Tgas MKP Deni Rika F

  Tugas MK Masalah kebijakan dan pembangunan

Trend Perubahan kependudukan di Indonesia

  

Oleh:

Deni Rika Fransiska

  

( 110231100038)

Ekonomi Pembangunan/B

Fakultas Ekonomi

  Trend Perubahan Penduduk di Indonesia

   Pada Tabel di bawah ini disajikan contoh perhitungan Angka Kelahiran Menurut Umur (ASFR) untuk Indonesia berdasarkan data Susenas 1999 dan 2004.

  Jumlah Perempuan, Jumlah Kelahiran, dan Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (ASFR), Indonesia, Susenas 1999 dan 2004.

  Kelompok Umur (1) Jumlah perempuan* (2) Jumlah kelahiran* (3) Angka Kelahiran Menurut Umur (ASFR) (4) = [(3) : (2)] x 1000

  15-19 9.794.093 381.970

  39 20-24 10.110.367 1.364.900 135 25-29 9.601.442 1.324.999 138 30-34 9.132.513 913.251 100 35-39 8.587.142 352.073

  41 40-44 7.459.538 89.514

  12 45-49 5.870.372 29.352

  5 Puncak ASFR yang terletak pada kelompok umur 25-29 tahun dapat mengindikasikan bahwa kelahiran pada tahun 1999 dan 2004 paling banyak dikontribusi oleh perempuan pada kelompok umur 25-29 tahun. Hal ini juga dapat berarti bahwa anjuran pemerintah untuk "tidak melahirkan pada usia yang terlalu muda" sudah mencapai sasaran secara nasional. Fenomena ini bisa juga dikaitkan lebih jauh dengan suksesnya program wajib belajar sembilan tahun yang menyebabkan semakin banyaknya perempuan muda yang bersekolah lebih tinggi, dan semakin terbukanya kesempatan bagi perempuan di pasar kerja. Pada akhirnya, hal ini akan membuat banyak perempuan menunda untuk menikah dan melahirkan karena pada umumnya mereka yang menikah dan melahirkan pada usia muda secara fisik dan emosional sebetulnya belum matang.

  Tingkat kemiskinan Angka kematian bayi Kebijakan pro natalis dan anti natalis dari pemerintah Tingkat aborsi Struktur usia-jenis kelamin yang ada Kepercayaan sosial dan religius Tingkat buta aksara pada wanita Kemakmuran secara ekonomi Urbanisasi Homoseksualitas Usia pernikahan Tersedianya pensiun penurunan. Ada keterkaitan antara derajat perkembangan ekonomi suatu negara dengan tingkat kematian. Penurunan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakatnya, yang di tandai dengan keterlambatan penurunan atau bahkan meningkatkan angka kematian. Secara tidak langsung krisis ekonomi akan memperburuk status gizi karena mahalnya harga pangan dan obat-obatan sehingga penduduk dan rentan terhadap kesakitan dan kematian.

  tahun, yaitu sebesar 138. Hal ini berarti dari 1000 perempuan yang berusia antara 25-29 tahun terdapat 138 kelahiran hidup pada tahun 1999 dan 2004.

  • Faktor yang mempengaruhi tingkat kelahiran:

  Angka Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar penyebab kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen (neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor- faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen (post neo-natal) adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar. Di bawah ini adalah tabel angka kematian bayi Indonesia. Kondisi angka kematian Neonatal, Bayi dan Balita di Indonesia Di tahun 2012 Angka kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup, Angka kematian Bayi sebesar 32 kematian/1000 kelahiran hidup, Angka kematian Balita sebesar 40 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka-angka ini turun sedikit dan stagnan di bandingkan angka lima tahun sebelumnya (2007)

  Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Penduduk Indonesia terus bertambah dari waktu ke waktu. Ketika pemerintah Hindia Belanda mengadakan sensus penduduk tahun 1930 penduduk nusantara adalah 60,7 juta jiwa. Pada tahun 1961, ketika sensus penduduk pertama setelah Indonesia merdeka, jumlah penduduk sebanyak 97,1 juta jiwa. Pada tahun 1971 penduduk Indonesia sebanyak 119,2 juta jiwa, tahun 1980 sebanyak 146,9 juta jiwa, tahun 1990 sebanyak 178,6 juta jiwa, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, dan pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa.

  Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 (Tabel 3.1). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan 0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun

  Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak merata. Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7 persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5 persen menjadi 6,5 persen pada periode yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk

Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025 Propinsi 2000 2005 2010 2015 2020 2025

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  11. NANGGROE ACEH 3,929.3 4,037.9 4,112.2 4,166.3 4,196.5 4,196.3

  DARUSSALAM

  12. SUMATERA UTARA 11,642.612,452.813,217.613,923.614,549.615,059.3

  13. SUMATERA BARAT 4,248.5 4,402.1 4,535.3 4,693.4 4,785.4 4,846.0

  14. RIAU 4,948.0 6,108.4 7,469.4 8,997.710,692.812,571.3

  15. JAMBI 2,407.2 2,657.3 2,911.7 3,164.8 3,409.0 3,636.8

  16. SUMATERA SELATAN 6,210.8 6,755.9 7,306.3 7,840.1 8,369.6 8,875.8

  17. BENGKULU 1,455.5 1,617.4 1,784.5 1,955.4 2,125.8 2,291.6

  18. LAMPUNG 6,730.8 7,291.3 7,843.0 8,377.4 8,881.0 9,330.0

  19. KEPULAUAN BANGKA 900.0 971.5 1,044.7 1,116.4 1,183.0 1,240.0

  BELITUNG

  31. DKI JAKARTA 8,361.0 8,699.6 8,981.2 9,168.5 9,262.6 9,259.9

  32. JAWA BARAT 35,724.039,066.742,555.346,073.849,512.152,740.8

  62. KALIMANTAN TENGAH 1,855.6 2,137.9 2,439.9 2,757.2 3,085.8 3,414.4

  63. KALIMANTAN SELATAN 2,984.0 3,240.1 3,503.3 3,767.8 4,023.9 4,258.0

  64. KALIMANTAN TIMUR 2,451.9 2,810.9 3,191.0 3,587.9 3,995.6 4,400.4

  71. SULAWESI UTARA 2,000.9 2,141.9 2,277.2 2,402.8 2,517.2 2,615.5

  72. SULAWESI TENGAH 2,176.0 2,404.0 2,640.5 2,884.2 3,131.2 3,372.2

  73. SULAWESI SELATAN 8,050.8 8,493.7 8,926.6 9,339.9 9,715.110,023.6

  74. SULAWESI TENGGARA 1,820.3 2,085.9 2,363.9 2,653.0 2,949.6 3,246.5

  75. GORONTALO 833.5 872.2 906.9 937.5 962.4 979.4

  81. M A L U K U 1,166.3 1,266.2 1,369.4 1,478.3 1,589.7 1,698.8

  82. MALUKU UTARA 815.1 890.2 969.5 1,052.7 1,135.5 1,215.2

  94. PAPUA 2,213.8 2,518.4 2,819.9 3,119.5 3,410.8 3,682.5

  Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju

pertumbuhan yang sangat beragam pula. Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode

1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat

dan ada pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh, provinsi-

provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal sebesar 0,50 persen

dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera

Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi

yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan periode

sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara.

Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025 2000- 2005- 2010- 2015- 2020-

  Propinsi 2005 2010 2015 2020 2025 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

  11. NANGGROE ACEH

  0.55

  0.37

  0.26 0.14 -0.00 DARUSSALAM

  12. SUMATERA UTARA

  1.35

  1.20

  1.05

  0.88

  0.69

  13. SUMATERA BARAT

  0.71

  0.60

  0.69

  0.39

  0.25

  14. RIAU

  4.30

  4.11

  3.79

  3.51

  3.29

  15. JAMBI

  2.00

  1.85

  1.68

  1.50

  1.30

  16. SUMATERA SELATAN

  1.70

  1.58

  1.42

  1.32

  1.18

  17. BENGKULU

  2.13

  1.99

  1.85

  1.69

  1.51

  36. BANTEN

  2.83

  2.75

  2.63

  2.47

  2.27

  51. B A L I

  1.41

  1.26

  1.07

  0.91

  0.77

  52. NUSA TENGGARA BARAT

  1.67

  1.54

  1.41

  1.26

  1.11

  53. NUSA TENGGARA TIMUR

  1.54

  1.37

  1.23

  1.09

  0.94

  61. KALIMANTAN BARAT

  1.82

  1.66

  1.51

  1.33

  1.12

  62. KALIMANTAN TENGAH

  2.87

  2.68

  2.48

  2.28

  2.04

  63. KALIMANTAN SELATAN

  1.66

  1.57

  1.47

  1.32

  1.14

  64. KALIMANTAN TIMUR

  2.77

  2.57

  2.37

  2.18

  1.95

  71. SULAWESI UTARA

  1.37

  1.23

  1.08

  0.93

  0.77

  72. SULAWESI TENGAH

  2.01

  1.89

  1.78

  1.66

  1.49

  73. SULAWESI SELATAN

  1.08

  1.00

  0.91

  0.79

  0.63

  74. SULAWESI TENGGARA

  2.76

  2.53

  2.33

  2.14

  1.94

  75. GORONTALO

  0.91

  0.78

  0.67

  0.53

  0.35

  81. M A L U K U

  1.66

  1.58

  1.54

  1.46

  1.34

  82. MALUKU UTARA

  1.78

  1.72

  1.66

  1.53

  1.37

  94. PAPUA

  2.61

  2.29

  2.04

  1.80

  1.54 Data di atas memperlihatkan dua provinsi dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk minus yaitu, Nanggroe Aceh Darussalam dan DKI Jakarta. Kondisi ini kemungkinan akibat dari asumsi migrasi yang digunakan, yaitu pola migrasi menurut umur selama periode proyeksi dianggap sama dengan pola migrasi periode 1995-2000, terutama untuk provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pola net migrasi provinsi ini pada periode 1995-2000 adalah minus di atas 10 persen, jauh lebih tinggi dari provinsi- provinsi pengirim migran lainnya.