang bisa ditimbulkan oleh Kolibasilosis ini diantaranya adalah
gangguan pertumbuhan dan produksi telur, juga merupakan pendukung
timbulnya
penyakit
lain
pada
saluran
pernapasan,
pencernaan
dan
reproduksi yang sulit ditanggulangi serta tingginya biaya pengobatan.
Kolibasilosis juga dapat menular melalui telur tetas yang tercemar. Anak
ayam yang menetas dari telur yang tercemar tersebut akan mempunyai
banyak bakteri E. coli yang bersifat merugikan (patogen) di dalam usus dan
feses. Feses mengandung bakteri E. coli yang dikeluarkan dari tubuh
menjadi
sumber
penular
utama.
Namun,
sering-sering
peternak
menganggap remeh keberadaan penyakit ini karena biasanya Kolibasilosis
tidak menimbulkan kematian dan penurunan produksi telur yang tinggi.
Disamping juga Kolibasilosis dianggap remeh karena mudah ditangani
Page 1 of 7
dengan tindakan pencegahan dan pengobatan dengan pemberian antibiotik.
Padahal, selain besarnya biaya pengobatan, E. coli bisa menjadi resisten
terhadap antibiotik. Kolibasilosis berdampak pula pada pertumbuhan ayam
yang tidak optimal dan produksi telur tidak stabil. Kolibasilosis dapat terjadi
pada semua umur ayam. Pada anak ayam sampai umur 3 minggu,
Kolibasilosis menyebabkan kematian dengan gejala Omphalitis (infeksi di
pusar). Sedangkan pada ayam petelur, Kolibasilosis menyebabkan produksi
telur turun, puncak produksi telur tidak tercapai, masa produksi telur
tertunda dan mudah terinfeksi penyakit lain. Ayam yang pernah terinfeksi E.
coli dapat menjadi pembawa (carrier) sehingga penyakit ini mudah kambuh
pada kemudian hari. Sementara, pada broiler Kolibasilosis menyebabkan
kematian yang terjadi selama periode pemeliharaan dan perolehan berat
badan saat panen yang rendah.
Bakteri E. coli banyak terdapat di usus bagian belakang dan dikeluarkan dari
tubuh dalam jumlah besar bersama dengan feses. Di dalam feses, bakteri ini
dapat bertahan sampai beberapa minggu, tetapi tidak tahan terhadap
kondisi asam, kering dan desinfektan. Bakteri E. coli merupakan bakteri
gram negatif berbentuk batang, dapat bergerak dan tidak membentuk spora.
Bakteri E. coli bisa masuk melalui saluran pernapasan saat udara sangat
berdebu atau ayam sebelumnya telah menderita gangguan pernapasan.
Bakteri yang terhirup tersebut akan melakukan infeksi dan berkembang biak
(multiplikasi). Infeksi biasanya bersifat lokal pada kantung udara yang
ditandai dengan penebalan dan menjadi keruh. Sedangkan untuk saluran
pencernaan biasanya E. coli menyerang usus yang telah mengalami luka
karena cacing, jamur atau Koksidiosis. Kerusakan dapat dilihat berupa
peradangan, penebalan dinding usus, edema dan keluar lendir bercampur
darah. Ayam mengalami diare dan secara fisiknya ayam akan mengalami
diare dan menurunnya kondisi tubuh secara cepat. Kuman E. coli juga bisa
masuk ke saluran reproduksi karena pencemaran dari feses. Di saluran
reproduksi kuman E. coli menular melalui telur tetas dan menyebabkan
kematian embrio atau telur pecah di saluran reproduksi sehingga ayam mati
mendadak. Faktor yang menjadi penunjang timbulnya Kolibasilosis adalah
Page 2 of 7
“litter” kering dan berdebu, “litter” basah/lembab (kadar air >30%, bila
digenggam menggumpal), kadar amonia tinggi, ventilasi kandang jelek,
populasi terlalu padat, stres akibat pertumbuhan yang terlalu cepat, adanya
penyakit menular, dan reaksi vaksinasi yang berkepanjangan. Peternak patut
curiga ayamnya terserang Kolibasilosis bila menunjukkan :
gejala kurus,
bulu kusam,
nafsu makan turun,
pertumbuhan terganggu,
produksi telur turun,
diare berwarna hijau dan berbau khas, serta bulu kotor dan lengket di
sekitar dubur.
Namun untuk lebih meneguhkan diagnose, perlu dilakukan pengamatan
dengan cermat terhadap gejala klinis dan perubahan bedah bangkai. Segera
hubungi dokter hewan kenalan Anda atau minta saran dari Technical
Services langganan Anda. Hal ini karena Kolibasilosis mempunyai gejala
Page 3 of 7
klinis hampir sama dengan penyakit Salmonelosis, Kolera unggas dan
Streptococcosis.
Pada umumnya, ayam yang pernah terinfeksi Kolibasilosis sulit untuk
sembuh sempurna. Kondisi stres dan daya tahan tubuh yang turun biasanya
menjadi faktor pemicu munculnya kembali penyakit Kolibasilosis. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor yang diantaranya adalah Kolibasilosis
merupakan penyakit ikutan, artinya mengikuti penyakit lain seperti Chronic
Respiratory Disease (CRD), Swollen Head Syndrome (SHS) dan Koksidiosis.
Selain itu, proses terjadinya penyakit juga cenderung lambat.
Gejala klinis Kolibasilosis baru dapat terlihat jelas jika penyakit sudah
berlangsung lama dan bersifat kronis. Tempat predileksi (kesukaan) bakteri
E. coli yang terletak di kantung udara, dimana pembuluh darah di daerah
kantung udara sedikit sekali menyebabkan pengobatan secara sistemik
(melalui sirkulasi darah) kurang efektif karena antibiotik yang mencapai
kantung udara sangat sedikit sehingga obat tidak dapat terdistribusi optimal
ke organ sasaran. Bakteri E. coli adalah baketri oportunis yang bisa
menimbulkan penyakit jika kondisi lingkungannya sesuai. Oleh karenanya
penting di sini untuk mempertahankan lingkungan kandang tetap bersih dan
lakukan upaya pencegahan secara rutin dan terjadwal.
Manifestasi bakteri E. coli bisa berbagai bentuk, misalnya pericarditis,
perihepatitis dan peri¬tonitis. Yaitu ditandai permukaan jantung, hati dan
peritonium tertutup selaput fibrin berwarna kelabu. Bentuk egg peritonitis
akibat sumbatan massa mengkeju dan luruhnya oviduct. Ditemukan juga
coli-granuloma, yaitu tumor seperti bunga kol yang keras dan berwarna
kuning.
Bakteri E. coli mudah mencemari lingkungan kandang. Bakteri ini banyak
terdapat dimana-mana yaitu air, debu, dan tanah. Bila memasuki musim
penghujan, air hujan yang mengalir bersama tanah dan feses yang
mengandung bakteri E. coli akan mencemari air sumur atau air tanah. E. coli
tahan lama di lingkungan, setelah keluar dari inang (tubuh ayam), bakteri ini
dapat
bertahan
tanpa
"nutrisi"
selama
20-30
hari,
sehingga
dapat
menginfeksi ayam dan Kolibasilosis kambuh lagi. Semua hewan dapat
Page 4 of 7
terserang Kolibasilosis karena bakteri E. coli tidak khusus menyerang satu
jenis hewan saja. Ia juga mudah mengalami mutasi menjadi Entero
Pathogenic E. coli (EPEC), yaitu menjadi bakteri patogen di saluran
pencernaan. Selain itu, juga bermutasi menjadi Entero Toxigenic E. coli
(ETEC), yaitu bakteri yang menghasilkan racun dan kemudian merusak
mukosa usus.
Mencegah
lebih
baik
daripada
mengobati.
Upaya
pencegahan
dan
pengobatan bisa dilakukan dengan bermacam cara, diantaranya adalah :
1. Sanitasi dan desinfeksi kandang dan peralatannya.
Kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot dengan desinfektan. Tempat
minum dicuci setiap 2 kali sehari. Kemudian rendam tempat minum yang
telah dicuci dalam desinfektan selama 30 menit, setiap 4 hari sekali.
Majukan atau rnundurkan jadwal desinfeksi bila bertepatan dengan jadwal
vaksinasi.
2. Mencegah tamu, hewan liar, dan hewan peliharaan lain masuk ke
lingkungan kandang.
Hewan liar dan atau hewan peliharaan lain, lebih-lebih yang sebangsa, bisa
membawa dan menularkan penyakit.
3. Mencegah stres.
Usahakan
menghindari
stres
pada
ayam
dengan
cara
tatalaksana
pemeliharaan yang benar, populasi ayam jangan terlalu padat, ventilasi
udara cukup, dan diusahakan agar kadar amonia kurang di dalam kandang.
Karena saat stres, semua bibit penyakit dapat dengan mudah masuk ke
tubuh ayam.
4. Sanitasi air minum.
Sanitasi sumber air minum untuk ayam dari pencemaran logam berat dan
kuman patogen dengan melarutkan desinfektan yang aman dikonsumsi
ayam. Program sanitasi air minum dilakukan 1 - 2 kali dalam 1 minggu asal
tidak mendekati jadwal vaksinasi. Sanitasi air rninum bisa dilakukan dengan
klorin - klorinasi air minum - dengan cara memasukkan 3 - 5 ppm klorin
ke dalam air minum. Lebih dari dosis tersebut, malah dapat menurunkan
konsumsi air minum, pakan dan produksi telur karena mengubah rasa dan
Page 5 of 7
bau. Di peternakan, klorinasi air minum dilakukan menggunakan kaporit
karena kaporit mengandung zat aktif klorin. Jika menggunakan kaporit
murni, maka untuk memperoleh kadar yang aman dalam air minum
dibutuhkan 6 - 10 gram kaporit tiap 1.000 liter. Namun, biasanya kaporit
yang tersedia di pasaran, konsentrasinya 50% sehingga dosis pemakaian
menjadi dua kali dari kaporit murni, yaitu 12 - 20 gram tiap 1.000 liter air.
Kaporit dapat mengubah rasa dan bau air sehingga dapat menurunkan
konsumsi air dan ransum. Oleh sebab itu, air minum yang mengandung
kaporit harus dibiarkan terlebih dahulu minimal selama 6 jam sebelum
diberikan ke ayam. Kualitas air sangat menentukan kadar bakteri di
dalamnya, untuk mengetahui apakah sumber air rninum bebas dari
pencemaran logam berat atau kuman patogen dapat dilakukan pemeriksaan
sampel air di laboratorium. Tetapi saat ini sudah tersedia bahan kimia untuk
klorinasi
air
minum
MEGAKLORIT
yang
lebih
efektif
dan
lebih
hemat,
(http://www.obat-pembasmi-lalat.com/?Artikel).
yaitu
Karena
kadar klorinnya lebih tinggi 30% dibanding Kaporit, larut sempurna (tanpa
endapan) dan klorinnya lebih tahan terhadap sinar ultra violet dari matahari
karena
mengandung
Asam
Isocyanurat
sebagai
stabilisator.
pemakaiannya pun jauh lebih sedikit, hanya 1 : 7,5 daripada Kaporit.
Standar air minum yang sehat untuk ayam yaitu:
- tidak berwarna;
- tidak berbau;
- jernih;
- tidak ada endapan;
- pH 6,5 – 7,5 (pH netral);
- kesadahan < 20 mg/liter;
- garam (NaCI) < 1.000 ppm;
- total bahan terlarut < 3.000 mg/liter;
- nitrat dan nitrit < 5 ppm;
- logam beracun < 0,5 ppm total;
- jumlah bakteri < 3.000/ml;
- total jumlah Koliform < 300/ml;
Page 6 of 7
Dosis
- E.coli dan Salmonella sp. = 0 (tidak ada).
5. Tata laksana “litter”.
Cegah litter menjadi sangat kering dan berdebu dengan tidak memasang
“litter” terlalu tebal. Ketebalan litter cukup 7-12 cm. Program penggantian
litter secara berkala, biasanya untuk ayam pedaging dilakukan 1 kali sampai
masa panen. Litter yang basah jangan dibalik tetapi diganti yang baru.
6. Bila kena Kolibasilosisi segera diobati
Ayam
yang
terserang
penyakit
saluran
pernapasan
segera
diobati.
Pengobatan dilakukan sedini mungkin dengan pertimbangan populasi bakteri
E. coli masih relatif sedikit dan mencegah penyebaran bakteri E. coli yang
lebih banyak. Pengobatan belum tentu bisa menyembuhkan penyakit
colibacillosis secara tuntas jika bakteri E. Coli sudah banyak bersarang di
tubuh ayam (sudah parah). Kandang panggung bisa digunakan sebagai
alternatif mencegah penyakit Kolibasilosis yang selalu muncul. Pengobatan
penyakit
Kolibasilosis
menggunakan
antibiotik
untuk
menghambat
pertumbuhan atau membunuh bakteri E. coli. Untuk menghindari resistensi
obat, jika pernah menggunakan satu jenis obat tertentu selama 3 periode
pemeliharaan, sebaiknya periode pemeliharaan berikutnya menggunakan
antibiotik dari golongan yang berbeda. Pada dasarnya, penyakit Kolibasilosis
lebih dipengaruhi oleh lingkungan karena sebenarnya kejadian penyakit ini
dapat
ditekan
asalkan
peternak
selalu
pemeliharaan yang baik. Semoga bermanfaat.
Page 7 of 7
menerapkan
tata
laksana
EFEKTIF MENCEGAH TIMBULNYA KOLIBASILOSIS
(http://www.obat-pembasmi-lalat.com)
Penyakit ini sering dijumpai bahkan seolah-olah telah menjadi penyakit
“wajib” pada peternakan ayam. Peternak kerapkali bertanya mengapa
Kolibasilosis hampir pasti dialami selama periode pemeliharaan ayam dan
kasusnya selalu berulang setiap periode. Kejadian penyakit ini umumnya
berkaitan langsung dengan pemilihan lokasi dan lingkungan peternakan
terutama kebersihan. Kolibasilosis berhubungan langsung dengan sumber air
minum di lapangan, karena keberadaan bakteri Escherichia coli penyebab
Kolibasilosis di air dan tanah merupakan flora normal, sehingga tak heran
jika hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel air di lokasi peternakan
hampir semua menunjukkan positif mengandung bakteri E. coli.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, kebiasaan peternak menggunakan
sumur dangkal sebagai sumber air minum untuk ternaknya merupakan
penyebab utama Kolibasilosis selalu muncul. Sebabnya, sumur dangkal
tersebut rawan tercemari oleh kuman E. coli terutama yang letaknya dekat
dengan septic tank. Infeksi kuman coli diperparah bila air dari sumur
tersebut tidak disanitasi atau tidak disterilkan.
Gangguan yang bisa ditimbulkan oleh Kolibasilosis ini diantaranya adalah
gangguan pertumbuhan dan produksi telur, juga merupakan pendukung
timbulnya
penyakit
lain
pada
saluran
pernapasan,
pencernaan
dan
reproduksi yang sulit ditanggulangi serta tingginya biaya pengobatan.
Kolibasilosis juga dapat menular melalui telur tetas yang tercemar. Anak
ayam yang menetas dari telur yang tercemar tersebut akan mempunyai
banyak bakteri E. coli yang bersifat merugikan (patogen) di dalam usus dan
feses. Feses mengandung bakteri E. coli yang dikeluarkan dari tubuh
menjadi
sumber
penular
utama.
Namun,
sering-sering
peternak
menganggap remeh keberadaan penyakit ini karena biasanya Kolibasilosis
tidak menimbulkan kematian dan penurunan produksi telur yang tinggi.
Disamping juga Kolibasilosis dianggap remeh karena mudah ditangani
Page 1 of 7
dengan tindakan pencegahan dan pengobatan dengan pemberian antibiotik.
Padahal, selain besarnya biaya pengobatan, E. coli bisa menjadi resisten
terhadap antibiotik. Kolibasilosis berdampak pula pada pertumbuhan ayam
yang tidak optimal dan produksi telur tidak stabil. Kolibasilosis dapat terjadi
pada semua umur ayam. Pada anak ayam sampai umur 3 minggu,
Kolibasilosis menyebabkan kematian dengan gejala Omphalitis (infeksi di
pusar). Sedangkan pada ayam petelur, Kolibasilosis menyebabkan produksi
telur turun, puncak produksi telur tidak tercapai, masa produksi telur
tertunda dan mudah terinfeksi penyakit lain. Ayam yang pernah terinfeksi E.
coli dapat menjadi pembawa (carrier) sehingga penyakit ini mudah kambuh
pada kemudian hari. Sementara, pada broiler Kolibasilosis menyebabkan
kematian yang terjadi selama periode pemeliharaan dan perolehan berat
badan saat panen yang rendah.
Bakteri E. coli banyak terdapat di usus bagian belakang dan dikeluarkan dari
tubuh dalam jumlah besar bersama dengan feses. Di dalam feses, bakteri ini
dapat bertahan sampai beberapa minggu, tetapi tidak tahan terhadap
kondisi asam, kering dan desinfektan. Bakteri E. coli merupakan bakteri
gram negatif berbentuk batang, dapat bergerak dan tidak membentuk spora.
Bakteri E. coli bisa masuk melalui saluran pernapasan saat udara sangat
berdebu atau ayam sebelumnya telah menderita gangguan pernapasan.
Bakteri yang terhirup tersebut akan melakukan infeksi dan berkembang biak
(multiplikasi). Infeksi biasanya bersifat lokal pada kantung udara yang
ditandai dengan penebalan dan menjadi keruh. Sedangkan untuk saluran
pencernaan biasanya E. coli menyerang usus yang telah mengalami luka
karena cacing, jamur atau Koksidiosis. Kerusakan dapat dilihat berupa
peradangan, penebalan dinding usus, edema dan keluar lendir bercampur
darah. Ayam mengalami diare dan secara fisiknya ayam akan mengalami
diare dan menurunnya kondisi tubuh secara cepat. Kuman E. coli juga bisa
masuk ke saluran reproduksi karena pencemaran dari feses. Di saluran
reproduksi kuman E. coli menular melalui telur tetas dan menyebabkan
kematian embrio atau telur pecah di saluran reproduksi sehingga ayam mati
mendadak. Faktor yang menjadi penunjang timbulnya Kolibasilosis adalah
Page 2 of 7
“litter” kering dan berdebu, “litter” basah/lembab (kadar air >30%, bila
digenggam menggumpal), kadar amonia tinggi, ventilasi kandang jelek,
populasi terlalu padat, stres akibat pertumbuhan yang terlalu cepat, adanya
penyakit menular, dan reaksi vaksinasi yang berkepanjangan. Peternak patut
curiga ayamnya terserang Kolibasilosis bila menunjukkan :
gejala kurus,
bulu kusam,
nafsu makan turun,
pertumbuhan terganggu,
produksi telur turun,
diare berwarna hijau dan berbau khas, serta bulu kotor dan lengket di
sekitar dubur.
Namun untuk lebih meneguhkan diagnose, perlu dilakukan pengamatan
dengan cermat terhadap gejala klinis dan perubahan bedah bangkai. Segera
hubungi dokter hewan kenalan Anda atau minta saran dari Technical
Services langganan Anda. Hal ini karena Kolibasilosis mempunyai gejala
Page 3 of 7
klinis hampir sama dengan penyakit Salmonelosis, Kolera unggas dan
Streptococcosis.
Pada umumnya, ayam yang pernah terinfeksi Kolibasilosis sulit untuk
sembuh sempurna. Kondisi stres dan daya tahan tubuh yang turun biasanya
menjadi faktor pemicu munculnya kembali penyakit Kolibasilosis. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor yang diantaranya adalah Kolibasilosis
merupakan penyakit ikutan, artinya mengikuti penyakit lain seperti Chronic
Respiratory Disease (CRD), Swollen Head Syndrome (SHS) dan Koksidiosis.
Selain itu, proses terjadinya penyakit juga cenderung lambat.
Gejala klinis Kolibasilosis baru dapat terlihat jelas jika penyakit sudah
berlangsung lama dan bersifat kronis. Tempat predileksi (kesukaan) bakteri
E. coli yang terletak di kantung udara, dimana pembuluh darah di daerah
kantung udara sedikit sekali menyebabkan pengobatan secara sistemik
(melalui sirkulasi darah) kurang efektif karena antibiotik yang mencapai
kantung udara sangat sedikit sehingga obat tidak dapat terdistribusi optimal
ke organ sasaran. Bakteri E. coli adalah baketri oportunis yang bisa
menimbulkan penyakit jika kondisi lingkungannya sesuai. Oleh karenanya
penting di sini untuk mempertahankan lingkungan kandang tetap bersih dan
lakukan upaya pencegahan secara rutin dan terjadwal.
Manifestasi bakteri E. coli bisa berbagai bentuk, misalnya pericarditis,
perihepatitis dan peri¬tonitis. Yaitu ditandai permukaan jantung, hati dan
peritonium tertutup selaput fibrin berwarna kelabu. Bentuk egg peritonitis
akibat sumbatan massa mengkeju dan luruhnya oviduct. Ditemukan juga
coli-granuloma, yaitu tumor seperti bunga kol yang keras dan berwarna
kuning.
Bakteri E. coli mudah mencemari lingkungan kandang. Bakteri ini banyak
terdapat dimana-mana yaitu air, debu, dan tanah. Bila memasuki musim
penghujan, air hujan yang mengalir bersama tanah dan feses yang
mengandung bakteri E. coli akan mencemari air sumur atau air tanah. E. coli
tahan lama di lingkungan, setelah keluar dari inang (tubuh ayam), bakteri ini
dapat
bertahan
tanpa
"nutrisi"
selama
20-30
hari,
sehingga
dapat
menginfeksi ayam dan Kolibasilosis kambuh lagi. Semua hewan dapat
Page 4 of 7
terserang Kolibasilosis karena bakteri E. coli tidak khusus menyerang satu
jenis hewan saja. Ia juga mudah mengalami mutasi menjadi Entero
Pathogenic E. coli (EPEC), yaitu menjadi bakteri patogen di saluran
pencernaan. Selain itu, juga bermutasi menjadi Entero Toxigenic E. coli
(ETEC), yaitu bakteri yang menghasilkan racun dan kemudian merusak
mukosa usus.
Mencegah
lebih
baik
daripada
mengobati.
Upaya
pencegahan
dan
pengobatan bisa dilakukan dengan bermacam cara, diantaranya adalah :
1. Sanitasi dan desinfeksi kandang dan peralatannya.
Kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot dengan desinfektan. Tempat
minum dicuci setiap 2 kali sehari. Kemudian rendam tempat minum yang
telah dicuci dalam desinfektan selama 30 menit, setiap 4 hari sekali.
Majukan atau rnundurkan jadwal desinfeksi bila bertepatan dengan jadwal
vaksinasi.
2. Mencegah tamu, hewan liar, dan hewan peliharaan lain masuk ke
lingkungan kandang.
Hewan liar dan atau hewan peliharaan lain, lebih-lebih yang sebangsa, bisa
membawa dan menularkan penyakit.
3. Mencegah stres.
Usahakan
menghindari
stres
pada
ayam
dengan
cara
tatalaksana
pemeliharaan yang benar, populasi ayam jangan terlalu padat, ventilasi
udara cukup, dan diusahakan agar kadar amonia kurang di dalam kandang.
Karena saat stres, semua bibit penyakit dapat dengan mudah masuk ke
tubuh ayam.
4. Sanitasi air minum.
Sanitasi sumber air minum untuk ayam dari pencemaran logam berat dan
kuman patogen dengan melarutkan desinfektan yang aman dikonsumsi
ayam. Program sanitasi air minum dilakukan 1 - 2 kali dalam 1 minggu asal
tidak mendekati jadwal vaksinasi. Sanitasi air rninum bisa dilakukan dengan
klorin - klorinasi air minum - dengan cara memasukkan 3 - 5 ppm klorin
ke dalam air minum. Lebih dari dosis tersebut, malah dapat menurunkan
konsumsi air minum, pakan dan produksi telur karena mengubah rasa dan
Page 5 of 7
bau. Di peternakan, klorinasi air minum dilakukan menggunakan kaporit
karena kaporit mengandung zat aktif klorin. Jika menggunakan kaporit
murni, maka untuk memperoleh kadar yang aman dalam air minum
dibutuhkan 6 - 10 gram kaporit tiap 1.000 liter. Namun, biasanya kaporit
yang tersedia di pasaran, konsentrasinya 50% sehingga dosis pemakaian
menjadi dua kali dari kaporit murni, yaitu 12 - 20 gram tiap 1.000 liter air.
Kaporit dapat mengubah rasa dan bau air sehingga dapat menurunkan
konsumsi air dan ransum. Oleh sebab itu, air minum yang mengandung
kaporit harus dibiarkan terlebih dahulu minimal selama 6 jam sebelum
diberikan ke ayam. Kualitas air sangat menentukan kadar bakteri di
dalamnya, untuk mengetahui apakah sumber air rninum bebas dari
pencemaran logam berat atau kuman patogen dapat dilakukan pemeriksaan
sampel air di laboratorium. Tetapi saat ini sudah tersedia bahan kimia untuk
klorinasi
air
minum
MEGAKLORIT
yang
lebih
efektif
dan
lebih
hemat,
(http://www.obat-pembasmi-lalat.com/?Artikel).
yaitu
Karena
kadar klorinnya lebih tinggi 30% dibanding Kaporit, larut sempurna (tanpa
endapan) dan klorinnya lebih tahan terhadap sinar ultra violet dari matahari
karena
mengandung
Asam
Isocyanurat
sebagai
stabilisator.
pemakaiannya pun jauh lebih sedikit, hanya 1 : 7,5 daripada Kaporit.
Standar air minum yang sehat untuk ayam yaitu:
- tidak berwarna;
- tidak berbau;
- jernih;
- tidak ada endapan;
- pH 6,5 – 7,5 (pH netral);
- kesadahan < 20 mg/liter;
- garam (NaCI) < 1.000 ppm;
- total bahan terlarut < 3.000 mg/liter;
- nitrat dan nitrit < 5 ppm;
- logam beracun < 0,5 ppm total;
- jumlah bakteri < 3.000/ml;
- total jumlah Koliform < 300/ml;
Page 6 of 7
Dosis
- E.coli dan Salmonella sp. = 0 (tidak ada).
5. Tata laksana “litter”.
Cegah litter menjadi sangat kering dan berdebu dengan tidak memasang
“litter” terlalu tebal. Ketebalan litter cukup 7-12 cm. Program penggantian
litter secara berkala, biasanya untuk ayam pedaging dilakukan 1 kali sampai
masa panen. Litter yang basah jangan dibalik tetapi diganti yang baru.
6. Bila kena Kolibasilosisi segera diobati
Ayam
yang
terserang
penyakit
saluran
pernapasan
segera
diobati.
Pengobatan dilakukan sedini mungkin dengan pertimbangan populasi bakteri
E. coli masih relatif sedikit dan mencegah penyebaran bakteri E. coli yang
lebih banyak. Pengobatan belum tentu bisa menyembuhkan penyakit
colibacillosis secara tuntas jika bakteri E. Coli sudah banyak bersarang di
tubuh ayam (sudah parah). Kandang panggung bisa digunakan sebagai
alternatif mencegah penyakit Kolibasilosis yang selalu muncul. Pengobatan
penyakit
Kolibasilosis
menggunakan
antibiotik
untuk
menghambat
pertumbuhan atau membunuh bakteri E. coli. Untuk menghindari resistensi
obat, jika pernah menggunakan satu jenis obat tertentu selama 3 periode
pemeliharaan, sebaiknya periode pemeliharaan berikutnya menggunakan
antibiotik dari golongan yang berbeda. Pada dasarnya, penyakit Kolibasilosis
lebih dipengaruhi oleh lingkungan karena sebenarnya kejadian penyakit ini
dapat
ditekan
asalkan
peternak
selalu
pemeliharaan yang baik. Semoga bermanfaat.
Page 7 of 7
menerapkan
tata
laksana