PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 2013

BAB I PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan Pembangunan Millenium Developmen Goals (MDGs) berkomitmen mewujudkan

  tujuan MDGs tersebut, sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik. Targetnya adalah tercapainya peningkatan ekonomi global atau tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Dari 8 (delapan) agenda pencapaian MDGs, 5 (lima) diantaranya merupakan bidang kesehatan, terdiri dari memberantas kemiskinan dan kelaparan (tujuan 1), menurunkan angka kematian anak (tujuan 4), meningkatkan Kesehatan ibu (tujuan 5), :Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya (tujuan 6), melestarikan lingkungan hidup, (tujuan7).

  Secara nasional komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, kemudian dipertegas pada RPJMN 2010–2014 dan Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.

  Pembangunan kesehatan Kota Padang secara umum bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan indikator meningkatnya sumber daya manusia, meningkatnya kualitas hidup masyarakat, memperpanjang umur harapan hidup, meningkatnya kesejahteraan keluarga dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Disamping itu pembangunan bidang kesehatan di arahkan untuk meningkatkan dan memelihara mutu lembaga pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumberdaya manusia secara berkelanjutan, sarana prasarana dalam bidang medis termasuk ketersediaan obat yang terjangkau oleh masyarakat.

  Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan ada upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Perubahan pemahaman akan konsep sehat dan sakit serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit yang multifaktorial, telah menggeser paradigma pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehalibitatif. Pentingnya penerapan PARADIGMA SEHAT merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif.

  Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat. Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Kota Padang Tahun 2009- 2014 bertujuan menguraikan langkah terpilih untuk mencapai tujuan tujuan pembangunan Daerah sub sector kesehatan dengan mengacu pada Standar pelayanan Minimal (SPM). Pembangunan Kesehatan Kota Padang disusun untuk mewujudkan visi Kota Padang yaitu, “ Terwujudnya Masyarakat Kota Padang Sehat yang Sehat,

  Mandiri dan Berkeadilan”.

  Profil Kesehatan Kota Padang merupakan salah satu media informasi Pembangunan Kesehatan di Kota Padang yang relatif lengkap, meliputi data tentang derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan, data umum dan data lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan di wilayah Kota Padang. Di samping itu profil ini merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan di Kota Padang.

  Profil kesehatan ini merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan yang masih jauh dari kondisi ideal. Berbagai masalah klasik masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan seperti data yang belum satu pintu, kegiatan pengelolaan data dan informasi yang belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang baik.

  Buku Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2012 ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

  BAB I. PENDAHULUAN. Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang pembuatan profil dan sistimatika penulisan Profil Dinas Kesehatan. BAB II. GAMBARAN UMUM. Bab ini menyajikan gambaran umum tentang uraian tentang letak geografis,

  administrasi, dan informasi umum lainnya yang berhungan dengan kesehatan, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap upaya kesehatan seperti kependudukan, prilaku penduduk, perekonomian.

BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN Bab ini berisi uraian situasi derajat kesehatan yang meliputi berbagai indikator

  derajat kesehatan, diantaranya angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.

  BAB IV.SITUASI UPAYA KESEHATAN. Bab ini menggambarkan hasil-hasil capaian upaya kesehatan yang telah dilaksanakan

  pada tahun 2012 yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit, kesehatan lingkungan dan sanitasi, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.Dengan mempedomani indikator SPM dan indikator Indonesia Sehat 2010.

  BAB V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan sumberdaya kesehatan lainnya. BAB VI.KESIMPULAN Bab ini merupakan rangkuman dari buku profil ini yang berisi sajian penting tentang

  hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk penyusunan rencana kerja kesehatan Kota Padang tahun 2012. Selain keberhasilan bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dan perlu perhatian untuk tahun yang akan datang.

  LAMPIRAN

  Pada lampiran ini berisi tabel pencapaian program kesehatan Kota Padangdan 79 tabel data kesehatan.

  

BAB II

GAMBARAN UMUM

1. Geografi

  Letak Kota Padang secara geografis pada bagian pantai Barat Sumatera pada posisi 00 44 ‘ 00‘’- 01’08” 35” Lintang Selatan dan 100 05’05” – 100’34’09” Bujur

  2. Timur dengan luas keseluruhan 694,96 Km . Secara geogafis Kota Padang

  merupakan perpaduan dataran rendah dan perbukitan serta aliran sungai dan pulau– pulau.

  Selain daratan Pulau Sumatra, Kota Padang memiliki 19 pulau dimana yang terbesar adalah Pulau Bintangur seluas 56,78 ha. Kota Padang mempunyai banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat Curah hujan Kota Padang rata rata adalah 414.63 mm perbulan dengan rata rata hari hujan 17 hari perbulan di tahun 2010. Suhu udara cukup tinggi yaitu antara Temperatur 22.2

  ºC – 32,5 ºC dengan kelembaban udara berkisar 79 – 83 % (BPS Kota Padang, 2011).

  Secara administrasi Pemerintah Kota Padang, yang dipimpin oleh Walikota Drs H Fauzi Bahar, MSi terdiri dari 11 Kecamatan, dengan kecamatan terluas adalah Koto Tangah yang mencapai 232,25 km ² dan 104 Kelurahan. Kota Padang ini sebelah utara berbatas dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Solok, sebelah barat berbatas dengan Samudera Indonesia (BPS Kota Padang, 2011).

2. Demografi.

  Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Padang tahun 2010 + laju pertambahan penduduk, maka jumlah penduduk kota Padang sebanyak 846.731 jiwa yang terdiri dari 421.914 jiwa laki-laki dan 424.817 jiwa perempuan dengan ratio 99,26% yang artinya jumlah penduduk perempuan di Kota Padang 0,74 % lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki laki. Sex Ratio terbesar terdapat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, yaitu 105,55 %. Hal ini berarti jumlah penduduk laki laki di Kecamatan Bungus Teluk Kabung 5,55 % lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Sementara Sex Ratio terkecil terdapat di Kecamatan Padang Utara, yaitu 90,25 % yang artinya penduduk perempuan 7,75 % lebih banyak di bandingkan dengan jumlah penduduk laki laki. Secara keseluruhan penduduk Kota Padang lebih banyak perempuan dibandingkan dengan penduduk laki laki. Untuk jumlah penduduk jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Padang tahun sebelumnya terjadi penambahan penduduk sebanyak 13.169 jiwa.

  Gambar. 1.1

  Piramida Penduduk Kota Padang Tahun 2011 Sumber : PDA Tahun 2010 + laju PP Rasio beban ketergantungan (Dependency Ratio) digunakan untuk mengetahui Produktifitas penduduk. Rasio beban ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan banyak oarang yang berada pada usia yang tidak produktif (dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun) dibandingkan dengan kelompok usia yang produktif ( 15 – 65 tahun). Angka ini juga menyatakan beratnya tanggungan kelompok usia produktif terhadap usia tidak produktif. Semakin banyak kelompok usia non produktif maka semakin berat beban usia produktif. Pada tahun 2011 ini penduduk Kota Padang paling banyak berumur 20 – 24 tahun.

  Komposisi penduduk Kota Padang menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 27 %, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 68 % dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 4%. Dengan demikian penduduk Kota Padang yang terbanyak berada pada usia produktif dan yang paling sedikit adalah yang berusia tua.

  Secara umum laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir (tahun 2001 – 2011) adalah sebesar 1,00 % (PDA 2011). Kecamatan yang tinggi laju pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Padang Barat, Pauh dan Koto Tangah yaitu sebesar 3,00 % sedangkan laju pertambahan penduduk yang paling rendah adalah kecamatan Padang Barat dan Padang Utarayang di tandai dengan pertumbuhan penduduk 0 % artinya tidak pertambahan jumlah penduduk di kecamatan ini. Laju pertambahan penduduk sangat berguna untuk memperkirakan jumlah penduduk dimasa yang akan datang, sehingga pemerintah dapat membuat kebijakan pembangunan sesuai keadaan kependudukan.

  Menurut PDA 2011 Kecamatan Padang Timur adalah daerah yang paling

  2

  tinggi kepadatan pendudukya yaitu 9.562/km dan daerah terendah tingkat kepadatan

  2 penduduknya adalah Bungus Teluk Kabung yaitu 230 km .

  713 414 2244 7154 8574 6580 9562 5721 3495 579 230 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

  Bungus Teluk Kabung Lubuk

  Kilangan Lubuk Begalung Padang

  Selatan Padang Timur

Padang

  

Barat

Padang Utara Nanggalo Kuranji Pauh Koto

  Tangah Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan 2012

  

Sumber : PDA Tahun 2011

3. Pendidikan.

  Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan karena pendidikan bisa berpengaruh terhadap prilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan seseorang untuk berprilaku sehat.

  Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan. Di Kota Padang 99 % penduduk laki – laki melek huruf dan 98,33 penduduk perempuan melek huruf. Penduduk laki laki lebih banyak melek huruf dibanding penduduk perempuan (BPS Kota Padang 2011).

  Di Kota Padang berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah terbanyak adalah pada tingkat SMU yaitu 293.039 jiwa, berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki- laki (148.866 jiwa) dibanding perempuan (144.174 jiwa). Sementara penduduk yang tidak pernah mendapatkan pendidikan berjumlah 7.673 jiwa, dimana laki laki berjumlah 2.688 jiwa dan perempuan 4.385 jiwa. Jika dilihat perbandingan jender ternyata perempuan lebih banyak tidak pernah sekolah dibandingkan dengan laki laki, sementara secara keseluruhan jumlah perempuan juga lebih banyak disbanding laki laki. (BPS Kota Padang 2011).

4. Perekonomian.

  Salah satu aspek yang dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan pembangunan adalah keadaan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akanKondisi perekonomian berkaitan dengan tingkat inflasi, semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Disamping itu angkatan kerja dan kesempatan kerja sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan tapi sementara tidak bekerja dan mengganggur. Sementara yang dimaksud dengan bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pengangguran terbuka adalah seseorang yang sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena tak munkin dapat pekerjaan, termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga. Proporsi pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna bagi pemerintah untuk membuka lapangan kerja baru dimasa yang akan datang sehingga secara bertahap kondisi perekonomian membaik dan dampaknya adalah meningkatnya kesejateraan masyarakat.

  Persentase Penduduk Berumur 15 tahun menurut jenis kegiatan Tahun 2011 Lainnya; 11,39 Bekerja; 42,91 ss Sekolah; 29,83 Mencari kerja; 4,4 Sumber : PDA Tahun 2011

  Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mendorong kemajuan di semua sektor, baik fisik maupun mental sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kondisi ekonomi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.

  Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalampemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti

  Xeropthalmia, Scorbut, dan Beri-beri.

  Kemiskinan membuat seseorang tidak mempunyai kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang di ukur dengan pengeluaran. Kota Padang pada tahun 2012 menutut BPLS mempunyai 33.505 Rumah Tangga Miskin (RTM) dengan jumlah jiwa 170.185 jiwa.

  Dari segi sosial ekonomi dapat dilihat perkembangan yang sangat bervariasi dari tahun ke tahun. Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial .

  Menurut Badan Pusat Statistik, persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang termasuk dalam angkatan kerja pada tahun 2011 sebanyak 47,30 naik disbanding tahun 2011 yaitu 43.14 %. Penduduk Kota Padang yang termasuk angkatan kerja ini terdiri atas Penduduk yang bekerja sebesar 42,91 % dan Mencari pekerjaan 4,40 %. Untuk penduduk yang bukan angkatan kerja (Sekolah, mengurus rumah tangga, dan lain lain) pada tahun 2011 ini sebanyak 56,86 %, lebih tinggi dibanding tahun 2010 sebesar 55,71%. Angka diatas menunjukan bahwa di Kota Padang penduduk yang bekerja lebih sedikit dari yang tidak bekerja, sehingga beban tanggungan penduduk yang bekerja sangat besar. Di tahun 2011 penduduk Kota Padang yang bekerja menurut lapangan usaha, terbanyak adalah Perdagangan, Hotel dan Restoran sebanyak 31,54 %, diikuti Jasa servis dan kotruksi, berbeda dengan tahun 2010, dimana terbanyak bergerak di bidang jasa jasa/ servis (32,74%), diikuti oleh perdagangan, hotel, dan restoran (27,98%). (BPS Kota Padang, 2011).

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator

  yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program. Untuk menilai derajat kesehatan tersebut digunakan beberapa indicator, yaitu Moertalitas (kematian), Status Gisi dan Morbiditas (kesakitan).

  Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.

  Pada prinsipnya pembangunan kesehatan telah menunjukkan suatu keberhasilan dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan tersebut perlu dilakukan analisis situasi dan kecenderungan di masa mendatang.

3.1. Angka Kematian

3.1.1. Kasus Kematian Bayi Kota Padang Tahun 2012

  Kasus kematian Bayi adalah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun. Kematian bayi ini dapat dikelompokkan menjadi bayi lahir mati, kematian 0 -7 hari, kematian 8 – 28 hari dan kematian 1- 12 bulan. Kematian Bayi merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan kejadian kematian bayi. Di Kota Padang pada tahun 2012 bayi lahir hidup berjumlah 16.805 jiwa, kasus bayi lahir mati adalah 35 bayi, kasus ini naik jika dibanding tahun 2011 yaitu sebanyak 24 bayi dari 16.590 kelahiran hidup. Jika dilihat berdasarkan jender, maka lebih banyak lahir mati bayi perempuan ( 19 bayi) dibanding bayi laki laki (16 bayi). Pada tahun 2012 kematian bayi (0 – 7 hari) berjumlah 46 orang, bayi umur 7 – 28 hari 9 orang dan 1 -12 bulan sebanyak 16 orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan kasus kematian, dengan rincian kematian sebanyak : bayi (0 – 7 hari) berjumlah 44 orang, bayi 7 – 28 hari 14 orang dan 1 -12 bulan sebanyak 23 orang.

  Berbagai faktor dapat menyebabkan penurunan kematian bayi, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikutf asilitasnya. Hal ini disebabkan kematian bayi sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit.

  3.1.2. Kasus Kematian Balita

  Kematian Balita adalah penduduk yang mati sebelum berumur 5 (lima) tahun Target MDG`s untuk indicator AKABA di Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk kota Padang tidak bisa dikeluarkan Angka Kematian Balita karena jumlah kelahiran kurang dari 1000, untuk itu kota Padang hanya memaparkan kasus kematian Balita saja. Pada Tahun 2012 lebih banyak terjadi kasus kematian Balita laki laki yaitu sebanyak 60 orang anak dibandingkan anak perempuan hanya sebanyak 57 orang, dengan total kasus berjumlah 117 balita.

  3.1.3. Kasus Kematian Ibu Kota Padang Tahun 2012

  Kematian Ibu juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan.

  Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

  Kasus kematian maternal tahun 2012 sebanyak 16 orang sedikit naik di banding beberapa tahun terakhir, yaitu tahun 2011 di Kota Padang sebanyak 10 /16.590 kelahiran hidup tahun 2010 sebanyak 15/16.492 kelahiran hidup, tahun 2009 sebanyak 14 orang/16.486 kelahiran hidup.

  3.1.4. Kasus Kematian Perinatal Tahun 2012

  Kasus kematian Perinatal pada tahun 2012 sebanyak 46 bayi sedikit naik dibanding tahun 2011 sebanyak 44 bayi, turun dibanding tahun 2010 sebanyak 83/16.492 kelahiran. Kasus kematian Perinatal ini masih cukup tinggi, penyebabnya antara lain terlambat dalam memberikan penanganan baik pada bayi maupun ibu yang mengalami masalah kesehatan. Untuk menurunkan kasus ini telah dilakukan intervensi yang tepat, guna meningkatkan pemantauan dan penurunan kasus kematian tersebut. Diharapkan dengan lebih terpantaunya kasus kematian, maka dapat di ketahui permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ada di masyarakat.

  3.1.5. Kematian umum

  Untuk tahun 2012 ini terjadi perubahan yang sangat mendasar dari penyebab kematian, dimana pada tahun 2011 penyebab pertama kematian adalah ketuaan sementara pada tahun ini adalah penyakit Jantung dan disusul penyakit Hypertensi. Pada era globalisasi sekarang ini menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolah raga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. Padahal kesemua perilaku tersebut dapat merupakan faktor-faktor penyebab penyakit jantung dan stroke. 10 Penyebab kematian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

10 Penyebab Kematian terbanyak di Kota Padang Tahun 2011

  12.0

  3.0 Total 460 100 Sumber : Bidang Yankes DKK Padang

  15

  10 Aspexia

  3.0

  17

  9 Demam tinggi

  8 Ginjal 18 3,0

  7 KLL 27 5,0

  6 PJK 32 6,0

  52

  Tabel 3.1.

  5 Diabetes Militus

  4 Stroke 59 13,2

  15.0

  73

  3 Ketuaan / Lansia

  17.0

  81

  2 Hypertensi

  1 Jantung 89 19,0

  

NO Penyebab Kematian JUMLAH %

3.2. Angka Kesakitan

  Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

  6 Hipertensi 9.037 4,3

  Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3

  Hasil capaian program penyakit menular Tahun 2012 :

a. Cakupan Penemuan dan penanganan Penderita Acut Flaccid Paralysis.

  10 Penyakit Susunan Syaraf 4.451 2,1 Total 209.933 100 Sumber : Bidang Yankes DKK Padang

  9 Kelainan Refraksi 6.704 3,1

  8 Infeksi Saluran Nafas Bawah 6.751 3,2

  7 Diare 8.466 4,0

  5 Pulpa dan Jaringan lainnya 14.612 6,9

  Berdasarkan laporan puskesmas penyakit yang paling banyak di Kota Padang tahun 2012 adalah ISPA, diikuti oleh Penyakit kulit infeksi dan gastritis. Pola 10 penyakit terbanyak tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

  4 Penyakit Radang Sendi 15.962 7,6

  3 Penyakit Kulit Infeksi 18.729 8,9

  2 Gastritis 20.519 9,7

  1 ISPA 108.002 10,2

  NO PENYAKIT JUMLAH %

  Tabel 3.2 Sepuluh penyakit Terbanyak di Kota Padang Tahun 2012

3.2.1. Cakupan Penyakit Menular

  tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan.

  Kasus AFP di kota Padang menunjukan grafik yang turun naik beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2010 ditemukan 1 kasus Polio di Puskesmas Pagambiran dan 5 kasus Acut Flaccid Paralysis (AFP). Kasus AFP ini terdapat pada 5 Puskesmas, yaitu Padang Pasir, Pemancungan, Nanggalo, Belimbing, dan Pauh. Di tahun 2011 ditemukan 11 kasus AFP (Non Polio) yang tersebar dibeberapa Puskesmas. Ditahun 2012 terjadi 6 kasus AFP yang tersebardi 4 Puskesmas, yaitu Puskesmas Padang Pasir, Seberang Padang, Puskesmas Anak Air dan Puskesmas Ikur Koto. Salah satu penyebab peningkatan penemuan kasus AFP ini adalah semakin baiknya deteksi dini yang dilakukan petugas, baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit.

  Untuk 6 kasus AFP ini dilakukan penanganan sesuai protap, yaitu setelah ditemukan kasus di lakukan pelacakan kasus ke rumah penderita. Pasien di identifikasi dan dilakukan pengambilan spesimen. Spesimen tersebut di kirim ke Litbangkes Jakarta melalui Dinas Kesehatan Propinsi Sumatra Barat. Hasil pemeriksaan Litbangkes adalah Negatif (tidak ada virus polio pada spesimen) pada 6 spesimen yang diperiksa.

b. Prevalensi Tuberkulosis

  Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salahsatu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

  Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case

  DetectionRate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan

  dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.

  Untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan pengobatan (SR=Success Rate) yang mengindikasikan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalanipengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.

  Success Ratedapat membantu dalam mengetahui kecenderungan meningkat atau

  menurunnya penemuanpasien pada wilayah tersebut Penemuan kasus TB Paru dilakukan melalui penjaringan penderita yang dicurigai / suspek TB Paru yang berobat ke sarana kesehatan. Perkiraan penderita TB

  Paru BTA (+) 1,6/1000 penduduk. Untuk Kota Padang target BTA(+) pada tahun 2012 adalah 1349 suspek. Untuk penemuan penderita baru TB Paru BTA (+) tahun 2012 sebanyak 628 orang dan kasus lama (kambuh) 8 orang. Jika di lihat berdasarkan jender, maka lebih banyak penderita TB Paru BTA (+) laki laki (359 orang) dibandingkan perempuan penderita TB Paru BTA (+) sebanyak 269 orang. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir terjadi penurunan penemuan penderita, yaitu pada tahun 2012 sebanyak 628 kasus, 2011 (942 orang), 2010 sebanyak 853 kasus dan tahun 2009 sebanyak 748 kasus. Untuk kasus penemuan penderita TB Paru BTA (+), semakin baiknya penjaringan kasus maka akan semakin banyak ditemukan penderita TB Paru BTA (+).

  Pada tahun 2012 Puskesmas melakukan pengobatan pada penderita TB Paru BTA (+) sebanyak 678 penderita dan sembuh sebanyak 581 penderita atau sekitar 85 %. Sementara pada tahun 2011 BTA (+) yang diobati di Puskesmas sebanyak 582 penderita dan sembuh sebanyak 81,8 % (507 penderita). Pada tahun 2010 di obati sebanyak 748 penderita dan sembuh sebanyak 534.

  Untuk kasus TB Paru kambuh pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 8 orang penderita, sementara ditahun 2011 sebanyak 21 penderita dan tahun 2010 sebanyak 12 penderita. Adapun CDR TB Paru pada tahun 2011 adalah 70,1 % naik jika dibandingkan dengan tahun 2010 ini adalah 62 % dengan SR 48,6 %.

  Keberhasilan upaya penanggulangan TB diukur dengan kesembuhan penderita. Kesembuhan ini selain dapat mengurangi jumlah penderita, juga mencegah terjadinya penularan. Oleh karena itu, untuk menjamin kesembuhan, obat harus diminum dan penderita diawasi secara ketat oleh keluarga maupun teman sekelilingnya dan jika memungkinkan dipantau oleh petugas kesehatan agar terjamin kepatuhan penderita minum obat (Idris & Siregar, 2000). Dewasa ini upaya penanggulangan TB dirumuskan lewat DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse = pengobatan disertai pengamatan langsung). Pelaksanaan strategi DOTS dilakukan di sarana-sarana Kesehatan Pemerintah dengan Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan program. Pengobatan ini dilakukan secara gratis kepada golongan yang tidak mampu.

c. Persentase Balita dengan Pnemonia ditangani Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli).

  Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).

  Balita di Kota Padang pada tahun 2012 sebanyak 86.705 orang, untuk jumlah perkiraan Balita terserang Pneumoni sebanyak 8.670 Balita. Temuan Kasus Pneumoni dan diobati pada tahun 2012 sebanyak 340 balita yang terdiri dari 215 Balita laki laki dan 125 Balita perempuan. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan penderita Pneumoni, dimana pada tahun 2011 Balita Perkiraan penderita Pnemonia yang berkunjung ke Puskesmas sebanyak 8.672 penderita dan ditemukan kasus Pnemonia Balita di Puskesmas sebanyak 586 kasus, turun jika dibandingkan 2010 sebanyak 819 pasien dan 100 % dapat ditangani. Sementara data dari Rumah sakit tidak didapat. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 (732) terjadi peningkatan kasus. Pada tahun 2011 bersadarkan jenis kelamin penderita Pnemonia lebih banyak diderita oleh perempuan sebanyak 294 kasus (50,2 %).

d. Persentase HIV/AIDS ditangani.

  HIV & AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.

  Dari data yang ada, kasus HIV dan AIDS mengalami trend peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2009 kasus HIV dan AIDS sebanyak 51 penderita dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 59 kasus. Untuk tahun 2011 ini terdapat 64 kasus baru AIDS, dimana laki laki berjumlah 44 orang dan 20 orang perempuan. Sementara pasien yang meninggal selama tahun 2011 berjumlah 13 orang. Sementara penderita Infeksi Menular Seksual (IMS) berjumlah 7 kasus dan 100 % ditangani.

  Pada tahun 2012 ini ditemukan kasus HIV sebanyak 12 orang dimana 14 orang diantaranya adalah lakik laki. Untuk kasus Aids ditemukan sebanyak 42 orang, dimana pasien laki laki lebih banyak (32 orang) daripada wanita sebanyak 10 orang. Sebagian besar kasus terjadi pada pengguna napza suntikan.

e. Kasus Diare

  Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam

  Penyakit Diare sampai saat ini masih termasuk dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kota Padang. Penyakit diare yang banyak ditemukan adalah gastro enteritis yang disebabkan oleh kuman. Penderita yang berobat ke Puskesmas diobati sesuai dengan prosedur tetap penatalaksanaan kasus diare dengan pengobatan yang rasional.

  Pada tahun 2012 dari 846.731 penduduk Kota Padang diperkirakan kasus diare sebanyak 347.985 penderita. Kasus diare yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2012 sebanyak 8.842 kasus, dimana pasien perempuan lebih banyak 4.245 kasus dibanding pasien laki laki 4.597 kasus. Jika dilihat trend beberapa tahun terakhir maka terjadi penurunan kasus diare, dimana pada tahun 2011 terjadi 12.438 kasus diare, tahun 2010 sebanyak 12.744 kasus dan tahun 2009 terjadi kasus diare sebanyak 17.483 kasus.

  Untuk kelompok umur balita terdapat sebanyak 2.531 penderita pada tahun 2012, dimana Balita laki laki lebih banyak (1329 kasus) dibanding Balita perempuan 1.202 (kasus).

  f. Prevalensi Kusta

  Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

  Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan

  Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.

  Pada tahun 2012 ditemukan kasus baru Pausi Basiler (PB) sebanyak 2 dan kasus Multi Basiler 1 orang. Kasus Pause Basiler ini ditemukan di Puskesmas Seberang Padang dan Pagambiran, sementara kasus Multi Basiler di Puskesmas Lubuk Buaya. Kasus ini naik dibanding tahun 2011 karena tidak ditemukan penderita kusta baru pada tahun ini. Penemuan penderita kusta baru tahun 2010 sebanyak 1 orang sama dengan tahun 2009 sebanyak 1 kasus, turun dibanding tahun 2008(2 kasus). Penderita kusta ini terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kuranji dengan Kusta MB. Penderita sudah mendapat pengobatan dari Puskesmas Kuranji.

  g. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

  Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) adalah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus non neonatorum, Tetanus neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B.

  Penyakit Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan

  Pertusis atau batuk rejan adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri dengan suara pernafasan dalam bernada tinggi (melengking). Pertusis bisa terjadi pada siapapun tapi 50% ditemukan pada anak berusia kurang dari 4 tahun.

  Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ketubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.

  Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi.

  Polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV),masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasukialiran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dankadang kelumpuhan.

  Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang menginfeksi hati hominoidae, termasuk manusia, dan menyebabkan peradangan yang disebut hepatitis. Awalnya dikenal sebagai "serum hepatitis", penyakit tersebut telah menyebabkan epidemi di Asia dan Afrika, dan itu adalah endemik di Cina

  Pada tahun 2012 penyakit Menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) hanya ditemukan dari jenis penyakit campak yaitu sebanyak 152 kasus. Kasus penyakit Campak terbanyak terdapat di Puskesmas Pauh sebanyak 54 kasus, disusul Puskesmas Air Tawar 21 kasus dan Puskesmas Lubuk Buaya 18 Kasus.

  Jika dibandingkan kasus PD3I tahun 2012 dengan tahun 2011 dapat di pilah menurut jenis dan jumlah, berdasarkan jenis penyakit lebih banyak pada tahun 2011 tapi berdasarkan jumlah maka lebih banyak terjadi di tahun 2012. Penemuan kasus penyakit menular yang bisa dicegah dengan imunisasi pada tahun 2011 hanya ditemukan 1 orang penderita difteri di wilayah kerja Puskesmas Alai. Jika dibandingkan tahun 2010 kasus penyakit menular yang dapat di cegah dengan imunisasi ini jauh menurun seperti adalah Difteri 1 orang ditemukan di Puskesmas Pagambiran, Tetanus Neonatorum 1 orang di Puskemas Nanggalo, Campak 13 orang dibeberapa Puskesmas dengan penderita terbanyak di Puskesmas Lapai (7 penderita), dan Polio 1 orang di Puskesmas Pemancungan. Jumlah total penderita kasus Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi sebanyak 16 penderita.

  .

h. Demam Berdarah Dengue (DBD)

  Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.

  Pada tahun 2012 terjadi peningkatan kasus DBD, ditemukan 1612 kasus DBD, dimana pasien laki laki lebih banyak (886 kasus) disbanding pasien perempuan (758 kasus). Kasus DBD teringgi ditemukan di Puskesmas Lubuk Buaya (203 kasus), disusul Puskesmas Andalas (162 kasus) dan Puskesmas Belimbing (159 kasus).

  Kejadian kasus DBD ini meningkat beberapa tahun terakhir, dimana tahun 2012 ditemukan 1.626 kasus DBD, meningkat disbanding tahun 2011 di temukan kasus DBD sebanyak 965 kasus, meninggal 6 orang dengan CFR 0,01, pada tahun 2010 ditemukan sebanyak 1.045 penderita

  Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran kasus, maka dilakukan fogging focus yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan. Disamping itu tetap di sarankan pada masyarakat untuk tetap melakukan PSN di rumah maupun kelurahan masing–masing. Dari jumlah kasus diatas bisa diketahui CFR nya 0,5% dari jumlah kasus, dengan insidens rate nya 145/100.000 penduduk. Upaya yang dilakukan untuk pencegahan Kasus DBD di Kota Padang antara lain :

  1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD Salah satu kegiatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit DBD adalah dengan melakukan PSN DBD secara berkesinambungan pada wilayah kerja Puskesmas masing-masing. Dengan kegiatan ini diharapkan tempat perkembang biakan nyamuk aedes aegypti bisa dikurangi yang pada akhirnya tidak ada tempat untuk berkembang biak nyamuk a edes aegepty.

  2. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) Pemeriksaan Jentik Berkala dilaksanakan oleh Kader secara berkala ke rumah-rumah penduduk sambil memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD dan pencegahannya, yang dikoordinir oleh petugas puskesmas. Agar penyakit DBD ini tidak menimbulkan wabah/KLB maka diharapkan lebih dari 95% rumah yang ada harus bebas dari jentik nyamuk aedes.

  Pada tahun 2012 dilakukan PJB pada 104 kelurahan endemis yang dipantau oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Pemantauan ini diutamakan pada kelurahan endemis DBD.

  Kota Padang memiliki 154.573 rumah, dan dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk sebanyak 106.139 rumah. Dari rumah yang diperiksa 84 % (88.694 rumah) diantaranya bebas jentik nyamuk. Persentase rumah yang bebas jentik nyamuk ini sama dengan tahun 2011. Jumlah rumah yang ada di Kota Padang tahun 2012 sebanyak 154.573, dilakukan pemeriksaan pada 106.139 rumah. Dari hasil pemeriksaan 84 % (88.694) bebas jentik nyamuk.

  3. Abatisasi Abatisasi bertujuan untuk membunuh jentik nyamuk aedes, dengan cara menaburkan abate pada tempat-tempat penampungan air. Abatisasi dilaksanakan pada 60 kelurahan endemis yang dilaksanakan oleh kader yang dikoordinir oleh petugas puskesmas. Disamping itu, pemberian abate juga diberikan pada kelurahan non endemis .

  4. Fogging Focus Untuk memutus mata rantai penularan DBD pada daerah kasus, dilakukan fogging focus di lokasi tempat tinggal penderita dengan radius 200 meter.

  Tujuannya adalah untuk memutus rantai penularan dengan membunuh nyamuk dewasa yang telah terinfeksi. Fogging focus pada tahun 2012 dilakukan sebanyak 181 titik, meningkat dibanding tahun 2010 sebanyak 131 fokus.

i. Malaria.

  Kasus penyakit malaria di Kota Padang sampai saat ini masih ada. Dari hasil diagnosa di Puskesmas lebih banyak banyak ditemui sebagai kasus malaria klinis artinya pada saat pasien berobat ke Puskesmas kondisi demam pasien sudah berkurang sehingga tidak dilakukan pemeriksaan darah tebal.

  Pada tahun 2012 kasus malaria tanpa pemeriksaan darah ditemukan sebanyak 116 kasus, dimana pasien laki laki lebih banyak (92 kasus) dibanding pasien perempuan (24 kasus). Malaria dengan pemeriksaan darah hanya ditemukan 1 orang yang positif. Jika disbanding dengan tahu 2011 terjadi penurunan kasus malaria di Kota Padang. Pada tahun 2011 penderita Malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah berjumlah 413 kasus, sedangkan yang dengan pemeriksaan sediaan darah (positif) 340 kasus. Puskesmas yang paling banyak penderita malaria adalah Puskesmas Bungus sebanyak 68 penderita tanpa pemeriksaan sediaan darah dan 60 dengan pemeriksaan sediaan darah positif. Penderita yang meninggal karena penyakit malaria ini tidak ada. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi peningkatan kasus yang sangat signifikan, dimana jumlah kasus malaria klinis tahun 2010 sebanyak 245 kasus dan positif malaria 187 penderita. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 terjadi penurunan kasus, dimana tahun 2009 malaria klinis sebanyak 320 kasus dan positif malaria 195 penderita.

  j. Filariasis

  Survei darah jari untuk filariasis dilakukan sejak tahun 2006 dengan hasil sebagai berikut : tahun 2006, ditemukan 21 kasus positif filarial, tahun 2007 nol kasus, tahun 2008 sebanyak 5 kasus dan tahun 2009 ditemukan 6 kasus. Total kasus sampai tahun 2009 sebanyak 32 kasus. Tahun 2010 tidak dilakukan survey karena adanya pengurangan anggaran, tapi ditemukan 5 orang penderita klinis.Pada tahun 2011 dilakukan lagi survey darah jari pada 6 Kelurahan yang terletak di 4 Puskesmas, dengan sample 500 perlokasi. Dari 3.000 sample yang diperiksa ini, seluruh hasil pemeriksaan labor Negatif.

  Setiap tahun dilakukan pengobatan massal filaria pada seluruh kecamatan di Kota Padang. Sebelum dilakukan pengobatan massal telah dilatih kader sebanyak 2.520 orang. Sasaran pengobatan tahun 2012 sebanyak 677.385 orang, capaian 583.942 orang, yang menolak sebanyak 71.773 orang dan dalam masa tunda 21.670 orang. Jumlah sasaran pengobatan pada tahun 2011 adalah 677.385 penduduk dengan hasil capain sebanyak 531.105 penduduk. Sementara yang ditunda pemberian obatnya sebanyak 169.346 penduduk. Penduduk yang katagori tunda adalah berusia kurang dari 2 tahun, keadaan sakit berat,hamil, menyusui dan gizi buruk serta penderita yang dalam proses pengobatan.

  Di tahun 2011 ini tidak ditemukan kasus baru penderita Filariasis, sementara jumlah kasus lama sebanyak 33 penderita. Penderita Filariasis ini lebih banyak perempuan (22 orang) dibanding Paki laki (11 orang).

  Pada tahun 2012 ini ditemukan 1 kasus baru di Puskesmas Pagambiran, sehingga total kasu Filariasis berjumlah 34 orang yang terdiri dari 12 orang laki laki dan 22 orang perempuan.

3.3. Status Gizi

a. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI EKS KARESIDENAN BESUKI TAHUN 2004-2012

13 284 6

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA KEPADA ANAK

8 135 22

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107