MANAJEMEN PENGAWASAN RISIKO BANK SYARIAH

MANAJEMEN PENGAWASAN RISIKO
BANK SYARIAH
Disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Pemasaran Bank Syariah
Dosen Pengampu : Ahmad Hariyadi, M.Pd., MM.

Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.

Isnaeni Nurul A.
(2012115107)
Uchni Yuliani(2012115108)
Andi Setiawan
(2012115111)
Diah Intan Safitri
(2012115115)

Kelas C


POGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
STAIN PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji dan syukur Kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
dan hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas dari
dosen pada mata kuliah Manajemen Pemasaran Bank Syariah tentang “Manajemen
Pengawasan Risiko Bank Syariah”.
Tercurah dari segala kemampuan yang ada , kami berusaha membuat makalah
ini dengan sebaik mungkin, namun demikian kami menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan
kami, maka dengan sepenuh hati kami mohon maaf dan mengaharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Terakhir kami ucapkan terimakasih untuk semua pihak yang sudah
membantu dan memudahkan penyelesaian makalah ini, kami berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Pekalongan,

2

Oktober 2016

DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................

i

Kata Pengantar......................................................................................................

ii

Daftar Isi...............................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................

1

B. Rumusan Masalah............................................................................

2

C. Tujuan Penulisan..............................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Risiko Bank Syariah ..........................................................

3

B. Manajemen Risiko Pembiayaan Bank Syariah................................

3


C. Macam-Macam Risiko yang Dihadapi Bank Syariah......................

6

D. Dampak dan Risiko yang Dihadapi Bank Syariah...........................

9

E. Teknik Mengidentifikasi dan Menilai Risiko...................................

10

F. Mitigrasi Risiko................................................................................

11

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA


3

13

4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu kemungkinan akan terjadinya
hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak
diantisipasi serta tidak dikelola semestinya. Risiko dalm bidang perbankan
merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipatied)
maupun tidak dapat diperkirakan (unancipatied) yang berdampak negatif pada
pendapatan maupun permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari
namun dapat dikelola dan kedalikan. Risiko ini haruslah dimanajemen sedemikian
rupa untuk dapat diminimalisir potensi terjadinya.
Setiap perbankan bukan hanya dibank konvensional tapi juga di perbankan
syariah akan selalu berhadapan dengan berbagai macam risiko baik itu eksternal

maupun internal yang melekat pada perusahaan. Seperti juga perbankan pada
umumnya, maka bank syariah juga memerlukan prosedur dan tata kelola yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan
risiko yang timbul dari kegiatan usaha yang dilakukannya, yang disebut sebagai
manajemen

risiko.

Proses

manajemen

risiko

merupakan

sistem

yang


komprehensif yang meliputi penciptaan lingkungan manajemen risiko yang
kondisif, memelihara pengukuran risiko yang efesien, proses mitigasi dan
monitoring, serta menciptakan sistem kontrol internal yang memadai.
Seiring dengan pertumbuhan perbankan syariah yang sedemikian pesat,
maka manajemen risiko menjadi sesuatu yang penting untuk dikelola dengan baik.
Risiko dan bank adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainya,
tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko maka tidak akan pernah ada
bank, hal tersebut dapat dipahami bahwa bahwa bank muncul karena keberanian
untuk berisiko dan bahkan bank mampu bertahan karena berani mengambil risiko.
Namun jika risiko tersebut tidak dikelola dengan baik, bank dapat mengalami
kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami kebangkrutan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen risiko pada bank syariah dan apa saja manfaatnya?

2. Apa saja jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh perbankan syariah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang manajemen pengawasan risiko bank syariah dan
apa saja manfaatnya.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh perbankan syariah.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Risiko Bank Syariah
Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu potensi terjadinya suatu peristiwa
(events) yang dapat menimbulkan kerugian. Risiko yaitu suatu kemungkinan akan
terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila
tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya. Risiko dalam bidang perbankan
merupakan suatu kejadian potensial baik yang dapat diperkirakan (anticipated)
maupun tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif pada
pendapatan maupun permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari
namun dapat dikelola dan dikendalikan.
2

Risiko dapat dibedakan atas dua kelompok besar yaitu risiko yang
sistematis (systematic risk), yaitu risiko yang diakibatkan oleh adanya kondisi
atau situasi tertentu yang bersifat makro, seperti perubahan situasi politik,
perubahan kebijakan ekonomi pemerintah, perubahn situasi pasar, situasi krisis
atau resesi, dan sebagainya yang berdampak pada kondisi ekonomi secara umum;
dan Risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk) yaitu risiko yang unik, yang
melekat pada suatu perusahaan atau bisnis tertentu saja.1

B. Manajemen Risiko Pembiayaan Bank Syariah
Risiko pembiayaan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali
cicilan pokok dan yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya.
Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank
memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk
memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat
dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.
Risiko menjadi semakin terlihat manakala perekonomian mengalami krisis atau
resesi. Kelesuan ekonomi akan berdampak langsung pada menurunnya omzet
penjualan perusahaan, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan untuk dapat
memenuhi kewajiban membayar utang-utangnya. Demikian pula jika terjadi
kenaikan tingkat bunga.
Kerugian bagi bank semakin bertambah apabila ternyata jaminan bagi
pemberian kredit tidaklah memadai atau meng-cover pinjaman yang diberikan.
Bank akan mengalami kesulitan yang berat jika ia terbelit dengan masalah kredit
macet yang terlampau besar.
1. Pembiayaan Ijarah
Risiko yang timbul dan penyebabnya :
Jika barang milik bank, timbul risiko tidak produktifnya asset iajarah karena
tidak adanya nasabah.

 Jika barang bukan milik bank, timbul risiko rusaknya barang oleh


nasabah karena pemakaian tidak normal.
Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan bank kemudian disewakan
kepada nasabah, timbul risiko tidak performnya pemberi jasa.

1 Ir. Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2010, hlm 121

3

Penyelesaian :


Risiko yang timbul karena ketiadaan nasabah merupakan bussines risk



yang tidak dapat dihindari.

Jika risiko timbul karena pemakaian di luar normal, Bank dapat
menetapkan kovenan ganti rugi kerusakan barang yang tidak disebabkan



oleh pemakaian normal.
Jika risiko yang timbul karena tidak perform-nya pemberi jasa, Bank
dapat menetapkan kovenan bahwa risiko tersebut merupakan tanggung

jawab nasabah karena pemberi jasa dipilih sendiri oleh nasabah.
2. Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT).
Risiko yang bisa timbul adalah ketidakmampuan nasabah membayar
angsuran dalam jumlah besar di akhir periode. Sedangkan penyebabnya yaitu
jika pembayaran dilakukan dengan sistem Ballon Payment (pembayaran
angsuran dalam jumlah besar di akhir periode). Risiko tersebut dapat
diselesaikan dengan cara memperpanjang jangka waktu sewa.
3. Pembiayaan Salam dan Istishna
Karena kedua akad ini barang diserahkan di akhir akad, maka risiko yang
akan dihadapi adalah gagal serah barang dan risiko jatuhnya harga barang.
Cara untuk meyelesaikannya adalah sebagai berikut :
 Risiko jatuhnya harga barang diantisipasi dengan menetapkan bahwa
jenis pembiayaan ini hanya dilakukan atas dasar kontrak/pesanan yang


telah ditentukan harganya.
Risiko gagal serah dapat diantisipasi bank dengan menetapkan kovenan
risiko kolateral 220 %, yaitu 100 % lebih tinggi daripada rasio standar

120 %.
4. Pembiayaan Mudharabah/Musyarakah
Kontrak mudharabah dijalankan oleh bank syariah, merupakan suatu
kontrak peluang investasi yang mengandung banyak risiko tinggi. Sebab
model kontrak tersebut sarat dengan asymmetric information. Arsimetrik
informasi adalah kondisi yang menunjukkan sebagai investor mempunyai
informasi dan yang lainnya tidak memilikiinya.
Model yang disarankan oleh Presley dan Session tersebut kemudian
diadopsi oleh Karim (2000) untuk mengendalikan penerapan pembiayaan
mudharabah di Bank Muamalat Indonesia. Karim menjelaskan, bahwa :
4

untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko asimetrik informasi (moral
hazard), maka bank syariah (BMI) menerapkan sejumlah batasan-batasan
tertentu ketika menyalurkan pembiayaan kepada mudharib yaitu :
 Menerapkan batasan agar porsi modal dari pihak mudharib-nya lebih


besar dan atau mengenakan jaminan.
Menetapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis yang risiko



operasionalnya lebih rendah
Menetapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis dengan arus kas



yang transparan
Menetapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis yang biaya tidak
terkontrolnya rendah.
Batasan atau syarat tersebut merupakan bagian dari proses monitoring

dan supervisi bank syariah atas pembiayaan mudharabah yang disalurkan.
Hasil penelitian Sadr dan Iqbal (2000) menyimpulkan bahwa : dengan
meningkatkan pengawasan dan pemantauan, meminimalisasi asimetrik
informasi dapat memperkecil terjadinya masalah agensi
5. Pembiayaan Murabahah
Risiko yang akan timbul yaitu tidak bersaingnya bagi hasil kepada
dana pihak ketiga. Sedangkan penyebab adalah kenaikan DCMR (Direct
Competitors Market Rate), kenaikan ICMR (InDirect Competitors Market
Rate), kenaikan ECRI (Expected Competitive Return For Investors).
Solusinya yaitu dengan menetapkan jangka waktu maksimal pembiayaan
dengan mempertimbangkan :
 Tingkat (marjin) keuntungan saat ini dan prediksi perubahan di masa
mendatang yang berlaku di pasar perbankan syariah (DCMR) semakin
cepat perubahan DCMR, semakin pendek jangka waktu maksimal


pembiayaan.
Suku bunga kredit saat ini dan prediksi perubahannya di masa mendatang
yang berlaku di pasar perbankan konvensional (ICMR). Semakin cepat



perubahan ICRM, semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan.
Ekspektasi bagi hasil kepada Dana Pihak Ketiga yang kompetitif di pasar
perbankan syariah. Semakin besar perubahan ekspektasi tersebut

5

diperkirakan akan terjadi semakin pendek jangka waktu maksimal
pembiayaan. 2
C. Macam-Macam Risiko yang Dihadapi Bank Syariah
1. Risiko kredit atau pembiayaan
Risiko kredit diartikan sebagai risiko yang timbul akibat kegagalan pihak
lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya atau risiko kerugian yang
berhubungan dengan kemungkinan bahwa suatu counterparty akan gagal
untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya ketika jatuh tempo. Risiko kredit
dapat bersumber dari berbagai aktifitas fungsional bank seperti pengkreditan
(penyedia dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yaitu
tercatat dalam banking book maupun trading book.
2. Risiko Pasar (market risk)
Risiko yang muncul disebabkan oleh adanya pergerakan variabel pasar
(adverse movement) dari portofolio yang dimiliki yang dapat merugikan
bank. Variabel pasar dalam hal ini adalah suku bunga dan nilai tukar termasuk
derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut yaitu perubahan option.
Risiko pasar antara lain terdapat pada aktifitas bank, seperti kegiatan
treasury dan investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang maupun
penyertaan pada lembaga keungan lainnya, penyediaan dana (pinjaman dan
bentuk sejenis), dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta
kegiatan pembiayaan perdagangan.
3. Risiko Operasional
Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidak cukupan dan
atau tidak berfunsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,
atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi oprasional bank. Risiko
operasional melekat pada setiap aktivitas fungsional bank, seperti kegiatan
pengkreditan, treasry dan investasi, oprasional dan jasa, pembiayaan
perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan
sistem informasi manajemen dan pengelolaan sumber daya manusia.
4. Risiko Likuiditas (liquidity risk)

2 M. Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syari’ah, Malang, UIN-Malang,
2008, hlm 149

6

Risiko yang antara lain disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi
kewajiban yang telah jatuh waktu. Risiko likuiditas dikategorikan menjadi :
a. Risiko likuditas pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu
melakukan setting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi
likuiditas pasar yang tidak memadai atau gangguan pasar (market
disruption).
b. Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak
mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber
dana lain.
5. Risiko Hukum (legal risk)
Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan ini
antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan, seperti
tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tak
sempurna.
6. Risiko Reputasi (reputation risk)
Risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan
kegiatan usaha bank atau persepsi negatif dari masyarakat terhadap bank.
7. Risiko Strategik (strategic risk)
Risiko yang disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank
yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang
responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
8. Risiko Kepatuhan (compliance risk)
Risiko yang disebabkan karena tidak mematuhi atau tidak melaksanakan
perturan perundang-undangan atau ketetapan lain yang berlaku. Didalam
prakteknya risiko kepatuhan melakat pada risiko bank yang terkait dengan
peraturan perundang-undangan.
9. Risiko Modal (capital risk)
Unsur lain yang berhubungan dengan perbankan adalah risiko modal. Salah
satu fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap kerugian
yang terjadi pada bank. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk melindungi
para penyimpan dana berhubungan dengan kualitas dan risiko dari aset bank.
Risiko modal berkaitan dengan kualitas aset. Bank yang menggunakan
sebagian besar dananya untuk mendanai aset yang berisiko perlu memiliki

7

modal penyangga yang besar untuk sandaran bila kinerja aset-aset itu tidak
baik, tingkat modal juga penting untuk menyangga rasio likuiditas.3
D. Dampak dan Risiko yang Dihadapi Bank Syariah
Sebagai dampak terjadinya risiko kerugian keuangan langsung, kerugian
akibat risiko (risk loss) pada suatu bank dapat berdampak pada pemangku
kepentingan (stakeholders) bank, yaitu pemegang saham, karyawan, dan nasabah,
serta berdampak juga kepada perekonomian secara umum. Pengaruh risk loss
pada pemegang sahaman karyawan adalah langsung, sementara pengaruh terhadap
nasabah dan perekonomian tidak langsung. Berikut akan diuraikan dampak
potensial terhadap stakeholders dan ekonomi.
1. Dampak terhadap pemegang saham
a. Penurunan nilai investasi, yang akan memberikan pengaruh terhadap
penurunan harga dan/atau penurunan keuntungan,turunnya harga saham
menurunkan nilai perusahaan yang berarti turunnya kesejahteraan
pemegang saham
b. Hilangnya peluang memperoleh dividen yang seharusnya diterima
sebagai akibat dari turunnya keuntungan perusahaan
c. Kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga yang paling parah
adlah kebangkrutan perusahaan yang melenyapkan nilai semua moal
disetor
2. Dampak terhadap karyawan
Karyawan suatu bank dapat terpengaruh oleh peristiwa risiko (risk event)
yang menimbulkan risk loss terkait dengan keterlibatan mereka. Pengaruh
tersebut dapat berupa:
a. Dikenakan sanksi indisipliner karena kelalaian yang menimbulkan
kerugian
b. Pengurangan pendapatan seperti pengurangan bonus atau pemotongan
gaji
c. Pemutusan hubungan kerja.
3. Dampak terhadap nasabah
Kegagalan dalam pengelolaan risiko dapat berpengaruh terhadap nasabah.
Dampak yang terjadi dapat secara langsung maupun tiak langsung dan tidak
seketika dapat diidentifikasikan. Pengaruh risk event yang berlangsung secara
3 Ibid., 152

8

berkelanjutan, pada gilirannya akan menimbulkan risk loss terhadap
kelangsungan usaha bank itu sendiri. Konsekuensi risk loss yang berdampak
terhadap nasabah bank, adalah:
a. Merosotnya tingkat pelayanan
b. Berkurangnya jenios dan kualitas produk yang ditawarkan
c. Krisis likuiditas sehingga menyulitkan dalam pencairan dana
d. Perubahan peraturan
e. Dampak terhadap Perekonomian4
E. Teknik Mengidentifikasi dan Menilai Risiko
Kelompok teknik ini akan membantu Manajemen dalam hal menetapkan
focus/memberikan perhatian dan mengakomodasi seluruh kegiatan pengelolaan
Risiko. Beberapa diantaranya yang lazim digunakan adalah:
1. Brainstorming groups. Pejabat atau pegawai dari berbagai Satuan Kerja
berkumpul untuk mendiskusikan atau menyatakan pendapat (brainstorm) atas
sebuah atau beberapa isu.
2. Workshop. LKS sebaiknya mulai memfasilitasi workshop yang focus pada
Risiko yang akn menolonh pegawai untuk menetapkan dan memprioritaskan
tujuan, mengidentifikasikan, dan menilkai Risiko.
3. Questionnaires. Satuan Kerja Operasional diperlengkapi dengan kuesioner
yang berisi tujuan dan risiko yang mungkin timbul.
4. Self-assessment. Para manajer melakukan self-assessmant, dengan bantuan
dari SKAI, Divisi Keuangan dan control, atau dari akuntan luar.
5. Filters. Risiko dikaji terhadap beberapa filter seperti dampak yang tidak
besar, Risiko yang terkendali, rendahnya tingkat kemungkinan terjadi, dan
6.

lain-lain.
Assessment matrix. Matrik ini mencangkup seperangkat pertanyaan yang
meliputi elemem-elemen dari Manajemen Risiko dan pengendalian intern.

Termasuk didalamnya, best practices.
7. Risk identification templates. Satuan Kerja mendapatkan template yang akan
membimbing mereka untuk mengidentifikasi dan mengkaji Risiko mulai saat
mereka merencanakan dan menjalankan proses.
8. “Bottom up” risk assessments. Satuan Kerja mengidentifikasi dan menilai
Risiko. Hasilnya diakumulasi di tingkat pusat.
9. Value at Risk (VaR) model and worst case model. Model ini digunakan untuk
menilai Risiko dengan cara mengestimasi potensi rugi terhadap nilai sebuah
4 Mamduh Hanafi, Manajemen Risiko, Yogyakarta, Penerbit UPP STIM YKPN, 2006, hlm

9

posisi atau portofolio dalam satu jangka waktu tertentu berdasarkan factorfaktor yang ada di pasar.5
F. Mitigrasi Risiko
Mitigasi risiko adalah suatu metodologi sistematis yang digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi risiko. Mitigasi risiko dapat dicapai melalui salah
satu dari pilihan berikut :
1. Risk Assumption
Menerima risiko potensial dan terus mengoperasikan sistem TI atau untuk
menerapkan kontrol untuk menurunkan risiko ke tingkat yang dapat diterima
2. Risk Avoidance
Menghindari risiko dengan menghilangkan penyebab risiko dan / atau
konsekuensi (misalnya, mematikan sistem ketika risiko diidentifikasi)
3. Risk Limitation
Membatasi risiko dengan menerapkan kontrol yang meminimalkan dampak
merugikan dari ancaman yang berlangsung
4. Risk Planning
Mengelola risiko dengan membangun suatu rencana mitigasi risiko yang
memprioritaskan, menerapkan, dan memelihara kontrol
5. Research and Acknowledgment
Untuk mengurangi risiko kerugian dengan menyadari kelemahan atau cacat
dan meneliti sebuah kontrol untuk memperbaiki kerentanan
6. Risk Transference
Melakukan transfer risiko dengan menggunakan pilihan lain / pihak ketiga
untuk mengganti kerugian, seperti pembelian asuransi.6

5 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Pustaka Alvabet Anggota IKAPI,
2005, hlm, 211.
66Ibid., 217

10

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu potensi terjadinya suatu peristiwa
(events) yang dapat menimbulkan kerugian. Manajemen risiko dalam perbankan
syariah adalah suatu upaya yang dilakukan oleh bank syariah untuk mengatur dan
mengawasi risiko dengan tujuan meminimalisir risiko agar hasil yang ditargetkan
dapat tercapai dengan cara efektif dan efisien.
Risiko yang dihadapi Bank Syariah yaitu diantaranya risiko kredit, risiko
pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko reputasi, risiko
strategic, risiko kepatuhan, dan risiko modal.
Manajemen risiko pembiayaan bank syariah sebagai berikut: pembiayaan
ijarah, pembiayaan ijarah muntahiya bit tamlik, pembiayaan salam dan istishna,
pembiayaan mudharabah/musyarakah, dan pembiayaan murabahah.
Dampak dan risiko yang dihadapi Bank Syariah akan berpengaruah
terhadap pemegang saham, terhadap karyawan, terhadap nasabah.

12

DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman A. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta:
PT Raja Grapido Persada.
Arifin, Zainul. 2005. Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah. Jakarta: Pustaka
Alvabet Anggota IKAPI.
Sulhan, M., dan Ely Siswanto. 2008. Manajemen Bank Konvensional dan
Syari’ah. Malang: UIN Malang.
Hanafi, Mamduh. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta: Penerbit UPP STIM
YKPN.
http://lisdarina.blogspot.co.id/2012/06/makalah-manajement-risiko-banksyariah.html