IDENTITAS PROYEK PERUBAHAN pim docx

IDENTITAS PROYEK
A. Topik Proyek Perubahan
Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN)
Keliling di Kecamatan Cibadak
B. Deskripsi Proyek Perubahan
Meningkatkan kualitas pelayanan penyelenggaraan Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN) melalui pemenuhan pelayanan keliling ke setiap
desa di wilayah Kecamatan Cibadak secara periodik dan terjadwal, meliputi
pelayanan perijinan maupun pelayanan non perijinan, sehingga kebutuhan
masyarakat untuk dilayani dapat dipenuhi secara lebih dekat, lebih cepat dan
mampu menumbuhkan nilai-nilai kekerabatan dan kekeluargaan.
C. Project Leader
Rahmat, SSTP
D. Instansi
Kantor Kecamatan Cibadak
E. Deskripsi Singkat Mengenai Tupoksi Camat
Tugas dan fungsi kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Lebak Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kecamatan serta kelurahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak,
yaitu :
Tugas Pokok:

Kecamatan mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan
kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh Bupati sesuai karakteristik

1

wilayah dan kebutuhan daerah serta tugas pemerintahan lainnya berdasarkan
peraturan perundang - undangan.
Fungsi:
a. Koordinasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat daerah di
Kecamatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terpadu.
b. Pelaksanaan pembinaan terhadap kegiatan di bidang kesatuan bangsa
dan perlindungan masyarakat.
c. Pelaksanaan pembinaan terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
d. Pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan ekonomi dan pembangunan
e. Pelaksanaan pembinaan penyelanggaraan pembangunan desa;
f. Pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan administrasi serta memberikan
pelayanan teknis administratif kepada seluruh perangkat Kecamatan.
g. Pelaksanaan pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumah tangga.
Sedangkan penjabaran tugas pokok dan fungsi Camat yaitu :
Camat


mempunyai

tugas

memimpin

penyelenggaraan

pemerintahan,

ketentraman dan ketertiban umum, kesejahteraan sosial serta koordinasi dengan
instansi vertikal dibawahnya.
Selain tugas dimaksud di atas, camat mempunyai fungsi :
­ Memimpin pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah di wilayah kecamatan;
­ Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan umum dan pembinaan
keagrariaan serta pembinaan politik dalam negeri;
­ Membantu sekretaris daerah dalam penyiapan informasi mengenai wilayah
kecamatan yang dibutuhkan dalam perumusan kebijakan Bupati;
­ Pembinaan Pemerintahan desa;

­ Pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian, produksi
dan distribusi serta pembinaan sosial;
­ Penyusunan program pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumah
tangga;

2

­ Pertanggungjawaban tugas camat secara teknis administratif kepada Bupati
melalui Sekretaris daerah.
F. Sponsor (Mentor)
Drs. H. Syaifullah Saleh
G. Instansi
Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak
H. Jabatan
Assisten Sekda Bidang Pemerintahan
I.

Sumber Daya Tim
1. Assda I Bidang Pemerintahan
2. Coach

3. Camat Cibadak
4. Sekretaris Kecamatan Cibadak
5. Para Kasi dan Kasubag di Kecamatan Cibadak
6. Para Kepala Desa
7. Para Sekretaris Desa
8. Para Perangkat Desa

3

KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunianya dalam hidup kita yang tak terhingga. Sholawat beserta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya,
sahabatnya dan kepada kita semua. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin dengan izin Allah SWT
penyusunan Laporan Implementasi Proyek Perubahan ini dapat diselesaikan dengan judul,
Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di
Kecamatan Cibadak.
Laporan Implementasi Proyek Perubahan ini menguraikan dasar pemikiran
perlunya adanya sistem jemput bola dalam melakukan pelayanan sebagai perwujudan
bentuk dari Pelayanan Prima. Jemput bola tersebut berbentuk Pelayanan Keliling ke

masing-masing desa se-Kecamatan Cibadak guna mendekatkan pelayanan, baik
pelayanan izin maupun non-perizinan sehingga meningkatkan antusiasme masyarakat
dalam tertib administrasi.
Penyusunan Proyek Perubahan ini dilaksanakan secara teoritik dan praktis serta
pembahasan dengan Para Stakeholder, Mentor dan Coach, unsur Kantor Kecamatan
Cibadak, sehingga didapatkan data primer yang berupa data empiris dan data sekunder.
Penyusuan Laporan Implementasi proyek perubahan ini tidak lepas dari bantuan
banyak pihak yang mendukung secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati,
Kami Penyusun laporan implementasi proyek perubahan ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1.

Yth. Bupati dan Wakil Bupati Lebak.

2.

Yth. Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak

3.


Yth. Drs. H. Saepullah Saleh Assda 1sebagai Mentor.

4.

Yth. Seluruh SKPD sebagai Stakeholder

5.

Yth. Drs. Rachmat Suyatna, M.Pd selaku Coach

6.

Yth. Karyawan/Karyawati Kantor Kecamatan Cibadak

7.

Yth. Kepala Desa serta Perangkat Desa se-Kecamatan Cibadak.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula tulisan ini yang masih jauh dari


kesempurnaan. Sehingga penulis berharap ada kritik yang bersifat konstruktif demi
memotivasi penulis untuk membuat tulisan, laporan, atau karya ilmiah selanjutnya.
Begitupun penulis berharap agar tulisan ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya
dan Pemerintah Daerah serta Masyarakat pada umumnya.

Cibadak, Oktober 2015

RAHMAT, S.STP

DAFTAR ISI
IDENTITAS PROYEK

......................................................................................... i

KATA PENGANTAR

......................................................................................... iv

DAFTAR ISI


...................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR

........................................................................................ viii

BAB I
A. LATAR BELAKANG

.........................................................................

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1

............................................................

3

.........................................................................


5

D. TUJUAN

......................................................................................

6

E. MANFAAT

......................................................................................

6

C. BATASAN MASALAH

F. OUTPUT KUNCI (KEY PROJECT DELIVERABLE)

....................


6

............................................................

7

BAB II
A. PENTAHAPAN MILESTONE

B. TATA KELOYA PROYEK............................................................
C. ANGGARAN

8

......................................................................................

11

D. IDENTIFIKASI STAKEHOLDER ...........................................................


11

BAB III
A. KAJIAN TEORI ......................................................................................

13

B. KAJIAN NORMATIF

.........................................................................

30

C. KAJIAN EMPIRIS

.........................................................................

32

D. IDENTIFIKASI POTENSI KENDALA
E. RESIKO

...............................................

33

.......................................................................................

33

F. INDIKATOR KEBERHASILAN

.............................................................

G. DAMPAK PROYEK PERUBAHAN

33

...............................................

34

A. KESIMPULAN .......................................................................................

35

B. SARAN ....................................................................................................

35

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

.......................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN
LAMPIRAN

36

..........................................................................

37

....................................................................................................

38

DAFTAR GAMBAR
Tabel 1. Pentahapan (Milestone) PATEN Keliling ................................................. 7
Bagan 1. Tata Kelola PATEN Keliling

.............................................................. 8

BAB I

A. LATAR BELAKANG
Pemberian pelayanan publik yang berkualitas dan mampu memberikan kepuasan
bagi masyarakatnya merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah.
Kinerja pelayanan publik akan menjadi tolok ukur bagi kinerja pemerintah. Fungsi
pemerintah beserta aparatnya sebagai pelayan publik (public servant) merupakan
salah satu tuntutan dari reformasi. Persepsi masyarakat yang selama ini
cenderung dijadikan obyek pelayanan sehingga masyarakat dianggap yang harus
‘melayani’ harus dihilangkan. Setiap aparat pemerintah harus mulai bersikap
profesional dalam memberikan pelayanan dan menjadikan masyarakat seseorang
yang harus dilayani. Oleh karena itu seluruh aparat penyedia layanan pada tiaptiap organisasi pemerintah haruslah bersinergi satu sama lain untuk berupaya
memberikan pelayanan yang terbaik.
Paradigma baru mengenai orientasi pelayanan aparatur birokrasi (birokrat), pada
dasarnya

menuntut

perubahan

dalam

orientasi

pelayanan,

dimana

aparatur/birokrat dituntut memiliki visi dan misi yang jelas, dan pasti dalam
mewujudkan pelayanan prima kepada pelanggan (masyarakat). Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan dalam paradigma baru mengenai orientasi
pelayanan

aparatur/birokrat

adalah

pemberdayaan

(Empowerment).

Pemberdayaan dalam hal ini dimaksudkan sebagai proses transformasi dari
berbagai pihak yang mengarah pada saling menumbuh-kembangkan, saling
memperkuat, dan menambah nilai daya saing global yang sama-sama
menguntungkan.
Kepuasan pelanggan merupakan tujuan utama dari pelayanan, untuk mampu
memberikan pelayanan yang berkualitas tersebut aparatur penyedia pelayanan
dituntut untuk membangun citra positif di mata pelanggan melalui: berperilaku
melayani, membuat pelanggan merasa di perhatikan, menyelaraskan dengan apa

yang dikatakan dengan cara mengatakannya, serta mengenal siapa yang menjadi
pelanggan.
Berdasarkan prinsip “close to the customers”, sudah seharusnya pemerintah
memberikan pelayanan yang mudah, murah, terjangkau, dan terutama dekat
dengan pelanggan (masyarakat).
Menurut Sadu Wasistiono, kunci utamanya adalah :
1.

Adanya kemauan politik dari Bupati/Walikota;

2.

Adanya dukungan politik dari DPRD;

3.

Adanya kesadaran masyarakat sebagai pemilik kedaulatan untukmenuntut
pelayanan yang prima.

4.

Adanya kesungguhan dari aparat birokrasi untuk mengubah cara pandang
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dari paradigma penguasa
menjadi paradigma pelayan masyarakat.

Pengelolaan pelayanan publik yang berkualitas sudah mulai dilakukan di berbagai
unit pelayanan pemerintah, bahkan dari waktu ke waktu jumlah unit pelayanan
yang telah mampu memperbaiki kualitas pelayanannya terus bertambah.
Keberhasilan unit-unit pelayanan dalam mengembangkan pelayanan prima
tersebut dilakukan melalu berbagai cara, baik melalui penerapan berbagai
kebijakan pemerintah maupun dengan menerapkan berbagai inovasi dalam
pengembangan pelayanan sebagai upaya untuk memuaskan pengguna jasa
layanan.
Peningkatan pelayanan publik di kecamatan dapat dilakukan dengan inovasi
manajemen pada unit pelayanan di satuan kerja perangkat daerah (SKPD) atau
pada tingkat yang secara langsung berhadapan dengan masyarakat yaitu Desa.
Melakukan optimalisasi peran kecamatan dalam pelayanan merupakan jawaban
atas pentingnya akses dan mutu. Hal ini lebih terlihat kepada kondisi dan situasi
lingkungan strategis kecamatan, yang secara nyata terlihat pada kondisi wilayah
yang letak geografisnya sulit dijangkau terutama karena berada di daerah
terpencil.

Kecamatan yang berada di wilayah kabupaten memiliki rentang kendali yang amat
beragam karena kendala luas wilayah, infrastruktur pembangunan kecamatan dan
transportasi yang belum menjangkau dengan merata. Oleh karena banyak alasan
mengapa kecamatan membutuhkan sentuhan atau dengan kata lain perlu
ditingkatkan kapasitasnya dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Khusus untuk kecamatan, sudah dikeluarkan kebijakan berupa Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN), yang ditindaklanjuti oleh terbitnya Peraturan Bupati
Lebak Nomor 33 Tahun 2014 tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan,
serta diatur secara lebih teknis di dalam Keputusan Bupati Lebak Nomor :
138/kep.385/adm.pem-um/2014 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Bupati Lebak
Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan atau disingkat PATEN adalah
penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan dari tahap permohonan sampai
terbitnya dokumen dalam satu tempat. Ruang lingkup PATEN meliputi a.
pelayanan bidang perizinan; dan b. pelayanan bidang non-perizinan. Adapun
maksud PATEN adalah a. Menjadikan kecamatan sebagai PUSYANMAS; dan b.
Menjadikan kecamatan sebagai simpul pelayanan bagi kantor/badan pelayanan
terpadu di kabupaten/kota. Sedangkan tujuan PATEN yaitu a. Meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat; dan b. Mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Beberapa permasalahan yang kerap terjadi dalam pemenuhan kebutuhan
pelayanan bagi masyarakat di Kecamatan Cibadak, diantaranya :

1. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah semakin meningkat dan
beragam.
2. Tuntutan profesionalisme terhadap sikap dan prilaku aparatur pemerintah
dalam melaksanakan tugasnya belum dirasakan optimal oleh masyarakat.
3. Masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui prosedur yang harus
ditempuh ketika membutuhkan rekomendasi dari kecamatan maupun surat
keterangan yang dibutuhkan. Secara normatif, prosedur tetap yang harus
dipenuhi pada saat membutuhkan pelayanan di kecamatan adalah
dipenuhinya pengantar dari tingkat RT dan RW, dari desa baru dibawa ke
kecamatan. Hal ini, pada prakteknya menyebabkan masyarakat seringkali
harus beberapa kali pulang pergi untuk memenuhinnya, sehingga
menimbulkan ketidakefisienan dalam pemanfaatan waktu.
4. Masih banyaknya masyarakat yang melengkapi surat-surat yang berhubungan
dengan administrasi kependudukan pada saat membutuhkan. Misalnya ketika
akan bekerja, mengajukan kredit ataupun untuk memenuhi persyaratan yang
berhubungan dengan kebutuhannya. Dengan kata lain, jika mereka tidak
membutuhkan surat-surat tersebut, maka mereka tidak akan membuatnya.
5. Masih rendahnya kedisiplinan aparatur Desa dalam memenuhi ketentuan jam
kerja yang berlaku, sehingga terkadang tidak siap di tempat ketika masyarakat
membutuhkan surat pengantar dari desa sebagai persyaratan untuk dibawa ke
kecamatan.
6. Masih tingginya angka wajib KTP di Kecamatan Cibadak.
7. Dalam pengurusan Surat Keterangan Pindah sebagai salah satu persyaratan
pembuatan Kartu Keluarga dan KTP, masyarakat pendatang sering kali tidak
memiliki surat keterangan pindah dari tempat mereka berasal. Hal ini juga
berimbas pada saat mereka membuka usaha kecil di wilayah kecamatan
cibadak yaitu menghadapi kesulitan lain ketika akan membuat SITU, SIUP
maupun TDP.

8. Rekomendasi dari kecamatan untuk pengurusan surat-surat tertentu, seperti
surat rekomendasi ijin rame-rame meskipun tidak banyak, terkadang
diabaikan.
9. Masyarakat yang membutuhkan pelayanan, baik perijinan maupun non
perijinan masih mendatangi kantor kecamatan, padahal orbitasi dari desa ke
kecamatan kondisinya beragam, ada yang dekat ada juga yang cukup jauh.
10. Pelaku usaha kecil di wilayah Kecamatan Cibadak belum seluruhnya memiliki
perijinan yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku.
11. Pelaporan penyelenggaraan PATEN ke tingkat kabupaten sebagai bahan
evaluasi dan pengambilan keputusan masih dilaksanakan melalui pengiriman
surat beserta lampirannya secara manual.

C. BATASAN MASALAH (MASALAH PRIORITAS)
Berdasarkan identifikasi permasalahan sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka
ditentukanlah masalah dominan yang menjadi skala prioritas untuk ditangani
segera dengan cermat dan sistematis. Masalah dominan berdasarkan kondisi
eksisting yang harus mendapatkan pemecahan dengan mempertimbangkan
kemampuan dan potensi yang dimiliki adalah:
1. Masyarakat masih banyak yang mendatangi kantor Kecamatan Cibadak guna
mendapatkan pelayanan perijinan maupun non perijinan.
2. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya dokumen
ataupun surat-surat yang berhubungan dengan administrasi kependudukan.
3. Pelaku usaha kecil di wilayah Kecamatan Cibadak belum seluruhnya memiliki
perijinan yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku.

4. Pelaporan penyelenggaraan PATEN ke tingkat kabupaten sebagai bahan
evaluasi dan pengambilan keputusan masih dilaksanakan melalui pengiriman
surat beserta lampirannya secara manual.

Masalah dominan tersebut dapat dipecahkan dengan beberapa alternatif. Dalam
hal ini Penulis memilih alternatif yaitu bagaimana lebih mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat, yaitu dengan meningkatkan peran aktif aparatur kecamatan
dan aparatur desa dalam memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pemberian
pelayanan paripurna. Alternatif tersebut adalah pelaksanaan PATEN Keliling.

D. TUJUAN
Tujuan pelaksanaan program pelayanan PATEN Keliling di Kecamatan Cibadak
yaitu :
a. Lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta membina hubungan
kekeluargaan antara aparatur kecamatan, aparatur desa dan masyarakat yang
lebih baik dan dinamis.
b. meningkatkan peran aktif aparatur kecamatan dan aparatur desa dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pemberian pelayanan paripurna.
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyampaian laporan penyelenggaraan
PATEN dari kecamatan ke kabupaten.
E. MANFAAT
Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan program PATEN keliling ini, yaitu :

a. Kewibawaan pemerintah daerah meningkat dengan semakin kuatnya
dukungan masyarakat terhadap berbagai program yang dilaksanakan, karena
masyarakat merasa diperhatikan sebagai pelanggan, terutama efisiensi waktu
dalam pemenuhan pelayanan. Hal ini pada gilirannya akan mempercepat dan
menopang pelaksanaan agenda reformasi birokrasi aparatur pemerintah.
b. Potensi usaha kecil di kecamatan cibadak dapat dimanfaatkan secara optimal
dengan terpetakannya jumlah pelaku usaha yang memiliki perijinan, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai penggerak perekonomian.
c. Biaya penyelenggaran pemerintahan kecamatan dalam hal pelaporan lebih
efisien karena mampu memangkas operasional melalui pemanfaatan teknologi
informasi (Paperless).
F. OUTPUT KUNCI (KEY PROJECT DELIVERABLES)
Output kunci yang ingin dihasilkan dari program pelayanan PATEN keliling di
Kecamatan Cibadak adalah meningkatnya antusiasme masyarakat dalam
pemenuhan pelayanan perijinan dan non perijinan oleh aparatur Kecamatan
Cibadak. Dengan meningkatnya antusiasme masyarakat secara otomatis
meningkatkan kesadaran tertib administrasi masyarakat.

BAB II
A. PENTAHAPAN (MILESTONES)
Berikut Penulis sajikan Pentahapan (Milestone) Projek PATEN Keliling ini dalam
bentuk tabel yaitu:
Tabel 1. Pentahapan (Milestone) PATEN Keliling

N
O

JML
HARI
MILESTONES

BULAN/ MINGGU KE
1

2

3

1 2 3 4 1 2 3 4 1
1

Rapat Persiapan Pembentukan Tim
Pelaksana PATEN Keliling Kecamatan
Cibadak

1

2

Penyusunan dan Finalisasi SK Tim
Pelaksana PATEN Keliling Kecamatan
Cibadak Tahun 2015

2

3

Penyusunan Jadwal Pelaksanaan
PATEN Keliling ke tiap Desa

2

4

Pendataan Jumlah Pelaku Usaha Kecil
yang belum memiliki perijinan

15

5

Pelaksanaan PATEN Keliling

30

6

Evaluasi Pelaksanaan PATEN Keliling

3

7

Penyampaian Laporan PATEN via
Teknologi Informasi (e-mail)

1

8

Seminar presentasi proyek perubahan

1

B. TATA KELOLA PROYEK
Berikut Penulis sajikan Tata Kelola Projek PATEN Keliling ini dalam bentuk bagan
yaitu:

Bagan 1. Tata Kelola PATEN Keliling

Mentor
Assisten Sekda
Bidang
Pemerintahan

Coach

Project Leader
Rahmat, SSTP
Camat Cibadak

Team work 1
Sekmat
Para Kasi dan
Kasubag
Staf Kecamatan
Cibadak
Sta

Team work 2
Para Kepala Desa
Para Sekretaris Desa
Perangkat Desa
Sta

Adapun Deskripsi Peran Setiap Anggota Tim adalah sebagai berikut:

1. Mentor
a. Bertindak

sebagai

pembimbing

dan

pengawas

Project

Leader

Leader

dalam

berdasarkan sikap profesionalisme.
b. Memberikan

dukungan

penuh

kepada

Project

mempersiapkan proyek perubahannya.
c. Membantu Project Leader dalam merumuskan dan mengidentifikasi
persoalan-persoalan krusial yang dapat mendukung atau menghambat
proyek perubahannya.
d. Membantu Project Leader dalam memetakan agenda proyek perubahan
dan penjadwalan diskusi / pertemuan dengan stake holder terkait.
e. Memberikan motivasi dan inspirasi kepada Project Leader.
f. Tidak boleh bersikap proaktif apalagi sampai harus menggantikan posisi
Project Leader dalam memecahkan masalah, menentukan tujuan,
melakukan pengambilan keputusan dan sebagainya yang dapat
mengganggu proses pembelajarannya.
g. Menerima laporan dari Project Leader mengenai kegiatannya selama
tahap Taking Ownership.
h. Menyetujui dan menandatangani usulan proyek perubahan yang diusulkan
oleh Project Leader.
i. Membantu Project Leader dalam pelaksanaan proyek perubahannya
selam 60 (enam puluh) hari kalender pada tahap Laboratorium
Kepemimpinan (Breakthrough II).
j. Menghadiri seminar presentasi proyek perubahan dan seminar
laboratorium

kepemimpinan

untuk

membantu

Project

Leader

mempertahankan

proyek

perubahannya

di

hadapan

Coach,

penyelenggara dan evaluator lainnya.

2. Coach
a. Melakukan monitoring kegiatan Project Leader selama tahap Taking
Ownership melalui media teknologi informasi (telepon, email, media sosial
dsb.).
b. Melakukan komunikasi dan arahan (coaching) apabila Project Leader
membutuhkan konsultasi dari Coach.
c. Melakukan bimbingan motivasi (counseling) kepada Project Leader
seperti spiritual and leadership motivation.
d. Melakukan komunikasi dengan mentor jika Project Leader menghadapi
kendala.
e. Jika diperlukan Coach dapat melakukan intervensi ketika Project Leader
mengalami permasalahan yang cukup serius dalam pelaksanaan Tahap
Taking Ownership.

3. Project Leader
a. Merencanakan usulan proyek perubahan dan mempersiapkan dokumen,
formulir, dan instrumen lain yang dibutuhkan sebelum memasuki Tahap
Taking Ownership.
b. Mempersiapkan dan mengirimkan surat-surat undangan, jika dalam Tahap
Taking Ownership akan melakukan beberapa pertemuan dengan
stakeholder baik internal maupun eksternal.

c. Menggalang komunikasi dan kesepakatan dengan para stakeholder.
d. Dalam pelaksanaan diskusi/ pertemuan Project Leader melakukan peran
sentral dan proaktif dalam memimpin dan mengendalikan jalannya diskusi.
e. Mengambil inisiatif untuk melakukan komunikasi dan dialog yang efektif
dengan mentor.
f. Mengambil inisiatif untuk melaporkan perkembangan Tahap Taking
Ownership kepada coach, agar ketika ada kendala coach dapat segera
memberi masukan, fasilitasi bimbingan dan berkomunikasi langsung
dengan mentor.
g. Melaporkan kegiatan harian kepada mentor untuk diketahui dan diberikan
paraf.
h. Membuat laporan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama Tahap
Taking Ownership kepada penyelenggara melalui coach dan dikumpulkan
pada saat Mata Diklat Merancang Proyek Perubahan (Tahap III).

4. Team Work 1
a. Melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana tertuang dalam Surat
Keputusan Camat Cibadak Nomor: Tanggal tentang Pembentukan Tim
Pelaksana PATEN Keliling di Kecamatan Cibadak.
b. Memberikan laporan pelaksanaan Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN) Keliling kepada Project Leader secara berkala.
c. Melaporkan pelaksanaan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) di Kecamatan Cibadak kepada Bupati Lebak melalui Kepala
Bagian Administrasi Pemerintahan dan Pertanahan Sekretariat Daerah
Kabupaten Lebak.

5. Team Work 2
a. Melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana tertuang dalam Surat
Keputusan Camat Cibadak Nomor: Tanggal tentang Pembentukan Tim
Pelaksana Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Keliling
di Kecamatan Cibadak.
b. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam
menunjang kelancaran pelaksanaan Program Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN) Keliling di setiap Desa sesuai tempat
tugasnya.
c. Memberitahukan secara luas kepada seluruh lapisan masyarakat
mengenai jadwal Pelaksanaan Program Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN) Keliling di desa masing-masing berdasarkan jadwal
yang telah disepakati bersama dan ditetapkan oleh Ketua Tim/ Project
Leader.
C. ANGGARAN
Anggaran Pelaksanaan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN)
Keliling di Kecamatan Cibadak bersumber dari APBD Kabupaten Lebak Tahun
Anggaran 2015.

D. IDENTIFIKASI STAKEHOLDER
1. Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten
Lebak.
2. Kepala Bagian Administrasi Pemerintahan dan Pertanahan Sekretariat Daerah
Kabupaten Lebak.

3. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMPPT)
Kabupaten Lebak.
4. Unsur Muspika Kecamatan Cibadak
5. Para Kepala UPT Dinas, Kepala KUA.
6. Para Pelaku Usaha Kecil di wilayah Kecamatan Cibadak
7. Unsur BPD
8. Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda dan Tokoh Wanita.
9. Para Kepala Desa.

Berikut tabel menampilkan stakeholder terkait Pelaksanaan Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan:
Tabel 2. Stakeholder PATEN Keliling
N
Stakeholder
o
1.  Stakeholder Utama

Bupati

Sekda

Assda 1

Bappeda

DPPKD

Inspektorat

BKD

BPMPD
2.
 Stakeholder Primer
 Seluruh SKPD
3.
 Stakeholder Skunder
 TIM IT
 PEGAWAI KECAMATAN
 PERS/LSM

Potensi Dukungan
Instruktif & Konsultatif
Instruktif & Konsultatif
Konsultatif
Koordinatif
Koordinatif
Koordinatif
Koordinatif
Koordinatif
Koordinatif
Instruktif
Instruktif
Koordinatif

BAB III
A. KAJIAN TEORI
Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Strategi komunikasi
merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk
mencapai suatu tujuan (Effendy,2003:301).
Strategi komunikasi harus didukung oleh teori karena teori merupakan pengetahuan
berdasarkan pengalaman (empiris) yang sudah diuji kebenarannya.
Harold D. Lasswell menyatakan, cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan ”Who Says What Which Channel To Whom
With What Effect?”
Komponen Strategi Komunikasi
Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan
dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan
dalam rumus Lasswell tersebut;
1. Who? (Siapakah komunikatornya)
2. Says what? (pesan apa yang dinyatakannya)
3. In which channel? (media apa yang digunakannya)
4. To whom? (siapa komunikannya)
5. With what effect? (efek apa yang diharapkan)
Ruang Lingkup Strategi Komunikasi
Quinn (1992) dalam Ruslan (2002) menyatakan, agar suatu strategi dapat efektif
dilaksanakan dalam sebuah program, maka ia harus mencakup beberapa hal:

1.

Objektif yang jelas dan menentukan semua ikhtiar diarahkan untuk mencapai
pemahaman yang jelas, menentukan dan bisa mencapai keseluruhan tujuan.
Tujuan tersebut tidak perlu dibuat secara tertulis namun yang penting bisa
dipahami dan menentukan.

2.

Memelihara inisiatif.strategi inisiatif menjaga kebebasan bertindak dan
memperkaya omitmen. Strategi mesti menentukan langkah dan menetapkan
tindakan terhadap peristiwa, bukannya bereaksi terhadap satu peristiwa.

3.

Konsentrasi, dengan memusatkan kekuatan yang besar untuk waktu dan
tempat yang menentukan.

4.

Fleksibilitas.strategi hendaknya diniatkan untuk dilengkapi penyangga dan
dimensi untuk fleksibilitas dan maneuver.

5.

Kepemimpinan yang memilki komitmen dan terkoordinasi. Strategi hendaknya
memberikan kepemimpinan yang memiliki komitmen dan tanggung jawab
terhadap pencapaian tujuan pokok.

6.

Kejujuran. Strategi itu hendaknya dipersiapkan untuk memanfaatkan
kerahasiaan dan kecerdasan untuk menyerang lawan pada saat yang tidak
terduga.

7.

Keamanan. Strategi itu mesti mengamankan seluruh organisasi dan semua
operasi penting organisasi.

R Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam Techniques for
Effective Communication menyatakan, tujuan sentral komunikasi terdiri atas tiga
tujuan utama, yaitu:
1.

To secure understanding(komunikan mengerti akan pesan yang diterimanya)

2.

To establish acceptance(penerimaan pesan oleh komunikan itu kemudian

dibina)

3.

To motivate action(kegiatan dimotivasikan)

Faktor Pendukung Strategi Komunikasi
Menyusun strategi komunikasi harus memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan
penghambat. Berikut ini sebagian komponen komunikasi dan faktor pendukung
serta penghambat pada setiap komponen tersebut (Effendy,2003:35).
1.

Mengenali sasaran komunikasi

2.

Faktor situasi dan kondisi

3.

Pemilihan media komunikasi

4.

Pengkajian tujuan pesan komunikasi

5.

Peranan komunikator dalam komunikasi

6.

Daya tarik sumber

7.

Kredibilitas sumber

Empat faktor penting yang harus diperhatikan menyusun strategi komunikasi:
A. Mengenal khalayak. Khalayak itu aktif sehingga antara komunikator dengan
komunikan bukan saja tejadi saling hubungan, tetapi juga saling
mempengaruhi.
B. Menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam
mempengaruhi kalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan
perhatian. Awal efektivitas dalam komunikasi ialah bangkitnya perhatian dari
khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.
C. Menetapkan metode, dalam hal ini metode penyampaian, yang dapat dilihat
dari dua aspek: menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya.
Menurut cara pelaksanaannya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu,
metode redundancy (repetition) dan canalizing. Sedangkan yang kedua

menurut bentuk isinya dikenal metode-metode : informatif, persuasif , edukatif ,
kursif. Metode redundancy adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan
mengulang-ulang

pesan

pada

khalayak.

Metode

canalizing

yaitu

mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan, kemudian
secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita
kehendaki. Metode informatif, lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran
khalayak, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa: keterangan,
penerangan, berita, dan sebagai nya. Metode persuasif yaitu mempengaruhi
khalayak dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik piki ran
maupun perasaannya. Metode edukatif, memberikan sesuatu idea kepada
khalayak berdasarkan fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya dengan disengaja, teratur dan
berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang di
inginkan. Metode kursif, mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa tanpa
memberi kesempatan berpikir untuk meneri ma gagasan-gagasan yang
dilontarkan, dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, intimidasi dan
biasanya di belakangnya berdiri kekuatan tangguh.
D. Pemilihan media komunikasi. Kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari
beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang
disampaikan dan teknik yang dipergunakan, karena masing-masing medium
mempunyai kelemahan-kelemahannya tersendiri sebagai alat.
Secara umum strategi komunikasi dilakukan melalui 10 tahapan:
1.

Analisis Program/Masalah

2.

Analisis Situasi

3.

Analisis Khalayak

4.

Tujuan Komunikasi

5.

Strategi Komunikasi

6.

Perencanaan Kegiatan Pengembangan Media

7.

Produksi Dan Ujicoba Media

8.

Penggunaan Media

9.

Media Monitoring dan Sistem Pengelolaan Informasi

10. Evaluasi dan Analisis Masalah.*
Menurut Entnam, meskipun analisis framing dipakai dalam berbagai bidang
studi yang beragam, satu faktor yang menghubungkannya adalah bagaimana teks
komunikasi yang disajikan, bagaimana representasi yang ditampilkan secara
menonjol mempengaruhi khalayak. Konsep framing Entnam digunakan untuk
menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh
media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam
konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada
isu yang lain. (Eriyanto,2002:186)
Framing memberikan tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi
ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat
teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan: membuat informasi lebih
terlihat jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diinget khalayak. Informasi yang
menonjol lebih diterima oleh khalayak.
Bentuk penonjolan tersebut bisa beragam. Menempatkan aspek informasi
lebih menonjol dibandingkan yang lain, lebih mencolok, melakukan pengulangan
informasi yang dipandang penting atau dibungkam dengan aspek budaya yang
akrab di benak khalayak. Dengan bentuk seperti itu, sebuah ide atau informasi lebih
mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat dan ditafsirkan karena
berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Karena kemenonjolan adalah
produk interaksi antara teks dan penerima, kehadiran frame dalam teks bisa jadi
tidak seperti yang dideteksi oleh peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai
pandangan apa yang dia pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita
tersebut dikonstruksi dalam pikiran khalayak. (Eriyanto, 2002:186)

Tahap awal framing tidak dilakukan oleh media. Manusia memiliki
kemampuan

untuk

menafsirkan

realitas

yang

terjadi

di

sekitarnya

berdasarkan frame of reference dan field of experience yang dimilikinya. Eriyanto
(2005) menyatakan, ada empat hal yang dilakukan manusia ketika menyusun
bingkai konstruksi realitasnya sendiri, yaitu:
1. Simplifikasi,manusia cenderung memandang segala peristiwa melalui kerangka
berpikir yang sederhana, sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya.
Seiring dengan bertambahnya usia, pengetahuan, dan pengalaman, manusia
akan memandang dunia secara lebih beragam. Namun tetap saja proses
pemahaman realitas akan dilakukan secara sederhana.
2. Klasifikasi, manusia menyadari bahwa dunia terdiri dari berbagai hal, sehingga
secara psikologis manusia akan memisahkan hal-hal tersebut ke dalam
beberapa kategori untuk memudahkan proses pemahaman. Manusia
melekatkan ciri-ciri tertentu pada sebuah kategori tertentu, sehingga segala
peristiwa yang terjadi dapat terlihat perbedaan-perbedaannya.
3. Generalisasi, klasifikasi membantu manusia melihat ciri-ciri peristiwa atau
individu. Generalisasi merupakan kelanjutan dari proses tersebut, yang pada
akhirnya membatasi ciri-ciri yang berdekatan atau mirip pada ciri-ciri yang
didapat pada klasifikasi. Hal ini dapat menghasilkan prasangka.
4. Asosiasi, suatu peristiwa tidak hanya diidentifikasi atau dipahami, tetapi
selanjutnya dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lain. Keragaman dunia
dianggap memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.
Strategi Komunikasi merupakan bagian penting dari keberhasilan proyek
perubahan. Institusi perlu merencanakan strategi Komunikasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Untuk menciptakan strategi Komunikasi yang dapat
menunjang keberhasilan bisnis perusahaan Anda, ada 5 kunci sukses yang perlu
Anda perhatikan:
1.

Terbuka

Kunci pertama untuk menciptakan Komunikasi Korporat yang efektif adalah
transparansi, yaitu informatif dan jujur ?dalam berkomunikasi. Manajemen
perusahaan yang mengkomunikasikan strategi perusahaannya di masa yang akan

datang kepada karyawannya, akan membangun loyalitas dan kepercayaan dari
karyawan. Apalagi untuk perusahaan yang menjual sahamnya secara terbuka (go
public), sangat penting untuk menginformasikan kondisi perusahaan secara
transparan kepada pemegang saham.
2.

Terstruktur

Komunikasi yang terstruktur dapat dipresentasikan dalam cara yang menarik agar
mudah dimengerti oleh audiens. Selain itu, pesan harus dikemas secara persuasif
agar audiens segera bertindak mengikuti seperti apa yang Anda inginkan.
3.

Bersemangat

Komunikasi korporat harus dikemas dengan nuansa yang bersemangat untuk
memastikan audiens segera bertindak setelah menerima pesan. Jika presentasi
tentang program kepedulian sosial perusahaan disajikan dalam cara yang kurang
bersemangat, karyawan tidak akan antusias berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
4. Seimbang
Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, Anda perlu mengatur frekuensi pesan.
Komunikasi yang terlalu sedikit dapat menyebabkan kebingungan dan frustrasi. Di
sisi lain, komunikasi yang terlalu sering akan menyebabkan sikap apatis. Untuk
memastikan pesan diterima dengan baik, lakukan komunikasi secara seimbang dan
konsisten.
5. Profesional
Komunikasi korporat harus dikemas secara profesional. Pesan yang dibuat dengan
baik dan tanpa kepentingan pribadi akan lebih efektif dalam lingkungan kerja. Anda
juga dapat menggunakan dokumentasi komunikasi korporat untuk kepentingan di
masa depan.Bayangkan jika Anda harus menggunakan catatan komunikasi yang
tidak dikemas dengan baik atau memiliki kesalahan tata bahasa dan ejaan.
1. Strategi Komunikasi
Rogers mengatakan, komunikasi tetap dianggap sebagai perpanjangan tangan
para perencana pemerintah dan fungsi utamanya adalah untuk mendapatkan
dukungan masyarakat dan partisipasi mereka dalam pelaksanaan rencanarencana pembangunan. Dari pendapat Rogers ini jelas bahwa setiap

pembangunan dalam suatu bangsa memegang peranan penting. Karenanya
pemerintah dalam melancarkan komunikasi perlu memperhatikan strategi apa
yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efek yang
diharapkan itu sesuai dengan harapan.
Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai
perhatian yang sangat besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya
dengan penggiatan pembangunan nasional di negara-negara. Fokus perhatian ahli
komunikasi ini memang penting karena efektivitas komunikasi bergantung pada
strategi komunikasi yang digunakan.
Effendy (1993) mengatakan strategi baik, secara makro (planned multimedia
strategy) mempunyai fungsi ganda yaitu :
1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan
instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang
optimal.
2. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan
dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan
akan merusak nilai-nilai budaya.
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk
mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus
menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Dengan demikian strategi
komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara
taktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda
tergantung pada situasi dan kondisi.
Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus
dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap
pertanyaan yang dirumuskan, yaitu who says what in which channel to whom with
what effect. Rumus tersebut jika dikaji lebih jauh, pertanyaan “efek apa yang

diharapkan” secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab
dengan seksama, yaitu : 1. When (Kapan dilaksanakannya). 2. How (Bagaimana
melaksanakannya). 3. Why (Mengapa dilaksanakan demikian). Atau dalam ilmu
jurnalistik sering dikatakan dengan 5 W 1 H (What, Who, Whay, When, Where dan
How).
Para ahli komunikasi sependapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih
baik mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from Attention
to Action Procedure. AA Procedure adalah penyederhanaan dari suatu proses
yang

disingkat AIDDA (Attention

(perhatian),

Interest

(minat),

Desire

(kemauan/hasrat), Decision (keputusan), Action (tindakan)). Jadi proses
perubahan sebagai efek komunikasi melalui tahapan yang dimulai dengan
membangkitkan perhatian. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan,
hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang merupakan derajat
yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang
merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang
diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi
komunikator belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya
keputusan, yakni keputusan untuk melakukan tindakan. Selain melalui pendekatan
di atas, maka seseorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku apabila dirinya terdapat
faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness.
3. Strategi Komunikasi Efektif
Strategi komunikasi yang efektif dalam komunikasi pembangunan tidak hanya
sekedar membuat pesan-pesan yang bisa memberikan dampak bagi target atau
audien. Tapi juga mampu merefleksikan misi, tujuan dan sasaran organisasi yang
terintegrasi dalam operasi sehari-hari. Maka, stretegi itu butuh artikulasi yang jelas
tentang audien, kejelasan pesan dan pilihan media.
Adapun strategi yang efektif dalam penyampaian komunikasi pembangunan
antara lain :
a. Planning

Strategi komunikasi yang efektif selalu diawali oleh perencanaan yang solid dan
matang (planning) yaitu kunci bagi keberhasilan proyek tujuan. Perencanaan yang
bagus bisa dijadikan koridor kerja bagi orang-orang yang melaksanakan misi
komunikasi. Strategi akan membimbing kita kearah mana komunikasi digerakkan,
mulai dari proses persiapan hingga menyampaikan pesan pada publik.
Ada tiga jenis planning yang harus dipertimbangkan dalam strategi komunikasi di
era digital saat ini yaitu :
1. Organizational Planning, yaitu terkait dengan siapa-siapa saja yang
bertanggung jawab melakukan tindakan-tindakan apa saja untuk misi
komunikasi.
2. Communications Planning yaitu terkait penentuan cara-cara yang digunakan
untuk mengkomunikasikan pesan. Apakah lewat media tertentu atau umum,
serta bagaimana isi pesannya.
3. Technology Planning yaitu terkait alat bantu teknologis untuk menyampaikan
pesan. Apakah kita mengirim press release via e-mail, atau menyampakaian
undangan untuk konferensi pers dan dengan menggunakan teknologi lainnya.

b. Sasaran dan Tujuan
Pesan harus diciptakan sejelas-jelasnya demi sasaran yang dituju, lalu pesan
disampaikan dengan metode yang tertentu supaya bisa sampai ke publik yang kita
bidik. Untuk mencapai target ini, tentu dibutuhkan teknologi pembantu agar
penyusunan planning jadi lebih mudah.
Karenanya sasaran dan tujuan harus ditetapkan saat melakukan planning yaitu
audien siapa yang ingin dijangkau, bagaimana keadaan audien sasaran yang
hendak dijangkau, mengidentifikasi audien dan kemudian memahami keadaan
audien. Ini adalah salah satu kunci keberhasilan rencana komunikasi yang baik

dan efektif. Karena komunikasi yang efektif bukan berarti harus menjangkau
semua target audien. Tapi lebih efektif jika kita bisa membidik orang-orang tertentu
yang sangat berpengaruh dalam pembuatan keputusan publik.
c. Pembentukan Pesan
Pembentukan pesan dengan sedemikian rupa sehingga menjadi perhatian public
juga menjadi salah satu strategi efektif dalam komunikasi untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Kita harus bisa menyusun pesan yang cocok untuk berbagai
kalangan audien sasaran dan berbagai bentuk media yang digunakan.
Karena cara kita mengkomunikasikan pesan pada pers tentu berbeda dengan cara
mengkomunikasikan pesan langsung pada audien. Menulis di web juga jelas
sangat berbeda dengan menulis pesan untuk radio atau koran.
Karenanya setelah kita berhasil mengidentifikasi audien baru membentuk pesanpesan yang akan disampaikan pada audien. Pesan-pesan ini harus terkait kuat
dengan misi organisasi dan tujuan komunikasi kita.
Dalam membentuk pesan, kita perlu mempertimbangkan hal-hal berikut : seberapa
besar audiens kita, pesan model apa yang lebih gampang direspon oleh audien,
melalui audien bisa dicapai (Internet, radio, TV, cetak), informasi apa yang audien
butuhkan dari organisasi kita, bahasa apa yang akan lebih gampang ditangkap
audien, dan saat merancang pesan kita juga harus perhatikan bahwa setiap media
komunikasi (televisi, cetak, email, Web) akan membutuhkan pendekatan berbeda.

d. Media Choices
Memilih jenis media yang paling cocok untuk menyampaikan pesan dan
menjangkau audien merupakan langkah yang harus diambil. Karena jika tepat,
audien akan sangat cepat memahami pesan yang diberikan. Jenis media yang
dipilih akan berpengaruh pada kemampuan audien menjangkau isi pesan.
Jenis media tertentu mungkin bisa menyampaikan pesan tertentu dan bisa
dijangkau kelompok audien tertentu pula. Juga patut kita perhatikan dalam
mengemas pesan format harus disesuaikan bisa dikemas dalam bentuk berita,
hiburan, atau bahkan iklan.

e. Evaluasi
Strategi komuniksi yang efektif selalu mempertimbangkan evaluasi, namun yang
satu ini sering kali terabaikan. Bisa jadi pengabaian ini berdasarkan fakta bahwa
sebagian besar evaluasi berlangsung di bagian akhir dari suatu proses. Kalau
hasilnya bagus, orang cenderung tidak melakukan evaluasi, tapi kalau hasil
akhirnya kurang bagus baru orang berfikir tentang evaluasi.
Padahal evaluasi itu penting agar kita bisa mendapatkan feed back sesegera
mungkin. Hasil akhirnya bagus atau tidak, kita tetap butuh feed back, kalau hasil
akhirnya bagus feed back bisa digunakan untuk perumusan strategi komunikasi
mendatang. Kalau hasil akhirnya tidak bagus maka feed back bisa dijadikan
rujukan agar tidak mengulanginya.
Untuk mengevaluasi strategi komunikasi, bisa dilakukan dengan cara
mengumpulkan data kuantitatif dan informasi kualiatif. Untuk kuantitatif,
pertanyaan yang harus kita jawab adalah seberapa banyak target audien yang
sudah dijangkau via media. Untuk kualitatif, pertanyaan yang harus kita jawab
adalah apakah pesan punya dampak yang diharapkan terhadap target audien atau
tidak. Ini bisa berlaku saat kita menggunakan semua jenis media dan semua
kondisi audien. Namun yang agak sulit adalah mengukur perobahan perilaku pada
target audien.
4. Konsep Komunikasi Pembangunan
Dalam strategi komunikasi mengenai isi pesan tentu sangat menentukan
efektivitas komunikasi. Wilbur Schramm mengatakan bahwa agar komunikasi yang
dilancarkan dapat lebih efektif, maka pesan yang disampaikan harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1.

Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
menarik perhatian sasaran dimaksud.

2.

Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga sama-sama dapat
dimengerti.

3.

Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.

4.

Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang
layak bagi situasi kelompok di mana sasaran berada pada saat ia gerakkan
untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Secara pragmatis Quebral (1973), merumuskan komunikasi pembangunan adalah
komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu
negara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi pembangunan
merupakan suatu inovasi yang diterima oleh masyarakat.
Mengkaitkan peranan komunikasi pembangunan dan konsep mengenai
pembangunan, Tehranian (1979) mengemukakan tiga tinjauan teoritis, yaitu
pertama teori yang hanya melihat pembangunan semata-mata sebagai proses
pluralisasi masyarakat, politik dan ekonomi dari suatu bangsa yang melaksanakan
pembangunan tersebut. Pandangan ini dianut oleh para ekonom dan politisi
liberal. Pada pokoknya mereka berpendapat bahwa hal yang penting dalam
pembangunan adalah peningkatan kelompok tenaga kerja yang berdasarkan
struktur dan fungsi yang jelas, penganekaragaman kelompok berdasarkan
kepentingan dan keseimbangan dinamis antar kelompok dan kepentingan.
Teori yang kedua penekanannya pada peningkatan rasionalisasi sebagai unsur
kunci proses pembangunan. Penganut aliran ini adalah Hegel, yang menekankan
peranan rasio dalam perkembangan sejarah. Sedangkan Weber mementingkan
rasionalisasi kebudayaan dan birokrasi dari suatu proses sosial yang akhirnya
dikenal belakangan ini adalah mendewakan negara sebagai sumber segala
kemenangan dan keabsahan.
Teori ketiga adalah pemikiran yang lahir dari kesadaran diri masyarakat dunia
ketiga, dengan konsep yang berpusat pada prinsip melakukan pembebasan. Teori
ini sangat dipengaruhi oleh aliran Neo Marxis.
4. Teknologi Komunikasi
Di abad modern ini, terutama pasca perang dunia kedua, bermunculan berbagai
penemuan baru sebagai akibat kemajuan teknologi yang berkembang pesat dan

terjadi susul menyusul. Teknologi memberikan manusia bermacam-macam
kemudahan dalam melakukan pekerjaan, dan lebih dari itu menjadikan kehidupan
lebih menyenangkan dan lebih nyaman. Berkat penemuan baru di bidang
teknologi, manusia dapat menggali dan melakukan eksplorasi sumber-sumber
kekayaan alam, termasuk sumber-sumber energi yang penting bagi peningkatan
kesejahteraan umat manusia. Kemajuan pesat di bidang teknologi elektronika
yang semakin berkembang membuktikan manusia telah mampu mengembangkan
kemampuan setinggi-tingginya.
Perkembangan teknologi mendorong semakin berkembangnya teknologi
komunikasi. Kemajuan teknologi komunikasi diawali dengan penemuan transistor,
kemudian berkembang mikcrohip, sistem komunikasi satelit, dan lain-lain telah
membuat jarak bukan lagi suatu halangan untuk berkomunikasi dengan yang
lainnya. Laju perkembangan teknologi komunikasi telah memperlancar arus
informasi dari dan keseluruh penjuru dunia. Kemajuan teknologi telah
memungkinkan manusia sekarang ini menyaksikan pada waktu yang sama
peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Kemajuan teknologi juga
meningkatkan mobilitas sosial, mempermudah orang untuk saling berhubungan.
Hubungan manusia dari satu bangsa dengan bangsa lainnya semakin intensif dan
dunia seolah-olah menjadi semakin sempit.
Teknologi dapat melakukan penghematan waktu dan jumlah tenaga kerja manusia.
Proses teknologi melalui makna pesan tertulis atau gambar dipindahkan secara
elektronis melalui radio telegraph (telefrint