PANGAN FUNGSIONAL SEBAGAI IMUNOMODULATOR

SISTEM IMUN

   Berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing  Benda asing : mikroorganisme, sel-sel kanker dan jaringan atau organ

  yang dicangkokkan

   Strategi dalam menangani benda asing oleh sistem imun : mengenali,

  mengerahkan kekuatan dan menyerang

   Sistem imun mempunyai peredaran sendiri yaitu pembuluh getah

  bening yang masuk ke setiap organ tubuh kecuali otak

  Tujuan Instruksional Khusus :  Pada pembuluh getah bening terdapat cairan (getah bening) tdd

  • lemak dan sel darah putih

  Mahasiswa dapat menjelaskan peranan bahan pangan dalam mengendalikan sistem imun pada tubuh  Pada sistem imun juga terdapat daerah khusus yaitu kelenjar getah manusia

  bening, amandel (tonsil), sumsum tulang, limpa, hati, paru-paru dan usus; dimana limfosit bisa diambil, diangkut dan disebarkan ke bagian yang memerlukannya sebagai bagian dari respon kekebalan.

   Makrofag : sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna  Sistem imun tdd : sel dan zat yang bisa larut mikroba, antigen dan zat-zat lainnya.

   Sel utama pada sistem imun : sel darah putih yang tdd

   Antigen : setiap zat yang bisa merangsang suatu respon kekebalan  makrofag, neutrofil dan limfosit. bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun

   Neutrofil : sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna 

  Zat-zat yang bisa larut :molekul-molekul yang tidak mikroba dan antigen lainnya. terdapat di dalam sel tetapi larut dalam suatu cairan

   Neutrofil memiliki granula yang mengandung enzim untuk (misalnya plasma).

  menghancurkan antigen yang ditelan olehnya.

   Neutrofil ditemukan di dalam darah  Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein

   Untuk keluar dari darah dan masuk ke dalam jaringan, neutrofil komplemen dan sitokinesis.

  memerlukan rangsangan khusus.

   Beberapa zat terlarut bertindak sebagai pembawa  Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama  makrofag memulai pesan (messenger) untuk menarik dan mengaktifkan

  suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan.

  sel-sel lainnya.

  Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya.

   Penimbunan neutrofil serta pemusnahan dan pencernaan mikroba

  menyebabkan pembentukan nanah

  

  • Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang

  mengalami pematangan menjadi sel-sel yang menghasilkan antibodi.

  IgG ditemukan di dalam darah dan jaringan. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dipindahkan melalui plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya.

  antigen berikutnya Contohnya, setelah mendapatkan suntikan tetanus II (booster), maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk antibodi IgG. Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah dibandingkan dengan respon antibodi primer

   IgG : jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada pemaparan

  Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus I, maka 10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM (respon antibodi primer). IgM banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan di dalam organ maupun jaringan.

   Tdd : 5 kelompok yaitu IgM, IgG, IgA, IgE, IgD  IgM : antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen.

   Disebut immunoglobulin.

   merupakan protein yang bereaksi dengan antigen yang sebelumnya merangsang limfosit B.

   Jika dirangsang oleh suatu antigen, limfosit B akan

   Limfosit : sel utama pada sistem getah bening, memiliki ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil.

   Antibodi :

  Istilah alami digunakan karena mereka siap membunuh sejumlah sel target segera setelah terbentuk tanpa harus melewati pematangan dan proses belajar Sel pembunuh alami juga menghasilkan beberapa sitokinesis (zat-zat pembawa pesan yang mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag).

  

Sel-sel pemusnah alami berukuran > daripada limfosit T dan B  membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu.

  Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan

  dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi

  Limfosit B 2. Limfosit T 3. Sel-sel pemusnah alami

   Limfosit dibagi ke dalam 3 kelompok utama: 1.

   Neutrofil memiliki umur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun.

  IgG ibu melindungi janin dan bayi baru lahir sampai sistem kekebalan bayi bisa menghasilkan antibodi sendiri.

   IgA :antibodi yang memegang peranan penting pada

  IMUNOMODULATOR pertahanan tubuh terhadap masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung,

   Immunomodulator : substansi yang dapat mengatur mata, paru-paru dan usus. sistem imun. IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata, paru-paru, ASI).

   Immunomodulator dapat berupa :  IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera).  Immunosuppresive agent IgE penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river

   Tolerogens blindness dan skistosomiasis), yang banyak ditemukan di negara berkembang.

   Immunostimulants 

  IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat  Bahan-bahan ini berperan penting dalam menjaga organ sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya dan jaringan serta dalam pengobatan penyakit tertentu dimengerti. yang berasal dari disregulasi respon imun.

IMMUNOSUPPRESIVE AGENTS TOLEROGENS

  o Bahan yang digunakan untuk menekan sistem immun o Berperan dalam memelihara organ dan jaringan dalam treatment

  penyakit tertentu yang timbul dari disregulasi respons imun  Bahan yang digunakan untuk mempertahankan toleransi imun, keadaan aktif dari antigen-spesifik nonresponsiveness.

   Diperlukan untuk :

   mencegah self-reactivity

  IMMUNOSTIMULANTS

   proses transplantasi organ o Bahan yang digunakan untuk meningkatkan sistem immun o Berperan dalam :  Meningkatkan respons imun atau merubah secara selektif keseimbangan berbagai komponen dari sistem imun  Mengatur penyakit tertentu seperti : kanker, AIDS dan penyakit imunodefisiensi lain

   Imunitas dapat dicapai melalui :  Imunisasi (injeksi anti bodi/serotheraphy)  Imunomodulasi  disebut paramunity, dan bahan yang berperan

  disebut paramunity inducers

  Komplemen  Kerja imunomodulator yang tidak spesifik  B Limfosit Granulosit Makrofag T Limfosit Mikrofagositosis Makrofagositosis Sel T-helper Sel T-supresor Sel Sitotoksik-NK Pembebasan mediator Pembebasan limfokin (interferon , interleukin, tumor (IL-2 atau  interferon) Necrosis factor, protaglandins, O 2 , Enzim lisosomal, dll)

  Gambar 1. Immunomodulasi oleh Paramunity inducers  Sistem immun dirancang untuk melindungi tubuh dari patogen dan mengeliminasi penyakit.

   Perlindungan terhadap infeksi dan penyakit diberikan oleh 2 komponen

  utama :

   innate (sistem imun bawaan)  adaptive (acquired) immune system

   Sistem imun bawaan  pertahanan utama untuk melawan serangan

  antigen, yang tdd :

   Komponen fisik (kulit)  Biokimia (misalnya lisozim)  Komponen selular (makrofag dan neutrofil)

   Kulit : barrier utama terhadap infeksi  jika rusak maka destruksi

  bakteri dilakukan oleh lisozim yang memecah peptidoglikan dinding sel dan memisahkan produk yang keluar dari aktivasi komplemen.  Produk komplemen meningkatkan fagositosis makrofag dan neutrofil melalui kerjanya sebagai opsonins (C3b) menariknya ke sisi inflamantory (C3a, C5a) dan menyebabkan lisisnya bakteri melalui pembentukan membran penyerang

  Presenting-Cells (APCs) yang tdd :

   Jika sistem imun tidak sesuai untuk mengatasi infeksi  sistem imun adaptif dimobilisasi melalui isyarat dari imun bawaan.

   Karakteristik imun adaptif dalam menyingkirkan patogen adalah kemampuannya untuk :

  • makrofag
  • dentritic cells
  • Langerhans cells
  • Limfosit B Berperan penting dalam respons imun melalui pencernaan antigen protein secara enzimatis dan adanya peptida derivatif pada T Cell Receptor (TCR) yang berhubungan dengan protein Major Histocompability Complex (MHC) kelas I dan II.
    • Merespon berbagai antigen
    • Membedakan antara gen asing dan antigen dari inang
    • Merespon antigen yang sebelumnya sudah masuk dalam sebuah cara pembelajaran melalui respon memorinya.

   Respons adaptif ini mencapai puncaknya pada saat:

   produksi antibodi yang merupakan efektor pada imunitas manusia

   Aktivasi limfosit T yaitu effector imunitas yang dimediasi oleh sel.

   Induksi imunitas spesifik memerlukan partisipasi dari Antigen-

SUMBER IMUNOMODULATOR

MEKANISME PANGAN FUNGSIONAL SEBAGAI IMUNOMODULATOR

   Melalui faktor-faktor yang non spesifik

   Mempengaruhi fungsi metabolik, neurologik atau endokrin yang mempengaruhi sistem imun.

   Zat gizi mempengaruhi stabilitas membran plasma serta diferensiasi dan ekspresi dari karakteristik permukaan selnya seperti determinan antigenik.

   Faktor nutrisi mempengaruhi sistem imun melalui banyak cara.

   Tanaman  Hewan  Mikroba (probiotik)  Produk-produk sintesis

   BM Rendah : alkaloid, quinon, ester asam fenol-karboksilat, fenol sederhana, tanin dan diterpenoid seperti parboleser dari famili Euphorbiacea  BM tinggi : polisakarida, protein, glikoprotein/lekin, nukleotida

   Melalui sistem limfoid dan fungsi sel immun

  • Bahan yang sama dapat berperan sebagai immunostimulan atau immunosupresive tergantung dari dosisnya.
  • Terdapat secara alami atau ditambahkan secara khusus pada pangan fungsional
Tabel 1. Komponen yang mempunyai efek imunomodulator Komponen Sumber Aktivitas Imunomodulator

  Komponen Sumber Aktivitas Imunomodulator

  Polisakarida Tanaman tingkat • Mengaktivasi makrofag, Sel NK dan limfosit T (Zymosan, tinggi, jamur,

  • Mempunyai aktivitas anti tumor
  • Meningakatkan DTH (Delayed Type- Bestatin Produk Mikroba Lentinan, rumput laut, Hypersensitivity) pachymaran) fungi, algae dan lichens
  • Meningkatkan jumlah sel pembentuk antibodi vegetables.
  • Meningkatkan recovery prolifersi immunosupresi oleh siklopospamida • Promotor pagositosis Tylophorine Tanaman tingkat
  • Meningkatkan induksi IL-1 dan IL-2 (isoquinoline tinggi alkaloid)
  • Meningkatkan aktivitas se
  • Aktivasi Makrofag BCG Produk Mikroba Amastatin Produk Mikroba • Meningkatkan jumlah sel pembentuk antibodi
  • Menekan DTH Esterastin Produk Mikroba • Menekan pembentukan antibody Nukleotisidin Produk Mikroba • Meningkatkan sitotoksisitas PEC
  • Meningkatkan aktivitas superoksida Gelsemin Tanaman tingkat • Menstimulasi granulosit pagostosis secara in (Oxindole tinggi vitro alkaloid)

  VITAMINS 1.Vitamin B Komplex......

   Produksi antibodi menurun dan diproduksi lymphocytopenia pada orang dewasa yang kekurangan vitamin B .

  6

1. Vitamin B Komplex

   Penelitian Talbott et al., (1987) tentang kelebihan dosis (supradietary)

   Defisiensi vitamin B kompleks mempengaruhi respon imun dari vitamin B : 50 mg/hari selama 2 bulan pada manusia dewasa yang

  6 spesifik dan non spesifik .

  sehat dan hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan dalam proliferasi  Kehadirannya di dalam sistem immun tidak diharapkan karena limfosit yang distimulir mitogen serta sel T helper. vit.B kompleks merupakan vitamin esensial pada kebanyakan

   Penelitian Meydani et al., (1991) : memberikan vitamin B secara

  6

  metabolisme seluler seperti sintesis dan degradasi gula, protein, berlebih dan kurang pada manusia dewasa yang sehat, menunjukkan lemak dan asam nukleat. bahwa produksi interleukin (IL)-2 dan respons mitogen sel T dan B

   Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruhi vitamin B dipengaruhi oleh rendahnya vitamin B sedangkan suplementasi

  6 tertentu terhadap imunitas.

  vitamin B

  6 50g/hari akan meningkatkan fungsi imun ini pada

   Perlu diketahui jumlah optimum yang dibutuhkan untuk dapat beberapa subjek memenuhi kebutuhan metabolisme dan sistem imun.

   Penelitian Casciato et al., (1984) : penurunan imunokompetensi pada

   Imunitas yang dimediasi oleh sel dipengaruhi oleh kekurangan pasien cuci darah, dipengaruhi oleh rendahnya limfosit dengan E atau kelebihan konsumsi vitamin B (pyridoxine). rosette atau agregasi penanda IgG dan penurunan proliferasi limfosit

  6

  yang distimulir mitogen , dan hal sebaliknya terjadi jika pyridoxin diberikan dalam jumlah 210/600 mg/minggu.

  2. Vitamin C  Pemberian vitamin B 12 (cyanocobalamin) akan meningkatkan sistem

  imun pada penderita anemia kemungkinan disebabkan perbaikan luka biokimia yang disebabkan karena penekanan sintesis asam nukleat di

   Keterlibatan vitamin C (asam askorbat) dalam mempertahankan dalam limfosit (Beisel, 1982).

  sistem imun telah terbukti melalui beberapa penelitian.

  

  Crist et al., (1980) menunjukkan bahwa neutopenia dan/atau

   Defisiensi vitamin C berhubungan dengan :

  leukopenia yaitu abnormalitas sel darah putih pada anak-anak berhubungan dengan rendahnya vitamin B dan dapat diperbaiki  Penurunan aktivitas bakterisidal, neutrofil dan makrofag

  12

  dengan suplementasi cyanocobalamin 1.000 g/bulan yang diberikan  Penurunan resitensi terhadap infeksi mikrobial melalui intramusculary.

   Penurunan sistem imun lain yang berhubungan dengan sel

   Beberapa penelitian secara ex vivo menunjukkan bahwa individu

  dengan kadar folat rendah mengalami kerusakan fungsi neutrofil dan

   Penelitian Weening et al., (1981) : pemberian vitamin C dosis tinggi

  dapat diperbaiki dengan perbaikan status gizi. pada pasien sindrome Chediak-Higashi dapat mengurangi terjadinya Biotin merupakan koenzim pada reaksi-reaksi karboksilasi yang infeksi bakteri dan memperbaiki sistem neutrofil serta aktivitas

   antimikroba.

  dikatalis enzim.

   Fischer et al., (1982) : defisiensi karboksilase berhubungan dengan  Hasil penelitian terhadap manusia dan hewan menunjukkan bahwa

  penurunan aktivitas supresor yang dimediasi limfosit, dan ini dapat pemberian vitamin C dengan dosis yang cukup dapat mempercepat diperbaiki dengan pemberian biotin 10 mg/hari . perbaikan luka, trauma operasi, penyakit infeksi dan kanker.

  3. Beta Caroten dan Vitamin A  Mekanisme biokimia asam askorbat dalam menstimulir sistem imun :

  a. Modulasi kadar nukleotida pada siklus intraseluler

  b. Modulasi sintesis postaglandin (PG) -karoten :

  c. Proteksi 5-lipoksigenase

   Prekursor vitamin A

  d. Meningkatkan produksi sitokinin

   Quencher (penangkap) singlet oksigen yang potensial

  e. Antagonisme interaksi imunosupresif dari histamin dan leukosit

   Antioksidant

  f. Netralisasi oxidant imunosupresif dan autoreaktif yang dihasilkan oleh

   Penelitian dengan model hewan menunjukkan bahwa -karoten pagosit.

  (terlepas dari aktivitasnya sebagai provitamin A) dapat menjaga sel- sel pagosit dari kerusakan autooksidasi, meningkatkan respons proliferasi limfosit T dan B, menstimulir fungsi T-cell effector, meningkatkan produksi sitokinin, makrofat, sel T sitptoksik dan kapasitas tumorisidal dari natural killer.  Dosis 180 mg/hari selama 2 minggu pada manusia dewasa sehat akan meningkatkan frekwensi limfosit T helper/inducer.

   Vitamin A juga berperan dalam mencegah infeksi.  Defisiensi vitamin A secara signifikan meningkatkan resiko sakit dan kematian terutama pada anak-anak.

  TBC

  menekan inflamasi dan luka pada jaringan pada sejumlah orang yang diberi perlakuan GLA terkontrol (placebo).

   Minyak biji-bijian yang diperkaya dengan -asam linoleat (GLA) dapat

  oleh makrofag, menekan DCH dan proliferasi limfosit  situasinya kompleks karena asam linoleat juga merupakan substrat pada sintesis LTB 4 yang mempunyai efek agonist dan antagonist terhadap sel imun.

  2

  6. n-6 Polyunsaturated Fatty Acid  Diet asam linoleat (n-6) dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk propagasi dan maturasi respons imun dari sel.  Konsumsi linoleat dan/atau arakidonat meningkatkan sintesis PGE

  oleh sel Peripheral Blood Mononuclear (PMN)  konsentrasi -tokoferol meningkat pada sel PMN dan menurun pada peroksida lipid plasma.

  2

   Mengurangi pembentukan H

   Suplementasi vitamin E pada diet meningkatkan respons sel imun dan fungsi pagosit .  Konsumsi vitamin E dalam jumlah tinggi mengurangi resiko infeksi dan kondisi kronik seperti jantung dan penyakit jantung pada usia lanjut (mungkin berhubungan dengan optimalisasi dari respon imun).  Vitamin E dapat mempengaruhi jalur lipoksigenase dan sikooksidase pada metabolisme asam arakidonat.  Pengaruh imunostimulator dari vitamin E mungkin disebabkan oleh penghambatan pada sintesis PG dan/atau mengurangi pembentukan radikal bebas.

   Defisiensi vitamin E Berhubungan dengan depresi sel pembentuk plaque, mitogen dan respons limfosit pada reseptor membran makrofag.

   Terdapat hubungan antara kadar vitamin D yang rendah dengan resiko

   Mekanisme vitamin A dalam menjaga sistem imun masih belum jelas

  Pemberian vitamin D pada penderita TBC akan mempercepat penyembuhan.

   Vitamin D juga mernagsang merangsang sel neoplastik yang belum terdiferensiasi untuk berdiferensiasi menjasi makrofag.  Vitamin D disintesis oleh makrofag yang sudah diaktivasi dan bukan oleh anggota pagosit lainnya.  Inkubasi vitamin D pada monosit atau makrofag manusia dapat menghambat pertumbuhan virulen Mycobacterium tuberclosis.

  vitamin D secara langsung mempengaruhi semua anggota sel pagosit mononuklear.

   Hasil penelitian secara in vitro terhadap hewan menunjukkan bahwa

  imunostimulatory dari imunitas non spesifik yang dapat menstimulir atau menghambat sistem imun.

  3 )  Adalah hormon imunoregulator yang menyediakan agent

  4. Vitamin D (1,25-dihydroxyvitamin D

   Pemberian vitamin A yang equivalen dengan 450g retinol setiap hari pada anak prasekolah dapat mengurangi penyakit saluran pernafasan.

  1984), menunjukkan bahwa : defisiensi vitamin A pada anak-anak akan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran pernafasan.

   Hasil studi di Indonesia dan India (Milton et al., 1987; Sommer et al.,

  tapi kemungkinan disebabkan oleh kemampuan vitamin A untuk memodifikasi integritas dan fungsi epitelial, massa limfoid serta resistensi inang terhadap mekanisme imunitas spesifik dan non spesifik.

5. Vitamin E (  Tocopherol)  Berperan dalam mempertahankan sistem imun.

2 O

   Peningkatan dosis n-3 secara nyata meningkatkan fungsi sel imun, dan

7. ASAM LEMAK TIDAK JENUH n-3 ini mungkin disebabkan oleh perubahan jalur sintesis PG dan LT.

   Hasil penelitian terakhir : suplementasi n-3 akan memberikan

  keseimbangan yang baik pada aksi imunostimulator, antiinflamantory

   Yang termasuk asam lemak n-3 : dan imunosupresif.

  • Eikosapentaenaoat (EPA)

   Formulasi nutrisi dengan kandungan EPA dan DHA yang berasal dari minyak ikan saat ini sudah banyak diberikan kepada pasien.

  • Dokosaheksaenoat (DHA)

   Sumber n-3 dari tanaman : daun prrslane yang kaya akan -linoleat, 

  EPA dan DHA dapat mensintesis PGE dengan efek

  3 EPA, DHA, asam Dokosapentaenoat , dan antioksidan berupa vitamin imunosupresif < dari PGE .

  2 C, vitamin E dan glutation.

   Sumber EPA dan DHA : minyak ikan

   Suplementasi asam lemak n-3 mengurangi pelepasan asam arakidonat pada stimulasi limfosit T sehingga ratio konsumsi n-3/n-6 dapat mempengaruhi respons imun.

   Suplementasi n-3 menurunkan kemotaksis neutrofil dan menghambat produksi LTB pada sukarelawan sehat dan

  4 apda penderita asma.

8. ARGININ

  9. Glutamin

  Konsumsi arginin 30 g/hari meningkatkan blastogenesis  Asam amino bebas yang paling banyak terdapat pada lim fosit darah dalam merespons Con A dan PHA. tubuh dan berfungsi pada berbagai reaksi metabolisme

   Memperbaiki parameter imun selama stress fisiologi. termasuk kemampuannya sebagai bahan bakar untuk limfosit dan sel-sel yang cepat membelah lainnya seperti

   Tikus , guinea pigs dan manusia yang mengalami luka sel mukosa pada saluran pencernaan. memberikan respon yang baik terhadap suplementasi

  

argini sebanyak 3% (w/w).

  Termasuk asam amino nonesensial, tapi beberapa bukti menunjukkan glutamin juga merupakan nutrisi esensial, 

  Diet arginin dapat mempertahankan aktivitas sel killer yaitu sintesis endogenousnya tidak mencukupi yang diaktivasi oleh limfokin. kebutuhan tubuh pada kondisi klinis tertentu.

   Mekanisme arginin dalam sistem imun belum jelas, tapi

  

Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa : laju mungkin disebabkan oleh : penggunaan glutamin pada sel imun hampir sama atau >

  Peningkatan sekresi hormon pertumbuhan atau peptida

  dari penggunaan glukosa  memberikan kondisi yang lainnya. optimal pada sintesis nukleotida pirimidin selama siklus

  Bertindak sebagai prekursor poliamin seperti putrescine dan sel. spermidine  penting dalam diferensiasi dan pertumbuhan sel.

  11. Glutations (GSH)

  10. Nukleotida Purin dan Pirimidin  Nukleotida adalah prekursor DNA dan RNA dan juga berfungsi

  

Komponen dengan BM rendah yang banyak terdapat di pentinng dalam energi selular serta metabolisme. dalam sel dan merupakan scavanger radikal bebas yang

   Kesalahan genetik dalam metabolisme nukleotida menjadi penyebab sangat kuat.

  sejumlah penyakit yang mempengaruhi sistem imun.

  

Dalam bentuk reduksinya, GSH melindungi sel dari

   Asumsi awal yang mengatakan bahwa nukleotida bukan merupakan oksidasi, radikal bebas dan bahan sitotoksik lain.

  zat esensial terhadap fungsi pertumbuhan dari sel yang bermetabolisme secara aktif seperti limfosit, makrofag dan sel-sel

  

Kandungan GSH intraseluler yang cukup diperlukan untuk

  pencernaan didasarkan pada hasil pengujian terhadap indivisu yang aktivasi limfosit. sehat.

   Sistem imun menjadi rusak karena defisiensi adenosin deam inase. 

  Rusaknya fungsi sel T juga berhubungan dengan defisiensi purin nukleoside phosporylase.

   Pemberian nukleotida efektif untuk membantu aktivasi makrofag dari sel T helper.

  12. Selenium

  13. Mineral Lainnya

  Beberapa metalloenzim lain secara langsung berperan Bersama-sama dengan Cytosolic Gluthation-peroxidase dalam sistem imun seperti Cu, Zn superoksida dismutase (GSHPx) dan pospolipid hidroperoksidase sebagai residu dan Fe-katalase. selenosistein dihubungkan dengan respons sel imun.

  

 Efektivitas dari mineral ini tergantung pada keterikatannya GSPHc yang berikatan dengan selenium dapat mengontrol dengan enzim antioksidan  meski konsnetrasi mineral produksi substrat peroksida yang berlebihan seperti H O

  2

  2 tinggi, tapi jika tidak ada enzim maka tidak dapat di dalam sel . memperbaiki sistem imun.

   Sel yang kekurangan GSHPx akan kehilangan

  

Dari hasil penelitian diketahui defisiensi Cu, Fe, Mn atau kemampuannya untuk membentuk mikrotubula dan Zn dapat merusak sistem imun. serangan sitotoksik.

  

Suplementasi Fe pada populasi dengan tingkat anemia

   Defisiensi Se atau pemberian Se dalam jumlah cukup tinggi dapat mengurangi penyakit akibat infeksi dan diare. mempengaruhi sistem imun pada hewan percobaan.

  

Kelebihan mineral dapat menyebabkan keracunan dan pada beberapa kasus menurunkan daya tahan tubuh