RESPONSE PLANT SPACING ON GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN ON INCEPTISOLS

  Juristek, Vol. 5, No. 2, Januari 2017, ISSN 2301-704X, Hal. 169-181

RESPON JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASIL JAGUNG MANIS PADA TANAH INCEPTISOLS

  Saprudin

  

Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Antakusuma

Jl. Iskandar No. 63 Kode Pos 74112 Pangkalan Bun

Abstrak Jagung manis merupakan salah satu komoditas sayuran paling popular dinegara Amerika, Eropa, serta banyak negara lain, termasuk Indonesia. Dalam pemenuhan meningkatnya kebutuhan jagung manis, selain pengetahuan teknik budidaya juga diperlukan perlakuan lain agar diperoleh kualitas dan kuantitas produksi jagung manis yang lebih baik. Salah satunya adalah pengaturan jarak tanam dengan berbagai ukuran jarak tanam. Penelitian ini bertujuan (1) Mengkaji pengaruh faktor tunggal jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis; (2) Menentukan perlakuan terbaik dengan jarak tanam tertentu untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil jagung manis yang optimum, dan (3) Untuk mengetahui keeratan hubunga antar peubah pertumbuhan, dan hasil jagung manis. Penelitian ini dilaksanakan pada tanah Inceptisols, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) non factorial dengan satu faktor perlakuan, yaitu jarak tanam yang terdiri dari 3 taraf, yaitu : 50cm x 20cm; 50cm x 40cm; 50cm x 60cm. Masing-masing taraf perlakuan diulang lima kali sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) faktor tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan yaitu berat basah dan berat kering tanaman umur 49 hst dan berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap hasil jagung manis ; 2) Perlakuan jarak tanam j 2 (50cm x 40cm) mampu meningkatkan komponen pertumbuhan pada berat basah dan berat kering tanaman, yaitu masing-masing 213,75g dan 50,33g dibandingkan perlakuan j 1 (50cm x 20cm), yaitu masing-masing 155,33g dan 31,95g dan perlakuan j 3 (50cm x 60cm), yaitu masing-masing 157,00g dan 28,11g, selanjutnya perlakuan faktor jarak tanam j 2 (50cm x 40cm) dan j3 (50cm x 60cm) diduga mampu meningkatkan hasil jagung manis, yaitu berat tongkol berkelobot 137,94g atau produksi

  6,44ton ha¯ ¹ dan 146,67g atau produksi 4,89ton ha¯ ¹; 3) Berdasarkan matrik korelasi terdapat hubungan nyata dan sangat nyata antar komponen pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, berat basah, berat kering, dan umur berbunga terhadap hasil jagung manis yaitu berat tongkol berkelobot dan berat tongkol tanpa kelobot.

  Katakunci : jagung manis, jarak tanam, tanah inceptisols dan korelasi

RESPONSE PLANT SPACING ON GROWTH AND YIELD OF SWEET

CORN ON INCEPTISOLS

  Abstract Sweet corn is one of the most popular vegetable commodities in America, Europe and many other countries, including Indonesia. Inproviding the growing need for sweet corn, various treatments are required, in additi on to the knowledge of cultivation techniques, in order to obtain better quality and quantity of sweet corn production.Two of the treatments are plant spacing to the spacing of various sizes. The purposes of this study were (1) to assess the response of a single factor of plant spacing on the growth and yield of sweet corn, (2) to determine the best treatment of certain plant spacing to obtain the optimum growth and yield of sweet corn, and; (3) to find out the correlation between growth variable, and yield of sweet corn.The study was conducted on inceptisols, in Kumai sub-district, West Kotawarigin regency, Central Kalimantan province.The environmental design used in the study was Randomized Block Design with non factorial treatment structure of one treatment factor was plant spacing consisting of three levels, namely 50cm x 20cm ; 50cm x 40cm ;50cm x 60cm. Each treatment was replicated five times resulting in 15 experimental units. The results of the study showed that 1) Thetreatment of single factor of plant spacing had significant effects on growth components, namely wet weight and dry weight of crops aged 49 days after planting and had significant and very significant on yield of sweet corn; 2) The treatment of plant spacing j

2

(50cm x 40cm) was able to increase the growth components of wet weight and dry weight of the crops, 213.75g and 50.33g, respectively, compared to the treatment j (50cm x 20cm) 155.33g and 31.95g, and treatment j 1 3 (50cm x 60cm) 157.00g and 28.11g respectively.The plant spacing treatment j 2 (50cm x 40cm) and j 3 (50cm x 60cm) were estimated

  Saprudin: Respon Jarak Tanam..... 6,44ton ha¯ ¹, and 146.67g or the production of 4,89ton ha¯ ¹; 3) Based on the correlation matix, there were significant correlation and very significant correlation between the growth components, namely plant height, wet weight, dry weight, and age for flowering on the yield of sweet corn, namely weight of cob in husk and weight of cob with out husk.

  Keyword : Sweet corn, plant spacing, inceptisols and correlation PENDAHULUAN

  Jagung manis (Zeamays var. saccharata Sturt) merupakan salah satu komoditas sayuran paling populer di Amerika Serikat dan Kanada. Konsumsi jagung manis juga mengalami peningkatan di Asia, Eropa, dan Amerika Latin serta banyak negara lain, termasuk juga negara Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pola konsumsi masyarakat membuat jagung populer digunakan sebagai sayuran segar dan olahan (Syukur dan Rifianto, 2013). Dengan kebutuhan jagung manis yang semakin meningkat dan untuk memenuhi kebutuhan, selain pengetahuan teknik budidaya juga diperlukan perlakuan-perlakuan lain dengan tujuan diperoleh kualitas dan kuantitas produksi yang lebih baik, salah satunya adalah pengaturan jarak tanam dengan berbagai ukuran jarak tanam. Produksi jagung di Kotawaringin Barat pada tahun 2013 mencapai 2.960 ton per hektar dan perkembangannya fluktuatif mengikuti luasan panen dan cenderung meningkat (BPS Kotawaringin Barat, 2014).

  Peningkatan produksi jagung yang terjadi pada tahun 2013 disebabkan oleh naiknya luas panen. Pada tahun 2013 produktivitas jagung Kotawaringin Barat sebesar 3,7 ton per hektar. Produktivitas rata- rata lima tahun (2009-2013) produksi jagung Kotawaringin Barat masih rendah yaitu sebesar 3,4 ton per hektar dibandingkan dengan produktivitas rata-rata lima tahun produksi jagung nasional yaitu sebesar 4,6 ton per hektar. Secara khusus data produksi jagung di Kotawaringin Barat tidak diinventarisir secara statistik oleh Dinas pertanian dan peternakan, yang berbeda dengan produksi jagung hibrida yang diusahakan petani masuk dalam program pemerintah dalam bentuk proyek bantuan pengembangan pertanian. Demikian budidaya jagung manis di Kotawaringin Barat sejauh pengamatan penulis cukup potensial dikembangkan sebagai salah satu komoditas pertanian kedepan. Hal ini dikarenakan hasil produksi jagung (tongkol jagung) langsung dipasarkan sendiri atau dikonsumsi oleh masyarakat dan dengan nilai jual yang cukup tinggi.

  Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produksi tanaman jagung, diantaranya ialah berkaitan dengan pengaturan jarak tanam atau kepadatan populasi. Perlakuan jarak tanam penting dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimum. Pada jarak tanam tertentu tidak lagi dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi melainkan menurunkan hasil produksi (Jumin, 2005). Kerapatan jarak tanam yang tumbuh dan dipanen dalam satuan luas sangat mempengaruhi produksi tanaman.Tanaman jagung yang ditanam varietas unggul hendaknya ditanam dengan populasi yang rendah (Adisarwanto dan Widiastuti, 2004). Pemilihan jarak tanam sangat tergantung dengan kesuburan tanah, daya tumbuh benih, varietas yang ditanam dan ketersediaan benih. Pemberian jarak tanam yang jarang akan menyebabkan gulma mudah tumbuh diantara tanaman, bila benih banyak tidak tumbuh mengakibatkan jumlah tanaman semakin rendah sehingga tidak mendapatkan produksi yang optimal (Asro, 2009). Penanaman dengan jarak tanam bertujuan agar populasi tanaman mendapatkan bagian yang sama terhadap unsur hara yang diperlukan dan sinar matahari, sehingga didapatkan ruang pertumbuhan yang seragam dan memudahkan dalam pemeliharaan.

  Berbagai pengaturan jarak tanam dilakukan guna mendapatkan produksi yang optimal dengan pengaturan jarak tanam 50cm x 20cm dengan satu tanaman perlubang untuk jagung berumur pendek (Purwono dan Hartono, 2005), sedangkan menurut Asro (2009), jarak tanam yang baik digunakan pada tanaman jagung yaitu 50cm x 40cm dengan 1 tanaman dan menyatakan jarak tanam yang ideal untuk tanaman jagung yang berumur sedang yaitu 50cm x 60cm. Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Mengkaji pengaruh faktor tunggal jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis; 2). Menentukan perlakuan terbaik dengan jarak tanam tertentu untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil jagung manis yang optimum; 3). Untuk mengetahui keeratan hubungan antar peubah pertumbuhan, dan hasil jagung manis.

  Saprudin: Respon Jarak Tanam.....

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan metode percobaan dengan rancangan percobaan satu faktor,dimana jarak tanam (J) dengan 3 (tiga) taraf perlakuan, yaitu: J = 50 cm x 20 cm (antar barisan dan dalam barisan) 1 J = 50 cm x 40 cm (antar barisan dan dalam barisan) 2 J = 50 cm x 60 cm (antar barisan dan dalam barisan) 3 Penelitian dilakukan pada tanah Inceptisols (Latosol) di Kecamatan Kumai Kabupaten

  Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah. Pelaksanaan Penelitian dimulai dari bulan Juni sampai September 2015. Berdasarkan kondisi lokasi penelitian yang heterogen, dimana kemiringan lahan, arah datang sinar matahari dan kemungkinanan tingkat kesuburan tanah yang berbeda, maka rancangan lingkungan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 (lima) ulangan, dengan total unit percobaan yang diperlukan 3x5=15 satuan percobaan.

  Dalam proses penelitian dilakukan kegiatan yang meliputi: penyiapan lahan penelitian, pengapuran tanah penelitian, penanaman benih jagung manis, pemupulan, penyiraman, penyiangan, pembumbunan, pengendalian HPT, serta panen. Pengamatan penelitian dilakukan ketika umur tanaman 21 hst, 28 hst, 35 hst, 42 hst, dan 49 hst terdiri : Komponen pertumbuhan (tinggi tanaman, luas daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, nisbah tajuk akar, laju pertumbuhan tanaman, umur berbunga), dan hasil jagung manis (berat tongkol berkelobot, berat tongkol tanpa kelobot).

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 tahapan analisis, yaitu analisis ragam dan analisis regresi.

1. Analisis Ragam

  Data hasil pengamatan masing-masing perlakuan dihitung rata-ratanya dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh terhadap peubah yang diamati dilakukan analisis ragam dengan menggunakan uji F. Jika hasil analisis ragam ternyata adanya pengaruh interaksi perlakuan, maka dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan/ Duncan Multiple Range Test (DMRT) dalam taraf kepercayaan 5%. Analisis data yang digunakan adalah Model linier aditif untuk menganalisa setiap peubah yang diamati (Sastrosupadi, 2000) sebagai berikut:

  Notasi yang digunakan untuk model rancangan acak kelompok (RAK)  Yijk

  =μ+ρk+αi+βj+ (αβ)ij+εij 2.

   Analisis Regresi

  Untuk mengetahui kurva respons jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis digunakan analisis regresi. Model analisis regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

  1. Yi = βo+βiXi+εi, atau

  2. Yi = βo+β1Xi+β2Xi²+εi

  Metode pendugaan kurva respons menggunakan analisis polynomial ortogonal. Pemilihan model regresi ditentukan berdasarkan hasil analisis ragam polynomial dan koefisien determinan (R²). Koefisien determinan ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

  R²= JKregresix100% JKtotal

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 tahapan analisis, yaitu analisis ragam dan analisis regresi. Berikut pembahasannya:

1) Analisis Ragam

  Data hasil pengamatan masing-masing perlakuan dihitung rata-ratanya dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh terhadap peubah yang diamati dilakukan analisis ragam dengan menggunakan uji F. Jika hasil analisis ragam ternyata adanya pengaruh interaksi perlakuan, maka dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan/ Duncan Multiple Range Test (DMRT) dalam taraf kepercayaan 5%. Analisis data yang digunakan adalah Model linier aditif untuk menganalisa setiap peubah yang diamati (Sastrosupadi, 2000) sebagai berikut:

  Notasi yang digunakan untuk model rancangan acak kelompok (RAK)  Yijk

  =μ+ρk+αi+βj+ (αβ)ij+εij

  

13 BTK - - - - - - - - 0,940*

  

4 BK 49 hst - - - - 0,073tn 0,865** -0,325tn 0,235tn 0,234tn

  

12 BBBPT - - - - - - - - -

  

11 DTTK - - - - - - - - -

  

10 DTK - - - - - - - - -

  

9 PTTK - - - - - - - - -

  

8 PTK - - - - - - - - -

  

7 UB hst - - - - - - - 0,421* -0,344*

  

6 LPT 42-49 hst - - - - - - -0,198tn -0,002tn 0,052tn

  

5 NTA 49 hst - - - - - -0,006tn 0,18tn -0,114tn -0,147tn

  

3 BB 49 hst - - - 0,934** 0,07tn 0,761** 0,428** 0,319tn 0,306tn

  

14 BTTK - - - - - - - - -

Tabel 1. korelasi antar peubah-peubah yang diamati Keterangan:

  

2 LD 49 hst - - 0,105tn -0,03tn 0,15tn -0,111tn 0,053tn 0,195tn 0,125tn

  

1 TT 49 hst - 0,178tn 0,369* 0,292tn -0,331* 0,067tn -0,215tn 0,641** 0,687**

  (g) BTTK (g)

  (g minggu¯ ¹) UB hst BTK

  NTA 49 hst LPT 42-49 hst

  (g) BK 49 hst (g)

  49 hst (cm²) BB 49 hst

  No Peubah TT 49 hst (cm) LD

  Juristek, Vol. 5, No. 2, Januari 2017, ISSN 2301-704X, Hal. 169-181 TT : Tinggi Tanaman BTTK : Berat Tongkol Tanpa Kelobot tn : Tidak berkorelasi nyata (P>0,05) LD : Luas Daun

  • : Korelasi nyata (P<0,05) BB : Berat Basah
    • : Korelasi sangat nyata (P<0,01) BK : Berat Kering NTA : Nisbah Tajuk Akar LPT : Laju Pertumbuhan Tanaman UB : Umur Berbunga BTK : Berat Tongkol Berkelobot

2) Analisis Regresi

  Untuk mengetahui kurva respons jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis digunakan analisis regresi. Model analisis regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

  8 Luas daun 35 hst 436217,62** 8935,17tn 2,94tn 1058,03tn 2858,48tn 25986,38 28,92

  18 Berat Kering 35 hst 55,23tn 14,25tn 11,48tn 28,05tn 1,49tn 36,79 49,67

  17 Berat Kering 28 hst 19,84tn 11,69tn 28,87tn 11,17tn 12,34tn 10,37 41,57

  16 Berat Kering 21 hst 1,92tn 0,28tn 0,00tn 0,02tn 1,14tn 0,59 75,90

  15 Berat Basah 49 hst 4252,86tn 8066,81tn 191,36tn 5500,14tn 13271,69* 3177,32 32,14

  14 Berat Basah 42 hst 4596,69tn 1644,09tn 312,11tn 2121,80tn 1231,03tn 2270,88 32,81

  13 Berat Basah 35 hst 5592,33* 68,45tn 90,25tn 902,27tn 60,33tn 1237,89 50,68

  12 Berat Basah 28 hst 1083,00tn 61,25tn 1722,25tn 151,25tn 297,58tn 486,27 39,55

  11 Berat Basah 21 hst 127,26tn 12,01tn 0,55tn 0,09tn 83,45tn 54,11 78,56

  10 Luas daun 49 hst 2162215,46*

  9 Luas daun 42 hst 9360,77tn 2663,97 tn 15978,22 tn 19439,48tn 24561,26tn 19054,80 19,98

  7 Luas daun 28 hst 6900,12tn 3710,91tn 36039,86tn 36901,78 tn 17515,38tn 11379,51 30,20

  6 Luas daun 21 hst 11463,00tn 1964,95 tn 44379,04 tn 880,64 tn 4981,58tn 16694,70 55,80

  5 Tinggi tanaman 49 hst 849,65tn 394,04tn 333,06 tn 57,62tn 1270,58tn 407,07 22,55

  4 Tinggi tanaman 42 hst 910,58tn 135,76tn 186,05tn 104,03tn 898,32tn 324,13 21,62

  3 Tinggi tanaman 35 hst 523,69tn 17,68tn 0,032tn 118,05tn 343,04tn 236,01 23,36

  2 Tinggi tanaman 28 hst 442,16tn 0,03tn 187,51tn 479,68tn 113,33tn 226,17 27,11

  1 Tinggi tanaman 21 hst 71,97tn 143,11 tn 60,06tn 148,51 tn 55,47tn 145,42 25,25

  Tanam (J) Galat

  No. Peubah Kuadrat Tengah KK

Kelompok Linier Kuadratik Kubik Jarak

  R²= JKregresix100% JKtotal

  Metode pendugaan kurva respons menggunakan analisis polynomial ortogonal. Pemilihan model regresi ditentukan berdasarkan hasil analisis ragam polynomial dan koefisien determinan (R²). Koefisien determinan ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

  2. Yi = βo+β1Xi+β2Xi²+εi

  1. Yi = βo+βiXi+εi, atau

  • 647874,01* 60128,76tn 45896,18 249687,55tn 108192,32 24,25

  Saprudin: Respon Jarak Tanam.....

  

19 Berat Kering 42 hst 60,07tn 25,06tn 35,32tn 74,14tn 117,96tn 82,85 34,33

  

20 Berat Kering 49 hst 615,59tn 468,64tn 2,46tn 320,48tn 1389,79* 286,15 44,62

  

21 Nisbah tajuk akar 21 hst 0,21tn 0,10tn 0,08tn 0,01tn 0,25tn 1,28 53,22

  

22 Nisbah tajuk akar 28 hst 3,24tn 0,23tn 0,32tn 2,29tn 2,18tn 3,88 51,10

  

23 Nisbah tajuk akar 35 hst 5,81tn 0,65tn 0,08tn 6,52tn 5,93tn 8,72 49,62

  

24 Nisbah tajuk akar 42 hst 1,22tn 1,07tn 7,15tn 1,60tn 6,52tn 2,02 23,36

  

25 Nisbah tajuk akar 49 hst 2,86tn 6,43tn 3,01tn 2,96tn 4,61tn 4,70 35,12

  

26 LPT 21-28 hst 0,43tn 0,32tn 0,60tn 0,25tn 0,13tn 0,24 50,68

  

27 LPT 28-35 hst 1,26tn 0,01tn 0,02tn 0,21tn 0,24tn 0,89 142,84

  

28 LPT 35-42 hst 1,07tn 1,56tn 0,13tn 0,23tn 2,83tn 1,38 57,44

  

29 LPT 42-49 hst 8,57tn 5,67tn 1,16tn 1,76tn 14,72tn 6,99 162,39

  

30 Umur berbunga 1,69tn 0,56tn 1,00tn 0,56tn 0,78tn 1,03 2,22

  

31 Berat tongkol berkelobot 2550,61tn 460,00tn 2740,35tn 225,02tn 8694,27* 1717,58 32,64

  

32 Berat tongkol tanpa kelobot 2470,25tn 892,98tn 2813,60tn 0,53tn 6419,22** 867,93 30,9

Tabel 2. hasil analisis ragam ortogonal polynomial peubah-peubah yang diamati Keterangan: tn : F hitung < F tabel (5%) Tidak berpengaruhnyata LPT : Laju Pertumbuhan Tanaman : F hitung > F tabel (5%) Berpengaruhnyata *

  : F hitung > F tabel (1%) Berpengaruh sangat nyata ** Komponen Pertumbuhan

  Komponen pertumbuhan jagung manis yang diamati terdiri atas tinggi tanaman, luas daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, nisbah tajuk akar, laju pertumbuhan tanaman, dan umur berbunga.

  Tinggi Tanaman

  Hasil pengujian analisis ragam menunjukkan faktor Jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada semua umur pengamatan (tabel 1). Berdasarkan hasil analisis ortogonal polinomial terlihat bahwa tidak ada hubungan linier, kuadratik dan kubik yang nyata antara jarak tanam terhadap tinggi tanaman pada semua umur pengamatan (tabel 2).

  Luas Daun

  Hasil pengujian analisis ragam jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun pada semua umur pengamatan (tabel 1). Berdasarkan hasil analisis ortogonal polinomial terlihat bahwa ada hubungan linier jarak tanam terhadap luas daun umur 49 hst, namun tidak ada hubungan kuadratik dan kubik nyata terhadap luas daun umur 49 hst (tabel 2).

  Berat Basah Tanaman

  Hasil pengujian analisis ragam menunjukkan faktor jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman umur 21 hst, 28 hst, 35 hst, dan 42 hst, namun berpengaruh nyata umur 49 hst (tabel 1). Rata-rata pengaruh jarak terhadap berat basah tanaman umur 49 hst dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

  Jarak tanam (J) Berat basah (g) 49 hst 155,33 a J1 (50 cm x 20 cm) 213,74 b J2 (50 cm x 40 cm) 157,00 a J3 (50 cm x 60 cm)

  Tabel 3. Rata-rata pengaruh jarak terhadap berat basah tanaman umur 49 hst

Keterangan: Nilai rata-rata yang mempunyai huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada

taraf nyata5%.

  Berdasarkan Tabel 3 perlakuan j 2 (50cm x 40cm) berbeda nyata dengan perlakuan j 1 (50cm x 20cm) dan j 3 (50cm x 60cm) dan menunjukkan berat basah tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan j 1 3 1

  (50cm x 20 cm) dan j (50cm x 60cm), sedangkan perlakuan j (50cm x 20cm) tidak

  Juristek, Vol. 5, No. 2, Januari 2017, ISSN 2301-704X, Hal. 169-181

  berbeda nyata dengan perlakuan j 3 (50cm x 60cm). Berdasarkan hasil analisis ortogonal polinomial terlihat bahwa tidak ada hubungan linier, kuadratik, dan kubik yang nyata antara jarak tanam terhadap berat basah tanaman pada semua umur pengamatan (tabel 2).

  Berat Kering Tanaman

  Hasil pengujian analisis ragam menunjukkan faktor jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman umur 21 hst, 28 hst, 35 hst, dan 42 hst, namun berpengaruh nyata umur 49 hst (tabel 2). Rata-rata pengaruh jarak tanam terhadap berat kering tanaman umur 49 hst dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

  Jarak tanam (J) Berat basah (g) 49 hst J 31,95a 1 (50 cm x 20 cm) 50,33b J 2 (50 cm x 40 cm) 31,44a

  J 3 (50 cm x 60 cm) Tabel 4. Rata-rata pengaruh jarak tanam terhadap berat kering tanaman umur 49 hst

Keterangan: Nilai rata-rata yang mempunyai huruf sama (kembar) menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT

pada taraf nyata 5%.

  Berdasarkan Tabel 4, perlakuan j 2 (50cm x 40cm) berbeda nyata dengan perlakuan j 1 (50cm x 20cm) dan j 3 (50cm x 60cm) dan menghasilkan berat kering tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan j (50cm x 20cm) dan j 1 3 (50cm x 60cm), sedangkan perlakuan j 1 (50cm x 20cm) tidak berbeda nyata dengan perlakuan j 3 (50cm x 60cm). Berdasarkan hasil analisis ortogonal polinomial terlihat bahwa tidak ada hubungan linier, kuadratik, dan kubik yang nyata antara jarak tanam terhadap berat kering tanaman pada semua umur pengamatan (tabel 2).

  Nisbah Tajuk Akar

  Hasil pengujian analisis ragam menunjukkan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap nisbah tajuk akar tanaman umur 21 hst, 28 hst, 35 hst, 42 hst, dan 49 hst (tabel 1). Berdasarkan hasil analisis ortogonal polynomial terlihat bahwa tidak ada hubungan linier, kuadratik, dan kubik yang nyata antara jarak tanam terhadap nisbah tajuk akar tanaman pada semua umur pengamatan (tabel 2).

  Laju Pertumbuhan Tanaman

  Hasil pengujian analisis ragam menunjukkan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman dari semua umur pengamatan (tabel 1). Berdasarkan hasil analisis ortogonal polinomial terlihat bahwa tidak ada hubungan linier, kuadratik, dan kubik yang nyata antara jarak tanam terhadap laju pertumbuhan tanaman pada semua umur pengamatan (tabel 2).

  Umur Berbunga

  Hasil pengujian analisis ragam menunjukkan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga (tabel 1). Berdasarkan hasil analisis ortogonal polinomial terlihat bahwa tidak ada hubungan linier, kuadratik dan kubik yang nyata antara jarak tanam terhadap umur berbunga tanaman (tabel 2).

  Hasil Jagung Manis

  Hasil jagung manis yang diamati terdiri atas berat tongkol berkelobot dan berat tongkol tanpa kelobot.

  Berat Tongkol Berkelobot

  Hasil pengujian analisis ragam menunjukkan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap berat tongkol berkelobot (tabel 1). Rata-rata pengaruh jarak tanam terhadap berat tongkol berkelobot dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

  Saprudin: Respon Jarak Tanam..... Jarak tanam (J) Berat tongkol berkelobot (g) J 96,28 a 1 (50 cm x 20 cm) 137,94 b

  J 2 (50 cm x 40 cm) 146,65 a J 3 (50 cm x 60 cm) Tabel 5. Rata-rata pengaruh jarak tanam terhadap berat tongkol berkelobot

  Keterangan: Nilai rata-rata yang mempunyai huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf nyata 5%.

  Pada tabel 5, perlakuan j 3 (50cm x 60cm) tidak berbeda nyata dengan perlakuan j 2 (50cm x 40cm), dan kedua perlakuan tersebut menunjukkan berat tongkol lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan j 1

  (50cm x 20cm). Berdasarkan hasil analisis ortogonal polinomial terlihat bahwa tidak ada hubungan linier, kuadratik, kubik yang nyata antara jarak tanam terhadap berat tongkol berkelobot (tabel 2).

  Berat Tongkol Tanpa Kelobot

  Hasil pengujian analisis ragam menunjukkan faktor jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat tongkol tanpa kelobot (tabel 1). Rata-rata pengaruh jarak tanam terhadap berat tongkol tanpa kelobot dapat dilihat pada tabel 6 berikut:

  Jarak tanam (J) Berat tongkol berkelobot (g) J 69,77 a 1 (50cm x 20cm) 101,21 b J 2 (50cm x 40cm) 114,92 a J 3 (50cm x 60cm) Tabel 6. Rata-rata pengaruh jarak tanam terhadap berat tongkol tanpa kelobot

  Keterangan: Nilai rata-rata yang mempunyai huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf nyata 5%

  Pada Tabel 6, perlakuan j 3 2 (50cm x (50cm x 60cm) tidak berbeda nyata dengan perlakuan j

  40cm) dan kedua perlakuan tersebut menunjukkan berat tongkol lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan j 1 (50cm x 20cm). Berdasarkan hasil analisis ortogonal polinomial terlihat bahwa tidak ada hubungan linier, kuadratik, kubik yang nyata antara jarak tanam terhadap berat tongkol tanpa kelobot

  (tabel 2).

  Korelasi Antar Peubah

  Matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

  Garis Lintang : 02.42. LS D A T A K L I M A T O L OG I Garis Bujur : 111.40. BT BULAN : JANUARI

  • – AGUSTUS 2015 Tinggi diatas Permukaan Laut : 25 M

    Bulan Temperatur ( HUJAN Kelembaban (%) ANGIN (Knot) Ara

    ⁰C)

  h Curah Banyaknya Kecepat Arah Kecepatan Hujan Hari Hujan an Terba Maksimu (dalam mm) Rata- nyak m rata Rata Max Min Rata2 Max Min

  2

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  11

  12

  13 JAN 25,9 32,6 23,2 219,8 29 91,0 100,0 60,0 2,6 W 15 270 PEB 25,9 32,5 22,2 325,8 15 92,0 100,0 66,0 2,8 W 15 270 MAR 26,3 32,2 23,2 263,6 24 92,0 100,0 58,0 1,8 NW 15 330 APR 26,8 32,1 23,4 353,3 18 90,0 100,0 63,0 1,6 NW 12 140 MEI 27,1 32,4 23,6 239,8 17 89,0 100,0 65,0 2,4 E 15 350 JUN 26,7 31,9 23,4 97,5 11 82,5 100,0 65,0 3,8 SE 13 130 JUL 26,6 32,3 22,5 56,4 11 87,0 100,0 62,0 3,4 SE 12 140 AGS 26,2 32,8 21,8

  5 95,0 70,0 76,0 3,8 SE 14 120 12,6

  • SEP - -
Juristek, Vol. 5, No. 2, Januari 2017, ISSN 2301-704X, Hal. 169-181 NOV DES

  • Tabel 7. Data bulanan klimatologi kotawaringin barat 2015 Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kotawaringin Barat, September 2015

  Matrik korelasi antar peubah-peubah terdiri dari komponen pertumbuhan, dan hasil yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Komponen Pertumbuhan a.

  b.

  Luas Daun Umur 49 hst Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2), terlihat bahwa tidak ada korelasi positif maupun negatif nyata antara luas daun umur 49 hst terhadap peubah-peubah yang diamati.

  c.

  Berat Basah Umur 49 hst Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2), terlihat bahwa ada hubungan korelasi positif nyata dan sangat nyata antara berat basah umur 49 hst terhadap berat kering umur 49 hst (0,934**), laju pertumbuhan tanaman 42-49 hst (0,761**), umur berbunga (0,428**).

  d.

  Berat Kering Umur 49 hst Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2), terlihat bahwa ada hubungan korelasi positif nyata dan sangat nyata antara berat kering umur 49 hst terhadap laju pertumbuhan tanaman 42-49 hst (0,865**).

  Tinggi Tanaman Umur 49 hst Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2) terlihat bahwa ada korelasi positif nyata dan sangat nyata antara tinggi tanaman umur 49 hst terhadap berat basah umur 49 hst (0,369*), berat tongkol berkelobot (0,641**), berat tongkol tanpa kelobot (0,687**), dan ada hubungan korelasi negatif nyata terhadap nisbah tajuk akar (-0,331*).

  Nisbah Tajuk Akar Umur 49 hst Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2), terlihat bahwa tidak ada hubungankorelasi positif maupun negatif nyata antara nisbah tajuk akar umur 49 hst terhadap peubah-peubah yang diamati.

  f.

  Laju Pertumbuhan Tanaman Umur 35–42 hst Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2), terlihat bahwa tidak ada hubungan korelasi positif maupun negatif nyata antara laju pertumbuhan tanaman umur 35 –49 hst terhadap peubah-peubah yang diamati.

  g.

  Umur Berbunga Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2), terlihat bahwa ada hubungan korelasi Positif nyata dan sangat nyata antara umur berbunga terhadap berat tongkol berkelobot (0,421dan ada hubungan korelasi negatif nyata terhadap berat tongkol tanpa kelobot (-0,344*),

  Penjelasan mengenai komponen pertumbuhan dapat dilihat dibawah ini.

  Berdasarkan hasil uji analisis ragam faktor tunggal taraf perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman berbagai umur pengamatan. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh selain faktor genetik juga oleh faktor lingkungan tanaman. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah ketersediaan air bagi tanaman, dimana air sebagai kebutuhan tanaman kurang terpenuhi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini disebabkan kondisi kemarau saat penanaman dari bulan juni sampai Oktober 2015, dimana curah hujan yang ada dibawah curah hujan ideal (100-125 mm perbulan) bagi pertumbuhan tanaman jagung manis. Dengan demikian pada saat penelitian berlangsung tanaman dalam kondisi kekurangan air atau cekaman kekeringan, sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tinggi tanaman hasil penelitian masih dibawah deskripsi yang direkomendasikan perusahaan.

  e.

  Saprudin: Respon Jarak Tanam.....

  Menurut Taizdan Zeiger (dalam Sopandie, 2013), Cekaman kekeringan akan menurunkan pertumbuhan dan fotosintesis. McWilliams (dalam Subekti, 2012) mengatakan bahwa, tanaman yang berumur antara 18-50 hari setelah berkecambah masih memasuki fase V3-V5, V11-V18, dimana tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah yang lebih banyak, tanaman tumbuh dengan cepat, akumulasi bahan kering meningkat, dan kebutuhan air sangat tinggi untuk mendukung laju pertumbuhan tanaman. Selanjutnya menurut Hong-Bo (2008), pertumbuhan tanaman akan berkurang karena stress air menekan pertumbuhan sel.

  Berdasarkan hasil uji analisis ragam menunjukkan faktor jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun pada semua umur pengamatan (tabel 1). Hasil analisis ortogonal polinomial terlihat bahwa ada hubungan linier nyata antara jarak tanam terhadap luas daun umur 49 hst, namun tidak ada hubungan kuadratik dan kubik nyata terhadap luas daun umur 49 hst (tabel 2). Tidak berpengaruhnya jarak tanam terhadap luas daun dari berbagai umur pengamatan, hal ini dikarenakan mekanisme respons jagung manis terhadap cekaman kekeringan/ cekaman air, dimana pengaruh yang paling nyata adalah mengecilnya ukuran daun untuk meminimumkan kehilangan air. Kemudian jagung manis pada penelitian ini mengalami penggulungan daun pada waktu menjelang siang hari pukul 09.30 WIB hingga pukul 16.30 WIB, sebagai respon adaptasi terhadap cekaman kekeriangan/ cekaman air.

  Menurut Sopandie (2013), Salah satu adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan mekanisme Dehydration avoidance, dimana kemampuan tanaman untuk memelihara potensial jaringan air tetap tinggi meskipun pada kondisi kurang air salah satunya dengan mengurangi jerapan panas melalui penggulungan atau pelipatan daun dan mengurangi penguapan melalui permukaan daun. Selanjutnya Gardner (1991), menyatakan mekanisme respon tanaman terhadap cekaman kekeringan dengan mengecilnya ukuran daun untuk meminimumkan kehilangan air, di satu pihak untuk mempertahankan kelangsungan hidup tanaman, tetapi dilain pihak mengurangi bobot kering tanaman.

  Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati pada tabel 2, terlihat bahwa tidak ada korelasi positif maupun negatif nyata antara luas daun umur 49 hst terhadap peubah-peubah yang diamati. Pada uji nilai tengah DMRT 5% rata-rata pengaruh jarak tanam terhadap berat basah tanaman 49 hst dan berat kering tanaman 49 hst (Tabel 3 dan 4), perlakuan j 2 (50cm x 40cm) merupakan perlakuan jarak tanam yang terbaik, dimana pada jarak tersebut memiliki berat basah dan berat kering lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan j 1

  (50cm x 20cm) dan j 3 (50cm x 60cm). Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu teknik budidaya tanaman dimana mengatur kepadatan populasi yang berkaitan persaingan antara tanaman baik yang didalam tanah (akar) maupun yang diatas tanah (daun) agar dapat pertumbuhan dan produksi maksimal. Faktor penting yang dapat mengurangi potensi produksi tanaman jagung di Indonesia populasi tanaman yang terlalu tinggi, kopetensi dengan gulma, kekeringan, kekurangan hara, dan intensitas cahaya yang rendah (Koswara, 1988). Menurut Effendi (1985), hasil tanaman jagung juga dipengaruhi oleh jumlah tanaman persatuan luas atau jarak tanam.

  Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh Suprapto (dalam Asro, 2009), menyatakan bahwa jarak tanam yang baik digunakan pada tanaman jagung yaitu 50cm x 40cm dengan 1 tanaman. Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2), terlihat bahwa berat basah tanaman berkorelasi positif dengan tinggi, dimana berat basah dipengaruhi oleh tinggi tanaman. Semakin tinggi tanaman, maka semakin meningkat berat basah tanaman. berkorelasi positif dengan tinggi, dimana berat basah dipengaruhi oleh tinggi tanaman. Semakin tinggi tanaman,maka semakin meningkat berat basah tanaman.

  Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2), terlihat bahwa berat kering tanaman berkorelasi positif dengan berat basah tanaman, dimana berat kering dipengaruhi oleh berat basah tanaman. Semakin tinggi berat basah, maka semakin meningkat berat kering tanaman. Matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2), terlihat bahwa berat kering tanaman berkorelasi positif dengan berat basah tanaman, dimana berat kering dipengaruhi oleh berat basah tanaman. Semakin tinggi berat basah, maka semakin meningkat berat kering tanaman.

  Juristek, Vol. 5, No. 2, Januari 2017, ISSN 2301-704X, Hal. 169-181

  Berdasarkan hasil uji analisis ragam menunjukkan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap nisbah tajuk akar tanaman umur 21 hst, 28 hst, 35 hst, 42 hst, dan 49 hst (tabel 1). Berdasarkan hasil analisis ortogonal polinomial terlihat Bahwa tidak ada hubungan linier, kuadratik, dan kubik yang nyata antara jarak tanam terhadap nisbah tajuk akar tanaman pada semua umur pengamatan (tabel 2). Tidak berpengaruhnya faktor jarak tanam terhadap nisbah tajuk akar dari berbagai umur pengamatan, hal ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan jagung manis terhambat dalam kondisi iklim yang tidak mendukung. Menurut Yoshida dan Hasegawa (dalam Palupi dan Yopy, 2008), Nisbah tajuk akar mengindikasikan kemampuan tanaman menyerap air ketika terjadi cekaman kekeringan. Jika matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati, terlihat bahwa tidak ada hubungan korelasi positif maupun negatif nyata antara nisbah tajuk akar umur 49 hst terhadap peubah- peubah yang diamati.

  Hasil uji analisis ragam jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman. Berkaitan perlakuan jarak tanam rapat dalam umur 35-42 hst persaingan diatas dan dibawah tanah bagi tanaman (cahaya dan hara) dimana akar mulai memanjang dan daun mulai menutup tajuk. Pada perlakuan jarak tanam j 2 (50cm x 40cm) diduga mampu mempertahankan suhu ideal bagi perkembangan iklim mikro disekitar tajuk tanaman, sehingga laju pertumbuhan tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Perlakuan jarak tanam j 1 (50cm x 20cm) diduga tajuk tanaman terlalu rapat, terjadi persaingan unsur hara yang tidak seimbang antara tanaman, sehingga laju pertumbuhan kurang optimal. Sedangkan perlakuan jarak tanam j 3 (50cm x 60cm), diduga terlalu renggang dimana unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak tersedia dengan cepat. Sehingga perlakuan jarak tanam j 2 (50cm x 40cm) adalah jarak tanam yang optimum untuk pertumbuhan tanaman.

  Nunes dan Kamprath (1969), menyatakan bahwa tinggi tanaman, jumlah tongkol, kerusakan batang akan bertambah dengan meningkatnya populasi. Hal ini disebabkan terjadinya saling menaungi diantara tanaman pada populasi tinggi dapat mengakibatkan pertumbuhan lebih cepat, tanaman lebih lemah dan meningkatnya kerusakan batang. Menurut Dad Resiworo (1992), untuk memperoleh hasil yang maksimum dibutuhkan jarak tanam yang optimum meningkatnya populasi. Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2), terlihat bahwa ada hubungan korelasi positif nyata antara laju pertumbuhan tanaman dengan berat basah tanaman, dimana meningkatnya berat basah dan berat kering, berpengaruh terhadap meningkatnya laju pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil uji analisis ragam menunjukkan faktor jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga (tabel 1). Berdasarkan hasil analisis ortogonal polinomial terlihat bahwa tidak ada hubungan linier, kuadratik dan kubik yang nyata antara jarak tanam terhadap umur berbunga tanaman (tabel 2).

  Berdasarkan matrik korelasi antar peubah-peubah yang diamati (tabel 2), terlihat bahwa ada hubungan korelasi positif nyata dan sangat nyata antara umur berbunga terhadap berat tongkol berkelobot (0,421*). Uji DMRT 5% dari rata-rata pengaruh jarak tanam terhadap berat tongkol berkelobot dan berat tongkol tanpa kelobot (Tabel 5 dan 6), yaitu perlakuan j 2 (50cm x 40 cm) dan j 3

  (50cm x 60cm ) masing-masing pengamatan menunjukkan nilai rata-rata yang lebih tinggi dari pada perlakuan jarak tanam J 1 (50cm x 20cm), dan kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu teknik budidaya tanaman dimana mengatur kepadatan populasi yang berkaitan persaingan antara tanaman baik yang di dalam tanah (akar) maupun yang di atas tanah (daun) agar dapat pertumbuhan dan produksi maksimal. Faktor penting yang dapat mengurangi potensi produksi tanaman jagung di Indonesia populasi tanaman yang terlalu tinggi, kompetensi dengan gulma, kekeringan, kekurangan hara, dan intensitas cahaya yang rendah (Koswara,1988). Menurut Effendi (1985), hasil tanaman jagung juga dipengaruhi oleh jumlah tanaman persatuan luas atau jarak tanam.

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam j 2 (50cm x 40cm) dan j 3 (50cm x 60cm) dianggap mampu mendukung pertumbuhandan hasil jagung manis, hal ini diduga pada jarak tanam tersebut keperluan tanaman terhadap air dan unsur hara cukup tersedia untuk mendukung pertumbuhan dan hasil jagung manis, sedangkan pada perlakuan jarak tanam J 1 (50cm x 20cm) yang memperlihatkan populasi tanaman yang padat, hasil justru menurun. Hal ini sejalan pendapat Whigham dan Wooly (dalam Frizia, 1993), menyatakan bahwa kenaikan populasi tanaman akan diikuti penurunan bobot tongkol secara linier dan penurunan hasil setiap individu tanaman.

  Saprudin: Respon Jarak Tanam.....

  Suprapto (dalam Asro, 2009) menyatakan bahwa jarak tanam yang baik digunakan pada tanaman jagung yaitu 50cm x 40cm dengan1tanaman.

  Selanjutnya Maya dewi (2007), menambahkan, bahwa perlakuan jaraktanam 50 cm x 40 cm yang dikombinasikan Pemberian pupuk kandang ayam pada tanaman jagung menghasilkan berat tongkol berkelobot tertinggi yaitu sebesar 258,78g dan berat tongkol tanpa kelobot tertinggi

  ¯ ¹

  yaitu154,44g, tongkol layak jual tertinggi yaitu 11,576 t ha , serta mampu menekan pertumbuhan gulma. Apabila hasil berat tongkol berkelobot dari kedua perlakuan tersebut dikonversi ke ton h¯ ¹, maka diperoleh angka produksi 4,89 ton ha ¯ ¹ dan 6,44 ton ha¯ ¹. Namun demikian hasil jagung manis dari penelitian masih dibawah deskripsi jagung manis yang direkomendasikan oleh perusahaan. Hasil penelitian masih dibawah desksripsi jagung manis yang direkomendasikan perusahaan, hal ini disebabkan faktor iklim yaitu curah hujan saat penelitian berlangsung tidak mendukung untuk pertumbuhan dan hasil jagung manis yang optimal.

  Pada masa pertumbuhan generatif tanaman, curah hujan berkisar antara 4,5 mm

  • – 0,73 mm dan pada 10 hari pertama di bulan Agustus tidak ada hujan sama sekali. Kondisi curah hujan pada masa pertumbuhan generatif tanaman dibawah kondisi curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis. Dengan demikian kondisi tanaman pada saat penelitian berlangsung dalam keadaan kurang cukup air/ cekaman air untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Muhadjir (1998), curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung manis adalah 100-125mm setiap bulan dengan distribusi yang merata. Pada masa pertumbuhan awal generatif ini tanaman tumbuh cepat dan akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula. Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi untuk mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan dan kekurangan hara. Mc Williams (dalam Subekti, 2012), pada fase V11–Vn kekeringan dan kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol karena mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil.

  Menurut Islami dan Utomo (1995), hasil panen dapat sangat menurun pada kekeringan sedang karena cekaman air menurunkan aktifitas fotosintesis melalui 3 mekanisme, yaitu 1). Luas permukaan fotosintesis, 2). Menutupnya stomata, 3). Berkurangnya aktifitas protoplasma yang telah mengalami dehidrasi. Muhadjir (1998), faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi produksi jagung manis adalah jumlah dan distribusi curah hujan karena dapat mempengaruhi aktivitas vegetatif dan hasil tanaman. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 24

  ⁰C–30⁰C (Rukmana, 1997), sedangkan suhu lingkungan selama penelitian berdasarkan data Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun

  • – BMKG berkisar antara 26,84⁰C-25,27⁰C, dimana suhu lingkungan masih mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis. Menurut Rukmana (1997), pH tanah untuk pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 5,6
  • –7,5 sedangkan dilokasi penelitian pH tanah sekitar 6,04 juga masih mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis. Oleh karena itu yang sangat berpengaruh dan menjadi factor pembatas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis selama penelitian ini adalah faktor ketersediaan air yang cukup untuk pertumbuhan dan hasil tanaman, dimana curah hujan selama penelitian dibawah curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung manis, sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis masih dibawah deskripsi yang direkomensikan perusahaan.