UNAIR Gandeng Peneliti Asing untuk Bicar

UNAIR Gandeng Peneliti Asing untuk Bicara Sampah dan Tata
Kelola Kota
news.unair.ac.id/2016/03/04/unair-gandeng-peneliti-asing-bicara-sampah-dan-tata-kelola-kota/

UNAIR News

5/3/2016

Freek dan Pauline merupakan dua peneliti asal Belanda saat sedang memberikan materi (Foto:
UNAIR NEWS)
UNAIR NEWS - Hubungan personal yang berjalan baik selama bertahun-tahun menjadi faktor penting bagi
kerjasama antara Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga dengan Vrije
Universiteit Amsterdam dan Delft University of Technology. Buktinya, pada Jumat (4/3), kedua belah pihak
menggelar seminar bertajuk “International Seminar on Urban History”. Seminar yang digelar di Ruang Siti
Parwati FIB UNAIR ini dihadiri oleh Dr. Freek Colombijn dari Vrije Universiteit Amsterdam, dan Dr. Pauline K.M
van Roosmalen dari Delft University of Technology.
Freek dan Pauline merupakan dua peneliti asal Belanda yang telah melakukan penelitian selama bertahuntahun di Indonesia. Freek telah menaruh perhatian risetnya terhadap pengelolaan sampah, sedangkan Pauline
mengenai tata perkembangan kota. Penelitian mereka sejalan dengan kajian studi Departemen Ilmu Sejarah
UNAIR yang berfokus pada sejarah perkotaan.
“Kerjasama ini dimulai dengan hubungan personal. Dengan Freek, sejak 2005 ia sering berkunjung ke UNAIR.
Sekarang sudah ada Memorandum of Understanding (MoU) dengan FIB. Kerjasama ini dalam rangka

mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kedatangan mereka kali ini dalam rangka kunjungan ke Indonesia
dan memberikan ceramah ilmiah di Departemen Ilmu Sejarah, termasuk melanjutkan riset tentang pengelolaan
sampah di Surabaya,” tutur Gayung Kasuma, S.S., M.Hum., selaku Ketua Departemen Ilmu Sejarah UNAIR.
Dalam seminarnya, Freek berbicara tentang berbagai penelitiannya di Indonesia, termasuk penelitiannya
tentang sampah di Surabaya yang ia lakukan sejak enam tahun terakhir.

1/2

“Dimana-mana lingkungan sangat penting untuk manusia. Banyak masalah lingkungan yang dilalaikan. Saya
ingin mengetahui kenapa manusia tidak bisa berinteraksi dengan ekosistem secara baik. Kita tahu bahwa
banyak masalah lingkungan hidup, tapi kita tidak bergerak. Menurut saya itu sangat mengkhawatirkan. Dan saya
fokus pada sampah dan pengelolaannya,” tutur Freek.
Sebelumnya, Freek juga melakukan berbagai penelitian di Indonesia. Seperti kekerasan di Indonesia, kehidupan
sosial masyarakat Indonesia setelah merdeka, modernisasi kota-kota di Indonesia. Penelitian studi doktoralnya
membahas tentang perkembangan Kota Padang, Sumatera Barat. Mengenai penelitian tentang sampah ini,
Freek berencana untuk menerbitkannya dalam sebuah buku.
BACA JUGA: Ratusan Atlet Panjat Tebing Ramaikan Wanala Climbing Competition
“Penelitian ini belum selesai, sedang dilaksanakan. Mungkin penelitian ini tidak pernah selesai. Saya sudah
mengumpulkan bahan di lapangan selama enam tahun. Sementara itu saya juga menulis tentang topik lain.
Mudah-mudahan penelitian ini akan menjadi artikel dalam bentuk buku,” papar Freek.

MoU antara Departemen Ilmu Sejarah dengan Freek telah dilakukan sejak Desember 2015 silam yang
berlangsung di Vrije Universiteit Amsterdam, dan akan terus berlangsung hingga lima tahun ke depan.
Dalam beberapa bulan ke depan, Freek juga akan memberikan pelatihan tentang publikasi ilmiah internasional.
Pelatihan ini untuk mendorong para dosen melakukan penelitian dan publikasi ilmiah internasional, sesuai
dengan target FIB UNAIR bahwa minimal terdapat sepuluh judul penelitian yang dimuat dalam jurnal
internasional pada 2016 ini.
“Dengan adanya MoU tingkat fakultas, akan membantu paling tidak saling berbagi tentang proses dan
indentifikasi menuju jurnal ilmiah internasional. Sehingga bisa lebih mudah dimuat ke terindeks Scopus,” papar
Gayung.
Seminar ini merupakan seri ke dua dari rangkaian seminar yang diadakan oleh Departemen Ilmu Sejarah
UNAIR. Pada Februari lalu, Departemen Ilmu Sejarah menghadirkan pembicara dari Australia, Prof Howard
Dick, penulis "Surabaya, City of Work: A Socioeconomic History, 1900-2000" dan Robbie Petters penulis
"Surabaya, 1945-2010: Neighbourhood, State and Economy in Indonesia’s City of Struggle".
Ke depan, kerjasama internasional akan terus dilakukan sesuai dengan target universitas menuju World Class
University. Gayung mengatakan bahwa Departemen Ilmu Sejarah sangat terbuka terhadap keilmuan lain yang
ingin sinergis dan memiliki disiplin ilmu yang sama. Sebab menurutnya, Ilmu Sejarah belajar tentang
masyarakat, yang di dalamnya mengkaji problematika sosial, budaya, arsitektur, ekonomi, dan bidang-bidang
lainnya.(*)
Penulis: Binti Quryatul Masruroh
Post Views: 16


2/2