KELAYAKAN LAHAN PERTAMBAKAN DI TANAH SULFAT MASAM, KABUPATEN LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN

  Jurnal Riset Akuakultur Volume 1 Nomor 2 Tahun 2006

KELAYAKAN LAHAN PERTAMBAKAN DI TANAH SULFAT MASAM,

KABUPATEN LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN

  • ) * ) * ) * )

  Brat a Pant jara , Alim an , Abdul Mansyur , dan Ut ojo

ABST RAK

  Salah satu lahan yang bisa dikem bangkan untuk budi daya tam bak adalah tanah sulfat m asam . Di Indonesia potensinya cukup luas dan um um nya lahan sem acam ini berada di kawasan pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk m engetahui potensi kelayakan lahan tanah sulfat m asam untuk pertam bakan dan optim alisasi pem anfaatannya berdasarkan t i n g k at k esesu ai an l ah an d an d aya d u k u n g l i n g k u n g an . Pen el i t i an d i l ak u k an d i Kabupaten Luwu Tim ur, Sulawesi Selatan. Metode penelitian dengan m elakukan survai unt uk m endapat kan dat a prim er. Sedangkan dat a sekunder diperoleh dari inst ansi t er k ait d an p et a yang d ip er luk an unt uk p r oses analisis d engan Sist em Inf or m asi Geograf is (SIG). Analisis dat a m elalui t um pang susun dari beberapa pet a dan dat a prim er pada setiap pengam atan dengan m em pertim bangkan pem bobot an dan skala penilaian untuk m endapatkan nilai skoring dalam m enentukan kesesuaian lahan budi daya t am bak. Hasil analisis kelayakan lahan unt uk t am bak didapat kan nilai pot ensi dan kelayakan seluas 5.617,9 ha yang t erdiri at as 709,4 ha kelayakan t inggi; 3.947,7 ha kelayakan sedang; dan 960,7 ha kelayakan rendah.

  

ABST RACT : Suit able land f or br ack ish w at er aquacult ur e in acid sulf at e

soil at East Luw u Regency, South Sulaw esi. By: Brata Pantjara, Alim an, A. M ansyur , and Ut oj o

One of land that can be developed for brackish water aquaculture is acid sulfate soil.

  

The potency of acid sulfate soil in Indonesia is relatively large and generally found in

coastal area. The objectives of this research to know the potency and land suitability

of acid sulfate soil for brackish water aquaculture and optimal utilization based on

land suitability level and its carrying capacity. This research was conducted at Malili

Sub District; East Luwu Regency, South Sulawesi. Surveys have been done collected

primary data. while secondary data was obtained from related Institution and needed

maps for Geographic Information System (GIS) analysis, with overlying maps and

primary data in each station observation with considering and assessment scale

value of determining land suitability for brackish water pond. The result of maps

analysis had been obtained the potency and land suitability at Malili Sub district

were 5,617.9 ha consisted of 709.4 ha (high suitability); 3,947.7 ha (moderate

suitability); and 960.7 ha (low suitability).

  KEYWORD S: land suit abilit y, m aps, br ack ish w at er , acid sulf at e soil

PENDAHULUAN kurang t erm anfaat kan secara opt im al karena

  p em b u d i d aya t am b ak t i d ak m en g et ah u i Pem bukaan lahan baru unt uk pengem - karakt erist ik t anahnya. Apabila f enom ena ini b angan t am b ak d ewasa ini sangat r ent an dibiarkan terus- menerus, maka lahan marginal terhadap kerusakan. Hal ini terjadi karena tidak sep er t i t an ah su l f at m asam yan g b an yak ad a k esei m b an g an an t ar a d aya d u k u n g dijum pai di kawasan pesisir dan dibangun lingkungan dengan lahan unt uk budi daya. unt uk areal pert am bakan sem akin luas dan

  Pem bukaan lahan m arginal m enjadi t am bak * ) menjadi lahan terlantar.

  Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

B. Pantjara, Aliman, Mansyur, A., dan Utojo

  Men u r u t Ben g en (2 0 0 4

  a

  ), sal ah sat u degradasi sum ber daya pesisir yang cukup m enonjol adalah degradasi hut an m angrove sebagai akibat pembukaan lahan atau konversi hutan mangrove menjadi pertambakan. Kondisi yang sam a juga t erdapat di Kabupat en Luwu Timur, Sulawesi Selatan, yang umumnya hutan m angrove tersebar ham pir di kawasan pesisir dan sebagian besar t elah dikonversi m enjadi areal pert am bakan. Jenis t anah di kawasan m angrove ini didom inasi oleh t anah sulf at m asam yang b er asosiasi d engan gam b ut . Men g i n g at k eb er ad aan h u t an m an g r o ve m em punyai peranan yang cukup besar dan penting tidak hanya untuk industri kayu tetapi juga sebagai penahan gelom bang laut agar tidak terjadi abrasi pantai (Boran et al., 1998). Bagi perikanan keberadaan m angrove sangat pent ing karena berfungsi sebagai penyangga t am b ak d an d aer ah asuhan ik an (nursery

METODE PENELITIAN

  ground) dan m encipt akan iklim m ikro sert a fungsi lainnya.

  Dal am r an g k a m en g at u r p en g el o l aan tambak tanah sulfat masam yang produktivitas t anahnya t ergolong rendah, m aka diperlukan pengelolaan yang baik sehingga t am baknya d ap at b er d aya g u n a sesu ai d en g an d aya d u k u n g t am b ak d i t an ah su l f at m asam . Penataan kem bali m odel tam bak berwawasan l i n g k u n g an d an b er k el an j u t an d en g an m enghijaukan kem bali sebagian m angrove yang sudah rusak perlu dilakukan. Menurut Poernom o (1992), penerapan t am bak udang yang b ai k ad al ah d eng an m eng ut am ak an k et er p ad uan p eng elolaan t am b ak d eng an l i n g k u n g an . Keg ag al an t am b ak u d an g berhubungan dengan banyak faktor antara lain t at a r u an g t am b ak yan g t i d ak b ai k d an kurangnya pem aham an t erhadap lingkungan ser t a t ek nologi budi daya. Selain it u j uga d i seb ab k an d eg r ad asi l i n g k u n g an d an lem ahnya pengelolaan dalam berbudi daya.

  Un t u k m en g at asi m asal ah t er seb u t d i p er l u k an d at a d an i n f or m asi m en g en ai sum ber daya lahan khususnya unt uk t am bak di kawasan pesisir. Informasi ini sangat penting dalam m endukung program pem bangunan suat u wilayah khususnya di sekt or perikanan di Kabupaten Luwu Timur. Data dan informasi m engenai sum ber daya lahan dapat diperoleh d en g an m el ak u k an k eg i at an p en el i t i an dengan m et ode survai dan pem et aan t anah dengan m etode sistem inform asi geografis.

  Penelitian ini bertujuan untuk m engetahui pot ensi kelayakan t am bak dan opt im alisasi pem anf aat an ruang berdasarkan kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan t am bak t an ah su l f at m asam Kecam at an M al i l i , Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Hasil p en el i t i an i n i d i h ar ap k an m en j ad i b ah an pert im bangan bagi pem erint ah daerah dalam m enyusun pola kebijakan dalam pengem b- angan perikanan.

  Penyusunan t at a ruang dilakukan dengan memperhatikan keragaman kawasan lahan budi daya yang disurvai (McRae & Burnham , 1981). Dat a dan inf orm asi diperoleh dengan m e- ngum pulkan beberapa param et er kesesuaian l ah an t am b ak , d at a t er seb u t sel an j u t n ya digunakan sebagai dasar m ent abulasi dat a dalam rangka m engevaluasi t at a ruang dan m enet apkan sist em t eknologi budi daya yang d ap at d i k em b ang k an d al am p eng am b i l an keputusan.

  Su r vai d i l ak u k an d i Kecam at an Mal i l i , Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kelaut an dan Perikanan Kabupat en Luwu Tim ur, Sulawesi Selatan. Pilihan lokasi berdasarkan tata ruang wi l ayah u n t u k p en g em b an g an b u d i d aya t am b ak . Dat a i k l i m d i p er ol eh d ar i Bad an Met eorologi dan Geof isika Kabupat en Luwu Tim ur. Pet a cit ra dan pet a rupabum i yang d i g u n ak an b er su m b er d ar i LA PA N d an Bakosurtanal tahun 1992, peta tekstur dan pH t an ah d i p er o l eh d ar i h asi l p en g u k u r an l ap an g an . Sed an g k an p et a g ar i s p an t ai , p en u t u p an ar eal , d an k el er en g an l ah an diperoleh dari Badan Pert anahan Nasional. Pet a- pet a t ersebut digunakan sebagai pet a kerja di lapangan. Data primer seperti kualitas t anah dan air diperoleh dari hasil analisis laborat orium . Tit ik pengam bilan sam pel di lapangan berdasarkan metode transek dengan m en en t u k an t i t i k - t i t i k p en g am at an yan g d i an g g ap m ewak i l i d aer ah yan g d i su r vai b er d asar k an k o n d i si l ah an d an t i n g k at k eh o m o g en i t asan l ah an (Du i ven b o o d en , 1 9 9 5 ). Posi si p en g am b i l an sam p el t an ah dit ent ukan koordinat nya dengan m engguna- kan alat Global Positioning System (GPS). Data dan informasi yang dihasilkan merupakan data dasar untuk m enyusun peta kesesuaian lahan d an t at a r u an g u n t u k b u d i d aya t am b ak (Gunawan, 1998; Nath et al., 2000).

  Par am et er u t am a yan g d i am at i u n t u k kelayakan lahan budi daya tambak tanah sulfat m asam m eliput i t opograf i pant ai dan dasar

  Jurnal Riset Akuakultur Volume 1 Nomor 2 Tahun 2006

  perairan, jarak dari sungai, jarak dari pant ai, t ekst ur t anah, pH yang diukur langsung di lapangan (pHF), pH yang dioksidasi dengan H

  2

  (pHFOX), untuk m engetahui tanah sulfat m asam dalam keadaan t ereduksi at au t anah sulfat m asam pot ensial diket ahui dengan To-

2 O

  tal Potencial Acidity (TPA), dan t anah sulfat

  m asam dalam keadaan teroksidasi atau tanah sulf at m asam akt ual diket ahui dengan Total

  Actual Acidity (TAA), sedangkan kem asam an

  berdasarkan sulf ur diket ahui dengan Total

  Sulfidic Acidity (TSA), Fe, Al, pirit (Melville,

  1993), perbedaan pasang surut , keberadaan sungai hidup/ sum ber air t awar. Kualit as air yang diamati meliputi pH, suhu, salinitas, logam berat , DO, SO

  Kondisi tanah tambak di kawasan ini relatif hom ogen, hal ini t erlihat pada veget asi yang t u m b u h d an si sa veg et asi y an g m asi h t ert inggal di dalam t am bak. Tam bak di lahan ini umumnya ditumbuhi oleh hutan mangrove. Menurut Mustafa et al. (1994), hutan mangrove yang t um buh di Delt a Tam pina, Malili t erdiri at as 10 spesies yang t ergolong dalam 7 gen- era dan 5 f am ili. Lokasi yang disurvai pada umumnya mempunyai karakteristik lahan yang h o m o g en d an veg et asi m an g r o ve yan g tumbuh juga relatif sama yang didominasi oleh

  , NO

  Vegetasi

  • N, NO
  • N, PO
  • P, BOT (APHA, 1998). Selain it u juga diperlukan dat a d an i n f o r m as i m en g en ai k em u d ah an m en d ap at k an ai r l au t , k em u d ah an mendapatkan air tawar, frekuensi banjir, curah hujan, adanya jalur hijau dan saluran irigasi. Fak t o r p en u n j an g yan g d i am at i m el i p u t i ketersediaan jalan hingga lokasi, listrik, tenaga k er j a, k em u d ah an m em p er o l eh sar an a produksi tambak, keamanan, dan pasar. Peubah tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam m enent ukan skoring pada kelayakan budi daya tambak (udang windu, bandeng, dan rumput laut). Pada proses analisis peta dengan GIS m enggunakan soft ware Er Mapper dan Ar cView dengan m em asuk k an dat a sur vai dalam pet a dasar m elalui overlay (t um pang su su n ) p ad a set i ap p en g am at an d en g an m em pert im bangkan pem bobot an dan skala penilaian untuk m endapatkan nilai kelayakan (t i n g g i , s ed an g , d an r en d ah ) d al am

  3

  m en en t u k an k esesu ai an l ah an b u d i d aya t am bak, dan akan diperoleh pet a yang sesuai bagi peruntukan budi daya tam bak.

  HASIL DAN BAHASAN Kead aan Wilayah

  Po t en si t am b ak d i Kecam at an Mal i l i mencapai luasan 2.219 ha (Anonimous, 2003). Topografi wilayahnya bervariasi dari topografi agak dat ar hingga sedikit berbukit . Daerah berbukit sebagian besar dijum pai di kawasan yang m enuju arah darat an. Gam baran um um pada daerah yang disurvai kemungkinan telah m engalam i sed im ent asi yang cuk up lam a berasal dari bahan- bahan mineral yang tererosi dan t erangk ut m elalui sungai yang ada di sekit arnya ke m uara, akan t et api di m uara t er t ah an o l eh g el o m b an g p asan g su r u t , sehingga pengangkutan sedimen diendapkan p ad a d aer ah p an t ai d an seb ag i an t er i k u t m el al u i sal u r an . Pen g en d ap an sed i m en tersebut juga dimungkinkan karena tumbuhan mangrove di sepanjang pantai dapat meredam energi gelombang pasang, pada perkembang- an selanj ut nya endapan sedim en ini ak an terakumulasi membentuk suatu lapisan seperti tanah asli.

  2

  4

  Rhizophora sp. (R. apiculata dan R. mucronata) dan Bruguiera sp. (B. gymnororrhiza dan B. parviflora) dan sebagian dari veget asi nipah

  (Nypa fruticans Thunb.), Lumnitzera littorea serta paku laut. Vegetasi yang tumbuh di lokasi ini diduga dipengaruhi oleh karakteristik tanah dan pengaruh salinitas serta kurang pengaruh gelom bang laut . Menurut Bengen (2004

  b

  ), karakteristik habitat hutan mangrove umumnya t um buh pada daer ah int er t idal yang j enis t an ah n ya b er l u m p u r , b er l em p u n g at au berpasir, m enerim a pasokan air t awar yang cukup atau mendapatkan air bersalinitas payau (2 —2 2 p er m i l ) hi ng g a asi n (m encap ai 3 8 perm il), dan terlindung dari gelom bang besar dan arus pasang surut yang kuat .

  Pada um um nya keberadaan t anah sulf at m asam di lokasi ini berasosiasi dengan t anah g am b ut . Beb er ap a p ak ar i l m u t anah j ug a m enyeb ut k an, b ahwa t anah g am b ut yang ditum buhi vegetasi akan m udah berkem bang menjadi tanah sulfat masam terutama di bawah veget asi Rhizophora sp. Di lokasi ini dijum pai g und uk an t anah d ar i k ep i t i ng Thalassina

  anomala.

  T a n a h

  Lok asi t am b ak yang d isur vai r at a- r at a mempunyai produktivitas yang rendah karena b er b ag ai p er m asal ah an t er u t am a p ot en si kemasaman. Dari hasil survai di lahan potensial untuk tambak Kecamatan Malili dapat diketahui nilai rat a- rat a dan kisaran beberapa variabel penting tanah tambak pada beberapa titik yang

  4

B. Pantjara, Aliman, Mansyur, A., dan Utojo

  P

  

Gambar 1. Grafik kualitas tanah tambak tanah sulfat masam pada kedalaman tanah hingga 120 cm

(setiap 20 cm ), di Kecam atan Malili, Kabupaten Luwu Tim ur, Sulawesi Selatan

Figure 1. Graphics of soil quality in acid sulfate soil pond on soil depth until 120 cm (eachs of 20 cm)

at Malili Sub District, East Luwu Regency, South Sulawesi

  (%) menunjukkan kearah persent ase t ot al (akt ual dan pot ensial) dari sulfur yang m em punyai potensi untuk tingkat kem asam an t anah. Sedangkan selisih ant ara

  P

  (%) m erupak an persent ase sulf ur yang konstan, sedangkan S

  KCl

  S

  POS (%), TPA, dan TSA.

  (%), S

  mewakili. Nilai pH

  F

  KCl

  Ko n sen t r asi su l f u r y an g b er p o t en si kem asam an pada t am bak diduga berasosiasi dengan t anah sulf at m asam dapat dikaji dari peubah S

  berkisar antara 0,68 ± 0,22 (kedalam- an 60—80 cm) hingga 1,04 ± 0,72 (kedalaman 20—40 cm). Sedangkan nilai dari selisih kedua peubah tingkat kem asam an yaitu pHF- pHFox berkisar ant ara 4,34 ± 1,25 (kedalam an 60— 80 cm) hingga 5,03 ± 1,43 (Gambar 1), dengan demikian maka tanah tambak dapat digolong- kan sangat m asam t erut am a pada kedalam an 60—80 cm.

  FOX

  m em punyai k isaran rat a- rat a 6,53 ± 1,27 (kedalam an 0—20 cm ) hingga 6,77 ± 0,20 (kedalaman 60—80 cm). pH

  F

  menunjuk- kan nilai tingkat kem asaman yang tinggi yang merupakan salah satu ciri tanah sulfat masam. Menurut Eim ers et al. (2003), karakt erist ik tanah sulfat masam ditandai dengan pH rendah dan potensi kemasaman yang tinggi. Nilai pH

  FOX

  berada pada kategori masam hingga netral, demikian pula pH

  (%), S

  Jurnal Riset Akuakultur Volume 1 Nomor 2 Tahun 2006

  k ed u an ya (S

  POS

  ) m er u p ak an p o t en si d ar i k em asam an t an ah d ar i su l f u r yan g t i d ak teroksidasi (dapat dioksidasi dengan H

2 O

  2 ).

  Tanah yang kemasaman tinggi disebabkan oleh konsentrasi pirit yang tersebar ham pir di sem u a d aer ah yan g d i su r vai (Gam b ar 2 ). Kandungan pirit tertinggi dijumpai pada tambak b ar u . Kon sen t r asi p i r i t m en cap ai k i sar an 1,24%—4,45%. Konsentrasi pirit terendah rata- rat a dijum pai pada kedalam an 0—20 cm dan tertinggi pada kedalaman 60—80 cm.

  Tanah k aya m iner al p ir it yang ap ab ila penanganannya keliru berubah menjadi tanah sulf at m asam yang m engandung berbagai unsur k im ia yang m encapai t araf beracun sepert i sulf ida, sulf at , alum inium , m angan, b esi, d an b er b agai senyawa or ganik b er - bahaya bagi udang (Boyd, 1995). Tanah sulfat masam dapat menjadi tanah produktif apabila u n su r t ok si t d al am t an ah t er seb u t d ap at diredam. Namun untuk menjadikan tanah sulfat m asam m enjadi produkt if juga m em erlukan biaya yang t idak sedikit .

  Mesk ip un nilai k ualit as t anahnya b er - variasi, nam un karena didukung oleh sum ber air yang m em adai, lahan sem acam ini dapat diperbaiki m enjadi lahan yang produkt if bila t anahnya direm ediasi dengan m ereklam asi tanah, pengapuran, dan perbaikan irigasi.

  Bahan organik tanah yang tinggi di kawasan i n i d i d u g a b er p o t en si seb ag ai su m b er kemasaman. Kandungan bahan organik tanah

  Gambar 2. Sebaran pirit pada lokasi survai di Malili Kabupaten Luwu Tim ur, Sulawesi Selatan

Figure 2. Distribution of pyrite of survey location at Malili, East Luwu Regency, South Sulawesi

B. Pantjara, Aliman, Mansyur, A., dan Utojo

  di daerah yang disurvai berkisar 25,26%— 33,42%. Kandungan bahan organik tinggi tidak baik untuk dibuat pem atang karena porositas dan subsidensi t inggi, nam un t am bak yang sudah lam a dibangun t anahnya cukup kuat untuk dijadikan pematang tambak.

  Sumber Air

  Daerah yang disurvai rata- rata mempunyai sum b er air yang cuk up m enunj ang unt uk k egiat an b ud i d aya t am b ak k ar ena selain l o k asi n ya b er d ek at an d en g an l au t , j u g a t erdapat sungai yang cukup lebar sehingga t am baknya t erjangkau pasang surut air laut . Hasil pengam at an pasang surut di daerah ini t erjadi perbedaan pasang surut cukup besar dengan kisaran 40—220 cm at au rat a- rat a 126,86 cm . Menurut Must af a et al. (1994), bahwa perbedaan pasang surut (pasut) di Malili pada t ahun 1994 dapat m encapai 230 cm . Tinggi perm ukaan air selam a pasang t inggi unt uk m engairi t am bak di Kecam at an Malili dipengaruhi oleh frekuensi amplitudo pasang, kont ur t anah dan elevasi.

  Salinitas air mempunyai kisaran 7—30 ppt. Perbedaan salinit as dari sum ber air pada saat pasang dan surut karena sungai- sungai yang ada disekitar tam bak yang disurvai tergolong sungai hidup yang m engalirkan sum ber air tawar dari hulu ke muara.

  Tunggang pasut untuk daerah pertambak- an m enurut hasil analisis dat a pengukuran pasut unt uk 38 jam pengukuran (Gam bar 3), seb esar 1 0 4 cm , d engan t unggang p asut t erkecil m enurut dat a pasut prediksi Dinas Hidro Oseanografi (2004), dapat dijumpai pada awal hingga akhir Sept em ber.

  Kesesuaian Lahan untuk Tam bak

  Penilaian kesesuaian lahan unt uk t am bak b er d asar k an n i l ai m i n i m u m , yak n i f ak t or pem bat as yang paling m enent ukan dengan m em p er h at i k an f ak t o r l i n g k u n g an yan g mendukung untuk budi daya tambak. Dari hasil an al i si s t er h ad ap f ak t o r p em b at as yan g ditentukan, maka dapat diestimasi potensi dan kelayakan t am bak di Kecam at an Malili, Luwu Tim ur m encapai luas 5617,9 ha yang t erdiri at as 709,4 ha kelayakan t inggi; 3947,7 ha kelayakan sedang; dan 960,7 ha kelayakan r endah. Dalam k elayak an lahan ini sudah d ip er t im b angk an asp ek j alur hij au d alam

  Gambar 3. Pasang surut air laut di Delta Tam pina, Malili, Luwu Tim ur, Sulawesi Selatan Figure 3. Tide of water sea in Tampina Delta, Malili, East Luwu, South Sulawesi

  Jurnal Riset Akuakultur Volume 1 Nomor 2 Tahun 2006

  penent uan kelayakan lahan. Lebar jalur hijau minimal 130 x pasang tinggi rata- rata (± 300 m) di sepanj ang pant ai dan sek it ar 100 m di sep an j an g si si su n g ai . Nam u n d em i k i an k el ayak an i n i b el u m m em p er t i m b an g k an daerah penyangga, saluran, rum ah jaga, dan lain- lain. Dari luasan tersebut sekitar 55% dari potensi lahan (5.617,9 ha) yang bisa dijadikan tam bak, m aka sekitar 3.089,845 ha yang bisa digunakan untuk tambak terdiri atas 390,17 ha k elayak an t inggi; 2 .1 7 1 ,2 3 5 ha k elayak an sedang; dan 528,385 ha kelayakan rendah (Gam bar 4). Meskipun t ergolong kelayakan t i n g g i n am u n u n t u k b u d i d ay a u d an g disarankan m enggunakan t eknologi sist em t radisional plus hingga sem i int ensif . Hal ini d i seb ab k an ad an ya sen yaw a p i r i t yan g k onsent r asinya b er var iasi. Selain it u p ad a t anah sulf at m asam yang berasosiasi dengan t anah bergam but di daerah ini kurang baik untuk dijadikan pematang tambak baru, karena t anahnya rapuh, berporosit as dan subsidensi t i n g g i . Pad a t i n g k at k el ay ak an sed an g t eknologi yang bisa digunakan adalah budi daya udang sist em t radional at au alt ernat if komoditas perikanan lain seperti bandeng dan

  

Gambar 4. Kesesuaian lahan untuk budi daya tambak di tanah sulfat masam, Malili Kab. Luwu

Tim ur, Sulawesi Selat an

Figure 4. Suitable of area for aquaculture of acid sulfate soil, Malili, East Luwu Regency, South

Sulawesi

B. Pantjara, Aliman, Mansyur, A., dan Utojo

  rum put laut yang diket ahui lebih t ahan pada kondisi lingkungan tambak tanah sulfat masam. Men u r u t Pan t j ar a (2 0 0 2 ), b an d en g yan g d ip elihar a d i t am b ak t anah sulf at m asam Maranak dapat mencapai sintasan sekitar 92%, d em i k i an p u l a d en g an r u m p u t l au t yan g diket ahui dapat t um buh baik di lingkungan t am bak t anah sulfat m asam di daerah Lam asi Pant ai, Luwu. Sedangkan kelayakan rendah b er p ot en si u n t u k p en g em b an g an t am b ak terutama untuk budi daya bandeng dan rumput l au t , n am u n m asi h b an yak yan g h ar u s diperbaiki, t erut am a saluran irigasi sebagai jalan unt uk m endapat kan pasok air t am bak serta faktor lainnya.

  1994. Karakteristik Lahan Mangrove di

  Analysis as A Tool in Land Use Planning, 176 pp.

  Eim ers, M.C., P.J. Dillon, S.L. Schieff, and D.S.

  Jefries. 2003. The effects of drying and re- weting and increased temperature on sul- phat e release from upland and wet land material. Soil Biology and Biochemistry, 35: 1,663—1,673. Gunawan, I. 1998. Typical geographic informa- t ion syst em (GIS) applicat ion for coast al resources management in Indonesia. Indo-

  nesia Journal of Coastal and Marine Re- source Management, 1(1): 1—12.

  McRae, S.G. and C.P. Burnham. 1981. Land Evalu- ation. Clanrendon Press Ox ford, 239 pp. Melville, M.D. 1993. Soil Laboratory Manual.

  School of Geography, Universit y of New Sout h Wales, Sydney, 74 pp. Mustafa, A., A. Hanafi, B. Pantjara, dan Suwardi.

  Nat h, S.S., J.P. Balt e, L.G. Ross, and J. Aguilar- Manjarrez. 2000. Application of geographi- cal information system (GIS) for spatial de- cision support in aquaculture. Aquacultural Engineering, 23: 233—278.

  Delta Tampina, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

  Pond Aquaculture. Chapman & Hall. Auburn University, Alabama, 347 pp.

  Neiland, A.E., N. Soley, J.B. Varley, and D.J.

  Whitmars. 2001. Shrimp aquaculture: eco- nom ic perspect ives f or policy develop- ment. Marine Policy, 25: 265—279. Pan t j ar a, B., S. Tah e, M. Am i n , d an E.H.

  Hendradjat. 2002. Budidaya bandeng, nila m erah dan rum put laut di t am bak t anah sulfat masam. Laporan Penelitian Balai Riset

  Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, 21 pp.

  Poernomo, A. 1992. Pemilihan Lokasi Tambak

  Udang Berwawasan Lingkungan. CRIFI Pub., 40 pp.

  Duivenbooden, N.V. 1995. Land Use Systems

  Boyd, C.E. 1995. Bottom Soils, Sediment, and

  KESIMPULAN

  4. Kawasan pertambakan daerah yang disurvai perlu tindakan untuk m erehabilitasi hutan m angrove yang t erlanjur rusak sebagai daerah penyangga m aupun sebagai jalur hijau.

  Institut Pertanian Bogor, 59 pp. Boran, E. and J. Hambrey. 1998. Mangrove con- ser vat i on and coast al m anag em ent i n

  Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kaj ian Sum berdaya Pesisir dan Laut an.

  . Pengenalan dan

  b

  Ben g en , D . G. 2 0 0 4

  1. Hasil karakteristik lahan di Malili, Kabupaten Luwu didominansi oleh tanah sulfat masam yang um um nya berasosiasi dengan t anah gambut.

  2. Berdasarkan kriteria kelayakan lahan tambak t anah sulfat m asam di Malili, Luwu Tim ur, Sulawesi Selatan didapatkan potensi lahan pert am bakan seluas 5.617,9 ha dan yang bisa dijadikan untuk tambak sebesar 3.947,7 ha sisanya (1.732,2 ha) digunakan unt uk daerah penyanggah, saluran, dan lain- lain. Dari luasan tam bak 3.947,7 ha terdiri atas kelayakan tinggi sebesar 390,2 ha; kelayak- an sed an g 2 .1 7 1 ,2 h a; d an k el ayak an rendah sebesar 528,8 ha.

  3. Pada lahan dengan kelayakan tinggi masih diperlukan remediasi tanah bila untuk budi d aya u d an g w i n d u , sed an g k an p ad a kelayakan sedang dan rendah disarankan untuk budi daya bandeng dan rumput laut.

  Sout h East Asia: What im pact on Fishery Resources? Marine Pollution Bulletin, 37 (8—12), p. 431—440.

DAFTAR PUSTAKA

  APHA (Am erican Public Healt h Associat ion).

  Kelautan. Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Luwu Timur.

  Anonim ous. 2 0 0 3 . Potensi Perikanan dan

  1998. Standard Methods for Examination of Water and Waste-Water. 20th edition. APHA, AWWA, WEF, Washington, 1,085 pp. Ben g en , D . G. 2 0 0 4

  . Ekosistem dan

  Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. Pu sat Kaj i an

  Sum berdaya Pesisir dan Laut an. Inst it ut Pertanian Bogor, 72 pp.

  a

  Jurnal Riset Akuakultur Volume 1 Nomor 2 Tahun 2006

  Wisnubrot o, S. 1999. Meteorologi Pertanian

  Indonesia. Mitra Gama Widya. Yogyakarta, 155 pp.

B. Pantjara, Aliman, Mansyur, A., dan Utojo

  3

  3

  4

  5 Banyak

  1

  10 Tidak lancar

  2

  15 Cukup lancar

  5

  2

  10 Lancar

  1

  20 Mangrove, rawa

  2

  30 Sawah, kebun

  3

  10

  12 Cukup tersedia

  8 Tidak tersedia

  1

  3

  Paramet er Kisaran ( Ra nge ) Bobot Weigh Skor Scor e

  Nilai Va lue pH tanah (Soil ) pH

  3 Jumlah 100 Pemasaran Tenaga kerja Keamanan Penutup lahan Landcover Keterjangkauan Jarak dari garis pantai (m) Tipe garis pantai Tekstur (Texture ) Iklim (curah hujan) Climate (rainfall)

  1

  6 Tidak lancar

  2

  9 Cukup lancar

  3

  1

  3 Lancar

  1

  6 Tidak aman

  2

  9 Cukup aman

  3

  3

  4 Aman

  10 Lahan kosong, belukar, tegalan

  Lampiran 1. Kriteria kelayakan lahan untuk budi daya tambak udang

  

Appendix 1. Criteria of land suitability for shrimp brackis water pond culture

6.5--8.0

  45 2--4

  45 Lempung, lempung berdebu, liat berdebu, liat berpasir

  3

  15

  15 Lempung liat berpasir, liat berdebu, lempung berpasir

  1

  30 > 4

  2

  3

  30 Liat, pasir, bergambut, kandungan pirit tinggi

  15

  15 Lereng (Slopes ) (%) 0--2

  1

  30 < 5.0 & > 8.0

  2

  45 5.0--6.5

  3

  15

  2

  1

  2

  30 1,000--3,000

  30 Konsistensi sedang-labil

  3

  10

  10 Konsistensi tanah stabil

  1

  20 > 3,000

  2

  3

  15 2,000--2,500 mm/ tahun

  10

  10 300--1,000

  1

  20

< 1,000 & > 2,500 mm/ tahun

  2

  30 1,000--2,000 mm/ tahun

  3

  10

  20 Konsistensi tanah labil-sangat labil