LAPORAN PRAKTIK KERJA TATA LAKSANA PEMEL
TATA LAKSANA PEMELIHARAAN AYAM BIBIT INDUK PETELUR PERIODE PRODUKSI DI PT. CENTRAL AVIAN PERTIWI PS. BREEDER LAYER UNIT SUKAJAYA 2 LAMPUNG
Oleh : IIS ISTICHAROH NIM. D1E013216 LAPORAN PRAKTIK KERJA
Untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikuler Pada Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PETERNAKAN PROGRAM STUDI PETERNAKAN PURWOKERTO 2016 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PETERNAKAN PROGRAM STUDI PETERNAKAN PURWOKERTO 2016
TATA LAKSANA PEMELIHARAAN AYAM BIBIT INDUK PETELUR PERIODE PRODUKSI DI PT. CENTRAL AVIAN PERTIWI PS. BREEDER LAYER UNIT SUKAJAYA 2 LAMPUNG
Oleh :
IIS ISTICHAROH NIM. D1E013216
Diterima dan disetujui Pada tanggal : …………………..
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. H. Imam Suswoyo, M. Agr. Sc Dr. Ir. Bambang Hartoyo, M.Si NIP. 19611024 198601 1 001
NIP. 19601031 198703 1 001
Pembantu Dekan I Ketua Program Studi Peternakan
Endro Yuwono, MS Ir. Pambudi Yuwono, M.Sc NIP. 19610310 198601 1 001
NIP. 19630915 198803 1 002
ii ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas rahmat, taufik dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja yang berjudul “Tatalaksana Ayam Bibit Induk Petelur Periode Produksi di PT. Central Avian Pertiwi PS Layer Unit Sukajaya 2 Lampun g”. Laporan praktik kerja disusun untuk memenuhi persyaratan kurikuler pada program S1 Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.
Selesainya Praktik Kerja dan Laporan Praktik Kerja ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung diantaranya :
1. Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq M.Sc, Agr selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman dan penanggung jawab Praktik Kerja.
2. Ir. Endro Yuwono, MS selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.
3. Ir. Pambudi Yuwono, M.Sc selaku Ketua Program Studi Produksi Ternak.
4. Ir. H. Imam Suswoyo, M. Agr. Sc dan Ir. Bambang Hartoyo, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan laporan Praktik Kerja.
5. Tatang Heryana, S.Pt selaku manajer PT. Central Avian Pertiwi Unit Sukajaya 2 Lampung beserta jajarannya.
6. Seluruh karyawan PT. Central Avian Pertiwi Unit Sukajaya 2 Lampung.
7. Ayah dan Ibu yang senant iasa memberikan dukungan serta do‟anya. iii 7. Ayah dan Ibu yang senant iasa memberikan dukungan serta do‟anya. iii
8. Teman-teman seperjuangan kelompok Praktik Kerja yang telah bekerja sama dalam kegiatan praktik kerja.
9. Seluruh pihak yang telah membantu pelaksanaan Praktik Kerja. Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Praktik Kerja ini terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga Laporan Praktik Kerja ini dapat menjadi acuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak.
Purwokerto, Juli 2016
Penulis
iv
xi
RINGKASAN
Kerja praktik dilaksanakan di PT. Central Avian Pertiwi PS Layer Unit Sukajaya 2 Lampung yang berlokasi di Desa Sukajaya, Kecamatan Ketibung, Kabupaten Lampung Selatan. Kegiatan dimulai pada tanggal 14 Januari 2016 sampai dengan 13 Februari 2016. PT. CAP PS Layer Unit Sukajaya 2 Lampung berdiri sejak tahun 2011 dan resmi menjadi anak perusahaan PT. Chareon Pokhpand Jaya Farm yang memelihara ayam bibit induk petelur dengaan strain Isa Brown . Perusahaan ini memiliki 8 kandang yang dibagi menjadi 2 flock dengan kapasitas 12.500 ekor perkandang. Tipe kandang yang digunakan yaitu tipe kandang close house. Ayam yang dipelihara di PT CAP PS Layer Unit Sukajaya 2 Lampung merupakan ayam bibit petelur fase produksi yang memiliki umur 32 minggu. Fase ini ayam diberi pakan dengan kode pakan 534 H. pemberian pakan dilakukan dengan menggunakan feeder trough yang otomatis diputar selama 6 menit. Pemutaran dilakukan sebanyak 3 kali sehari. Kegiatan rutin yang dilakukan meliputi biosecurity, manjemen pakan, manajemen kandang, manajemen air minum, manajemen penanganan telur (pengambilan telur, fumigasi, dan grading), pencahayaan, sistem ventilasi, pengamatan kandang, penanganan alas kandang, dan kegiatan penunjang yaitu diskusi dengan manajer, dan supervisor.Kegiatan difokuskan pada kandang 5 flock 2 memelihara 11.033 ekor betina, dan 1.120 ekor jantan. Ayam mengkonsumsi pakan sebanyak 115,37 gr/ekor/hari. Ayam yang di kandang 5 menghasilkan PE sebesar 92,3%, dengan jumlah HE sebesar 96,99%. pencatatan menggunakan metode HDA dan HHA. Hasil perhitungan populasi ternak kandang 5 didapatkan HDA adalah 92%, dan HHA 88,92%.
Kata kunci : PT. CAP PS Layer Unit Sukajaya 2 Lampung, PE, HE, HDA, HHA .
xi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan merupakan bagian lain dari pertanian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan.Perunggasan menjadi salah satu komoditas paling popular dalam dunia peternakan.Unggas menghasilkan telur dan daging sebagai salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat.Di Indonesia industri pembibitan unggas (Breeder Farm) Parent Stock sudah mulai banyak berdiri di berbagai daerah dan telah menjadi suatu bisnis yang menjanjikan.
Merajuk pada keuntungan hasil unggas yang potensial tersebut, maka dewasa ini banyak didirikan peternakan unggas terutama ayam di berbagai tempat, persaingan pun semakin terlihat. Perusahaan yang paling terkenal dan memiliki banyak cabang yaitu PT. Chareon Pokhpand Indonesia, salah satu cabangnya berada di daerah Lampung yang bernama PT. Central Avian Pertiwi.
PT Central Avian Pertiwi merupakan Breeder Parent Stock Layer yang bertujuan untuk menghasilkan telur tetas khusus final stock layer.Managemen yang diterapkan berbeda dengan manajemen pada Breeder Parent Stock Broiler. Perbedaan tersebut terletak pada tatalaksana pemeliharaan, manajemen pakan, dan manajemen kesehatan.
1.2 Lokasi Peternakan
Praktik kerja dilaksanakan di PT. Central Avian Pertiwi Unit Sukajaya 2 Lampung yang terletak di Dusun Siring Babaran, Desa Sukajaya 2 , Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan. Lampung selatan memilik letak geografis
105° - 105,45°BT dan 5,15 – 6,10°LS. Batas wilayah kabupaten ini yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda, sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia. Kabupaten
lampugn selatan memiliki luas wilayah 2.109,74 km 2 dengan ketinggian ± 30-60 m di atas permukaaan laut dan berpenduduk sebanyak ± 923.002 jiwa. Suhu rata-
rata berkisar antara 27° - 33°C. Suhu maksimum 33°C dan suhu minimum 22°C. Kelembaban udara antara 70-80% dan pada daerah yang lebih tinggi kelembaban juga akan lebih tinggi.
Perusahaan ini berjarak 2 km dari jalan raya Trans Lampung dan memiliki batas wilayah yaitu sebelah barat Desa Padasuka, sebelah timur berbatasan dengan Desa Tanjung Ratu, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Ratu, dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Gerbang Mataram. PT. CAP PS Breeder
Layer Unit Sukajaya 2 Lampung memiliki luas wilayah farm 13.362,5 m 2 .
1.3 Bidang Usaha yang Dijalankan
PT. Central Avian Pertiwi Unit Sukajaya 2 Lampung bergerak di bidang pemeliharaan ayam bibit induk petelur (parent stock) yang pada akhirnya menghasilkan final stock. Sistem perkandangan yang digunakan adalah kandang koloni dengan sistem close house tipe single. Area kandang terbagi menjadi 2 flock , yaitu flock 1 yang terdiri atas kandang 1,2,3,4 dan flock 2 yang terdiri atas kandang 5,6,7,8. Strain yang dipelihara adalah Isa Brown. Umur ayam pada saat Praktik Kerja di PT. CAP PS Layer Unit Sukajaya 2 Lampung tepatnya ketika tanggal 31 Januari 2016 berturut-turut adalah 34 Week/11 WOP (Week Of
Production ) pada kandang 1, 33W/11 WOP pada kandang 2, 33 W/10 WOP pada kandang 3, 32 W/10 WOP pada kandang 4, 32 W/10 WOP pada kandang 5, 31 W/9 WOP pada kandang 6, 31 W/9 WOP pada kandang 7 dan 30 W/8 WOP. Total ayam yang dipelihara ketika itu adalah 87.395 ekor betina dan 9.045 ekor jantan. Sistem yang digunakan adalah All in All out mulai periode DOC (Day Old Chick ) sampai periode afkir. Telur yang dihasilkan selanjutnya akan digrading berdasarkan kriteria tertentu. Bagi telur yang memnuhi syarat selanjutya akan dikirim ke hatchery untuk ditetaskan menjadi final stock.
1.4 Tujuan
1.4.1 Mengetahui tata laksana pemeliharaan ayam bibit petelur di PT. Central Avian Pertiwi PS Layer unit Sukajaya 2 Lampung.
1.4.2 Membandingkan teori yang telah didapat di perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lokasi.
1.5 Manfaat
1.5.1 Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam tatalaksana pemeliharaan ayam bibit petelur yang kelak dapat menjadi bekal yang berguna untuk mengembangkan dunia peternakan khususnya mengenai ayam bibit petelur.
1.5.2 Memperoleh informasi mengenai tatalaksan pemeliharaan ayam niaga petelur dan analisis usaha ayam niaga petelur yang dilakukan di PT. Central Avian Pertiwi.
1.5.3 Membandingkan pengetahuan yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan.
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Materi yang digunakan pada saat praktik kerja di usaha pemeliharaan ayam bibit induk (parent stock), antara lain;
1) Ayam bibit induk petelur dengan strain Isa Brown umur 31-34 minggu dari keseluruhan kandang namun lebih difokuskan ke kandang 5. Rata- rata jumlah ayam betina per kandang yaitu sebanyak 11.033 ekor sedangkan untuk jantan 1.120 ekor. Bobot rata-rata ayam jantan 2 kg-2,3 kg, sedangkan untuk betina 1,5 kg-1,7 kg.
2) Delapan kandang close house lengkap dengan peralatan di dalamnya;
3) Pakan periode produksi 534 H serta air minum;
4) Desinfektan untuk biosecurity dan sanitasi beserta peralatannya;
5) Vaksin dan perlatan pendukung vaksinasi;
6) Fasilitas pendukung lain seperti : truk pengangkut, obat-obatan, dan vitamin;
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Kegiatan Rutin
Kegiatan rutin dilaksanakan enam hari setiap minggunya dimulai dari pukul 08.00 WIB, kemudian istirahat pada pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul
14.00 WIB, kemudian kegiatan dilanjutkan hingga pukul 16.00 WIB.Kegiatan rutin yang dilakukan yaitu mencakup biosecurity, penanganan telur (pengambilan 14.00 WIB, kemudian kegiatan dilanjutkan hingga pukul 16.00 WIB.Kegiatan rutin yang dilakukan yaitu mencakup biosecurity, penanganan telur (pengambilan
2.2.2 Kegiatan Insidental
Kegiatan insidental yang dilakukan yaitu penanganan alas kandang (penanganan litter dan slat), culling, vaksin, dan bedah bangkai.
2.2.3 Kegiatan Penunjang
Kegiatan penunjang yang dilakukan yaitu diskusi yang dilakukan bersama manager , supervisor, anak kandang, serta staf tenaga kerja lainnya.
2.2.4 Waktu dan Tempat
Praktik kerja ini dilakukan selama tiga puluh hari mulai dari tanggal 14 Januari sampai dengan tanggal 13 Februari, yang bertempat di PT. Central Avian Pertiwi PS Layer Breeder Unit Sukajaya 2 Lampung , Desa Sukajaya, Kecamatan Ketibung, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.
III. KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Kegiatan Rutin
3.1.1 Kegiatan Biosecurity
Kegiatan biosecurity adalah suatu kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk meminimalisir kontaminasi mikroba pada ternak, sehingga ternak dapat berproduksi secara optimal. Program biosecurity di PT. CAP PS Layer Unit Sukajaya 2 Lampung dilakukan mulai dari pintu masuk area farm sampai dengan pintu kandang. Biosecurity ini dilakukan berdasarkan komponen sarana fisik dan prosedur. Sarana fisik meliputi batas kawasan peternakan, bentuk kandang, ruang isolasi, dan lain-lain, sedangkan komponen prosedur seperti alur masuk dan keluar kandang, desinfektasi saat masuk dan keluar kandang, ganti pakaian dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Adjid dkk., (2006) yang menyatakan bahwa biosecurity merupakan upaya agar agen tidak masuk atau keluar dari area peternakan yang didukung oleh komponen sarana fisik dan prosedur.
Kegiatan biosecurity berawal dari luar area peternakan. Memasuki area peternakan range 1 maka akan dilakukan penyemprotan untuk manusia dan kendaraan. Shower untuk manusia disebut dengan Shower Gate sedangkan untuk kendaraan bermotor disebut dengan Dipping kendaraan. Penyemprotan ini menggunakan bahan yang disebut dengan BKC 20% dengan perbandingan dosis yaitu 1 : 1000 bagi kendaraan roda empat maka akan masuk ke dalam range 1 kemudian melakukan penyemprotan dipping, setelah itu masuk ke ruang penyemprotan khusus mobil berdiam selama kurang lebih 5 menit. Penyemprotan khusus mobil ini menggunakan BKC dengan dosis 200ml : 200 liter air.
Gambar 1. Shower Gate Way Gambar 2. Dipping
Gambar 3. Proses desinfektan roda empat
Masuk ke range 2 yaitu area kantor maka harus melewati shower 1.Di dalam shower 1 setiap orang diwajibkan membuka seluruh pakaiannya ditaruh di tempat yang sudah disediakan kemudian melewati penyemprotan desinfektan dan mandi, setelah itu memakai baju yang disediakan oleh pihak Farm.Adapun tempat untuk menaruh barang bawaan seperti handphone, tas, kaca mata, maupun barang lain Masuk ke range 2 yaitu area kantor maka harus melewati shower 1.Di dalam shower 1 setiap orang diwajibkan membuka seluruh pakaiannya ditaruh di tempat yang sudah disediakan kemudian melewati penyemprotan desinfektan dan mandi, setelah itu memakai baju yang disediakan oleh pihak Farm.Adapun tempat untuk menaruh barang bawaan seperti handphone, tas, kaca mata, maupun barang lain
Gambar 4. Box UV
3 adalah area kandang, untuk memasuki area ini maka setiap orang harus memasuki shower 2. Shower 2 memiliki prosedur yang sama dengan shower
Range
1, hanya obat yang digunakan berbeda. Shower 2 memakai bromo kuat untuk menyemprot perbandingannya yaitu 1:1000. Keluar dari shower 2 maka pekerja harus berganti pakaian menjadi pakaian kandang lengkap dengan sepatu boots jalan. Pakaian kandang dapat diambil di loker yang telah disediakan biasanya warna pakaian kandang dari setiap flock berbeda, biasanya untuk flock satu pakaian jalan kandang berwarna kuning, sedangkan flock dua berwarna cokelat. Pakaian kandang ini hanya berlaku bagi pegawai biasa, sedangkan untuk manager, GM, dan petinggi lainnya memakai pakaian kandang khusus berwarna biru.
Memasuki area kandang pekerja harus berganti sepatu jika ingin memasuki dalam kandang. Bukan hanya pergantian sepatu boots penyemprotan Memasuki area kandang pekerja harus berganti sepatu jika ingin memasuki dalam kandang. Bukan hanya pergantian sepatu boots penyemprotan
Gambar 5. Semprot Alkohol Gambar 6 . Injak kapur
3.1.2 Pengamatan Kandang
Kandang berjumlah 8 buah yang dibagi menjadi 2 flock, masing-masing flock terdiri atas 4 kandang. Kandang dibuat sejajar, flock 1 kandang menghadap ke timur, sedangkan flock 2 kandang menghadap ke barat. Kandang dibuat dengan tipe close house, menurut Primaditya dkk.,(2015) kandang tipe “Closed House”, merupakan tipe kandang yang tertutup dan mempunyai pengaturan ventilasi udara yang baik dengan bantuan control panel otomatis.
Gambar 7. Farm
Seluruh kandang memiliki ukuran yang sama yaitu dengan panjang 120 m, lebar 12 m, dan tinggi 3 m. Bangunan kandang merupakan bangunan permanen sehingga ketahanan kandang tetap terjaga. Kandang menggunakan atap tipe gable yang memiliki bahan astino perbandingan 1 : 2. Lantai dasar kandang yang digunakan adalah plester. Alas kandang yang digunakan kombinasi slat dan litter.
Keuntungan dari penggunaan lantai slat yaitu kotoran tidak menumpuk, sehingga kadar amonia rendah, kelembabaan terjaga dan sumber penyakit berkurang. Fungsi dari penggunaan lantai litter adalah untuk mandi pasir untuk mengeluarkan panas tubuh ayam, selain itu lantai litter berfungsi sebagai tempat exercise ayam (animal wellfare). Area yang menggunakan alas litter berada ditengah dengan lebar 4 meter, sedangkan area yang menggunakan slat yang terbuat dari plastik mempunyai lebar 4 meter untuk masing masing sisi kanan dan kiri. Pramudyati dan Agung Prabowo (2009) juga berpendapat bahwa kandang dengan lantai campuran litter dan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas litter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).
Gambar 8. Litter Gambar 9. Slat
Setiap kandang terdiri atas 5 pen, panjang dan lebar yang digunakan yaitu
24 m x 12 m. Setiap pen dilengkapi sebuah pintu untuk keluar masuk, dan sebuah sekat dari pagar BRC. Penyekatan ini dilakukan untuk memudahkan dalam manajemen, khususnya untuk mengetahui tingkat kepadatan masing-masing kandang agar ayam yang dipelihara dapat nyaman dan berproduksi dengan baik.
Tingkat kepadatan ayam di perusahaan ini yaitu sebesar 7,5-8,4 m 2 . Hasil tersebut diketahui dari jumlah ayam dibagi dengan luas kandang.
Kepadatan kandang = 12153 ekor/1440m 2
2 = 8,4 ekor/m
2 Kepadatan kandang sebesar 8,4 ekor/m 2 adalah setiap 1m dapat ditempati oleh 8 ekor ayam, kepadatan kandang fase laying sudah berdasar pada bahwa
kepadatan kandang ayam ISA Brown periode produksi adalah sebanyak 8 ekor/m 2 . Artinya kepadatan kandang tersebut sesuai, ayam dapat hidup dengan nyaman dan
berproduksi dengan baik. Kandang dilengkapi dengan beberapa peralatan yang menunjang manajemen berlangsung antara lain :
1) Automatic feeder through, feeder manual dan hopper yang berfungsi sebagai serangkaian alat pemberian pakan.
2) Nipple yang terdiri atas cup nipple dan nozzle nipple. Peralatan tersebut
merupakan perlatan yang dipakai untuk pemberian air minum.
Gambar 10. Feeder Trough Gambar 11. Feeder Manual
Gambar 12. Hopper Gambar 13. Nipple
3) Shocker, terdiri atas shocke rnipple dan shocker litter, kedua alat ini berfungsi untuk alat penyetrum agar ayam tetap kondusif dalam situasi yang berbahaya misalnya dalam keadaan dingin, petir, dan suara lain yang menyebabkan ayam berkumpul karena ini dapat menimbulkan penumpukan ayam dan meningkatkan mortalitas.
Gambar 14. Shocker Litter
4) Cooling pad berfungsi sebagai pendingin kandang, cara kerjanya seperti AC yaitu jika keadaan di dalam sudah melebihi suhu normal maka cooling pad yang terbuat dari kertas akan tersirami air dari atas kemudian angin dari luar akan masuk ke ruang cooling pad lalu memasuki celah jendela yang nantinya akan mendinginkan area dalam kandang.
5) Blower berfungsi untuk mendinginkan ruangan cara kerjanya yaitu menyerap panas dari dalam agar udar dari luar masuk.
6) Temptron dan control panel lihat pada yaitu control panel listrik suhu, kelembaban, pencahayaan, dan lainnya agar tetap dalam keadaan nyaman.
7) Tirai, yang dapat dijadikan dinding dari kandang close house. Tirai ini dapat dibuka jika keadaan di dalam panas dan tidak dapat diatasi oleh 7) Tirai, yang dapat dijadikan dinding dari kandang close house. Tirai ini dapat dibuka jika keadaan di dalam panas dan tidak dapat diatasi oleh
Gambar 15.Cooling pad Gambar 16. Blower
Gambar 17.Temptron Gambar 18. Tirai
8) Lampu sebagai sumber cahaya dalam kegiatan manajemen, biasanya lampu yang digunakan yaitu lampu dengan cahaya kuning berdaya 5-7 watt. Lampu ini diatur dengan daya tersebut karena jika lampu terlalu terang akan menimbulkan kanibalisme, sementara jika lampu terlalu redup maka ayam tidak akan bertelur secara maksimal mengetahui salah satu faktor pengeluaran telur itu adalah pencahayaan yang baik.
9) Sangkar, memiliki fungsi untuk tempat bertelur ayam berukuran kurang lebih 20 cm x 20 cm. sangkar ini memiliki kemiringan sebesar 5 o agar
telur dapat turun ke conveyor.
10) Conveyor dapat dilihat pada gambar 20, alat ini memiliki fungsi untuk menarik telur sampai keluar kandang untuk digrading.
Gambar 19. Sangkar Gambar 20. Conveyor
Gambar 21. Tray 42 Gambar 22. Tray 36
3.1.3 Pemberian Pakan
Pakan adalah salah satu faktor terpenting dalam suatu manajemen pemeliharaan. Pakan yang diberikan untuk ternak harus seimbang dan memenuhi Pakan adalah salah satu faktor terpenting dalam suatu manajemen pemeliharaan. Pakan yang diberikan untuk ternak harus seimbang dan memenuhi
Feeder trough memanjang disebelah kanan dan kiri, setiap jalur terdapat satu hopper. Pendistribusian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pukul 04.00,
10.00, dan 14.00 diputar selama 6 menit. Pemberian yang merata menghindarkan ternak saling berebut pakan yang akan mengakibatkan adanya kanibalisme. Feeder trough di dalamnya ada sebuah rante sebagai penggerak pakan, rantai ini juga berfungsi sebagai pengaduk pakan. Pakan akan berjalan sesuai jadwal dengan bantuan control panel yang ada di luar kandang yang telah diatur oleh pekerja.
Feeder Trough untuk satu kandang terdapat dua line secara melingkar dengan ukuran setiap line lebar 10 cm dengan kedalaman 9 cm dan panjang 120 meter. Feeder dilengkapi dengan corner, kawat grill dan dua bak penampung pakan (hopper) dapat dilihat di Gambar 12. Hopper memiliki kapasitas pakan sebanyak 450 kg dengan tinggi hopper 57 cm dengan tinggi tambahan 113 cm, panjang 122 cm dan lebar 66 cm.
Feeder space adalah ruang kosong agar ayam dapat mengkonsumsi pakan. Ruang dapat dihitung dengan cara jumlah ayam dibagi panjang trough. Feeder space di kandang lima sebesar 26,78 ekor/meter trough. Artinya setiap satu meter feeder trough dapat memuat pakan untuk 27 ekor ayam.
Pemberian pakan periode laying menurut standar perusahaan PT. Chereon Pokhpand menggunakan standar point feed 10,5. Point feed 10,5 berarti setiap 100 ekor ayam mendapat 10,5 kg untuk pertumbuhan dan produksi telur per hari. Akan tetapi, bila nafsu makan ayam berkurang biasanya pemakaian pakan tidak sesuai point feed sehingga diberikan jumlah sesuai kemampuan ayam makan. Point feed dapat diartikan jumlah pakan yang diberikan untuk menghasilkan 1 butir telur.
Point feed pada kandang lima antara 11,5-11,6, hasil ini lebih tinggi dibanding dengan point feed standar perusahaan sebesar 10,5. Factor yang mempengaruhi point feed menurut Tierzucth (2011) penggunaan point feed didasarkan masa pemeliharaan atau berdasar umur pemeliharaan, karena umur merupakan salah satu faktor pengaruh konsumsi pakan unggas. Selain umur, konsumsi pakan juga dipengaruhi berat badan, temperature kandang, periode pencahayaan, tersedianya air, kompetisi dalam kandang, potong paruh waktu periode brooding, status kesehatan ayam. Berat badan yang lebih tinggi akan mengkonsumsi pakan lebih banyak dari berat badan yang rendah. Temperatur yang panas membuat ayam lebih banyak mengkonsumsi air. Tekstur pakan, kondisi bulu dan kandungan energi dalam juga mempengaruhi konsumsi pakan.
Pakan yang diberikan saat masa laying adalah jenis 534 H dengan bentuk pellet dapat dilihat pada Gambar 23. Jenis pakan masa brooding 531 H dan masa Pakan yang diberikan saat masa laying adalah jenis 534 H dengan bentuk pellet dapat dilihat pada Gambar 23. Jenis pakan masa brooding 531 H dan masa
Gambar 23 . Pakan 534 H bentuk pellet
Bahan baku pakan yang dipakai harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan ( SNI 01- 3929-2006). Pakan yang diberikan untuk ayam bibit petelur ini harus mengandung cukup gizi bertujuan untuk produksi telur yang tinggi dan berkualitas. Penggolongan secara umum bahan pakan antara lain protein, karbohidrat (terutama serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen), lemak, vitamin, mineral, serta air yang dapat saling berhubungan dan membentuk zat nutrisi lain (Yunianto, 2001).
Ada beberapa kunci dalam strategi pengelolaan pakan selain memperhatikan komposisi bahan dan kandungan nutrisi adalah pengelolaan yang baik. Kunci tersebut pada pemerataan konsumsi pakan, dimana ayam mudah mendapatkan Ada beberapa kunci dalam strategi pengelolaan pakan selain memperhatikan komposisi bahan dan kandungan nutrisi adalah pengelolaan yang baik. Kunci tersebut pada pemerataan konsumsi pakan, dimana ayam mudah mendapatkan
Tabel 1. Kebutuhan Ayam Petelur
No Parameter
Satuan
Persyarat
1 Kadar air
Maks 14,0
2 Protein kasar
Min 16,0
3 Lemak kasar
Maks 7,0
4 Serat kasar
7 Fospor total (P)
0,60-1,00
8 Fospor tersedia
Min 0,32
9 Energy metabolis
Kkal/Kg
Min 2650
10 Total alfatoksin Maks 50,00
11 Asam amino -lisin
Min 0,80 Metionin
Min 0,35 Metionin + lisin
Min 0,60 Sumber : Standar Nasional Indonesia (2006)
Berdasarkan SNI 01-3929-2006 pakan ayam petelur memiliki kandungan kadar air 14,0%, protein kasar 16,0%, lemak kasar 7,0%, serat kasar 7,0 %, Abu 14,0%, kalsium (Ca) 3,25 - 4,25%, fosfor 0,60-1,00%. Jadi, pakan yang diberikan setidaknya tidak terlalu jauh dari SNI 01-3929-2006. Jika terjadi pemberian yang lebih juga terjadi kenaikan konsumsi pakan yang tiba tiba juga berakibat over stimulasi yang menyebabkan prolapsus. Prolapsus adalah keluarnya organ saluran reproduksi dari tubuh ayam. Pemberian pakan juga tidak boleh diganti, Berdasarkan SNI 01-3929-2006 pakan ayam petelur memiliki kandungan kadar air 14,0%, protein kasar 16,0%, lemak kasar 7,0%, serat kasar 7,0 %, Abu 14,0%, kalsium (Ca) 3,25 - 4,25%, fosfor 0,60-1,00%. Jadi, pakan yang diberikan setidaknya tidak terlalu jauh dari SNI 01-3929-2006. Jika terjadi pemberian yang lebih juga terjadi kenaikan konsumsi pakan yang tiba tiba juga berakibat over stimulasi yang menyebabkan prolapsus. Prolapsus adalah keluarnya organ saluran reproduksi dari tubuh ayam. Pemberian pakan juga tidak boleh diganti,
Penggunaan feeder gantung digunakan untuk tempat grit yang pemberiannya dilakukan sebanyak 2 kali seminggu. Pemberian ini dilakukan pada hari senin dan kamis. Pemberian grit dimulai dari umur 6 minggu untuk menyuplai asupan kalsium (Ca) dan phosphor (P). Pemberian grit pada umur lebih dari 20 minggu diberikan sebanyak 10 g/ekor/ hari, pemberian ini lebih tinggi dari pemberian grit yang dilakukan oleh Sari (2012) pemberian grit untuk ayam petelur yaitu 3,5 g/ekor. Pemberian grit ini berguna untuk pembentukan tulang dan kerabang telur.
3.1.4 Pemberian Air Minum
Air minum adalah hal terpenting kedua setelah pakan. Perbandingan air minum dengan pakan adalah sebesar 2 : 1. Secara fisiologis, air berfungsi sebagai media berlangsungnya proses kimia di dalam tubuh ayam. Selain itu, air juga berperan sebagai media pengangkut, baik mengangkut zat nutrisi maupun zat sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan dan penyerapan ransum, respirasi, pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem syaraf maupun melumasi persendian. Hampir semua proses di dalam tubuh ayam melibatkan dan memerlukan air.
Ayam yang tidak diberi ransum akan mampu bertahan selama 15-20 hari. Namun tidak demikian jika tidak memperoleh air, ayam akan mati dalam waktu
2-3 hari saja. Ayam akan tetap bertahan saat kehilangan sebagian besar lemak di dalam tubuhnya atau 50% dari jumlah protein tubuhnya, namun saat ayam kehilangan 20% cairan tubuh bisa mengakibatkan kematian. Ketersediaan air minum yang kurang akan menyebabkan hambatan produktivitas ayam, baik pertumbuhan maupun produksi telur. Selain itu, proses pembuangan zat sisa metabolisme juga terhambat, akibatnya bisa meracuni tubuh ayam sendiri.
Sumber air minum yang digunakan oleh PT. CAP Layer Unit Sukajaya 2 Lampung berasal dari sumur bor yang ditampung dalam bak penampung (tendon air) dapat dilihat pada gambar kemudian dilakukan penyaringan dan disalurkan ke tower penampungan air yang terletak ± 100 m dari area kandang dapat dilihat pada Gambar 24. Penyaringan dilakukan agar air dapat steril dari bahan-bahan berbahaya yang akan merusak pencernaan ayam. Tendon air yang dimiliki yaitu sebanyak 2 tendon berkapasitas 100.000 liter.
Gambar 24.Tendon
Air yang didistribusikan ke kandang-kandang akan ditampung pada beberapa bak, yaitu bak medicine dan bak biasa dapat dilihat pada Gambar 25.
Bak medicine berisi campuran air dan obat dapat berupa vaksin yang diberikan secara air minum atau berisi obat jika ayam terkena penyakit. Bak air biasa berisi air dengan kaporit ini diberikan tiap hari dengan cara disalurkan ke nipple air minum. Penggunaan kaporit yang berlebihan berbahaya bagi ternak, maka untuk meminimalisir konsumsi kaporit diadakan pengecekan kadar kaporit. Pengetesan air ini memakai suatu alat yang disebut dengan Clorin tester. Pengecekan ini diambil dari air di kandang didapat hasil rata-rata pH nya yaitu sebesar 6,8 dengan pemberian klorin 3,0 ppm. Hasil ini dianggap masih sesuai berada dalam batas normal, karena menurut Munfiah (2013) pH air minum adalah 6,5 – 8,5 namun menurut Khumaini (2012) menambahkan bahwa pH dibawah 6,6 akan menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme patogen. Berdasarkan standar dari PT. CAP Layer unit Sukajaya 2 Lampung pemberian clorin masih dapat ditolerasi adalah dari 1,0-3,0 ppm, sehingga hasil pengujian clorin masih layak untuk dikonsumsi oleh ternak.
Gambar 25. Bak medicine dan biasa Gambar 26. Galon fiber
Jalur (pipa) nipple di dalam kandang berjumlah empat jalur yang berada disisi kiri dan kanan area litter. Jarak antara nipple yaitu 30 cm, jumlah nipple dalam satu kandang terdapat 1356 buah nozzle nipple yang di gunakan untuk minum ayam. Nipple merupakan tempat air minum otomatis yang dilengkapi cup nipple dan dot nipple atau nozzle. Kapasitas nipple 8-9 ekor/ nozzle. Perthitungan kapasitas nipple dihitung dari perbandingan antara jumlah ayam dan jumlah nipple. Ayam ketika minum sedapat mungkin 45° ke arah nozzle.
Gambar 27. Nipple Gambar 28. Regulator
Bagian lain dalam sistem pengairan pada kandang adalah regulator dapat dilihat pada Gambar 28. Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan air. Mekanisme sistem saluran air kedalam nipple yaitu ketika nozzle ditekan oleh ayam maka air akan keluar karena ada tekanan dari regulator. Jika air didalam galon fiber habis maka alarm akan berbunyi. Motor penggerak atau mesin penyedot air yang dilengkapi dengan swicth, apabila air kosong pompa air akan hidup secara otomatis namun bila tower kosong, swicth akan menempel dan alarm akan berbunyi.
Ayam petelur yang ada di PT. Central Avian Pertiwi membutuhkan air seharinya yaitu rata-rata sebanyak 2900 liter untuk kapasitas ayam kurang lebih 12000 ekor, artinya untuk satu ekor ayam kurang lebih mengkonsumsi air minum sebanyak 241 ml. Konsumsi air minum tersebut dianggap masih normal menurut
ISA-A Hendrix Genetic Company (2006) bahwa untuk kisaran suhu 25 o C konsumsi air minum ayam Isa yaitu sebesar 230 ml/ekor, karena konsumsi air
minum dipengaruhi oleh suhu maka semakin tinggi suhu konsumsi air minum semakin banyak.
Ayam meminum air dari nipple, oleh karena itu nipple harus dalam kondisi bersih. Pembersihan nipple sering dilakukan oleh pekerja, hal ini dilakukan selain untuk pembersihan air juga untuk mencegah adanya penyumbatan. Penyumbatan akan menghambat proses distribusi air minum dan hal ini dapat membuat ayam menjadi dehidrasi. Air minum merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu usaha peternakan ayam bibit petelur. Hal ini dikarenakan air yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi proses stimulasi pakan, air juga digunakan sebagai proses produksi telur, sehingga jika ayam kekurangan air maka akan mempengaruhi proses produksi telur.
3.1.5 Penanganan Telur
3.1.5.1 Pengambilan Telur
Pengambilan telur dilakukan dengan menggunakan mesin penarik telur dari sangkar yang disebut dengan conveyor. Penggunaan conveyor ini bertujuan untuk menarik telur dari sangkar yang ada di dalam kandang sampai keluar kandang. Alat ini dianggap lebih efisien daripada mengambil telur satu persatu dari Pengambilan telur dilakukan dengan menggunakan mesin penarik telur dari sangkar yang disebut dengan conveyor. Penggunaan conveyor ini bertujuan untuk menarik telur dari sangkar yang ada di dalam kandang sampai keluar kandang. Alat ini dianggap lebih efisien daripada mengambil telur satu persatu dari
Pengambilan telur dengan menggunakan conveyor tersebut dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pukul 08.00, 10.00, dan 14.00. Pengambilan pada pagi hari lebih banyak dibandingkan dengan pengambilan pada waktu lainnya, ini dikarenakan pada pagi hari adalah jumlah telur yang didapatkan pada hari tersebut dan hari sebelumnya setelah pukul 16.00 yaitu saat masa kerja karyawan habis. Sekitar 16 jam telur dibiarkan menumpuk setelah pukul 16.00 sampai dengan pengambilan pada pagi harinya. Telur yang menumpuk ini terkadang membuat conveyor mengalami kemacetan, selain itu kejadian ini membuat banyak telur mengalami kerusakan.
Gambar 29. Pengambilan telur
Ayam tidak selalu bertelur pada sangkar yang sudah disediakan, banyak dari ayam-ayam tersebut yang lebih menyukai bertelur di sekam dan slat. Kejadian demikian membuat banyak sekali telur yang tercecer, oleh karena itu pekerja selalu masuk kandang selain untuk mengecek keadaan kandang juga untuk mengambil telur yang tercecer agar hasil PE (Production Eggs) sebanding dengan jumlah ayam yang bertelur. PE diketahui dari jumlah telur dari kandang pada hari tersebut.
Gambar 30. Pengambian telur di litter
Hasil PE 92,3% dianggap normal untuk produksi pada masa puncak produksi. PE disebut juga dengan HDP (Hen Day Production) nilai PE 92,3% pada masa produksi dianggap masih rendah dibandingkan dengan penelitian menurut Malik dan Rahmawati (2006) bahwa ayam strain Isa pada puncak produksi persen HDP nya adalah 94%. Hasil tersebut didapat dari suatu perlakuan penyeragaman bobot badan, dan seleksi, jika tidak dilakukan penyeragaman dan seleksi maka hasilnya rendah yaitu 90%. Hasil HDA ( Hen Day Average) dan HHA (Hen House Average ) yaitu sebesar 92% dan 88,92%. Hasil HDA sebesar
92% dan HHA 88,92% menurut buku panduan SOP Chereon Pokhpand masih dianggap cukup tinggi dan mencapai target produksi.
3.1.5.2 Fumigasi
Telur setelah diambil maka dilakukanlah fumigasi. Fumigasi bertujuan untuk menghilangkan mikroba yang ada di bagian kerabang telur, karena telur dari kandang tidak selamanya bersih, pasti akan ada kotoran maupun mikroba yang hidup, karena telur ini akan ditetaskan maka kebersihannya harus terjaga oleh karena itu dilakukanlah fumigasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasudjana (2001) fumigasi adalah upaya membunuh bakteri yang ada dipermukaan dengan menggunakan bahan fumigasi. Fumigasi berbentuk seperti gas yang cara kerjanya akan masuk ke tiap celah walaupun partikel kecil, oleh karena itu ini efisien untuk membunuh bakteri yang ada di luar telur, terutama bakteri yang menyelinap di bagian celah celah kutikula.
Gambar 31. Persiapan fumigasi
Fumigasi menggunakan campuran antara forcen dan formalin. Forcent yang digunakan yaitu sebanyak 76 g, dan formalin yaitu sebanyak 155 ml.
Fumigasi dilakukan selama 20 menit, selama 20 menit tersebut campuran forcent dan formalin tersebut berubah menjadi gas yang dapat menyesakan jika dihirup dan pedih di mata.
Fumigasi dilakukan pada ruangan khusus berukuran 3 x 1,5 m 2 . Ruang fumigasi tersebut dapat menampung sebanyak 11.000 butir telur. Ruangan
fumigasi memiliki corong keluar kandang untuk tempat pembuangan gas agar asap tidak menyerang pekerja yang berada di dalam.
3.1.5.3 Grading
Telur setelah melalui tahap fumigasi maka akan dilanjutkan pada tahap grading . Tahap grading tersebut bertujuan untuk menyeleksi telur menjadi beberapa tipe dan grade. Telur dibagi menjadi 3 grade, yaitu grade A1, A2, dan A3. Pembagian grade tersebut dilihat dari berat yang dimiliki telur. Grade telur daisajikan pada Tabel. 2.
Tabel 2. Grade Telur PT Chareon Pokphand
No
Grade
Berat (g)
1 A1 50-52
2 A2 53-60
3 A3 60-65
Grading telur yang dilakukan di PT CAP Layer Unit Sukajaya 2 Lampung bukan hanya memisahkan antara yang besar dan yang kecil, namun ada beberapa yang dilakukannya pembersihan kotoran dengan cara dilap, hal ini memang bertentangan dengan teori bahwa telur dilarang untuk digosok karena itu akan Grading telur yang dilakukan di PT CAP Layer Unit Sukajaya 2 Lampung bukan hanya memisahkan antara yang besar dan yang kecil, namun ada beberapa yang dilakukannya pembersihan kotoran dengan cara dilap, hal ini memang bertentangan dengan teori bahwa telur dilarang untuk digosok karena itu akan
Gambar 32. Hasil grading telur
Hasil telur yang sudah digrading akan dihitung persentasinya atau yang disebut dengan HE (Hatching Eggs), telur hatching eggs adalah telur yang memenuhi kriteria A1, A2, dan A3. Hasil telur PE tidak selamanya baik untuk ditetaskan maka dari itu grading telur dilaksanakan untuk memisahkan antara telur komersial dan telur tetas (HE). Telur komersial adalah telur yang tidak termasuk Hasil telur yang sudah digrading akan dihitung persentasinya atau yang disebut dengan HE (Hatching Eggs), telur hatching eggs adalah telur yang memenuhi kriteria A1, A2, dan A3. Hasil telur PE tidak selamanya baik untuk ditetaskan maka dari itu grading telur dilaksanakan untuk memisahkan antara telur komersial dan telur tetas (HE). Telur komersial adalah telur yang tidak termasuk
Hasil HE untuk kandang 5 adalah 96,99%. hasil ini diaggap baik karena dapat diartikan dari 100% telur PE hanya 3% yang tidak lolos seleksi. Misalnya diambil contoh dari 1000 telur PE maka yang lolos selesksi yaitu sebesar 9700 butir. Sisa yang tidak terselesksi termasuk pada telur yang mengalami kerusakan.
Gambar 33. Telur kecil Gambar 34. Telur jumbo
Gambar 35. Telur retak Gambar 36. Telur kerabang tipis
3.1.5.4 Penyimpanan Telur
Telur disimpan pada suatu ruangan yang disebut dengan holding room. Suhu pada holding room berkisar antara 18-20 o
C. Suhu tersebut dianggap sesuai untuk telur karena di dalam telur terdapat embrio yang membutuhkan suhu yang sesuai untuk terus hidup. Penyimpanan dalam holding room hanya sementara sampai telur tersebut dikirim ke hatchery.
Gambar 37. Holding room
3.1.6 Ventilasi
Ventilasi adalah salah satu penunjang utama dalam pemeliharaan ayam bibit petelur tipe close house, karena tanpa ventilasi yang baik maka ayam tidak akan bernafas dengan nyaman, hal ini dapat menyebabkan ketidakberlagsungan Ventilasi adalah salah satu penunjang utama dalam pemeliharaan ayam bibit petelur tipe close house, karena tanpa ventilasi yang baik maka ayam tidak akan bernafas dengan nyaman, hal ini dapat menyebabkan ketidakberlagsungan
Ventilasi pada kandang close house terdiri dari seperangkat peralatan yang mendukung satu sama lain. Alat-alat tersebut terdiri atas blower, cooling pad, tirai, dan temptron. Serangkaian alat tersebut berguna untuk menciptakan suhu kandang yang sesuai untuk pertumbuhan dan produktivitas ayam bibit petelur sesuai dengan kondisi kecepatan angin.
Cooling pad diatur oleh plastik putih yang dilapisi tirai hitam (inlet) pada ruang kososng yang berada diantara dinding kandang sebesar 55 cm sehingga air yang keluar dari cooling pad dipengaruhi oleh adanya sensor suhu yang mempengaruhi temptron sehingga suhu dapat diukur. Bagian luar dari cooling pad dilindungi jaringan halus agar serangga dan debu tidak dapat masuk ke dalam kandang sehingga tidak mengganggu ternak. Cooling pad akan berfungsi jika keadaan di dalam panasmelebihi keadaan yang sudah diatur pada temptron.
Gambar 38. Cooling pad
Blower merupakan kipas besar yang terletak di bagian belakang kandang. Blower pada periode produksi jumlahnya ada 8 buah memiliki diameter 1,5 m. blower berfungsi untuk menarik suhu panas yang ada di dalam kandang, selain itu pula sebagai pembuang debu dan gas-gas sisa seperti amoniak, selain itu blower juga berfungsi sebagai penyerap oksigen dari luar melalui cooling pad. Kerja blower diatur oleh temptron sehingga ada blower yang berputar direct, dan in direct.
Blower direct merupakan blower yang berputar secara terus menerus selama 24 jam. Blower direct terdiri atas blower ke-1, ke-3, ke-4, ke-6, dan ke-8. Blower in direct , merupakan blower yang digunakan apabila digunakan saat mencapai set atau suhu yang telah ditentukan sebelumnya. Blower indirect yaitu blower ke-2, ke-5, dan ke-7.
Gambar 39. Blower
Temptron digunakan untuk mengukur suhu dalam kandang. Temptron yang digunakan adalah temptron 607 A-C yang dipasang bersebelahan dengan panel listrik servis room. Temptron mengetahui suhu dalam kandang melewati sensor yang digantung 70 cm di atas permukaan lantai. Sensor suhu ini digunakan untuk mengaktifkan blower indirect dan cooling pad.
Gambar 40. Temptron
Tirai kandang dipasang di sebelah kanan dan kiri kandang. Tirai ini berfungsi sebagai ventilasi darurat saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan misalnya pemadaman listrik yang lebih dari 10 menit. Tirai akan dibuka jika Tirai kandang dipasang di sebelah kanan dan kiri kandang. Tirai ini berfungsi sebagai ventilasi darurat saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan misalnya pemadaman listrik yang lebih dari 10 menit. Tirai akan dibuka jika
Gambar 40. Tirai
3.1.7 Pencahayaan
Cahaya merupakan hal penting dalam tatalaksana pemeliharaan ayam bibit petelur. Cahaya sangat berfungsi untuk proses pembentukan dan sekresi telur. Pencahayaan juga berfungsi sebagai penerangan bagi ayam untuk beraktifitas. Fungsi cahaya tersebut sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) semua jenis unggas memberikan respon terhadap terang-gelap. Cahaya alami dan tiruan keduanya merangsang proses reproduksi unggas karena cahaya merangsang kerja hormone yang sangat berkaitan erat dengan produksi dan ukuran telur. Cahaya yang mengenai hipotahalamus menyebabkan sekresi dari realizing faktor untuk menghasilkan LH dan FSH (North dan Bell, 1990). Selain itu, cahaya tambahan pada malam hari dapat memberikan kesempatan ayam menambah konsumsi pakan Cahaya merupakan hal penting dalam tatalaksana pemeliharaan ayam bibit petelur. Cahaya sangat berfungsi untuk proses pembentukan dan sekresi telur. Pencahayaan juga berfungsi sebagai penerangan bagi ayam untuk beraktifitas. Fungsi cahaya tersebut sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) semua jenis unggas memberikan respon terhadap terang-gelap. Cahaya alami dan tiruan keduanya merangsang proses reproduksi unggas karena cahaya merangsang kerja hormone yang sangat berkaitan erat dengan produksi dan ukuran telur. Cahaya yang mengenai hipotahalamus menyebabkan sekresi dari realizing faktor untuk menghasilkan LH dan FSH (North dan Bell, 1990). Selain itu, cahaya tambahan pada malam hari dapat memberikan kesempatan ayam menambah konsumsi pakan
Program pencahayaan yang perlu diperhatikan pada periode laying adalah intensitas cahaya. Pada periode produksi tidak menggunakan pencahayaan yang terlalu terang. Hal ini dikarenakan pada periode ini sudah kurang diperlukan cahaya untuk menstimulasikan pembentukan telur seperti pada awal produksi. Penggunaan cahaya yang terlalu terang akan menyebabkan ternak menjadi kanibal.
Kandang 5 mendapatkan sumber cahaya dari lampu pijar berdaya 5 watt, dengan kapasitas yang dihasilkan adalah 6 lux yang diukur dengan suatu alat yaitu luxmeter . Daya lampu tersebut dianggap pas karena jika lampu terlalu terang maka akan menimbulkan kanibalisme, sebaliknya jika terlalu gelap maka akan menghambat sekresi telur. Lampu dipasang menggantung dengan jarak antar lampu 4 m. Di dalam kandang terdapat 3 jalur lampu yang setiap jalurnya terdiri dari 30 lampu. Sehingga dalam satu kandang terdapat 90 lampu.
Periode laying memerlukan penyinaran yang harus tepat. Apabila lampu sudah ditutupi oleh debu maka lampu harus segera dibersihkan. Lama penyinaran lampu berpengaruh pada produksi telur, di PT CAP PS layer unit Sukajaya 2 Lampung lama penyinaran yaitu selama 15 jam/hari. Waktu hidup lampu yaitu pukul 04.00 WIB dan mati pada pukul 19.00 WIB. Penerangan selama 15 jam ataupun antara 12-14 jam menurut Sari (2012) tidak mempengaruhi tebal kerabang yang dihasilkan.
Gambar 41. Pencahayaan
3.1.8 Penanganan Bangkai
Bangkai merupakan barang yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi. Bangkai yang dihasilkan oleh peternakan ini berupa bangkai ayam dan bangkai telur. Bangkai ayam merupakan bangkai yang berasal dari ayam yang sudah mati, sedangkan bangkai telur yaitu beberapa telur yang mengalami kerusakan dalam pengambilan telur atau dalam kegiatan lain.
Bangkai ayam berada dalam kandang mula-mula diambil dan dikeluarkan dari dalam kandang. Bangkai kemudian dikumpulkan pada sebuah tong. Bangkai ayam tersebut dihitung untuk dimasukan ke dalam buku recording. Bangkai setelah terkumpul segera dibawa ke tempat pembuangan bangkai yang berada di sebelah pojok belakang peternakan untuk dibakar pada insenator. Pembuangan bangkai ini dilakukan pada pukul 15.00 WIB.
Penanganan bangkai telur yang pertama adalah pengumpulan telur-telur yang pecah pada ember kecil. Ember ini disediakan pada tempat pengambilan telur dan tempat grading. Sama halnya dengan bangkai ayam bangkai telur juga Penanganan bangkai telur yang pertama adalah pengumpulan telur-telur yang pecah pada ember kecil. Ember ini disediakan pada tempat pengambilan telur dan tempat grading. Sama halnya dengan bangkai ayam bangkai telur juga
Gambar 42. Bangkai ayam Gambar 43. Pembakaran di insenator
3.2 Kegiatan Insidental
3.2.1 Vaksinasi
Vaksinasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang rentan menyerang pada umur-umur tertentu. Vaksin merupakan bibit penyakit yang sudah dilemahkan yang diberikan pada ternak. Tujuan dilakukannya vaksin untuk membuat ayam dapat memiliki kekebalan yang tinggi terhadap penyakit tertentu. Program vaksinasi di PT CAP PS layer unit Sukajaya 2 Lampung dilakukan sesuai jadwal, hal ini dikarenakan semua sudah diprogram dalam program vaksin. Program vaksinasi tidak kami dapatkan pada saat melakukan program kerja praktik, dikarenakan ayam sedang tidak melewati jadwal vaksin.
Vaksin dibagi menjadi dua yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup diberikan dengan cara tetes mata (intra okuler), air minum, tetes hidung
(intra nasal). Vaksin mati diberikan dengan cara injeksi yang dibagi menjadi beberapa metode injeksi yaitu intra muscular (di bawah otot), subcutan (bawah kulit), tusuk sayap.
Vaksinasi harus dilakukan secara serentak dalam satu kandang dan diusahakan jangan sampai ada yang terlewatkan. Hal tersebut sebagai upaya agar semua ayam dapat memiliki kekbalan yang sama. Vaksinasi harus dilakukan berkelanjutan agar dapat kuat dan kebal selama menjalani proses pemeliharaan.
3.2.2 Penanganan Alas Kandang