3 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI Dodi Harianto Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian infostai-muarabulian.ac.id Abstract - View of PERAN GURU DALAM MENANAMK

3
PERAN GURU DALAM MENANAMKAN NILAI NILAI
AGAMA ISLAM PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK
ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI

Dodi Harianto *
* Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian
info@stai-muarabulian.ac.id
Abstract
Moral decadence today is truly alarming. Where, these
days we hear a lot of complaints of parents, the
community and the government, with regard to the act
of children's behavior that seems far from the attitude an attitude that is taught by religion, such as unruly,
mischievous, stubborn, likes to do mischief,
promiscuity, smoke, brawl and so forth. Worry or
anxiety experienced by parents and the community to
the development and growth of children they are quite
reasonable, considering the influence of the flow of
information not only obtained through print media,
electronic media (internet, handpone and television),
which affects the development and growth of children,

especially about emotions and social. The media
presence is considered to give a tremendous impact in
shaping the attitudes of children, who otherwise
carefully the impact of a given lot of downside when the
moral values of Islam used as size. This paper will
explore the role of teachers in the development of
religious values to children kindergarten
Dekadensi moral dewasa ini sudah benar-benar
mengkhawatirkan. Dimana, belakangan ini kita banyak
mendengar keluhan orang tua, masyarakat dan
pemerintah, berkenaan dengan ulah perilaku anakanak yang terlihat jauh dari sikap – sikap yang
diajarkan oleh agama, seperti sukar dikendalikan,
nakal, keras kepala, suka berbuat keonaran, pergaulan
bebas,
merokok,
tawuran
dan
sebagainya.
Kekhawatiran atau kecemasan yang dialami oleh orang


Peran Guru dalam Menanamkan Nilai-nilai... – Dodi Harianto 160

tua dan masyarakat terhadap perkembangan dan
pertumbuhan anak mereka cukup beralasan, mengingat
pengaruh perkembangan arus informasi tidak hanya
diperoleh melalui media cetak, media elektronik
(internet, handpone dan televisi), yang mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan anak terutama
tentang emosi dan sosialnya. Keberadaan media
tersebut dianggap memberikan dampak yang luar biasa
dalam membentuk sikap anak, yang kalau tidak hatihati dampak yang diberikan banyak sisi negatifnya bila
nilai-nilai ajaran agama Islam dijadikan ukurannya.
Tulisan ini akan mengekplorasi peran guru dalam
pengembangan nilai-nilai keagamaan terhadap anakanak taman kanak-kanak.
Keyword: Peran Guru,Nilai-nilai Agama
Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi
permasalahan moral anak dan juga dengan pendidikan dapat
meningkatkan diri dari segala bidang1. Pendidikan anak usia dini di
Taman Kanak-kanak Islam Al-Falah Kota Jambi, merupakan salah

satu lembaga pendidikan anak usia dini yang berada dalam naungan
pemerintahan Kota Jambi melalui Kementerian Pendidikan Nasional
, dengan seluruh program belajarnya bernuansa Islami, murid yang
mengikuti program belajar di Taman Kanak-Kanak ini seluruhnya
beragama Islam, yang diterima melalui seleksi secara lansung oleh
sebuah team yang ditunjuk oleh yayasan pendidikan Alfalah. Dengan
program belajar yang bernuansa Islami dan murid yang 100%
beragama Islam, diharapkan anak-anak /murid yang mengikuti
program belajar disini sebelum memasuki jenjang belajar berikutnya
ketingkat sekolah dasar diharapkan sudah dapat mengerti dasar-dasar
Agama Islam seperti mengerti kenapa harus sholat, kenapa harus
puasa pada bulan ramadhan, berzakat dan berhaji bila mampu, dan
bisa baca tulis Al-Quran minimal tingkat bacaan tahap dasar/Iqra’,
dapat mengerjakan sholat lima waktu dan mampu menghafal ayat
ayat pendek dan doa sehari-hari, dan juga mampu berprilaku seharihari sesuai dengan tuntunan agama Islam.
Pada saat kunjungan awal kelapangan (grand tour), untuk
melakukan pengamatan awal yang dilakukan ke Taman KanakKanak Islam Alfalah Kota Jambi, dari hasil pengamatan dan hasil
wawancara singkat dengan beberapa orang guru, anak didik dan
1


M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta :
Bulan Bintang), 1970), hal. 50.

161

At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 159-167

orang tua, seperti kedisiplinan guru dalam menunaikan tugas,
keteguhan dan kesabaran dalam membimbing anak-anak,cara
memotivasi anak-anak agar patuh terhadap aturan dan perintah yang
diberikan dan tentu juga tehnik guru agar anak mampu bersikap
santun seperti yang diajarkan oleh agama Islam. Dari hasil
pengamatan dan wawancara tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Guru selalu mampu bersikap disiplin dan mentaati aturan
yang dikeluarkan sekolah, dan hampir tidak pernah
melanggar aturan sekolah dimaksud.
2. Dalam menunaikan tugas sebagai pendidik dengan latar
belakang pendidikan Islam, maka kepada guru diberikan
pembekalan oleh sekolah setiap tahunnya, namun dalam
penerapannya khususnya bagi guru yang tergolong masih

baru ( dibawah 3 tahun ) terlihat masih kurang sempurna bila
dibanding dengan para guru senior dalam pemberian mata
pelajaran kepada anak didik dengan nuansa Islami.
3. Masih ditemukan beberapa orang anak didik meskipun sudah
duduk dikelas B, belum lancar membaca Iqrak, beluh hafal
ayat-ayat pendek yang diwajibkan untuk di hafal, melakukan
sholat berjamah masih asal-asalan dan belum lancar tulis
baca huruf latin maupun al-Quran seperti yang di
programkan sekolah. Hal ini tentu diluar target dari pada
sekolah
dimana
bagi
anak-anak
yang
sudah
menyelesaikan/menamatkan Taman Kanak-Kanaknya di AlFalah diharapkan sudah bisa baca tulis huruf latin dan AlQuran minimal tingkat Iqra’, mampu melakukan sholat lima
waktu,hafal doa-doa dan ayat-ayat pendek yang diwajibkan
dan bersikap baik dan santun dalam pergaulan sehari-hari
minimal di sekolah, dengan harapan sikap tersebut akan
terbawa sampai berada di rumah setelah pulang dari sekolah.

Kedudukan Guru, Peran dan Kompetensinya
Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia
telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab
yang terpikulkan kepada orang tua. Mereka ini tatkala menyerahkan
anaknya kepada sekolah sekaligus berarti pelimpahan sebagian
tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru, hal itu
menunjukkan bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya
kepada sembarang guru/sekolah, karena tidak sembarang orang bisa
menjadi guru.2
Adapun guru atau pendidik anak usia dini secara umum sama
dengan pamong belajar, fasilitator, motivator dan lain sebagainya
2

Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2011),
hal. 39-40.

Peran Guru dalam Menanamkan Nilai-nilai... – Dodi Harianto 162

yang diidentikkan memiliki ciri atau sifat-sifat sebagai berikut: sosok
yang memiliki kharisma, kemampuan merancang program

pembelajaran, mampu menata dan mengelola kelas secara efektif,
efisien, sosok dewasa yang secara sadar dapat mendidik,
membimbing, mengajar dan menjadikan guru sebagai profesi yang
memerlukan keahlian khusus.3
Guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dalm
pembentukan kepribadian anak didik, yang dimaksud tugas dan
tanggung jawab disini adalah dalam hal pembentukan kepribadian
anak didik dalam proses penanaman nilai-nilai moral/norma agar
anak mengerti mana yang asusila dan mana yang susila, mana yang
bermoral dan yang tidak di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh
karena itu tugas sebagai pendidik mencakup tidak dalam hal
pengetahuan saja, namun juga penerapan dalam bentuk perkataan,
sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai agama.
a. Kedudukan Guru
Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa ”Pendidik merupakan tenaga
profesional” Oleh karena itu guru sebagai pendidik profesional
mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang sangat strategis. Guru
sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya
penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip

profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga
negara dalam memperoleh pendidikan bermutu.
Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi dan sertifikat pendidik yang sesuai dengan standar
pendidik. Guru yang profesional akan menghasilkan proses dan hasil
pendidikan yang bermutu dalam rangka mewujudkan insan Indonesia
yang cerdas dan kompetitif, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak
didik adalah tugas guru sebagai profesi. Tugas guru sebagai pendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada
anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.

3


Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan Pendidikan Anak Usia
Dini, 2010, hal. 40.

163

At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 159-167

Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan
menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.4
b. Peran Guru
Menurut kamus bahasa Indonesia kata “ Peran” dapat diartikan
sebagai pemain sandiwara, tukang lawak.5Sedangkan Surya dalam
Tohirin mengemukakan peran (role) guru artinya keseluruhan
tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai guru.
Peran guru dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari tugas
utama guru yakni “ Mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah, dengan tujuan utama adalah
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab( UU NO 20/2003).
Untuk mewujudkan sebuah generasi seperti yang di cita-citakan yang
tercatum dalam tujuan pendidikan nasional seperti tersebut diatas
maka untuk dapat memaksimalkan perannya sebagai pendidik,
pengajar, dan pembimbing maka kepada seorang guru di syaratkan
memiliki etika sebagai berikut : 1) menerima segala problema
peserta didik dengan hati yang terbuka dan tabah; 2) bersikap
penyantun dan penyayang; 3) menjaga kewibawaan dan
kehormatannya dalam bertindak; 4) menghindari dan menghilangkan
sikap angkuh terhadap sesama; 5) bersikap rendah hati; 6)
menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia; 7) bersikap
lemah lembut ; 8) meninggalkan sifat marah; 9) memperbaiki sikap
peserta didik; 10) meninggalkan sikap yang menakutkan bagi peserta
didik; 11) menerima kebenaran yang disampaikan peserta didik; 12)
menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses belajar mengajar;
13) Mengaktualisasikan ilmu yang diajarkan kepada peserta didik.6

c. Kompetensi Guru
Kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan
penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan
perpaduan antara pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat
diamati dan diukur, oleh sebab itu seseorang yang mempunyai

4

Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik (Jakarta : Rineka Cipta,
2005), hal. 37.
5
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru (Surabaya :
Ameliya Surabaya, 2003), hal. 320.
6
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media Group,
2010), hal. 168.

Peran Guru dalam Menanamkan Nilai-nilai... – Dodi Harianto 164

kompetensi berarti yang bersangkutan memiliki kemampuan yang
dapat diukur dan diamati.
Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi
yang dimilikinya.
Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, stabil dan dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan
bagi siswa dan berakhlak mulia.
Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam SNP.
Kompetensi Sosial, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
siswa, dan masyarakat sekitar.7
Sementara itu dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 (tentang
kualifikasi akademik dan kompetensi guru), guru PAUD harus
memilki kompetensi sebagai berikut : harus memiliki kualifikasi
akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana
(S I) di bidang pendidikan anak usia dini, atau psikologi, dan
memiliki profesi guru PAUD atau sekurang-kurangnya telah dapat
pelatihan pendidikan anak usia dini.8
Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam
Penanaman berasal dari kata “ tanam “ yang artinya menaruh,
menaburkan, memasukkan, atau memelihara (perasaan, cinta kasih).
Sedangkan penanaman itu sendiri berarti proses atau caranya
perbuatan menanamkan.9 Dalam kamus bahasa Indonesia “Nilai ialah
harga, kadar, mutu” dan secara lengkap nilai adalah suatu perangkat
keyakinan ataupun perasaan
yang diyakini sebagai identitas
memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan,
keterkaitan dengan prilaku. 10
Nilai adalah suatu pola normative yang menentukan tingkah laku
yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan
lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi bagian7

Chaerul Rochman, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,
(Bandung : Nuansa Cendikia, 2011), hal. 26.
8
Suyadi, Psikologi Belajar PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini)
(Yogyakarta : PT Pustaka Insan Madani, 2010), hal. 15.
9
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
10
Zakiah Daradjat, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : Bulan Bintang,
1992), hal. 260.

165

At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 159-167

bagiannya.11 Penanaman nilai berarti proses menanamkan suatu
perbuatan atau konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan
masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam kehidupan
keagamaan. Adapun sumber nilai dalam kehidupan manusia adalah
dibagi menjadi dua Pertama nilai yang berbentuk taqwa, iman dan
adil yang diabadikan dalam wahyu ilahi yang disampaikan melalui
perantara Rasulullah, Kedua nilai insani yang tumbuh atas
kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradapan
manusia (Ijma’, Qiyas).
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa nilai agama islam
adalah sejumlah tata aturan yang menjadi pedoman manusia agar
dalam setiap tindak tanduknya mengikuti tata aturan yang sudah
ditetapkan baik tata aturan yang menyangkut hubungan dengan Allah
maupun tata aturan yang menyangkut hubungan sesama manusia
demi untuk mencapai kehidupan yang bahagia di dunia maupun di
akhirat. Nilai – nilai agama yang akan difokuskan dalam penelitian
ini adalah berupa penanaman nilai-nilai keagamaan dibidang aqidah
seperti mengenalkan Allah melalui ciptaanya, mengenalkan arti yang
terkandung dalam Al-Quran, mengenalkan Rasul dan mengenalkan
nama Malaikat dan tugasnya, sedangkan penanaman di bidang
syari’ah adalah mengenalkan shalat 5 waktu dan wudlu’,
mengenalkan puasa di bulan Ramadhan, mengenalkan zakat fitrah
dan mengenalkan haji. Dan di bidang akhlak yaitu akhlak terhadap
Allah, akhlak terhadap diri sendiri dan sesama dan akhlak dalam
keluarga.
Metode Penanaman Nilai-Nilai Agama
Dalam proses pendidikan metode mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi
sarana yang bermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam
kurikulum pendidikan yang tersusun sedemikian rupa sehingga dapat
di pahami atau di serap oleh anak didik menjadi sebuah pengertian
yang nantinya akan di aplikasikannya dalam tingkah laku sehari-hari
atau menjadi sikap hidup sehari-hari. Namun bila metode yang
digunakan kurang tepat atau tidak sesuai dengan proses pembelajaran
maka akan menyebabkan tujuan akhir dari pendidikan untuk
mengembangkan potensi kreatif peserta didik agar menjadi manusia
muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, tentu tidak akan terwujud.
Seperti firman Allah dalam Al-Quran surh An-Nahl ayat 125
sebagai berikut, yang artinya:
11

M Arifin, Filsafat Pemikiran Agama Islam (Jakarta : Bumi Aksara,
1993), hal. 141.

Peran Guru dalam Menanamkan Nilai-nilai... – Dodi Harianto 166

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara/metode yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(AnNahl :125 )
Berdasarkan ayat di atas, metode yang seharusnya ditempuh
guru/pendidik di dalam mendidik haruslah baik, pengertian baik
disini tentu sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan sunnah
Rasulullah saw, karena pengertian baik yang seperti itu yang akan
disukai oleh manusia yang sebenarnya cenderung kepada kebenaran.
Penutup
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Bentuk Peran Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai Agama Islam di
TK Islam Al-Falah Kota Jambi dapat di urai sebagai berikut:
1. Dalam penanaman nilai-nilai agama Islam guru cukup
berperan aktif dalam membimbing anak-anak untuk
senantiasa bersemangat dalam belajar agama islam, hampir
semua anak menyenangi pelajaran yang menyangkut bidang
agama, baik belajar teori maupun praktek karen dilaksanakan
dengan riang gembira, namun bagi guru-guru yang masih
yunior (< 2 tahun), kegiatan bimbingan tersebut kurang
dihayati, sehingga anak-anak yang mengikuti pelajaran
dimaksudpun terkadang terlihat tidak begitu serius, sangat
jauh berbeda bila yang mengajar dan membimbing anak-anak
berasal dari guru senior, anak-anak dapat merasakan indahnya
beragama, seperti mengungkapkan Allah Maha Pengasih,
Allah Maha Penyayang dan sifat-sifat Allah yang lainnya.
Dalam praktek sholat anak-anakpun lebih hormat dan patuh
kepada guru senior, sehingga pelaksanaan praktek sholat
terlihat lebih khidmat, dan dengan gerakan yang hampir
semuanya benar. Secara umum penanaman Nilai-nilai agama
Islam di TK Islam Al-Falah Kota Jambi cukup bagus dan
berhasil, karena anak-anak sudah dapat memahami secara
umum bagaimana menjadi seorang yang beragama Islam,
secara teori dan praktek meskipun dalam bentuk dasar, hal ini
terutama sekali disebabkan jam belajar untuk pendidikan
agama Islam cukup besar kapasitasnya (70%), sehingga
mendekati sistem belajar di Pesantren.
2. Program Pembelajaran yakni Belajar Sambil Bermain, terlihat
kurang terlaksana di TK Al-Falah Kota Jambi, karena
memang sudah menjadi tuntutan orang tua bahwa anak

167

At-Tasyrih, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016: 159-167

mereka setelah menamatkan pendidikan di TK Islam AlFalah, sudah mengerti dasar-dasar agama, seperti sudah dapat
mengerjakan sholat, sudah bisa baca Al-Quran meskipun
tingkat pelajaran Iqrak, hafal do’a dan ayat-ayat pendek, serta
mengucapkan kalimah thoyyibah dalam kesehariannya.
Terlihat juga bahwa dengan menjalankan pembelajaran yang
hampir 70% agama Islam, salah satu penyebab yang
menjadikan TK Islam Al-Falah Kota Jambi ini menjadi
sekolah favorit di Kota Jambi.
Bibliografi
Abuddin Nata,2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media
Group,
Chaerul Rochman, 2011. Pengembangan Kompetensi Kepribadian
Guru. Bandung: Nuansa Cendikia
Desy Anwar, 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru.
Surabaya: Ameliya Surabaya
M Arifin, 1993, Filsafat Pemikiran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara
M. Athiyah al-Abrasyi, 1970, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang
Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, 2010. Panduan
Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Gaung Press.
Suyadi, 2010. Psikologi Belajar PAUD (Pendidikan
Dini) Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani

Anak Usia

Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik .Jakarta:
Rineka Cipta
Zakiah Daradjat, 1992. Dasar-dasar Agama Islam .Jakarta: Bulan
Bintang
-----. 2011. Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara