BAB II FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN MENGALIH FUNGSIKAN LAHAN 2.1. Status Kepemilikan Lahan - Alih Fungsi Lahan di Perkotaan Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung

BAB II FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN MENGALIH FUNGSIKAN LAHAN

2.1. Status Kepemilikan Lahan

  Pemilik lahan yang ada di di kelurahan Tanjung Sari pada awalnya adalah kebanyakan orang Karo karena memang sebelumnya juga kebanyakan orang karo yang menempati atau yang tinggal di sekitar wilayah Tanjung Sari ini, sebelumnya juga lahan yang ditempati mereka itu lahan mereka sendiri, lahan yang dimiliki mereka itu adalah kebanyakan lahan pertanian mereka tinggal tidak berjauhan dengan lahan pertanian yang mereka miliki dengan rumah yang mereka tempati, lahan pertanian yang mereka olah sebelumnya semakin lama lahan yang mereka miliki itu dijual ketika ada orang yang mau membeli.

  Ketika adanya proses penjualan lahan kepada orang lain biasanya harus ada bukti dan jaminan yang harus bisa dipertanggung jawabkanyaitu surat tentang lahah tersebut, dengan adanya surat ketika menjual lahan tersebut, surat lahan harus dimiliki kedua belah pihak, surat tersebut harus ada di tangan oleh penjual lahan dan juga surat lahan harus ada di tangan pembeli lahan tersebut, baik itu si penjual lahan juga si pembeli lahan dan surat ini nanti yang membuktikan bahwa lahan tersebut memang ada buktinya atas pembelian lahan yang dibeli dari orang yang punya lahan sebelumnya dan surat tersebut juga yang membuktikan bahwa lahan tersebut memang sudah sah dimiliki oleh orang lain sesudah dijual, lain halnya dengan lahan yang diberikan kepada orang lain atau lahan yang disewakan kepada orang lain yang mau mengolah lahan pertanian mereka tersebut, pemberian disini yang artinya dimana lahan yang diberikan kepada orang lain tanpa adanya langsung pembayaran secara tunai dan surat lahan, yang artinya disini lahan tersebut masih sah miliknya si pemilik lahan tersebut, hanya saja lahan itu diberikan kepada orang lain hanya untuk sementara saja dalam arti lahan tersebut disewakan kepada orang lain dan orang lain itu yang mengolah lahan yang diberikan oleh pemilik lahan tersebut, si pemilik lahan memberikan lahannya kepada orang yang mau mengolah lahan tersebut yang masih bertempat tinggal di sekitar mereka tinggal atau bisa dibilang masih orang yang berada di daerah tersebut atau di sekitar lingkungan mereka tinggal yaitu daerah kelurahan Tanjung Sari. Jika lahan tersebut diolah seperti mengolah lahan pertanian yaitu mengolah lahan sawah yang disewakan pemilik lahan dan kemudian jika lahan pertanian tersebut diolah dan sekitar dalam setahun dua kali menghasilkan panen maka hasilnya tersebut akan dibagi dua hasilnya, pembagian hasil yang dibagi dua artinya sebagian untuk si pemilik lahan dan sebagian lagi untuk si pengolah lahan tersebut.

  Serta ada juga lahan yang dimiliki oleh si pemilik lahan tersebut ada pembagiannya, seperti pembagian kepada keturunannya pembagian lahan yang dimaksud adalah seperti pembagian kepada anak-anak atau keturunan jika mempunyai keturunan dan hal ini memang wajib dilakukan apalagi mereka yang mempunyai lahan tersebutyang sudah berumur dan tidak bisa lagi untuk mengolah lahan tersebut atau sudah mulai tua, dan lahan tersebut akan dibagi-bagikan kepada keturunannya yaitu pembagian kepada anak.

  Seperti penuturan salah satu informan:

  “Lahan yang saya punya yang dulunya lahan pertanian saya memberikannya atau membagikannya kepada anak-anak saya dan

membagikannya kepada setiap anak baik itu yang sudah berumah tangga dan

juga yang belum berumah tangga, pokoknya semua harus dapat bagian dari Seperti lahan yang dimiliki oleh satu keluarga yaitu keluarga ibu Sani yang berumur 64 tahun dengan suaminya yang bernama Jery yang berumur 66 tahun, keluarga ibu ini sudah lama tinggal di Medan ini dan terutama sudah lama tinggal di daerah Tanjung Sari ini, sudah dari kecil dan ibu ini memang lahirnya di daerah kelurahan Tanjung Sari ini, dan ibu ini bertemu dengan Jerry di daerah Tanjung Sari ini juga, begitu juga dengan bapak Jery yang kelahirannya juga di daerah kelurahan Tanjung Sari tersebut, mereka menikah dan mempunyai dua orang anak, kedua dari pasangan keluarga ini adalah perempuan, adapun nama- nama anak perempuan dari pasangan keluarga ini tersebut yaitu:

  

lahan tersebut, terserah anak-anak sayan itu lahan mau diapain karena saya

sudah tua dan hanya tinggal duduk dan tidak ada kegiatan lagi, saya tinggal

tenang saja melihat anak-anak saya dalam mengolah lahan yang saya berikan

kepada mereka, itu teserah kepada mereka, yang peneting mereka dapat bagian

dari lahan tersebut, lahan saya berikan ada yang mereka jadikan rumah untuk

mereka tinggal atau dijual kepada orang lain, lahan yang saya berikan kepada anak-anak tersebut supaya mereka tetap menjaga warisan dan tetap menjaga lahan yang saya berikan, akan tetapi lahan yang saya berikan tersebut mudah- mudahan bisa dijaga dengan baik”.

  • Tia umur 40 tahun
  • Susi 35 tahun Kedua anak dari ibu Sani ini sudah menikah dan ibu Sani memberikan pembagian lahan kepada kedua anaknya karena ibu Sani dan bapak Jery memang berjanji dari dulu akan memberikan pembagian lahan tersebut kepada kedua anak perempuannya, mengingat karena anaknya hanya dua itupun perempuan, adapun pembagian lahan yang diberikan kepada kedua anak perempuannya dengan pembagian lahan yang bisa dikatakan pembagian yang sama rata, dimana kedua anaknya ini mendapat pembagian lahan secara rata
tidak ada perbedaan walaupun itu anak yang paling besar atau anak yang paling kecil, seperti anak yang paling pertama yaitu yang bernama Tia, Tia adalah anak pertama dari pasangan keluarga tersebut dimana Tia yang mendapat pembagian lahan dari orang tuanya yaitu lahan sebanyak panjang 12 meter dan lebar 10 meter, lahan ini diberikan kepada ibu Sani kepada Tuti dalam keadaan atau kondisi lahan yang masih lahan pertanian dan mengingat bahwa Tuti sudah menikah dan akan pisah tempat tinggal dari orang tuanya dan akan mengikut suami serta akan satu rumah dengan suaminya karena sudah mempunyai keluarga yang baru dengan suaminya dan akan hidupa dengan keluarga kecilnya, maka keluarga yang memulai hidup baru itu akan membutuhkan yang namanya lahan yataaupun tempat tinggal, jadi dengan pemberian lahan yang diberikan oleh orang tuanya kepada Tuti inilah yang dijadikan mereka sebagai tempat tinggal mereka, keluarga Tuti membangun dan mendirikan sebuah rumah tersebut untuk mereka tempati dengan keluarga barunya, dan kebetulan lahan yang diberikan ibu Sani ini kepada Tuti kebetulan berada di belakang orang tuanya yaitu ibu Sani dan jarak rumah mereka tidak jauh dan lahan tersebut sudah menjadi sah milik dari keluarga ibu Tuti dan keluarga barunya.

  Begitu juga dengan anaknya yang kedua yaitu dengan Susi, Susi adalah anak kedua dari pasangan ibu Sani dan bapak Jery, dimana Susi yang mendapat bagian lahan dari orang tuanya sebelum dia menikah yaitu sebanyak panjang 10 meter dan lebarnya 8 meter, lahan pemberian ibunya tersebut masih dalam kondisi lahan pertanian sama seperti kondisi lahan yang diberikan orang tuanya kepada kakaknya tadi, dan lahan pertanian tersebut diubah menjadi suatu bangunan atau dibangunnya sebuah rumah untuk ditempati dan juga sebuah bangunan warung yang sederhana, dimana disini Susi yang sudah berumah tanggga dan suaminya bernama Rudi yang berumur 37 tahun, suaminya tersebut bekerja sebagai tukang becak, mereka sudah mempunyai satu orang anak yang bernama Tasya, dimana anaknya ini masih berumur 5 tahun. Setiap harinya Susi ini berjualan di depan rumahnya yaitu warung tersebut dimana di warung ini Susi setiap harinya berjualan gorengan di warung ini, Susi melakukan hal yang demikian yaitu untuk membantu kebutuhan keluarganya, mengingat suaminya hanya bekerja sebagai tukang becak yang pendapatannnya masih kurang untuk membutuhi kebutuhan mereka sehari-hari, dna kebetulan rumahnya Susi juga saling berdekatan dengan kakaknya yaitu Tuti karena lahan yang diberikan orang tua mereka itu adalah memang tidak jauh dari tempat tinggal orang tuanaya, dimana tempat tinggal mereka saling berdekatan juga dengan tempat tinggal orang tuanya sampai sekarang juga, dan mereka memang sering melihat keadaan orang tua mereka setiap harinya karena kedua oranng tuanya tersebut memang sudah tua dan perlu perhatian dari orang lain dan dengan berdekatannya tempat tinggal orang tuanya ke tempat tinggal mereka, kedua anaknya inilah yang sering memberikan perhatian kepada orang tuanya tersebut, karena setelah pembagian lahan kepada kedua anaknya orang tuanya yang menyarankan kepada kedua anaknya untuk mendirikan atau membangun rumahnya di lahan yang diberikan kepada kedua anknya dan kedua anknya tersebut memang menuruti perintah kedua orang tuanya. Kedua anaknya tersebut walaupun sudah mempunyai keluarga baru dengan suami dan juga dengan anak mereka, mereka tidak pernah lupa dengan orang tuanya dan mereka tetap memberikan kasih

sayang kepada kedua orang tua mereka tersebut dan mereka memang sangat senang dengan dekatnya tempat tinggal mereka dengan kedua orang tuanya.

  Pemberian pembagian lahan yang diberikan oleh ibu Sani kepada kedua anaknya yaitu Tuti dan Susi karena ibu Sani memang berharap kedua anaknya mendapatkan pembagian supaya adil berhubung karena mereka juga sudah berumah tangga. Pemberian lahan kepada kedua anaknya tersebut sudah sah sebagai milik mereka dan suratnya juga ada, jadi hak kepemilikan atas lahan yang diberikan tadi itu sah menjadi milik mereka, pembagian lahan yang dilakukan oleh keluarga ini adalah pemberiah hak waris akan lahan yang dimiliki oleh keluarga tersebut. Jadi pemberian lahan tersebut menjadi hal yang biasa nanti dilakukan kepada keturunan mereka, jadi lahan tersebut masih terus diolah oleh keturunan keluarga, akan tetapi beda halnya dengan lahan yang dijual kepada orang lain, jika lahan tersebut dijual kepada orang lain maka beda halnya, lahan tersebut akan menjadi hak milik orang lain dan lahan tersebut akan ganti nama atas nama hak milik orang yang membeli lahan tersebut.

  Lahan yang dimiliki oleh setiap orang yang lahannya lumayan luas yang ditanami padi lahan tersebut dijual kepada orang pendatang yang mau membeli lahan yang ingin membangun rumah di lahan tersebut, si pembeli yang datang ke daerah tersebut membeli lahan untuk membangun rumah, ataupun bangunan yang lainnnya, seperti yang ada di daerah tersebut banyak bangunan didirikan terutama dalam hal membuka usaha seperti membangun ruko-ruko yang ada di daerah Ring Road, mereka membangun ruko-ruko juga membangun rumah tersebut untuk mereka jadikan sebagai tempat tinggal dan ada juga pembeli lahan tersebut yang membeli lahan dan membuat beberapa bangunan, dan bangunan tersebut ada yang disewakan kepada orang lain.

  Jika pemilik lahan yang pada awalnya menjual lahan yang mereka punya kepada pembeli lahan seperti pendatang dengan mengurus surat tentang lahan yang diperjual belikan, akan tetapi ada juga masyarakat yang menjual lahan ayang mereka punya kepada orang lain dari tangan ke tangan. Lahan yang telah mereka perjual belikan baik yang sudah mengurus surat-surat tentang lahan maupun penjualan lahan dari tangan ketangan itu sudah menjadi hal yang sudah biasa, akan tetapi lahan yang sudah ada di tangan si pembeli itu sudah menjadi hak, tidak ada lagi orang yang bisa mengganggu gugat tentang lahan yang sudah dibeli dari si pemilik lahan yang awalnya menjual lahan tersebut kepada si pembeli.

  Setiap lahan yang sudah dijual kepada orang lain dengan adanya surat- surat serta persetujuan dari kedua belah pihak, itu sudah sah menjadi hak milik oleh si pembeli dan lahan yang telah dibeli tersebut dari si pemilik lahan pada awalnya sudah menjadi hak mereka, jadi tidak ada lagi yang bisa mengganggu gugat atas lahan yang sudah dibeli tersebut, begitu juga dengan lahan yang diberikan atau yang dibagikan kepada anaknya itu sudah menjadi hak milik anak, karena memang sah diberikan orang tuanya, dan surat akan lahan itu sudah ada diberikan oleh orang tuanya, jadi terserah sianak lahan pertanian yang diberikan orang tuanya kepada mereka tersebut mau diapain, baik itu dijual kepada orang lain, dibuat menjadi suatu bangunan dan dijadikan sebagai tempat tinggal maupun tempat untuk berbisnis, atau bisa juga masih tetap dipertahankan menjadi lahan yang semula yaitu lahan pertanian dan masih tetap diolah oleh si anak, itu sudah menjadi hak masing-masing sianak.

2.1.1 Lahan Pertanian

  Lahan pertanian biasanya banyak ditanami tanaman yang bermacam- macam seperti tanaman padi yang ada di kelurahan Tanjung Sari, lahan pertanian adalah segala perbuatan ataupun tindakan yang diberikan kepada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktifitas lahan tersebut dengan mempertimbangkan kelestariannya. Tingkat produktifitas lahan sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembagaan, sistem pengolahan lahan serta pemilihan landcover (Djaenudin,2006). Pengelolaan lahan sebagai suatau komponen pengelolaan tekhnologi pertanian diperlukan dalam sistem pertanian berkelanjutan karena sistem pertanaman intensif bisa mengarah kepada trade-off antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan lingkungan seperti degragasi kesuburan tanah dalam jangka panjang. Adapun tujuan pengelolahan lahan yaitu:

  • Mengatur pemanfaatan sumber daya lahan pertanian secara optimal
  • Mendapatkan hasil yang optimal • Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan. Lahan pertanian adalah lahan yang cocok untuk dijadikan untuk bercocok tanam seperti padi, lahan yang digunakan dan yang cocok untuk pertanian adalah lahan yang subur yang artinya bisa mendapatkan hasil panen yang lebih baik dan hasil yang memuaskan bagi mereka yang mengolah lahan pertanian yang ada. Lahan yang digunakan tersebut bisa dilakukan dalam berbagai macam tanaman yang penting pertanian. Seperti yang ada di wilayah Tanjung Sari lahan kebanyakan lahan pertanian, dan lahan yang ada di wilayah ini memang sangat cocok untuk dijadikan lahan pertanian untuk kebutuhan dan sumber pangan yang
memadai bagi masyarakat luas terutama bagi masyarakat setempat,karena kebanyakan mendapatkan hasil panen dari pengelolaan lahan pertanian yang mereka miliki. Seiring dengan berjalannya waktu semakin berubah pula peran lahan yang sudah ada dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.

  Penuturan salah satu informan Tanjung Sari:

  “Lahan pertanian yang kami tanami seperti sayur, padi dan yang lain-lainnya,

akan tetapi biasanya yang kami tanami itu adalah padi, itusudah dari dulu, dan

banyak juga kawan-kawan atau tetangga yang lainnya menanam padi di lahan

yang kami punnya.

  Lahan pertanian yang kami olah selama bertahun-tahun memang hasilnya lumayan memuaskan lah setiap kali mengambil hasil panennnya dan bisa

membutuhi kebutuhan kami sehari-hari, dengan keadaan terpaksa lama-lama

lahan yang kami tanami dulu padi sudah mulai punah karena banyaknya penawaran dari pihak orang lain untuk membeli lahan pertanian kami, yang

dijadikan mereka untuk kegiatan lain juga ada lahan yang kami punya tersebut

menjadi bangunan seperti rumah dan rumah tersebut kami sewakan kepada orang lain, sebenarnya lahan pertanian yang kami olah selama ini memang

menghasilkan yaang sangat memuaskan, akan tetapi dengan banyaknya

permintaan akan lahan yang ditawar oleh bergai pihak dari luar dan lahan

pertanian yang kami punya kami jual, secara perlahan-lahan.

Ada lahan pertanian yang kami miliki tersebut yang kami jual dan kami membeli lahan pertnian lagi di luar daeranh ini, karena di daerah ini kalau masih tetap saja diteruskan mengolah lahan pertanian yang ada hanya membuat rugi”.

  Banyaknya perumahan-perumahan atau bangunan-bangunan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut yang mengelilingi beberapa lahan pertanian yang masih tersisa dan yang ada di sekitar kelurahan Tanjung Sari yang di sekitarnya masih ada lahan pertanian yang ditanami oleh padi akan tetapi lahan pertanian yang ada hanya beberapa saja, karena lahan pertania yang sekarang ini di wilayah ini sudah mulai jarang untuk dijumpai atau hanya tinggal sedikit yang diolah oleh sebagian kecil masyarakat tersebut.

  Pada lingkungan daerah perumahan-perumahan yang ada di lingkungan tersebut terutama rumah yang paling pinggir- pinggir yang berada di wilayah ini masih ada lahan seperti lahan kosong yang belum ditanami apa-apa dalam arti lahan tersebut masih pasif yang artinya tidak diolah siapa- siapa, lahan tersebut dibiarkan begitu saja, lahan itu hanya di dapat di daerah yang paling pinggir sekali tempat warga tinggal atau di sekitar rumah warga yang paling ujung seperti daerah pasar VI yang berada di belakang Ring road.

3.5. Lahan Non-Pertanian

  Lahan pertanian dan lahan non-pertanian itu berbeda, perbedaannya yaitu dimana lahan pertanian untuk mendapatkan hasil tani dari pertanian atau hasil pengelolaan lahan pertanian tersebut. Lain halnya dengan lahan non-pertanian itu dimana lahan tersebut dipakai untuk berbagai macam kegiatan manusia atau aktivitas-aktivitas manusia itu sendiri diluar aktivitas yang lahannya lahan pertanian, seperti dibangunnya rumah untuk tempat tinggal, dibangunnya ruko- ruko untuk berbisnisatau bangunan lainnnya yang dibuat menjadi tempat kerja, hal ini dilakukan oleh banyak masyarakat yaitu untuk kebutuhan yang terutama untuk membutuhi kehidupan masyarakat yang semakin bertumbuh semakin pesat terutama di wilayah perkotaan dan pada khususnya yang di wilayah kelurahan Tanjung Sari yang sekarang lahan tersebut kebanyakan dijumpai lahan non- pertanian dan lahan pertanian dijumpai hanya beberapa saja atau tinggal sedikit, itupun dijumpai hanya di tempat tertentu saja yang ada di kelurahan Tanjung Sari tersebut.

  Pertumbuhan penduduk dan banyaknya penduduk yang ada di kota khususnya yang ada di wilaayah kelurahan Tanjung Sari membuat lahan pertanian tersebut dijadikan multifungsi atau banyak fungsi, makanya terajadilah lahan non- pertanian, ketika manusia semakin banyak terutama di perkotaan semakin banyak permintaan akan lahan dan dunia nyatanya semakin banyak lahan yang dijadikan untuk lahan non-pertanian yaitu bangunan rumah untuk bertempat tinggal, adanya bangunan-bangunan lain seperti bangunan ruko, yaitu yang dijadikan masyarakat untuk berbisnis atau bangunan-bangunan lainnnya yang dijadikan untuk tempat kerja.

  Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan:

  Lahan yang saya miliki yang sekarang ini beberapa tahun belakang ini, saya

membelinya dalam kondisi lahan pertanian dan lahan pertanian tersebut saya

buat menjadi rumah dan kost-kostan dan bangunan tersebut saya sewakan kepada

orang yang ingin menyewa.

  Banyak pendatang yang datang ke wilayah ini lah, dan mereka itu tentunya banyak tuch yang menyewa rumah saya, dan ada juga masyarakat yang langsung

membeli rumah untuk mereka yang berkeluarga dan orang yang hanya

mengontrak atau menewa kebanyakan anak-anak kuliah atau orang yang bekerja

yang datang dari luar kota”.

2.2. Faktor Ekonomi

  Pada faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang biasaanya yang selalu dicapai dan dipenuhi oleh banyak masyarakat, terutama dan pilihan yang paling utama adalah melakukan penjualan lahan dan mengalih fungsi lahan, seperti lahan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di kelurahan Tanjung Sari, dan lahan tersebut itu banyak untuk dijadikan sebagai salah satu yang bisa diandalkan atau yang bisa diharapkan setiap orang untuk mendapatkan uang, itu bagi mereka yang mempunyai lahan pertanian yang lumayan luas , akan tetapi ada juga masyarakat yang memutuskan untuk menjual lahnnya tersebut walaupun tidak begitu banyak atau tidak begitu banyak untuk mendapatkan uang, karena memang uang itu sangat dibutuhkan terutama dalam faktor ekonomi baik itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam faktor ini banyak masyarakat yang melakukan proses jual lahan kepada orang lain, karena adanya permintaan yang tinggi dari ssektor non-pertanian dibandingkan oleh sektor pertanian, atau masyarakat yang mempunyai kegiatan-kegiatan di kota tersebut, dan hasil dari pertanian juga relatif rendah. Ada masyarakat yang berasal dari kalangan ekonomi yang rendah, dengan adanya tawaran dari pihak luar atau orang lain untuk membeli lahan pertanian yang mereka miliki tentunya akan tergoda untuk menjual lahan tersebut dengan tawaran yang menjanjikan untuk mendapatkan uang dari si pembeli lahan tersebut, secara bersamaan dan juga sejalan dengan desakan ekonomi untuk kebutuhan keluarga, baik itu untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kebutuhan yang lainnya. Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yang ada di lingkungan XII Tanjung Sari:

  “Molo soadongbe hepeng tumagon nama jualon tano nami i tu halak na naeng manuhor tano nami i, asa boi pakkeon hepeng na i tu haporluon na tu jabu

  on, apalagi kebutuhan sonarion asa boi mangan, apalagi adong muse tawaran

sian halak, piccan arga tano kan lumayan”.

  “Kalau tidak ada lagi uang lebih baik menjual tanah kepada orang lain

yang mau membeli untuk keperluan rumah yang mendesak terutama untuk

kebutuhan makan,apalagi ada pula orang yang mau membeli lahan yang

harganya lumayan tinggi harganya kan lumayan”.

  Salah satunya yaitu ada keluarga ibu Roida, ibu ini sudah berumur 60 tahun dan ibu ini berprofesi sebagai petani, dimana keluarga ini adalah salah satu keluarga yang berada di kelurahan Tanjung Sari, tepatnya yang di jalan Ring Road, keluarga ibu ini adalah termasuk keluarga yang sederhana suami dari ibu ini berma Rahman Silalahi akan tetapi suami dari ibu ini sudah tiada lagi empat tahun yang lalu, ibu ini hidup bersama keempat anaknya dan anaknya tersebut sudah tiga tamat SMA, ibu ini dan keempat anaknya tinggal bersama dan rumah yang mereka tempati tersebut adalah rumah mereka sendiri, itu adalah rumah sepeninggalan suami ibu ini, rumah yang mereka tempati tersebut memang sangat sederhana, akan tetapi mereka betah dan senang menempati rumah tersebut karena rumah itu memang sangat berharga bagi ibi ini dan keempat anaknya.

  Adapun nama anak-anak dari ibu Roida ini adalah:

  • Rio 27 tahun
  • Sandy 25 tahun
  • Tirta 23 Tahun • Sihar 17 Tahun Keempat dari anak-anak ibu ini tetap tinggal bersamanya walaupun tidak ada lagi suami ibu iniatau bapak dari keempat anaknya tersebut, akan tetapi keempat dari anak-anak ibu ini masih tetap semangat untuk membantu ibunya yaitu dengan bekerja di tempat lain untuk membantu membutuhi kebutuhan rumah mereka. Keempat dari anak-anak ibu ini sudah tiga orang yang bekerja dengan modal
hanya tamatan SMA dan satu orang lagi masih bersekolah, ibu ini mempunyai lahan pertanian sampai sekarang ini dan lahan tersebut masih diolah oleh ibu ini sendiri, keempat anaknya memang jarang membantu ibu ini mengolah lahan pertanian tersebut, ibu ini hanya mengolah sendiri, inilah kegiatan sehari-hari ibu Roida tersebut, selain mengerjakan pekerjaan rumah dan kegiatan-kegiatan lainnya yang diikuti oleh ibu ini, baik itu ke pesta maupun kegiatan yang lainnya, lahan yang dimiliki oleh ibu initidak terlalu luas hanya saja lahan tersebut sebanyak 35 meter dan lebarnya 20 , seperti yang ditunjukan oleh ibu ini lahan pertanian tersebut kebetulan tidak jauh dari tempat mereka tinggal, atau berada di belakang rumah mereka.

  Lahan yang dimiliki oleh ibu ini sebagian sudah ada yang dijual kepada orang lain, lahan yang dijual kepada orang lain itu masih kondisi lahan pertanian,alasan ibu ini menjual lahan pertanian tersebut kepada orang lain karena adanya desakan untuk memenuhi kebutuhan pada keluarga pada masa-masa yang saat sulit dulu dimana uang pada saat itu memang sangat dibutuhkan, oleh karena itu tidak ada pilihan lain selain menjual lahan tersebut kepada orang lain dan uang tersebut bisa digunakan keberbagai keperluan seperti kebutuhan untuk anak-anak ketika masih bersekolah baik itu kebutuhan untuk pendidikan yang semakin lama semakin mahal, kebutuhan akan keluarga yang pada saat itu sulit untuk mendapatkan uang. Selain itu juga ada faktor yang bisa membuat ibu ini menjual lahan mereka kepada orang lain dengan alasan untuk pendidikan anak dimana pada tiga tahun yang lalu ketika anak-anaknya serentak masih sekolah semuanya banyak membutuhkan biaya terutama untuk biaya sekolah, mengingat pekerjaan ibu ini hanya sebagai petani saja dan kurang untuk membuthi kebutuhan terutama kebutuhan akan keperluan anak-anaknya.

  Sampai sekarang juga masih ada salah satu anak ibu ini yang masih menuntut ilmu yaitu anak keempatnya yang masih duduk di bangku SMA, dan tentunya akan membutuhkan biaya yang cukup banyak, berhubung juga karena anaknya yang paling bungsu atau anaknya yang paling kecil itu sekolah di slah satu sekolah yang lumayan mahal biaya uang sekolah, ataupun biaya-biaya yang ada sangkut pautnya dengan sekolah anak yang masih sekolah terutama karena mereka ini adalah keluarga yang sederhana dan untuk mendapatkan uang setiap harinya juga susah, ibu ini hanya mengolah lahan pertanian lah lahan dari pembagian dari orang tua suami ibu ini, ibu ini mendapatkan hasil pertaniannya hanya dua kali dalam satu tahun. Jadi ibu ini menjual lahannya sebagian dua tahun yang lalu seluas 35 meter dan lebarnya 20 meter, lahan tersebut dijual kepada orang pendatang, hal ini dilakukan oleh ibu ini karena memang keadaan terpaksa mengingat kondisi keluarga pada saat itu memang sangat membutuhkan uang, lahan tersebut dijual kepada orang ketika suaminya masih hidup dan laahn tersebut dijual dengan persetujuan dari suami ibu ini. Bagi mereka yang mempunyai anak yang masih dalam sekolah terutama bagi mereka yang mempunyai beberapa anak terutama anaknya yang sudah dalam belajar, sebagai mahasiswa terutama yang kuliah di swasta, biaya untuk modal dalam pengembangan pekerjaan seperti membuat suatu tempat berdagang, dan kebutuhan keluarga yang sangat mendesak, juga karena keadaan yang seperti sekarang ini, dimana masyarakat yang lainnnya menggunakan lahan tersebut menjadi lahan non-pertanian, dengan keadaan yang seperti sekarang ini tentu masyarakat yang mempunyai lahan pertanian menjual lahan mereka dengan keadaan terpaksa, mengingat dengan desakan dari tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi.

  Seperti penuturan oleh ibu Roida:

  “Tumagonma hugadis tanoi asalma marsikkola akka gelenghi Asalma saut akka napinarsitta ni akka anakkoki, ai holan inama arta na

boi gadison asa boi mambiayai sikkola ni akka gelleng niba i, nijualanpe akka

arta i dang gabe masalah, boi do i muse paulakon ni akka gelleng nibai molo

dung gabe jolma haduan dah inanggg.... “.

“lebih baik tanah itu dijual untuk menyekolahkan anak-anak kami Asalkan kesampaian cita-cita dari anak-anak kami itu, karena hanya

tanah yang kami punya itu satu-satunya yang bisa dijual untuk membiayai

sekolah anak-anak kami, dijualpun tidak jadi maslah buat kami orang tua ini,

bisanya itu nanti dibalikan oleh anak-anak kasmi itu kalau sudah sukses nantinya

”.

  Penjualan lahan yang dimiliki oleh ibu ini juga karena adanya permintaan dari masyarakat luar yang datang membeli lahan tersebut untuk diolah yang artinya diolah ke dalam berbagai macam kegiatan untuk dijadikan menjadi lahan non-pertanian pastinya. Pemilik lahan tersebut menjual lahannya dengan harga yang mahal kepada orang yang membeli lahan tersebut, harga lahan dijual kepada orang dengan harga yang berbeda-beda, pemilik lahan menjualnya melihat orangnya juga, kalau masyarakat luar yang datang dan ingin membeli lahan tersebut, mereka melakukan transaksi jual beli lahan dan si pemilik lahan berkesempatan membuat harga lahan tersebut agak mahal. Lahan yang dijual tersebut dijual masih lahan pertanian beberapa tahun yang lalu dan lahan tersebut diolah dan ditimbun, serta dijadikan sebagai suatu bangunan baik itu rumah untuk dijadikan tempat tinggal atau bangunan-bangunan yang lainnya. Seperti rumah dan rumah yang dibangun itu hasilnya dibagi, atau “Bangun Bagi” dalam arti misalnya lahan yang diolah yang dijadikan bangunan tadi dijadikan menjadi banguna rumah yang terdiri dari enam rumah jadi sewa rumah tersebut dibagi kepada sipemilik lahan mendapatkan hasil sewa rumah dengan harga tiga sewa rumah dan kepada si pembeli lahan tersebut mendapat hasil sewa dari sewa tiga rumah.

  Pemilik lahan yang menjual lahannya kepada orang lain karena mereka sudah tidak ada waktu lagi untuk mengelolah lahan pertanian mereka tersebut, karena ada kegiatan lain, juga kerena semakin banyaknya permintaan lahan untuk dijadikan rumah, dan untuk bisnis jadi mereka menjualnya dengan harga sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan orang yang ingin membeli lahan mereka tersebut, ada orang yang ingin membeli lahan mereka karena memang butuh sekali untuk dijadikan sebagi tempat tinggal.

  Masyarakat menjual lahan pertanian yang mereka miliki dengan alasan yang kuat dan mereka berfikir jika lahan pertanian yang mereka miliki masih terus dipertahankan untuk bertahan hidup sudah tidak mungkin lagi. Mereka merasa bahwa menjual lahan yang mereka miliki akan mendapatkan hasil yang lebih menguntungkan baik itu secara cepat maupun secara lambat, mereka menjual lahannya atau menyewakan lahan yang mereka punya membuat cara mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari lebih gampang dibandingkan dengan mengolah lahan pertanian yang banyak proses untuk menunggu hasil dengan menjual atau menyewakan lahan tidak terlalu ribet untuk mendapatkan hasil hanya saja menunggu beberapa waktu, misalnya mendapatkan sewa dari lahan yang mereka sewakan sekalian dalam satu bulan seperti dibangunnya satu bangunan seperti bangunan rumah akan tetapi rumah itu dihuni oleh anak kost- kostan dan juga dibangunnya beberapa ruko-ruko yang ada di daerah pinggiran jalan dan mereka sewakan kepada orang lain atau mereka yang melakukan bisnis di tempat tersebut, dan setiap bulannya si pemilik bangunan tersebut akan mendapatkan hasil sewa dari bangunan yang disewakannya kepada orang lain atau ada juga yang mendapatkan hasil sewa hanya sekali dalam setahun dari orang yang menyewa lahan yang mereka sewakan seperti danya orang yang menyewa rumah dan akan memberikan sewa rumah tersebut hanya dalam sekali setahun.

  Hasil penjualan lahan yang mereka jual kepada orang lain itu juga digunakan untuk membangun atau memperbaiki rumah untuk disewakan atau dikontrakan kepada orang lain, dimana kalau rumah yag ingin dikontrakan kepada orang lain itu tidak dalam keadaan yang baik tentunya orang yang ingin mengontrak rumah tersebut tidak terlalu suka dan otomatis pelanggan kontrakan akan berali kepada orang lain, untuk mengatasi hal ini tentu lahan yang dijual tadi kepada orang lain akan dibuat untuk memperbaiki rumah yang ingin dikontrakan kepada orang lain supaya mendapatkan hasil yang maksimal untuk kebutuhan ekonomi keluarga.

2.2 Faktor Kependudukan

  Berdasarkan data penduduk dari kantor keluraha Tanjung Sari Medan diketahui bahwa penduduk di kelurahan ini berjumlah 37.431 jiwa,dengan perincian laki-laki 19021+3 jiwa dan perempuan 1839+8 jiwa, ini berarti bahwa semakin lama semakin bertambah penduduk di daerah ini, oleh karena semakin banyaknya penduduk atau semakin bertambahnya penduduk di wilayah ini, semakin banyak pula kebutuhan akan lahan yang dibutuhkan oleh penduduk tersebut terutama lahan yang dijadikan untuk tempat tinggal dan semakin banyak pula lahan pertanian yang terpakai untuk dijadikan ke lahan non-pertanian mengingat di daerah ini banyak lahan pertanian.

  Menurut masyarakat, lahan yang ada di Tanjung Sari itu dulunya adalah kebanyakan lahan pertanian yang ditanami banyak padi dan diolah oleh masyarakat yang ada di sekitar atau masyarakat lokal, akan tetapi dengan berkembangnya populasi peradaban manusia penguasaan dan penggunaan lahan mulai terusik yang artinya semakin berkembangnya manusia-manusia yang membutuhkan banyak kebutuhan terutama kebutuhan akan lahan.

  Lahan yang dulunya digunakan untuk bercocok tanam (lahan pertanian) kini berangsur-angsur menjadi lahan yang multifungsi pemanfaatan yang artinya lahan tersebut banyak fungsi atau banyak manfaat. Perubahan spesifik lahan pertaniaan ke lahan non-pertanian dan kini dikenal dengan konversi lahan, semakin lama semakin meningkat.

  Seiring dengan berjalannya waktu semakin bertambahnya jumlah penduduk yang sangat pesat di kota Medan maka semakin bertambah pula permintaan terhadap lahan untuk digunakan masyarakat dalam berbagai kegiatan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pemanfaatan lahan tersebut yaitu meningkatanya permintaan lahan dalam membangun perumahan, jasa, industri dan penggunaan yang lainnnya.

  Seperti penuturan salah satu informan di Kelurahan Tanjung Sari:

  “Semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan ke daerah ini,

entah dari mana-mana sajamereka berdatangan dan wilayah ini juga semakin

sempit karena banyaknya penduduk yang membangun bangunan untuk dijadikan

tempat tinggal di daerah ini, lihat saja seperti yang sekarang ini banyak

bangunan- bangunan yang berderet atau berbaris, lihat tuch apalagi di daerah

sana yang banyak dibangun bangunan entah apa-apa saja, banyak bangunan

yang ada dan banyak orang yang melakukan hal itu, antara yang satu dengan

  yang lainnya dan banyak yang membangun rumah-rumah baru atau bangunan- banguan yang lainnnya”.

  Selain itu juga pemanfaatan lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian dalam hal untuk kawasan perdagangan, kawasan industri dan kawasan yang lainnnya, peralihan fungsi lahan yang dilakukan masyarakat tersebut lebih identik dengan dari lahan pertanian sawah. Hal ini dapat dipahami karena pemilihan lahan tersebut karena dekat dengan penggunaan jasa yang dekat di perkotaan. Lokasi yang dulunya didominasi atau digunakan akan mati karena untuk sekarang ini lahan yang digunakan lebih banyak dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dalam aktivitas-aktivitas mereka. Mendapatkan lahan tersebut akan lebih mudah karena lahan tersebut memang berada di perkotaan, dan proses kegiatan masyarakat juga akan lebih mudah, karena sudah ada jalan, telepon dan yang lain-lainnnya.

  Seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak pula peralihan lahan untuk kegiatan manusia atau kegiatan masyarakat dengan brbagai aktivitas-aktivitas, oleh karena itu tentu lahan pertanian atau lahan sawah semakin lama semakin sedikit, jadi lahan sawah semakin dijepit oleh banyak bangunan-bangunan, seperti bangunan rumah, ruko dan bangunan yang lainnya. Semakin banyaknya alih fungsi lahan tersebut semakin terapit pula lahan sawah yang tinggal sedikit dan akan mengakibatkan sawah tersebut akan sulit untuk mendapatkan air, tenaga kerja dan bahan produksi untuk sawah mereka tersebut.

  Seperti penuturan salah satu informan:

  

“Seperti yang sekarang inilah semakin banyak penduduk seperti sekarang dan

banyak yang melakukan alih fungsi lahan, yah.....tentunya saya juga ikut karena

kasihan lahan pertanian saya yang banyak diapit banyak rumah dan susah untuk

berkembang dan hasilnya juga tidak seperti hasil yang dulu atau tidak

memungkinkan lagi bisa diharapkan dibandingkan yang hasil pertanian dulu

ketika saya masih bertani nak.....”.

  Petani yang memiliki lahan sawah tersebut, yang sawah mereka telah diapit oleh rumah-rumah atau bangunan-bangunan lainnya, dengan adanya kesulitan yang mereka alami dalam mengolah lahan sawah mereka dengan keadaan dimana banyak bangunan-bangunan yang berada di sekeliling sawah yang mereka miliki, mereka dengan terpaksa menjual lahan sawah tersebut kepada orang lain baik itu masyarakat lokal ataupun masyarakat pendatang.

  Semakin banyaknya pendatang ke kota Medan dan banyaknya kebutuhan yang diperlukan dalam hidup atau beraktvitas, banyak lahan yang diperlukan dalam arti permintaan akan lahan akan semakin banyak, baik itu dalam membangun tempat tinggal, tempat untuk berbisnis dan yang lainnya.

  Semakin pesatnya pendatang ke dalam kota, seperti daerah yang dipenuhi penduduk yang ada di pinggiran kota seperti Tanjung Sari, pendatang banyak yang memilih untuk tinggal di daerah pinggiran kota tersebut dengan banyak alasan-alasan. Pendatang yang memenuhi tempat tersebut datang dari banyak kalangan atau dari berbagai daerah dan ada juga yang pindah dari sekitar kota Medan itu juga, mereka pindah ke tempat tersebut untuk memulai rumah tangga baru, mereka memilih tinggal ditempat tersebut seperti pilihan karena pindah untuk mencari kerja, pindah untuk menuntut ilmu dan yang lain-lainnya,sehingga wilayah tersebut semakin lama semakin padat, sehingga membuat lahan-lahan banyak yang dialih fungsikan dengan adanya kebutuhan dan permintaan manusia tersebut.

  Hampir di berbagi daerah yang ada di seluruh kota Medan pada saat sekarang ini semakin lama semakin banyak penduduknya, baik itu penduduk yang ada gdatang dari luar kota maupun pindah dari dalam kota Medan itu sendiri.

2.2.1. Masuknya Pendatang

  Kota umumnya mempunyai daya tarik yang kuat dalam hal menjanjikan tersediannya lapangan kerja yang luas, pendapatan yang lebih tinggi dan berbagai kemudahan yang lainnya, misalnya pelayanan pendidikan,kesehatan dan rekreasi sehingga menarik arus urbanisasi yang tinggi, makanya semakin lama semakin banyak orang yang tertarik untuk bertempat tinggal di wilayah Tanjung Sari ini.

  Penduduk kelurahan Tanjung Sari ini dulunya ditempati oleh masyarakat yang suku Karo, sebelum lahan diolah menjadi lahan non-pertanian, dan tentunya lahan tersebut dalam arti masih kebanyakan lahan pertanian yang diolah oleh masyarakat tersebut.

  Akan tetapi, dihitung dari tahun ketahun dengan semakin banyaknya penduduk pendatang ke tempat ini, banyak pendatang dari kalangan suku, diantaranya suku Karo, suku Batak Toba, India, Melayu, Padang dan Aceh, mereka datang ke tempat ini dengan berbagai tujuan dan maksud masing-masing orang. Ada orang yang memang benar-benar pindah dan membeli lahan pertanian tersebut untuk dijadikan menjadi rumah, dan menjadi bangunan-bangunan lainnya sesuai dengan tujuan mereka masing-masing.

  Selain itu juga masyarakat pendatang membeli lahan tersebut yaitu lahan pertanian dan lahan pertanian tersebut diolah sementara, dan dengan semakin maraknya peralihan fungsi lahan yang dilakukan masyarakat pendatang dan masyarakat lokal, otomatis mereka juga membuat lahan pertanian yang dibeli tadi menjadi lahan non-pertanian,dimana banyak yang ingin mendapatkan hal- hal yang ingin mereka capai. Semakin banyaknya penduduk atau semakin padatnya keberadaan suatu tempat tinggal terutama di wilayah perkotaan itu karena banyaknya pendatang atau yang pindah ke wilayah tersebut, seperti daerah pinggiran kota yang ada di Kelurahan Tanjung Sari, dimana beberapa tahun belakangan ini semakin banyak pendatang yang pindah maupun yang datang hanya untuk beberapa saat saja ke wilayah pinggiran kota ini dengan adanya banyak maksud dan tujuan dari masing-masing orang alasan mereka pindah ke wilayah ini.

  Adanya pertambahan jumlah pendatang dari berbagai kalangan yang berbeda-beda suku atau yang berbeda-beda latar belakang itu tidak menjadi masalah karena di daerah kota memang antara yang satu dengan yang lainnya selau dijuluki dengan saling cuek memang begitulah kehidupan di kota termasuk masyarakat yang ada di kelurahan Tanjung Sari tersebut, mereka datang dari berbagai tempat baik itu yang datang dari luar kota maupun yang datang dari dalam kota itu sendiri, masyarakat yang datang ke tempat ini ada yang datang dari luar kota maksudnya di luar kota Medan, dan yang datang dari dalam kota Medan itu sendiri juga hanya saja berpindah daerah saja, mereka berpindah tempat tinggal dan memilih untuk tetap tinggal di wilayah Tanjung Sari tersebut dengan keinginan atau kemauan tersendiri dalam memilih daerah ini untuk dijadikan sebagai tempat tinggal dan ada juga mereka yang datang ke daerah ini yang mengikuti keluarga yang memang pindah ke wilayah ini, mereka pindah dari berbagai daerah yang masih di kawasan kota Medan, ada yang pindah dari Padang Bulan, ada yang pindah dari daerah Mandala dan dari daerah yang lainnya yang masih berada di kawasan diatau yang masih berada di dalam kota Medan.

  Seperti penuturan salah satu informan:

  “Au nunga sapuluh taon naung tinggal di daerah on, napindah do au sian

Mandala alana suamiku nahinan pangidoanna ikkon tinggal dison hami,alai au

  

manuhor jabuon sapittuma, au manuhor jabuon sian halak Karo,argani jabuon

hutohor dang pola arga nian dibandingkon sonari alai dabah au nunga mabalu

dua minggu naung lewat. Au dison sambil mambuka warungma di jolo jabuon,

tarhilala daripada somarhua do iba,alana nga matua iba kan asa adong lalap- lalap di jabu” .

“Saya udah lebih dari sepuluh tahun tinggal di tempat ini, saya pindah

dari daerah Mandala karena suamiki yang dulu yang minta kami pindah ke sini

  ,karena saya membeli rumah disini satu pintu, saya membelinya dari orang Karo, harga rumah yang saya beli dulu tidak terlalu mahal dibandingkan harga yang sekarang ini , saya disini membuka satu warung di depan rumah, berhubung karena saya sudah berumur supaya ada aja kesibukan supaya tidak bosan”.

  Salah satu pendatang yang memasuki daerah Tanjung Sari ini adalah ibu Bina Tambunan yang umurnya 65 tahun, ibu ini pindah ke daerah ini sekitar sepuluh tahun yang lalu, ibu ini pindah ke daerah ini bersama suaminya yang bernama Jito Pasaribu 67 tahun dan bersama kedua anaknya, akan tetapi suaminya ibu ini sudah tiada satu bulan yang lalu suaminya meninggal karena sakit, dan ibu ini masih dalam keadaan sedih dalam menceritakan kepergian suaminya tersebut ibu ini mempunyai dua orang anak kedua anaknya tersebut adalah laki-laki adapun nama kedua anaknya yaitu Kalvin Pasaribu dan Dion Pasaribu dimana kedua anaknya sudah menikah dan kedua ankanya tersebut bertempat tinggal di luar kota Medan. Kedua anaknya datang melihat keadaan ibu ini paling sekali dalam satu tahun, kedua anaknya tersebut bergantian melihat keadaan ibu ini. Ibu ini sekarang tinggal sendiri di rumahnya dan dalam mengurus rumah juga ibu ini, baik itu mau mencuci, memasak maupun kegiatan yang lainnya, setiap hari ibu ini menghabiskan hari-harinya di rumahnya saja dan membuka sebuah warung pas di depan rumahnya, warung tersebut masih sederhana dan kecil, dan jualan ibu ini juga masih terbats tidak terlalu banyak, warung ini didirikan di depan rumahnya untuk dijadikan sebagai kesibukan sehari-hari supaya ada kegiatan dan kebetulan ibu ini memang orangnya pembosan apalagi tidak ada kegiatan dan ibu ini paling tidak bisa diam saja tanpa adanya kegiatan dan kondisi kesehatan ibu ini juga masih bisa dikatakan masih sehat melihat dari umurnya yang sudah lumayan tua Seperti penuturan Ibu Bina berikut ini.

  “ Daripada bosan au dijabu holanna hundul, tumagonma hubaen sada warung asa adong lalap-lalap niba di jabu, alana dang boi au holanna hundul

torus-torus, parbosan hian do au, ianungpe saotik tiga-tiga hu dang pola bohai

alana setiap ari sai adongdo panuhor ro, kan lumayan do i da asa adong

pemasukan, unang holan na sai manjalo i iba sian gelleng niba, alana gelleng nibape dao do sian iba muse”.

  “ Daripada saya bosan dirumah hanya duduk-duduk saja, lebih baik saya

buka sebuah warung untuk menjadi kesibukan saya setiap harinya, karena setiap

hari saya bosan kalau hanya duduk-duduk saja karena saya juga orangnya

pembosan, walaupun jualan saya sedikit itu tidak jadi masalah karena setiap hari

ada-ada saja orang yang membeli jualan saya, dan itu menjadi pemasukan buat

saya untuk mendapatkan uang kan lumayan, daripada saya meminta-minta terus sama anak saya, kebetulan juga anak saya memang jauh tinggalnya”.

  Ibu ini membeli rumah yang ditempatinya sekarang ini dari orang asli atau penduduk asli yang sudah lama bertempat tinggal di daerah ini, ibu ini membeli rumah yang sudah dibangun satu pintu dan orang yang menjual rumah itu sudah pergi keluar kota karena lahan tersebut dulunya memang lahan pertanian yang dijadikan sebagi rumah yang kemudian dijual kepada ibu ini dengan alasan sudah tidak mau lagi mengolah lahan pertanian tersebut mengingat karena semakin lahan pertanian yang dimilikinya tersebut sudah semakin dikelilingi oleh banyak bangunan-bangunan rumah atau bangunan-bangunan lainnya, jadi dengan keadaan terpaksa orang yang menjual rumah ini membuat lahan pertanian yang dimilikinya tersebut menjadi beberapa bangunan seperti kebanyakan rumah, ada tiga pintu rumah yang dibangunnya, akan tetapi rumah yang dibangunnya tersebut dijual kepada orang pendatang salah satunya yang membeli rumah tersebut adalah ibu Bina.

  Para pendatang datang ke wilayah ini dengan maksud untuk menyambung kehidupan mereka dengan melakukan banyak kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan mereka di lingkungan yang mereka tempati yang sekarang ini sebelum menempati wilayah ini, mereka datang ke wilayah ini untuk mencari tempat sesuai dengan keinginan mereka masing-masing, baik itu tempat untuk bertempat tinggal ataupun untuk menjalankan usaha.

  Ada pendatang yang menginginkan tempat tinggalnya dekat dengan pasar yang artinya mereka lebih nyaman mencari tempat tinggal di wilayah ini dibandingkan dengan tempat tinggal mereka yang sebelumnya walaupun masih sama-sama di Kota Medan, bagi mereka yang sudah berkeluarga yang aslinya orang Medan, dan mereka yang sudah mempunyai anakdan anak mereka sudah ada yang bersekolah, ada yang kuliah, mereka pindah ke wilayah ini dengan alasan supaya anak-anak mereka yang bersekolah, maupun yang sudah kuliah dekat dengan mereka menuntut ilmu seperti dekat dengan sekolah yang mereka inginkan dan dekat bagi mereka yang sudah kuliah seperti kampus yang diinginkan mereka, dekat dengan tempat mereka kerja dimana tempat yang mereka tempati lebih cepat dijangkau dan alasan mereka memilih daerah ini untuk mereka tempati dengan jangkauan yang sudah dekat bisa mengirit biaya.

  Lain halnya dengan mereka pendatang dari luar kota Medan, dimana mereka datang ke wilayah ini dengan alasan mereka yang ingin bertempat tinggal di tempat ini ada yang membangun rumah sendiri dengan membeli lahan dari si pemilik lahan yang ada di lingkungan tersebut yaitu mereka yang memulai rumah tangga baru.