Koordinasi Komunikasi dan Supervisi MBS

KOORDINASI, KOMUNIKASI, DAN SUPERVISI
DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

OLEH.
NUR INDAH FITRI
NIM. 2012-41-164

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
2014

KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr. wb.
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan inayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini tersusun atas kumpulan
berbagai referensi yang dikumpulkan oleh teman-teman kelompok seklian. Referensi yng berupa
sumber pustaka maupun informasi dari berbagai media yang telah diseleksi dan berkaitan dengan
judul makalah ini.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak yang membantu proses

pembuatan makalah hingga telah tersusun secara sistematis. Akhir kata penulis berhap agar
makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Ambon, Oktober 2014

Penyusun

2

DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………………………….

2

Daftar isi

.
……………………………………………………………….


3

Bab I

.
……………………………………………………………….

4

Bab II

.
……………………………………………………………….

6

Bab III

.

……………………………………………………………….

23

Daftar Pustaka

.
……………………………………………………………….

25

.

3

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dengan berlakunya Undang – undang Otonomi daerah, dimana akan terjadi desentralisasi

Pemerintahan, maka setiap daerah dituntut untuk memiliki sumber daya masyarakat yang
berkualitas dalam menghadapi persaingan dan mampu menyerap arus informasi yang terus
mengalir begitu cepatnya. Undang-Undang Pendidikan No. 20/2003 telah memberikan tanggung
jawab lebih besar dan otoritas langsung kepada sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah (Schools
Based Management/SBM). SBM yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat,
orang tua, para praktisi yang teoritisi pendidikan dapat dibentuk untuk meningkatkan kualitas
sekolah dengan pengelolaan bersama antara sekolah dan masyarakat. Dengan begitu diharapkan
sekolah serta masyarakat dapat ikut berkonstribusi dalam peningkatan mutu pendidikan dasar
secara signifikan. Meski demikian terdapat keragaman yang besar dalam kemampuan sekolah di
setiap daerah untuk melaksanakan otoritas yang telah diberikan tersebut. Guna mencapai tujuan
desentralisasi pendidikan tersebut, pemerintah melakukan restrukturisasi dalam penyelenggaraan
pendidikan, terutama yang berkenaan dengan struktur kelembagaan pendidikan, mekanisme
pengambilan keputusan dan manajemen pendidikan di pusat dan daerah .
Implementasi desentralisasi pendidikan dengan program manajemen berbasis sekolah
memiliki banyak hal penting yang harus di perhatikan. Salah satunya adalah masalah koordinasi,
komunikasi serta supervisi. Koordinasi dlam MBS merupakanhal penting karena desentralisasi
memerlukan koordinasi antara satu bagian dengan bagian lainnya agar terwujud suatu kesatuan
dan lancarnya program tersebut. Sebuah koordinasi pasti menuntut adanya komunikasi.
Komunikasi antara pusat dan daerah maupun penerapan komunikasi di sekolah melalui MBS
akan mampu menciptakan suasana yang hangat dan menghindarkan terjadi kesalahpahaman

antarkomponen pelaksana MBS. Hal terakhir yang tidak dapat dilupakan yaitu supervisi.
Supervisi perlu dalam MBS agar menjaga kualitas proses belajar. Supervisi dilakukan secara
berkala dan berkesinambungan agar terjadi perbaikan untuk menyempurnakan pencapaian tujuan
proses belajar-mengajar.
4

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah implementasi MBS terhadap koordinasi yang harus dilakukan di
sekolah?
2. Bagaimanakah implementasi MBS terhadap komunikasi yang harus dilakukan
sekolah?
3. Bagaimanakah implementasi MBS terhadap supervisi yang dilakukan disekolah?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui koordinasi yang harus dilakukan sekolah dalam implementasi MBS
2. Mengetahui komunikasi yang harus dilakukan sekolah dalam implementasi MBS
3. Mengetahui supervisi yang harus dilakukan sekolah dalam implementasi MBS

5


BAB II
PEMBAHASAN
A. Koordinasi Dalam Manajemen Berbasis Sekolah
Dalam manajemen berbasis sekolah koordinasi berkaitan dengan penempatan berbagai
kegiatan yang berbeda-beda pada keharusan tertentu, sesuai dengan aturan yang berlaku untuk
mecapai tujuan dengan sebaik-baiknya melalui proses yang tidak membosankan. Koordinasi
sering dimaknai sebagai kerjasama. Padahal, koordinasi lebih daripada kerjasama karena dalam
koordinasi juga terkandung sinkronisasi.
Pada hakikatnya pengkoordinasian merupakan upaya untuk menyelaraskan satuan-satuan,
pekerjaan-pekerjaan, dan orang-orang agar bekerja dengan tertibdan seirama menuju
ketercapaiannya tujuan tanpa terjadinya (chaos), penyimpangan, percekcokkan, dan kekosongan
kerja (vaccum). Jadi, koordinasi dapat dimaknai sebagai proses penyatupaduan sasaran-sasaran
dan kegiatan-kegiatan dari unit-unit lembaga, untuk mencapai tujuan lembaga secara efektif dan
efisien.
Koordianasi bukan upaya sesaat, tapi merupakan upaya berkesinambungan dan
berlangsung terus menerus untuk menciptakan dan mengembangkan kerjasama serta
mempertahankan keserasian dan keselarasan tindakan, antara pegawai maupun unit lembaga
sehingga sasaran-sasaran yang telahditetapkan dapat diwujudkan sesuai dengan rencana.
Handayaningrat (1992) mengemukakan karakteristik koordinasi sebagai berikut:

a. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu koordinasi
menjadi wewenang dan tanggung jawab pimpinan sehingga dapat dikatakan bahwa
pimpimnan bias berhasil jika melakukan koordinasi.
b. Koordinasi adalah kerjasama. Hal ini karena kerjasama merupakan syarat mutlak
terselenggaranya koordinasi.
c. Koordinasi merupakan proses yang terus menerus, dan berkesinambungan dalam
rangka mewujudkan tujuan lembaga.
d. Pengaturan usaha kelompok secara teratur karena merupaka konsep yang diterapkan
dalam kelompok untuk mecapai tujuan bersama.
e. Kesatuan tindakan merupakan inti koordinasi. Pimpimnan merupakan pengatur
usaha-usaha dan tindakan-tindakan individu sehingga diperoleh keserasian dalam
mencapai hasil bersama.
f. Tujuan bersama (common purpose). Kesatuan bersama meminta kesadaran semua
pihak untuk berpartisipasi aktif melaksanakan tujuan bersama.

6

Selain karakteristik koordinasi, terdapat lima prinsip utama koordinasi untuk kepentingan
diatas, yaitu:
a. Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal

b. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi
kepentingan bersama.
c. Merupakan proses yang terus menerus dan berkesinambungan
d. Merpakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
e. Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan secara
terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.
1. Manfaat Koordinasi
Manfaat koordinasi antara lain, melakukan gerak sentripental, yaitu gerakan untuk
mengembalikan kegiatan yang terpisah-pisah kedalam kesatuan untuk mengembalikan kegiatan
yang

terpisah-pisah

kedalam

kesatuan

kegiatan

induknya.


Hal

ini

penting

karena

pengelompokkan tugas-tugas dalam lembaga kedalam unit-unit, biro, bagian, direktorat, seksi,
dan lain-lain dapat menimbulkan suatu kekuatan yang memisahkan diri dari kekuatan induknya.
Dengan demikian bahaya spesialisasi yang terlalu jauh dalam lembaga dapat dipertemukan
melalui koordinasi.
Koordinasi sangat penting untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas dari pencapaian
tujuan lembaga. maka manfaat koordinasi dalam MBS dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Menghilangkan dan menghindarkan perasaan terpisahkan satu sama lain antara
pengawas, kepala sekolah, guru, dan para petugas di sekolah.
b. Menghindarkan perasaan atau pendapat bahwa dirinya atau jabatannya merupakan
yang paling penting.
c. Mengurangi dan menghindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan sekolah atau

anatara pejabat pelaksana.
d. Menghindarkan timbulnya rebutan fasilitas.
e. Menghindari timbulnya peristiwa menunggu yang memakan waktu lama
f. Menghindarakan kemungkinan terjadi kekembaran pekerjaan sesuatu kegiatan oleh
sekolah
g. Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pekerjaan suatu program oleh
sekolah atau kekosongan pengerjaan tugas oleh para kepala sekolah.
h. Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah untuk saling memberikan bantuan
antara satu sama lain terutama bagi mereka yang berada pada wilayah yang sama.
i. Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah untuk memberitahu maslah yang
dihadapi bersama dan bekerjasama dalam memecahkannya.
7

j. Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah diantara para kepala sekolah atau para
guru.
k. Menjamin adanya kesatuan langkah dan tindakan diantara para kepala sekolah.
l. Menjamin kesatuan sikap diantara para kepala sekolah
m. Menjamin kesatuan kebijaksanaan diantara para kepala sekolah dalam wilayah
tertentu.
Berdasaran uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa manfaat utama koordinasi dalam

MBS adalah untuk menumbuhkan sikap egaliter, serta meningkatkan rasa kesatuan dan persatuan
diantara para kepala sekolah dan guru-guru dengan tetap menghargai wewenang dan kewajiban
masing-masing. Dengan demikian setiap kepala sekolah maupun guru-guru tidak dapat terjebak
dalam kepentingan masing-masing sehingga dapat melakukan perannya secara efektif dan
efisisen dalam mencapai tujuan sekolah secara menyeluruh.
2. Macam-macam Koordinasi
Secara eoritis dapat dikemukakan beberapa macam koordinasi sesuai dengan ruang
lingkup dan arah kegiatannya. Berdasarkan ruang lingkup, koordianasi dapat diidentifikasi
menjadi beberapa tipe:
a. Koordinasi vertical. Terjadi antara para pejabat-pejabat dan bagian-bagian, sub-sub
bagian dan staf lembaga yang berada di bawahnya.
b. Koordinasi horizontal. Terjadi antara pejabat yang memiliki hieraki yang sama dalam
suatu lembaga, antarpejabatdari berbagai lembaga yang sederajat atau satu level.
c. Koordinasi fungsional. Terjadi antarpejabat, antarunit, dan antar lembaga, atas dasar
kesamaan fungsi dan kepentingan.
d. Koordinasi diagonal. Terjadi antar pejabat atau unit yang memiliki perbedaan, baik
dalam fungsi maupun tingkat hierarkinya.
Handayaningrat (1982) mengemukakan koordinasi berdasarkan hubungan antara para
pejabat yang dikoordinasikan terbagi atas dua yaitu koordinasi intern dan koordinasi ekstern.
Koordinasi intern terdiri atas 3, yaitu: 1. Koordinasi vertical atau koordinasi structural antara
yang mengkoordinasikan dengan yang dikoordinasikan secara structural terdapat hubungan
hierarkis. 2. Koordinasi horizontal atau koordinasi fungsional, kedudukan antara yang
mengkoordinasikan dan dikoordinasikan setingkat eselonnya. Koordinasi diagonal yaitu
koordinasi fungsional yang mengkoordinasikan memiliki tingkat eselon yang lebih tinggi
disbanding yang dikoordinasikan tetapi tidak berada dalam satu garis komando. Koordinasi
8

ekstern termasuk koordinasi fungsional. Dalam koordinasi eksternyang bersifat fungsional,
koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonal.
3. Cara Melakukan Koordinasi
Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk berkoordinasi, seperti pendapat Sutarto (1983)
mengenai cara-cara koordinasi yaitu:
a. Mengadakan pertemuan informal diantara para pejabat
b. Mengadakan pertemuan formal antarpejabat
c. Membuat edaran berantai kepada pejabat yang diperlukan
d. Memuat penyebaran kartu pejabat yang diperlukan
e. Mengangkat coordinator
f. Membuat buku pedoman lembaga, buku pedoman tata kerja, buku pedoman
g.
h.
i.
j.
k.

kumpulan peraturan
Berhubungan melalui alat perhubungan (telepon)
Membuat tanda-tanda
Menbuat symbol
Membuat kode
Bernyanyi bersama

Pada hakikatnya koordinasi dapat dilakukan formal maupun informal.koordinasi formal
dilakukan dengan adanya usaha impersonal, seperti dalam kehidupan birokrasi, membuat
peraturan atau pedoman. Sementara cara-cara informal dapat dilakukan dengan pembicaraan dan
konsultasi pada saat bertemu diluar kepentingan dinas.
Manajemen berbasis sekolah dapat ditinjau melalui pendekatan proses dan pendekatan
tugas. Oleh karena itu dalam MBS koordinasi dapat dilakukan dalam setiap tahap dari proses dan
bidang garapan manajemen tersebut. Koordinasi dalam MBS mencakup semua program
pengelolaan terhadap subjek, objek, dan bidang garapan sekolah.
B. Komunikasi Dalam Manajemen Berbasis Sekolah
Komunikasi dalam MBS dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi intern dan
ekstern.
1. Komunikasi Intern
Komunikasi intern yang terbina dengan baik akan memberikan kemudahan dan
keringanan dalam melaksanakan serta memecahkan masalah sekolah menjadi tugas bersama.
Manajemen dilihat dari para anggotanya, di sekolah tidak banyak personil dewasa yang
terdiri atas guru dan pegawai. Namun jika peserta didik juga dipandang sebagai personil sekolah,
jumlahnya akan menjadi banyak. Oleh karena itu, terjalinnya komunikasi yang baik antarpersonil

9

sekolah merupakan hal yang urgen. Kurang komunikasi akan mengakibatkan kurang tercapainya
hasil yang diinginkan.
Dalam suatu sekolah yang memiliki komunikasi yang bururk akan mengakibatkan
hubungan tidak harmonis antara personil sekolah dan cenderung memusatkan perhatian kepada
dirinya sendiri. Sehingga jika terjadi suatu masalah pada sekolah akan sulit menemukan titik
temu antara para personil sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah wajib untuk membina
komunikasi intern yang baik agar personil sekolah mau dan mampu meningkatkan kemampuan
kinerja masing-masing. Selain itu komunikasi yang baik dapat menciptakan suasana yang hangat
dan menari.
Komunikasi intern akan sangat dirasakan manfaatnya terutama bagi seorang pemula.
Yang awalnya memiliki rasa canggung menjalani rutinitas dalam dunia yang baru namun temantemannya yang sudah berada lebih awal akan mampu membantunya dan membuat kondisi
menjadi lebih nyaman.

Komunikasi intern bukan hanya untuk pemula namun juga untuk

pegawai yang sudah ada akan senantiasa memerlukan komunikasi yang baik untuk mengetahiu
pendapat orang lain mengenai suatu maslah. Bantuan rekan kerja akan sangat bermanfaat untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam pekerjaan.
Dalam komunikasi intern terdapat prinsip-prinsip komunikasi sebagai berikut:
a. Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak, tetapi bertindak sebagai fasilitator
yang mendorong suasana demokratis dan kekeuargaan.
b. Mendorong para guru untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam
memecahkan maslah, serta dapat harus mendorong aktivitas danrkreatifitas guru
c. Mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka, dan mendidik guru-guru
untuk mau menerima pendapat orang lain secara objektif.
d. Mendorong para guru dan pegawai untuk mengambil keputusan yang paling baik dan
meaati keputusan tersebut.
e. Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara, dan pengambil
keputusan secara redaksional.
Prinsip-prinsip diatas akan membuat kepala sekolah menerapkan prinsip demokratis
dengan memandang bahwa para guru bukan hanya menjadi pembantunya tetapi sebagai mitra
atau partner kerja dalam kelompok. Dalam kepemimpinan seperti ini disebut “bekerja di luar dan
di dalam sekaligus”.
Di seiap sekolah mmiliki masalah yang harus segera dicari jalan keluar yang
proporsional. Untuk kepentingan tersebut, perlu adanya pertemuan secara berkala dan teratur,
10

contoh seminggu sekali. Waktu yang diperlukan untuk memecahkan masalah sangat bergantung
pada pertemuan antarpersonil. Makin jarang pertemuan diadakan, makin lama masalah akan
mendapat jalan keluar. Dalam pertemuan tersebut, kepala sekolah akan bertindak sebagai
pimpinan dan guru-guru akan mengemukakan pendapat tentang masalah yang dihadapi untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan professional para guru.
Dalam diskusi biasanya akan memunculkan hal baru yang harus diketahui guru. Misalnya
kebijakan baru departemen pendidikan yang harus segera diketahui oleh para guru maupun atau
guru yang telah kembali dari penataran akan membagikan hal-hal yang didapat selama kegiatan
tersebutb yang belum diketahui oleh rekan guru yang lain. Keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kemampuan dan keprofesionalan personilnsekolah dengan menyelenggarakan
diskusi dan tany jawab. Jika hal ini dapat dilakukan secara berkesinambungan akan tersa besar
manfaatnya untuk pemecahan masalah dan pengembangan kemampuan dan kinerja personil
sekolah.
2. Komunikasi Ekstern
Komunikasi ekstern merupakan komunikasi yang antara sekolah denga lingkunan sekitar
untuk mendapatken masukan-masukan dari lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di sekolah. Komunikasi ekstern meliputi komunikasi sekolah dengan orangtua
siswa, dan komunikasi sekolah dengan masyarakat, baik individu maupun melembaga.
i.

Hubungan Sekolah dengan Orang tua

Terdapat hal-hal yang mendasari hubungan kerjasama antara orang tua dengan sekolah,
yaitu: 1. Adanya kesamaan tanggung jawab, dalam UU telah dikemukakan bahwa pendidikan
adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. 2. Adanya
kesamaan tujuan, untuk menjadikan putra-putrinya menjadi manusia yang sehat jasmani dan
rohaninya, yang trampil, kreatif, demokratis, serta berguna bagi bangsa dan Negara.
Tujuan hubungan Sekolah dengan orang tua juga dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Saling membantu dan saling mengisi. Guru dapat member informasi kepada orang tua
tentang anaknya berkaitan dengan segi-segi yang positif dan negatif yang dapat

11

diberikan secara tertulis maupun dengan kunjungan guru. Dengan memahami
kekurangan dan kelebihan peserta didik dapat bersama-sama membinanya.
b. Bantuan keuangan dan barang-barang. Orang tua peserta didik dapat memberikan
bantuan keuangan atau barang-barang baik secara perorangan maupun melembaga
melalui lembaga BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan)
c. Untuk mencegah perbuatan yang kurang baik. Akhir-akhir ini banyak kasus yang
melibatkan siswa seperti tawuran. Oleh karena itu guru dan orang tua dapat bekerja
sama untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
d. Bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak. Dengan mengetahui
kelebihan serta minat dan bakat peserta didik, orang tua dan guru membuat rencana
bersama orang tua peserta didik untuk mengembangkannya.
Untuk menjalin hubungan antara sekolah dan orang tua dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Diantaranya:
a. Melalui dewan sekolah. Dewan sekolah dibentuk untuk menyukseskan kelancaran
proses belajar mengajar di sekolah, baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan,
maupun penilaian. Dibentuknya dewan sekolah berkaitan dengan maslah relevansi
pendidikan yang diwujudkan melalui MBS agar apa yang dilaksanakan di sekolah
sejalan dan selaras dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
b. Melalui BP3. Oragnisasi ini merupakan organisasi orang tua peserta didik yang
bertugas dan berfungsi untuk memberikan bantuan penyelenggaraan pendidikan
sekolah. Bantuan ini terutama berkaitan dengan masalah sarana dan prasarana
kegiatan belajar mengajar. Selain itu BP3 harus berusaha membantu menyukseskan
program-program sekolah.
c. Melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan. Kegiatan ini berlanngsung
di akhir semester. Orang tua sebisa mungkin tidak diwakilkan sebab kepala sekolah
dan wali kelas akan memberikan penjelasan kepada orang tua peserta didik tentang
kegiatan belajar mengajar pada umumnya, khususnya tentang prestasi peserta didik
dan kelemahan-kelemahan yang perlu ditingkatkan oleh orang tua di rumah.
Hubungan sekolah dengan orang tua dapat terjalin dalam beberapa bidang, seperti proses
belajar mengajar, pengembangan bakat, pendidikan mental, dan kebudayaan. Proses belajar
mengajar merupakan bentuk kerjasama antara sekolah dan orang tua. Sebagai contoh orang tua
12

di rumah mengawasi dan membantu seorang anak belajar dan mengulang pelajaran yang di
dapatkan di sekolah. Hal ini dimaksudkan agar orang tua juga member perhatian kepada anaknya
sekaligus bekerjasama dengan sekolah untuk lebih mengutkan pemahaman materi yang diajarkan
di sekolah.
Dalam bidang pengembangan bakat. Guru dan orang tua harus menngetahui bakat peserta
didik dan anaknya agar bakat yang dimiliki oleh anak dapat dikembangkan dan tersalurkan
dengan baik. Sebagai contoh anak yang memiliki bakat bermusik dapat diarahkan untuk masuk
ke kegiatan ekstrakurikuler musik di sekolah dan didukung penuh oleh orang tua.
Dalam bidang pendidikan mental sebagai contoh, menghadapi masalah kesulitan percaya
diri karena kondisi lingkungan keluarga selalu meremehkan anak dan kurang perhatian oleh
anggota keluarga membuat mindset anak menjadi orang yang minder, kurang pergaulan dan tidak
percaya diri. Situasi demikian harus diupayakan agar tidak menggangu perkembangan
keperibadian peserta didik terlalu jauh. Sekolah akan membantu anak tersebut dengan
memberikan semangat dan motivasi melalui bimbingan konseling terhadap anak, membantu
anak berbaur dengan teman-teman lainnya dan membantu anak mendapatkan rasa percaya diri.
Dalam bidang kebudayaan terutama dalam melestarikan budaya daerah agar tidak punah.
Anak di sekolah diberikan wawasan budaya dan kearifan lokal yang membuat anak menjadi
bangga dengan kebudayaannya. Namun apabila dirumah keluarga anak tidak menghargai budaya
setempat maka sikap anak terhadap kebudayaannya tidak akan terlihat. Oleh karena itu
dibutuhkan kerjasama orang tua dan sekolah agar tujuan diatas dapat tercapai.
Dalam kerjasama antara sekolah dengan orang tua bukan hanya untuk saling mendukung
melalui bidang-bidang yang telah diuraikan, tetapi juga dalam memecahkan masalah peserta
didik bersama-sama. Masalah yang menyangkut peserta didik secara umum diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Masalah yang berhubungan denga keadaan tubuhnya
b. Masalah yang berhubungan dengan keadaan mentalnya
c. Masalah yang berhubungan dengan belajarnya
Untuk itu sekolah dengan orang tua harus bekerjasama untuk menemukan penyelesaian
yang tepat. untuk masalah diatas guru dan orang tua harus mengetahui kelemahan yang dimilik
13

peserta ddik yang membuat dirinya belajar tidak optimal. Apabila ada masalah yang tidak dapat
ditangani oleh sekolah dan orang tua, maka guru akan menyarankan urang tua menyekolahkan
anaknya di sekolah luarbiasa yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

SLB/A= untuk anak tuna netra
SLB/B= untuk anak tuna rungu-bicara
SLB/C= untuk anak tuna mental
SLB/D= untuk anak cacat tubuh
SLB/E= untuk anak tuna laras

Namun berdasarkan perkembangan kurikulum yang ada, anak-anak berkebutuhan khusus
juga bias sekolah di sekolah biasa bersama anak lain yang normal. Untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan guru perlu menanamkan pengertian kepada seluruh peserta didik di
sekolah tersebut agar anak yang memiliki kelainan tidak menjadi cemoohan.
ii.

Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk komunikasi ekstern yang
dilakukan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Masyarakat merupakan kelompok
dan individu-individu yang berusaha menyelengarakan pendidikan atau membantu usaha-usaha
pendidikan. Sekolah menghendaki agar peserta didik dapat menjadi manusia pembanguna yang
berkualitas, demikian halnya masyarakat menghendaki tenaga-tenaga yang terampil dan
demokratis ini diharapkan dating dari sekolah. Karena itu, sekolah dan masyarakat memiliki
kesamaan tujuan.
Tujuan tersebut melalui dimensi kepentingan sekolah adalah:
a.
b.
c.
d.

Memelihara kelangsungan hidup sekolah
Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
Memperlancar kegiatan belajar mengajar
Memperoleh bantuan dan dukungan masyarakat dalam rangka pengembangan dan
pelaksanaan program sekolah.

Tujuan melalui dimensi kepentingan masyarakat adalah:
a. Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
b. Memperoleh kemajuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah dalam
masyarakat
14

c. Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat
d. Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang terampil dan makin
meningkat kemampuannya
Selain itu hubungan sekolah dengan masyarakat adalah saling membantu serta mengisi
dan menggalang bantuan keuangan, bangunan, serta barang.
Masyarakat dpat menyelenggarakan pendidikan yang bersifat spesialisasi maupun
pembinaan keperibadian anak. Contohnya : belajar salat, membaca Al-Qur’an, bermain piano,
beladiri sebagai pengisi waktu yang baik daripada anak asik dan sibuk dengan permainan games
di komputer dan video games. Hal ini harus diwaspadai orang tua, sekolah, dan masyarakat,
dengan menjalin hubungan yang lebih baik. Melalui MBS semoga hal ini dapat diwujudkan
sehingga tercetak generasi penerus yang gemilang.
Bidang kerjasama sekolah dengan masyarakat sangat luas. Contohnya seklah akan
melaksanakan pementasan seni. Maka kelompok peserta didik yang terdapat dalam
ekstrakurikuler seni music, tari, rupa, dan teater dapat melakukan kerjasama dengan komunitas
atau sanggar yang ada di masyarakat untuk mencapai hasil terbaik dan memuaskan pada saat
pentas seni melalui pembimbingan oleh sanggar dan komunitas maupun kolaborasi.
Contoh lain dalam bidang lingkungan hidup. Sekolah bersama-sama dengan masyarakat
menumbuhkan kesadara untuk mencintai, melestarikan dan menjaga lingkungan hidup sekitar
dengan berbagai cara seperti penanaman pohon, melakukan tindakan daur ulang, hingga kegiatan
yang sederhana seperti menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada
tempatnya.
Dalam rangka MBS hubungan sekolah dengan masyarakat dapat dijalin melalui:
a. Dewan sekolah. Anggota dewan sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, beberapa
tokoh masyarakat, serta orang tua yang memiliki potensi dan perhatian besar terhadap
pendidikan di sekolah. Dewan sekolah dibentuk untuk menyukseskan kelancaran
proses belajar mengajar di sekolah, baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan,
maupun penilaian. Dibentuknya dewan sekolah berkaitan dengan maslah relevansi

15

pendidikan yang diwujudkan melalui MBS agar apa yang dilaksanakan di sekolah
sejalan dan selaras dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
b. Lembaga BP3. Bantuan dari masyarakat baik individu maupun kelompok dapat
diberikan berupa uang, alat bantu pendidikan, gedung maupun barang-barang
kebutuhan sekolah dapat langsung diberikan kepada pengurus BP3 kepada sekolah
yang membutuhkannya.
c. Melalui konsultasi. Sekolah dapat melakuakn konsultasi dengan ahli yang berad di
masyarakat. Sebagai contoh peserta didik mengalami fobia berada dalam ruangan
yang sempit. Guru dapat berkonsultasi dengan terapis yang menangani kasus fobia
untuk mendapatkan solusi untuk peserta didik.
d. Melalui pameran yang dilakukan di akhir tahun ajaran menampilkan hasil karya dan
kreatifitas peserta didik. Masyarakat dapat berpartisipasi dengan tokoh masyarakat.
Kegiatan ini dapat bertujuan juga untuk menggalang dana dari masyarakat yang
membeli barang-barang yang dijual dalam pameran.
C. Supervisi dalam Manajemen Berbasis Sekolah
Di era globalisasi ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang
signifikan sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Tak terkecuali bidang pendidikan.
Dalam pembelajaran penggunaan teknologi semakin kreatif dan inovatif sebagai media
pembelajaran. Seorang guru harus selalu memperbaharui informasi dan penguasaan teknologi
untuk pembaruan proses belajar mengajar menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Pada dasarnya guru memiliki cukup tinggi untuk berkreasi dan berkinerja namun banyak
factor yang menghambat mereka dalam mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena
itu diperlukan pembinaan yang berlangsung secara berkesinambungan dan terus-menerus dengan
program yang terarah dan sistematis. Hal ini lebih diperlukan lagi untuk implementasi paradigm
pendidikan baru seperti MBS. Program pembinaan guru dan personil pendidikan dinamakan
supervisi. Supervisi pendidikan dpat dimaknai sebagai kegiatan pemantauan oleh kepala sekolah
dan Pembina terhadap implementasi MBS termasuk pelaksanaa kurikulum, penilaiankegian
belajar mengajar di kelas, pelurusan penympangan, peningkatan keadaan, perbaikan program,
dan pengembangan kemampuan professional gur.
Supervisi terdiri atas kata ‘super’ dan ‘visi’ yang mengandung arti melihat dan meninjau
dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap ktivitas,
kreatifitas, dan kinerja bawahan. Istilah yang memiliki makna yang mirip dengan supervisi
adalah pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Dalam kaitannya dnegan MBS supervisi lebih
16

ditekankan pada pembinaan dan peningkatan kemampuan dan kinerja tenaga kependidikan di
sekolah dalam mekukan tugas.
Menurut Pidarta (1988) mengutip pernyataan Jones, mengemukakan supervisi adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan
terutama untuk mengembangkan efektifitas kinerja personalia di sekolah yang berhubungan
dengan tugas-tugas utama pendidikan.
Menurut Sutisna (1985) mendeskripsikan

supervisi

sebagai

bantuan

dalam

pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Dengan kata lain supervisi adalah
kegiatan pembelajaran yang disediakan untuk membantu guru dalam menjalankan pekerjaannya
agar lebih baik
Menurut Sahertian (1990) supervisi merupakan uasaha mengawali, mengarahkan,
mengkoordinasi, membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara
individual maupun kolektif, agar lebih menerti dan lebih efektif dlam mewujudkan seluruh
fungsi pengajaransehingga dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara
kontinyu sehingga dapat berpartisipasi lebih cepat dalam masyarakat demokrasi modern.
Pada hakiakatnya supervisi mengandung beberpa kegiatan pokok, yaitu pembinaan
kontinyu, pengembangan kemampuan profeional personil, perbaikan situasi belajar mengajar,
dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik.
Dalam supervisi terdapat proses pelayanan untuk membantu dan membina guru-guru sehingga
terjadi perbaikan dan peningkatan professional guru yang akan ditransfer kedalam perilaku
mengajar sehingga tercipta suasana yang lebih baik dan meningkatkan pertumbuhan peserta
didik.
Berdasarkan berbagai pengeriatan dan hakikat supervisi, tujuan supervisi pengajaran
adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada guru untuk belajar bagaimana
meningkatkan kemampuan merekan guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik.
Secara khusus Ametembun (1981) mengemukakan sebagai berikut:
a. Membina kepala sekolah dan para guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan
yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealisasikan tujuan tersebut.
b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guruuntuk mempersiapkan
peserta didiknya memnjadi anggota masyarakat yang lebih efektif.
c. Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk mediagnosis secara kritis terhadap
aktivitasnya

dan

kesuliatan

belajar

mengajar

sertam

menolong

mereka

memperbaikannya.

17

d. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lainnya
terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehansif serta memperbesar kesdiaan
untuk tolong-menolong
e. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi untuk
meningkatkan kinerja secara maksimal dalam profesinya
f. Membantu kepala sekolah untuk memulerkan pengembangan program pendidikan di
sekolah kepada masyarakat
g. Melindungi orang-orang yang disupervisi agar terhindar dari tuntutan tidak wajar dan
kriti-kritik yang tidak sehat dari masyarakat.
h. Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevalasi aktivitasnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kretifitas peserta didik
i. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan diantara guru.
Dalam supervisi penelitian merupakan kegiatan untuk memperoleh gambaran yang jelas
dan objektif tentang situasi pendidikan. Hasil analisis dan kesimpulan penelitian dapat dijadikan
bahan pertimbangan untuk menentukan tindakan dan langkah yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki dan mengembangkan situasi pendidikan dan pengajaran.
Penilaian merupaka tindak lanjut untuk mengetahui faktor—faktor yang mempengaruhi
system pendidikan dan pengajaran yang telah diteliti sebelumnya. Penilaian dititk beratkan pada
aspek-aspek positif yang dpat dikembangakan dari orang yang disupervisi. Meskipun demikian
kekurangan dan kelemhannya tidak akan diabaikan.
Perbaikan dilakuakn berdasarkan penelitian dan penilaian. Dalam hal ini supervisior telah
mengetahui dan memahami kondisi pendidikan serta berbagai fasilitas dan upaya yang
digunakan : apakah baik atau buruk, memmuaskan atau tidak, mengalami kemajuan atau tidak,
mencapai target atau tidak. Berkenaan dengan kekurangan tugas supervisior selanjutnya mencari
jalan

pemecahan,

mengarahkan

penyempurnaan-penyempurnaan.

perbaikan,

meningkatkan

Pengembangan

keadaan,

merupakan

upaya

dan
untuk

melakuakan
senantias

memperthankan hal-hal yang baik dari hasil penelitian dan penilaian.
Dalam pelaksnaan supervisi, berikut merupakan tugas supervisior yng dikuti oleh
sahertian mengutip pendapat Gwyn :
a. Membantu guru mengerti dan memahami peserta didik
18

b. Membantu mengembangkan dan memperbaiki, baik secara individual maupun
bersama
c. Membantu seluruh staf sekolah untuk melaksanakan proses belajar-mengajar yang
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

lebih efektif
Membantu guru meningkatkan cara mengajar yang efektif
Membantu guru secara individual
Membantu guru agar dapat menilai peserta didik dengan lebih baik
Menstimulir guru agar dapat menilai diri dan pekerjaannya
Membantu guru agar merasa bergairah dalam pekerjaannya dengan penuh rasa aman
Membantu guru dalam melaksanakan kurikulum di sekolah
Membantu guru agar dapat memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada
masyarakat tentang kemajuan sekolahnya.

Untuk menyeleanggarakan supervisi, supervisior dapat memilih teknik-teknik supervisi
yang tepat sesuai tujuan yang akan dicapai. Teknik dimaksud antara lain: kunjungan dan
observasi kelas, pembicaraan individual, demonstrasi mengajar, dan perpustakaan professional.
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi proses
balajar mengajar secara langsung. Melalui teknik ini kepala sekolah secara langsung dapat
mengamati kegiatan utama guru, mengajar, menggunakan metode, teknik mengajar dan faktor
yang mempengaruhinya. Hasil observasi ini bermanfaat untuk supervisior bersama guru untuk
menentukan cara-cara paling tepat untuk meningkatkan kondisi proses belajar mengajar. Teknik
kunjungan danobservasi kelas dapat dilakukan dengan tiga pola. Kunjungan dengan tidak
memberitahu guru kelas, kunjungan dengan memberithu guru kelas, dan kunjungan berdasarkan
undangan guru kelas. Pemilihan pola ini disesuaikan dengan tujuan kunjungan.
Teknik pembicaraan individual biasanya melengkapi teknik kunjungan dan observasi
kelas. Teknik ini juga dapat dilakukan tanpa adanya kunjungan dan observasi kelas. Pembicaraan
individual merupakan alat supervisi yang penting karena dalam kesempatan tersebut supervisior
dapat bekerja sama secara individual dengan guru dalam memecahkan masalah yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar.
Teknik demonstrasi mengajar yaitu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang
guru yang memiliki kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat mengambil
hikmah dan manfaatnya. Teknik ini bertujuan member contoh bagaimana cara melaksanakan

19

proses belajar mengajar yang baik. Kesempatan demonstrasi mengajar sebagai salah satu
alternatif penampilan tertentu karena tidak ada cara mengajar paling baik untuk setiap tujuan.
Guru baiknya merupakan kelompok ‘Reading people’ dan menjadi bagian dari
masyarakat belajar, yang menjadikan belajar sebagai kebutuhan hidupnya. Untuk kepentingan
tersebut, dibutuhkan sumber belajar seperti buku. Buku merupakan gudang ilmu dan sebagai
salah satu sumber pengetahuan yang utama. Sehubungan dengan itu diperlukan buku-buku yang
menunjang guru sesuai bidang kajiannya melalui adanya perpustakaan di sekolah. Manfaat
perpustakaan salah satunya sangat penting bagi peningkatan dan pertumbuhan jabatan guru.
Sehingga salah satu teknik supervisi adalah teknik perpustakaan professional.
Selain teknik-teknik supervisi individu yang telah dijaabarkan diatas, terdapat teknik
supervisis yang bersifat kelompok. Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik
supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama – sama oleh supervisor
dengan sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008 : 86). Teknik supervisi kelompok
antara lain:
a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru
Pertemuan orientasi adalah pertemuan antara supervisor dengan supervisi (terutama guru
baru) yang bertujuan menghantar supervisi memasuki suasana kerja yang baru. Pada pertemuan
orientasi, supervisior diharapkan dapat menyampaikan atau menguraikan kepada supervisie halhal sebagai berikut (Sahertian, 2008):
1.
2.
3.
4.
5.
6.

System kerja yang berlaku disekolah itu
Proses dan mekanisme administrasi organisasi sekolah
Tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah
Tindak lanjut dalam bentuk diskusi dan lokakarya
Kunjungan ke tempat-tempat yang berkaitan dengan sumber belajar
Makan bersama

b. Rapat Guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan untuk
membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru (Pidarta,
2009) tujuan teknik supervisi rapat guru menurut pendapat Sagala (2010) salah satunya adalah
menyatukan pandangan guru tentang masalah dalam mencapai makna dan tujuan pendidikan.
20

c. Diskusi
Teknik diskusi kelompok dilakukan untuk bertukar informasi atau mencapai suatu
keputusan tentang masalah bersama. Kegiatan ini berlangsung dalm beberapa bentuk
diantaranya: panel, seminar, lokakarya, konfrensi, dan sebagainya. Kegiatan diskusi di sekolah
dapat dikembangkan melalui rapat sekolah untuk membahas masalah yang terjadi di sekolah itu.
Selanjutnya oleh Morrant (1981) mengemukakan program pengembangan berbasis sekolah yaitu
sejenis pengembangan aktivitas guru yang berjalan diatas dasar pikiran sekolah untuk sematamata keuntungan bagi guru terhadap suatu sekolah.
d. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik
yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara kelompok. Hal-hal
yang perlu diperhatikan saat workshop antara lain:
1. Masalah yang dibahas bersifat life centered dan muncul dari guru tersebut
2. Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatan
sehingga tercapainya perubahan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik.

21

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Koordinasi merupakan penempatan berbagai kegiatan yang berbeda-beda pada keharusan
tertentu, sesuai dengan aturan yang berlaku untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya
melalui proses yang tidak membosankan. Karakteristik koordinasi menunjukkan bahwa
keselarasan tindakan perlu selalu diupayakan untuk mencapai tujuan bersama, dan koordinasi
yang memadai tidak datang begitu saja, tetapi perlu dikondisikan, dibina, dijaga, serta
dikembangkan secara terus menerus dan berkesinambungan. Koordinasi dapat berjalan dengan
baik apabila memperhatikan prinsip koordinasi. Manfaat koordinasi untuk mengembalikan
kegiatan-kegiatan yang terpisah-pisah ke dalam kesatuan kegiatan induknya. Berdasarkan ruang
lingkupnya koordinasi dibagi dua, yaitu koordinasi intern dan ekstern.
Komunikasi harus selalu dilakukan oleh sekolah. Komunikasi tersebut bias bersifat
intern, antara personil sekolah dan secara ekstern, antara sekolah dengan orang tua peserta didik
dengan masyarakat. Tujuan komunikasi ini dapat menjadi pemecahan masalah yang dihadapi
seputar proses belajar mengajar dan persoalan kebutuhan sekolah. Hal ini terjadi karena
kerjasama saling support dari berbagai komponen.
Supervisi yaitu suatu kegiatan yang menekankan pada pembinaan dan peningkatan
kemampuan serta kinerja tenaga kependidikan di sekolah dalam melaksanakan tugas. Tujuan
supervisi adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada para guru untuk belajar
bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik.
Supervisor hendaknya dapat memilih teknik- teknik supervisi yang tepat, sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai. Teknik-teknik tersebut, antara lain kunjungan dan observasi kelas,
pembicaraan

individual,

diskusi

kelompok,

demonstrasi

mengajar,

dan

perpustakaan

professional.
B. SARAN
1. Agar koordinasi berjalan maksimal, maka perlu ditingkatkan rasa kesatuan dan
persatuan di antara kepala sekolah maupun guru-guru dengan tetap menghargai

22

kewajiban dan wewenang masing-masing sehingga dapat menjalankan perannya
secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan sekolah secara menyeluruh
2. Agar terjadinya proses kerjasma antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat
perlu dijalin komunikasi yang bai sesuai dengan MBS.
3. Agar menghasilkan pembelajaran yang efesien dan efektif maka sterategi manajemen
berbasis sekolah harus diterapkan oleh supervisor guna meningkatkan keunggulan
suatu lembaga sekolah tersebut.

23

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2001. Panduan Monitoring dan Evaluasi dalam Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah. Jakarta: Dikmenum
Mulyasa, E. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pembangunan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta

24

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2