Alih Fungsi Lahan Di Perkotaan, Kel.Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian Di Kel.Tanjung Sari Kec.Medan Selayang-Medan)

(1)

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan

Oleh:

Nama

: Santa Panjaitan

Nim

: 080905050

Judul

: ALIH FUNGSI LAHAN DIPERKOTAAN

KEC. MEDAN SELAYANG KEL. TANJUNG

SARI MEDAN

Medan,16 Mei 2012

Pembimbing

Drs. Yance, Msi

NIP. 19580315 198803 1 003

Ketua Departemen

Dr. Fikarwin Zuska


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

PERNYATAAN ORIGINALITAS

ALIH FUNGSI LAHAN DI PERKOTAAN KEL.TANJUNG

SARI

KEC. MEDAN SELAYANG

(Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian Di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, SANTA


(4)

ABSTRAK

Santa, 2012 . “Alih Fungsi Lahan di Perkotaan di Kel.Tanjung Sari,Kec.Medan Selayang ” (Studi Etnografi TentangAlih Fungsi Lahan Pertanian

Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan). Latar belakang masalah ini adalah banyaknya penduduk yang semakin lama semakin pesat jumlah penduduk yang menempati kota terutama kota Medan yang khususnya di daerah Tanjung Sari, semakin lama semakin banyak masyarakat yang berdatangan ke wilayah Tanjung Sari tersebut ada hal-hal yang sering dilakukan oleh mastarakat di kelurahan Tanjung Sari itu yaitu alih fungsi lahan yang mereka miliki, maknaya penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut. Permasalahan yang muncul adalah apa alasan masyarakat melakukan alih fungsi lahan pertanian yang dulunya banyak menghasilkan panen yang baik dan memuaskan dialih fungsikan ke lahan non-pertanian, dan siapa-siapa saja yang terlibat pada proses alih fungsi lahan yang terjadi di wilayah kelurahan Tanjung Sari tersebut. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan alasan masyarakat melakukan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian dan untuk mengetahui bagaimana pendapat masyarakat dan pejabat daerah mengenai alih fungsi lahan tersebut di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif sebagai upaya, digunakan penulis untuk menghasilkan kajian antropologi. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa laih fungsi lahan sudah menjadi multifungsi yang dilakukan oleh masyarakat. Alih fungsi lahan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap turunnya produksi pertanian terutama turunnya atau berkurangnya pertanian terutama pangan, serta akan berdampak pada dimensi yang dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya, politik serta lingkungan hidup.


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Karangan kecil ini adalah skripsi yang diajukan untuk menempuh ujian Sarjana Muda jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Pembuatan skripsi ini merupakan pengalaman pertama penulis, sehingga penulis mohon maaf jika sekiranya dalam karangan ini terdapat kejanggalan-kejanggalan, baik isi maupun cara pembuatannya yang masih banyak terdapat kesalahan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada staf pengajar jurusan Antropologi, terutama kepada Dr. Fikarwin Zuska selaku dosen penasehat akademik yang telah mendidik penulis selama belajar di jurusan Antropologi dengan tekunnya, kepada Drs. Yance, MSi yang telah membimbing pembuatan skripsi ini, dan kepada Drs. Agustrisno, MSP yang telah mengajarkan kepada penulis tentang metode-metode membuat skripsi dan cara-cara menggunakan sumber Antropologi.

Akhirnya secara khusus penulis perlu menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak B. Panjaitan dan Ibu F. Siagian, selaku orang tua tua penulis , karena tanpa dorongan dan kasih sayang keduanya penulis tidak mungkin berdiri di sini untuk melakukan ujian meja hijau/skripsi.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(6)

Universitas Sumatera Utara. Bapak Pembantu Dekan I atas fasilitas yang telah diberikan kepada penulis. Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Bapak Drs. Agustrisno, MSP selaku Sekretaris Departemen Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku dosen penasehat akademik yang selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Bapak Drs, Yance, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan kontribusi teoritis dan metodologis dalam penulisan skripsi ini dan kepada kak Noer dan kak Sopie yang sudah memberi pelayanan dalam administrasi di departemen antropologi.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas seluruh kebijaksanaan, bimbingan, ketulusan, dan kesediaan beliau dalam penulisan skripsi ini. Seluruh Staf Pengajar Departemen Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan. Kepada Bapak Lurah Tanjung Sari, Sekretaris kelurahan Tanjung Sari beserta staf dan juga staf yang lainnya yang masih mau menerima dan membantu penulis dalam memberikan informasi bagi penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis persembahkan untuk Bapak dan Ibu tersayang Kastiah yang selalu memberikan dukungan moril dan materil, selalu sabar dan tabah kepada penulis sampai penulis meraih gelar sarjana. Kakak Rauli Emasi panjaitan, Abang Lumba Jaya Panjaitan dan Adik Tamora Rina Panenna Panjaitan : terima kasih penulis ucapkan karena sudah menjadi semangat dalam menyelesaikan studi penulis selama ini.


(7)

kepada kakak dan abang Supartik, Sumarni, Sugito, Susanti, Tariono, dan Budi Irawan karena mereka sudah menjadi semangat dalam menyelesaikan studi penulis.

Spesial ditujukan kepada seluruh kerabat Antropologi stambuk 2008: Puteri, Dea, Duma, Ria, Ramles, Deni, Bethrin, Santa S , Etta, Junius, Kalvin, Hardi, Radin, Nelson, Silvy, Boy, Batara, Kandar, Haris, Taufik, Harni, Maria, Berti, Marda, Sari, Donald, Berkat, Mila, Ita, Rifin, Helen, Lias, Vina, Hezron, Ayu, Nesya, Fajri, Rambo, dan temen-temen antropologi stambuk 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas persahabatan dan kenangannya.

Penulis,


(8)

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini adalah “Alih fungsi lahan di Perkotaan Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Medan”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang sangat penulis harapkan.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Adapun sistematis dalam penelitian ini yaitu:

BAB I. Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan analisis data.

BAB II. Dalam Bab ini penulis menjelaskan tentang bagaimana alasan masyarakat melakukan penjualan lahan dan alih fungsi lahan dsri lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.

BAB III. Dalam bab ini penulis mengemukan tentangkesesuaian alih fungsi lahan dengan Rencana Tata Ruang Kota Medan. Dimana alih fungsi lahan yang dilakukan oleh banyak pihak terutama masyarakat, sedangkan Rencana Tata Ruang Kota Medan masih dalam proses pencapaian.


(10)

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi mengenai alih fungsi lahan.

Fungsi lahan yang dibuat sebagai fungsi sosial untuk memandang lahan lebih ekonomis. Lahan yang digunakan dipergunakan sebagai fungsi untuk mendapatkan hal yang diinginkan masyarakat yang melakukan alih fungsi lahan tersebut. Alih fungsi lahan sudah sering terjadi terutama pada alih fungsi lahan pada lahan persawahan terutama di wilayah Tanjung Sari.

BAB V. Penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa penyebaab terjadinya alih fungsi lahan pertanian yang semakin marak itu bisa dikatakan multidimensi, lahan itu sudah menjadi multifungsi.

Alih fungsi lahan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap turunnya produksi pertanian serta akan berdampak pada dimensi yang dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi, sosial, budaya, politik serta lingkungan hidup.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan . Akhir kata atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihakk, penulis mendoakan semoga Tuhan Yang Kuasa selalu memberikan dan melimpahkan karunianNya kepada kita semua.

Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORISINALITAS... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 8

1.3. Lokasi Penelitian... 8

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Tinjauan Pustaka... 9

1.6. Metode Penelitian ... 18

1.7. Teknik Pengumpulan data... 18

1.8. Analisia Data... 20

BAB II FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN MENGALIH FUNGSIKAN LAHAN 2.1. Status Kepemilikan Lahan ... 21

2.1.1 Lahan Pertanian ... 28


(12)

2.2. Faktor Ekonomi ... 32

2.2.1. Masuknya Pendatang ... 42

2.3. Alih Profesi ... 54

2.4. Faktor Lemahnya Perundang–Undangan yang ada ... 62

2.5. Dampak Harga Lahan ... 66

2.6. Penggunaan Lahan... 69

2.6.1.Konflik Pemanfaatan Lahan ... 70


(13)

ABSTRAK

Santa, 2012 . “Alih Fungsi Lahan di Perkotaan di Kel.Tanjung Sari,Kec.Medan Selayang ” (Studi Etnografi TentangAlih Fungsi Lahan Pertanian

Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan). Latar belakang masalah ini adalah banyaknya penduduk yang semakin lama semakin pesat jumlah penduduk yang menempati kota terutama kota Medan yang khususnya di daerah Tanjung Sari, semakin lama semakin banyak masyarakat yang berdatangan ke wilayah Tanjung Sari tersebut ada hal-hal yang sering dilakukan oleh mastarakat di kelurahan Tanjung Sari itu yaitu alih fungsi lahan yang mereka miliki, maknaya penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut. Permasalahan yang muncul adalah apa alasan masyarakat melakukan alih fungsi lahan pertanian yang dulunya banyak menghasilkan panen yang baik dan memuaskan dialih fungsikan ke lahan non-pertanian, dan siapa-siapa saja yang terlibat pada proses alih fungsi lahan yang terjadi di wilayah kelurahan Tanjung Sari tersebut. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan alasan masyarakat melakukan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian dan untuk mengetahui bagaimana pendapat masyarakat dan pejabat daerah mengenai alih fungsi lahan tersebut di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif sebagai upaya, digunakan penulis untuk menghasilkan kajian antropologi. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa laih fungsi lahan sudah menjadi multifungsi yang dilakukan oleh masyarakat. Alih fungsi lahan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap turunnya produksi pertanian terutama turunnya atau berkurangnya pertanian terutama pangan, serta akan berdampak pada dimensi yang dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya, politik serta lingkungan hidup.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan bukan pertanian dengan susunan fungsi sebagai kawasan pemukiman perkotaan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan dan pelayanan sosial. Kota besar adalah kota yang terdapat banyak aktivitas-aktivitas. Pada umumnya, kota itu selalu dipandang sebagai pusat pendidikan, pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan, dan sebagainya. Jadi, fungsi dan perannya sebagi sumber dan pengaruh atau sumber stimulasinya banyak berasal dari kota itu sendiri. Lain halnya dengan kelurahan Tanjung Sari dimana daerah ini memang daerah kota akan tetapi daerah ini berketepatan di pinggriran kota dimana dulu daerah ini banyak lahan pertanian padahal daerah ini adalah termasuk daerah kota yaitu salah satu daerah kota Medan, tidak semua daerah kota itu yang dikatakan bukan daerah pertanian, akan tetapi di beberapa daerah yang ada di kota Medan banyak daerah pertanian salah satunya adalah daerah kelurahan Tanjung Sari.

Seiring dengan berjalannya waktu kota tentunya akan banyak mengalami perubahan sesuai dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Manusia dan lingkungan pada hakekatnya yaitu satu bangunan yang seharusnya saling menguatkan karena lingkungan selalu bergantung pada aktivitas manusia. Jadi manusia dan lingkungan itu sama-sama aktif saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Kenampakan fisikal kekotaan ke arah luar (urban sprawl) merupakan fenomena yang tidak dapat


(15)

dicegah, di Negara berkembang seperti kota Medan khususnya di daerah Tanjung Sari atau daerah pinggiran kota Medan.

Memasuki era globalisasi diperlukan sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya suatu pembangunan, salah satunya adalah lahan. Lahan memegang peranan yang penting sebagai faktor utama untuk merealisasikan pembangunan, pembangunan yang dimaksud dalam hal ini adalah pembangunan fisik. Seperti diketahui, lahan tidak dapat dipisahkan dengan manusia karena lahan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Lahan yaitu suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya1.

Hampir semua lahan selalu dilihat sebagai pemuas kebutuhan atau bahkan keserakahan manusia akan ruang kehidupannya, tidak dianggap sebagai entitas kehidupan atau sumber daya yang terbatas. Seperti yang ada di wilayah Kelurahan Tanjung Sari dimana lahan yang ada di wilayah ini adalah lahan pertanian kebanyakan beberapa tahun yang lalu, akan tetapi untuk yang sekarang ini di wilayah tersebut banyak yang dibuat menjadi lahan non-pertanian.

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia, meningkat pula kebutuhan akan perumahan. Untuk mencukupi meningkatnya kebutuhan rumah, selalu digunakan lahan pertanian dan lahan produktif. Kecenderungan pengembangan kebutuhan penduduk mengarah pada arah pinggiran kota yaitu di daerah kelurahan Tanjung Sari. Pertambahan penduduk yang semakin meningkat mengindikasikan bahwa perkembangan penduduk menyebar ke arah pinggiran kota (sub- urban), sehingga konsekuensinya adalah

1


(16)

terjadi perubahan penggunaan lahan di wilayah Tanjung Sari dan semakin lama semakin banyak lahan pertanian dibuat menjadi lahan non-pertanian.

Banyaknya pendatang ditambah dengan penduduk asli akan mengakibatkan kebutuhan akan ruang untuk tempat tinggal maupun bangunan kegiatan yang lainnnya akan semakin meningkat,banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri setelah melakukan alih fungsi lahan yang ada di wilayah mereka tersebut, bagi masyarakat semakin meningkatnya alih fungsi lahan yang mereka lakukan baik dalam melakukan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan politik dan fungsi kekotaan yang meningkat selalu akan dapat terpenuhi. Secara signifikan gejala ini akan selalu diikuti oleh meningkatnya transaksi jual beli lahan di wilayah perkotaan khususnya di wilayah kelurahan Tanjung Sari.

Lahan yang digunakan di daerah kota guna untuk menampung kebutuhan, baik dalam pemukiman ataupun fungsi yang lainnya di wilayah kota tersebut lahan sudah susah untuk didapat atau nyaris habis terutama lahan pertanian untuk sekarang ini susah untuk ditemui di wilayah ini, karena sudah banyak dialih fungsikan menjadi lahan non-pertanian.

Pemanfaatan lahan untuk keperluan atau kebutuhan masyarakat itu sendiri perlu mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya adalah tinjauan kesesuaian dan kemampuan lahan tersebut sesuai dengan peruntukannnya.

Daerah Tanjung Sari itu adalah Wilayah Peri Urban (WPU) yang artinya daerah pinggiran kota.Wilayah yang berada di Tanjung Sari terdapat lahan yang dialih fungsikan dari lahan pertanian (persawahan) menjadi lahan yang terdapat


(17)

bangunan-bangunan seperti perumahan, ruko-ruko, rumah penduduk, ataupun bangunan-bangunan lainnya.

Lahan adalah suatu proses menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya. Defenisi lahan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah defenisi yang dirumuskan oleh FAO. Kemampuan lahan indikator utama kesesuaian lahan yang digunakan adalah kesesuaian lahan dan kemampuan lahan. Lahan yang digunakan untuk banyak kegiatan seperti membuat bangunan-bangunan yang dilakukan. Ada beberapa pembagian kelas lahan sesuai dengan kemampuan yaitu kemampuan lahan menunjukan kesamaan besarnya faktor-faktor penghambat. Kemampuana lahan dibagi menjadi beberapa kelas, ada beberapa pembagian kelas lahan sesuai dengan kemampuannya dan kriteria yang digunakan dalam pembangunan yaitu kelas lahan. Adapun beberapa pembagian kelas lahan sesuai dengan kemampuannya yaitu:

• Lahan kelas I yaitu sesuai untuk berbagai kegunaan pertanian, padang pengembsangan hutan dan cagar alam.

Lahan dalam kelas ini aman dari bahaya banjir, umumnya sesuai untuk penanaman yang intensif. Iklim setempat harus sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Lahan kelas ini biasanya lahan yang subur atau lahan yang produktif, dimana lahan ini biasanya lebih sesuai digunakan untuk lahan pertanian. Karena sangat cocok sekali terutama dalam hal tingkat kesuburan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian.

• Lahan kelas II yaitu lahan yang memiliki beberapa kendala yang mengurangi pilihan penggunaannya atau memerlukan praktik/tindakan


(18)

konservasi yang sedang. Lahan dalam kelasa ini mungkin memerlukan sistem penanaman konservasi khusus, tindakan-tindakan pencegahan erosi, pengendalian air yang berlebihan atau metode pengolahan lahan jika dugunakan untuk tanaman semusim dan tanaman yang menggunakan pengolahan lahan.

• Lahan kelas III yaitu lahan yang mempunyai kendala yang berat sehingga mengurangi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya. Lahan-lahan kelas III mempunyai pembatas yang lebih berat dari lahan-lahan kelas II dan jika digunakan untuk tanaman yang memerlukan pengolahan lahan, tindakan konservasi yang diperlukan biasanya lebih sulit diterapkan dan dipertahankan.

Kendala yang terdapat pada lahan dalam kelas III adalah terbatasnya waktu penggunaan dan waktu pengolahan, pilihan jenis tanaman bagi tanaman semsusim atau kombinasi dari ketiganya. Kendala-kendala tersebut dapat disebabkan oleh salah satu atau lebih dari sifat berikut:

- Lereng yang cukup curam

- Peka terhadap erosi atau telah mengalami erosi yang agak berat - Seringkali mengalami banjir yang merusak tanaman

- Lapisan bawah lahan berperbeamilitas sangat lambat

- Terlalu basah atau terus-menerus jenuh air setelah didrainase - Hambatan iklim sedang

- Kapasitas menahan air rendah

- Tingkat kesuburan rendah dan tidak muda dibatasi ( Lutfhi Rayes, 2007: 203).


(19)

• Lahan kelas IV yaitu lahan yang mempunyai kendala yang sangat berat sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan pengelolaan yang sangat hati-hati atau keduanya.

Faktor penghambat bahaya kerusakan pada lahan-lahan di dalam lahan kelas III, sehingga pilihan penggunaannya juga lebih terbatas. Lahan-Lahan kelas IV mungkin hanya cocok untuk dua atau tiga macam tanaman pertanian atau tanaman yang memiliki produksi rendah.

• Lahan kelas V yaitu lahan yang memiliki bahaya erosi, tetapi memiliki pembatas lain yang sulit dihilangkan sehingga pilihan penggunaannnya menjadi sangat terbatas, yaitu untuk padang rumput, padang pengembalaan, hutan produksi atau suaka-alam.

• Lahan kelas VI yaitu lahan yang memiliki penghambat yang berat sehingga lahan-lahan ini tidak sesuai untuk pertanian. Penggunaan lahan ini hanya terbatas untuk padang rumput atau padang pengembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau cagar alam

• Lahan kelas VII yaitu lahan yang memiliki pembatas yang berat sehingga tidak sesuai untuk pertanian dan penggunaannnya sangat terbatas untuk padang rumput, hutan produksi, dan cagar alam.

• Lahan kelas VIII yaitu lahan yang memiliki pembatas yang menghalangi penggunaan lahan ini untuk produksi tanaman secara komersial dan membatasi penggunaannnya hanya untuk pariwisata dan suaka alam

Lahan ini sebaiknya dibiarkan dalam keadaan alam. Pembatas yang sulit atau tidak dapat diperbaiki dari satu atau lebih sifat berikut: - Erosi dan bahaya erosi sangat berat


(20)

- Iklim sangat tidak mendukung - Lahan selalu basa

- Sangat berbatu

- Kapasitas menahan air sangat rendah - Salinitas dan kandungan Na tinggi

Contoh lahan kelas VII adalah lahan-lahan yang telah rusak atau sangat terdegradasi (badland).

Lahan dikelompokan kedalam kelas I samapai kelas VIII, dimana semakin tinggi kelasnya kualitas lahannya semakin jelek daya kesuburan lahan tersebut berarti resiko kerusakan dan besarnya faktor penghambat bertambah dan pilihan penggunaan lahan yang dapat diterapkan semakin terbatas. Lahan kelas I sampai IV merupakan lahan yang sesuai untuk usaha pertanian, jika dibandingkan lagi antara lahan kelas I– kelas VI lahan kelas satu juga yang paling subur dan paling cocok untuk daerah pertanian, tetapi jika dibandingkan lagi dengan lahan kelas V sampai lahan kelas VIII tidak sesuai dengan lahan pertanian atau diperlukan biaya yang sangat tinggi untuk pengelolahanya, lahan kelas I digunakan untuk lahan non-pertanian atau lahan bangunan-bangunan tentunya sangat berlebihan dalam arti lahan yang digunakan tersebut selayaknya digunakan dalam lahan pertanian saja, seperti yang terjadi di wilayah kelurahan Tanjung Sari, sesuai dengan kemampuan dan keinginan manusia itu sendiri, pada alih fungsi lahan pertanian yang dijadikan menjadi lahan non-pertanian itu bisa dilakukan oleh manusia itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keinginan masing-masing. Semua lahan yang digunakan untuk lahan non-pertanian berhubung karena lahan pertanian


(21)

yang ada di Wilayah Tanjung Sari banyak lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi lahan non-pertanian.

1.2. Perumusan Masalah

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian seperti bangunan-bangunan, juga dari pokok permasalahan tersebut dijabarkan kedalam 3 pertanyaan penelitian yaitu:

1. Faktor apa yang mendorong masyarakat Tanjung Sari melakukan alih fungsi lahan?

2. Apakah alih fungsi lahan tersebut sesuai dengan Rencana Tata Ruang kota Medan?

3. Bagaimana pandangan Pejabat Pemerintah kota Medan, Developer dan masyarakat lokal tentang alih fungsi lahan tersebut?

1.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan kota Medan tepatnya di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang ,alasan penulis memilih lokasi ini karena sangat relevan dan strategis karena tempat ini dulunya banyak lahan pertanian dan sekarang sudah menjadi lahan non-pertanian atau banyak bangunan-bangunan yang dijadikan oleh masyrakat untuk berbagai kegiatan.

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

• Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan masyarakat Tanjung melakukan alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.


(22)

Selain itu penelitian ini juga tujuannnya untuk mengetahui suatu tindakan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut yaitu proses alih fungsi dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanaian, mengetahui kesesuaian dengan konsep Tata Ruang kota Medan, serta mengetahui pandangan Pejabat Pemerintah, Developer, serta masyarakat lokal tentang alih fungsi tersebut.

• Manfaat Penelitian

Pada suatu cakupan akademis harapan saya semoga penelitian ini bisa berguna untuk menambah kepustakaan tentang alih fungsi lahan di perkotaan dan banyak kalangan-kalangan yang membutuhkannya, seperti mahasiswa yang ingin membuat suatu penelitian yang juga terfokus kepada alih fungsi lahan, ataupun yang ada kaitannya dengan hal-hal yang lain. Bagi peneliti sendiri dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai suatu yang berarti dan bisa merangkum suatu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman selama menjalani perkuliahan serta manfaat yang praktis.

1.5. Tinjauan Pustaka

Kota itu tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan manusialah yang mengembangkannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sehari-hari, kebutuhan sosial, kebutuhan ekonomi, politik dan kebutuhan kultural. Pola pemikiran dalam hal ini kota, mengalami perubahan dan kemajuan dari zaman ke zaman sesuai dengan kemampuan manusia setempat dan tata geografi daerah tersebut (Bintaro,1977:8).


(23)

Kota itu sendiri sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi yang diwarnai dengan srata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non-alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya. Prinsip umum yang harus dipegang materialisme Kebudayaan adalah”budaya dikembangkan oleh suatu masyarakat berdasarkan pada materi (benda) yang dimilikinya"2

Memang harus diakui bahwa diantara berbagai kota di atas maka bumi ini terdapat karakteristik yang sama maupun yang berbeda serta kota itu sendiri berwawasan lingkungan yang mempunyai kegiatan fungsional3. Namun, persamaan dan perbedaan itu tidaklah di sebabkan oleh faktor-faktor yang sama, atau kalaupun faktornya sama tapi reaksi-reaksi atau responnya berbeda-beda.

Pemikiran Spencer yang berpengaruh pada Emile Durkheim (1958-1917). Durkheim menggunakan analogi tubuh tersebut kemudian mengembangkannya ke dalam sebuah perspektif baru yang kemudian disebut fungsionalisme struktural. Perspektif ini bisa pula disebut fungsionalisme atau paradigma fungsionalis. Paradigma ini melihat masyarakat sebagai sebuah sistem yang kompleks yang

2

Materialisme kebudayaan

Sumber:http://rukawahistoria blogspot.com/2009/07/materialisme-kebudayaan.html 3

Menurut Spencer fungsionalisme dalam arti sederhana yaitu masyarakat diartikan sebagai tubuh di mana bagian-bagiannya(ekonomi,kebijakan pelayanan

kesehatan,pendidikan,dsb)bekerja bersama-sama untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan seluruh sistem.


(24)

srtukturalisme-bagian-bagiannya saling berhubungan dan bekerja bersama untuk menjaga stabilitas.

Menurut perspektif ini (1) bagian-bagian sistem sosial bergantung satu sama lain; (2) kondisi normal/sehat sistem tersebut berada pada titik ekuilibrium (dianalogikan pada tubuh yang sehat); (3) ketika sistem tersebut terganggu,bagian-bagiannya akan dengan sendirinya melakukan pengaturan kembali dan menyesuaikan diri untuk mengembalikan sistem pada keadaan ekuilibrium4. Berbagai perubahan berlangsung secara evolutif dan terjadi di dalam struktur.

Durkheim menyadari bahwa masyarakat mempengaruhi tindakan manusia. Namun masyarakat, dalam pengertian Durkheim, adalah sesuatu yang berada di luar individu. Bagi Durkheim, masyarakat harus dipahami dan dipelajari dalam pengertian apa yang ia sebut sebagai fakta sosial. Fakta-fakta sosial tersebut yakni hukum, sistem moral, nilai-nilai, keyakinan religi, dan peran-peran sosial yang mengatur kehidupan sosial.

Sebagai contoh, terjadinya urbanisasi. Faktor pendorong terjadinya urbanisasi itu antara lain ialah faktor politik dan keamanan, serta faktor-faktor sosio-kultural lainnya. Reaksi terhadap lingkungan perkotaan oleh mereka yang berurbanisasi itu adalah berbeda-beda, yakni mencari perlindungan dalam kelompok sedaerah, berjuang sendiri dengan segala konsekuensinya, membentuk kelompok-kelompok senasib,dan sebagainya.

Studi antropologis lainnya telah difokuskan kepada usaha melakukan komparasi antara kehidupan rural dan kehidupan urban, dan sering hanya 4

Ekuilibrium adalah suatu keadaan yang mantap Karena adanya kekuatan-kekuatan yang berlawanan,sehingga seimbang dan sepadan yang melekat tanpa berubah.


(25)

mempersoalkan kaum migran yang berasal dari masyarakat pedesaan yang pindah dan bermukim di kota-kota.

Pada dasarnya kota ditujukan untuk penyebaran perkembangan perkotaan secara berimbang ke pusat-pusat konsentrsai tersebut. Dalam menentukan batas-batas kawasan metropolitan ditentukan olh beberapa kriteria diantaranya adalah:

• Letak geografis

• Pusat-pusat pertumbuhan • Fungsi dan peranan kota

• Pengelompokan aktivitas (kegiatan)

Untuk menghadapi atau menampung perkembanagan dan pembangunan perkotaan dalam jangka panjang mendatang, maka penggunaan atau pemanfaatan lahan perkotaan perlu ditata dan dikelola. Dalam penata ruang (lahan) perkotaan perlu disusun suatu Rencana Umum Tata Ruang Kota yang berdimensi jangka panjang , misalnya 15 tahun, selama 15 tahun Rencana Tata Ruang Kota tersebut harus ditinjau kembali.

Permukiman berwawasan lingkungan merupakan permukiman yang mampu mengakomodasikan dan mendorong proses perkembangan kehidupan di dalamnya secara wajar dan seimbang dengan memadukan kepentingan ekonomi, ekologi dan sosial. Makin kuat sesuatu bagian WPU menjadi magnet bagi fungsi-fungsi kekotaan, akibatnya adalah terdapatnya intensitas perkembangan fisikal kekotaan dan rate of growth yang tinggi. Secara garis besar dapat dikemukakan di sini bahwa aksesibilitas yang tinggi akan mempunyai daya tarik yang tinggi pula terhadap fungsi-fungsi kekotaan. Demikian pula halnya dengan keberadaan pusat-pusat pelayanan lahan yang srategis dan terbebas dari kendala-kendala


(26)

fisikal, pemilik-pemilik lahan miskin yang sangat ingin menjual lahannya, tiadanya peraturan tertentu yang melarang pembangunan dan maraknya pembangunan yang dilakukan oleh para pengembang jelas akan menawarkan kondisi yang jauh lebih kondusif untuk perkembangan bentuk pemanfaatan lahan kekotaan dibandingkan dengan apabila kondisinya berlawanan dengan apa yang sudah dicontohkan tersebut (Lee, 1979: 124).

Perencanaan tata guna lahan sangat diperlukan karena:

1. Jumlah lahan terbatas dan merupakan sumberdaya yang hampir tak terbaharui(non renewable),sedangkan manusia yang memerlukan lahan jumlahnya terus bertambah.

2. Meningkatnya pembangunan dan taraf hidup masyarakat dapat meningkatkan persaingan penggunaan ruang (lahan), sehingga sering terjadi konflik (perebutan penggunaan lahan).

3. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menyebabkan kerusakan lahan.

4. Konversi lahan pertanian dengan lahan subur termasuk sawah irigasi menjadi lahan non-pertanian seperti lahan industri, perumahan dan lain-lain perlu ditata karena sulitnya mencari lahan pengganti yang lebih subur atau minimal sama, diluar lahan pertanian yang telah ada.

5. Pandangan bahwa lahan semata-mata merupakan faktor produksi,cenderung mengabaikan pemeliharaan kelestarian lahan. Padahal, lahan juga mempunyai kemampuan terbatas dalam memberi daya dukung bagi kehidupan manusia.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi variasi harga lahan di sesuatu tempat, yaitu (1) faktor karakteristik lahan; (2) faktor keberadaan


(27)

peraturan tata ruang tertentu; (3)faktor pemilik lahan; (4) faktor spekulasi lahan; (5) faktor keberadaan pengembang dan (6) faktor kondisi perekonomian nasional, (Yunus,2001.)

Faktor ini akan selalu diikuti oleh meningkatnya transaksi jual beli lahan di WPU pada khususnya. Ketidaksinambungan antara penawaran dan permintaan akan lahan akan jelas mengakibatkan meningkatnya harga lahan. Harga pasaran lahan yang ditimbulkan oleh maraknya praktik spekulasi akan berbeda dengan daerah yang tidak banyak spekulator lahan yang begentayangan di kawasan tersebut. Hal ini sangat terkait dengan besar kecilnya ekspektasi yang muncul di dalam masyarakat terkait porspek wilayah yang bersangkutan.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa makin banyak faktor determinan yang dikemukakan oleh Lee (1979) tersebut terakumulasi pada bagian tertentu, maka makin kuat sesuatu bagian WPU menjadi magnet bagi fungsi-fungsi kekotaan. Akibatnya adalah terdapatnya intesitas perkembangan fisikal kekotaan dan rate of growth yang tinggi. Secara garis besar dapat dikemukakan disini bahwa aksebilitas yang tinggi akan mempunyai daya tarik yang tinggi pula terhadap fungsi-fungsi kekotaan. Demikian pula halnya dengan keberadaan pusat-pusat pelayanan lahan yang stategis dan terbebas dari kendala-kendala fisikal, pemilik lahan miskin yang sangat ingin menjual lahannya, semakin maraknya pembangunan yang dilakukan oleh para pengembang jelas akan menawarkan kondisi yang jauh lebih kondusif untuik perkembangan bentuk pemanfaatan lahan kekotaan dibandingkan dengan apabila kondisinya berlawanan dengan apa yang sudah dicontohkan tersebut.


(28)

Penentuan kelas suatu lahan untuk bangunan-bangunan didasarkan pada kemampuan lahan sebagai penopang pondasi. Sifat lahan yang berpengaruh adalah daya dukung tanah, dan sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap biaya penggalian dan konstruksi.

Faktor yang tentang harga lahan yang berada disuatu tempat tersebut akan menghubungkan peran pemilik-pemilik lahan,karena pemilik-pemilik lahan tersebut ada yang pemilik lahan yang mempunyai statu sosial ekonomi yang kuat akan berbeda dengan pemilik lahan yang berstatus sosial ekonomi lemah. Pemilik lahan dengan status sosial ekonomi kuat lebih tahan untuk menahan transaksi jual beli lahannya sampai pada suatu saat dimana harga lahan dianggap paling tinggi ,dibandingkan dengan mereka yang berstatus sosial ekonomi yang lemah.

Berdasarkan perannya dalam harga jual beli lahan di WPU dikenal ada 3 faktor kunci,yaitu (1) pemilik lahan awal sebelum ada pembangunan;(2)pihak perantara dan (3) konsumen akhir (Bryant,1982:103).

Evaluasi lahan adalah bagian dari proses perencanaan tataguna lahan.Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Evaluasi kesesuaian lahan untuk pertanian yang biasa digunakan di berbagai negara, pada dasarnya mengacu pada klasifikasi Kemampuan Lahan USDA (Klingebied & Montgomery,1961)atau klasifikasi Kesesuaian Lahan yang dikembangkan oleh FAO (1976).

Isitilah-istilah penting yang berkaitan dengan evaluasi kesesuaian lahan, seperti: tipe penggunaan lahan, karakteristik lahan, kualitas lahan, kesesuaian


(29)

lahan aktual, kesesuain lahan potensial, kesesuaian lahan ekonomik dan sebagainya.

Dasar pertimbangan diperlukannya evaluasi lanah adalah: 1. Sifat lahan beragam

2. Keragaman tersebut memengaruhi jenis penggunaan lahan;masing-masing penggunaan lahan terdapat satuan-satuan lahan yang lebih sesuai atau kurang sesuai dari segi fisik dan/atau ekon omi.

3. Keragaman tersebut bersifat sistematik.

4. Keragaman tersebut (secara fisik, politik, ekonomi dan sosial) dapat dipetakan. 5. Perilaku atau kesesuaian lahan jika diusahakan untuk penggunaan tertentu

dapat diprediksi dengan tingkat kepastian tertentu, tergantung kualitas data sumber daya lahan tersebut dan tingkat pengetahuan hubungan antara sifat-sifat lahan dan penggunaan lahan yang direncanakan.

6. Kesesuaian lahan bagi berbagai penggunaan lahan aktual dan yang diusulkan dapat dideskripsikan dan dipetakan secara sistematis.

7. Pengambilan keputusan (pemakai lahan, perencana tata-guna lahan dan penyuluh pertanian) dapat menggunakan prediksi tersebut (peta kesesuaian lahan) sebagai panduan untuk pengambilan keputusan (Rossiter 1994).

Upaya untuk pemanfaatan lahan yang kecil adalah intensifikasi pemanfaaatan lahan sehingga mampu memberikan hasil yang jauh lenih tinggi ketimbang hasil yang diperoleh dari usaha bahan pangan semata. Di samping itu kedekatan likasi lahan pertanian dengan pusat kota telah mempunyai sumbangan yang berarti terhadap perubahan sikap petani terhadap lahannya tersebut (Sinha,1980:25).


(30)

Kebijakan penggunaan lahan didasarkan pada berbagai aspek,yaitu:

1. Aspek teknis yang menyangkut potensi sumber daya lahan yang dapat dapat diperoleh dengan cara melakukan evaluasi kesesuaian lahan.

2. Aspek lingkungan, yaitu dampaknya terhadap lingkungan.

3. Aspek hukum, yaitu harus sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.

4. Aspek sosial, menyangkut penggunaan lahan untuk kepentingan sosial. Kepentingan tidak boleh hanya menguntukan seseorang, melainkan juga harus bermanfaat bagi seluruh masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dan sekitarnya.

5. Aspek ekonomi,yaitu penggunaan lahan yang optimal yang memberi keuntungan setinggi-tingginya tanpa merusakkan lahannya sendiri serta lingkungannya.

6. Aspek politik atau kebijakan pemerintah.

Pada bagian WPU yang kepemilikan lahannya didominasi para spekulator lahan, akan mengakibatkan kesulitan dalam hal perencanaan tata ruang dan implementasinya, sehingga untuk mengatasi gejala spekulasi lahan yang merebak bagi pemerintah daerah yang mempunyai kekuatan finansial yang tinggi akan menerapkan teknik untuk mengantisipasi implementasi tata ruang pada masa yang akan datang (Yunus,2005).

Kualitas lahan merupakan karakteristik lahan (biasanya majemuk dan kompleks) yang mempunyai pengaruh langsung terhadap persyratan dasar dari penggunaan lahan dan diharapkan dapat mempengaruhi kesesuaian lahan dan tidak tergantung pada kualitas lahan yang lainnya.


(31)

Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan lahan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannnya akan merugikan (merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor penghambat atau pembatas.

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, yang berusaha untuk menggambarkan alih fungsi lahan yang terjadi di masyarakat Tanjung Sari kota Medan.

Semua hasil penelitian akan menjabarkan proses alih fungsi dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian, digunakannya metode kualitatif tersebut supaya mampu menghasilkan data-data deskriptif yang mendukung kajian penelitian, oleh karena itu penelitian yang dilakukan bisa menghasilkan dan mendeskripsikan sesuai dengan kajian antropologi.

1.7. Teknik pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

a.Observasi

Pada penelitian ini awalnya akan melakukan proses pengamatan pada lingkungan masyarakat tersebut, fokusnya pada lingkungan yang sudah beralih fungsi dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian atau yang dulunya persawahan sekarang menjadi bangunan-bangunan.


(32)

Observasi memang biasanya dilakukan setiap peneliti sebagai langkah awal, pastinya ini penting untuk memprrmudah sebelum wawancara dilakukan dan tentu saja akan menggambarkan kondisi awal.

b.Wawancara

Teknik wawancara yang dilakukan guna untuk mendapat informasi dengan selengkap-lengkapnya dari informan.Wawancara5 yang dilakukan pada informan dengan langsung tatap muka dan langsung tanya jawab dengan pedomaninterview guide.Adapun informan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu:

• Informan pangkal yaitu informan yang banyak mengetahui tentang lingkungan sekitar pada lokasi penelitian tersebut.

• Informan kunci yaitu informan yang sudah lama tinggal di lingkungan tersebut atau masyarakat lokal,informan inilah yang menjadi perhatian dalam mengetahui masalah-masalah proses perubahan fungsi lahan pada lingkungan tersebut.

• Informan biasa yaitu informan masyarakat yang berada di lingkungan sekitar yang sedikit banyaknya memberikan informasi mengenai masalah lingkungan tersebut, akan tetapi bukan ahlinya. Pada informan biasa yaitu semua golongan yang tinggal di lingkungan tersebut, baik tua, ataupun muda yang bisa diwawancarai dan yang mengetahui tentang perubahan fungsi lahan daripada lingkungan tersebut.

c. Studi kepustakaan

5.Wawancara adalah prosespercakapan dengan maksud untuk mengkostruksikan mengenai orang,kejadian,organisasai,motivasi,perasaan,yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara dan


(33)

Literatur (studi pustaka) dilakukan guna untuk melengkapi data yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan yaitu data primer dan data sekunder.Adapun literatur-literatur tersebut yaitu artikel, surat kabar, laporan penelitian dan media online.

1.8. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dan dianalisis secara kualitatif,peneliti akan memeriksa ulang data untuk melihat kelengkapan data. Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis secara kualitatif dan disusun sesuai dengan kategori-kategori tertentu sebagaimana yang dikemukakan oleh informan di lapangan. Analisa data dilakukan dengan mengorganisasikan data dari hasil observasi, wawancara kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema.

Setelah semuanya terkumpul selanjutnya dibandingkan serta dicari hubungan-hubungan yang saling terkait. Dengan cara yang demikian akan diperoleh sebuah tulisan yang sistematis yang merupakan target daripada penelitian ini.


(34)

BAB II

FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN MENGALIH FUNGSIKAN LAHAN

2.1. Status Kepemilikan Lahan

Pemilik lahan yang ada di di kelurahan Tanjung Sari pada awalnya adalah kebanyakan orang Karo karena memang sebelumnya juga kebanyakan orang karo yang menempati atau yang tinggal di sekitar wilayah Tanjung Sari ini, sebelumnya juga lahan yang ditempati mereka itu lahan mereka sendiri, lahan yang dimiliki mereka itu adalah kebanyakan lahan pertanian mereka tinggal tidak berjauhan dengan lahan pertanian yang mereka miliki dengan rumah yang mereka tempati, lahan pertanian yang mereka olah sebelumnya semakin lama lahan yang mereka miliki itu dijual ketika ada orang yang mau membeli.

Ketika adanya proses penjualan lahan kepada orang lain biasanya harus ada bukti dan jaminan yang harus bisa dipertanggung jawabkanyaitu surat tentang lahah tersebut, dengan adanya surat ketika menjual lahan tersebut, surat lahan harus dimiliki kedua belah pihak, surat tersebut harus ada di tangan oleh penjual lahan dan juga surat lahan harus ada di tangan pembeli lahan tersebut, baik itu si penjual lahan juga si pembeli lahan dan surat ini nanti yang membuktikan bahwa lahan tersebut memang ada buktinya atas pembelian lahan yang dibeli dari orang yang punya lahan sebelumnya dan surat tersebut juga yang membuktikan bahwa lahan tersebut memang sudah sah dimiliki oleh orang lain sesudah dijual, lain halnya dengan lahan yang diberikan kepada orang lain atau lahan yang disewakan kepada orang lain yang mau mengolah lahan pertanian mereka tersebut, pemberian disini yang artinya dimana lahan yang diberikan kepada orang lain tanpa adanya langsung pembayaran secara tunai dan surat lahan, yang artinya


(35)

disini lahan tersebut masih sah miliknya si pemilik lahan tersebut, hanya saja lahan itu diberikan kepada orang lain hanya untuk sementara saja dalam arti lahan tersebut disewakan kepada orang lain dan orang lain itu yang mengolah lahan yang diberikan oleh pemilik lahan tersebut, si pemilik lahan memberikan lahannya kepada orang yang mau mengolah lahan tersebut yang masih bertempat tinggal di sekitar mereka tinggal atau bisa dibilang masih orang yang berada di daerah tersebut atau di sekitar lingkungan mereka tinggal yaitu daerah kelurahan Tanjung Sari. Jika lahan tersebut diolah seperti mengolah lahan pertanian yaitu mengolah lahan sawah yang disewakan pemilik lahan dan kemudian jika lahan pertanian tersebut diolah dan sekitar dalam setahun dua kali menghasilkan panen maka hasilnya tersebut akan dibagi dua hasilnya, pembagian hasil yang dibagi dua artinya sebagian untuk si pemilik lahan dan sebagian lagi untuk si pengolah lahan tersebut.

Serta ada juga lahan yang dimiliki oleh si pemilik lahan tersebut ada pembagiannya, seperti pembagian kepada keturunannya pembagian lahan yang dimaksud adalah seperti pembagian kepada anak-anak atau keturunan jika mempunyai keturunan dan hal ini memang wajib dilakukan apalagi mereka yang mempunyai lahan tersebutyang sudah berumur dan tidak bisa lagi untuk mengolah lahan tersebut atau sudah mulai tua, dan lahan tersebut akan dibagi-bagikan kepada keturunannya yaitu pembagian kepada anak.

Seperti penuturan salah satu informan:

“Lahan yang saya punya yang dulunya lahan pertanian saya

memberikannya atau membagikannya kepada anak-anak saya dan membagikannya kepada setiap anak baik itu yang sudah berumah tangga dan


(36)

lahan tersebut, terserah anak-anak sayan itu lahan mau diapain karena saya sudah tua dan hanya tinggal duduk dan tidak ada kegiatan lagi, saya tinggal tenang saja melihat anak-anak saya dalam mengolah lahan yang saya berikan kepada mereka, itu teserah kepada mereka, yang peneting mereka dapat bagian

dari lahan tersebut, lahan saya berikan ada yang mereka jadikan rumah untuk mereka tinggal atau dijual kepada orang lain, lahan yang saya berikan kepada anak-anak tersebut supaya mereka tetap menjaga warisan dan tetap menjaga lahan yang saya berikan, akan tetapi lahan yang saya berikan tersebut

mudah-mudahan bisa dijaga dengan baik”.

Seperti lahan yang dimiliki oleh satu keluarga yaitu keluarga ibu Sani yang berumur 64 tahun dengan suaminya yang bernama Jery yang berumur 66 tahun, keluarga ibu ini sudah lama tinggal di Medan ini dan terutama sudah lama tinggal di daerah Tanjung Sari ini, sudah dari kecil dan ibu ini memang lahirnya di daerah kelurahan Tanjung Sari ini, dan ibu ini bertemu dengan Jerry di daerah Tanjung Sari ini juga, begitu juga dengan bapak Jery yang kelahirannya juga di daerah kelurahan Tanjung Sari tersebut, mereka menikah dan mempunyai dua orang anak, kedua dari pasangan keluarga ini adalah perempuan, adapun nama-nama anak perempuan dari pasangan keluarga ini tersebut yaitu:

• Tia umur 40 tahun • Susi 35 tahun

Kedua anak dari ibu Sani ini sudah menikah dan ibu Sani memberikan pembagian lahan kepada kedua anaknya karena ibu Sani dan bapak Jery memang berjanji dari dulu akan memberikan pembagian lahan tersebut kepada kedua anak perempuannya, mengingat karena anaknya hanya dua itupun perempuan, adapun pembagian lahan yang diberikan kepada kedua anak perempuannya dengan pembagian lahan yang bisa dikatakan pembagian yang


(37)

tidak ada perbedaan walaupun itu anak yang paling besar atau anak yang paling kecil, seperti anak yang paling pertama yaitu yang bernama Tia, Tia adalah anak pertama dari pasangan keluarga tersebut dimana Tia yang mendapat pembagian lahan dari orang tuanya yaitu lahan sebanyak panjang 12 meter dan lebar 10 meter, lahan ini diberikan kepada ibu Sani kepada Tuti dalam keadaan atau kondisi lahan yang masih lahan pertanian dan mengingat bahwa Tuti sudah menikah dan akan pisah tempat tinggal dari orang tuanya dan akan mengikut suami serta akan satu rumah dengan suaminya karena sudah mempunyai keluarga yang baru dengan suaminya dan akan hidupa dengan keluarga kecilnya, maka keluarga yang memulai hidup baru itu akan membutuhkan yang namanya lahan yataaupun tempat tinggal, jadi dengan pemberian lahan yang diberikan oleh orang tuanya kepada Tuti inilah yang dijadikan mereka sebagai tempat tinggal mereka, keluarga Tuti membangun dan mendirikan sebuah rumah tersebut untuk mereka tempati dengan keluarga barunya, dan kebetulan lahan yang diberikan ibu Sani ini kepada Tuti kebetulan berada di belakang orang tuanya yaitu ibu Sani dan jarak rumah mereka tidak jauh dan lahan tersebut sudah menjadi sah milik dari keluarga ibu Tuti dan keluarga barunya.

Begitu juga dengan anaknya yang kedua yaitu dengan Susi, Susi adalah anak kedua dari pasangan ibu Sani dan bapak Jery, dimana Susi yang mendapat bagian lahan dari orang tuanya sebelum dia menikah yaitu sebanyak panjang 10 meter dan lebarnya 8 meter, lahan pemberian ibunya tersebut masih dalam kondisi lahan pertanian sama seperti kondisi lahan yang diberikan orang tuanya kepada kakaknya tadi, dan lahan pertanian tersebut diubah menjadi suatu bangunan atau dibangunnya sebuah rumah untuk ditempati dan juga sebuah


(38)

bangunan warung yang sederhana, dimana disini Susi yang sudah berumah tanggga dan suaminya bernama Rudi yang berumur 37 tahun, suaminya tersebut bekerja sebagai tukang becak, mereka sudah mempunyai satu orang anak yang bernama Tasya, dimana anaknya ini masih berumur 5 tahun. Setiap harinya Susi ini berjualan di depan rumahnya yaitu warung tersebut dimana di warung ini Susi setiap harinya berjualan gorengan di warung ini, Susi melakukan hal yang demikian yaitu untuk membantu kebutuhan keluarganya, mengingat suaminya hanya bekerja sebagai tukang becak yang pendapatannnya masih kurang untuk membutuhi kebutuhan mereka sehari-hari, dna kebetulan rumahnya Susi juga saling berdekatan dengan kakaknya yaitu Tuti karena lahan yang diberikan orang tua mereka itu adalah memang tidak jauh dari tempat tinggal orang tuanaya, dimana tempat tinggal mereka saling berdekatan juga dengan tempat tinggal orang tuanya sampai sekarang juga, dan mereka memang sering melihat keadaan orang tua mereka setiap harinya karena kedua oranng tuanya tersebut memang sudah tua dan perlu perhatian dari orang lain dan dengan berdekatannya tempat tinggal orang tuanya ke tempat tinggal mereka, kedua anaknya inilah yang sering memberikan perhatian kepada orang tuanya tersebut, karena setelah pembagian lahan kepada kedua anaknya orang tuanya yang menyarankan kepada kedua anaknya untuk mendirikan atau membangun rumahnya di lahan yang diberikan kepada kedua anknya dan kedua anknya tersebut memang menuruti perintah kedua orang tuanya. Kedua anaknya tersebut walaupun sudah mempunyai keluarga baru dengan suami dan juga dengan anak mereka, mereka tidak pernah lupa dengan orang tuanya dan mereka tetap memberikan kasih


(39)

sayang kepada kedua orang tua mereka tersebut dan mereka memang sangat senang dengan dekatnya tempat tinggal mereka dengan kedua orang tuanya.

Pemberian pembagian lahan yang diberikan oleh ibu Sani kepada kedua anaknya yaitu Tuti dan Susi karena ibu Sani memang berharap kedua anaknya mendapatkan pembagian supaya adil berhubung karena mereka juga sudah berumah tangga. Pemberian lahan kepada kedua anaknya tersebut sudah sah sebagai milik mereka dan suratnya juga ada, jadi hak kepemilikan atas lahan yang diberikan tadi itu sah menjadi milik mereka, pembagian lahan yang dilakukan oleh keluarga ini adalah pemberiah hak waris akan lahan yang dimiliki oleh keluarga tersebut. Jadi pemberian lahan tersebut menjadi hal yang biasa nanti dilakukan kepada keturunan mereka, jadi lahan tersebut masih terus diolah oleh keturunan keluarga, akan tetapi beda halnya dengan lahan yang dijual kepada orang lain, jika lahan tersebut dijual kepada orang lain maka beda halnya, lahan tersebut akan menjadi hak milik orang lain dan lahan tersebut akan ganti nama atas nama hak milik orang yang membeli lahan tersebut.

Lahan yang dimiliki oleh setiap orang yang lahannya lumayan luas yang ditanami padi lahan tersebut dijual kepada orang pendatang yang mau membeli lahan yang ingin membangun rumah di lahan tersebut, si pembeli yang datang ke daerah tersebut membeli lahan untuk membangun rumah, ataupun bangunan yang lainnnya, seperti yang ada di daerah tersebut banyak bangunan didirikan terutama dalam hal membuka usaha seperti membangun ruko-ruko yang ada di daerah Ring Road, mereka membangun ruko-ruko juga membangun rumah tersebut untuk mereka jadikan sebagai tempat tinggal dan ada juga pembeli lahan tersebut yang


(40)

membeli lahan dan membuat beberapa bangunan, dan bangunan tersebut ada yang disewakan kepada orang lain.

Jika pemilik lahan yang pada awalnya menjual lahan yang mereka punya kepada pembeli lahan seperti pendatang dengan mengurus surat tentang lahan yang diperjual belikan, akan tetapi ada juga masyarakat yang menjual lahan ayang mereka punya kepada orang lain dari tangan ke tangan. Lahan yang telah mereka perjual belikan baik yang sudah mengurus surat-surat tentang lahan maupun penjualan lahan dari tangan ketangan itu sudah menjadi hal yang sudah biasa, akan tetapi lahan yang sudah ada di tangan si pembeli itu sudah menjadi hak, tidak ada lagi orang yang bisa mengganggu gugat tentang lahan yang sudah dibeli dari si pemilik lahan yang awalnya menjual lahan tersebut kepada si pembeli.

Setiap lahan yang sudah dijual kepada orang lain dengan adanya surat-surat serta persetujuan dari kedua belah pihak, itu sudah sah menjadi hak milik oleh si pembeli dan lahan yang telah dibeli tersebut dari si pemilik lahan pada awalnya sudah menjadi hak mereka, jadi tidak ada lagi yang bisa mengganggu gugat atas lahan yang sudah dibeli tersebut, begitu juga dengan lahan yang diberikan atau yang dibagikan kepada anaknya itu sudah menjadi hak milik anak, karena memang sah diberikan orang tuanya, dan surat akan lahan itu sudah ada diberikan oleh orang tuanya, jadi terserah sianak lahan pertanian yang diberikan orang tuanya kepada mereka tersebut mau diapain, baik itu dijual kepada orang lain, dibuat menjadi suatu bangunan dan dijadikan sebagai tempat tinggal maupun tempat untuk berbisnis, atau bisa juga masih tetap dipertahankan menjadi lahan yang semula yaitu lahan pertanian dan masih tetap diolah oleh si anak, itu sudah menjadi hak masing-masing sianak.


(41)

2.1.1 Lahan Pertanian

Lahan pertanian biasanya banyak ditanami tanaman yang bermacam-macam seperti tanaman padi yang ada di kelurahan Tanjung Sari, lahan pertanian adalah segala perbuatan ataupun tindakan yang diberikan kepada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktifitas lahan tersebut dengan mempertimbangkan kelestariannya. Tingkat produktifitas lahan sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembagaan, sistem pengolahan lahan serta pemilihan landcover(Djaenudin,2006). Pengelolaan lahan sebagai suatau komponen pengelolaan tekhnologi pertanian diperlukan dalam sistem pertanian berkelanjutan karena sistem pertanaman intensif bisa mengarah kepada trade-off antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan lingkungan seperti degragasi kesuburan tanah dalam jangka panjang.

Adapun tujuan pengelolahan lahan yaitu:

• Mengatur pemanfaatan sumber daya lahan pertanian secara optimal • Mendapatkan hasil yang optimal

• Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan.

Lahan pertanian adalah lahan yang cocok untuk dijadikan untuk bercocok tanam seperti padi, lahan yang digunakan dan yang cocok untuk pertanian adalah lahan yang subur yang artinya bisa mendapatkan hasil panen yang lebih baik dan hasil yang memuaskan bagi mereka yang mengolah lahan pertanian yang ada. Lahan yang digunakan tersebut bisa dilakukan dalam berbagai macam tanaman yang penting pertanian. Seperti yang ada di wilayah Tanjung Sari lahan kebanyakan lahan pertanian, dan lahan yang ada di wilayah ini memang sangat cocok untuk dijadikan lahan pertanian untuk kebutuhan dan sumber pangan yang


(42)

memadai bagi masyarakat luas terutama bagi masyarakat setempat,karena kebanyakan mendapatkan hasil panen dari pengelolaan lahan pertanian yang mereka miliki. Seiring dengan berjalannya waktu semakin berubah pula peran lahan yang sudah ada dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.

Penuturan salah satu informan Tanjung Sari:

“Lahan pertanian yang kami tanami seperti sayur, padi dan yang lain-lainnya, akan tetapi biasanya yang kami tanami itu adalah padi, itusudah dari dulu, dan

banyak juga kawan-kawan atau tetangga yang lainnya menanam padi di lahan yang kami punnya.

Lahan pertanian yang kami olah selama bertahun-tahun memang hasilnya lumayan memuaskan lah setiap kali mengambil hasil panennnya dan bisa membutuhi kebutuhan kami sehari-hari, dengan keadaan terpaksa lama-lama

lahan yang kami tanami dulu padi sudah mulai punah karena banyaknya penawaran dari pihak orang lain untuk membeli lahan pertanian kami, yang dijadikan mereka untuk kegiatan lain juga ada lahan yang kami punya tersebut menjadi bangunan seperti rumah dan rumah tersebut kami sewakan kepada orang

lain, sebenarnya lahan pertanian yang kami olah selama ini memang menghasilkan yaang sangat memuaskan, akan tetapi dengan banyaknya permintaan akan lahan yang ditawar oleh bergai pihak dari luar dan lahan

pertanian yang kami punya kami jual, secara perlahan-lahan.

Ada lahan pertanian yang kami miliki tersebut yang kami jual dan kami membeli lahan pertnian lagi di luar daeranh ini, karena di daerah ini kalau masih tetap

saja diteruskan mengolah lahan pertanian yang ada hanya membuat rugi”.

Banyaknya perumahan-perumahan atau bangunan-bangunan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut yang mengelilingi beberapa lahan pertanian yang masih tersisa dan yang ada di sekitar kelurahan Tanjung Sari yang di sekitarnya masih ada lahan pertanian yang ditanami oleh padi akan tetapi lahan pertanian yang ada hanya beberapa saja, karena lahan pertania yang sekarang ini di wilayah ini sudah mulai jarang untuk dijumpai atau hanya tinggal sedikit yang diolah oleh sebagian kecil masyarakat tersebut.

Pada lingkungan daerah perumahan-perumahan yang ada di lingkungan tersebut terutama rumah yang paling pinggir- pinggir yang berada di wilayah ini masih ada lahan seperti lahan kosong yang belum ditanami apa-apa dalam arti


(43)

lahan tersebut masih pasif yang artinya tidak diolah siapa- siapa, lahan tersebut dibiarkan begitu saja, lahan itu hanya di dapat di daerah yang paling pinggir sekali tempat warga tinggal atau di sekitar rumah warga yang paling ujung seperti daerah pasar VI yang berada di belakang Ring road.

3.5. Lahan Non-Pertanian

Lahan pertanian dan lahan non-pertanian itu berbeda, perbedaannya yaitu dimana lahan pertanian untuk mendapatkan hasil tani dari pertanian atau hasil pengelolaan lahan pertanian tersebut. Lain halnya dengan lahan non-pertanian itu dimana lahan tersebut dipakai untuk berbagai macam kegiatan manusia atau aktivitas-aktivitas manusia itu sendiri diluar aktivitas yang lahannya lahan pertanian, seperti dibangunnya rumah untuk tempat tinggal, dibangunnya ruko-ruko untuk berbisnisatau bangunan lainnnya yang dibuat menjadi tempat kerja, hal ini dilakukan oleh banyak masyarakat yaitu untuk kebutuhan yang terutama untuk membutuhi kehidupan masyarakat yang semakin bertumbuh semakin pesat terutama di wilayah perkotaan dan pada khususnya yang di wilayah kelurahan Tanjung Sari yang sekarang lahan tersebut kebanyakan dijumpai lahan non-pertanian dan lahan non-pertanian dijumpai hanya beberapa saja atau tinggal sedikit, itupun dijumpai hanya di tempat tertentu saja yang ada di kelurahan Tanjung Sari tersebut.

Pertumbuhan penduduk dan banyaknya penduduk yang ada di kota khususnya yang ada di wilaayah kelurahan Tanjung Sari membuat lahan pertanian tersebut dijadikan multifungsi atau banyak fungsi, makanya terajadilah lahan


(44)

non-pertanian, ketika manusia semakin banyak terutama di perkotaan semakin banyak permintaan akan lahan dan dunia nyatanya semakin banyak lahan yang dijadikan untuk lahan non-pertanian yaitu bangunan rumah untuk bertempat tinggal, adanya bangunan-bangunan lain seperti bangunan ruko, yaitu yang dijadikan masyarakat untuk berbisnis atau bangunan-bangunan lainnnya yang dijadikan untuk tempat kerja.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan:

Lahan yang saya miliki yang sekarang ini beberapa tahun belakang ini, saya membelinya dalam kondisi lahan pertanian dan lahan pertanian tersebut saya buat menjadi rumah dan kost-kostan dan bangunan tersebut saya sewakan kepada

orang yang ingin menyewa.

Banyak pendatang yang datang ke wilayah ini lah, dan mereka itu tentunya banyak tuch yang menyewa rumah saya, dan ada juga masyarakat yang langsung

membeli rumah untuk mereka yang berkeluarga dan orang yang hanya mengontrak atau menewa kebanyakan anak-anak kuliah atau orang yang bekerja


(45)

2.2. Faktor Ekonomi

Pada faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang biasaanya yang selalu dicapai dan dipenuhi oleh banyak masyarakat, terutama dan pilihan yang paling utama adalah melakukan penjualan lahan dan mengalih fungsi lahan, seperti lahan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di kelurahan Tanjung Sari, dan lahan tersebut itu banyak untuk dijadikan sebagai salah satu yang bisa diandalkan atau yang bisa diharapkan setiap orang untuk mendapatkan uang, itu bagi mereka yang mempunyai lahan pertanian yang lumayan luas , akan tetapi ada juga masyarakat yang memutuskan untuk menjual lahnnya tersebut walaupun tidak begitu banyak atau tidak begitu banyak untuk mendapatkan uang, karena memang uang itu sangat dibutuhkan terutama dalam faktor ekonomi baik itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam faktor ini banyak masyarakat yang melakukan proses jual lahan kepada orang lain, karena adanya permintaan yang tinggi dari ssektor non-pertanian dibandingkan oleh sektor pertanian, atau masyarakat yang mempunyai kegiatan-kegiatan di kota tersebut, dan hasil dari pertanian juga relatif rendah. Ada masyarakat yang berasal dari kalangan ekonomi yang rendah, dengan adanya tawaran dari pihak luar atau orang lain untuk membeli lahan pertanian yang mereka miliki tentunya akan tergoda untuk menjual lahan tersebut dengan tawaran yang menjanjikan untuk mendapatkan uang dari si pembeli lahan tersebut, secara bersamaan dan juga sejalan dengan desakan ekonomi untuk kebutuhan keluarga, baik itu untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kebutuhan yang lainnya. Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yang ada di lingkungan XII Tanjung Sari:

“Molo soadongbe hepeng tumagon nama jualon tano nami i tu halak na


(46)

on, apalagi kebutuhan sonarion asa boi mangan, apalagi adong muse tawaran sian halak, piccan arga tano kan lumayan”.

“Kalau tidak ada lagi uang lebih baik menjual tanah kepada orang lain

yang mau membeli untuk keperluan rumah yang mendesak terutama untuk kebutuhan makan,apalagi ada pula orang yang mau membeli lahan yang

harganya lumayan tinggi harganya kan lumayan”.

Salah satunya yaitu ada keluarga ibu Roida, ibu ini sudah berumur 60 tahun dan ibu ini berprofesi sebagai petani, dimana keluarga ini adalah salah satu keluarga yang berada di kelurahan Tanjung Sari, tepatnya yang di jalan Ring Road, keluarga ibu ini adalah termasuk keluarga yang sederhana suami dari ibu ini berma Rahman Silalahi akan tetapi suami dari ibu ini sudah tiada lagi empat tahun yang lalu, ibu ini hidup bersama keempat anaknya dan anaknya tersebut sudah tiga tamat SMA, ibu ini dan keempat anaknya tinggal bersama dan rumah yang mereka tempati tersebut adalah rumah mereka sendiri, itu adalah rumah sepeninggalan suami ibu ini, rumah yang mereka tempati tersebut memang sangat sederhana, akan tetapi mereka betah dan senang menempati rumah tersebut karena rumah itu memang sangat berharga bagi ibi ini dan keempat anaknya. Adapun nama anak-anak dari ibu Roida ini adalah:

• Rio 27 tahun • Sandy 25 tahun • Tirta 23 Tahun • Sihar 17 Tahun

Keempat dari anak-anak ibu ini tetap tinggal bersamanya walaupun tidak ada lagi suami ibu iniatau bapak dari keempat anaknya tersebut, akan tetapi keempat dari anak-anak ibu ini masih tetap semangat untuk membantu ibunya yaitu dengan bekerja di tempat lain untuk membantu membutuhi kebutuhan rumah mereka. Keempat dari anak-anak ibu ini sudah tiga orang yang bekerja dengan modal


(47)

hanya tamatan SMA dan satu orang lagi masih bersekolah, ibu ini mempunyai lahan pertanian sampai sekarang ini dan lahan tersebut masih diolah oleh ibu ini sendiri, keempat anaknya memang jarang membantu ibu ini mengolah lahan pertanian tersebut, ibu ini hanya mengolah sendiri, inilah kegiatan sehari-hari ibu Roida tersebut, selain mengerjakan pekerjaan rumah dan kegiatan-kegiatan lainnya yang diikuti oleh ibu ini, baik itu ke pesta maupun kegiatan yang lainnya, lahan yang dimiliki oleh ibu initidak terlalu luas hanya saja lahan tersebut sebanyak 35 meter dan lebarnya 20 , seperti yang ditunjukan oleh ibu ini lahan pertanian tersebut kebetulan tidak jauh dari tempat mereka tinggal, atau berada di belakang rumah mereka.

Lahan yang dimiliki oleh ibu ini sebagian sudah ada yang dijual kepada orang lain, lahan yang dijual kepada orang lain itu masih kondisi lahan pertanian,alasan ibu ini menjual lahan pertanian tersebut kepada orang lain karena adanya desakan untuk memenuhi kebutuhan pada keluarga pada masa-masa yang saat sulit dulu dimana uang pada saat itu memang sangat dibutuhkan, oleh karena itu tidak ada pilihan lain selain menjual lahan tersebut kepada orang lain dan uang tersebut bisa digunakan keberbagai keperluan seperti kebutuhan untuk anak-anak ketika masih bersekolah baik itu kebutuhan untuk pendidikan yang semakin lama semakin mahal, kebutuhan akan keluarga yang pada saat itu sulit untuk mendapatkan uang. Selain itu juga ada faktor yang bisa membuat ibu ini menjual lahan mereka kepada orang lain dengan alasan untuk pendidikan anak dimana pada tiga tahun yang lalu ketika anak-anaknya serentak masih sekolah semuanya banyak membutuhkan biaya terutama untuk biaya sekolah, mengingat pekerjaan ibu ini


(48)

hanya sebagai petani saja dan kurang untuk membuthi kebutuhan terutama kebutuhan akan keperluan anak-anaknya.

Sampai sekarang juga masih ada salah satu anak ibu ini yang masih menuntut ilmu yaitu anak keempatnya yang masih duduk di bangku SMA, dan tentunya akan membutuhkan biaya yang cukup banyak, berhubung juga karena anaknya yang paling bungsu atau anaknya yang paling kecil itu sekolah di slah satu sekolah yang lumayan mahal biaya uang sekolah, ataupun biaya-biaya yang ada sangkut pautnya dengan sekolah anak yang masih sekolah terutama karena mereka ini adalah keluarga yang sederhana dan untuk mendapatkan uang setiap harinya juga susah, ibu ini hanya mengolah lahan pertanian lah lahan dari pembagian dari orang tua suami ibu ini, ibu ini mendapatkan hasil pertaniannya hanya dua kali dalam satu tahun. Jadi ibu ini menjual lahannya sebagian dua tahun yang lalu seluas 35 meter dan lebarnya 20 meter, lahan tersebut dijual kepada orang pendatang, hal ini dilakukan oleh ibu ini karena memang keadaan terpaksa mengingat kondisi keluarga pada saat itu memang sangat membutuhkan uang, lahan tersebut dijual kepada orang ketika suaminya masih hidup dan laahn tersebut dijual dengan persetujuan dari suami ibu ini.

Bagi mereka yang mempunyai anak yang masih dalam sekolah terutama bagi mereka yang mempunyai beberapa anak terutama anaknya yang sudah dalam belajar, sebagai mahasiswa terutama yang kuliah di swasta, biaya untuk modal dalam pengembangan pekerjaan seperti membuat suatu tempat berdagang, dan kebutuhan keluarga yang sangat mendesak, juga karena keadaan yang seperti sekarang ini, dimana masyarakat yang lainnnya menggunakan lahan tersebut menjadi lahan non-pertanian, dengan keadaan yang seperti sekarang ini tentu


(49)

masyarakat yang mempunyai lahan pertanian menjual lahan mereka dengan keadaan terpaksa, mengingat dengan desakan dari tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi.

Seperti penuturan oleh ibu Roida:

“Tumagonma hugadis tanoi asalma marsikkola akka gelenghi

Asalma saut akka napinarsitta ni akka anakkoki, ai holan inama arta na boi gadison asa boi mambiayai sikkola ni akka gelleng niba i, nijualanpe akka

arta i dang gabe masalah, boi do i muse paulakon ni akka gelleng nibai molo dung gabe jolma haduan dah inanggg....“.

“lebih baik tanah itu dijual untuk menyekolahkan anak-anak kami Asalkan kesampaian cita-cita dari anak-anak kami itu, karena hanya tanah yang kami punya itu satu-satunya yang bisa dijual untuk membiayai sekolah anak-anak kami, dijualpun tidak jadi maslah buat kami orang tua ini, bisanya itu nanti dibalikan oleh anak-anak kasmi itu kalau sudah sukses nantinya

”.

Penjualan lahan yang dimiliki oleh ibu ini juga karena adanya permintaan dari masyarakat luar yang datang membeli lahan tersebut untuk diolah yang artinya diolah ke dalam berbagai macam kegiatan untuk dijadikan menjadi lahan non-pertanian pastinya. Pemilik lahan tersebut menjual lahannya dengan harga yang mahal kepada orang yang membeli lahan tersebut, harga lahan dijual kepada orang dengan harga yang berbeda-beda, pemilik lahan menjualnya melihat orangnya juga, kalau masyarakat luar yang datang dan ingin membeli lahan tersebut, mereka melakukan transaksi jual beli lahan dan si pemilik lahan berkesempatan membuat harga lahan tersebut agak mahal. Lahan yang dijual tersebut dijual masih lahan pertanian beberapa tahun yang lalu dan lahan tersebut diolah dan ditimbun, serta dijadikan sebagai suatu bangunan baik itu rumah untuk dijadikan tempat tinggal atau bangunan-bangunan yang lainnya. Seperti rumah dan rumah yang dibangun itu hasilnya dibagi, atau “Bangun Bagi” dalam arti misalnya lahan yang diolah yang dijadikan bangunan tadi dijadikan menjadi


(50)

banguna rumah yang terdiri dari enam rumah jadi sewa rumah tersebut dibagi kepada sipemilik lahan mendapatkan hasil sewa rumah dengan harga tiga sewa rumah dan kepada si pembeli lahan tersebut mendapat hasil sewa dari sewa tiga rumah.

Pemilik lahan yang menjual lahannya kepada orang lain karena mereka sudah tidak ada waktu lagi untuk mengelolah lahan pertanian mereka tersebut, karena ada kegiatan lain, juga kerena semakin banyaknya permintaan lahan untuk dijadikan rumah, dan untuk bisnis jadi mereka menjualnya dengan harga sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan orang yang ingin membeli lahan mereka tersebut, ada orang yang ingin membeli lahan mereka karena memang butuh sekali untuk dijadikan sebagi tempat tinggal.

Masyarakat menjual lahan pertanian yang mereka miliki dengan alasan yang kuat dan mereka berfikir jika lahan pertanian yang mereka miliki masih terus dipertahankan untuk bertahan hidup sudah tidak mungkin lagi. Mereka merasa bahwa menjual lahan yang mereka miliki akan mendapatkan hasil yang lebih menguntungkan baik itu secara cepat maupun secara lambat, mereka menjual lahannya atau menyewakan lahan yang mereka punya membuat cara mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari lebih gampang dibandingkan dengan mengolah lahan pertanian yang banyak proses untuk menunggu hasil dengan menjual atau menyewakan lahan tidak terlalu ribet untuk mendapatkan hasil hanya saja menunggu beberapa waktu, misalnya mendapatkan sewa dari lahan yang mereka sewakan sekalian dalam satu bulan seperti dibangunnya satu bangunan seperti bangunan rumah akan tetapi rumah itu dihuni oleh anak kost-kostan dan juga dibangunnya beberapa ruko-ruko yang ada di daerah pinggiran


(51)

jalan dan mereka sewakan kepada orang lain atau mereka yang melakukan bisnis di tempat tersebut, dan setiap bulannya si pemilik bangunan tersebut akan mendapatkan hasil sewa dari bangunan yang disewakannya kepada orang lain atau ada juga yang mendapatkan hasil sewa hanya sekali dalam setahun dari orang yang menyewa lahan yang mereka sewakan seperti danya orang yang menyewa rumah dan akan memberikan sewa rumah tersebut hanya dalam sekali setahun.

Hasil penjualan lahan yang mereka jual kepada orang lain itu juga digunakan untuk membangun atau memperbaiki rumah untuk disewakan atau dikontrakan kepada orang lain, dimana kalau rumah yag ingin dikontrakan kepada orang lain itu tidak dalam keadaan yang baik tentunya orang yang ingin mengontrak rumah tersebut tidak terlalu suka dan otomatis pelanggan kontrakan akan berali kepada orang lain, untuk mengatasi hal ini tentu lahan yang dijual tadi kepada orang lain akan dibuat untuk memperbaiki rumah yang ingin dikontrakan kepada orang lain supaya mendapatkan hasil yang maksimal untuk kebutuhan ekonomi keluarga.

2.2 Faktor Kependudukan

Berdasarkan data penduduk dari kantor keluraha Tanjung Sari Medan diketahui bahwa penduduk di kelurahan ini berjumlah 37.431 jiwa,dengan perincian laki-laki 19021+3 jiwa dan perempuan 1839+8 jiwa, ini berarti bahwa semakin lama semakin bertambah penduduk di daerah ini, oleh karena semakin banyaknya penduduk atau semakin bertambahnya penduduk di wilayah ini, semakin banyak pula kebutuhan akan lahan yang dibutuhkan oleh penduduk tersebut terutama lahan yang dijadikan untuk tempat tinggal dan semakin banyak


(52)

pula lahan pertanian yang terpakai untuk dijadikan ke lahan non-pertanian mengingat di daerah ini banyak lahan pertanian.

Menurut masyarakat, lahan yang ada di Tanjung Sari itu dulunya adalah kebanyakan lahan pertanian yang ditanami banyak padi dan diolah oleh masyarakat yang ada di sekitar atau masyarakat lokal, akan tetapi dengan berkembangnya populasi peradaban manusia penguasaan dan penggunaan lahan mulai terusik yang artinya semakin berkembangnya manusia-manusia yang membutuhkan banyak kebutuhan terutama kebutuhan akan lahan.

Lahan yang dulunya digunakan untuk bercocok tanam (lahan pertanian) kini berangsur-angsur menjadi lahan yang multifungsi pemanfaatan yang artinya lahan tersebut banyak fungsi atau banyak manfaat. Perubahan spesifik lahan pertaniaan ke lahan non-pertanian dan kini dikenal dengan konversi lahan, semakin lama semakin meningkat.

Seiring dengan berjalannya waktu semakin bertambahnya jumlah penduduk yang sangat pesat di kota Medan maka semakin bertambah pula permintaan terhadap lahan untuk digunakan masyarakat dalam berbagai kegiatan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pemanfaatan lahan tersebut yaitu meningkatanya permintaan lahan dalam membangun perumahan, jasa, industri dan penggunaan yang lainnnya.

Seperti penuturan salah satu informan di Kelurahan Tanjung Sari:

“Semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan ke daerah ini,

entah dari mana-mana sajamereka berdatangan dan wilayah ini juga semakin sempit karena banyaknya penduduk yang membangun bangunan untuk dijadikan

tempat tinggal di daerah ini, lihat saja seperti yang sekarang ini banyak bangunan- bangunan yang berderet atau berbaris, lihat tuch apalagi di daerah

sana yang banyak dibangun bangunan entah apa-apa saja, banyak bangunan yang ada dan banyak orang yang melakukan hal itu, antara yang satu dengan


(53)

yang lainnya dan banyak yang membangun rumah-rumah baru atau

bangunan-banguan yang lainnnya”.

Selain itu juga pemanfaatan lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian dalam hal untuk kawasan perdagangan, kawasan industri dan kawasan yang lainnnya, peralihan fungsi lahan yang dilakukan masyarakat tersebut lebih identik dengan dari lahan pertanian sawah. Hal ini dapat dipahami karena pemilihan lahan tersebut karena dekat dengan penggunaan jasa yang dekat di perkotaan. Lokasi yang dulunya didominasi atau digunakan akan mati karena untuk sekarang ini lahan yang digunakan lebih banyak dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dalam aktivitas-aktivitas mereka. Mendapatkan lahan tersebut akan lebih mudah karena lahan tersebut memang berada di perkotaan, dan proses kegiatan masyarakat juga akan lebih mudah, karena sudah ada jalan, telepon dan yang lain-lainnnya.

Seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak pula peralihan lahan untuk kegiatan manusia atau kegiatan masyarakat dengan brbagai aktivitas-aktivitas, oleh karena itu tentu lahan pertanian atau lahan sawah semakin lama semakin sedikit, jadi lahan sawah semakin dijepit oleh banyak bangunan-bangunan, seperti bangunan rumah, ruko dan bangunan yang lainnya. Semakin banyaknya alih fungsi lahan tersebut semakin terapit pula lahan sawah yang tinggal sedikit dan akan mengakibatkan sawah tersebut akan sulit untuk mendapatkan air, tenaga kerja dan bahan produksi untuk sawah mereka tersebut.

Seperti penuturan salah satu informan:

“Seperti yang sekarang inilah semakin banyak penduduk seperti sekarang dan banyak yang melakukan alih fungsi lahan, yah...tentunya saya juga ikut karena kasihan lahan pertanian saya yang banyak diapit banyak rumah dan susah untuk

berkembang dan hasilnya juga tidak seperti hasil yang dulu atau tidak memungkinkan lagi bisa diharapkan dibandingkan yang hasil pertanian dulu


(54)

Petani yang memiliki lahan sawah tersebut, yang sawah mereka telah diapit oleh rumah-rumah atau bangunan-bangunan lainnya, dengan adanya kesulitan yang mereka alami dalam mengolah lahan sawah mereka dengan keadaan dimana banyak bangunan-bangunan yang berada di sekeliling sawah yang mereka miliki, mereka dengan terpaksa menjual lahan sawah tersebut kepada orang lain baik itu masyarakat lokal ataupun masyarakat pendatang.

Semakin banyaknya pendatang ke kota Medan dan banyaknya kebutuhan yang diperlukan dalam hidup atau beraktvitas, banyak lahan yang diperlukan dalam arti permintaan akan lahan akan semakin banyak, baik itu dalam membangun tempat tinggal, tempat untuk berbisnis dan yang lainnya.

Semakin pesatnya pendatang ke dalam kota, seperti daerah yang dipenuhi penduduk yang ada di pinggiran kota seperti Tanjung Sari, pendatang banyak yang memilih untuk tinggal di daerah pinggiran kota tersebut dengan banyak alasan-alasan. Pendatang yang memenuhi tempat tersebut datang dari banyak kalangan atau dari berbagai daerah dan ada juga yang pindah dari sekitar kota Medan itu juga, mereka pindah ke tempat tersebut untuk memulai rumah tangga baru, mereka memilih tinggal ditempat tersebut seperti pilihan karena pindah untuk mencari kerja, pindah untuk menuntut ilmu dan yang lain-lainnya,sehingga wilayah tersebut semakin lama semakin padat, sehingga membuat lahan-lahan banyak yang dialih fungsikan dengan adanya kebutuhan dan permintaan manusia tersebut.

Hampir di berbagi daerah yang ada di seluruh kota Medan pada saat sekarang ini semakin lama semakin banyak penduduknya, baik itu penduduk yang ada gdatang dari luar kota maupun pindah dari dalam kota Medan itu sendiri.


(1)

maka tidak akan bisa melakukan pembangunan,akan tetapi ada saja masyarakat yang membangun rumah atau bangunan lainnya dengan kemauan sendiri, selain itu juga akan ada dampak negatif yang lainnya yang bisa mengancam banyak kalangan terutama masyarakat itu sendiri seperti adanya bangunan-bangunan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang hendak dicapai sebuah kota terutama kota Medan seperti bangunan yang permanen dimana bangunan-bangunan tersebut akan mengakibatkan banjir karena daya serap air kurang seperti keseringan terjadi banjir di berbagai tempat yang ada di Kota Medan karena masyarakat banyak yang mendirikan bangunan-bangunan yang semestinya dibuat menjadi Ruang Hijau Terbuka (RHT).

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dapat dipahami bahwa penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian yang semakin marak itu bisa dikatakan multidimensi. Lahan itu sendiri sudah menjadi multifungsi, dan adapun pihak-pihak yang mengendalikan alih fungsi lahan yang terjadi di dalam perkotaan terutama yang ada di Kelurahan Tanjung Sari, tidak mungkin hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Melihat aspek-aspek yang terjadi dan aspek-aspek yang ada pada fungsi dari lahan tersebut, alih fungsi lahan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap turunnya produksi pertanian serta akan berdampak pada dimensi yang dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial budaya , politik serta lingkungan hidup.


(2)

Jika alih fungsi lahan diperkotaan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang kota setempat,perlu adanya pengendalian dengan pandangan dari beberapa segi, mengingat fungsi lahan itu sudah banyak sesuai dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas terutama kebutuhan dan keinginan manusia itu sendiri terhadap pemakaian lahan yang sudah ada banyak kebijakan yang dibuat untuk mengendalikan alih fungsi lahan yang terjadi di masyarakat terutama di kota, akan tetapi sistem kinerja dan pembuktian untuk pengendalian hal tersebut belum tercapai hingga saat ini, belum ada pembuktian kinerja yang efektif untuk alih fungsi lahan tersebut.

Pengendalian alih fungsi lahan yang sudah terjadi tidak akan tercapai jika tidak ada partisipasi atau kepedulian masyarakat itu tanpa adanya sosialisasi dan advokasi. Karena dilihat dari semua pandangan,sifat dan tingkah laku setiap orang itu berbeda-beda, walaupun kebijakan dan peraturan pemerintah setempat membuat segala sesuatu peraturan yang akan membuat masyarakat itu akan menghentikan alih fungsi lahan, tentu tidak sendirinya berjalan dengan baik tanpa adanya bujukan yang mengenali setiap manusia dan memberikan hal-hal yang bisa membuat masyarakat itu bisa ikut berpartisipasi, tentunya harus membuat suatu modal dengan mengenali masyarakat dari segi pemahaman terhadap kearifan lokal.

Pada penataan ruang memang tidak hanya seputar peraturan tata guna lahan dan jaringan transportasi serta infrastruktur saja akan tetapi meliputi juga inovasi kebijakan, peredaman konflik, komunikasi, informasi dan terangkum menjadi satu keseluruhan ruang yang luas dan sejalan serta besar kontribusinya


(3)

terhadap pencegahan dan penangkalan timbulnya kelambanan budaya penataan ruang.

5.2. Saran

Alih fungsi lahan yang terjadi di perkotaan terutama pada alih fungsi lahan pertanian yang dijadikan menjadi bangunan-bangunan supaya lebih diperhatikan oleh pejabat daerah setempat dan lebih menegaskan kembali perturan-pertauran yang sudah ada dan tentunya dalam pengendalian alih fungsi lahan pada perkotaan juga jika itu tidak cocok untuk dijadikan bangunan-bangunan harus ada partisipasi dari masyarakat itu juga bukan hanya peraturan saja yang diberlakukan, Karena partisipasi masyarakat itu sangat penting kalau hanya peraturan yang dibuat tentang masalah alih fungsi lahan yang telah terjadi di berbagai tempat itu tidak akan bisa terpebihu,hanya saja masyarakat itu sendiri yang berperan aktif dalam rangka masalah yang terjadi terutama masalah alih fungsi lahan yang terjadi di lingkungan dimana mereka berada.

Selain adanya partisipasi dari masyarakat yang ada di daerah yang terjadi di daerah tersebut harus ada penanganan yang serius, jika tidak ada penanganan yang serius untuk menanggulangi hal tersebut semakin lama peralihan fungsi lahanke non-pertanian akan semakin banyak. Karena dengan penanganan yang dibuat oleh pemerintahan setempat akan membuat masyarakat luas untuk mematuhi peraturan tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan pangan salah satunya karena lahan yang dialih fungsikan tersebut adalah lahan pertanian dimana lahan pertanian banyak menghasilkan pangan, oleh karena itu supaya hal


(4)

peraturan yang ketat akan tetapi harus semua berpartisipasi dalam menwujudkan hal tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1985.Metode-metode Penelitian Masyarakat.Jakarta Gramedia

Adisasmita Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan Dan Perkotaan.Yogyakarta: Graha Ilmu

D.Dwidjoseput. 1991. Ekologi Manusia Dan Lingkungannya, Jakarta: Penerbit Erlangga

Fuad Amsyari. 1992. Dasar-Dasar Dan Metode Perencanaan Lingkungan Dalam Pembangunan Nasional,Jakarta: Widya Medika

S.Menno Mustamin Alwi. 1994 . Antropologi Perkotaan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Sudharto P.Hadi. 2001 . Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Poerwanto Hari. 2004,2005Kebudayaan Lingkungan:Dalam perspektif antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar(Anggota IKAPI)

Hadi Sabari Yunus. 2005 .Manajemen Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Widiatmaka,Sarwono Hardjowigeno.2007.Evaluasi KesesuaianLahan & Perencanaan Tata Guna Lahan.Yogyakarta: Gadhja Mada Press.


(6)

Yunus Hadi Sabari .2008.Dinamika Wilayah Peri-Urban.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Budihardjo Eko.2006.Sejumlah Masalah Pemukiman Kota.Bandung: Penerbit Alumni

Sumber Internet

• http//rukawahistoriablogspot.com/2009/07/materialismekebudayaaan.html • http//:arti kata.com/-arti ekulibirium 376120.htmls

• http://www.scribd.com/doc/76350804/Alih-Fungsi-atau-Konversi-Lahan

Pertanian-ke-Lahan-Non-Pertanian-di-Indonesia

• http://yuanarga.blogspot.com/2011/04/pengelolsahan-lahan-pertanian.html •


Dokumen yang terkait

Alih Fungsi Lahan di Perkotaan Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan)

8 100 116

Pengaruh Alih Fungsi Lahan terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Medan Tuntungan

1 42 3

alih fungsi lahan pertanian

0 2 13

Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Laha

0 3 35

BAB II FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN MENGALIH FUNGSIKAN LAHAN 2.1. Status Kepemilikan Lahan - Alih Fungsi Lahan di Perkotaan Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung

0 0 55

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Alih Fungsi Lahan di Perkotaan Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan)

0 0 20

Alih Fungsi Lahan di Perkotaan Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan)

0 1 12

BAB II FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN MENGALIH FUNGSIKAN LAHAN 2.1. Status Kepemilikan Lahan - Alih Fungsi Lahan Di Perkotaan, Kel.Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian Di Kel.Tanjun

0 0 55

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Alih Fungsi Lahan Di Perkotaan, Kel.Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian Di Kel.Tanjung Sari Kec.Medan Selayang-Medan)

0 0 20

Alih Fungsi Lahan Di Perkotaan, Kel.Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian Di Kel.Tanjung Sari Kec.Medan Selayang-Medan)

0 0 12