PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS PROSEDUR KREDIT DALAM UPAYA MENGATASI KREDIT MACET PADA BANK PENGKREDITAN RAKYAT (BPR) CENTRAL NIAGA DI SURABAYA

  

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS

PROSEDUR KREDIT DALAM UPAYA MENGATASI KREDIT

MACET PADA BANK PENGKREDITAN RAKYAT (BPR)

CENTRAL NIAGA DI SURABAYA

  

Audri Sivit Siraid, Tri Lestari, Widya Susanti

  Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya

  

ABSTRAK

  PT. BPR Central Niaga merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Dibutuhkan sistem pengendalian intern untuk menilai pelaksanaaan pengawasan intern serta mengetahui kebijakan manajemen bank dalam menjalankan tugasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem yang diterapakan dalam proses pengajuan kredit telah memenuhi sebagian besar dari unsur-unsur pengendaian intern, meskipun masih terdapat beberapa kelemahan, yaitu saat pelaksanaan survey dilakukan oleh satu orang AO dan cleaning service. Selain itu, penerimaan permohonan kredit, identifikasi persyaratan kredit, analisis kredit dan survey dilakukan oleh satu orang yang sama yaitu

  

account officer (AO), hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi hasil analisis kredit,

sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya diberikan.

  Kata Kunci: Sistem pengendalian intern, prosedur kredit, kolektabilitas kredit

ABSTRACT

  PT. BPR Central Niaga is a financial institution that collects funds from the

public in the form of deposits and channeled back in the form of credit . It takes internal

control system to assess the execution of internal control and to know the bank's

management policy in performing their duties. The results showed that the system be

applicable in the process of loan application has met most of the elements of internal

pengendaian , although there are still some weaknesses , namely when the survey

carried out by one person AO and cleaning service . In addition, the acceptance of the

loan application , the identification of credit terms , credit analysis and survey carried

out by the same person , namely account officer ( AO ) , it would negatively affect the

results of credit analysis , so the bank decided that credit should not be given Keywords : internal control systems , credit procedures , credit kolektabiltas

  PENDAHULUAN

  Kegiatan bank pada akhirnya akan diarahkan kepada peningkatan taraf hidup masyarakat, menjadi lebih baik dan lebih sejahtera daripada sebelumnya. Kredit yang diberikan merupakan penyaluran dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan. Risiko terbesar dari aktivitas pemberian kredit adalah risiko terjdinya kredit bermasalah /NPL (Non Performing

  

Loan). Kredit bermasalah/NPL (Non Performing Loan) dapat dibedakan menjadi

yang dialami perbankan juga akan mengakibatkan tersendatnya penyaluran kredit.

  Untuk mengatasi resiko kredit, keputusan kredit harus didasarkan pada informasi yang tepat dan dapat dipercaya, bank berkepentingan terhadap pembuatan analisis kredit agar dapat memperoleh pengetahuan tentang risiko dan mempertimbangkan kelancaran pembayaran kredit yang disetujui.

  Untuk mengoptimalkan sistem penyaluran kredit dan menghindari munculnya kredit macet, maka diperlukannya suatu penerapan struktur pengendalian intern yang baik untuk fungsi kredit. Struktur pengendalian Intern (SPI) yang efektif merupakan komponen penting dalam manajemen bank dan menjadi dasar bagi kegiatan operasional bank yang sehat dan aman. Pengendalian internal adalah suatu sistem yang terdiri dari kebijakan dan prsedur yang diterapkan untuk memastikan bahwa tujuan tertentu suatu usaha dapat dicapai. Selain itu, dapat membantu pengurus bank menjaga asset bank, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan bank terhadap ketentuan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran aspek kehati-hatian. Perusahaan yang memiliki struktur pengendalian intern yang memadai akan mampu menekan nilai Non Performing Loan atau (NPL).

  Berdasarkan pengamatan pada PT BPR Central Niaga Surabaya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan dan kegiatan pokok yang menerima simpanan dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana dalam bentuk tabungan serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. PT. BPR Central Niaga adalah salah satu lembaga keuangan yang masih sangat fokus dalam melakukan pemberian kredit sebagai upaya untuk mewujudkan suatu perkreditan dan masalah yang timbul pada khususnya, serta memperkecil terjadinya kredit macet. Pada PT. BPR Central Niaga ditemukan keganjalan yaitu pada saat pengajuan kredit, terjadi perangkapan fungsi pada fungsi penerimaan permohonan kredit, analisa kredit dan survey objek jaminan dilakukan oleh satu orang yang sama, hal ini memungkinkan pejabat bank memanipulasi data untuk kepentingan tertentu sehingga bank memberikan kredit yang tidak sehrusnya diberikan kepada nasabah. Minimnya sumber daya manusia di PT. BPR Central Niaga juga menjadi alasan cleaning service ikut survey bersama- sama dengan account officer, minimnya pengetahuan office boy perihal kredit bisa

  Mardi (2011:3) Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berkaitan yang bersatu dengan tujuan yang sama. Mulyadi (2016:129

  ) menyatakan bahwa “ sistem pengendalin intern meliputi struktur organisasi metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga asset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”. Tujuan pengendalian internal Mardi (2011:59) adalah: 1. Menjada keamanan harta milik perusahaan.

  2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi

  3. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan 4. Membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.

  Unsur pokok pengendalian intern Mulyadi (2016:130) adalah: 1.

  Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

  2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap aset, utang, pendapatan dan beban.

  3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiapunit organisasi 4.

  Karyawan yang mutuya sesuai dengan tanggug jawabnya.

  Ismail (2013:3) Bank merupakan lembaga perantara keuangan bagi masyarakat dengan cara menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana, kemudian menyalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan menggolongkan bank meliputi: 1.

  Berdasarkan jenisnya: a.

  Bank Umum Bank Umum adalah badan usaha yang kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan atau pihak lainnya, kemudian menyalurkannya dalam bentuk pinjaman, terutama pinjaman jangka pendek, serta menyediakan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

  Bank Pengkreditan Rakyat ( BPR ) Bank Pengkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara kenvensional atau berdasar prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Berdasarkan kepemilikannya a.

  Bank Milik Pemerintah b.

  Bank Milik Pemerintah Daerah c. Bank Milik Swasta Nasional d.

  Bank Milik Koperasi e. Bank Asing / Campuran 3. Berdasarkan bentuk hukumnya : a.

  Bank berbentuk hukum Perusahaan Daerah b.

  Bank berbentuk hukum Perseroan (PERSERO) c. Bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas ( PT ) d.

  Bank berbentuk hukum Koperasi 4. Berdasarkan kegiatan usahanya: a.

  Bank Devisa b.

  Bank Buku Devisa 5. Berdasarkan sistem pembayaran jasa: a.

  Bank berdasarkan pembayaran bunga.

  b.

  Bank berdasarkan pembayaran berupa pembagian hasil keuntungan. Definisi Bank Pengkreditan Rakyat Menurut Para Ahli oleh Undang-Undang No. 10

  Tahun 1998, sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran

  Kegiatan usaha yang diperkenankan bagi BPR menurut Kasmir (2011:18) adalah sebagai berikut:

  1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu

2. Memberikan kredit 3.

  Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bentuk lain

  Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, kredit merupakan penyediaan tagihan dan uang yang bisa disamakan berdasarkan kesepakatan atau persetujuan pinjam meminjam anata pihak bank dengan pihak lainnya dan mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya dengan jumlah bunga, imbalan atau bagi hasilnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

  Dalam bukunya dasar-dasar perbankan, Kasmir (2011:106) menyatakan bahwa fungsi kredit secara luas antara lain:

  1. Untuk meningkatkan daya guna uang.

  2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

  3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

  4. Meningkatkan peredaran barang

  5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

  6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

  7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

  8. Untuk meningkatkan hubungan internasional Definisi kredit bermasalah menurut Joyosumarto seperti yang dikutip dari situs landasanteori adalah angsuran pokok yang bunganya tidak dapat dilunasi selama lebih dari dua masa angsuran ditambah dua puluh satu bulan, atau penyelesaian kredit telah diserahkan kepada pengadilan atau Badan Usaha Piutang Lelang Negara atau telah diajukan ganti rugi kepada perusahaan angsuran kredit.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Struktur organisasi yang telah ditetapkan pada PT. BPR Cenral Niaga Surabaya sudah menunjukkan adanya pembagian fungsi dan tanggung jawab pada masing-masing bagian. Akan tetapi struktur organisasi pada BPR ini belum efektif, karena masih terdapat perangkapan fungsi pada bagian-bagian tertentu, yaitu pada bagian Teller merangkap jadi bagian Customer Service, dan perangkapan fungsi pada bagian penerimaan permohonan kredit, pemeriksaan kelengkapan dokumen kredit, analisis kredit, dan survey jaminan kredit, dilakukan oleh satu orang yang sama yaitu bafgian

  Jumlah tenaga kerja pada PT. BPR Central Niaga sangat sedikit, jumlah AO pada BPR hanya ada 2 (dua) orang, hal ini menjadi alasan AO saat survey jaminan didampingi oleh office boy, kurangnya pengetahuan office boy tentang kredit dikhwatirkan akan dimanfaatkan oleh pejabat bank untuk kolusi dengan rekayasa hasil survey dan analisis kredit yang kurang tepat, sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya diberikan.

  Permasalahan yang Dihadapi Perusahaan 1.

  Sistem pengendalian Intern belum berjalan sesuai prosedur dalam pelaksanaannya pada PT. BPR Central Niaga Surabaya.

  2. Sistem pengendalian intern belum dapat berjalan efektif dalam mengatasi resiko pemberian kredit yang macet atau tidak terbayarkan pada PT. BPR Central Niaga Surabaya.

  Sebab-Sebab Masalah 1.

  Masih ada pembagian tugas dan tanggng jawab yang kurang jelas, sehingga menyebabkan perangkaan fungsi.

  2. Adanya keterbatasan karyawan sehingga terjadi perangkapan fungsi yang tidak sesuai dengan bidangnya.

  3. Analisis yang kurang tepat.

  Akibat Masalah 1.

  Dengan perangkapan fungsi, mengakibatkan terjadinya penyelewengan.

  2. Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu kredit dan adanya kolusi antara pejabat bank yang menagangani kredit dan nasabah, sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya diberikan, serta keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat dan akurat.

  3. Perusahaan mengalami kerugian, yang berarti dana kredit yang dilepas hilang pada kategori macet.

  Pemecahan Masalah 1.

  Dengan menambah jumlah pegawai terutama bagian kredit. Survey dilakukan oleh pejabat bank khusunya bagian kredit dengan kebijakan survey dilakukan minimal 2 (dua) orang AO.

  3. Semakin selektifnya pemberian kredit serta melakukan pembinaan dan monitoring kredit debitur.

  Berdasarkan permasalahan diatas, adapun usulan struktur organisasi dan prosedur pengajuan kredit adalah sebagai berikut:

  1. Struktur Organisasi pada PT. BPR Central Niaga

  Struktur organisasi yang telah ditetapkan pada BPR Central Niaga sudah menggambarkan adanya bagian-bagian yang jelas setiap unitnya, secara teoritis tiap-tiap unit memiliki fungsi dan tanggungjawab masing-masing dan harus ada pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait. Hal ini merupakan prosedur pengendalian intern untuk menjamin tercapainya tujuan dan menghindari ketidak beresan dan kesalahan. Akan tetapi pada BPR Central Niaga terdapat permasalahan yaitu, dalam kegiatan sehari-hari BPR Central Niaga masih terdapat perangkapan jabatan.

  2. Prosedur Pengajuan kredit pada PT. BPR Central Niaga

  Prosedur pengajuan kredit pada PT. BPR Central Niaga dikatakan dalam kategori lemah, pada rosedur pengajuan kredit petugas yang menerima permohonan kredit, identifikasi kelengkapan syarat kredit, analisis kredit dan survey jaminan/agunan diakukan oleh orang yang sama yaitu AO. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kolusi antara AO dan debitur. Pemberian kredit yang tidak tepat akan mempengaruhi kelancaran debitur dalam pembayaran angsuran pokok kredit maupun angsuran bunga. juga ikut andil dalam pelaksanaan survey jaminan/agunan, untuk

  Cleaning service

  nominal kredit dibawah 10 (sepuluh) juta, dalam hal ini cleaning service hanya mendampingi dan mengantar AO saja, keterbatasan SDM pada bank menjadi salah satu alasan AO untuk melakukan survey dengan cleaning service, hal ini juga dapat menyebabkan kolusi oleh pejabat bank, pembuatan laporan hasil survey yang tidak objektif dapat mengakibatkan pemberian kredit yang tidak tepat, dan akan sangat berpengaruh juga terhadap pembayaran angsuran pokok dan angsuran bunga oleh nasabah.

  Dengan adanya permaslahan diatas, penulis memberi usulan pada prosedur pemberian kredit pada PT. BPR Central Niaga, dengan tujuan agar fungsi setiap devisi bank dapat meminimalisir kerugian dan menurunkan angka kolektabilitas:

  131 Usulan Prosedur Pengajuan Kredit Pada PT. BPR Central Niaga Surabaya

  Debitur Account officer Legal Admin kredit Dewan komite Tidak

  Ya

  Gambar: 1 Usulan Prosedur Pengajuan Kredit

  Sumber: Peneliti (2016)

  Mulai Persyaratan Kredit Formulir Pengaju

  Persyaratan Kredit Formulir Pengaju Persyaratan Kredit

Formulir Pengaju

  

BI Chacking

BI Chacking Hasil BI Chacking

  Survey jaminan Hasil survey&analisis kredit

  Penilaian jaminan

  2 Kajian keputusan Surat Perjanjian Kredit

  2 Surat Perjanjian Kredit Selesai

  Wawancara Adapun penjelasan Gambar 1 usulan prosedur pengajuan kredit adalah sebagai berikut: 1.

  Nasabah menyiapkan persyaratan kredit dan mengisi surat permohonan kredit dipandu oleh account officer. Adapun persyaratan yang harus dibawa oleh calon debitur adalah sebagai berikut: surat keterangan belum menikah dari kelurahan dan tanda tangan diatas materai.

  b. Foto copy surat nikah/surat cerai/surat kematian pasangan.

  c. Fotocopy dokumen jaminan (Sertifikat/BPKB/Bilyet deposito)dan aslinya d. SIUP/TDP/NPWP/ Surat keterangan usaha(jika ada).

  e. Kartu keluarga bagi perseorangan

  f. Akta pendirian perusahaan

  g. Laporan neraca laba rugi 3 tahun terakhir 2. Account officer wawancara dengan nasabah, tahap ini merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan cara berhadapan langsung dengan calon nasabah, tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang bank inginkan. Wanwancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya.

  3. Setelah tujuan nasabah diketahui, berkas prmohonan diserahkan ke bagian legal untuk analisis terhadap keabsahan (legalitas) dokumen para calon nasabah yang akan menjalin hubungan perdata dengan pihak bank dan memeriksa keseluruhan dokumen yang telah diajukan oleh nasabah dengan benar.

  4. BI Chacking dilakukan oleh admin kredit, BI Chacking merupakan laporan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang berisi riwayat kredit/pinjaman seorang nasabah pada bank. Riwayat kredit yang baik atau buruk seorang nasabah terdata pada BI-Chacking pada Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia tujuannya untuk melihat kelancaran pembayaran pinjaman seseorang. Hasil dari BI-Chacking dapat dilihat setelah 2 (dua) hari kerja. Hasil BI-Chacking diserahkan bagian legal.

  5. Bagian legal selanjutnya melakukan survey jaminan ke lokasi yang menjadi objek kredit, saat hendak melakukan tijauan hendaknya jangan diberitahu kepada nasabah, sehingga apa yang kita lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Tujuan peninjauan ke lapangan adalah untuk memastikan bahwa obyek yang akan dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan yang tertulis di pemohonan kredit.

  6. Hasil dari survey dituangkan dalam laporan hasil survey dan kemudian legal membuat analisis kredit berdasarkan asas 5C (Character, capital, capacity,

  condition of economy, dan collateral). yang kemudian diserahkan ke bagian admin untuk dilakukan penilaian jaminan.

  Setelah melalui berbagai penelitian mulai dari kelengkapan dokumen keabsahan dan keaslian dokumen serta penilaian yang meliputi seluruh aspek maka langkah selanjutnya adalah dewan komite melakukan penilaian atas kelayakan nasabah untuk mendapatkan kredit.dengan ketentuan: Jika kredit disetujui maka berkas permohonan kredit diserahkan ke bagian AO

  • untuk selanjutnya dibuatkan Surat Perjanjian Kredit (SPK)
  • serahkan ke bagian legal, untuk selanjutnya dijelaskan pada calon debitur alasan penolakan kredit, penjelasan didasarkan pada ketentuan dan peraturan perusahaan.

  Jika kredit tidak disetujui/ditolak maka berkas permohona dan persyaratn kredit di

  8. Surat Perjanjian Kredit diserahkan kepada calon debitur untuk selanjutnya ditanda tangi.

  Kolektabilitas Kredit pada PT. BPR Central Niaga

  Kolektabilitas kredit pada PT. BPR Central Niaga dapat dikatakan cukup baik, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya laporan kualitas aktiva produktif yang dimiliki PT. BPR Central Niaga. Dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa tingkat NPL pada PT. BPR Central Niaga pada tahun 2014 sebesar 4,43%, dan pada tahun 2015 sebesar 3,93%, sehingga dengan tingkat NPL tersebut lebih kecil dari 5%, maka tingkat kolektabilitas pada PT. BPR Central Niaga dapat dikatakan dalam kategori sehat. Hal ini membuktikan bahwa belum adanya internal control pada penerapan sistem pengendalian intern pada PT.BPR Central Niaga tidak mempengaruhi terhadap pengukuran kolekbilitas, tetapi diperlukan perhatian kembali karena masih ada kredit kurang lancar, diragukan, dan macet yang berarti dana kredit yang dilepas hilang pada kategori macet.

  SIMPULAN

  Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap PT. BPR Central Niaga dan kajian toritis pada bab terdahulu, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan antara lain:

  1. Struktur organisasi yang merupakan salah satu unsur pokok system pengendalian intern pada PT. BPR Central Niaga belum dijalankan secara efektif. Hal ini nampak dengan adanya perangkapan fungsi/jabatan pada struktur organisasinya yaitu bagian teller merangkap CS (Customer service), dan bagian cleaning service merangkap

  2. Prosedur pengajuan kredit dan relisasi kredit pada PT. BPR Central Niaga sudah dikatakan cukup baik yaitu dengan adanya pemisahan tugas yang menyetujui kredit yaitu dewan komite dan petugas yang mencairkan uang yaitu bagian teller, namun untuk penerimaan permohonan kredit, pemeriksaan kelengkapan persyaratan, analisis kredit dan survey jaminan dilakukan oleh satu orang yang sama yaitu AO. Selain itu pada saat survey objek kredit, survey dilakukan oleh satu orang AO dan didampingi oleh cleaning service.

3. Tingkat kolektabilitas kredit pada PT. BPR Central Niaga pada tahun 2014 yaitu

  4,43% dan pada tahun 2015 sebesar 3,93%, terjadi penurunan dari tahun 2014 ke tahun 2015, hal ini dikatakan baik karena tingkat kolektabilitasnya kurang dari 5%, sesuai dengan standar NPL yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Akan tetapi perlu diperhatikan kembali pada tahun 2015 terjadi penurunan jumlah pemberian kredit dan kredit lancar, untuk kredit macet mengalami kenaikan.

  SARAN

  Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian pada PT. BPR Central Niaga, penulis memberikan saran sebagai berikut:

  1. Untuk PT. BPR Central Niaga perlu ditinjau kembali struktur organisasi yang ada pada PT. BPR Central Niaga, dengan cara penambahan karyawan agar tidak terjadi perangkapan jabatan dan fungsi setiap devisi dapat dijalankan secara optimal.

  2. Adanya perangkapan fungsi mengakibatkan tidak selektifnya pemberian kredit, untuk menghindari semakin besarnya kerugian yang ditanggung perusaahaan maka diperlukan penambahan karyawan pada bagian kredit, yaitu dengan memisahkan fungsi penerima permohonan kredit dan analisis kredit, dan semakin selektifnya

  3. penerimaan calon debitur.

  4. Tingkat kolektabilitas sudah baik dari tahun ke tahun, akan tetapi perlu ditingkatkan kembali strategi pemasaran dengan cara menyebar brosur dijalan, prosedur pengajuan kredit semakin diperketat serta semakin selektif dan meningkatkan pemantauan terhadap usaha debitur dan pembayaran angsuran debitur setiap bulannya.

  Fungsi dan Peranan Bank Umum Bank Pengkreditan Rakyat dan Bank Sentral 2012.

  Dikutip 3 Maret, 2016. Dari

  

  Indriani, Vika, 2011, Penerapan Sistem Pengendalian Intern atas Prosedur Pemberian Kredit pada Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) Delta Artha Sidoarjo, Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIESIA), Surabaya.

  Ismail, 2013. Manajemen Perbankan, Catatan ke Tiga, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta. Kasmir, 2011. Dasar-Dasar Perbankan, Catatan ke Sembilan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mulyadi, 2016. Sistem Akutansi, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta. Nurastuti, Wiji, 2011. Teknoligi Perbankan, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. Pengertian dan Jenis Metode Deskriptif 2012. Dikutip 3 Maret 2016. Dari

   Pengertan Kredit, Fungsi Kredit, Tujuan Kredit dan Macam-Macam Kredit, 2014.

  Dikutip 3 Maret 2016, dari

  

  Pujiani, Endah, 2010, Analisis Sistem Pengendalian Intern Atas Pemberian Pinjaman dan Penerimaan Angsuran pada Koperasi Mitra Sejahtera Tulungagung, Skripsi, Universitas Bhayangkara (UBHARA), Surabaya. Slamet, Megasari , 2011, Peranan struktur pengendalian intern terhadap prosedur pemberian kredit pada PT. Bank BRI unit Brantas Surabaya, Skripsi, Sekolah

  Tinggi Ilmu Ekonomi (STIESIA), Surabaya.