EPIDEMIOLOGI TIDAK MENULAR STROKE. docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan hak dari setiap orang. Hal ini tercantum jelas dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Menurut Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal inilah yang di inginkan oleh setiap
orang agar memiliki keadaan yang sehat selalu. Namun kenyataannya masyarakat di
dunia ini terkhususnya di Indonesia masih sangat jauh dari keadaan sehat itu. Masalah
kesehatan sering terjadi. Masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat sangatlah
beragam. Ada yang terkena penyakit seperti Difteri, Pertusis, kanker, DBD, malaria dan
lain sebagainya.
Adapun penyakit dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu penyakit menular
dan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah suatu gangguan pada bentuk dan
fungsi tubuh sehingga tubuh berada dalam keadaan abnormal dimana penyebab dari
penyakit tersebut dapat ditularkan ke orang lain. Sedangkan penyakit tidak menular
adalah suatu gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh sehingga tubuh berada dalam
keadaan abnormal dimana penyebab dari penyakit tersebut tidak dapat ditularkan ke
orang lain, misalnya penyakit yang menjadi terkenal saat ini yaitu stroke.
Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mengakibatkan

kematian pada seseorang dan menyebabkan kecacatan. Dilihat dari pola kematian
penderita rawat inap, stroke menempati posisi pertama, dan urutan ketiga terbesar
penyebab kematian di dunia setelah jantung dan kanker. Penderita stroke saat ini
menjadi penghuni terbanyak di ruangan hampir semua pelayanan rawat inap penderita
penyakit syaraf. Stroke menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya,
hal ini menjadi perhatian pemerintah. Kasus stroke meningkat di negara maju seperti
Amerika Serikat. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahunnya terjadi 750.000
kasus stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukan bahwa setiap 45 menit,
ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke. Dan pada tahun 2020
diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke. Di Indonesia stroke
merupakan pembunuh nomor tiga. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
1

tahun 2007 pada usia 45-54 tahun angka kematian akibat stroke sebesar 15,9% (di
daerah perkotaan) dan 11,5% (di daerah pedesaan).Dari jumlah total penderita stroke di
Indonesia, sekitar 2,5 persen atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat
ringan maupun berat.
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus strok baik
dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Prevalensi strok di Indonesia sebesar
8,3 per 1000 penduduk menurut Riset Kesehatan Dasar (2008) dan 51,6 per 100.000

penduduk menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) tahun
2011. Data dari profil kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan bahwa penyebab
kematian utama untuk semua umur adalah strok (15,4%), disusul tuberkulosis (7,5%)
dan hipertensi (6,8%).
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan
masalah utama di bidang kesehatan. Oleh kaena itu masalah stroke ini harus segera
diatasi untuk mengatasi masalah ini diperlukan strategi penanggulangan stroke yang
mencakup aspek preventif, tetapi rehabilitasi dan promotif.
1.2. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain
sebagai berikut:
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan stroke?
1.2.2. Apa saja klasifikasi dari penyakit stroke?
1.2.3. Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit stroke?
1.2.4. Bagaimanakah tanda dan gejala penyakit stroke?
1.2.5. Apa saja faktor risiko terjadinya stroke?
1.2.6. Bagaimanakah patofisiologi dari stroke?
1.2.7. Bagaimana epidemiologi penyakit stroke?
1.2.8. Apa saja efek atau akibat dari penyakit stroke?
1.2.9. Bagaimanakah pencegahan, pengobatan dan perlindungan pasien stroke?

1.3. Tujuan Penulisan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dari stroke.
1.3.2. Untuk mengetahui klasifikasi dari stroke.
1.3.3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya stroke.
2

1.3.4. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit stroke.
1.3.5. Untuk mengetahui faktor risiko terjadinya stroke.
1.3.6. Untuk mengetahui patofisiologi dari stroke.
1.3.7. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit stroke.
1.3.8. Untuk mengetahui efek atau akibat dari penyakit stroke.
1.3.9. Untuk mengetahui pencegahan, pengobatan dan perlindungan pasien stroke.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
browsing internet.

3

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Stroke
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak berupa kematian sel-sel saraf
neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak.
Menurut WHO Task Force in Stroke and Other Cerebralvascular (1989), secara
klinis stroke adalah disfumgsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah dan timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam
beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal
otak yang terganggu.

2.2. Klasifikasi Penyakit Stroke
Telah banyak institusi yang mengemukakan baerbagai klasifikasi stroke, seperti
yang dibuat oleh Stroke Data Bank, World Health Organization (WHO, 1989) dan
National Institute of Neurological Disease and Stroke (NINDS, 1990). Pada dasarnya
klasifikasi tersebut dikelompokkan atas dasar manefestasi klinik, proses patologi yang
terjadi di otak dan tempat lesinya. Hal ini berkaitan dengan pendekatan diagnosis
neurologis yang melakukan diagnosis klinis, diagnosis kausal, dan diagnosis topis.
Klasifikasi yang dipakai saat ini adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan manefestasi klinik
 Transient Ischemic Attack (TIA), serangan kurang dari 24 jam.

 Sroke in Evolution (SIE), hilang dalam 2 minggu.
 Reversible Ischemic Neurologica Deficit (RIND).
 Completed Stroke
b. Berdasarkan proses patologik (kausal):
4

 Infark
 Pendarahan Intra serebral
 Pendarahan subarachnoidal
c. Berdasarkan tempat lesi
 Sistem Karotis
 Sistem Vertebrobasiler.
Di klinik, secara umum ada 2 jenis stroke, yakni sroke iskemik (nonhemorhagik)
dan hemorhagik.

a. Stroke Hemoragik
Pada stroke ini pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak
normal. Darah yang keluar akan merembes masuk kedalam suatu daerah di
otak dan merusaknya. Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak,
sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit

(completed Stroke). Selanjutnya stroke dapat bertambah buruk dalam
beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang
mati (stroke in evolution). Jenis hemorhagic dapar terjadi sebagai pendarahan
intracerebral atau subaracnoid.
b. Stroke Non Hemoragik atau Stroke Iskemik
Pada stroke ini, aliran darah ke orak terhenti karena penumpukan kolesterol
pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis) atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau

5

sekitar 83 % mengalami stroke jenis ini. Jenis iskemic dapat berupa TIA,
trombosis dan emboli.
Pembagian di klinik biasa melakukan diagnosis berikut :
a.

b.

Stroke hemoragic – HS :
1.


PSD (Pendarahan SubDural)

2.

PSA (Pendarahan SubAracnoid)

3.

PIS (Pendarahan IntraCerebral)

Stroke non hemoragic -NHS (Cerebral Infarction) terbagi atas :


Secara klinis terdiri atas :
1. TIA
2. RIND (Revercible Ischemic Neurologic Deficit)
3. Progressing stroke = stroke in evolution
4. Complete stroke




Secara kausal :
1. Stroke trombotik
2. Stroke emboli/nontrombotik

2.3. Penyebab Penyakit Stroke
Stroke dapat terjadi karena suplai oksigen yang didapat dari darah untuk otak
tidak mencukupi. Berat otak hampir 2,5 % dari berat badan seluruhnya. Otak tidak
mempunyai cadangan oksigen, maka sangat bergantung dengan kondisi aliran darah.
Apabila suplai oksigen terputus lebih dari 6-8 menit, kerusakan yang terjadi tidak akan
bisa dipulihkan lagi. Apabila sroke merusak bagian sebelah kanan otak, sisi tubuh
sebelah kiri akan terkena pengaruhnya, dan sebaliknya. Secara spesifik hal itu terjadi
karena terhentinya aliran darah ke otak karena sumbatan atau pendarahan. Gangguan
saraf atau kelumpuhan yang terjadi bergantung pada bagian otak mana yang terkena.
2.4. Tanda dan Gejala Penyakit Stroke
Gejala dan tanda stroke sangat bervariasi, tergantung bagian otak yang terkena.
Namun, secara umum dapat dikemukakan tanda dan gejala yang sering dijumpai, antara
lain :
a) Timbul rasa kesemutan pada seisi badan, mati rasa, terasa seperti terbakar, atau

terkena cabai.
6

b) Lemas, atau bahkan kelumpuhan pada seisi badan, sebelah kanan atau kiri saja.
c) Mulut, lidah mencong bila diluruskan. Mudah diamati jika sedang berkumur, tidak
sempurna atau muncrat dari mulut.
d) Ganggan menelan, atau bila minum sering tersedak.
e) Gangguan bicara, berupa pelo, atau aksentuasi kata-kata sulit dimengerti. Bahkan
bicara tidak lancar, hanya separtah-patah.
f) Tidak mampu membaca dan menulis. Kadang-kadang diawali dengan perubahan
tulisan yang tidak biasa, karena tulisan lebih jelek.
g) Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil..
h) Kurang mampu memahami pembicaraan orang lain.
i) Kemampuan intelektual menurun drastis, bahkan tidak mampu berhitung, menjadi
pelupa.
j) Fungsi indra ternganggu sehingga bisa terjadi gangguan penglihatan berupa
sebagian lapangan pandangan tidak terlihat atau gelap, juga pendengarannya
berkurang.
k) Gangguan pada suasana emosi, menjadi lebih mudah menangis atau tertawa.
l) Kelopak mata sulit dibuka, atau dalam keadaan terkatup.

m) Gerakan badan tidak terkoordinasi sehingga jika berjalan sempoyongan, atau
kehilangan koordinasi pada seisi badan.
n) Gangguan kesadaran, pingsan, bahkan sampai koma.

2.5. Faktor Risiko Penyakit Stroke
Stroke erat kaitannya dengan gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi Karena
adanya gangguan aliran darah kebagian otak.
Faktor risiko penyebab stroke digolongkan menjadi 2 :
1. Faktor risiko stroke yang tidak dapat dikendalikan antara lain :
a. Umur
Risiko stroke meningkat seiring pertambahan usia. Setelah umur memasuki
55 tahun keatas,resiko stroke meningkat dua kali lipat setiap kurun waktu 10
tahun. Namun bukan berarti strok hanya terjadi pada kelompok usia lanjut
melainkan stroke juga dapat menyerang berbagai kelompok umur.
b. Jenis Kelamin
Pria memiliki resiko terkena stroke lebih besar daripada wanita. Resiko stroke
pada pria lebih tinggi 20 persen dari wanita. Namun setelah seseorang wanita
menginjak usia 55 tahun, saat kadar estrogennya menurun karena menopause,
resikonya justru lebih tinggi dibandingkan pria.
c. Garis Keturunan

7

Risiko stroke lebih tinggi jika dalam keluarga terdapat riwayat keluarga
penderita stroke. Perlu diwaspadai apabila ada anggota keluarga (orang tua
dan saudara) yang mengalami stroke atau serangan transien iskemik.
d. Ras atau etnik
Berdasarkan data American Heart Association, ras Afrika Amerika memiliki
resiko lebih tinggi karena stroke dibandingkan dengan ras kaukasia.
e. Diabetes
Penderita diabetes mempunyai resiko 2 kali lebih besar mengalami stroke, hal
ini dapat terjadi akibat gangguan metabolisme pada para penderita diabetes.
f. Arterosklerosis
Kondisi dimana terjadi penyumbatan dinding pembuluh darah dengan
lemak,kolesterol ataupun kalsium.
g. Penyakit Jantung
Orang dengan penyakit jantung mempunyai resiko dua kali lipat terkena
stroke dibandingkan orang berjantung sehat.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan antara lain :
a. Obesitas
Resiko stroke akan meningkat pada orang dengan indeks massa tubuh (IMT)
lebih dari 30 kg/m2 (obesitas).
b.

Kurang aktivitas fisik dan olahraga
Efeknya adalah meningkatkan risiko hipertensi, rendahnya kadar HDL
(kolesterol baik) dan diabetes. Berolahraga yang dilakukan secara rutin 30-40
menit per hari dapat mengurangi resiko tersebut.

c.

Merokok
Peluang terjadinya stroke pada orang yang mempunyai kebiasaan merokok
50 persen lebih tinggi daripada yang bukan perokok.

d.

Mengkonsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan
Risiko stroke iskemik akan meningkat dalam dua jam setelah mengkonsumsi
minuman beralkohol. Penggunaan obat-obatan terlarang seperti halnya
kokain juga dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung.

e.

Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Hampir sekitar 40 % kejadian stroke disebabkan atau dialami oleh penderita
hipertensi.
8

f.

Tingkat kolesterol darah yang berbahaya
Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan meningkatkan resiko terjadinya
pengerasan pembuluh nadi (arterosklerosis), karena kolesterol cenderung
menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak.

g.

Sleep apnea (mendengkur disertai berhenti bernafas selama 10 detik)
Penderita sleep apnea berisiko mengalami hipertensi dan kekurangan suplay
oksigen dalam darahnya yang dapat menyebabkan stroke.

2.6. Patofisiologi Penyakit Stroke
Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di batang otak terjadi
karena kawasan perdarahan suatu arteri tidak/kurang mendapat jatah darah lagi. Jatah
darah tidak disampaikan ke daerah tersebut. Lesi

yang terjadi dinamakan infark

iskemik jika arteri tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Maka dari itu
“Stroke” dapat dibagi dalam :
a. Stroke iskemik / Non Hemorogik
Iskemik otak adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan pemasokan
darah ke otak yang membahayakan fungsi neuron. Infrak otak terjadi jika ada
daerah otak yang iskemik menjadi nekrosis akibat berkurangnya suplai darah
sampai pada tingkat lebih rendah dari titik kritis yang diperlukan untuk
kehidupan sel sehingga disertai gangguan fungsional dan struktural yang
menetap.Terdapat dua penyebab utama infrak otak, yaitu trombus dan emboli.
Kebanyakan infrak otak terjadi setelah adanya trombosis pada pembuluh darah
yang arterosklerotik. Dengan demikian trombosis pada pembuluh darah yang
aterosklerotik. Dengan demikian trombosis menyerang individu-individu yang
memiliki satu arah atau lebih faktor resiko yang memacu terbentuknya
aterosklerosis.

9

b. Stroke hemoragik
Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
merusaknya. Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen
intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen
intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan tingkatan
TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul
kematian. Disamping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau
tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
2.7. Epidemiologi Penyakit Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala
dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit
ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan penduduk.
Stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga yang paling sering setelah
penyakit kardiovaskuler di Amerika Serikat. Angka kematiannya mencapai 160.000
per tahun dan biaya langsung sebesar 27 milyar dolar US setahun. Insiden bervariasi
1,5–4 per 1000 populasi. Selain penyebab utama kematian juga merupakan penyebab
10

utama kecacatan. Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi stroke juga selalu
menduduki urutan pertama dari seluruh jumlah pasien yang dirawat di Bangsal Saraf.
Insidens serangan stroke pertama sekitar 200 per 100.000 penduduk per tahun.
Insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Konsekuensinya, dengan semakin
panjangnya angka harapan hidup, termasuk di Indonesia, akan semakin banyak pula
kasus stroke dijumpai. Perbandingan antara penderita pria dan wanita hampir sama.
Prevalensi stroke berkisar 5-12 per 1000 penduduk. MacDonald et al. (2000) yang
meneliti prevalensi dari berbagai jenis penyakit susunan saraf menemukan prevalensi
stroke sebesar 800 per 100.000 penduduk.
Stroke dapat ditemukan pada semua golongan usia namun sebagian besar akan
dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat
secara eksponensial denagn bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 100
kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90 adalah 300/10.000
dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak
ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa
pengaruh umur.
Insiden stroke bervariasi antarnegara dan tempat. Menurut hasil penelitian yang
dikoordinasi oleh WHO, dari 16 pusat riset di 12 negara maju dan berkembang antara
Mei 1971 sampai dengan Desember 1974 memperlihatkan bahwa insiden stroke yang
paling tinggi adalah di Ahita (Jepang) yaitu 287 per 100.000 populasi per tahun, sedang
yang terendah adalah di Ibadan (Nigeria) sebesar 150 per 100.000 populasi per tahun.
Clifford Rose dari Inggris memperkirakan insidens stroke dikebanyakan negara adalah
sebesar perdarahan intra serebral meningkat sesuai dengan pertambahan umur, sedang
perdarahan subarachnoidal lebih banyak terdapat di kalangan usia muda.
Di Indonesia, walaupun belum ada penelitian epidemiologis yang sempurna, dari
hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2013 dilaporkan prevalensi stroke pada
golongan umur ≥ 15 tahun adalah 7 per mil sedangkan Prevalensi Stroke berdasarkan
diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰),
Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke
berdasarkan 92 terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan
(17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur
sebesar 16 per mil. Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan
pendidikan rendah, masyarakat kota baik dan masyarakat yang tidak bekerja.

11

Proporsi stroke di rumah-rumah sakit di 27 provinsi pada tahun 1984 dan tahun
1986 meningkat 0,96 per 100 penderita. Masih dari hasil survei kesehatan rumah
tangga, mortalitas stroke pada tahun 1986 adalah tercatat 37,3 per 100.000 penduduk
sementara di negara–negara maju, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan keganasan. Walaupun mortalitasnya sangat bervariasi
antargeografi, namun secara rata–rata disebutkan angka 100 kematian per 100.000
penduduk per tahun.
2.8. Efek atau akibat Penyakit Stroke
Otak mengontrol banyak hal yang berlangsung di tubuh kita. Kerusakan otak
dapat mempengaruhi pergerakan, perasaan, perilaku, kemampuan berbicara/berbahasa
dan kemampuan berpikir seseorang. Stroke dapat mengakibatkan gangguan beberapa
bagian dari otak, sedangkan bagian otak lainnya bekerja dengan normal. Pengaruh
stroke terhadap seseorang tergantung pada:
a. Bagian otak yang terkena stroke;
b. Seberapa serius stroke yang terjadi; dan
c. Usia, kondisi kesehatan dan kepribadian penderitanya (Heart and Stroke
Foundation, 2003).
Beberapa akibat stroke yang sering dijumpai adalah (Heart and Stroke
Foundation, 2003):
a. Kelumpuhan satu sisi tubuh.
Ini merupakan salah satu akibat stroke yang paling sering terjadi.
Kelumpuhan biasanya terjadi di sisi yang berlawanan dari letak lesi di otak,
karena adanya pengaturan representasi silang oleh otak. Pemulihannya
bervariasi untuk masing-masing individu;
b. Gangguan penglihatan.
Penderita stroke sering mengalami gangguan penglihatan berupa defisit
lapangan pandang yang dapat mengenai satu atau kedua mata. Hal ini
menyebabkan penderita hanya dapat melihat sesuatu pada satu sisi saja,
sehingga misalnya ia hanya memakan makanan di sisi yang dapat dilihatnya
atau hanya mampu membaca tulisan pada satu sisi buku saja;
c. Afasia.
Afasia adalah kesulitan berbicara ataupun memahami pembicaraan. Stroke
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berbicara/berbahasa,
12

membaca dan menulis atau untuk memahami pembicaraan orang lain.
Gangguan lain dapat berupa disatria, yaitu gangguan artikulasi kata-kata saat
berbicara;
d. Gangguan persepsi.
Stroke dapat mengganggu persepsi seseorang. Penderita stroke dapat tidak
mengenali obyek-obyek yang ada di sekitarnya atau tidak mampu
menggunakan benda tersebut;
e. Lelah.
Penderita stroke sering mengalami kelelahan. Mereka membutuhkan tenaga
ekstra untuk melakukan hal-hal yang biasa dikerjakan sebelumnya. Kelelahan
juga dapat terjadi akibat penderita kurang beraktivitas, kurang makan atau
mengalami depresi;
f. Depresi.
Depresi dapat terjadi pada penderita stroke. Masih merupakan perdebatan
apakah depresi yang terjadi merupakan akibat langsung dari kerusakan otak
akibat stroke atau merupakan reaksi psikologis terhadap dampak stroke yang
dialaminya. Dukungan keluarga akan sangat membantu penderita;
g. Emosi yang labil.
Stroke dapat mengakibatkan penderitanya mengalami ketidakstabilan emosi
sehingga menunjukkan respons emosi yang berlebihan atau tidak sesuai.
Keluarga/pengasuh harus memahami hal ini dan membantu meyakinkan
penderita bahwa hal ini adalah hal yang lazim terjadi akibat stroke dan bukan
berarti ia menjadi gila;
h. Gangguan memori.
Penderita stroke dapat mengalami gangguan memori dan baru;
i. Perubahan kepribadian.
Kerusakan otak dapat menimbulkan gangguan kontrol emosi positif maupun
negatif. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku penderita dan caranya
berinteraksi

dengan

lingkungannya.

Perubahan

perilaku

ini

dapat

menimbulkan kemarahan keluarga/pengasuhnya. Untungnya perubahan
perilaku ini akan mengalami perbaikan seiring dengan pemulihan strokenya.
Memahami efek yang dapat terjadi pada seseorang yang mengalami stroke akan
sangat membantu keluarga penderita memahamai perubahan yang terjadi pada
13

penderita. Pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut dan membantu penderita
melalui masa-masa sulit ini akan sangat bermanfaat bagi upaya pemulihan penderita.
2.9. Pencegahan, Pengobatan dan Perlindungan Penderita Stroke
2.8.1 Pencegahan
Deteksi dini terhadap adanya aterosklerosis pada stadium dini sulit
dilakukan. Namun yang penting dilakukan adalah mendeteksi ada tidaknya
faktor risiko, sebelum seseorang mengalami kelainan pembuluh darah.
Tujuan upaya pencegahan penyakit stroke ini adalah untuk menurunkan
kejadian penyakit, kecacatan dini dan kematian, sehingga dapat memperpanjang
hidup dengan kualitas yang memadai. Pencegahan dibagi atas dua kategori yaitu
pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan
pada mereka yang masih sehat dan belum parah mengalami penyakit stroke.
Sedangkan pencegahan sekunder dilakukan terhadap mereka yang sudah pernah
mengalami penyakit stroke.
a. Pencegahan primer
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pencegahan primer antara lain :


Menghindari kegemukan
Pencegahan stroke perlu dilakukan dengan menghindari kegemukan
(obesitas), sebisa mungkin mengurangi kolesterol tinggi. Untuk itu pola
konsumsi harus diubah yaitu dari yang cenderung tinggi karbohidrat dan
lemak menjadi banyak sayur dan buah yang tinggi serat. Dari sumber
protein hewani gantikan posisi daging dengan ikan, karena ikan memiliki
kandungan lemak yang jauh lebih baik bagi kesehatan daripada daging.



Menghindari stress
Beban kerja yang tinggi, tekanan hidup yang berat, tuntutan ekonomi,
keinginan yang belum tercapai ataupun hal lainnya tanpa disadari dapat
menyebabkan efek jangka panjang pada fisik dan mental.
Stres menyumbang hingga 20% penyebab stroke, selain itu juga
menimbulkan hipertensi. Stress yang tidak terkendali akan memicu
naiknya tekanan darah dan berisiko terkena serangan jantung. Stres juga
dapat menaikkan kadar kolesterol dalam darah. Kondisi tersebut

14

nantinya dapat membuat pembuluh darah tersumbat sehingga penderita
rentan terhadap stroke.
Stres dalam kehidupan sekarang ini memang merupakan suatu kondisi
yang sulit untuk dihindari, sehingga perlu pengelolaan yang baik. Jika
mampu mengelola stress dengan baik maka risiko terkena stroke dapat
berkurang hingga 25%.


Menghindari minum alkohol dan obat yang memiliki efek buruk pada
pembuluh darah
Konsumsi alkohol selain membuat orang yang mengkonsumsinya terlalu
banyak akan mengalami gejala mabuk, namun yang lebih perlu
diwaspadai adalah pengaruhnya terhadap tekanan darah.
Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, memperlemah jantung,
mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri.



Menghentikan kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok akan meningkatkan serangan stroke dibandingkan
dengan orang-orang bukan perokok. Merokok dapat mengurangi
elastisitas pembuluh darah sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh
darah dan akan meningkatkan serangan stroke.



Mengurangi asupan lemak, kolesterol dan garam yang dikonsumsi secara
berlebihan
Makanan cepat saji, gorengan, steak, dan gulai mengandung kadar lemak
dan kolesterol tinggi. Konsumsi dari jenis makanan tersebut harus
dibatasi, karena bila dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan
arterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah yang akan menghambat
aliran darah ke otak.
Makanan

yang

menggunakan

garam

berkadar

tinggi

dalam

pengolahannya juga harus dihindari, sebab natrium adalah mineral utama
dalam garam, berefek meningkatkan ketegangan kontraksi pembuluh
darah. Batasilah konsumsi garam dengan mengurangi camilan, gorengan
dan makanan yang diolah dengan garam seperti makanan kalengan dan
makanan yang diawetkan.

15



Mengendalikan gula darah dan kadar lemak darah (dislipidemia)
Terlalu banyak mengkonsumsi gula akan mengakibatkan kegemukan dan
memicu munculnya diabetes tipe 2 karena hormon insulin sudah resisten
sehingga terjadi penumpukan gula di dalam darah.



Mengobati penyakit seperti : Hipertensi, Diabetes mellitus, penyakit
jantung/aterosklerosis
Hipertensi merupakan faktor utama terkena stroke dan penyakit jantung
koroner. Diabetes juga meningkatkan resiko stroke 1,5 hingga 4 kali
lipat, terutama pada penderita yang gula darahnya tidak terkendali. Oleh
karena itu pengobatan dan kontrol terhadap penyakit-penyakit ini sangat
perlu di lakukan untuk mengurangi resiko terkena stroke.



Berolahraga secara teratur, minimal 3 kali seminggu
Hasil optimal olahraga tidak hanya ditentukan oleh jenis dan frekuensi
berolahraga. Waktunyapun sebaiknya dipertimbangkan sehingga tidak
terbuang percuma.
Hasil penelitian menunjukan bahwa olahraga dengan intensitas rendah
bermanfaat bagi penyakit jantung dan dapat mencegah stroke.
Berolahraga secara teratur, tidak hanya membuat jantung tetap kuat, tapi
juga meningkatkan jumlah enzim alami (superoksida dismutase,
glutation peroksidase dan katalase) yang berperan sebagai antioksidan
untuk mencegah arterosklerosis. Olahraga juga dapat mengontrol berat
badan dan mengendalikan stress yang bermanfaat untuk mencegah
stroke.
16

b.

Pencegahan Sekunder
Dalam pencegahan sekunder yang perlu dilakukan :
1) Mengontrol faktor resiko penyakit stroke melalui :
a) Mengobati penyakit-penyakit yang diderita yang merupakan
resiko timbulnya stroke seperti hipertensi,diabetes mellitus,
penyakit jantung.
b) Mengatasi dislipidemia dengan diet rendah lemak
c) Berhenti merokok
d) Menghindari konsumsi alkohol
e) Mengatasi kegemukan (obesitas)
f) Menghindari dan mengobati hiperurisemia
g) Mencegah terjadinya polisitemia (jumlah sel darah merah yang
tinggi)
h) Menghindari stress
i) Mengatsi keadaan depresi
2) Dengan menggunakan obat-obatan (stroke iskemik).

2.8.2 Pengobatan
Penyakit stroke memiliki 3 tingkatan sesuai dengan kondisi pasien,
sehingga dalam pengobatannya juga disesuaikan dengan tingkatan penyakit
yang diderita oleh pasien tersebut. Tahapan pengobatan stroke dapat diurutkan
seperti pada tabel di bawah.
No
1

Nama
Pemeriksaan

Keterangan
Membantu

2

fisik
Pengobatan

kerusakan otak
Pada completed

Rehabilitasi

stroke,

lokasi

Alat yang dibutuhkan
 CTscan dan MRI

beberapa

 Oksigen

dan

jaringan otak telah mati memperbaiki

dipasang

infus

aliran darah ke daerah tersebut tidak

untuk memasukkan

akan dapat mengembalikan fungsinya.

cairan

Karena itu biasanya tidak dilakukan

makanan.

pembedahan.
3

menentukan

Tetapi

pengangkatan

dan

zat

 Respirator

sumbatan
Belajar mengatasi kelumpuhan karena

 Alat bantu gerak

kelainan fungsi sebagian jaringan

 Alat bantu latihan
17

otak. Bagian otak lainnya kadang bisa

ingatan

menggantikan

permainan otak.

fungsi

yang

seperti

sebelumnya dijalankan oleh bagian
otak yang mengalami kerusakan.

Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :
1. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan
aneurisme.
2. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka pengobatan
yang diberikan yaitu :
a. Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi Edema
acak dan timbulnya kejang
b. Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu Serta
berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya Lisis bekuan
darah atau perdarahan ulang.
3. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)
4. Adapun tindakan medis pasien stroke yang lainnya adalah :
a. Deuretik : untuk menurunkan edema serebral
b. Antikoagulan : untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis
atau emboli dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler
c. Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit memainkan
peran yang sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi.

18

2.8.3 Perlindungan
Berikut beberapa jenis terapi medis yang dapat diberikan pada penderita
stroke.
a. Fisioterapi
Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak
bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan
fungsinya.

Berbagai

metode

intervensi

fisioterapi

seperti

pemanfaatan electrotherapy, hidrotherapy, exercise therapy (Bobath
method,

Proprioceptive

Neuromuscular

Facilitation,

Neuro

Developmental Treatment, Sensory Motor Integration, dll.) telah
terbukti memberikan manfaat yang besar dalam mengembalikan
gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke.

Salah satu program latihan dengan metoda fisioterapi. Penanganan
fisioterapi pasca stroke pada prinsipnya adalah proses pembelajaran
sensomotorik pada pasien dengan metode-metode tersebut diatas.
Akan tetapi interaksi antara pasien dan fisioterapis amat sangat
terbatas, lain halnya dengan keluarga pasien yang memiliki waktu
relatif lebih banyak. Dampak lain adalah jika pemahaman anggota
keluarga kurang tentang penanganan pasien stroke maka akan
menghasilkan proses pembelajaran sensomotorik yang salah pula.
Hal ini justru akan memperlambat proses perkembangan gerak.
b. Terapi Okupasi

19

Terapi Okupasi mendesain sebuah aktivitas yang bersifat terapeutik
atau bertujuan memberikan latihan dalam perawatan diri maupun
latihan untuk dapat mandiri dan kembali bekerja. Salah satu
intervensi yang penting adalah melatih keluarga atau orang lain yang
merawat penderita tentang beberapa cara mencegah komplikasi,
memotivasi penderita untuk melakukan kegiatan/ aktifitas.

c. Terapi Wicara
Terapi ini bertujuan membantu penderita untuk mengunyah,
berbicara, dan mengerti kata-kata. Terapi wicara merupakan suatu
metode untuk menangani orang-orang yang mengalami gangguan
perilaku komunikasi yang meliputi: gangguan bicara, bahasa, suara,
dan irama kelancaran. Terapi wicara dapat diberikan untuk beberapa
jenis gangguan berikut: Gangguan wicara, yakni:
1. Dislogia : Gangguan wicara karena adanya gangguan
intelegensi/konsep.
2. Dislalia : Gangguan wicara karena kebiasan pemakaian yang
salah (lingkungan)
3. Disaudia : Gangguan wicara karena adanya gangguan
pendengaran
4. Disglosia : Gangguan wicara karena ada kelainan struktur
organ, morfologi/bentuk organ-organ wicara seperti lidah,
mulut, langit-langit mulut.
5. Disartia : Gangguan wicara karena adanya kelainan neurologis,
cedera pada bagian neuromuscular.
6. Dispraxia : Gangguan wicara karena lesi di otak bagian
programasi urutan gerak otot-otot bicara.

20

Gangguan bahasa, yakni afasia perkembangan pada anak-anak,
gangguan suara yakni kehilangan suara sebagian (disfonia) atau tidak
bersuara sama sekali (afonia), gangguan irama kelancaran, yakni
klater, latah, gagap.

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak berupa kematian sel-sel saraf
neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Stroke dapat
terjadi karena suplai oksigen yang didapat dari darah untuk otak tidak mencukupi.
Berat otak hampir 2,5 % dari berat badan seluruhnya. Otak tidak mempunyai cadangan
oksigen, maka sangat bergantung dengan kondisi aliran darah. Di klinik, secara umum
ada 2 jenis stroke, yakni sroke iskemik (nonhemorhagik) dan hemorhagik. Iskemik otak
adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan pemasokan darah ke otak yang
membahayakan fungsi neuron. Sedangkan stroke hemorhagik pembuluh darah pecah
sehingga aliran darah menjadi tidak normal. Darah yang keluar akan merembes masuk
kedalam suatu daerah di otak dan merusaknya. secara umum dapat dikemukakan tanda
dan gejala yang sering dijumpai, antara lain timbul rasa kesemutan pada seisi badan,
mati rasa, terasa seperti terbakar, atau terkena cabai, lemas, mulut, lidah mencong bila
diluruskan, ganggan menelan, atau bila

minum sering tersedak, gangguan bicara,

berupa pelo, atau aksentuasi kata-kata sulit dimengerti, tidak mampu membaca dan
menulis, berjalan menjadi sulit, Kurang mampu memahami pembicaraan orang lain, dll.
Adapun beberapa faktor risiko dari stroke dimana faktor risiko tidak dapat
dikendalikan antara lain umur, jenis kelamin, garis keturunan, ras atau etnik, diabetes,
Arterosklerosis, Penyakit Jantung.Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan
21

antara lain obesitas, kurang aktivitas fisik dan olahraga, merokok, mengkonsumsi
alkohol dan penggunaan obat-obatan, tekanan darah tinggi (Hipertensi). Inseden stroke
bervariasi diberbagai tempat, dengan umur yang bervarisi pula namun, banyaki
ditemukab dengan umur 55 tahun.
Beberapa akibat stroke yang sering dijumpai adalah (Heart and Stroke
Foundation, 2003) yaitu kelumpuhan satu sisi tubuh, gangguan penglihatan, Afasia,
Gangguan persepsi, lelah, depresi, emosi yang labil, gangguan memori, dan perubahan
kepribadian. Pencegahan stroke dibagi atas dua kategori yaitu pencegahan primer dan
pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan pada mereka yang masih sehat dan
belum parah mengalami penyakit stroke. Sedangkan pencegahan sekunder dilakukan
terhadap mereka yang sudah pernah mengalami penyakit stroke. Misalnya dengan
mengontrol faktor risiko dan menggunakan obat-obatan. Cara penatalaksanaan medis
yang dilakukan pada pasien stroke adalah :
1. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan
aneurisme.
2. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka pengobatan
yang diberikan yaitu :
a. Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi Edema
acak dan timbulnya kejang
b. Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu Serta
berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya Lisis bekuan
darah atau perdarahan ulang.
3. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)

Jenis terapi medis yang dapat diberikan pada penderita stroke yaitu fisioterapi,
terapi olupasi dan terapi bicara.
3.2. Saran
a. Bagi Pemerintah.
Agar lebih memperhatikan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pengobatan
penyakit stroke sehingga bahaya kematian akibat penyakit stroke dapat dikurangi.
22

b. Bagi Masyarakat.
Agar lebih memperhatikan kesehatan serta pola hidup yang sehat sehingga terhindar
dari penyakit Stroke. Mencegah lebih baik daripada mengobati.Oleh karena itu,
untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang harus kita ubah mulai sekarang adalah
pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur, dengan memperhatikan gizi yang
seimbang. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang
penyakit.

23

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DAERAH MISKlN DAN DAERAH TIDAK MISKIN ( Studi di :Kabupaten DaE:rab Tingkat ll Banyuwaogi Tabun 1989 - 1993)

0 32 74

TINJAUAN STABILITAS JEMBATAN RANGKA BAJA TERBUKA DENGAN GARIS KERJA GAYA BATANG YANG TIDAK SENTRIS (Studi kasus pada model jembatan KJI : Apple Bridge)

3 34 1

KOMPETENSI SOSIAL PADA REMAJA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DAN TIDAK MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA

5 114 59

MASALAH YANG DIHADAPI SISWA PADA JURUSAN YANG TIDAK SESUAI MINAT

10 183 1

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM MENGENAI PERINTAH ATASAN SEBAGAI PERTIMBANGAN TIDAK MENJATUHKAN PEMECATAN DINAS TNI (Putusan Pengadilan Militer III-12 Surabaya Nomor 161-K/PM.III- 12/AL/VII/2012)

0 22 17

ANALISIS YURIDIS TENTANG TINDAK PIDANA PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA KELUAR NEGERI SECARA TIDAK SAH (Perkara Nomor 478/Pid.B/2006/PN.Bwi)

0 11 16

KEABSAHAN PERMOHONAN POLIGAMI KARENA ISTRI TIDAK MAU BERTEMPAT TINGGAL BERSAMA DENGAN SUAMI (Studi Putusan Nomor :36 / Pdt.G / 2010 / PA. Bdg)

1 29 17

PEMBATALAN MEREK TERDAFTAR DENGAN ALASAN ADANYA ITIKAD TIDAK BAIK (STUDI PADA PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI NO. 05PK/N/HAKI/2006)

1 10 14

KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUALTERHADAP STANDAR PENGOBATAN PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG PERIODE JANUARI-JUNI 2012

2 36 33

PERBEDAAN KASUS KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR YANG MEMILIKI KEGIATAN UKGS DAN TIDAK MEMILIKI KEGIATAN UKGS DI KECAMATAN ENGGAL BANDAR LAMPUNG

12 50 63