PERBEDAAN KASUS KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR YANG MEMILIKI KEGIATAN UKGS DAN TIDAK MEMILIKI KEGIATAN UKGS DI KECAMATAN ENGGAL BANDAR LAMPUNG

(1)

PERBEDAAN KASUS KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR YANG MEMILIKI KEGIATAN UKGS DAN TIDAK MEMILIKI

KEGIATAN UKGS DI KECAMATAN ENGGAL BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

KARTIKA YUANA FITRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF DENTAL CARIES IN PRIMARY SCHOOL STUDENT WITH UKGS PROGRAM AND WITHOUT UKGS PROGRAM

IN THE DISTRICT OF ENGGAL BANDAR LAMPUNG

By

KARTIKA YUANA FITRI

Dental caries is the most common disease in primary school student. Caries causes pain that interferes the daily activities. UKGS program is one way to prevent dental caries. The aim of this research was to determine differences in the incidence of dental caries in primary school student with UKGS program and without UKGS program in the district of Enggal, Bandar Lampung.

This study is an analytical study with cross sectional design. The experiment was conducted in October 2014 in SDN 02 Rawa Laut and SDN 02 Pahoman. The sample 285 student were taken from each school by simple random sampling technique. Data obtained from questionnaires and primary dental caries examination to see the number of dental caries experience using DMF-T index. The results showed that cases of dental caries based on index DMF-T in school with UKGS program is 2.0, while school without UKGS program has DMF-T index of 3.5. The results of the analysis using Mann Whitney test with a confidence level of 95%, value of p <0.05 showed the significant difference between the primary school with UKGS program and without UKGS program. The conclution of this study indicated the significant difference of dental caries between the primary school with UKGS program and without UKGS program in the district of Enggal, Bandar Lampung.


(3)

ABSTRAK

PERBEDAAN KASUS KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR YANG MEMILIKI KEGIATAN UKGS DAN TIDAK MEMILIKI

KEGIATAN UKGS DI KECAMATAN ENGGAL BANDAR LAMPUNG

Oleh

KARTIKA YUANA FITRI

Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada usia anak sekolah dasar dan dapat menimbulkan rasa nyeri sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan kegiatan UKGS yang ada disekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan angka kejadian karies gigi pada murid sekolah dasar yang memiliki kegiatan UKGS dan tidak memiliki kegiatan UKGS di kecamatan Enggal, Bandar Lampung.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi analitik, dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 di SDN 02 Rawa Laut dan SDN 02 Pahoman. Sampel berjumlah 285 orang yang diambil dengan metode simple random sampling. Data diperoleh dari kuesioner serta pemeriksaan langsung pada gigi responden selanjutnya dianalisa menggunakan indeks DMF-T.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus karies gigi berdasarkan indeks DMF-T pada sekolah dengan kegiatan UKGS adalah 2,0 sedangkan sekolah yang tidak memiliki kegiatan UKGS memiliki indeks DMF-T 3,5. Hasil analisis dengan uji Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil nilai p < 0,05 menunjukkan ada perbedaan bermakna antara sekolah dasar yang memiliki kegiatan UKGS dengan yang tidak memiliki kegiatan UKGS.

Dari penelitian ini didapatkan adanya perbedaan yang bermakna dari kasus karies gigi pada murid sekolah dasar yang memiliki kegiatan UKGS dan tidak memiliki kegiatan UKGS di kecamatan Enggal, Bandar Lampung.


(4)

PERBEDAAN KASUS KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR YANG MEMILIKI KEGIATAN UKGS DAN TIDAK MEMILIKI

KEGIATAN UKGS DI KECAMATAN ENGGAL BANDAR LAMPUNG

Oleh

KARTIKA YUANA FITRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, tanggal 11 April 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari bapak H. Teguh SH, MH dan ibu Hj. Zartatis.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Islam Raudhatul Jannah, Payakumbuh, Sumatera Barat pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 03 Alai, Padang, Sumatera Barat pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas (SMP) diselesaikan di SMPN 12 Bekasi, Jawa Barat pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 02 Bandar Lampung, Lampung pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas lampung melalui jalur seleksi masuk perguruan tinggi negri. Selama menjadi mahasiswi, penulis juga pernah aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari tahun 2011-2012 sebagai anggota di bidang Dana dan Usaha.


(9)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kasus Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar yang Memiliki Kegiatan UKGS Dan Tidak Memiliki Kegiatan UKGS di Kecamatan Enggal Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas masukan, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan;

3. Dr. Dyah Wulan S.R Wardani, S.KM., M.Kes selaku Pembahas skripsi atas masukan, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan selama jalannya skripsi;


(10)

proses penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Ety Apriliana, M.Biomed selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. dr. Reni Zuraida, M.Si selaku Pembimbing Akademik atas waktu dan bimbingannya selama perkuliahan;

7. Seluruh Staf Dosen Fakultas Kedokteran Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;

8. Seluruh Staf Tata Usaha, Administrasi, dan Akademik Fakultas Kedokteran Unila serta pegawai;

9. Bapak H. Teguh, S.H. M.H., papa yang selalu mendoakan, mencurahkan kasih sayang, memberikan motivasi, semangat, harapan dan selalu mendukung penulis dari awal hingga akhir;

10. Ibu Hj. Zartatis, ibu yang selalu memberikan perhatian serta kasih sayang, selalu menyebutkan saya di setiap doanya, membimbing serta mendukung setiap langkah penulis;

11. Adik-adik saya, Muhammad Kukuh Satrio dan Gagah Wicaksono yang selalu mendoakan, menghibur, memberikan semangat, serta perhatian yang tidak ada habisnya;

12. Seluruh keluarga besar dari papa maupun ibu yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas perhatian, dukungan dan doa yang telah diberikan;


(11)

13. Andina Selia, Dea Lita, Hein Intan, Intan Ratna, Nur Ayu, Pradila Desty, Raissa Ulfah dan Sarah Carolin atas persahabatan dari awal hingga akhir ini, yang selalu membantu dan selalu ada saat suka maupun duka;

14. Allyssa Athifa, Verina Haifa dan Sinta Dewi atas persahabatan selama ini, yang selalu menghibur, memberikan semangat serta doa;

15. Murid-murid kelas V dan VI serta pihak sekolah di SDN 02 Rawa Laut dan SDN 02 Pahoman atas bantuan dan kerjasamanya dalam proses penelitian;

16. Teman-teman sejawat angkatan 2011 (Fabella, Agung, Aryati, Devi, Gita, Sabrine, Agatha, Gede, Bela, Caca dll) yang tidak bisa disebutkan satu per satu;

17. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat saya (2002–2014) yang sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Kerangka Teori... 6

1.6 Kerangka Konsep ... 9

1.7 Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Karies Gigi ... 10

2.1.1. Pengertian Karies Gigi ... 10

2.1.2. Patofisiologi Karies Gigi ... 10

2.1.3. Etiologi Terjadinya Karies Gigi ... 13

2.1.4. Faktor Risiko Terjadinya Karies Gigi ... 17

2.1.5. Prevalensi Karies Gigi Pada Anak ... 22

2.1.6. Penilaian Karies gigi ... 23

2.1.7. Pencegahan Karies Gigi ... 26

2.2. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)... 27

2.2.1. Pengertian UKGS ... 27

2.2.2. Kegiatan UKGS... 28

2.2.3. Tahapan UKGS ... 29

2.2.4. Manfaat UKGS ... 31

2.2.5. Cakupan Pelaksanaan Program UKGS ... 31

2.2.6. Pelaksana Program UKGS ... 32

2.3. Kerangka Pemikiran ... 30

2.4.1. Kerangka Teori... 30

2.4.2. Kerangka Konsep ... 33

2.4.3. Hipotesis Penelitian ... 33


(13)

iii

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

3.3.1 Populasi ... 34

3.3.2 Sampel ... 35

3.3.2.1 Teknik Sampling ... 36

3.3.2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 36

3.4. Variabel Penelitian... 37

3.5. Definisi Operasional... 37

3.6. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.6.1 Sumber Data ... 38

3.6.2 Instrumen Penelitian ... 39

3.6.3 Prosedur Penelitian ... 39

3.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 41

3.7.1. Pengolahan Data ... 41

3.7.2. Analisis Data ... 42

3.8. Ethical Clearence ... 43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian ... 44

4.1.2 Hasil Kuesioner Penyaring... 44

4.1.3 Karakteristik Responden ... 46

4.1.4 Analisis Univariat ... 48

4.1.5 Analisis Bivariat ... 48

4.2 Pembahasan ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Simpulan ... 58

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Definisi Operasional ... 38

Tabel 2 Hasil Kuesioner Penyaring ... 44

Tabel 3 Kasus Karies Gigi Berdasarkan Pengetahuan ... 45

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 46

Tabel 5 Kasus Karies Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin... 46

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 47

Tabel 7 Kasus Karies Gigi Berdasarkan Indeks Dmf-T ... 48


(15)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Teori ... 8

Gambar 2 Kerangka Konsep ... 9

Gambar 3 Skema Karies Gigi Sebagai Penyakit Multifaktorial ... 14

Gambar 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sekolah ... 45


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Surat Lulus Kaji Etik ... 62

Informed consent ... 63

Kuesioner Penyaring ... 65

Output SPSS ... 68

Data Hasil Pemeriksaan Karies Gigi Di Sekolah UKGS ... 72

Data Hasil Pemeriksaan Karies Gigi Di Sekolah Tanpa UKGS ... 79


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh manusia. Selain itu gigi merupakan salah satu jalan masuk kuman ke dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut pada anak adalah karies gigi. Penyakit gigi yang sering diderita oleh hampir semua penduduk Indonesia adalah karies gigi (Riskesdas, 2007).

Karies gigi atau gigi berlubang merupakan kerusakan pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga dentin atau tulang gigi. Gigi berlubang disebabkan oleh beberapa faktor seperti mikroorganisme, struktur gigi, substrat, dan waktu. Penjalaran gigi berlubang dimulai dari email sampai ruang pulpa yang berisi pembuluh saraf dan pembuluh darah yang menyebabkan rasa nyeri (Hermawan, 2010).

Di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi terjadinya karies gigi pada penduduk Indonesia dibandingkan tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4 % (2007) menjadi 53,2 % (2013) yaitu kurang lebih di Indonesia terdapat 93.998.727 jiwa yang menderita karies gigi (Riskesdas, 2013).


(18)

Untuk prevalensi karies gigi berdasarkan provinsi terlihat bahwa hampir semua provinsi di Indonesia mengalami kenaikan prevalensi karies dari tahun 2007 ke tahun 2013, hanya 4 provinsi yang mengalami penurunan, yaitu Maluku Utara, Papua Barat, Jogjakarta dan Riau. Peningkatan tertinggi terdapat pada provinsi Sulawesi Selatan (29,1 %) dan Lampung (23,6 %), yaitu 2 kali lebih peningkatan Nasional (9,8%) (Riskesdas, 2013).

Kejadian karies gigi lebih banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah dasar. Bila ditinjau dari kelompok umur penderita karies gigi terjadi peningkatan pula prevalensinya dari tahun 2007 ke tahun 2013, dengan peningkatan terbesar pada usia 12 tahun (13,7%) dan diatas 65 tahun (14,3%) (Riskesdas, 2013). Berdasarkan laporan data kesakitan SP2TP total provinsi lampung tahun 2012 didapatkan data bahwa jumlah penderita baru karies gigi usia 10-14 tahun semakin meningkat. Dilihat dari data jumlah penderita baru karies gigi yang mencapai 1753 orang dengan jumlah penderita lama 1604 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012). Sedangkan data kejadian karies gigi di kota Bandar Lampung yang didapatkan dari data laporan bulanan khususnya pada usia 10-14 tahun didapatkan data jumlah penderita karies baru sebanyak 533 orang dengan jumlah penderita lama 198 orang. (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2012).

Kecamatan Enggal merupakan salah satu kecamatan yang terletak di pusat kota, yang diharapkan masyarakatnya telah memiliki kesadaran dan pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Namun dari data yang ada, indeks DMF-T karies untuk kecamatan Enggal adalah 4,01. Menurut kriteria


(19)

3

WHO 4,01 masih masuk kedalam batas sedang (2,7-4,4). Walaupun demikian hal ini berarti rata-rata satu orang dapat memiliki 3-4 karies gigi. Bila dibandingkan dengan Indikator Indonesia Sehat tahun 2010, indeks DMF-T karies gigi yang ingin dicapai adalah sebesar 1. Dan menurut WHO untuk anak usia sekolah, indeks DMF-T yang diharapkan adalah ≤ 3.

Salah satu upaya pencegahan dari karies gigi adalah dengan meningkatkan kualitas kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar yang dilaksanakan melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai salah satu program puskesmas. Upaya ini diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang salah satu tugas pokoknya berupa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut supaya siswa memiliki pengetahuan serta dapat memelihara diri dengan baik khususnya dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Herijulianti, 2002).

UKGS adalah bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, pada para murid terutama murid Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam suatu kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal (Amaniah, 2009).

Salah satu program UKGS adalah memberikan penyuluhan kesehatan mengenai gigi dan mulut yang dilakukan pada anak sekolah dasar (umur 6 – 12 tahun) karena pada usia ini adalah masa peralihan antara gigi primer kegigi sekunder, sehingga rawan terjadinya karies gigi (Amaniah, 2009).


(20)

Di kecamatan Enggal ada 7 sekolah dasar negeri dan 2 sekolah dasar swasta namun belum semuanya memiliki dan menjalankan kegiatan UKGS dengan baik. Salah satu yang memiliki kegiatan UKGS adalah SDN 02 Rawa Laut. Sekolah ini memiliki sarana dan prasarana yang baik serta kegiatan rutin yang selalu berjalan setiap bulannya. Kegiatan UKGS yang dijalankan di sekolah ini termasuk tahap III atau paket optimal. Sedangkan sekolah dasar yang belum memiliki kegiatan UKGS salah satunya adalah SDN 02 Pahoman.

Atas dasar tingginya prevalensi karies gigi di provinsi Lampung, khususnya di kecamatan Enggal, Bandar Lampung, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan kasus karies gigi pada sekolah dasar yang memiliki kegiatan UKGS dan tidak memiliki kegiatan UKGS.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan kasus karies gigi pada murid sekolah dasar yang memiliki kegiatan UKGS dan tidak memiliki kegiatan UKGS ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui perbedaan kasus karies gigi pada murid sekolah dasar yang memiliki kegiatan UKGS dan tidak memiliki kegiatan UKGS.


(21)

5

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kasus karies gigi pada murid sekolah dasar yang memiliki kegiatan UKGS.

2. Untuk mengetahui kasus karies gigi pada murid sekolah dasar yang tidak memiliki kegiatan UKGS.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1.4.1 Bagi Pemerintah

1. Dapat menyadari pentingnya memberikan informasi mengenai promosi kesehatan melaui UKS, khususnya mengenai kesehatan gigi dan mulut yang dijalankan melalui kegiatan UKGS yang ada di sekolah untuk menurunkan kasus karies gigi.

2. Dapat memberlakukan kegiatan UKGS di setiap sekolah sehingga dapat menurunkan kasus karies gigi.

1.4.2 Bagi Puskesmas

1. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan upaya promosi kesehatan khususnya pada kebersihan gigi dan mulut pada anak usia sekolah.

1.4.3 Bagi Masyarakat

1. Dapat menyadari pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. 2. Lebih mengerti mengenai karies gigi dan faktor-faktor penyebabnya


(22)

1.4.4 Bagi Peneliti

1. Memperoleh keterampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan penelitian terutama dalam bidang kesehatan.

2. Melatih kemampuan berkomunikasi yang nantinya akan diperlukan saat terjun di masyarakat.

1.4.5 Bagi Peneliti Lain

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya mengenai kelainan kesehatan gigi dan mulut terutama karies gigi.

1.5 Kerangka Teori

Karies gigi merupakan suatu penyakit pada rongga mulut yang disebabkan oleh beberapa faktor penyebab sehingga karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial (Chemiawan, 2004). Etiologi dari karies gigi adalah tiga faktor utama yang memegang peranan yang sangat penting yaitu faktor host atau tuan rumah, agent atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu (Chemiawan, 2004).

Selain itu karies juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko, yaitu faktor yang mempermudah terjadinya karies gigi. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies gigi, kurangnya penggunaan fluor, oral hygiene yang buruk, jumlah bakteri, saliva serta pola makan dan jenis makanan (Sondang, 2008).


(23)

7

Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah. Hugh Roadman Leavell dan E Guerney Clark (Leavell dan Clark) dari Universitas Harvard dan Colombia membuat klasifikasi pelayanan pencegahan tersebut atas 3 yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier (Rethman, 2000).

UKGS adalah salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kejadian karies gigi yaitu dengan cara memberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut, upaya penjaringan kesehatan gigi dan mulut, upaya perawatan medik dasar bagi anak didik yang memerlukan misalnya pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal, pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru sampai memberikan rujukan bagi yang memerlukan ke puskesmas terdekat (Amaniah, 2009).


(24)

Adapun kerangka teori penelitian ini adalah :

Keterangan :

: yang akan diteliti oleh peneliti.

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian (Chemiawan, 2004), (Sondang, 2008), (Rethman,2000), (Amaniah, 2009).

Host

Agen

Substrat

Waktu

Oral Hygiene yang buruk

Kurangnya penggunaan fluor

saliva

Jenis makanan Karies gigi

Upaya pencegahan

Primer Sekunder: Tersier


(25)

9

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bagian dari kerangka teori yang akan menjadi panduan pelaksanaan penelitian. Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

Gambar 2 Kerangka Konsep

1.7 Hipotesis

Ada perbedaan kasus karies gigi murid-murid pada sekolah dasar yang memiliki kegiatan UKGS dan tidak memiliki kegiatan UKGS.

Variabel independen Variabel dependen

Kegiatan


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies gigi

2.1.1 Pengertian Karies Gigi

Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan kalsifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik secara enzimatis sehingga terbentuk kavitas (lubang) yang bila didiamkan akan menembus email serta dentin dan dapat mengenai bangian pulpa (Dorland, 2010).

Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors) di dalam rongga mulut yang berinteraksi satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor gigi, mikroorganisme, substrat dan waktu (Chemiawan, 2004).

2.1.2 Patofisiologi Karies Gigi

Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi, substrat, mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh


(27)

11

bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi (Kidd, 2012).

Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi. Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk, agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri (Suryawati, 2010).

Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai, yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan


(28)

enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

Patofisiologi karies gigi menurut Miller, Black dan William adalah awalnya asam ( ) terbentuk karena adanya gula (sukrosa) dan bakteri dalam plak (kokus). Gula (sukrosa) akan mengalami fermentasi oleh bakteri dalam plak hingga akan terbentuk asam ( ) dan dextran. Desxtran akan melekatkan asam ( ) yang terbentuk pada permukaan email gigi. Apabila hanya satu kali makan gula (sukrosa), maka asam ( ) yang terbentuk hanya sedikit. Tapi bila konsumsi gula (sukrosa) dilakukan berkali-kali atau sering maka akan terbentuk asam hingga pH mulut menjadi ±5 (Chemiawan, 2004).

Asam ( ) dengan pH ±5 ini dapat masuk ke dalam email melalui ekor enamel port (port d’entre). Tapi permukaan email lebih banyak mengandung kristal fluorapatit yang lebih tahan terhadap serangan asam sehingga asam hanya dapat melewati permukaan email dan akan masuk ke bagian bawah permukaan email. Asam yang masuk ke bagian bawah permukaan email akan melarutkan kristal hidroksiapatit yang ada. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut :


(29)

13

+ + = O Hidroksiapatit ion Hidrogen Calsium Hidrogen phospat Air

Apabila asam yang masuk kebawah permukaan email sudah banyak, maka reaksi akan terjadi berulang kali. Maka jumlah Ca yang lepas bertambah banyak dan lama kelamaan Ca akan keluar dari email. Proses ini disebut dekalsifikasi, karena proses ini terjadi pada bagian bawah email maka biasa disebut dekalsifikasi bagian bawah permukaan. Ringkasan terjadinya karies gigi menurut Schatz (Chemiawan, 2004) :

Sukrosa + Plak Asam

Asam + Email Karies

2.1.3 Etiologi Terjadinya Karies Gigi

Ada yang membedakan faktor etiologi dengan faktor risiko karies yaitu etiologi adalah faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor risiko karies adalah faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm dan dapat mempermudah terjadinya karies. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies (Chemiawan, 2004).


(30)

Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih (Gambar 2.1). Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Chemiawan, 2004).

Gambar 3 Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu (Chemiawan, 2004).

a. Faktor Host Atau Tuan Rumah

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu,


(31)

15

permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi pada anak-anak lebih mudah terserang karies dari pada gigi orang dewasa. Hal ini disebabkan karena enamel gigi mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi pada anak-anak tidak sepadat gigi orang dewasa. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak (Chemiawan, 2004).

b. Faktor Agen Atau Mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Mikroorganisme yang menyebabkan karies gigi adalah kokus gram positif, merupakan


(32)

jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 10.000-100.000 sel/mg plak. Walaupun demikian, Streptokokus mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena Streptokokus mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam) (Chemiawan, 2004).

c. Faktor Substrat Atau Diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies gigi (Chemiawan, 2004).


(33)

17

d. Faktor Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan (Chemiawan, 2004).

2.1.4 Faktor Risiko Terjadinya Karies Gigi

Faktor risiko karies gigi adalah faktor-faktor yang memiliki hubungan sebab akibat terjadinya karies gigi atau faktor yang mempermudah terjadinya karies gigi. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies gigi, kurangnya penggunaan fluor, oral higiene yang buruk, jumlah bakteri, saliva serta pola makan dan jenis makanan (Sondang, 2008).

1. Pengalaman Karies Gigi

Penelitian epidemiologis telah memberikan bukti adanya hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi permanen (Sondang, 2008). 2. Kurangnya Penggunaan Fluor

Ada berbagai macam konsep mengenai mekanisme kerja fluor berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi, salah satunya adalah pemberian fluor secara teratur dapat mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi. Tetapi, jumlah


(34)

kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis (Farsi, 2007).

3. Oral Hygiene yang Buruk

Kebersihan mulut yang buruk akan mengakibatkan persentase karies lebih tinggi. Untuk mengukur indeks status kebersihan mulut, digunakan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari green dan vermillon. Indeks ini merupakan gabungan yang menetukan skor debris dan deposit kalkulus baik untuk semua atau hanya untuk permukaan gigi yang terpilih saja. Debris rongga mulut dan kalkulus dapat diberi skor secara terpisah. Salah satu komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada gigi. Peningkatan oral hygiene dapat dilakukan dengan teknik flossing untuk membersihkan plak yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi yang teratur, merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan kesehatan gigi. Selain itu penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor dapat mencegah terjadinya karies. Pemeriksaan gigi yang teratur tersebut dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies. Kontrol plak yang teratur dan pembersihan gigi dapat membantu mengurangi insidens karies gigi. Bila plaknya


(35)

19

sedikit, maka pembentukan asam akan berkurang dan karies tidak dapat terjadi (Ireland, 2006).

4. Jumlah Bakteri

Segera setelah lahir, terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Bayi yang telah memiliki S.mutans dalam jumlah yang banyak saat berumur 2 dan 3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi untuk mengalami karies pada gigi desidui (Sondang, 2008).

5. Saliva

Selain memiliki efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran rata-rata saliva meningkat pada anak-anak sampai berumur 10 tahun. Namun setelah dewasa hanya terjadi sedikit peningkatan. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan (Sondang, 2008).

Selain itu saliva berperan dalam menjaga kelestarian gigi. Banyak ahli menyatakan, bahwa saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies, ini terbukti pada penderita Xerostomia (produksi ludah yang kurang) dimana akan timbul kerusakan gigi menyeluruh dalam waktu singkat (Behrman, 2002).

Saliva disekresi oleh 3 pasang kelenjar saliva besar yaitu glandula parotid, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, serta beberapa kelenjar saliva kecil. Sekresi


(36)

kelenjar anak-anak masih bersifat belum konstan, karena kelenjarnya masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Saliva berfungsi sebagai pelicin, pelindung, penyangga, pembersih, pelarut dan anti bakteri. Saliva memegang peranan lain yaitu dalam proses terbentuknya plak gigi, saliva juga merupakan media yang baik untuk kehidupan mikroorganisme tertentu yang berhubungan dengan karies gigi. Sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki prosentase karies yang tinggi (Sondang, 2008).

PH saliva normal, sedikit asam yaitu 6,5. Secara mekanis saliva berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan makanan yang dikunyah. Enzim-enzim mucine, zidine, dan lysozyme yang terdapat dalam saliva, mempunyai sifat bakteriostatis yang dapat mencegah aktifitas bakteri mulut (Chemiawan, 2004).

Berikut peranan aliran saliva dalam memelihara kesehatan gigi : a) Aliran saliva yang baik akan cenderung membersihkan mulut termasuk melarutkan gula serta mengurangi potensi kelengketan makanan. Dengan kata lain, sebagai pelarut dan pelumas.

b) Aliran saliva memiliki efek buffer (menjaga supaya suasana dalam mulut tetap netral), yaitu saliva cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula.


(37)

21

c) Saliva mengandung antibodi dan anti bakteri, sehingga dapat mengendalikan beberapa bakteri di dalam plak. Namun jumlah saliva yang berkurang akan berperan sebagai pemicu timbulnya kerusakan gigi (Chemiawan, 2004).

6. Pola Makan dan Jenis Makanan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal dari pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Anak dan makanan jajanan merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Anak memiliki kegemaran mengkonsumsi jenis jajanan secara berlebihan, setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat (tinggi sukrosa) maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan (Sondang, 2008).

Sehari-hari banyak dijumpai anak yang selalu dikelilingi penjual makanan jajanan, baik yang ada di rumah, di lingkungan tempat tinggal hingga di sekolah. Anak yang sering mengkonsumsi jajanan yang mengandungi gula, seperti biskut, permen, es krim memiliki skor karies yang lebih tinggi di bandingkan dengan anak yang mengonsumsi jajanan nonkariogenik seperti buah-buahan (Sondang, 2008).


(38)

Frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi juga kerusakan gigi atau karies gigi. Konsumsi makanan manis pada waktu senggang jam makan akan lebih berbahaya daripada saat waktu makan utama. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Tetapi apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies (Sondang, 2008).

2.1.5 Prevalensi Karies Gigi pada Anak

Usia 5-12 tahun merupakan kelompok usia yang rentan terhadap karies. Anak-anak lebih cenderung suka terhadap makanan yang mengandung banyak gula, sedangkan gula merupakan sumber diet terbesar yang dapat menyebabkan karies. Kebiasaan makan diantara waktu makan juga sangat berpengaruh terhadap karies pada anak-anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa banyaknya asupan gula harian lebih besar hubungannya dibanding dengan frekuensi makan makanan yang mengandung gula. Hubungan gula dalam snack dengan karies lebih besar dibanding total diet karena snack lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi dan makanan kariogenik yang sering dimakan di antara dua waktu makan yang mempunyai ciri-ciri pH rendah, mengandung gula tinggi dan lengket. Hampir semua anak menyukai makanan minuman kariogenik yang merupakan faktor resiko


(39)

23

terhadap karies. Selain itu, anak-anak juga cenderung malas membersihkan rongga mulutnya sehingga plak dapat dengan mudah terbentuk yang akhirnya menyebabkan karies (Hamrun, 2009).

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Joshi (2005) di India dari total populasi anak usia 6-12 tahun sebanyak 150 orang, diperoleh kejadian karies lebih tinggi pada laki-laki yaitu 80% sedangkan perempuan 73%. Hal ini terjadi karena perempuan lebih memiliki keinginan untuk menjaga kebersihannya. Kejadian karies gigi lebih banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah dasar. Usia yang paling rentan terhadap kejadian gigi berlubang antara 4-10 tahun yaitu pada gigi primer, sedangkan pada gigi sekunder antara usia 12-18 tahun (Wong, dkk, 2009).

2.1.6 Penilaian Karies Gigi

Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini karies gigi digunakan nilai indeks. Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam (Herijulianti, 2002).


(40)

a. Indeks DMF-T

Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai macam bakteri. DMF-T merupakan singkatan dari Decay Missing Filled-Teeth (Herijulianti, 2002).

Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang. Angka D (decay) adalah gigi yang berlubang karena karies gigi, angka M (missing) adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, angka F (filled) adalah gigi yang ditambal karena karies dan dalam keadaan baik (Amaniah, 2009).

Nilai DMF-T adalah penjumlahan D+ F+ T. Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun, yang dinyatakan dengan indeks DMF-T yaitu ≤ 3, yang berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi yang berlubang (D), dicabut karena karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan yang baik (F), tidak lebih atau sama dengan 3 gigi per anak (Amaniah, 2009).

Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T : DMF-T = D + M + F


(41)

25

DMF-T rata-rata = Jumlah D + M + F/ Jumlah orang yang diperiksa

Kategori DMF-T menurut WHO : 0,0 – 1,1 = sangat rendah

1,2 – 2,6 = rendah 2,7 – 4,4 = sedang 4,5 – 6,5 = tinggi

6,6 > = sangat tinggi (Amaniah, 2009).

b. Indeks DEF-T Untuk Gigi Sulung

Indeks ini sama dengan DMF-T hanya saja indeks DEF-T digunakan untuk gigi sulung. E disini maksudnya eksfoliasi, yaitu jumlah gigi sulung yang hilang karena karies atau harus dicabut karena karies. Namun dalam beberapa penelitian eksofoliasi tidak digunakan (DF-T) karena mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab apakah pada eksfoliasi tersebut gigi responden benar-benar hilang karena karies atau bukan. Pada gigi sulung sering kali gigi hilang karena faktor resobsi fisiologis atau trauma. Rumus untuk DEF-T sama dengan yang digunakan pada DMF-DEF-T (Radiah, 2013).


(42)

2.1.7 Pencegahan Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan ini meliputi seluruh aspek kedokteran gigi yang dilakukan oleh dokter gigi, individu dan masyarakat yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Sehubungan dengan hal ini, pelayanan pencegahan difokuskan pada tahap awal, sebelum timbulnya penyakit (pre-patogenesis) dan sesudah timbulnya penyakit (patogenesis) (Angela, 2005). Hugh Roadman Leavell dan E Guerney Clark (Leavell dan Clark) dari Universitas Harvard dan Colombia membuat klasifikasi pelayanan pencegahan tersebut atas 3 yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier (Rethman, 2000).

a. Pencegahan Primer

Pelayanan yang diarahkan pada tahap pre-patogenesis merupakan pelayanan pencegahan primer atau pelayanan untuk mencegah timbulnya penyakit. Hal ini ditandai dengan upaya meningkatkan kesehatan (health promotion) dan memberikan perlindungan khusus (spesific protection). Upaya promosi kesehatan meliputi pemberian informasi mengenai cara menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi (flossing). Upaya perlindungan khusus termasuk pelayanan yang diberikan untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme (Rethman, 2000).


(43)

27

b. Pencegahan Sekunder

Pelayanan yang ditujukan pada tahap awal patogenesis merupakan pelayanan pencegahan sekunder, untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh, melakukan penambalan pada lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas (Rethman, 2000).

c. Pencegahan Tersier

Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang dikenal sebagai pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kehilangan fungsi dari gigi. Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan termasuk dalam kategori ini (Rethman, 2000).

2.2 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

2.2.1 Pengertian UKGS

UKGS adalah bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, pada para mrid terutama murid Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam suatu kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara


(44)

berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal (Amaniah, 2009).

Tujuan UKGS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan gigi dan mulut, yang didalamnya mencakup memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berperan aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan, terutama kesehatan gigi dan mulut di sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat (Depkes RI, 2000).

2.2.2 Kegiatan UKGS

1. Kegiatan promotif, meliputi:

a. Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi.

b. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru atau tenaga kesehatan.

2. Kegiatan preventif, meliputi:

a. Sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali per bulan.

b. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut. 3. Kegiatan kuratif, meliputi:

a. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit b. Pelayanan medik gigi dasar


(45)

29

c. Pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal d. Rujukan bagi yang memerlukan (Amaniah, 2009).

2.2.3 Tahapan UKGS

Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan UKGS diterapkan berdasarkan strategi pentahapan dan keadaan tenaga serta fasilitas kesehatan gigi di Puskesmas yang disesuaikan dengan paket-paket UKS yang meliputi :

1. UKGS Tahap I / Paket Minimal UKS

Pada tahap ini, usaha kesehatan gigi dan mulut belum terjangkau oleh fasilitas tenaga kesehatan sehingga dilakukan oleh tim pelaksana UKS di SD/MI dan guru sekolah. Kegiatan berupa :

a. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut oleh guru dengan materi sesuai kurikulum olah raga dan kesehatan.

b. Upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut berupa kebiasaan pelihara diri dan sikat gigi massal satu kali sebulan minimal untuk kelas I, II dan III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor.

c. Rujukan kesehatan gigi dan mulut bagi anak didik yang memerlukan (Amaniah, 2009).


(46)

2. UKGS Tahap II / Paket Standar UKS

Pada tahap ini, sudah ada tenaga kesehatan walaupun masih terbatas. Kegiatan berupa :

a. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut oleh guru.

b. Upaya pencegahan berupa sikat gigi massal dengan pasta gigi mengandung fluor satu kali sebulan untuk kelas I, II dan III, pembersihan karang gigi dan kumur - kumur dengan larutan fluor.

c. Upaya penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I. d. Upaya perawatan medik dasar bagi anak didik yang memerlukan

misalnya pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal. e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru. f. Rujukan bagi yang memerlukan (Amaniah, 2009).

3. UKGS Tahap III / Paket Optimal UKS

Pada tahap ini sudah ada tenaga kesehatan gigi yang lengkap. Kegiatannya berupa :

a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi.

b. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut oleh guru.

c. Upaya pencegahan berupa sikat gigi massal kelas I-VI dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor minimal 1 kali sebulan, pembersihan karang gigi dan aplikasi fluor.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.


(47)

31

e. Upaya perawatan medik dasar berupa pengobatan atas permintaan pada murid kelas I-VI (care on demand).

f. Upaya perawatan medik gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan untuk kelas I, III, V dan VI (treatment need).

g. Rujukan bagi yang memerlukan (Amaniah, 2009).

2.2.4 Manfaat UKGS

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ini memiliki manfaat, antara lain : a. Meningkatnya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa. b. Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut

siswa.

c. Meningkatnya sikap atau kebisaaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut siswa.

d. Murid mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan (care on demand) (Amaniah, 2009).

2.2.5 Cakupan Pelaksanaan Program UKGS

Dalam ketentuan Depkes RI tahun 2000 juga dijelaskan bahwa:

a. Frekuensi pembinaan petugas UKGS ke SD minimal 2 kali pertahun

b. Minimal 75% murid SD mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut


(48)

c. Minimal 80% murid SD mendapatkan perawatan medis gigi dasar, dari seluruh murid SD yang telah terjaring untuk mendapatkan perawatan lanjutan (Depkes RI, 2000).

2.2.6 Pelaksana Program UKGS

Program UKGS di Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk tim. Adapun kegiatan tim tersebut melibatkan dokter gigi, perawat gigi dan petugas UKS, tugas dan fungsi pokok dari petugas UKGS tersebut adalah:

1. Dokter Gigi

a. Penanggung jawab pelaksanaan program UKGS

b. Menyusun rencana kegiatan, memonitoring program dan evaluasi

c. Memberi pengarahan/pelatihan kepada tenaga perawat gigi, tenaga UKS, guru dan dokter kecil

2. Perawat Gigi

a. Sebagai pelaksana kegiatan program UKGS

b. Membantu dokter gigi menyusun rencana kerja UKGS dan pemantauan SD

c. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam UKGS d. Melakukan kegiatan analisi teknis dan edukatif

e. Membantu dokter gigi memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan UKGS


(49)

33

3. Petugas UKGS

a. Membantu dokter gigi dalam melaksanakan pembinaan guru dan dokter gigi kecil yang terlibat dalam program UKGS

b. Melakukan pemeriksaan murid


(50)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian studi analitik, dengan menggunakan pendekatan cross sectional, dimana obyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel obyek pada saat pemeriksaan dengan cara pendekatan dan pengumpulan data sekaligus pada satu saat (point time approach) (Dahlan, 2009).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada sekolah dasar yaitu SDN 02 Rawa Laut dan SDN 02 Pahoman, di Kecamatan Enggal, Bandar Lampung. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2014.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah sejumlah subjek besar yang mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik subjek ditentukan


(51)

35

sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian (Dahlan, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas V dan VI pada sekolah dasar yaitu SDN 02 Rawa Laut dan SDN 02 Pahoman, di Kecamatan Enggal, Bandar Lampung.

Jumlah murid kelas V dan VI di SDN 02 Rawa Laut tahun 2014 berjumlah 520 orang, terdiri dari :

Kelas V = 184 orang Kelas VI = 336 orang 520 orang

Jumlah murid kelas V dan VI di SDN 02 Pahoman tahun 2014 berjumlah 69 orang, terdiri dari :

Kelas V = 37 orang Kelas VI = 32 orang 69 orang

Jadi, populasi penelitian di SDN 02 Rawa Laut adalah 520 orang dan populasi di SDN 02 Pahoman adalah 69 orang. Sehingga jumlah total dari kedua populasi penelitian ini adalah 589 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu sebesar 285


(52)

orang yang terdiri dari kedua populasi, diambil dengan menggunakan rumus slovin :

Keterangan :

N : Besarnya populasi n : Besarnya sampel

d : Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,05)

Jumlah sampel di SDN 02 Rawa Laut adalah n =

= 226 orang Jumlah sampel di SDN 02 Pahoman n =

= 59 orang

3.3.2.1 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Simple random sampling, dimana setiap sampel memiliki peluang/kesempatan yang sama untuk dipilih dari populasi (Arikunto, 2006).

3.3.2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi


(53)

37

2. Memiliki cukup pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut.

3. Bersedia menjadi subjek penelitian. b. Kriteria Eksklusi

1. Murid kelas V dan kelas VI yang menderita penyakit Xerostomia atau parotitis.

3.4 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variable) yang diteliti dalam penelitian ini adalah sekolah dasar yang memiliki kegiatan UKGS dan tidak memiliki kegiatan UKGS.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) yang diteliti dalam penelitian ini adalah kasus karies gigi pada murid SDN 02 Rawa Laut dan SDN 02 Pahoman.

3.5 Definisi Operational

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel (Notoatmodjo, 2007).


(54)

Tabel 1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Skala

ukur Alat ukur Kategori

1 Karies gigi

Tingkat karies gigi pada murid sekolah dasar

interval Indeks DMF-T

0,0 – 1,1 = sangat rendah

1,2 – 2,6 = rendah 2,7 – 4,4 = sedang 4,5 – 6,5 = tinggi >6,6= sangat tinggi 2 Kegiatan

UKGS Ada atau tidaknya kegiatan UKGS pada Sekolah Dasar

ordinal Data sekunder

1 = Ada 2 = Tidak ada

3.6 Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Sumber Data

a. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data diperoleh melalui pemeriksaan langsung pada responden untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Sugiyono, 2007). Data primer penelitian ini adalah kasus karies gigi pada murid SDN 02 Rawa Laut dan SDN 02 Pahoman.

b. Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2007). Data yang diperoleh dari pihak sekolah dasar yaitu apakah disekolah tersebut memiliki kegiatan UKGS atau tidak.


(55)

39

3.6.2 Instrumen Penelitian

a. Kuesioner penyaring yang dapat mengetahui tingkat pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut pada responden.

b. Lembar persetujuan untuk mengikuti penelitian dan bersedia menjadi responden.

c. Observasi pemeriksaan karies gigi menggunakan indeks DMF-T d. Sonde dan kaca mulut untuk mengetahui keadaan karies gigi responden e. Alkohol 70%

f. Kapas atau tissue g. Sarung tangan

3.6.3 Prosedur Penelitian

a. Peneliti mengurus surat izin untuk melakukan penelitian kepada bagian akademik FK UNILA.

b. Peneliti mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada kepala sekolah SDN 02 Rawa Laut dan SDN 02 Pahoman, kecamatan Enggal, Bandar Lampung.

c. Peneliti memperkenalkan diri, menyampaikan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan serta meminta persetujuan responden untuk mengisi lembar persetujuan mengikuti penelitian.

d. Peneliti membagikan lembaran kuesioner penyaring pada murid kelas V dan kelas VI.


(56)

e. Setelah sampel didapatkan, dilakukan pemeriksa karies gigi menggunakan indeks karies DMF-T

f. Pemeriksaan dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan pelatihan dari dokter gigi di puskesmas.

g. Prosedur penelitian sebagai berikut :

 Sonde dan kaca mulut didesinfektan dengan menggunakan alkohol 70%

 Responden yang diperiksa duduk di kursi dengan posisi tegak dan kepala agak tengadah menghadap kearah yang terang dan mulut dibuka.

 Pemeriksa berdiri di depan atau di samping responden yang akan diperiksa. Dengan menggunakan sonde dan kaca mulut, seluruh gigi diperiksa untuk mendapatkan berapa jumlah gigi yang berlubang, yang ditambal atau dicabut karena karies.

 Hasil kemudian dicatat pada bagian skore DMF-T dengan tanda-tanda sebagai berikut :

D : Gigi berlubang yang masih bisa ditambal

M : Gigi yang tealh dicabut/ karies gigi yang tidak bisa ditambal lagi F : Gigi yang telah ditambal dan tambalannya masih baik

Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T : DMF-T = D + M + F

DMF-T rata-rata = Jumlah D + M + F/ Jumlah orang yang diperiksa


(57)

41

Kategori DMF-T menurut WHO : 0,0 – 1,1 = sangat rendah

1,2 – 2,6 = rendah 2,7 – 4,4 = sedang 4,5 – 6,5 = tinggi

6,6 > = sangat tinggi (Amaniah, 2009).

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari proses pengumpulan data akan diolah menggunakan program SPSS 21.00 for Windows. Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu :

a. Editing, untuk melakukan pengecekan isian formuir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas dan relevan, dan konsisten.

b. Coding, untuk mengkorvensikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis

c. Data Entry, memasukan data ke dalam computer.

d. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke komputer.


(58)

3.7.2 Analisis Data

Pada tahap analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Analisis data terdiri dari :

a. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel bebas dan terikat yang bertujuan untuk melihat variasi masing-masing variabel tersebut.

b. Analisis Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengukur perbedaan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Normalitas data akan diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov sedangkan homogenitas data di uji dengan levene test. Apabila data normal dan homogen data selanjutnya akan diuji dengan uji t test tidak berpasangan. Namun apabila data tidak normal dan atau tidak homogen data selanjutnya akan diuji dengan uji mann-withney (Dahlan, 2009).

Pada selang kepercayaan 95%. Dengan selang kepercayaan tersebut, maka bila p-value<0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna dan bila p-value>0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna.


(59)

43

3.8 Ethical Clearance

Proposal penelitian ini sudah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor ethical clearance : 1940/UN26/8/DT/2014.


(60)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian adalah:

1. Terdapat perbedaan kasus karies gigi antara murid sekolah dasar yang memiliki kegatan UKGS dan tidak memiliki kegiatan UKGS dengan nilai p 0,001.

2. Kasus karies gigi pada murid di sekolah dasar yang memiliki kegiatan UKGS didapatkan rata-rata terdapat dua karies gigi pada setiap murid.

3. Kasus karies gigi pada murid di sekolah dasar yang tidak memiliki kegiatan UKGS didapatkan rata-rata terdapat tiga sampai empat karies gigi pada setiap murid.

5.2 Saran

1. Bagi dinas kesehatan agar dapat melengkapi sarana dan prasarana kegiatan UKGS disetiap sekolah sehingga kasus karies gigi dapat menurun.

2. Bagi sekolah yang telah memiliki kegiatan UKGS agar lebih meningkatkan kualitas dari kegiatan tersebut sehingga dapat menurunkan kasus karies gigi.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Adhani R. 2014. Hubungan Pelaksanaan UKGS dengan status kesehatan gigi dan mulut sekolah dasar dan sederajat di wilayah kerja puskesmas cempaka putih kota banjarmasin. Dentino J. 2:102-9

Angela A. 2005. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Dent J. 38: 130-4.

Amaniah N. 2009. Hubungan Faktor Manajemen dan Tenaga Pelaksana UKGS dengan Cakupan Pelayanan UKGS serta Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009. Tesis. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta: EGC.

Behrman RL. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Dian Rakyat.

Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. Cetakan I. Jakarta: EGC

Chemiawan E, Gartika M, Indriyanti R. 2004. Perbedaan prevalensi karies pada anak sekolah dasar dengan program UKGS dan tanpa UKGS. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Padjadjaran Bandung. hlm. 2-5

Dahlan MS. 2009. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. hlm. 40-43

Dara. 2011. Hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, sikap dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9- 12 tahun di SDN Maccini I,II,III,IV dan SD Inpres Maccini I/I Makassar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Hasanuddin. p. 5.


(62)

Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat Kesehatan Gigi : Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2000. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2013. Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung. hlm. 41.

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2012. Laporan Bulanan. hlm. 32-80

Dorland, WAN. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Ed.31.Jakarta : EGC

Farsi N. 2007. Signs of oral dryness in relation to salivary flow rate, pH, buffering capacity and dry mouth complaints. BMC Oral Health. hlm.7-15.

Hamrun N. 2009. Perbandingan Status Gizi dan Karies Gigi pada Murid SD Islam Athirah dan SD Bangkala III Makassar, Makassar. Jurnal Kedokteran Gigi Dentofasial. 8(1): 112-6

Herijulianti E, Indriati ST, dan Artini S. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC

Hermawan R. 2010. Menyehatkan daerah mulut: Cara praktis menghilangkan bau mulut disertai tips agar gigi dan mulut anda selalu sehat dan indah. Jogjakarta : Buku Biru.


(63)

61

Hidayat AF, Kasim F, Suwendere W. Perbedaan Indeks Oral Higiene Pada Anak Usia Sekolah Dasar Dengan Dan Tanpa Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Wilayah Puskesmas Babakansari Kota Bandung Tahun 2011. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha. 2011. p. 1-4.

Ireland R. 2006. Clinical Textbook of Dental Hygiene and Therapy. 1st ed. UK: Blackwell Munksgaard. hlm. 75-82

Kidd EAM, Bechal SJ. 2012. Dasar-Dasar Karies-Penyakit dan Penanggulangan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. p.2.

Notoatmodjo S. 2010. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Notoadmojo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 133-145.

Radiah, Mintjelungan C, Mariati N. 2013. Gambaran Status Karies Dan Pola Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Mahasiswa Asal Ternate Di Manado. Jurnal e-GiGi. 1(1): 45-51.

Rethman J. 2000. Trends in preventive care : caries risk assessment and indications for Sealant. JADA. (131):8-11.

Sondang P, Hamada T. 2008. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan. Terbitan I. Medan: USU Press. hlm. 25-37

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian ed. 8. Bandung: Alfabeta.

Suryawati PN. 2010. 100 Pertanyaan Penting Perawatan Gigi Anak. Jakarta: Dian Rakyat.

Wong D. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s Essential of Pediatric Nursing). Edisi 6. Jakarta: EGC.


(1)

42

3.7.2 Analisis Data

Pada tahap analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Analisis data terdiri dari :

a. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel bebas dan terikat yang bertujuan untuk melihat variasi masing-masing variabel tersebut.

b. Analisis Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengukur perbedaan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Normalitas data akan diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov sedangkan homogenitas data di uji dengan levene test. Apabila data normal dan homogen data selanjutnya akan diuji dengan uji t test tidak berpasangan. Namun apabila data tidak normal dan atau tidak homogen data selanjutnya akan diuji dengan uji mann-withney (Dahlan, 2009).

Pada selang kepercayaan 95%. Dengan selang kepercayaan tersebut, maka bila p-value<0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna dan bila p-value>0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna.


(2)

43

3.8 Ethical Clearance

Proposal penelitian ini sudah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor ethical clearance : 1940/UN26/8/DT/2014.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian adalah:

1. Terdapat perbedaan kasus karies gigi antara murid sekolah dasar yang memiliki kegatan UKGS dan tidak memiliki kegiatan UKGS dengan nilai p 0,001.

2. Kasus karies gigi pada murid di sekolah dasar yang memiliki kegiatan UKGS didapatkan rata-rata terdapat dua karies gigi pada setiap murid.

3. Kasus karies gigi pada murid di sekolah dasar yang tidak memiliki kegiatan UKGS didapatkan rata-rata terdapat tiga sampai empat karies gigi pada setiap murid.

5.2 Saran

1. Bagi dinas kesehatan agar dapat melengkapi sarana dan prasarana kegiatan UKGS disetiap sekolah sehingga kasus karies gigi dapat menurun.

2. Bagi sekolah yang telah memiliki kegiatan UKGS agar lebih meningkatkan kualitas dari kegiatan tersebut sehingga dapat menurunkan kasus karies gigi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adhani R. 2014. Hubungan Pelaksanaan UKGS dengan status kesehatan gigi dan mulut sekolah dasar dan sederajat di wilayah kerja puskesmas cempaka putih kota banjarmasin. Dentino J. 2:102-9

Angela A. 2005. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Dent J. 38: 130-4.

Amaniah N. 2009. Hubungan Faktor Manajemen dan Tenaga Pelaksana UKGS dengan Cakupan Pelayanan UKGS serta Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009. Tesis. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta: EGC.

Behrman RL. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Dian Rakyat.

Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. Cetakan I. Jakarta: EGC

Chemiawan E, Gartika M, Indriyanti R. 2004. Perbedaan prevalensi karies pada anak sekolah dasar dengan program UKGS dan tanpa UKGS. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Padjadjaran Bandung. hlm. 2-5

Dahlan MS. 2009. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. hlm. 40-43

Dara. 2011. Hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, sikap dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9- 12 tahun di SDN Maccini I,II,III,IV dan SD Inpres Maccini I/I Makassar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Hasanuddin. p. 5.


(5)

60

Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat Kesehatan Gigi : Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2000. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2013. Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung. hlm. 41.

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2012. Laporan Bulanan. hlm. 32-80

Dorland, WAN. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Ed.31.Jakarta : EGC

Farsi N. 2007. Signs of oral dryness in relation to salivary flow rate, pH, buffering capacity and dry mouth complaints. BMC Oral Health. hlm.7-15.

Hamrun N. 2009. Perbandingan Status Gizi dan Karies Gigi pada Murid SD Islam Athirah dan SD Bangkala III Makassar, Makassar. Jurnal Kedokteran Gigi Dentofasial. 8(1): 112-6

Herijulianti E, Indriati ST, dan Artini S. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC

Hermawan R. 2010. Menyehatkan daerah mulut: Cara praktis menghilangkan bau mulut disertai tips agar gigi dan mulut anda selalu sehat dan indah. Jogjakarta : Buku Biru.


(6)

61

Hidayat AF, Kasim F, Suwendere W. Perbedaan Indeks Oral Higiene Pada Anak Usia Sekolah Dasar Dengan Dan Tanpa Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Wilayah Puskesmas Babakansari Kota Bandung Tahun 2011. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha. 2011. p. 1-4.

Ireland R. 2006. Clinical Textbook of Dental Hygiene and Therapy. 1st ed. UK: Blackwell Munksgaard. hlm. 75-82

Kidd EAM, Bechal SJ. 2012. Dasar-Dasar Karies-Penyakit dan Penanggulangan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. p.2.

Notoatmodjo S. 2010. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Notoadmojo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 133-145.

Radiah, Mintjelungan C, Mariati N. 2013. Gambaran Status Karies Dan Pola Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Mahasiswa Asal Ternate Di Manado. Jurnal e-GiGi. 1(1): 45-51.

Rethman J. 2000. Trends in preventive care : caries risk assessment and indications for Sealant. JADA. (131):8-11.

Sondang P, Hamada T. 2008. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan. Terbitan I. Medan: USU Press. hlm. 25-37

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian ed. 8. Bandung: Alfabeta.

Suryawati PN. 2010. 100 Pertanyaan Penting Perawatan Gigi Anak. Jakarta: Dian Rakyat.

Wong D. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s Essential of Pediatric Nursing). Edisi 6. Jakarta: EGC.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

2 68 89

PERBEDAAN KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR YANG SUDAH MELAKSANAKAN UKGS DAN BELUM Perbedaan Keparahan Karies Gigi Pada Anak di Sekolah Dasar yang Sudah Melaksanakan UKGS dan Belum Melaksanakan UKGS di Kecamatan Kradenan Tahun 2016 (Observ

0 2 16

PERBEDAAN KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR YANG SUDAH MELAKSANAKAN UKGS DAN BELUM Perbedaan Keparahan Karies Gigi Pada Anak di Sekolah Dasar yang Sudah Melaksanakan UKGS dan Belum Melaksanakan UKGS di Kecamatan Kradenan Tahun 2016 (Observ

1 4 12

PENDAHULUAN Perbedaan Keparahan Karies Gigi Pada Anak di Sekolah Dasar yang Sudah Melaksanakan UKGS dan Belum Melaksanakan UKGS di Kecamatan Kradenan Tahun 2016 (Observasi pada Anak Sekolah usia 11-12 tahun ).

0 2 6

Perbedaan Prevalensi Karies Pada Anak Sekolah Dasar Dengan Program Ukgs Dan Tanpa Ukgs Tahun 2004.

0 0 41

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 17

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 2

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 8

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 30

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 3