TUBERKULOSIS PARU PARU yang dirawat
1
TUBERKULOSIS PARU-PARU
Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria
patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap
manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih
kecil dari satu sel darah merah.
Patogenesis
Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberculosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet
yang mendukung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis
bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya
limfosit T) adalah sel imunosupresifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya
local, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan
limfokinnya . Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Setelah berada di
alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian atas lobus
bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan akan mengalami gejala pneumonia
akut. Pneumonia ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat juga berlanjut terus dan bakteri dapat terus
difagosit atau berkembang biak dalam sel. Basil juga menyebar dalam getah
bening menuju kekelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
2
tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat
dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut kaseosa. Lesi primer pary-paru
dinamakan focus Ghon dan dan gabungan terserangnya getah bening regional
dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi
pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam
bronchus dan menimbulkan kavitas kemudian akan masuk kepercabangan
trakheobronkhial. Proses ini dapat terulang kembali dibagian lain dari paruparu atau basil dapat terbawa sampai kelaring, telinga tengah atau usus.
Manifestasi Klinik
Pada stadium dini penyakit tuberculosis biasanya tidak tampak adanya
tanda atau gejala yang khas. Tuberkulosis dapat didiagnosis hanya dengan
fase tuberculin, pemeriksaan radiogram, dan pemeriksaan bakteriologik.
Menurut CDC suatu kasus tuberculosis dapat dipastikan bila organisme M.
tuberculosis dapat diidentifikasi. Jika bakteri tidak diperoleh, maka laporan
kasus tuberculosis dianggap benar bila hal-hal berikut ini dapat ditemukan :
1. Prosedur
diagnostik
sudah
dilakukan
dengan
lengkap
(Reaksi
Hipersensitivitas berupa ; Tes tuberculin intradermal Mantoux, Tes
tuberculin dengan suntikan jet, Tes tuberculin tusukan majemuk)
2. Bukti adanya tuberculosis dengan pemeriksaan bakteriologik.
3. Radiografik dada dengan hasil abnormal dan/atau bukti klinis akan
adanaya penyakit ini.
4. Keputusan untuk memberikan satu paket terapi yang lengkap dengan dua
atau lebih obat anti tuberculosis.
Dengan berjalannya penyakit dan semakin banyaknya dekstruksi
jaringan paru-paru, produksi sputum semakin banyak dan batuk dapat
menjadi semakin berat. Biasanya tidak ada gejala nyeri dada dan batuk darah
biasanya hanya dikaitkan dengan kasus-kasus yang sudagh lanjut. Beberapa
penderita mengalami batuk produktif, keletihan, lemah, keringat pada malam
3
hari dan berat badan menurun mirip dengan tanda dan gejala bronchitis akut
dan pneumoni.
II. Pengobatan dan Prinsip-Prinsip Kemoterapi.
Pengobatan tuberculosis terutama berupa pemberian obat antimikroba
dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klinis pada seorang yang sudah terjangkit
infeksi. Agar pengobatan dapat berjalan efektif obat yang diberikan harus
mamapu mengganggu fungsi vital kuman tuberculosis tanpa membahayakan
klien, Stead dan Bates (1983) menekankan bahwa “pilihan terapi harus
dipandu oleh prinsip-prinsip yang sudah diakui kebenarannya” adapun
prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Obat terpilih harus merupakan obat terhadap mana basil masih peka.
2. Bahkan dalam suatu populasi basil yang umumnya masih peka, perubahan
alami kearah resisten timbul pada setiap 1 dari 100.000 sampai 1juta
organisme.
3. Obat-obatan bakterisidal lebih disukai.
4. Jika pengobatan yang diberikan kelihatan gagal maka penambahan satu
macam obat lain hanya akan mengundang datangnya bencana.
5. Terapi harus dilanjutkan cukup lama untuk eradikasi basil dalam tubuh.
6. Semua obat harus diminum sebelum makan pagi dan dalam dosis tunggal
agar dicapai suatu konsentrasi gabungan puncak yang memberikan efek
maksimal terhadap basil.
Kelompok-kelompok resiko tinggi berikut ini harus mengalami pengobatan
pencegahan :
1. Anggota keluarga atau mereka yang dekat dengan penderita yang baru
didiagnosis terinfeksi tuberculosis.
2. Tes kulit tuberculin positif, disertai ditemukannya hasil radiogram yang
sesuai dengan penyakit tuberculosis nonprogressif dan yang belum pernah
menerima pengobatan kemoterapi yang adekuat dimasa lampau.
4
3. Orang yang baru saja terinfeksi.
4. Orang yang memiliki reaksi tuberculin bermakna dalam keadaan klinik
khusus.
5. Orang yang rekasi tuberkulinnya bermakana dan berusia dibawah 35
tahun
6. Orang yang reaksi tuberculin bermakna juga memiliki AB terhadap virus
HIV.
7. Orang-orang dengan reaksi tuberculin bermakna yang berada dalam
keadaan epidemiologi khusus.
5
Obat-obat kemoterapi untuk pengobatan Tuberkulosis
Nama Obat
Obat-obatan unruk
pengobatan awal :
Isoniasid
Harian
Dosis
Dua kali/minggu
Efek samping
Pemantauan
Keterangan
Neuritis perifer, hipersensitivitas
dan hepatitis
Peningkatan enzim-enzim hati.
Gangguan saluran pencernaan
(Anoreksia, mual, muntah, diare)
hepatitis dan penekanan kekebalan.
Neuritis optika(reversible bila obat
segera dihentikan), ruam pada kulit
AST/ALT (tidak rutin)
Untuk neuritis : piridokain 10 mg
sebagai pencegahan 50 – 100 mg
untuk pengobatan.
Dpt `perlu penyesuaian obat yg
dap dipakai dgn kontrasepsi oral,
antikoagulan, kortikosteroid
Tdk dianjurkan diberikan pd
wanita hamil. Hrs diberikan
secara hati-hati pd penderita dgn
insufisiensi ginjal.
Allopurinol atau probenesid
untuk mengurangi as. Urat
serum.
Berikan dgn hati-hati pd individu
yg lebih tua. Hindari penggunaan
obat ini pd penderita dgn
insufisiensi ginjal.
utama
300 mg PO atau
IM (10 – 20
mg/kgBB)
600 mg PO (1020 mg/kg)
15 mg/kg BB PO
atau IM
Ethambutol
hidroklorida
15-25 mg/kgBB
PO
50 mg/kg BB
Pyrazinamide
2 g PO (15 – 30
mg/kg BB)
50 – 70 mg/kg BB
Hjepatotoksik,
hiperurisemia,
atralgia, ruam kulit.
AST/ALT, as. Urat
Streptomycine
0,75 – 1 gr IM
( 15-20 mg/kg
BB)
25 – 30 mg/kg BB
Ototoksik
Audiogram
fungsi
vestibular, BUN dan
Kreatinin
Rifampicin
Obat-obat pilihan
kedua
Capreomyecine
Cycloserine
Kanamicine
600 mg PO
AST/ALT
1 g IM (15-30
mg/kg BB)
1 g PO(15-20
mg/kg BB)
Nefrotoksik, ototoksik
Sda
Perubahan personalitas, psikosis,
kejang, ruam
Tes psikologis
1 g IM (15 – 30
mg/kg BB)
Toksisitas Auditori, nefrotoksik
Audiogram
fungsi
vestibular, BUN dan
krestinin
Sda
Obati
neurotoksisitas
dgn
piridoksin 100-200 mgf setiap
hari
Sama dgn streptomicine.
7
III.
Klasifikasi
Klasifikasi TBC didasarkan pada hubungan yang luas antara parasit
dan penderita, hubungan ini ditunjukkan dgn riwayat terjangkitnya penyakit,
infeksi dan penyakit. Klasifikasi ini dibagi menjadi 6 kategori atau kelas yg
ditujukan untuk anak-anak dan dewasa.
Kelas 0
Tdk ada jangkita TBC, tdk terinfeksi .
Kelas 1
Terpapar TBC, tdk ada bukti infeksi
Kelas 2
Ada infeksi TBC, tdk timbul penyakit
Kelas 3
TBC : saat ini sedang sakit, lokasi penyakit paru-paru, pleura, limfatik, tulang
dan atau sendi, kemih, kelamin, diseminata (milier), meningeal, peritoneal dll.
Kelas 4
TBC : Saat ini tdk sedang menderita penyakit, dalam pengobatan kemoterapi.
Kelas 5
Orang dicurigai mendapatkan TBC.
IV.
Pencegahan dan Pengendalian
Program-program kesehatan masyarakat sengaja dirancang untuk
mendeteksi kasus-kasus dan menemukan sumber infeksi secara dini. Terapi
pencegahan TBC dengan obat antimikroba merupakan sarana yang efektif
untuk mengontrol penyakit. Hal ini merupakan tindakan preventif yang
ditujukan baik untuk mereka yang sudah terinfeksi maupun masyarakat pada
umumnya.
Eradikasi TBC dilakukan dengan menggabungkan kemoterapi yang
efektif, identifikasi segera dan tindak lanjut pada orang yang mengalami
kontak dengan penyakit ini , dan terapi kemoprofilaktik pada kelompokkelompok dalam populasi yang beresiko tinggi.
8
V.
Asuhan Keperawatan
A. Dasar data pengkajian klien
Data tergantung pada tahap poenyakit dan derajat yang terkena.
1. Aktivitas/istirahat
Θ Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja,
kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,
menggigil atau berkeringat, mimpi buruk.
Θ Tanda : Takhikardia, takhipnu/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri
dan sesak (tahap lanjut).
2. Integritas EGO
Θ Gejala : Adanya /factor stress lama, masalah keuangan, rumah,
perasaan tdk berdaya/ tdk ada harapan.
Θ Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan dan mudah terangsang.
3. Makanan/cairan
Θ Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan
berat badan.
Θ Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan.
4. Nyeri/kenyamanan
Θ Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Θ Tanda : Berhati-hati pada area sakit, perilaku distraksi, gelisah.
5. Pernapasan
Θ Gejala : Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, riwayat TBC/terpajan
pada individu terinfeksi.
Θ Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan
tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus,
karakteristik sputum (hijau,/purulen, mukoid kuning atau
bercak darah), deviasi tracheal, tdk perhatian, mudah
terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut.
9
6. Keamanan
Θ Gejala : Adanya kondisi penekanan imun.
Θ Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi social
Θ Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan
kapasitas fisikuntuk melaksanakan peran.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Θ Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik, tidak berpartisipasi dalam
terapi.
B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum
2. Tes kulit.
3. Elisa/Western Blot
4. Foto thorak
5. Histologi atau kultur jaringan
6. Biopsi jarum pada jaringan paru
7. Elektrosit
8. GDA
9. Pemeriksaan fungsi paru.
C. Diagnosa Keperawatan
1). Risiko tinggi infeksi (penyebaran/aktivasi ulang) berhubungan
dengan:
-
Pertahanan primer tdk adequate
-
Kerusakan jaringan/ tembahan infeksi
-
Penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi
-
Malnutrisi
-
Terpajan lingkungan
10
-
Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi.
-
Menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit
Rasional : membantu klien menyadari/menerima perlunya
mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan
berulang/komplikasi.
2. Identifikasi orang lain yang beresiko
Rasional : Orang ini perlu program terapi obat untuk mencegah
penyebaran/terjadinya infeksi.
3. Anjurkan klien untuk batuk dan bersin dan mengeluarkan pada
tissue dan menghindari meludah disembarang tempat..
Rasional : Perilaku ini diperlukan untuk mencegah penyebaran
infeksi..
4. Awasi suhu sesuai indikasi
Rasional : Reaksi demam merupakan indicator adanya infeksi
lanjut.
5. Kolaborasi dalam pemberian pengobatan antiinfeksi sesuai
indikasi.
6. dan lain-lain.
2). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :
-
Sekret kental/darah
-
Kelemahan, upaya batuk buruk
-
Edema tracheal/faringeal
Ditandai dengan :
-
Frekuensi pernapasan, irama, kedalam tidak normal
11
-
Bunyi nafas tidak normal dan dispnea.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-
Mempertahankan jalan nafas klien
-
Mengeluarkan secret tanpa bantuan
-
Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki/mempertahankan
bersihan jalan nafas
-
Berpartisipasi dalam program pengobatan
-
Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan
tepat.
Intervensi :
1. Kaji fungsi pernafasan
Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan Atelektasis
dan kelainan bunyi nafas lainnya.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif
Rasional : Pengeluaran sulit bila secret sangat tebal. Sputum
berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru
atau luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi
lanjut.
3. Berikan klien posisi semi atau Fowler tinggi. Bantu klien untuk
batuk dan latihan nafas dalam.
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan.
4. Kolaborasi dalam pemberian udara lembab/oksigen inspirasi
Rasional : mencegah pengeringan membran mukosa, membantu
pengenceran secret.
5. Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, bronkhodilator dan
kortikosteroid
Rasional : Mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan
secret paru untuk memudahkan pembersihan.
12
Bronkhodilator untuk meningkatkan ukuran lumen percabangan
trakheobronkhial dan kortikosteroid berguna pada adanya
keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bilarespon inflamasi
mengancam hidup.
3). Resiko terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
-
Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis
-
Kerusakan membran alveolar-kapiler
-
Secret kental, tebal dan adanya edema bronchial.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-
Melaporkan tidak adanya/penurunan dispnea
-
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan
-
Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi :
1. Kaji adanya gangguan bunyi /pola nafas dan kelemahan
Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari
bagian kecil bronchopneumonia sampai inflamasi difus luas,
nekrosis, effusi pleura dan fibrosis luas.
2. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan Bantu aktivitas
perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama
periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya
gejala.
3. Berikan tambahan oksigen yang sesuai.
Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat
terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya
penurunan alveolar paru.
4). Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan :
-
Kelemahan
-
Sering batuk/produksi sputum
13
-
Anoreksia
-
Ketidakcukupan sumber keuangan
Ditandai dengan ;
-
Berat badan dibawah 10 –20% ideal untuk bentuk tubuh dan berat.
-
Melaporkan kurang tertarik pada makanan
-
Tonus otot buruk
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-
Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.
-
Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi :
1. Catat status nutrisi klien
Rasional : berguna dalam mendefenisikan derajat/luasnya
masalah dan piliha intervensi yang tepat.
2. Pastikan pola diet biasa klien yang disukai dan yang tidak
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan/kekuatan khusus.
3. Dorong makan sedikit dan sering dengan diet TPK
Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
yang tidak perlu.
4. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah
dan untuk membagi dengan klien kecuali kontra indikasi.
Rasional : Membuat lingkungan social lebih normal selama
makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan
cultural.
5. Kolaborasi dengan ahli diet untuk menentukan komposisi diet
Rasional : Memeberikan bantuan dalam perencanaan diet
dengan nutrisi adequate untuk kebutuhan metabolic dan diet.
6. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik tepat sesuai indikasi.
14
Rasional ; Demam meningkatkan kebutuhan metabolic dan
juga konsumsi kalori.
5). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan :
-
Kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi
-
Keterbatasan kognitif
-
Tidak akurat/tidak lengkap informasi yang ada.
Ditandai dengan :
-
Permintaan informasi
-
Menunjukkan kesalahan konsep tentang status kesehatan
-
Kurang atau tidak akurat mengikuti instruksi/perilaku
-
Menunjukkan atau memperlihatkan perasaan terancam.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-
Menyatakan pemahaman prosespenyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan
-
Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki
kesehatan umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TB
-
Mengidentifikasi gejala yang membutuhkan evaluasi/intevensi
-
Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan
adequate.
Intevensi :
1. Kaji kemampuan klien untuk belajar
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik
serta ditingkatkan pada tahapan individu.
2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawat
Rasional : Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan
ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi
lanjut.
3. Tekankan pentingnya mempertahankan nutrisi dan cairan
adekuat
15
Rasional :Memenuhi kebutuhan metabolic membantu
meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan.
Cairan dapat mengeluarkan/mengencerkan secret.
4. Dorong untuk tidak merokok
Rasional : Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya
TB, tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan/bronchitis.
5. dan lain-lain.
16
PENYIMPANGAN KDM TUBERKULOSIS
Kuman
Saluran nafas
Akumulasi limfe dan hematogen
Paru-paru
Tuberkel-tuberkel
Eksudasi
Reaksi antigen antibody
(Ig E)
17
TUBERKULOSIS PARU-PARU
Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria
patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap
manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih
kecil dari satu sel darah merah.
Patogenesis
Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberculosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet
yang mendukung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis
bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya
limfosit T) adalah sel imunosupresifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya
local, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan
limfokinnya . Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Setelah berada di
alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian atas lobus
bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan akan mengalami gejala pneumonia
akut. Pneumonia ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat juga berlanjut terus dan bakteri dapat terus
difagosit atau berkembang biak dalam sel. Basil juga menyebar dalam getah
bening menuju kekelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
2
tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat
dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut kaseosa. Lesi primer pary-paru
dinamakan focus Ghon dan dan gabungan terserangnya getah bening regional
dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi
pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam
bronchus dan menimbulkan kavitas kemudian akan masuk kepercabangan
trakheobronkhial. Proses ini dapat terulang kembali dibagian lain dari paruparu atau basil dapat terbawa sampai kelaring, telinga tengah atau usus.
Manifestasi Klinik
Pada stadium dini penyakit tuberculosis biasanya tidak tampak adanya
tanda atau gejala yang khas. Tuberkulosis dapat didiagnosis hanya dengan
fase tuberculin, pemeriksaan radiogram, dan pemeriksaan bakteriologik.
Menurut CDC suatu kasus tuberculosis dapat dipastikan bila organisme M.
tuberculosis dapat diidentifikasi. Jika bakteri tidak diperoleh, maka laporan
kasus tuberculosis dianggap benar bila hal-hal berikut ini dapat ditemukan :
1. Prosedur
diagnostik
sudah
dilakukan
dengan
lengkap
(Reaksi
Hipersensitivitas berupa ; Tes tuberculin intradermal Mantoux, Tes
tuberculin dengan suntikan jet, Tes tuberculin tusukan majemuk)
2. Bukti adanya tuberculosis dengan pemeriksaan bakteriologik.
3. Radiografik dada dengan hasil abnormal dan/atau bukti klinis akan
adanaya penyakit ini.
4. Keputusan untuk memberikan satu paket terapi yang lengkap dengan dua
atau lebih obat anti tuberculosis.
Dengan berjalannya penyakit dan semakin banyaknya dekstruksi
jaringan paru-paru, produksi sputum semakin banyak dan batuk dapat
menjadi semakin berat. Biasanya tidak ada gejala nyeri dada dan batuk darah
biasanya hanya dikaitkan dengan kasus-kasus yang sudagh lanjut. Beberapa
penderita mengalami batuk produktif, keletihan, lemah, keringat pada malam
3
hari dan berat badan menurun mirip dengan tanda dan gejala bronchitis akut
dan pneumoni.
II. Pengobatan dan Prinsip-Prinsip Kemoterapi.
Pengobatan tuberculosis terutama berupa pemberian obat antimikroba
dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klinis pada seorang yang sudah terjangkit
infeksi. Agar pengobatan dapat berjalan efektif obat yang diberikan harus
mamapu mengganggu fungsi vital kuman tuberculosis tanpa membahayakan
klien, Stead dan Bates (1983) menekankan bahwa “pilihan terapi harus
dipandu oleh prinsip-prinsip yang sudah diakui kebenarannya” adapun
prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Obat terpilih harus merupakan obat terhadap mana basil masih peka.
2. Bahkan dalam suatu populasi basil yang umumnya masih peka, perubahan
alami kearah resisten timbul pada setiap 1 dari 100.000 sampai 1juta
organisme.
3. Obat-obatan bakterisidal lebih disukai.
4. Jika pengobatan yang diberikan kelihatan gagal maka penambahan satu
macam obat lain hanya akan mengundang datangnya bencana.
5. Terapi harus dilanjutkan cukup lama untuk eradikasi basil dalam tubuh.
6. Semua obat harus diminum sebelum makan pagi dan dalam dosis tunggal
agar dicapai suatu konsentrasi gabungan puncak yang memberikan efek
maksimal terhadap basil.
Kelompok-kelompok resiko tinggi berikut ini harus mengalami pengobatan
pencegahan :
1. Anggota keluarga atau mereka yang dekat dengan penderita yang baru
didiagnosis terinfeksi tuberculosis.
2. Tes kulit tuberculin positif, disertai ditemukannya hasil radiogram yang
sesuai dengan penyakit tuberculosis nonprogressif dan yang belum pernah
menerima pengobatan kemoterapi yang adekuat dimasa lampau.
4
3. Orang yang baru saja terinfeksi.
4. Orang yang memiliki reaksi tuberculin bermakna dalam keadaan klinik
khusus.
5. Orang yang rekasi tuberkulinnya bermakana dan berusia dibawah 35
tahun
6. Orang yang reaksi tuberculin bermakna juga memiliki AB terhadap virus
HIV.
7. Orang-orang dengan reaksi tuberculin bermakna yang berada dalam
keadaan epidemiologi khusus.
5
Obat-obat kemoterapi untuk pengobatan Tuberkulosis
Nama Obat
Obat-obatan unruk
pengobatan awal :
Isoniasid
Harian
Dosis
Dua kali/minggu
Efek samping
Pemantauan
Keterangan
Neuritis perifer, hipersensitivitas
dan hepatitis
Peningkatan enzim-enzim hati.
Gangguan saluran pencernaan
(Anoreksia, mual, muntah, diare)
hepatitis dan penekanan kekebalan.
Neuritis optika(reversible bila obat
segera dihentikan), ruam pada kulit
AST/ALT (tidak rutin)
Untuk neuritis : piridokain 10 mg
sebagai pencegahan 50 – 100 mg
untuk pengobatan.
Dpt `perlu penyesuaian obat yg
dap dipakai dgn kontrasepsi oral,
antikoagulan, kortikosteroid
Tdk dianjurkan diberikan pd
wanita hamil. Hrs diberikan
secara hati-hati pd penderita dgn
insufisiensi ginjal.
Allopurinol atau probenesid
untuk mengurangi as. Urat
serum.
Berikan dgn hati-hati pd individu
yg lebih tua. Hindari penggunaan
obat ini pd penderita dgn
insufisiensi ginjal.
utama
300 mg PO atau
IM (10 – 20
mg/kgBB)
600 mg PO (1020 mg/kg)
15 mg/kg BB PO
atau IM
Ethambutol
hidroklorida
15-25 mg/kgBB
PO
50 mg/kg BB
Pyrazinamide
2 g PO (15 – 30
mg/kg BB)
50 – 70 mg/kg BB
Hjepatotoksik,
hiperurisemia,
atralgia, ruam kulit.
AST/ALT, as. Urat
Streptomycine
0,75 – 1 gr IM
( 15-20 mg/kg
BB)
25 – 30 mg/kg BB
Ototoksik
Audiogram
fungsi
vestibular, BUN dan
Kreatinin
Rifampicin
Obat-obat pilihan
kedua
Capreomyecine
Cycloserine
Kanamicine
600 mg PO
AST/ALT
1 g IM (15-30
mg/kg BB)
1 g PO(15-20
mg/kg BB)
Nefrotoksik, ototoksik
Sda
Perubahan personalitas, psikosis,
kejang, ruam
Tes psikologis
1 g IM (15 – 30
mg/kg BB)
Toksisitas Auditori, nefrotoksik
Audiogram
fungsi
vestibular, BUN dan
krestinin
Sda
Obati
neurotoksisitas
dgn
piridoksin 100-200 mgf setiap
hari
Sama dgn streptomicine.
7
III.
Klasifikasi
Klasifikasi TBC didasarkan pada hubungan yang luas antara parasit
dan penderita, hubungan ini ditunjukkan dgn riwayat terjangkitnya penyakit,
infeksi dan penyakit. Klasifikasi ini dibagi menjadi 6 kategori atau kelas yg
ditujukan untuk anak-anak dan dewasa.
Kelas 0
Tdk ada jangkita TBC, tdk terinfeksi .
Kelas 1
Terpapar TBC, tdk ada bukti infeksi
Kelas 2
Ada infeksi TBC, tdk timbul penyakit
Kelas 3
TBC : saat ini sedang sakit, lokasi penyakit paru-paru, pleura, limfatik, tulang
dan atau sendi, kemih, kelamin, diseminata (milier), meningeal, peritoneal dll.
Kelas 4
TBC : Saat ini tdk sedang menderita penyakit, dalam pengobatan kemoterapi.
Kelas 5
Orang dicurigai mendapatkan TBC.
IV.
Pencegahan dan Pengendalian
Program-program kesehatan masyarakat sengaja dirancang untuk
mendeteksi kasus-kasus dan menemukan sumber infeksi secara dini. Terapi
pencegahan TBC dengan obat antimikroba merupakan sarana yang efektif
untuk mengontrol penyakit. Hal ini merupakan tindakan preventif yang
ditujukan baik untuk mereka yang sudah terinfeksi maupun masyarakat pada
umumnya.
Eradikasi TBC dilakukan dengan menggabungkan kemoterapi yang
efektif, identifikasi segera dan tindak lanjut pada orang yang mengalami
kontak dengan penyakit ini , dan terapi kemoprofilaktik pada kelompokkelompok dalam populasi yang beresiko tinggi.
8
V.
Asuhan Keperawatan
A. Dasar data pengkajian klien
Data tergantung pada tahap poenyakit dan derajat yang terkena.
1. Aktivitas/istirahat
Θ Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja,
kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,
menggigil atau berkeringat, mimpi buruk.
Θ Tanda : Takhikardia, takhipnu/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri
dan sesak (tahap lanjut).
2. Integritas EGO
Θ Gejala : Adanya /factor stress lama, masalah keuangan, rumah,
perasaan tdk berdaya/ tdk ada harapan.
Θ Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan dan mudah terangsang.
3. Makanan/cairan
Θ Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan
berat badan.
Θ Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan.
4. Nyeri/kenyamanan
Θ Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Θ Tanda : Berhati-hati pada area sakit, perilaku distraksi, gelisah.
5. Pernapasan
Θ Gejala : Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, riwayat TBC/terpajan
pada individu terinfeksi.
Θ Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan
tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus,
karakteristik sputum (hijau,/purulen, mukoid kuning atau
bercak darah), deviasi tracheal, tdk perhatian, mudah
terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut.
9
6. Keamanan
Θ Gejala : Adanya kondisi penekanan imun.
Θ Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi social
Θ Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan
kapasitas fisikuntuk melaksanakan peran.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Θ Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik, tidak berpartisipasi dalam
terapi.
B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum
2. Tes kulit.
3. Elisa/Western Blot
4. Foto thorak
5. Histologi atau kultur jaringan
6. Biopsi jarum pada jaringan paru
7. Elektrosit
8. GDA
9. Pemeriksaan fungsi paru.
C. Diagnosa Keperawatan
1). Risiko tinggi infeksi (penyebaran/aktivasi ulang) berhubungan
dengan:
-
Pertahanan primer tdk adequate
-
Kerusakan jaringan/ tembahan infeksi
-
Penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi
-
Malnutrisi
-
Terpajan lingkungan
10
-
Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi.
-
Menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit
Rasional : membantu klien menyadari/menerima perlunya
mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan
berulang/komplikasi.
2. Identifikasi orang lain yang beresiko
Rasional : Orang ini perlu program terapi obat untuk mencegah
penyebaran/terjadinya infeksi.
3. Anjurkan klien untuk batuk dan bersin dan mengeluarkan pada
tissue dan menghindari meludah disembarang tempat..
Rasional : Perilaku ini diperlukan untuk mencegah penyebaran
infeksi..
4. Awasi suhu sesuai indikasi
Rasional : Reaksi demam merupakan indicator adanya infeksi
lanjut.
5. Kolaborasi dalam pemberian pengobatan antiinfeksi sesuai
indikasi.
6. dan lain-lain.
2). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :
-
Sekret kental/darah
-
Kelemahan, upaya batuk buruk
-
Edema tracheal/faringeal
Ditandai dengan :
-
Frekuensi pernapasan, irama, kedalam tidak normal
11
-
Bunyi nafas tidak normal dan dispnea.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-
Mempertahankan jalan nafas klien
-
Mengeluarkan secret tanpa bantuan
-
Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki/mempertahankan
bersihan jalan nafas
-
Berpartisipasi dalam program pengobatan
-
Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan
tepat.
Intervensi :
1. Kaji fungsi pernafasan
Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan Atelektasis
dan kelainan bunyi nafas lainnya.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif
Rasional : Pengeluaran sulit bila secret sangat tebal. Sputum
berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru
atau luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi
lanjut.
3. Berikan klien posisi semi atau Fowler tinggi. Bantu klien untuk
batuk dan latihan nafas dalam.
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan.
4. Kolaborasi dalam pemberian udara lembab/oksigen inspirasi
Rasional : mencegah pengeringan membran mukosa, membantu
pengenceran secret.
5. Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, bronkhodilator dan
kortikosteroid
Rasional : Mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan
secret paru untuk memudahkan pembersihan.
12
Bronkhodilator untuk meningkatkan ukuran lumen percabangan
trakheobronkhial dan kortikosteroid berguna pada adanya
keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bilarespon inflamasi
mengancam hidup.
3). Resiko terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
-
Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis
-
Kerusakan membran alveolar-kapiler
-
Secret kental, tebal dan adanya edema bronchial.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-
Melaporkan tidak adanya/penurunan dispnea
-
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan
-
Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi :
1. Kaji adanya gangguan bunyi /pola nafas dan kelemahan
Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari
bagian kecil bronchopneumonia sampai inflamasi difus luas,
nekrosis, effusi pleura dan fibrosis luas.
2. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan Bantu aktivitas
perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama
periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya
gejala.
3. Berikan tambahan oksigen yang sesuai.
Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat
terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya
penurunan alveolar paru.
4). Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan :
-
Kelemahan
-
Sering batuk/produksi sputum
13
-
Anoreksia
-
Ketidakcukupan sumber keuangan
Ditandai dengan ;
-
Berat badan dibawah 10 –20% ideal untuk bentuk tubuh dan berat.
-
Melaporkan kurang tertarik pada makanan
-
Tonus otot buruk
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-
Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.
-
Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi :
1. Catat status nutrisi klien
Rasional : berguna dalam mendefenisikan derajat/luasnya
masalah dan piliha intervensi yang tepat.
2. Pastikan pola diet biasa klien yang disukai dan yang tidak
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan/kekuatan khusus.
3. Dorong makan sedikit dan sering dengan diet TPK
Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
yang tidak perlu.
4. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah
dan untuk membagi dengan klien kecuali kontra indikasi.
Rasional : Membuat lingkungan social lebih normal selama
makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan
cultural.
5. Kolaborasi dengan ahli diet untuk menentukan komposisi diet
Rasional : Memeberikan bantuan dalam perencanaan diet
dengan nutrisi adequate untuk kebutuhan metabolic dan diet.
6. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik tepat sesuai indikasi.
14
Rasional ; Demam meningkatkan kebutuhan metabolic dan
juga konsumsi kalori.
5). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan :
-
Kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi
-
Keterbatasan kognitif
-
Tidak akurat/tidak lengkap informasi yang ada.
Ditandai dengan :
-
Permintaan informasi
-
Menunjukkan kesalahan konsep tentang status kesehatan
-
Kurang atau tidak akurat mengikuti instruksi/perilaku
-
Menunjukkan atau memperlihatkan perasaan terancam.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
-
Menyatakan pemahaman prosespenyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan
-
Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki
kesehatan umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TB
-
Mengidentifikasi gejala yang membutuhkan evaluasi/intevensi
-
Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan
adequate.
Intevensi :
1. Kaji kemampuan klien untuk belajar
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik
serta ditingkatkan pada tahapan individu.
2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawat
Rasional : Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan
ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi
lanjut.
3. Tekankan pentingnya mempertahankan nutrisi dan cairan
adekuat
15
Rasional :Memenuhi kebutuhan metabolic membantu
meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan.
Cairan dapat mengeluarkan/mengencerkan secret.
4. Dorong untuk tidak merokok
Rasional : Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya
TB, tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan/bronchitis.
5. dan lain-lain.
16
PENYIMPANGAN KDM TUBERKULOSIS
Kuman
Saluran nafas
Akumulasi limfe dan hematogen
Paru-paru
Tuberkel-tuberkel
Eksudasi
Reaksi antigen antibody
(Ig E)
17