RENCANA LAPANGAN LATIHAN GLADI PETA GLAD

RENCANA LAPANGAN
GLADI PETA, MODEL DAN MEDAN
PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR
PROPINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2016/2017

Kendari,

Maret 2016

PEMERINTAH PROPINSI
SULAWESI TENGGARA

TIM PENYUSUN DOKUMEN RENLAP LATIHAN GLADI PETA, MEDAN DAN
MODEL ANCAMAN BANJIR 2016

Mentor/Fasilitator Proses Penyusunan Dokumen Renlap Latihan Gladi Peta, Model
dan Medan Ancaman Banjir 2016
1
Tanty S Reinhart Thamrin
Team Leader TATTs Sultra

2
Mayor Inf Edward
Korem 143 HO
3
Kapten Inf Salmar
Kodim 1417 KDI
Anggota Penyusun Dokumen Renlap Latihan Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman
Banjir 2016Ancaman Banjir 2016
1
Andi Rajalangi, SH. MH
BPBD Prop Sultra
2
Dody Rizal P,SE
BPBD Prop Sultra
3
Moeh Yusuf , MH, ST
BPBD Prop Sultra
4
Heny Handayani. SS, Msi
BPBD Prop Sultra

5
Sumartin, SE
BPBD Prop Sultra
6
Fatmawati, SE
BPBD Prop Sultra
7
Kusnadi
Senior Program TATTs Sultra
8
Sahari Ramadhan
Training Officer TATTs Sultra

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kesehatan sehingga penyusunan dokumen “Rencana Lapangan Gladi Peta, Model dan Medan
Menghadapi Ancaman Banjir 2016/2017” yang disusun bersama- sama oleh Badan Daerah
Penanggulangan Bencana Propinsi Sulawesi Tenggara bersama dengan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) dan Lintas Sektoral Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara,
Organisasi Kebencanaan, Organisasi Penyandang Disabilitas, dan Relawan Pengurangan
Resiko Bencana dengan bimbingan dan fasilitasi dari Program Technical Assistance and
Training Teams (TATTs) Sultra telah selesai disusun.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Penyelenggaraan penanggulangan bencana yang
efektif dan efisien membutuhkan partisipasi yang terkoordinir dari berbagai pihak.
Perencanaan kontinjensi yang disusun bersama-sama oleh para pihak sangat diperlukan
sebagai langkah kesiapsiagaan bersama dalam menghadapi kemungkinan terjadinya ancaman
bencana yang menimbulkan kondisi kedaruratan di masyarakat Propinsi Sulawesi Tenggara.
Dokumen Rencana Lapangan Gladi Peta, Model dan Medan Menghadapi
Ancaman Bencana Banjir 2016/2017 ini merupakan panduan bagi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan Lintas Sektoral Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara, Organisasi
Kebencanaan dan Relawan Pengurangan Risiko Bencana dalam melaksanakan Gladi Peta.
Model dan Medan dalam rangka kesiapsiagan Penanganan Bencana Banjir 2016/2017 secara
sistematis, efektif, efisien, dan terkoordinir. Pelaksanaan Gladi Peta, Model dan Medan
merupakan tahap uji sistem kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana banjir yang
selanjutnya akan diikuti dengan Gladi Posko, Drill Teknis dan Taktis dan pada puncaknya
adalah menguji sistem kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana banjir dalam Gladi

Lapang Menghadapi Ancaman Bencana Banjir 2016.
Kami bebesar hati dengan kajian resiko yang telah dilakukan bersama-sama, data
yang telah diolah dengan teliti, peta dan model lokasi yang rawan mengalami ancaman
bencana banjir yang telah disiapkan dengan cermat, kerjasama para pihak dalam menyusun
dokumen ini dan kesepakatan para pihak yang dituangkan dalam dokumen Rencana
Lapangan Gladi peta, Model dan Medan Menghadapi Ancaman Banjir 2016/2017 ini,
kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam upaya penyelenggaraan penanggulangan
bencana banjir. Semoga Selamat Seluruh Alam Semesta. Terima kasih.
Sultra Tangguh!

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

DAFTAR ISI
Halaman
TIM PENYUSUN

i

KATA PENGANTAR


ii

DAFTAR ISI

iii

1. Dasar

1

2. Tujuan dan Sasaran

1

3. Waktu dan Tempat

2

4. Materi Latihan


2

5. Referensi

2

6. Macam, Sifat dan Metode Latihan

2

7. Organisasi Latihan

2

8. Pelaksanaan Gladi Peta, Model dan Medan

3

9. Pakaian dan Perlengkapan


5

10. Administrasi dan Logistik

5

11. Lain –lain

6

LAMPIRAN

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI TENGGARA
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Kompleks Bumi Praja Anduonohu Telp. (0401) Kendari 93231

ii


RENCANA LAPANGAN
GLADI PETA, GLADI MODEL DAN GLADI MEDAN
ANCAMAN BENCANA BANJIR
PROPINSI SULTRA TAHUN 2016

Penunjukkan : Peta

: Sulawesi Tenggara

Kedar (Scale)

: 1:50.000

Tahun

: 1995

Lembar

: No. 5716-IV (Kota Kendari)


1. Dasar
a. Undang – Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
b. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana.
c. Peraturan Kepala BNPB No. 10 tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat
Bencana.
d. Peraturan Kepala BNPB No. 14 tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Pos
Komando Tanggap Darurat Bencana.
e. Peraturan Kepala BNPB No. 24 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Operasi Darurat Bencana.
2. Tujuan dan sasaran
a. Tujuan :Agar para peserta latihan mengerti dan memahami tentang manfaat pelaksanaan
gladi peta, gladi model, dan gladi medan serta mampu melaksanakan gladi peta, gladi
model dan dan gladi medan khususnya pada tahap sebelum bencana sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi masing – masing.
b. Sasaran :
1) Kuantitatif :Kesiapsiagaan seluruh Instansi/Lembaga/organisasi/relawan menghadapi
ancaman bencana banjir 2016/2017 terkait Pengurangan Risiko Bencana di Propinsi
Sulawesi Tenggara.

2) Kualitatif :
a) 1Memahami dan mampu melaksanakan prosedur penentuan kedudukan
sumberdaya di atas peta terkait kesiapsiagaan dan perencanaan operasi tanggap
darurat bencana banjir;
b) Memahami

dan

mampu

melaksanakan

prosedur

penentuan

kedudukan

sumberdaya di lokasi sebenarnya terkait kemungkinan ancaman bencana banjir


Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016
1

yang dihadapi; dan
c) Memahami dan mampu melaksanakan pengambilan keputusan komando dengan
cepat dan tepat dalam menghadapi persoalan taktis.
3. Waktu & Tempat
a. Waktu :
1) Pelaksanaan Gladi Peta :Hari Rabu - Kamis, 23-24Maret 2016.
2) Pelaksanaan Gladi Model : Hari Selasa, 29 Maret 2016.
3) Pelaksanaan Gladi Medan : Hari Rabu - Kamis, 30- 31 Maret 2016.
b. Tempat :
1) Gladi Peta akan dilaksanakan di Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Banjir 2016
BPBD Propinsi Sultra.
2) Gladi Model akan dilaksanakan di Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Banjir
2016 BPBD Propinsi Sultra.
3) Gladi Medan akan dilaksanakan di Kelurahan Benu-benua dan Kelurahan Punggaloba
Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari Propinsi Sultra.
4. Materi Latihan Gladi Peta, Gladi Model, dan Gladi Medan
a. Menentukan lokasi operasi tanggap darurat banjir 2016;
b. Menentukan Pos Komando;
c. Menentukan Staging Area (Posko Aju: pos tempat pelaku tanggap darurat dan logistik
siap deploy);
d. Menentukan Camp (pos istirahat pelaku tanggap darurat);
e. Menentukan Base (pos logistic yang dipersiapkan);
f. Menentukan jalur evakuasi;
g. Menentukan TES (Tempat Evakuasi Sementara) dan shelter.
5. ReferensiNaskah/Petunjuk pelaksanaan gladi peta, gladi model dan gladi medan.
6. Macam, Sifat & Metode Latihan
a. Macam: Latihan tanpa pasukan/unsur pimpinan
b. Sifat: Satu pihak dikendalikan
c. Metode: Praktek
7. Organisasi latihan
a. Penasehat

: Gubernur Sulawesi Tenggara

b. Pimpinan Umum Latihan

: Komandan Korem 143/HO

c. Tim Pengawas dan Evaluasi : 5 orang ( BNPB, DPRD Prov. Sultra, Korem 143 HO,
POLDA Sultra, BPBD Prov. Sultra
d. Komandan Latihan

: Dandim 1417/Kendari

e. Wakil Komandan Latihan

: Kalaksa BPBD Prop. Sultra

f. Detasemen Markas dan Alat : 2 (dua) orang (Danbekang dan Kabid Log BPBD Prov.
Sultra)
g. Koordinator Pelatih

: Kapten Inf. Salmar Gona

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

h. Koordinator Materi

: Tanty SR Thamrin

i. Pelatih

: 15 orang terdiri atas

1). Pelatih Kaji Cepat

: Kusnadi (TATTs), L.M. Hayruddin (BPBD Prov. Sultra,
2
Chasan Chariri (Dinkes Prov. Sultra)

2). Pelatih SAR

: Basrano (SAR Kendari) Ld. Maranay dan Harun Yahya
(BPBD Prov. Sultra)

3). Pelatih Shelter

: Kapten Suparman (Kodim 1417/Kendari)

4). Pelatih Logpal

: Sony (BPBD Prov. Sultra), Capt. Aan Saputra (Lanal
Kendari)

5). Pelatih Komunikasi

: Rahman Saliha, la Ode Husuri (BPBD Prov. Sultra), M.
Idham (RAPI)

6). Pelatih 1st Responder
j. Pendukung

: Djamaluddin (PMI), Sulaeman (BPBD Prov. Sultra)
: 75 Orang

1). Bidang Operasional

: Mayor Inf. Edward (Koord)

2). Bidang Logpal

: Najib, S.Sos (Koord)

3). Bidang Komunikasi/Hub : Drs. Hasman Boy (Koord)
4). Bidang Litbang

: Dodi Rizal Puuwawoa (Koord)

5). Sekretariat

: Andi Rajalalangi Sadapotto, SH, MH (Koord)

k. Pelaku

: Masyarakat dan Instansi terkait

8. Pelaksanaan Gladi Peta,Model dan Medan
a. Tahap perencanaan tanggal 19s/d29 Februari 2016
1) Mempelajari tugas gladi peta,model, dan medan;
2) Menyusun rencana gladi peta,model, dan medan;
3) Briefing rencana gladi peta,model, dan medan;
b. Tahap persiapan tanggal tgl 14 s/d 22 Maret 2016
1) Meninjau medan/membuat rencana;
2) Sempurnakan rencana gladi peta,model, medan;
3) Briefing pelatih, pendukung dan pelaku;
4) Paparan pelaksanaan gladi peta,model, medan;
5) Distribusi Rencana lapangan gladi peta,model,dan medan;
6) Pengecekan akhir sarana dan prasarana yang digunakan dalam gladi peta, model,
medan.

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

c. Tahap pelaksanaan
1) Gladi peta tanggal 23 s/d 24 maret 2016

3

a) Pelaku gladi peta dibagi menjadi 5 (lima) kelompok tiap-tiap kelompok terdiri
dari beberapa instansi;
b) Koordinator latihan menjelaskan mekanisme pelaksanaan gladi peta kepada
peserta latihan;
c) Pelatih dan pendukung mengecek kesiapan ruangan dan alat peralatan yang akan
digunakan pada pelaksanaan gladi peta;
d) Pelaku diberi naskah/persoalan (7 persoalan tentang materi latihan) gladi peta
berupa keadaan umum, keadaan khusus dan keadaan lanjutan tentang pelaksanaan
gladi peta;
e) Para pelaku menyepakati bentuk persoalan dalam peta sebagai pedoman
pelaksanaan latihan;
f) Selama jalannya latihan gladi peta dipandu oleh moderator, penulis dan
penyimpul yang disajikan oleh masing – masing kelompok ;
g) Hasil keputusan dalam gladi peta merupakan keputusan terbanyak dengan
menyampaikan alasan yang logis sesuai pengamatan di atas peta;
h) Pelaksanaan gladi peta selesai selanjutnya evaluasi oleh koordinator latihan.
2) Gladi Model Tanggal 29 Maret 2016
a) Pelaku gladi model dibagi menjadi 5 (lima) kelompok tiap-tiap kelompok terdiri
dari beberapa instansi;
b) Koordinator latihan menjelaskan mekanisme pelaksanaan gladi model kepada
peserta latihan;
c) Pelatih dan pendukung mengecek kesiapan ruangan dan alat peralatan yang akan
digunakan pada pelaksanaan gladi model;
d) Pelaku diberi naskah/persoalan (7 persoalan tentang materi latihan) gladi model
berupa keadaan umum, keadaan khusus dan keadaan lanjutan tentang pelaksanaan
gladi model;
e) Para pelaku menyepakati bentuk persoalan dalam model sebagai pedoman
pelaksanaan latihan;
f) Selama jalannya latihan gladi model dipandu oleh moderator, penulis dan
penyimpul yang disajikan oleh masing – masing kelompok;
g) Hasil keputusan dalam gladi model merupakan keputusan terbanyak dengan
menyampaikan alasan yang logis sesuai pengamatan di atas model;
h) Pelaksanaan gladi model selesai selanjutnya evaluasi oleh koordinator latihan.
3) Gladi Medan Tanggal 30 Maret 2016
a) Pelaku gladi medan dibagi menjadi 5 (lima) kelompok tiap-tiap kelompok terdiri
dari beberapa instansi;

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016
4

b) Koordinator latihan menjelaskan mekanisme pelaksanaan gladi medan kepada
peserta latihan;
c) Pelatih dan pendukung menempatkan bendera di medan sebenarnya sebagai tanda
persoalan yang akan didiskusikan oleh peserta latihan;
d) Pelaku diberi naskah/persoalan (7 persoalan tentang materi latihan) gladi medan
berupa keadaan umum, keadaan khusus dan keadaan lanjutan tentang pelaksanaan
gladi medan;
e) Para pelaku menyepakati bentuk persoalan yang telah diberi oleh pelatih berupa
bendera sebagai pedoman pelaksanaan latihan;
f) Selama jalannya latihan gladi medan dipandu oleh moderator, penulis dan
penyimpul yang disajikan oleh masing – masing kelompok di medan/lapangan;
g) Hasil keputusan dalam gladi medan merupakan keputusan terbanyak dengan
menyampaikan alasan yang logis sesuai pengamatan di medan sebenarnya;
h) Pelaksanaan gladi medan selesai selanjutnya evaluasi oleh koordinator latihan.
d. Tahap Akhir 30 – 31 Maret 2016
1) Pengecekan personil dan materiil yg digunakan dalam pelaksanaan gladi peta,model,
medan;
2) Evaluasi oleh koordinator materi;
3) Pembuatan laporan kegiatan.
9. Pakaian dan Perlengkapan
a. Pakaian
1). Pelatih

: Seragam instruktur/fasilitator

2). Pelaku

: PDL(sesuai instansi masing – masing)

3). Pendukung : Pakaian Instruktur/Fasilitator
b. Perlengkapan
1). Pelatih

: Peta, mistar, protector/busur derajat, kompas, alat tulis dan lain lain

2). Pelaku

: Peta, mistar, protector/busur derajat, kompas, alat tulis dan lain lain

3). Pendukung : Sesuai Fungsi dan tugas.
10. Administrasi dan Logistik
a. Personel :
1) Penyelenggara

: 27 orang

2) Pelaku

: 55 orang

b. Administrasi
1). Kertas HVS 2 rim
2). Alat tulis 1 dos
3). Mistar 25 buah
4) 25 set Protector navigasi/busur derajat (untuk mengukur derajat di atas peta).

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016
5

5). Peta :
a). Topografi 5 lembar
b). Administrasi 5 lembar
c). Peta tata ruang/jalan 2 lembar
c. Logistik
1). HT 10 buah
2). Bendera 7 buah
2). Tiang bendera 7 batang
3). Peta 1 buah
4). Model beserta kelengkapannya 1 set
5). Sound system 1 set
6). LCD Proyektor 1 buah
7). Ban lengan 30 buah
8). Konsumsi dan Snack
a). Makan pagi : jam 07.00 pagi
b). Makan siang : jam 12.00 siang
c). Makan malam : jam 18.00 malam
d. Kendaraan
1). Mobil rescue
2). Ambulans
3). Truk
4). Motor
5). Commob (Communication Mobile)
6). Water treatment mobile
7). Truck serbaguna
8). Mobil dapur umum
e. BBM
1). Pertamax
2). Bensin
3). Solar
11. Lain – Lain. Hal – hal yang belum tercantum dalam rencana lapangan gladi peta, model dan
medan ini akan disampaikan secara langsung di lapangan.

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

6

Lampiran :
1. Struktur Organisasi
2. Pembagian Tugas Pelatih/Pendukung
3. Jadwal Kegiatan Latihan
4. Keadaan Umum, Keadaan Khusus, dan Keadaan Lanjutan
5. Rencana Kegiatan Latihan (RKL)
6. Bagan Daerah Latihan
7. Jaring Komunikasi
8. Jalur Evakuasi
9. Rencana Pengamanan

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016
7

Lampiran A (Struktur Organisasi ) Pada Rencana Lapangan
Gladi Peta, Gladi Model dan Gladi Medan Bencana Banjir BPBD Prop. Sultra T.A 2016
STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA LATIHAN TANGGAP DARURAT BENCANA BANJIR 2016
PENASEHAT
GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

PIMPINAN UMUM LATIHAN
KOMANDAN KOREM 143/HO

TIM PENGAWASAN DAN EVALUASI
BNPB
DPRD PROP.SULTRA : ABDURRAHMAN SALEH (KETUA DPRD)
KOREM 143/HO
POLDA SULTRA
BPBD PROP.SULTRA, KABID.BIDANG I : Drs. MUSTAMIN

KOMANDAN LATIHAN
KOMANDAN KODIM 1417/KDI

WAKIL KOMANDAN LATIHAN
KEPALA PELAKSANA BPBD PROPINSI SULAWESI TENGGARA

BIDANG OPERASIONAL

BIDANG LOGPAL

BIDANG KOMUNIKASI/HUB

BIDANG LITBANG

SEKRETARIAT LATIHAN

MAYOR INF. EDWARD

NAJIB, S.SOS

Drs . HASMAN BOY. HS

DODY RIZAL PUUWAWOA

ANDI RAJALLANGI SADAPOTTO, SH

KAJI CEPAT

PERALATAN

BPBD PROV. : MUH. YUSUF

POLDA SULTRA : SYAMSUDDIN

KOREM : PELTU SARMIN

BPBD PROP : SUMARTIN, SAINUDDIN,
LA NTARUI & LA ODE HIASAN

SAR

DINSOS PROP : POPI SUHENDRA

BPBD PROV. : MUH.SYARIF
BRIMOB : IPDA SARNUNGA

LOGISTIK & DAPUR UMUM

LANUD HLO: LETTU LEK. YADI

BPBD PROP.SULTRA : ANTHOMINA KALLO

KODIM: KAPTEN INF. SAHIDIN
BASARNAS : BUDI RAHARJO
LANAL KENDARI :
POLDA SULTRA :

BPBD KOTA KENDARI : ERWIN
DINSOS PROP. : ADNAN M.Si
LOG.SAT POL-PP : PAULUS EFENDY
LANUD HLO : SETYO BOWO

LANUD HLO : TEGUH WP

BAPPEDA

: M.SYUKRIL, ST

BENDAHARA

BPBD PROP : IRFANDY

UHO

: Dr. ARMID

: SAHARI RAMADHAN (TATTS)

SENKOM KDI : SUGENG PURNOMO

BPBD PROP

: BUSRA, SKM

ADMIN. KEUANGAN : FATMAWATI (BPBD PROP.SULTRA)
ADMIN. UMUM
: SARNI & AKBAR (NGO)

RAPI KOTA KENDARI : AGUSTINA

NGO

: RAHMAWATI

HUMAS

BID.TI POLDA :

BMKG

: ARIS. Y & ROSA. W

KONSUMSI : ANDI ASTIANI & HJ. ENDRIANI (BPBD PROV.SULTRA)

: ISKANDAR S. & HENNY HANDAYANI (BPBD PROP.SULTRA)

DENHUB KOREM :

KOORDINASI INTERNAL EXTERNAL : ANDI RAJALLANGI (BPBD PROP.SULTRA)

SATKOM LANAL KDI :

KEAMANAN

: LETTU. AGUNG (LANUD HLO)

DETASEMEN MARKAS DAN ALAT
DAN BEKANG
KABID.BIDANG II BPBD PROPINSI : Drs . KASIM

KODIM 1417/KDI :

KESEHATAN
PMI KOTA KDI : AHMAD M

KOREM 143/HO :
LANAL KENDARI :

POLTEKKES KENDARI

KOORDINATOR PELATIH

:

KAPTEN INF. SALMAR

KOORDINATOR MATERI

:

TANTY SR. THAMRIN

RS.ISMOYO
RS.BHAYANGKARA

PELATIH KAJI CEPAT : KUSNADI (TATTS), HAYRUDDIN (BPBD PROP.), CHASAN CHARIRI (DINKES)

RS.BAHTERAMAS

PELATIH SAR : BASRANO (BASARNAS), MARANAY & HARUN Y. (BPBD PROV.SULTRA)
PELATIH SHELTER : KAPTEN INF. SUPARMAN (KODIM 1417/KDI) & LA LUMAIDA (BPBD.PROP)

SHELTER

PELATIH LOGPAL : SONY (BPBD.PROP.), KAPTEN AAN SAPUTRA (LANAL KENDARI)

DINSOS PROP : HARSANTO

PELATIH KOMUNIKASI : RAHMAN. S. & HUSURI (BPBD. PROP.), M.IDHAM (RAPI)

FKPPI SULTRA : DAYANUDDIN

PELATIH 1ST RESPONDER : DJAMALUDDIN (PMI KENDARI), SULAEMAN (BPBD. PROP.)

PPDI : LD. FRIDI

PELAKU

BPBD PROP : SYARIFUDDIN

MASYARAKAT

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

INSTANSI TERKAIT

8

Lampiran B (Pembagian Tugas Pelatih/Pendukung) Pada Rencana Lapangan
Gladi Peta, Gladi Model, dan Gladi Medan Bencana Banjir BPBD Prop. Sultra
T.A 2016
PEMBAGIAN TUGAS PELATIH / PENDUKUNG
No
1
1

Nama
2
Kapt.Inf.Salmar

Pangkat
Kapten Inf

Jabatan
3
Koordinator
Latihan

-

-

3

Tanty S Reinhart Team Leader
Thamrin

Koordinator
Materi

-

-

-

2

Kusnadi

Senior Program

Pelatih

-

Tugas
4
Bertanggung
jawab terhadap
pelaksanaan
latihan
Menjelaskan
mekanisme
pelaksanaan
latihan kepada
pelatih
pendukung dan
pelaku
Mengevaluasi
jalannya latihan
Bertanggung
jawab terhadap
ketersediaan
materi panduan
pelaksanaan
gladi
peta,
model
dan
medan
Menjelaskan
penggunaan
materi
panduan
pelaksanaan
gladi
peta,
model
dan
medan
Mengevaluasi
pelaksanaan
latihan sesuai
panduan gladi
peta, model
dan medan
Membantu
koordinator

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

Ket
5

Basrano

Kasubsi
Penata

Operasi,

L.M. Hayruddin

Penata Muda Tk.I

Chasan Chariri

Pembina

Ld. Maranay

Pengatur
Tk.I

Harun Yahya

Penata Muda Tk.I

mengarahkan
pelaku

Muda

Kapten Suparman Kapten Inf.
Sony

Pengatur Tk I

Kapten Aan S.

Kapten AL

Rahman Saliha

Penata Muda

La Ode Husuri

Penata Muda

Djamaluddin

Penata Tk.I

Sulaeman

3

M. Idham
Mayor

Inf. Mayor Inf

Edward
Penata Muda TK.I

Budi Raharjo

Najib,

Pendukung

- Membantu
pelatih
mengarahkan
pelaku

S.Sos Penata Tk I

(Koord)
Drs. Hasman Boy Pembina
(Koord)
Dodi

Rizal Penata Muda Tk I

Puuwawoa
Andi Rajalalangi Penata
Sadapotto,

SH,

MH

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

4

Masyarakat dan
Instansi Terkait

Pelaku

-

-Melaksanakan
perintah
dan
arahan pelatih

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

Lampiran C (Jadwal kegiatan Latihan) Pada Rencana Lapangan
Gladi Peta, Gladi Model, dan Gladi Medan Bencana Banjir BPBD Prop. Sultra
T.A 2016
JADWAL KEGIATAN LATIHAN
No
1

Waktu/tanggal
2

Kegiatan
3

1

-

08.00 Wita

-

2

-

08.30

3

-

09.00

4

-

09.15

5
6

-

12.00
13.00

-

7

-

15.00

-

8

-

15.30

-

-

-

Apel Pengecekan Pelaku
oleh
koordinator
Penjelasan
mekanisme
latihan
Pembagian
klompok
Pelaku
melaksanakan
kegiatan latihan

Tempat
4

Ket
5

Lap. Kantor
BPBD Prov.
Sultra
Pos Komando
Tanggap
Darurat
Banjir 2016
BPBD Prop.
Sultra

ISHOMA
Pelaku
melanjutkan
kegiatan
Kegiatan latihan
selesai
Evaluasi
oleh
Koordinator

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

Lampiran D (Keadaan Umum, Keadaan Khusus dan Keadaan Lanjutan) Pada
Rencana Lapangan
Gladi Peta, Gladi Model, dan Gladi Medan Bencana Banjir BPBD Prop. Sultra
T.A 2016
KEADAAN UMUM
A.

INDONESIA
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak

pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua
Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan
dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari
Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan
di Amerika Serikat (Arnold, 1986).

Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat
menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah
yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering
mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan
oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik
aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1600?2000 terdapat 105
kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9
persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk.,
2000). Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi
bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa,
pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku,
pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah
daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu tahun 1600-2000, di

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa
bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.

Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu
panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin
yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi
topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun
kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat
menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana
hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan.
Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia,
kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya
jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor
dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia.
Pada tahun 2006 saja terjadi bencana tanah longsor dan banjir bandang di Jember,
Banjarnegara, Manado, Trenggalek dan beberapa daerah lainnya. Meskipun
pembangunan di Indonesia telah dirancang dan didesain sedemikian rupa dengan
dampak lingkungan yang minimal, proses pembangunan tetap menimbulkan
dampak kerusakan lingkungan dan ekosistem. Pembangunan yang selama ini
bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam (terutama dalam skala besar)
menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap kehidupan
mayarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan di Indonesia semakin
berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga mengakibatkan
kerusakan ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan risiko
bencana.

Pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan peningkatan akses
masyarakat terhadap ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya
kebijakan penerapan teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat
fatal seperti kecelakaan transportasi, industri dan terjadinya wabah penyakit akibat
mobilisasi manusia yang semakin tinggi. Potensi bencana lain yang tidak kalah

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

seriusnya adalah faktor keragaman demografi di Indonesia. Jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2004 mencapai 220 juta jiwa yang terdiri dari beragam
etnis, kelompok, agama dan adat-istiadat. Keragaman tersebut merupakan
kekayaan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain. Namun karena
pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diimbangi dengan kebijakan dan
pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur yang merata dan memadai, terjadi
kesenjangan pada beberapa aspek dan terkadang muncul kecemburuan sosial.
Kondisi ini potensial menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat yang
dapat berkembang menjadi bencana nasional.

Pemerintah
PENELITIAN

INDONESIA

BENCANA

METEOROLOGI

melalui

ALAM

KLIMATOLOGI

yang
dan

PUSAT
terdiri

PENGKAJIAN
dari

GEOFISIKA

DAN

unsur

BADAN

dibantu

PUSAT

VULKANOLOGI dan MITIGASI BENCANA GEOLOGI serta lembaga lainnya
melakukan pengkajian dan penelitian tentang kondisi geologi INDONESIA
berkaitan dengan bencana yang telah terjadi dan kemungkinan terjadinya bencana
alam berikutnya, antara lain:

1. Geografi :
Kondisi geografis wilayah Indonesia berada di atas 4 lempeng di
dunia yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, Lempeng
Eurasia dan Lempeng Philipina. Memiliki bukit barisan memanjang
dari Sumatera, Jawa sampai Nusa Tenggara. Sungai besar dan kecil
dengan jumlah 5590 buah dan pantai sangat panjang yakni + 81.000
km sehingga Indonesia mempunyai potensi terjadinya bencana alam.
Potensi bencana yang paling sering terjadi di Indonesia yaitu banjir
dan tanah longsor. Banjir bandang yang sering terjadi tidak hanya
terjadi karena perubahan iklim yang ekstrem tetapi juga karena ulah
manusia yang tidak arif di dalam memperlakukan alam sehingga
keseimbangan alam menjadi terganggu. Secara umum bencana banjir
di Indonesia disebabkan hal-hal sebagai berikut : Curah hujan dalam

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

jangka waktu yang lama, penebangan hutan secara liar dan tak
terkendali, pembangunan infrastruktur yang tidak memperhatikan
AMDAL, buruknya penanganan sampah serta rusaknya bendungan
dan saluran air, secara geografis potensi bencana alam yang lain adalah
bahaya tanah longsor. Bencana longsor merupakan fenomena geologi
dimana terjadi gerakan massa batuan, tanah yang menuruni lereng dan
keluar dari lereng. Terjadinya gerakan massa batuan dan tanah tersebut
dikarenakan akumulasi air yang terdapat di dalam tanah sehingga
bobot tanah menjadi besar. Jika air tersebut menembus sampai tanah
kedap air dapat berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi
licin dan tanah yang mengalami pelapukan di atasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng, yang apabila dalam jumlah yang
cukup

besar

akan

menimbulkan

bencana

yang

berpotensi

menimbulkan kerugian personel maupun materiil yang cukup besar
dan dalam kurun 5 tahun terakhir, berdasarkan data dari Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Selama kurun waktu
tersebut, Indonesia telah dilanda bencana alam sebanyak 4.408 kali
yang meliputi Gempa bumi sebanyak 71 peristiwa, Gempa bumi yang
mengakibatkan tsunami sebanyak 2 peristiwa, letusan gunung berapi
sebanyak 24 peristiwa, tanah longsor sebanyak 469 peristiwa, banjir
sebanyak 1.916 peristiwa, banjir disertai tanah longsor sebanyak 158
peristiwa, kekeringan sebanyak 1.083 peristiwa, angin topan sebanyak
580 peristiwa dan Gelombang pasang sebanyak 105 peristiwa.
Berdasarkan data BMKG dari 497 Kabupaten/kota 176 di wilayah
Indonesia beresiko tinggi banjir, kemudian dari 154 Kabupaten/kota
beresiko longsor. Propinsi Sulawesi Tenggara masuk dalam kategori
rawan ancaman bencana banjir, longsor, angin putting beliung, dan
kenaikan muka air laut.

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

2. Demografi.
Karakteristik Bangsa Indonesia yang heterogen dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang
tidak merata. Di sisi lain penataan pemukiman penduduk yang tidak
berorientasi pada kepentingan lingkungan hidup di mana sering
ditemui adanya penduduk yang mendirikan bangunan/rumah di sekitar
bantaran sungai dan di daerah jalur hijau tanpa dilengkapi dengan
saluran/pembuangan

air

(drainase)

sehingga

dapat

berpotensi

menghambat aliran air dan apabila hujan mudah terjadi banjir dan
tanah longsor. Secara umum bencana banjir maupun tanah longsor
selain disebabkan oleh faktor alam, juga disebabkan oleh ulah manusia
yang tidak arif di dalam memelihara keseimbangan alam, pemotongan
tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal, penimbunan tanah
urukan di daerah lereng, kegagalan struktur dinding penahan tanah,
penggundulan hutan, sistem pertanian yang tidak memperhatikan
irigasi yang aman, penataan kota yang tidak terencana dengan baik
misalnya konversi kawasan resapan air menjadi dartah perumahan atau
pertokoan, serta sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

3. Kondisi sosial;
Adanya perubahan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat
yang menjurus kepada menurunnya wawasan kebangsaan yang
berdampak pada menurunnya ketahanan Nasional bangsa. Beberapa
kondisi sosial yang menonjol adalah sebagai berikut :
a.

Politik ; Tuntutan masyarakat terhadap janji-janji Pemerintah dan
banyaknya manuver politik yang dilakukan oleh kelompok
kepentingan tertentu dalam menanggapi kebijakan Pemerintah
diantaranya dalam menangani bencana alam, penanganan
pengungsian, penertiban hutan lindung, hutan produksi dan
pemukiman liar;

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

b.

Ekonomi ; Dengan tingginya harga nikel, aspal dan hasil
tambang hanya di pasar Indonesia menggugah masyarakat untuk
melakukan penambangan secara besar-besaran walaupun tidak
memperhatikan analisa dampak lingkungan demi mendapat
keuntungan sebesar-besarnya;

c.

Sosial budaya ; Adapun persoalan Sosial Budaya yang menonjol
salah satunya adalah kesadaran masyarakat dalam mengelola
lingkungan tidak memperhatikan Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal), pelaksanaan/pengawasan dan penataan
ruang serta sistem Drainase yang tidak terpadu dan tidak
konsisten terhadap Amdal ditambah lagi perambahan hutan,
pembuangan limbah tidak pada tempatnya, hal tersebut telah
menimbulkan kerusakan ekosistem sehingga mengakibatkan
bencana alam.

B. SULAWESI
Pulau Sulawesi merupakan wilayah pertemuan 3 lempeng utama dunia
yaitu lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Salah satu lempengan tersebut
terjadi patahan dengan pusat patahan di bawah Laut Banda, Propinsi Sultra
dengan posisi antara 02°45' - 06°15' Lintang Selatan dan 120°45' - 124°30' Bujur
Timur berpotensi terjadi gempa bumi dan tsunami, khususnya daerah di sepanjang
pesisir

Sulawesi. Sulawesi Sebagai Daerah Tektonik.Sebagai akibat dari

tumbukan dan konvergensi tiga lempeng utama, Wilayah Indonesia bagian timur
dikatakan sebagai zona geodinamika yang kompleks dan dikenal dengan sebutan
triple junction.Akomodasi tumbukan tersebut diantaranya adalah:
1. Sesar Palu Koro
2. Sesar Matano
3. Sesar Saddang
4. Sesar Gorontalo

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

Menurut para ahli Geologi, bahwa terbentuknya pulau Sulawesi yang
terjadi secara alamiah oleh proses alam, memang berbeda dengan proses
terbentuknya pulau-pulau yang lain di Negara Kepulauan Nusantara ini, bahkan
hanya beberapa pulau di dunia yang mempunyai kesamaan dalam proses
terbentuknya. Pulau Sulawesi terbentuk dari proses Endogen, yaitu proses yang
terjadi karena adanya pengangkatan dari dalam perut bumi. Artinya pembentukan
pulau Sulawesi terjadi dengan sendirinya, tidak seperti pulau-pulau lain yang
proses pembentukannya merupakan hasil Patahan/Pelepasan Daratan dari suatu
Daratan Utama/Benua. Seperti pulau Jawa yang dulunya bersatu dengan pulau
Sumatra dan bersatu dengan Malaysia terus ke daratan Asia.Pulau Kalimantan
dulunya bersatu dengan sebagian daerah Malaysia terus ke Philipina terus ke
daratan Asia.Pulau Maluku dulunya bersatu dengan Irian Jaya (kini Papua)
bersatu dengan Papua New Guinea terus ke daratan Australia.Hal ini dapat
dibuktikan dengan banyaknya persamaan flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) di
antara masing-masing wilayah tersebut. Berbeda halnya dengan pulau Sulawesi
yang memang dulunya terbentuk dengan sendirinya dari proses Endogen. Jadi
pulau Sulawesi terbentuk bukan dari proses perpisahan daratan oleh proses alam
dari dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia apalagi benua-benua lain.
Hal ini terbukti dari ada beberapa jenis flora dan fauna yang tidak ada samanya di
dunia, sebagai contoh hewan Anoang (sejenis hewan Rusa) dan hewan Kerbau
Belang (Tedong Bonga) di Tana Toraja.

Dalam sejarah geologi yang panjang, Sulawesi terbentuk sebagai hasil
tumbukan 2 jalur daratan yang mengapung. Pembentukan daratan yang baru
membawa dampak : ekologi yang unik. Gunung dan hutan yang ada di Pulau
Sulawesi saat ini dieksploitasi oleh pemerintah maupun swasta. Data dari
BAPEDALDA tiap propinsi di Sulawesi menerangkan bahwa sekitar 45 % dari
pihak yang mengekspolitasi hutan dan gunung tersebut telah mengakibatkan
kerusakan lingkungan di sekitarnya.

Ekploitasi hutan dan gunung secara

berlebihan sehingga banyak gunung yang menjadi rata dan hutan menjadi
gundul.Hal ini berkontribusi terhadap peningkatan kejadian bencana alam seperti

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

banjir bandang di Kendari, Sinjai, Bantaeng dan Bulukumba, tanah longsor dan
Gowa, angin puting beliung di Makassar, banjir bandang di Gorontalo, Bolaang
Mongondow, dll.

KEADAAN KHUSUS
A. SULAWESI TENGGARA
Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara berada di dua lempeng benua Asia
dan Australia yang masih aktif. Adanya pergeseran patahan aktif menyebabkan
terjadinya gempa tektonik. Tercatat empat sesar yang melalui wilayah sultra juga
menjadi pemicu gempa yakni Sesar Lawanopo, Kolaka, Buton dan Lasolo.
Dalam tujuh tahun terakhir gempa yang terjadi di Sultra mencapai 3.036
kali,namun yang bisa dirasakan hanya 66 kali kejadian. Berdasarkan data BMKG,
setiap tahun gempa yang terjadi di Sultra fluktuatif, namun puncaknya pada tahun
2011 yang mencapai 894 kali kejadian dengan kekuatan magnitude cukup besar,
44 kali diantaranya dapat dirasakan oleh masyarakat. Pada tahun 2007 aktifitas
pergeseran lempeng dan sesar aktif lebih kecil, dimana hanya 118 pergeseran dan
hanya 5 kali yang dirasakan. Pada tahun 2012, aktifitas pergeseran lempeng
kembali menurun dimana hanya 534 kejadian dan hanya lima kali yang dirasakan.
Sedangkan pada tahun 2013, kejadian gempa sebanyak 440 kali, dengan daya
goncangan lebih besar 10 kali kejadian.

Sulawesi Tenggara juga terjadi beberapa bencana alam seperti banjir
bandang di Kec. Oheo Kabupaten Konawe Utaradan gempa bumi berkekuatan 6,0
SR mengguncang Kabupaten Konawe Selatan. Pusat gempa berada di kedalaman
18 kilometer di bawah permukaan bumi, tepatnya didaerah Kolono ± 70 km barat
Kabupaten Konawe Selatan.

Berdasarkan perkiraan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika, badai
EL NINO yaitu badai yang tidak menentu juga akan menimpa Indonesia termasuk

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

wilayah Sultra khususnya di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya. Badai dengan
siklus tiga tahun sekali ini akan menimbulkan curah hujan di atas ambang normal
dan diperkirakan akan terjadi hingga Maret sampai April 2016. Bila terjadi hujan
di wilayah Kota Kendari maka air yang seharusnya masuk ke Teluk Kendari akan
meluap dan menggenangi wilayah sekitarnya, hal ini diakibatkan oleh sedimentasi
Teluk Kendari yang semakin tebal dari waktu ke waktu.

B. KOTA KENDARI
Kota Kendari merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana banjir.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kondisi tersebut antara lain:
1. Geografi
a. Kontur

geografis

yang

bervariasi

sehingga

menyebabkan

tergenangnya air di daerah dataran rendah. Secara umum bencana
banjir yang terjadi di kota Kendari disebabkan oleh curah hujan
dalam jangka waktu lama, penebangan hutan secara liar dan tidak
terkendali, pembangunan infrastruktur yang tidak memeperhatikan
dampak lingkungan.
b.Struktur tanah/batuan ; Terjadinya gerakan massa batuan dan tanah
dikarenakan akumulasi air yang terdapat di dalam tanah sehingga
bobot tanah menjadi besar jika turun hujan dan mengalami
pergeseran bergerak mengikuti lereng dan apabila dalam jumlah
yang cukup besar berpotensi menimbulkan bencana.
c. Pendangkalan Teluk Kendari

; Pembangunan infrastruktur yang

tidak memperhatikan dampak lingkungan, penebangan hutan liar,
buruknya penanganan sampah dan pengelolaan Das (Daerah Aliran
Sungai) yang belum memadai merupakan beberapa faktor penyebab
semakin buruknya sedimentasi yang terjadi di Teluk Kendari.

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

2. Demografi
Kota Kendari berpenduduk 335.889 jiwa. Tingkat pertumbuhan
penduduk yang tidak merata serta penataan pemukiman penduduk yang
tidak berorientasi pada kepentingan lingkungan hidup.Masih ditemukan
banyak pemukinan penduduk di daerah pesisir serta masih ditemui
adanya penduduk yang mendirikan bangunan/rumah di sekitar jalur
hijau

tanpa

dilengkapi

drainase

sehingga

kondisi

berpotensi

mengakibatkan genangan tinggi di pemukiman dan jalan raya.

3. Kondisi Sosial
Adanya perubahan tata nilai yang berkembang di masyarakat
yang menjurus kepada menurunnya kesadaran terhadap kepentingan
lingkungan hidup.
a. Kesadaran

masyarakat

dalam

mengelola

lingkungan

tidak

memperhatikan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
pelaksanaan/pengawasan dan penataan ruang serta sistem drainase
yang tidak terpadu dan tidak konsisten terhadap AMDAL ditambah
lagi perambahan hutan, pembuangan limbah tidak pada tempatnya,
hal tersebut telah menimbulkan kerusakan ekosistem sehingga
mengakibatkan bencana alam;
b. Terjadinya perambahan hutan secara besar-besaran serta masih
adanya beberapa kelompok kepentingan tertentu yang masih terus
melakukan aktifitas dengan memanfaatkan pro kontra terhadap
kebijakan Pemerintah dalam menangani bencana alam;
c. Pengelolaan tambang yang tidak memperhatikan ekosistem dan
dampak lingkungan serta penanganan kasus hukum yang belum
tuntas yang menyebabkan menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap Pemerintah.

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

C. Kecamatan Kendari Barat
Berdasarkan

kondisi yang dijelaskan diatas dan pengalaman kejadian

bencana banjir tahun 2013, menyebabkan Kota Kendari menjadi lokasi rawan
terhadap ancaman bencana banjir terutama di wilayah Kecamatan Kendari Barat
khususnya di Kelurahan Benu - benua dan Puunggaloba. Wilayah Kelurahan
Benu-benua dan Punggaloba berada diantara Pegunungan Kawasan Nipa - nipa
dan pesisir Teluk Kendari yang bila terjadi hujan selama berhari hari maka daerah
tersebut akan terendam banjir yang memerlukan perhatian khusus bagi
instansi/lembaga penanggulangan bencana.
Wilayah Benu-benua dan Puunggaloba secara geografis,demografis dan
sosial adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Geografis : wilayahnya daerah lembah sehingga secara umum
bencana banjir terjadi di Kecamatan Kendari Barat khususnya lagi di
Kelurahan Benu-benua dan Puunggaloba disebabkan oleh curah dalam
waktu yang lama,ditambah penebangan hutan di pegunungan nipa raya
secara

liar,pembangunan

yang

tidak

memperhatikan

dampak

lingkungan dan pendangkalan/sedimentasi di Teluk Kendari yang
semakin parah.
2. Karakteristik warga masyarakat yang heterogen dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang tidak merata serta penataan pemukiman
penduduk yang tidak berorientasi pada perspektif pengurangan risiko
bencana dan kepentingan lingkungan hidup, dimana masih banyaknya
pemukinan penduduk tanpa dilengkapi drainase sehingga berpotensi
terjadinya banjir. Kondisi Sosial warga Kecamatan Kendari barat
khususnya kelurahan Benu benua dan Kelurahan Puunggaloba,
masyarakatnya masih banyak yang belum sadar akan pentingnya
kebersihan lingkungan, serta kurangnnya sosialisasi dari Pemerintah
tentang lingkungan dan bencana.

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

KEADAAN LANJUTAN
Berdasarkan kondisi yang dijelaskan di atas dan pengalaman kejadian
bencana banjir tahun 2013, menyebabkan Kota Kendari menjadi lokasi rawan
terhadap ancaman bencana banjir terutama di wilayah Kecamatan Kendari Barat
khususnya di Kelurahan Benu - benua dan Puunggaloba. Wilayah Kelurahan
Benu-benua dan Punggaloba berada di antara Pegunungan Kawasan Nipa - nipa
dan pesisir Teluk Kendari yang bila terjadi hujan selama berhari hari maka daerah
tersebut akan terendam banjir yang memerlukan perhatian khusus bagi
instansi/lembaga penanggulangan bencana.

1. Keluharan Benu-benua
a. Luas wilayah

= + 2,40 km2

b. Jumlah rumah

= 102 rumah

c. Jumlah penduduk

= 2.446 jiwa

d. Jumlah penduduk rentan

= 68 jiwa

2. Keluharan Puunggaloba
a. Luas wilayah

= 2,72 km2

b. Jumlah rumah

= 224 rumah

c. Jumlah penduduk

= 4.725 jiwa

d. Jumlah penduduk rentan

= 70

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

Tentukan :
1. Lokasi operasi tanggap darurat banjir 2016;
2. Pos Komando Tanggap Darurat Banjir 2016
3. Staging Area (Posko Aju : pos tempat pelaku tanggap darurat dan logistik siap
deploy);
4. Camp (pos istirahat pelaku tanggap darurat);
5. Base (pos logistik yang dipersiapkan);
6. Jalur evakuasi;
7. TES (Tempat Evakuasi Sementara) dan shelter.

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

Lampiran E (Rencana Kegiatan Latihan) Pada Rencana Lapangan
Gladi Peta, Gladi Model, Gladi Medan Bencana Banjir BPBD Prop.Sultra T.A
2016
RENCANA KEGIATAN LATIHAN
N
o
1

Tgl/Waktu
2
Maret
08:00
09:30

Uraian

Kegiatan
Pelaku
4

3
TAHAP PERSIAPAN
-Melaksanakan
apel -Mengikuti
pengecekan
-Penjelasan
mekanisme -Melaksanakan
Pengecekan
latihan
-Pembagian kelompok
TAHAPPELAKSANAAN
-Perkenalan
-Pembagian kaum kasus

-Penyajian jawaban

Pelatih
5
Melaksanakan
briefing
apel Mengawasi

-Memperkenalkan diri

-Mengawasi

-Masing
masing
Kel -Mengawasi
mengeluarkan satu orang
sebagai
moderator,
penulis, dan penyimpul
-Salah satu kelompok
menyajikan jawaban
-Mempelajari kaum kasus -Mengawasi
-Memaparkan
masing
masing kel.menanggapi
jawaban dari penyaji

ISHOMA
ISHOMA
TAHAP AKHIR
-Pembacaan hasil oleh
-Mendengarkan hasil
moderator/penyimpul
-mendengarkan evaluasi
-Evaluasi oleh narasumber
-tanya jawab

ISHOMA
-Mengawasi
-Mengawasi
-Menanggapi
-Memberikan
masukan.

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

ket
6

Lampiran F (Bagan Daerah Latihan) Pada Rencana Lapangan
Gladi Peta, Gladi Model, dan Gladi Medan Bencana Banjir BPBD Prop. Sultra
T.A 2016

BAGAN DAERAH LATIHAN
1. KOMPLEKS KELURAHAN BENU BENUA DAN KELURAHAN
PUUNGALOBA

2. KANTOR BPBD PROPINSI SULAWESI TENGGARA

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

Lampiran G (Jaring Komunikasi) Pada Rencana Lapangan
Gladi Peta, Gladi Model, dan Gladi Medan Bencana Banjir BPBD Prop. Sultra
T.A 2016

JARING KOMUNIKASI
DANLAT

WADANLAT

KOODINATOR

PELATIH

KES

PAM

PELAKU

Frek UT : ...
Frek Cad : ...

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

Lampiran H (Jalur Evakuasi) Pada Rencana Lapangan
Gladi Peta, Gladi Model, dan Gladi Medan Bencana Banjir BPBD Prop. Sultra
T.A 2016

JALUR EVAKUASI

Lokasi
Kejadia
RS PMI

RS Kendari

RS Bahteramas

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

Lampiran I (Rencana Pengamanan) Pada Rencana Lapangan
Gladi Peta, Gladi Model, dan Gladi MedanBencana Banjir BPBD Prop. Sultra
T.A 2016

RENCANA PENGAMANAN LAPANGAN GLADI PETA, GLADI
MODEL DAN GALDI MEDAN
1. Dasar :
a. Undang – Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
b. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
c. Perka BNPB No. 10 tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap
Darurat Bencana.
d. Perka BNPB No. 14 tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Pos
Komando Tanggap Darurat Bencana.
e. Perka BNPB No. 24 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Operasi Darurat Bencana.
2. Tujuan dan sasaran
a. Tujuan :
1) Tujuan Umum : Agar memastikan terlaksananya proses latihan gladi
peta, gladi model dan gladi medan kesiapsiagaan menghadapi ancaman
banjir 2016 Propinsi Sultra berlangsung dengan aman;
2) Tujuan Khusus : Agar memastikan keamanan dan keselamatan para
peserta latihan gladi peta, gladi model dan gladi medan kesiapsiagaan
menghadapi ancaman banjir 2016 Propinsi Sultra.
b. Sasaran :
1) Kuantitatif : 700 orang/pelaku latihan gladi peta, gladi model dan gladi
medan perwakilan Instansi/Lembaga/organisasi/relawan menghadapi
ancaman bencana banjir 2016/2017 terkait Pengurangan Risiko
Bencana di Propinsi Sulawesi Tenggara.
2) Kualitatif :

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

a. Melaksanakan prosedur penentuan kedudukan sumberdaya di atas
peta terkait kesiapsiagaan dan perencanaan operasi tanggap
darurat bencana banjir dengan aman.
b. Melaksanakan prosedur penentuan kedudukan sumberdaya di
lokasi sebenarnya terkait kemungkinan ancaman bencana banjir
yang dihadapi dengan aman; dan
c. Melaksanakan pengambilan keputusan komando dengan cepat dan
tepat dalam menghadapi persoalan taktis dengan aman.
3) Waktu & Tempat
a) Waktu :
(1) Pelaksanaan Gladi Peta :Hari Rabu - Kamis, 23-24Maret 2016;
(2) Pelaksanaan Gladi Model : Hari Selasa, 29 Maret 2016.
(3) Pelaksanaan Gladi Medan:Hari Rabu-Kamis, 30-31 Maret 2016.
b) Tempat :
(1) Gladi Peta akan dilaksanakan di Kantor BPBD Prov. Sultra
(2) Gladi Model akan dilaksanakan di Kantor BPBD Prop Sultra
(3) Gladi Medan akan dilaksanakan di Kelurahan Benu-benua dan
Kelurahan Punggaloba Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari
Propinsi Sulawesi Tenggara.
3. Sasaran Pengamanan
a. Personil
1). Sebelum kegiatan
a). Melaksanakan pengecekan jumlah personil
b). Menanyakan kondisi kesehatan peserta, apa ada yang sakit atau
tidak bisa mengikuti kegiatan
c). Memberikan petunjuk dan larangan selama kegiatan
2). Selama kegiatan
a). Setiap personil melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk dari
koordinator latihan
b). Tidak diperkenankan meninggalkan daerah latihan, kecuali atas izin

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

koordinator/pelatih
3). Sesudah kegiatan
a). Melaksanakan pengecekan ulang jumlah personil yang ikut kegiatan
latihan
b). Menanyakan kondisi kesehatan peserta setelah melaksanakan
kegiatan latihan
c). Menekankan tindakan keamanan setelah kegiatan
b. Materiil
1). Sebelum kegiatan
a). Mendata materiil yang dibutuhkan dalam pelaksanaan latihan
b). Mencatat kondisi materiil sebelum digunakan
c). Memberikan tanggung jawab kepada peserta latihan tentang
keamanan materiil
2). Selama kegiatan
a). Menggunakan materiil sesuai fungsinya
b). Kebersihan dan keamanan materiil dipertanggungjawabkan selama
pelaksanaan latihan
3). Sesudah kegiatan
a). Mengecek kondisi materiil yang telah digunakan
b). Mengembalikan materiil pada tempatnya
c. Kegiatan
1). Sebelum kegiatan
a). Koordinator menjelaskan mekanisme pelaksanaan kegiatan
b). Koordinator menjelaskan larangan dan keharusan selama
pelaksanaan kegiatan
2). Selama kegiatan
a). Pelaku melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk pelatih
b). Pelatih mencatat dan melaksanakan penilaian kepada pelaku
c). Pelaku tidak boleh meninggalkan lokasi latihan tanpa seizin
koordinator/pelatih
3). Sesudah kegiatan

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016

a). Pengecekan personil materiil dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
b). Mengembalikan seluruh alat dan prasarana yang digunakan
c). Laporan kepada komandan latihan bahwa latihan telah dilaksanakan.
4. Pengamanan Kondisi Khusus
a. Apabila terjadi keadaan darurat maka atas perintah komandan latihan atau
koordinator latihan untuk menghentikan kegiatan untuk melaksanakan
pengamanan personil maupun materiil yang ada
b. Apabila kondisi telah aman kegiatan dapat dilanjutkan atau pertimbangan
dari komandan latihan maupun koordinator latihan
5. Penutup.
Rencana pengamanan ini dibuat untuk dijadikan pedoman oleh seluruh peserta
baik itu pelatih, pendukung dan pelaku yang harus dipatuhi sebelum, selama
dan setelah pelaksanaan latihan agar tujuan latihan dapat tercapai.

Renlap Gladi Peta, Model dan Medan Ancaman Bencana Banjir Prop. Sultra 2016