Memahami Semangat Bandung melalui Sejara

Memahami Semangat Bandung melalui
Sejarah KAA
Oleh: Habib
International Relations Student of UNIKOM

Pendahuluan
Konferensi Asia Afrika 1955 menjadi tonggak penting sejarah yang
menyatukan bangsa Asia dan Afrika dalam melawan dominasi, eksploitasi kaum
Imperialis terhadap bangsa Asia maupun Afrika. Konferensi ini menimbulkan satu
pesan penting yaitu bahwa penjajahan dalam bentuk apapun adalah satu hal yang
harus dihilangkan dari dunia secara keseluruhan. Konferensi ini juga
mengisyaratkan untuk dibentuknya system politik internasional yang lebih adil
dan jauh darim praktek eksploitasi.
Beberapa hal unik dan patut dipuji dari konperensi ini adalah perwakilan
Negara yang berkumpul di bandung pada tahun 1955 ini benar-benar berbeda dari
segala aspek, bahkan dari segi arah politik, yang pada nyatanya saling
bertentangan misalnya antara Vietnam Utara maupun Vietnam Selatan dan masih
banyak lagi. Apalagi keberadaan RRC yang saat itu merupakan salah satu poros
Komunis dunia setelah Uni Soviet, tentu bertentangan denga Iraq, Pakistan
maupun Turki yang berhaluan liberalis dan salah satu pendukung AS sebagai
poros liberalis. Malcolm X pernah berpidato, kutipannya ialah

“At Bandung all the nations came together [recording interrupted] [...]
from Africa and Asia. Some of them were Buddhists, some of them were
Muslims, some of them were Christians, some were Confucianists, some
were atheists. Despite their religious differences, they came together. Some
were communists, some were socialists, some were capitalists--despite their
economic and political differences, they came together. All of them were
black, brown, red or yellow
Dari begitu banyak perbedaan, keunikannya muncul ada pada perjalanan
konperensi dari tanggal 18-24 April, yang tentunya diwarnai dengan perbedaan

pendapat, namun penghasilan keputusan yang bisa dibilang sangat cepat dan
berdampak sangat besar bagi keberadaan komunitas bangsa Asia maupun Afrika.
Seolah menghalau pemikiran Realis bahwa tidak ada Moral Universal yang
mampu menggantikan kepentingan nasional setiap Negara, Setiap Negara bahkan
China (PRC) sekalipun mengenyampingkan dulu kepentingan nasionalnya, dan
mengedepankan kesamaaan pendapat dan persatuan dari bangsa Asia Afrika.
Bangsa Asia dan Afrika sadar akan kesamaan latar belakang sejarah sebagai
wilayah yang baru merdeka dan sama-sama dijajah, sehingga pada akhirnya
musuh yang sama (common enemy) dan menyatukan aspirasi seluruh delegasi
pada waktu itu bahkan sebenarnya mewakili 1,5 milliar penduduk di kawasan

Asia Afrika.
Munculnya KAA sebagai konferensi pertama yang bahkan secara
keseluruhan Negara peserta merupakan perwakilan dari kulit berwarna
mengilhami banyak daerah yang merdeka untuk sadar akan kemampuannya
melawan penjajah. Inilah yang kemudian diibaratkan sebuah semangat KAA atau
lebih sering disebut semangat Bandung, mengilhami banyak daerah untuk
memperoleh kemerdekaannya. Bentuk dari semangat ini adalah dorongan
psikologis yang mempengaruhi pemikiran Asia-afrika bahkan pemikiran barat
yang sebelum KAA di jalankan, meremehkan persatuan bangsa Asia-Afrika.
Di masa modern ini, penjajahan berubah bentuk menjadi bentuk lain
seperti penjajahan ekonomi, pengaruh, dominasi dari kaum kapitalis yang pada
akhirnya menyengsarakan dan mengikat bangsa Asia-Afrika pada kemiskinan.
Maka pada itu, apakah semangat Bandung sudah selesai menjalankan tugasnya?
Apa sudah tidak relevan dengan situasi politik Internasional modern? Atau lebih
jelasnya, apa persatuan Asia Afrika sudah tidak berguna lagi dalam melawan neoimperialisme yang bentuk baru ini? Tentu tidak. Persatuan bangsa Asia Afrika
pada 1955 menjadi sebuah pertimbangan serius yang sangat meresahkan bangsa
Eropa terutama para imperialis yang masih bercokol di Asia maupun Afrika
contohnya Perancis. Tentu jika kemudian Bangsa Asia Afrika di zaman Modern
ini –yang sudah tercerai berai – kemudian bersatu kembali, Semangat Bandung


bisa menjadi sebuah pengikat aspirasi dari dunia selatan untuk mendapatkan
keadilan dan kesejahteraannya.
Untuk mempelajari semangat Bandung, tentu kita harus memahami
bagaimana sejarah, sehingga kita bisa melihat factor penting kemunculan
persatuan, jalannya konferensi sehingga kita bisa tahu bagaimana perjuangan
untuk bisa saling menundukkan kepentingan masing-masing Negara di bawah
paying Asia-Afrika juga Efek yang ditimbulkan baik pada bangsa Asia Afrika
secara keseluruhan, Bangsa Eropa sebagai suspect dari kolonialisme juga pada
political order of International System pada umumnya. Dengan begitu kita bisa
memahami keadaan, rasa Pan –Asia Afrika yang sampai sekarang masih ada
sekalipun sudah meredup dan menggunakan rasa ini untuk membangun sebuah
perdamaian dan kesejahteraan yang sampai sekarang masih belum terwujud secara
menyeluruh.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendekatan Sejarah dan latar Belakang dari terbentuknya
konperensi Asia Afrika?
2. Bagaimana Jalannya Konperensi Asia Afrika dan bagaimana Hasil dari
Konperensi Asia Afrika?
3. Bagaimana Efek dan tanggapan dari dan terhadap system Internasional,
baik pada Negara-negara Asia Afrika, maupun Negara Eropa juga pada

Sistem internasional itu sendiri?
1. Pendekatan Historis
Sebelum dan saat perang dunia kedua merupakan abad-abad terburuk bagi
bangsa Asia maupun afrika pada umumnya. Dengan wilayah yang lebih luas
bahkan dari penjajahnya menjadikan bangsa asia-afrika kacung di tanahnya
sendiri. Selain masalah itu, eropa yang sering dilanda konflik membuat kawasan
asia-afrika ikut terbawa oleh konflik yang dimulai di eropa. Ini tentu merugikan
bangsa Asia-Afrika yang sebenarnya tidak ada urusan dengan masalah benua
Eropa.

Pasca perang dunia kedua, dunia internasional menimbulkan satu
perubahan yang sangat vital di seluruh penjuru dunia.

Salah satunya ialah

kemerdekaan di beberapa daerah jajahan di benua asia maupun di Afrika. Sebut
saja di Indonesia dari belanda, Vietnam dari perancis, India maupun Pakistan dari
Inggris. Fenomena ini tentu menggembirakan dan merupakan perubahan yang
sangat diimpikan oleh banyak Negara di kawasan asia maupun afrika. Muncullah
harapan akan terbebasnya dominasi bangsa barat di kawasan Asia-Afrika.

Namun kolonialisme secara keseluruhan sebenarnya belum berakhir.
Terhitung masih banyak daerah yang belum mendapatkan “angin kebebasan”
menuju kemerdekaan, terutama di benua Afrika yang sampai waktu itu, yang
merdeka hanya bisa dihitung dengan jari saja. Persoalan lain ialah banyaknya
Negara yang merdeka pun masih bergantung pada Negara penjajahnya terdahulu
secara politik ataupun secara ekonomi. Selain kebergantungan, hal yang paling
mendasar adalah kemiskinan bagsa Asia Afrika yang sangat timpang jika
dibandingkan dengan bangsa Eropa.
Masalah baru muncul setelah perang dunia kedua yaitu tumbuhnya dua
blok pemenang perang dan saling bertentangan satu sama lain secara ideology.
Dimulailah era yang sering disebut dengan term “Perang Dingin (Cold War)”.
Sekalipun masalah pertentangan ini dimulai di kawasan “barat”, namun efeknya,
bahkan perang, terjadi kawasan lain yaitu Asia dan Afrika. Bangsa dua benua ini
digiring kedalam framework dua blok adidaya, dan saling diperebutkan
pengaruhnya seakan-akan nasib bangsa Asia maupun Afrika tetap harus mengikuti
salah satu blok yang muncul. Benturan 2 ideologi ini berubah menjadi konflik
fisik bahkan peperangan ketika memasuki beberapa wilayah yang baru merdeka.
Sebut saja perang semenanjung Korea pada decade 1950 -1960 an.
Masalah lain merupakan kelanjutan dari masalah perang dingin.
Dahsyatnya Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki yang dijatuhkan pada 6 dan 9

Agustus 1945 mengingatkan pada system internasional akan munculnya sejata
non konvensional yang cakupannya tidak terkontrol dan massal. Kepemilikan

senjata non konvensional ini juga menjadi sebuah power yang tidak terbantahkan
yang pada akhirnya menjadi perlombaan senjata gaya baru antara blok barat dan
blok timur dengan mengembangkan senjata nuklir. Dahsyatnya efek bom yang
digadang tidak hanya satu daerah saja yang terkena dampak, tapi seluruh dunia
juga kena dampaknya jika kemudian berkembang sebagai perang nuklir membuat
bangsa Asia-Afrika yang berada ditengah-tengah merasa kembali menjadi
kepanjangan konflik kaum bangsa eropa. Inilah yang kemudian menjadi
pertimbangan serius untuk menjaga kawasan asia afrika bebas dari senjata nuklir
dan promosi dari perlucutan senjata nuklir.
Konperensi Asia afrika kemudian muncul dari dengan dilandasi factorfaktor khusus yaitu:
… as a reluctance by the Western powers to consult with them (Asia
Africa) on decisions affecting Asia; their concern over tension between the
People’s Republic of China and the United States; their desire to lay firmer
foundations for China’s peaceful relations with themselves and the West;
their opposition to colonialism, especially French influence in North Africa;
and Indonesia’s desire to promote its case in the dispute with the
Netherlands over western New Guinea (Irian Jaya). (Britannica.com)

Adapun

factor

pemersatu

yang

kemudian

menjadi

landasan

terselenggaranya Konperensi Asia Afrika ialah
1. Kesamaan latar belakang sejarah umum bangsa Asia Afrika yang diwarnai
Kolonialisme dan Imperialisme.
2. Secara geografis yang saling berdekatan
3. Persoalan yang sama yang sedang dihadapi bangsa Asia Afrika seperti
yang


telah

dijelaskan sebelumnya seperti masalah kolonialisme,

kemiskinan, kemunuclan dua blok adidaya, konflik antar tetangga juga
kemiskinan.
2. Konferensi pendahuluan sebelum Konperensi Asia Afrika
Konperensi Asia Afrika diawali dengan Konperensi Kolombo yang
diinisiasi Presiden Sri Lanka , Sir John Kotelawala pada 28 April sampai 2 Mei

1954. Konperensi ini dihadiri oleh perdana menteri 5 negara yang kemudian
menjadi pelopor KAA, yaitu Pakistan, India, Myanmar, Sri lanka dan juga
Indonesia. Dalam konperensi Kolombo dibahas masalah Vietnam dan juga
Konferensi Jenewa yang dihadapinya. Juga diputuskan untuk mendirikan
mengadakan konferensi Asia Afrika dengan 5 negara ini lah yang menjadi Negara
sponsor.
Konperensi ini dilanjutkan di Bogor atau disebut Konperensi Bogor untu
membicarakan lebih jelas lagi mengenai Konperensi Asia Afrika maka diputuskan
a)Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24

April 1955.
b) Penetapan tujuan KAA dan menetapkan negara-negara yang akan diundang
sebagai peserta Konferensi Asia Afrika, yaitu,
1. memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidang
sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
2. memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme;
3. memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta
mengusahakan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
4. bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya,
5. membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan
bersama seperti kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.
c) Hal-hal yang akan dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika.
d) Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.
3. Pelaksanaan Konperensi Asia Afrika
Planing dari Konperensi sebelumnya benar-benar diwujudkan pada 18-24
April 1955. Dimulailah sebuah rentetan acara yang merupakan titik balik sejarah,

sebagai pertama kalinya bangsa kulit berwarna mengadakan sebuah konperensi
multilateral. Surat kabar Italia Coriella Della Sera menuliskan
It is being called the Afro-Asian conference: not a single white man is there, as the

Union of South Africa has been deliberately excluded and the Central African
Federation including both Rhodesias and Nyasaland, set up recently under British
impetus, did not want to take part. Negotiating international affairs at public
conferences is a Western invention, for good or for ill. This is the first time that
coloured people have used this method on such a grand scale.

Bersama Negara sponsor, Negara yang diundang ialah sejumlah 24 negara
terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia (Filipina, Thailand,
Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal,
Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon, Turki,
Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libia, dan Pantai Emas/Gold
Coast). 29 Negara ini bukan berarti mewakili kepentingan negaranya saja, namun
secara luas mewakili kepentingan bangsa asia afrika yang juga masih terjajah.
Konferensi Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut
kepentingan bersama negara-negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama
ekonomi dan kebudayaan, serta masalah kolonialisme dan perdamaian dunia.
Pembicaraan ini tentu bukanlah hal yang mudah dilihat dari beragamnya aspirasi
dan kepentingan dari Negara peserta. Bahkan pada pelaksanaanya terbentuk tiga
blok arah politik, seperti blok “barat” yang didukung oleh, Muang Thai, Turki,
Iraq, Pakistan dan Filiphina; Aliran komunis yaitu RRC dan Vietnam Utara; dan

para Negara netral yang diwakili Birma, Sri lanka, India dll.
Konperensi di buka dengan Pidato dari Ir. Soekarno sebagai Presiden RI.
Ia menjelaskan betapa Bangsa Asia Afrika telah melewati banyak kesedihan
dalam mencapai kemerdekaan,
… But also I cannot restrain feelings of sadness when I recall the
tribulations through which many of our peoples have so recently passed,

tribulations which have exacted a heavy toll in life, in material things, and
in the things of the spirit. (Pidato pembuka Soekarno)
Ia juga menjelaskan mengenai masalah dunia yang berada dalam 2
kekuatan besar dan ancaman nuklir
Yes, we are living in a world of fear. The life of man today is corroded and
made bitter by fear. Fear of the future, fear of the hydrogen bomb, fear of
ideologies. Perhaps this fear is a greater danger than the danger itself,
because it is fear which drives men to act foolishly, to act thoughtlessly, to
act dangerously.
Satu hal penting juga yang ia jelaskan adalah munculnya imperialism yang
baru dan ber”baju” yang beda namun niat nya tetap sama. Di tengah kemudian dia
menjelaskan betapa persatuan antara Asia Afrika juga dibentuk dari perbedaan
yang signifikan namun ia menjelaskan bahwa ada satu hal yang membedakan Asia
Afrika ketimbang kawasan yang lain, yaitu solidaritas. Ia contohkan solidaritas itu
ketika Indonesia di blockade Ekonomi oleh Belanda, Ia berterima kasih secara
langsung terhadap India yang kemudian menyelamatkan Indonesia dengan
menembus blockade dan inilah yang kemudian dilihat sebagai sinyal dari
kekuatan solidaritas (bukan berupa pragmatism) bangsa Asia Afrika.
Nehru sendiri menjelaskan dalam pidatonya bahwa bangsa Asia Afrika
adalah bangsa yang dinamis, yang pernah melakukan kesalahan, namun karena
dinamis, bisa ditoleransi dan diperbaiki. Ia menginginkan untuk bangsa Asia
Afrika sebagai bangsa yang tidak menjadi follower saja (ia mengatakan ia tidak
mau bangsa asia afrika menjadi bangsa Yes dalam arti ikut-ikutan). Artinya ia
menginginkan bangsa ikut bertanggung jawab atas apa yang sedang dibangun di
KAA. Sekalipun begitu ia menekankan salah satu poin penting yang mendasari
KAA, bahwa KAA bukan berarti pertemuan melawan imperialism dengan
Isolasionisme, namun sebaliknya kita (bangsa asia afrika) menjadi teman bagi
blok barat maupun blok timur. Ia sendiri menekankan ingin menghapus masalah
rasial bahkan menyampaikan keinginannya untuk mendekatkan New Zealand

maupun Australia (bangsa kulit putih) ke perspektif Asia. Sekalipun begitu, ia
menekankan untuk mengakhiri pengaitan Bangsa Asia Afrika dari konflik yang
terjadi di Eropa.
Satu yang sering dibicarakan dan menjadi topic utama barat dari
konperensi ini adalah keberadaan China. Pidato yang di ucapkan Zhou En Lai
sebagai delegasi dari RRC, banyak pihak menganggap sebagai pidato yang sangat
berpengaruh bahkan dari pidatonya Jawaharlal Nehru. Zhou mengatakan di
kalimat pertamanya bahwa ia tidak datang untuk berselisih dalam artian ia tidak
serta merta mempertahankan kepentingannya saja disini namun ia mengatakan
mendukung persatuan.
…Its success will go a long way to furthering our common goal, that of ending
colonialism, defending peace and further consolidating friendly cooperation
between our countries (Zhou en Lai Speech)

Zhou enlai sendiri tidak terlalu mengaitkan pertentangan nya dengan AS
masalah Taiwan ke konferensi ini. Namun ia berjanji akan mau berbicara dengan
AS tentang maslah Taiwan. Artinya di KAA, China berjanji untuk
mengedepankan jalan damai, ketimbang ekspansi menggunakan senjata, yang
selama ini dikhawatirkan sebagai salah satu pemicu perang dunia yang berikutnya.
Dalam pelaksanaannya kepentingan barat bukan berarti tidak muncul.
Dalam surat PM perancis untuk Indonesia yang dikirimkan ke Perancis
mengungkapkan bahwa tidak munculnya masalah suku mau mau di Kenya,
British Malaya maupun Papua Nugini. Ini diperlihatkan oleh duta besar perancis
sebagai keberhasilan dari Iraq sebagai ”natural ally” dari Inggris.
Beikutnya friksi pun terlihat dalam konperensi yang terjadi seperti yang
dilaporkan French Commisioner General In Indochina ke Menlu Perancis saat itu.
That was why Chou En-lai decided to strike a conciliatory pose. However, after a
few days of exhilaration, deep differences began to emerge when Sir John
Kotelawala took an anti-Communist stance, supported by the Iraqi, Turkish,
Pakistani and Filipino delegates and followed by the group of small nations.

Moreover, Nehru, visibly edgy and confounded by Chou En-lai’s prestige, lost his
composure and was the target of sharp criticism from some delegations, even
though relations between these two major powers have been rather cool. Still,
they agreed to salvage the Conference, and the final communiqué was drafted in
one go under their supervision, although the behind-the-scenes negotiations were
led by India and China

Di sini diungkapkan bahwa perbedaan mendalam muncul ketika Sri
Lanka mengambil langkah anti-komunisme yang disertai oleh Turki dll. Maka
dari itu adalah sebuah kehebatan ketika naskah komunike dari konperensi ini
beres dengan cepat.
Pada akhirnya, Konperensi Asia Afrika menghasilkan beberapa keputusan
penting. Yaitu,
1. Memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial,
ekonomi, dan kebudayaan;
2. menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan Maroko;
3. mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat dan tuntutan Yaman atas
Aden;
4. menentang diskriminasi ras dan kolonialisme dalam segala bentuk;
5. aktif mengusahakan perdamaian dunia.
Selain itu yang paling penting KAA menciptakan prinsip dasar yang
kemudian disebut dasasila Bandung. Inilah puncak kesuksesan dari KAA, dengan
menyatukan seluruh aspirasi bahkan hanya dengan 6 hari pertemuan saja.
Dasasila tersebut antara lain :
1. menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam
Piagam PBB;
2. menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;

3. mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar
maupun bangsa kecil;
4. tidak melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam
negeri negara lain;
5. menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara
sendirian maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
6. a ) tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk
bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar;
b ) tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
7. tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan
terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara;
8. menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuai dengan
Piagam PBB;
9. memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
10. menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Inilah yang kemudian menjawab bahwa KAA bukanlah sebuah kelompok
yang anti barat secara ras maupun pemerintahan. KAA tidak menjadi sebuah
pengganti dari PBB yang notabene merupakan produk dari pemenang perang alias
Barat. Namun KAA sangat mengedepankan piagam PBB dan mengedepankan
penyelesaian melalui piagam PBB. Prinsip yang dikedepankan melawan
imperialism sendiri seperti yang diungkapkan Ir. Soekarno ialah bukan lewat
senjata, tapi lewat nilai-nilai kedamaian pengajuan kepentingan bersama.
Seperti yang dituliskan surat kabar german yaitu Suddeutsche Zeitung
At all events, the ideological independence of Asia was subordinated at Bandung
to the desire for cooperation with the other continents and especially with the
United Nations. Isolation is the last thing Asia wants. Foreign capital is wanted;

the Charter of the United Nations is to be a model for Asia; one of the most
important recommendations for international politics in the Final Communiqué
states that the Bandung participants should make greater use of existing
international organisations than hitherto.

4. Tanggapan dan efek yang diterima Sistem Internasional.
Efek dari KAA ini ialah munculnya semangat kemerdekaan yang
mendasari banyak daerah yang belum merdeka. Di Indochina, sebagai muncul
Kamboja dan Laos dibantu oleh China. 1967 menjadi titik perlawanan Aden
mendapatkan kemerdekaannya dari protektorat Inggris. Di tahun 50-60 an juga,
Tunisia, Maroko dan Algeria berturut-turut mendapatkan kemerdekaannya dari
Perancis seperti yang ditakutkannya sebagai imbas dari semangat Bandung.
Bahkan Maroko menamakan salah satu jalannya sebagai jalan Ir. Soekarno
sebagai tanda jasa atas diberlakukannya KAA. Dan masih banyak lagi Negara
yang merdeka setelah KAA.
Bagi Indonesia sendiri, penerapan isu Irian barat berhasil mendapatkan
dukungannya dan akhirnya mendapatkan Irian barat pada tahun 1962. Ide anti
rasisme sendiri mengilhami kebangkitan kulit hitam di Afrika selatan maupun di
Amerika. Yang pada akhirnya menghapus diskriminasi yang telah mereka
dapatkan selama bertahun tahun.
Satu Ide kongkrit yang muncul ialah pendirian GNB atau Non-alignment
Movement, ini mengilhami akan sebuah kelompok yang berdiri di tengah-tengah
perselisihan Blok barat dan Timur dan mempromosikan perdamaian.
Dampak kongkrit yang lain bisa disimpulkan sebagai berikut
1. KAA
menjadi penengah 2 blok yang berseteru dan mengurangi
ketegangan akibat perang dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
Salah satunya, ialah pengurangan ketegangan China dengan AS dengan
mengedepankan perdamaian.
2. Gagasan KAA diperluas dan dikhususkan menjadi GNB.
3. Politik bebas aktif yang digagas Indonesia diikuti oleh Negara-negara
yang tidak mau ikut blok manapun

4. Kecemasan barat khususnya yang masih status nya sebagai kolonialis, ini
juga kemudian diikuti banyak Negara kolonialis yang akhirnya
melepaskan daerah yang dijajahnya.
5. Munculnya anti diskriminasi di Australia, Afrika Selatan dan Amerika
Serikat.
Kembali lagi saya menekankan bahwa efek dari KAA adalah adanya
kesadaran akan persatuan Asia dan Afrika bukanlah mimpi belaka dan sudah
dibuktikan bahwa itu bisa terjadi.

Surat kabar Jerman Suddeutsche Zitung

menuliskan
The lesson of the Conference is that we now know more or less how these
individual Asian countries respond to international issues, but it has also
indicated the extent to which they are prepared to subordinate their own
interests to a pan-Asian strategy, in other words the extent to which their
interests overlap.
Konperensi ini mengindikasikan sebuah kemauan bangsa Asia Africa untuk
mengedepankan kepentingan mereka dan memasukkannya ke sebuah persatuan dalam
bawah payung Pan-Asian Strategy.
Dalam Luxemburg Wort “Warning From Bandung” dituliskan bahwa
The type of awakening we have witnessed in Bandung has been particularly
gratifying. The nations represented there are beginning to think for themselves
and to formulate their own common objectives. They have no desire to be
passed from hand to hand like bargaining counters
Kebangkitan Asia Afrika bisa dibilang memuaskan. Mereka setelah Konperensi
mulai berfikir akan tujuan bersama ketimbang menjadi bargaining posisi antar Negara
barat.
Satu hal yang penting yang bisa disimpulkan adalah, secara tidak langsung Kaum
Barat merasa terancam dengan adanya KAA. Kebijakan AS sendiri menjadi terbagi dua
untuk urusan ini, ia mendukung adanya dekolonisasi Asia Afrika namun juga tidak mau
meninggalkan aliansi nya dengan Eropa Barat yang notabene adalah Negara penjajah.
the conference revealed two contradictions in U.S. foreign policy
with regard to decolonization in the Third World. First, the United
States Government found itself caught between its desire to
support decolonization and self-determination in Southeast Asia
and Africa and its reliance on the colonial powers of Western
Europe as allies against the communist Eastern Block.

Perancis sendiri mendapatkan banyak tantangan dan kritikan dari Negara seperti
Iraq dll atas kolonisasi nya di Afrika. Perancis pun seolah diabaikan oleh Negara-negara
Indochina seperti Laos dan Kamboja yang mencapai kesepakatan dengan RRC.
France came under fire from all sides. Both Djamali, the Iraqi delegate, and the
representative of Ethiopia expressed the most virulent criticism towards France
while, to everyone’s surprise, (General Ely Report to Foreign minister of
France)
“Ketakutan”barat tentu berdasarkan fakta, karena muncul kritikan ini bukan
hanya pada perancis tapi pada semua colonial barat. Media Coriella Della Sera
mengungkapkan
Extremely poisonous arrows are being fired from all sides against surviving
imperialism: against French policy in North Africa, against hard-line Boer racism
in South Africa, against the Portuguese in Goa, against the Dutch in New Guinea
and even against the British, whose popularity has improved somewhat following
their unconditional and orderly withdrawal from their Asian empire, for their
repression in Malaya. This was foreseen in the invitation that India and the other
four host powers sent out last December.

Kesimpulan
Kebangkitan kaum Asia Afrika menandakan sebuah turning point in
history. KAA menjadi pertama kalinya dalam sejarah umat manusia perkumpulan
manusia kulit berwarna bahkan tanpa bantuan sedikitpun dari Eropa ataupun Uni
Soviet. Ini menandakan pencarian peran Asia Afrika dalam system Internasional
berhasil sukses dan mengakhiri dominasi berlebihan bangsa Eropa terhadap
bangsa Asia dan Afrika.
Tentu yang mengejutkan berbagai pihak adalah semangat kemerdekaan
yang digaungkan KAA berhasil sampai di telinga para nasionalis di daerah-daerah
yang masih terjajah. Terhitung banyak sekali Negara yang berhasil merdeka
setelah Konferensi ini. Apa yang menyebabkan ini? Semangat Bandung, yaitu
dorongan psikologis bahwa Asia Afrika bukanlah “barang” bagi kaum barat untuk
dipermainkan juga kesadaran akan membentuk nilai-nilai sendiri ketimbang
mengikuti Eropa.
Bagaimana kita bisa memahami Semangat Bandung?
Kita harus mengikutinya melalui Sejarah, KAA muncul dari Negaranegara yang notabene berbeda secara arah politik, entitas, warna kulit dll. Bahkan

dalam pelaksanaannya pun tergambarkan friksi antara pendukung liberalis,
komunis

dan

netral.

Namun

yang

terjadi

kemudian

adalah

saling

mengesampingkan kepentingan masing-masing dan mengedepankan persatuan.
Maka pada akhirnya kemunculan dasasila hanya ditempuh melalui 6 hari dan
semua peserta mampu mengangkat senyumnya ketika dasasila yang ada dalam
komunike dikumandangkan. Ini menggambarkan betapa kuatnya semangat
persatuan bangsa Asia Afrika.
Efeknya pun tidak tanggung-tanggung, semangat bandung meluas ke
daerah-daerah yang masih terjajah. Semangat akan kebebasan penentuan nasib
tanpa intervensi dll berhasil mengangkat para nasionalis memerdekakan diri dari
penjajah Eropa.
Di Masa sekarang apakah masih penting semangat bandung? Tentu,
Imperialisme seperti kata Bung Karno telah berubah wujud ke sesuatu yang lebih
“soft” namun niatnya sama saja. Penjajahan di bidang ekonomi seperti
penguasaan investasi asing pada sector-sektor yang tidak terbaharui seperti SDA
minyak, emas masihlah terjadi. Rezim Internasional WTO sendiri menerapkan
aturan-aturan yang dinilai menguntungkan pihak barat dalam perdagangan
internasional. IMF dan World Bank dituduh dalam pemiskinan Asia Afrika dengan
hutang-hutang nya yang menggiurkan. Muncullah New Development Bank yang
diprakarsai BRICS ( Brazil, Russia, India, China dan South Africa) untuk
menyaingi IMF dan World Bank. Sekalipun masihlah dalam pertumbuhan namun
pendirian ini bisa menjadi harapan bagi kawasan selatan untuk bisa mewujudkan
keadilan dalam pendistribusian kesejahteraan dalam ekonomi internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha,

Fajar.

Kemerdekaan

2015.

Konferensi
Negara

Asia

Afrika,

Peletak

Dasar

Dunia

Ketiga.

http://m.metrotvnews.com/read/2015/04/01/379657

diakses pada 3

April 2015 pukul 12.30 WIB
The Ministry Of Foreign Affairs of People’s Republic Of China. The
Asian-African Conference .
http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/ziliao_665539/3602_665543/3604_66
5547/t18044.shtml diakses pada 3 April 2015 pukul 09.20 WIB

Anjaiah , Veeramalla. 2005. Asia-Africa Conference .
http://www.thejakartapost.com/news/2005/04/21/indonesia-and-1955asiaafrica-conference.html diakses pada 3 April 2015 pukul 10.00 WIB
Editors of Encyclopædia Britannica. Bandung Conference Asia-Africa
[1955]. http://www.britannica.com/EBchecked/topic/51624/BandungConference diakses pada 3 April 2015 pukul 10.12 WIB
Us department of state , office of the historian. Bandung Conference .
https://history.state.gov/milestones/1953-1960/bandung-conf diakses
pada 3 April 2015 pukul 10.30 WIB
http://www.history.com/this-day-in-history/the-bandung-conferenceconcludes diakses pada 3 April 2015 pukul 10.37 WIB
Yoo, Jiwon Amy. Bandung-Conference.
http://www.blackpast.org/gah/bandung-conference-1955Contributor
diakses pada 3 April 2015 pukul 12.15 WIB
Yusuf, Dede. 2011. Peranan Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika.
www.academia.edu Diakses pada 3 april 2015 pukul 08.30 WIB
_______ 1955.Letter from General Ely to Antoine Pinay (Saigon, 28 April
1955).
http://www.cvce.eu/obj/letter_from_general_ely_to_antoine_pinay_saigo
n_28_april_1955-en-f71582f5-0631-4b0d-a1a9-4d7a75eeffdb.html
Diakses pada 2 April 2015 pukul 22.23 WIB
________ 1955.'Warning from Bandung', from Luxemburger Wort (27
April 1955).
http://www.cvce.eu/obj/warning_from_bandung_from_luxemburger_wort
_27_april_1955-en-cb4e2feb-6991-4113-a24a-818d8512e127.html
DIAKSES PADA 2 APRIL 2015 Pukul 22. 40
_________ .1955.Letter from Renaud Sivan to Antoine Pinay (Jakarta, 27
April 1955).
http://www.cvce.eu/obj/letter_from_renaud_sivan_to_antoine_pinay_jak
arta_27_april_1955-en-90cbb3a0-8e6a-4747-bc49-af39f4e3513d.html
Fackler, Maxim. 1955. 'The world after Bandung', from Süddeutsche
Zeitung (26 April 1955).
http://www.cvce.eu/obj/the_world_after_bandung_from_suddeutsche_ze
itung_26_april_1955-en-4405abc6-ab41-423a-985e72159125c78b.html diakses pada 2 april 2015 pukul 24.06 WIB
__________.1955. 'A backdrop of anti-European sentiment', from
Corriere della Sera (19 April 1955).

http://www.cvce.eu/obj/a_backdrop_of_anti_european_sentiment_from_
corriere_della_sera_19_april_1955 end5abb8ad-f3d4-4403-a60d4d7fad167fb4.html diakses pada 2 april 2015 pukul 24.30 WIB
__________1955. Statement by the Indian Delegation at the closing
session (Bandung, 17 to 24 April 1955).
http://www.cvce.eu/obj/statement_by_the_indian_delegation_at_the_clo
sing_session_bandung_17_to_24_april_1955-en-ff02a695-6b4a-4d88ba17-7595b8715e62.html diakses pada 3 april 2015 pukul 01.12 WIB
__________1955. Address given by Sukarno (Bandung, 17 to 24 April
1955).
http://www.cvce.eu/obj/address_given_by_sukarno_bandung_17_to_24_
april_1955-en-88d3f71c-c9f9 415ab397-b27b8581a4f5.html diakses
pada 3 april 2015 pukul 07.14 WIB