NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI RELIGIUS)

SKRIPSI

Oleh : KURNIA PUTRI PERMATASARI K1208029 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI RELIGIUS)

Oleh: KURNIA PUTRI PERMATASARI K1208029 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

commit to user

commit to user

ABSTRAK

Kurnia Putri Permatasari. K1208029. NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (Tinjauan Psikologi Sastra dan Nilai

Religius). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2012.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) struktur yang membangun novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, (2) aspek psikologi sastra yang terdapat dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, dan (3) nilai religius yang terkandung dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy melalui pendekatan psikologi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra. Bentuk penelitiannya adalah kualitatif deskriptif yaitu data yang dikumpulkan akan berujud kata-kata dalam kalimat yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka atau jumlah yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang menjadi masalah, menganalisisnya, dan menafsirkan data yang ada. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu melakukan pengambilan data baik dengan wawancara. Sumber data yang digunakan, yaitu: (1) dokumen; (2) informan. Teknik pengumpulan data yang diterapkan, yaitu: (1) membaca novel berulang-ulang; (2) melakukan studi pustaka; (3) mencatat kalimat yang dianggap penting; dan (4) wawancara dengan orang yang ahli di bidangnya. Uji validitas yang dilakukan dengan cara menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran dengan cara memperoleh data tersebut dari pihak atau sumber berbeda, dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teori dan sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analsis mengalir (flow model of analysis) yang bergerak dalam tiga komponen reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) struktur novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy meliputi tema tentang

commit to user

disampaikan meliputi tokoh utama, tambahan, antagonis dan protagonis, alur campuran, sudut pandang orang ketiga, bahasa yang digunakan halus dan santun dan latarnya meliputi latar tempat, waktu dan sosial. (2) aspek psikologi sastra yang terdapat dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. (3) nilai- nilai religius yang terkandung dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, nilai yang tercurah hanya kepada Allah SWT.

Kata kunci: novel Bumi Cinta, psikologi sastra dan nilai religius

commit to user

MOTTO

“Bukan suka cita dan bukan pula duka cita yang menjadi tujuan hidup kita, tetapi berbuat dan berjuang agar kita setiap hari lebih maju daripada hari-hari sebelumnya. ” (Henry Wadsworth Longfellow)

“Jangan mudah menyerah, sebab hidup adalah perjuangan untuk meraih hal yang lebih baik. Jalani hidup dengan apa adanya dan berusahalah untuk mencapai

tujuan. Kerja keras, usaha dan doa kunci utama dalam mencapai kesuksesan.” (Penulis)

commit to user

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini sebagai wujud syukur, cinta, bakti, dan terima kasihku untuk:

1. Alm. Bapak (Sutarno) yang selalu menjadi semangatku, motivasiku dan mendukungku semasa hidup beliau.

2. Ibuku (Titik Sariningsih) dan Adikku (Muh. Yanuar Bintang F.) yang telah memotivasi dan memberikan dukungan sepenuhnya untukku.

3. Edo Feri Prabangka, kekasihku yang selalu

memberikan

kasih sayang, dukungan dan semangat untukku.

4. Sahabat-sahabatku tersayang (Lolipop Gank): Cicik, Ari, Ena, Armin, Dian, Alvi, Ana, Antik, dan Evi yang telah banyak

memberi

keceriaan dan persahabatan yang indah padaku.

5. Seluruh keluarga besarku yang aku sayangi.

6. Teman-teman Bastind angkatan 2008.

7. Almamater.

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat dan hidayah –Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret .

Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang turut membantu, terutama kepada.

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk penyusunan skripsi ini;

2. Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk penyusunan skripsi ini;

3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S, M. Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk penyusunan skripsi ini;

4. Drs. Purwadi dan Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, pengarahan dan motivasi serta izin untuk penyusunan skripsi ini;

5. Dr. Andayani, M. Pd., selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatiannya dan telah membimbing penulis dalam menyelesaikan studi;

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang secara tulus memberikan ilmunya kepada peneliti;

commit to user

commit to user

DAFTAR TABEL HALAMAN

Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .................................................

45

commit to user

DAFTAR GAMBAR HALAMAN

Gambar 1. Kerangka Berpikir ..........................................................................

44

Gambar 2. Skema Analisis Mengalir ............................................................... 48

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN HALAMAN

Lampiran 1 Sinopsis Novel Bumi Cinta ........................................................ 174 Lampiran 2 Riwayat Hidup Pengarang .......................................................... 178 Lampiran 3 Pedoman Pertanyaan Wawancara dengan Sastrawan ................. 183 Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Sastrawan .......................................... 184 Lampiran 5 Pedoman Pertanyaan Wawancara dengan Pembaca ................... 188 Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Pembaca 1 ......................................... 189 Lampiran 7 Hasil Wawancara dengan Pembaca 2 ......................................... 192 Lampiran 8 Pedoman Pertanyaan Wawancara dengan Guru ......................... 194 Lampiran 9 Hasil Wawancara dengan Guru .................................................. 195 Lampiran 10 Pedoman Wawancara dengan Siswa .......................................... 198 Lampiran 11 Hasil Wawancara dengan Siswa ................................................. 199 Lampiran 12 Permohonan Izin Menyusun Skripsi ........................................... 202 Lampiran 13 Izin Penyusunan Skripsi / Makalah ............................................ 203

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Sebagai seni kreatif yang berobjek manusia dan segala macam segi kehidupan, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori atau sistem berpikir manusia, melainkan sastra harus pula mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan manusia (Atar Semi, 1993: 8).

Pada perkembangan zaman sekarang ini, karya sastra menjadi salah satu perbincangan yang tidak kalah untuk dibicarakan dan diulas lebih dalam. Karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi pada dirinya. Karena itu, karya sastra memiliki dunia yang merupakan hasil dari pengamatan sastrawan terhadap kehidupan yang diciptakan oleh sastrawan baik berupa novel, puisi, maupun drama yang berguna untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Karya sastra merupakan tanggapan penciptanya (pengarang) terhadap dunia (realita sosial) yang dihadapinya. Sastra berisi pengalaman-pengalaman subjektif penciptanya, pengalaman kelompok masyarakat (fakta sosial). Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial, sastra yang ditulis oleh pengarang pada suatu kurun waktu tertentu, pada umumnya berkaitan langsung dengan norma-norma dan adat-istiadat zaman itu. Sastra yang baik tidak hanya merekam dan melukiskan kenyataan yang ada dalam masyarakat, tetapi merekam dan melukiskan kenyataan secara keseluruhan. Aspek terpenting dalam kenyataan yang perlu dilukiskan oleh pengarang yang dituangkan dalam karya sastra adalah

commit to user

kenyataan dalam keseluruhan tidak dapat mengabaikan begitu saja masalah tersebut. Karya sastra pun dapat berfungsi sebagai media pemahaman budaya suatu bangsa (Luxemburg dalam Sangidu, 2004: 41).

Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra juga menggambarkan kejiwaan manusia, walaupun pengarang hanya menampilkan tokoh itu secara fiksi (Teguh Wirwan, 2009: 2).

Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (dalam Teguh Wirwan, 2009: 2) sebagai hasil imajinatif, karya sastra berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, dan berguna menambah pengalaman batin bagi pembacanya. Membicarakan sastra yang bersifat imajinatif, berhadapan dengan tiga jenis genre sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks naratif, atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini adalah cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan karena fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah.

Karya sastra pada umumnya adalah imajinatif, artinya metode yang digunakan untuk menciptakannya dengan imajinasi (hasil fantasi) penciptanya. Hal ini berarti bahwa karya sastra tidak diperoleh melalui penelitian, pengamatan, atau pengalaman empirik, namun melalui pengalaman batin ketika seorang pencipta memiliki suasana hati yang luar biasa (Herman J. Waluyo, 2008: 1).

Fungsi karya sastra sendiri menurut Horasius (dalam Herman J. Wal uyo, 2008: 1) adalah “dulce” dan “utile” atau menghibur dan memiliki kemanfaatan bagi pembaca dan penikmatnya. Menghibur karena mementingkan keindahan, sedangkan kemanfaatan karena karya sastra dicipta melalui renungan yang sungguh-sungguh dari penciptaan sehingga pesan yang disampaikan berguna untuk kebaikan manusia sebagai pembaca atau penikmat.

Karya sastra Indonesia adalah segenap cipta rasa yang ditulis dalam bahasa Indonesia, disertai dengan adanya nafas dan ruh keindonesiaan, serta mengandung aspirasi dan kultur Indonesia (Yant Mujiyanto dan Amir Fuady, 2008 : 1).

commit to user

hal-hal yang melingkupinya, yaitu masyarakat yang ada di sekitarnya. Manusia adalah sumber inspirasi sastrawan yang tidak pernah kering. Berkaitan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk ber- Tuhan. Keterkaitan antara sastra dan kehidupan manusia yang demikian erat memberi petunjuk bahwa karya sastra diciptakan untuk memberi sesuatu kepada para pembaca (Indah Kusumaningtyas, 2002 : 1).

Sebagai salah satu bentuk karya sastra, novel berasal dari imajinasi serta kreativitas pengarang dalam merespon dan menanggapi persoalan-persoalan yang ada di lingkungannya. Dalam novel, dapat dicermati berbagai hal yang menyangkut hubungan manusia dengan alam semesta, dengan penciptanya, dan antarmanusia. Sebagai sebuah alternatif, novel memberi ruang lapang pada pengarang untuk membangun sebuah bangunan penceritaan yang menyeluruh, sehingga misi pengarang dapat tersampaikan secara optimal.

Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter, sehingga karya sastra juga menggambarkan tentang kejiwaan manusia, walaupun pengarang hanyalah menampilkan tokoh itu secara fiktif ( Karnia ).

Hubungan antara sastra dengan psikologi adalah, di satu pihak karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas dan ekspresi manusia. Di pihak lain, psikologi sendiri dapat membantu pengarang dalam mengentalkan kepekaan dan memberi kesempatan untuk menjajaki pola-pola yang belum terjamah sebelumnya, sehingga hasilnya merupakan kebenaran yang mempunyai nilai-nilai artistik yang dapat menambah koherensi dan kompleksitas karya sastra tersebut (Wellek dan Warren, 1989: 108).

Karya sastra bentuk fiksi seperti novel memiliki beragam cerita dan tujuan pada ceritanya, dan yang menonjol pada suatu cerita di novel adalah nilai-nilai yang terkadung di dalamnya, seperti nilai religius. Novel yang baik adalah novel yang bisa membuat pembacanya ikut merasakan berada dalam cerita dan bisa larut dalam kisah yang diceritakan. Salah satu novel yang memiliki nilai religius yang tinggi adalah novel-novel karya Habiburrahman El Shirazy. Banyak pula novel

commit to user

cerita dengan nilai religius yang tinggi dan mendalam. Novel-novel karya Habiburrahman El Shirazy mempunyai beberapa sisi kelebihan dari novel yang lainnya, yaitu merupakan novel remaja Islami. Novel remaja Islami adalah novel yang segmen pembacanya remaja dan di dalamnya terkandung nilai-nilai yang Islami. Nilai-nilai Islami merupakan nilai religius yang memiliki unsur keagamaan. Nilai religius tersebut mengarah pada cara pandang pembaca pada nilai yang tercermin lewat perilaku dan penampilan- penampilan tokohnya, seperti cara bergaul, berpakaian, berpacaran, dan sebagainya. Dalam hal ini tokoh yang diceritakan dalam karya sastra juga dihadapkan pada konflik kehidupan, sehingga analisis dengan menggunakan pendekatan psikologi dapat digunakan untuk membedah kejiwaan dalam suatu karya sastra.

Cerita pada novel karya Habiburrahman ini banyak mengangkat kisah percintaan islami dan kehidupan sehari-hari yang islami. Seperti dalam novel yang berjud ul “ Bumi Cinta”. Novel itu adalah novel karya Habiburrahman yang berkisah mengenai kehidupan mahasiswa Indonesia yang mempertahankan imannya sebagai pemuda muslim di tengah kehidupan Negara Rusia yang bebas. Novel tersebut memiliki banyak kelebihan dalam ceritanya maupun dari segi nilai-nilai religiusnya. Novel “Bumi Cinta” ini menyajikan bobot nilai yang tinggi dan mengandung nilai religius pembangun jiwa. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti mengenai nilai religius pada novel tersebut dan mengambil kelebihan dari novel tersebut. Analisis pada nilai religius ini disajikan untuk mengetahui unsur-unsur islami yang terkandung dalam novel tersebut.

Dalam kesempatan ini, penulis meneliti novel karya Habiburrahman El Shirazy yaitu novel “Bumi Cinta”. Novel Bumi Cinta merupakan novel yang

menarik untuk diteliti karena merupakan novel psikologis dan religius yang penuh lika-liku parjalanan hidup dan konflik batin tokoh-tokohnya. Di dalam novel tersebut digambarkan secara jelas permasalahan yang menimbulkan konflik batin para tokohnya. Dijelaskan pula keimanan (religius) para tokoh dalam menghadapi permasalahan hidup.

commit to user

agama, khususnya agama Islam. Novel ini secara langsung tidak kehilangan aktualitasnya dan sangat relevan dengan kondisi masyarakat yang semakin tidak religius. Permasalahan yang diangkat dalam novel tersebut adalah peningkatan nilai religius seseorang setelah ia memeluk suatu agama (dalam hal ini Islam) dengan penuh keyakinan.

Novel Bumi Cinta menceritakan tentang lika-liku kehidupan seseorang yang berada di sebuah negara yang syarat dengan kebebasan hidup, dan mengenai pergolakan batin pada setiap tokoh yang digambarkan secara jelas dalam novel ini.

Untuk mengetahui semua lebih lanjut tentang kejiwaan tokoh-tokohnya serta nilai religius yang ditampilkan, penulis akan melakukan penelitian lebih lanjut terhadap novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Penulis menempatkan karya tersebut pada posisi penting, karena religius yang ditampilkan mengingatkan kita agar senantiasa menjadi manusia yang lebih religius, karena novel tersebut sarat dengan nilai-nilai agama Islam yang bisa dijadikan teladan bagi kita yang beragama sama.

Pemilihan novel Bumi Cinta sebagai bahan kajian, dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk memahami nilai religius yang terkandung dalam novel Bumi Cinta sebagai bagian masalah yang diangkat pengarang melalui karyanya. Bumi Cinta adalah sebuah novel karya Habiburrahman El Shirazy yang diterbitkan oleh Ihwah pada tahun 2010. Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang mahasiswa Indonesia yang tinggal di Moskwa, Rusia yang merupakan Negara bebas yakni, kehidupan yang bebas seperti freesex dan sebagainya.

Novel Bumi Cinta memiliki banyak keunggulan antara lain, gaya bahasa yang dibuat pengarang sangat mudah dipahami. Amanat yang disampaikan pun mudah terserap, karena kecerdasan pengarang yang menuangkan karya dengan membangun jiwa para pembaca agar memiliki bekal kunci kemenangan orang- orang yang beriman, saat musuh besar, terutama musuh yang dapat meluluhlantakkan keimanan orang-orang yang beriman. Hal ini semua pengarang tuangkan melalui tokoh utama novel tersebut. Di samping itu banyak pengenalan

commit to user

bahasa Rusia, keindahan alam dan bangunan, kebiasaan perilaku sampai sedikit informasi mengenai mafia di Rusia. Kelebihan novel ini terletak pada jalinan cerita yang mampu memberikan inspirasi dan motivasi pada pembaca untuk selalu berjuang menggapai cita-cita, meskipun dalam keadaan yang terbatas dan sederhana (artikel Shelly).

Religius yang dimaksud adalah aspek yang ada di lubuk hati, riak getaran nurani pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi, lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, dan resmi.

Pendekatan psikologi sastra dipilih berdasarkan kesesuaian antara teknik analisis dengan objek yang dianalisis. Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra. Analisis struktural sastra disebut juga pendekatan objektif dan menganalisis unsur intrinsiknya. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur pembentuknya.

Dalam novel Bumi Cinta diceritakan tokoh Ayyas yang mempunyai keteguhan iman dan memiliki kemandirian yang besar sebagai seorang musafir yang berada di kota Moskwa, Rusia. Negara Rusia merupakan Negara yang bebas dalam kehidupannya dan di novel ini Ayyas seorang mahasiswa dari Indonesia mempunyai kepribadian dan keimanan yang kuat.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini penulis mengambil judul

Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy (Tinjauan Psikologi Sastra dan Nilai Religius).

B. Rumusan Masalah

Sesuai uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimanakah struktur yang membangun novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy?

commit to user

karya Habiburrahman El Shirazy?

3. Bagaimanakah nilai-nilai religius yang terkandung dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy ditinjau dengan tinjauan psikologi sastra?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang baik haruslah memiliki tujuan yang baik dan jelas serta memiliki arah dan tujuan yang tepat. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.

2. Mendeskripsikan aspek psikologi sastra yang terdapat dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.

3. Mendeskripsikan nilai-nilai religius yang terkandung dalam novel Bumi Cinta

karya Habiburrahman El Shirazy melalui pendekatan psikologi.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan akademis maupun praktis. Adapun manfaat dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Menambah khazanah penelitian sastra Indonesia, khususnya penelitian novel islami sehingga bermanfaat bagi perkembangan karya sastra Indonesia.

b. Menjadi titik tolak untuk memahami dan mendalami karya sastra pada umumnya dan karya sastra novel-novel Karya Habiburrahman El Shirazy.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pengarang, penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya sastra yang lebih baik lagi.

b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah wawasan dan minat pembaca dalam mengapresiasi karya sastra.

commit to user

referensi dalam melakukan penelitian-penelitian baru dan bermanfaat.

d. Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia, penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran sastra di sekolah, khususnya tentang apresiasi novel.

commit to user

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Novel

Dalam dunia sastra, istilah novel sudah tidak asing lagi. Novel merupakan salah satu genre karya sastra yang berbentuk prosa. Henry Guntur Tarigan menyebutkan bahwa kata “novel” berasal dari novellus yang berarti “baru”. Jadi, sebenarnya memang novel adalah bentuk karya sastra fiksi yang paling baru. Menurut Robert Lindell, karya sastra yang berupa novel, pertama kali lahir di Inggris dengan judul Pamella yang terbit pada tahun 1740 (Henry Guntur Tarigan, 1993 : 164).

Burhan Nurgiyantoro (2005: 9) mengungkapkan bahwa sebutan novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Itali, yaitu novella (yang dalam bahasa Jerman disebut novelle). Secara harfiah, novella berarti sebuah barang baru yang kecil. Lebih lanjut novel diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Dalam hal ini, yang dimaksud cerita pendek bukanlah cerita pendek yang selama ini dikenal dalam dunia sastra Indonesia. Dari segi panjang cerita, novel jauh lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.

Selain itu, Burhan Nurgiyantoro (2005: 4) juga mengungkapkan bahwa novel sabagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga bersifat imajiner.

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak.

commit to user

peristiwa yang saling berhubungan satu sama lain dengan melibatkan sekelompok atau sejumlah orang (tokoh, karakter) di dalam latar yang spesifik. Dalam konteks itu, fiksi dapat diartikan sebagai cerita rekaan yang hanya berdasarkan atas rekaan atau imajinasi.

Berkaitan dengan novel sebagai karya yang fiksional, Burhan Nurgiyantoro (2005: 2) menyatakan bahwa novel bersinonim dengan fiksi sehingga pengertian fiksi juga dapat digunakan untuk mendefinisikan istilah novel. Fiksi merupakan suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada, dan tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya dalam dunia nyata.

Virginia Wolf (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 164) menyatakan bahwa sebuah roman atau novel ialah sebuah eksploitasi atau suatu kronik penghidupan, merenungkan, dan melukiskan dalam bentuk yang tertentu, pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran atau tercapainya gerak-gerik manusia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2003: 694) dijelaskan bahwa novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 9) novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.

Artikel Wikipedia Bahasa Indonesia menjabarkan pengertian novel oleh para ahli. Rostamaji dan Agus Priantoro berpendapat bahwa novel adalah karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra. Menurut Jakob Sumardjo (dalam artikel Wikipedia) novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat.

H.B. Jassin (dalam artikel Teguh Wirwan) menyebutkan bahwa “novel

commit to user

yang luar biasa dari kehidupan orang-orang. Atar Semi (1993: 32) berpendapat bahwa ada yang membedakan antara novel dan roman, yaitu novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas, sedangkan roman dikatakan sebagai menggambarkan kronik kehidupan yang lebih luas yang biasanya melukiskan peristiwa dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan meninggal dunia. Dalam perkembangannya kemudian, novel dapat dikatakan sama dengan roman. Dalam novel, penggambaran kehidupan para tokoh sering diungkapkan secara mendalam, sehingga istilah novel tidak dapat dibedakan dengan roman.

Selanjutnya dalam “The American College Dictionary” dapat kita jumpai keterangan, “novel adalah suatu cerita prosa fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang respresentatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut ” (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 164).

Dalam “The Advanced Learner’s Dictionary of Current English” dapat pula kita peroleh keterangan yang mengatakan, “novel adalah suatu cerita dengan

suatu alur, cukup panjang mengisi satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif” (dalam Henry Guntur Tarigan,

1993: 164). Novel bersifat realistis. Novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi. Novel lebih mengacu pada realistas yang lebih tinggi dan psikologi yang lebih mendalam dan novel lebih mencerminkan gambaran tokoh nyata, tokoh yang berangkat dari realitas sosial (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 15).

Menurut H.B. Jassin (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 16) novel merupakan suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang, dan lebih mengenai suatu episode.

Menurut Henry Guntur Tarigan (1993: 165), jika ditinjau dari segi jumlah kata, biasanya novel mengandung kata-kata yang berkisar antara 35.000 buah

commit to user

halaman dan rata-rata waktu yang dipergunakan untuk membaca novel minimal 2 jam.

Burhan Nurgiyantoro (2005: 4) yang menyebutkan bahwa novel sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia. Dunia yang berisi model kehidupan yang ideal. Dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya saja bersifat imajinatif. Dalam novel karya fiksi dibangun oleh beberapa unsur pembentuknya mulai dari penokohan, alur, tema, amanat, serta bahasa. Jadi, dari segala unsur pembangun novel terjadi keterjalinan unsur intrinsiknya.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa novel merupakan salah satu wujud cerita rekaan yang mengisahkan salah satu bagian nyata dari kehidupan orang-orang dengan segala pergolakan jiwanya dan melahirkan suatu konflik yang pada akhirnya dapat mengalihkan jalan kehidupan mereka atau nasib hidup mereka. Novel sebagai karya fiksi dibangun melalui unsur intrinsiknya seperti beberapa macam unsur antara lain penokohan, alur, tema, amanat, serta bahasa. Dengan demikian hakikat novel adalah suatu cerita yang menggambarkan pengalaman dan pemikiran manusia sebagai tanggapan dan menyikapi kehidupan atau realitas yang melingkupi diri seorang pengarang yang diuraikan bersama daya kreatif, imajinatif, dan interpretasi.

Fungsi Novel

Fungsi novel pada dasarnya yaitu untuk menghibur para pembaca. Novel pada hakikatnya adalah cerita dan karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan untuk memberikan hiburan kepada pembaca. Sebagaimana yang dikatakan Rene

Wellek dan Austin Warren (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 3) membaca

sebuah karya fiksi adalah menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin.

Sebagai sebuah hasil cipta, novel memiliki fungsi yang mendorong manusia untuk selalu mencipta dan mengembangkannya. Pada hakikatnya, novel

commit to user

hiburan kepada pembaca. Secara ringkas, Jakob Sumardjo dan Saini KM (dalam artikel Teguh Wirwan) meng uraikan fungsi novel yang sifatnya esensial. Fungsi tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Karya sastra (novel) dapat memberikan kepada kita penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui. Pengetahuan yang kita peroleh bersifat penalaran, tetapi pengetahuan itu menjadi hidup dalam sastra.

b. Membaca karya sastra (novel) dapat menolong pembacanya menjadi orang yang berbudaya. Manusia berbudaya adalah manusia yang responsive terhadap apa-apa yang luhur dalam hidup ini. Manusia demikian itu selalu mencari nilai-nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan. Salah satu cara memperoleh nilai-nilai itu adalah lewat pergaulan dengan karya-karya seni termasuk karya sastra. Kebiasaan dan kecintaan untuk bergaul dengan karya seni dan sastra bagi manusia berbudaya akan membentuk dirinya menjadi manusia yang berpikir, berperasaan luhur dan mulia karena karya tersebut memberikan pemikiran dan perasaan seperti itu.

c. Karya sastra (novel) adalah karya seni, indah, dan memenuhi kebutuhan manusia terhadap naluri keindahannya. Kebutuhan terhadap keindahan adalah kodrat manusia. Seni pada umumnya dan sastra pada khususnya adalah karya kebudayaan yang diciptakan manusia dan diperlukan manusia. Kebutuhan manusia yang bersifat jasmaniah dipenuhi oleh ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi. Kebutuhan spiritualnya dipenuhi oleh agama dan seni.

d. Karya sastra (novel) memberi kesadaran kepada pembacanya tentang kebenaran-kebenaran hidup ini. Darinya kita dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang manusia, dunia dan kehidupan.

e. Karya sastra (novel) memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan spiritual.

commit to user

kebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia ada. Rene Wellek dan Austin Warren (1989: 300) berpendapat, karya sastra

(dalam hal ini novel), mempunyai fungsi dulce et utile, menyenangkan dan berguna. Menyenangkan karena sastra yang berangkat dari imajinasi serta ide kreatif pengarang dapat memberikan kekayaan batin dan pembersihan jiwa kepada pembacanya. Sastra berbicara tentang kehidupan, sehingga dalam sastra terdapat makna tertentu tentang kehidupan yang isinya perlu dicerna secara mendalam oleh pembaca. Berguna karena sastra memberikan pengetahuan dan pengajaran tentang kesusilaan sebagai pengisi waktu dan pengembang serta pemerkaya pandangan hidup.

2. Hakikat Pendekatan Sruktural

Pendekatan yang bertolak dari dalam karya sastra itu disebut pendekatan objektif. Analisis struktural adalah bagian yang terpenting dalam merebut makna di dalam karya sastra itu sendiri. Karya sastra mempunyai sebuah sistem yang terdiri atas unsur yang saling berhubungan. Untuk mengetahui kaitan antarunsur dalam karya sastra itu sangat tepat jika penelaahan teks sastra diawali dengan pendekatan struktural.

Karya sastra merupakan unsur yang sangat kompleks. Karena itu, untuk memahami karya sastra diperlukan sebuah analisis sastra. Menganalisis sastra adalah usaha menangkap makna dan memberi makna kepada teks karya sastra. Analisis struktural merupakan langkah pertama sebelum menganalisis unsur-unsur lain dalam sebuah karya sastra.

Pendekatan struktural merupakan pendekatan awal dalam penelitian sastra. Dresden berpendapat bahwa setiap penelitian sastra, analisis struktural karya sastra yang ingin diteliti dari segi mana pun juga merupakan tugas prioritas pekerjaan pendahuluan, sebab sastra sebagai dunia dalam kata mempunyai kebulatan intrinsik yang dapat digali dari karya itu sendiri (dalam A.A. Teeuw, 1985: 61).

commit to user

atau bangunan. Strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur yang membentuk karya sastra. Menurut Rachmat Djoko Pradopo (2002: 21) metode struktural merupakan metode penelitian kritik objektif. Menurut Scholes (dalam Rachmat Djoko Pradopo, dkk., 2001: 21) strukturalisme adalah suatu cara mencari realitas dalam hal-hal (benda-benda) yang berjalinan antara sesamanya, bukan dalam hal-hal yang bersifat individu.

Burhan Nurgiyantoro (2005: 26) juga mengemukakan bahwa pengertian struktur ada dua macam. Pengertian pertama adalah struktur karya sastra yang diartika sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya, yang secara bersama-sama membentuk kebulatan yang indah. Pengertian kedua adalah struktur karya sastra mengarah pada pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, dan saling mempengaruhi yang secara bersama-sama membentuk satu kesatuan utuh.

Sangidu (2004: 16) berpendapat bahwa sebuah struktur karya sastra harus dilihat sebagai totalitas karena sebuah struktur terbentuk dari serangkaian unsur- unsurnya. Unsur-unsur itu harus tunduk pada kaidah-kaidah yang mencirikan sebagai suatu sistem. Langkah awal dalam sebuah penelitian karya sastra adalah dengan menggunakan analisis struktural. Analisis struktural dapat dikatakan juga sebagai langkah awal dalam melakukan penelitian sastra. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 37), analisis karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik yang bersangkutan. Beberapa hal yang diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, tokoh dan penokohan, alur (plot), latar (setting), sudut pandang, dan lain-lain. Setelah kegiatan identifkasi dan deskripsi dilakukan kemudian dijelaskan bagaimana fungsi tiap-tiap unsur itu dalam menunjang makna keseluruhan dan bagaimana hubungan antarunsur itu secara bersama-sama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu.

Robert Stanton (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 43) mengemukakan bahwa unsur-unsur pembangun dalam karya sastra, antara lain adalah tema, fakta

commit to user

penokohan, dan latar. Sarana cerita (literary devices) meliputi sudut pandang dan gaya. Masing-masing unsur tersebut senantiasa berkaitan satu dengan yang lainnya dalam hubungan fungsional yang erat. Satu unsur tertentu, misalnya alur, dapat dipastikan mempunyai fungsi terhadap tokoh, tema, latar, dan unsur-unsur lain pembentuk karya sastra.

Telaah sastra merupakan tahap awal dalam penelitian karya sastra yang harus dilakukan untuk mengetahui karya sastra itu berkualitas apa tidak, tetapi untuk mengetahui hal tersebut tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja melainkan harus dari semua elemen secara keseluruhan. Analisis struktural merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas sastra, dan merupakan jembatan untuk menganalisis makna yang terkandung dalam karya sastra. Oleh karena itu, peneliti hendaknya tidak terjebak dalam analisis struktural sebab tujuan utama dalam penelitian adalah mengkaji makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

Teori strukturalisme adalah suatu pendekatan yang objeknya bukan kumpulan unsur-unsur yang terpisah, melainkan keterkaitan unsur yang satu dengan unsur yang lain. Analisis struktural terhadap sebuah karya sastra bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang besar-besarnya menghasilkan makna yang menyeluruh (Aminuddin, 1991: 180-181).

Pendekatan strukturalisme memandang karya sastra sebagai teks mandiri, penelitian ini dilakukan secara objektif yaitu menekankan pada unsur-unsur karya sastra. Strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antar unsur pembangun karya sastra yang bersangkutan. Menurut Zainuddin Fananie (2002: 112) pendekatan struktural disebut juga sebagai pendekatan objektif yaitu pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi karya sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku.

commit to user

diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter dan sebagainya.

Strukturalisme sering digunakan oleh peneliti untuk menganalisis seluruh karya sastra dimana kita harus memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Struktur yang membangun sebuah karya sastra sebagai unsur estetika dalam dunia karya sastra antara lain alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat.

Analisis struktural karya sastra, khususnya fiksi dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang dan lain-lain.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 37) terdapat langkah-langkah dalam menerapkan teori strukturalisme, yaitu.

a. Mengidentifikasi unsur-unsur yang membangun karya sastra secara lengkap dan jelas, mana yang tema dan mana yang tokohnya.

b. Mengkaji unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga diketahui tema, alur, latar, dan penokohan dalam sebuah karya sastra.

c. Mendeskripsikan masing-masing unsur sehingga diketahui tema, alur, latar, dari sebuah karya sastra.

d. Menghubungkan masing-masing unsur sehingga diperoleh kepaduan makna secara menyeluruh dari sebuah karya sastra.

Tokoh menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 173) adalah pelaku, sekaligus penderita kejadian dan penentu perkembangan cerita baik itu dalam cara berfikir, bersikap, berperasaan, berperilaku, dan bertindak secara verbal maupun non verbal. Alur menurut Stanton (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 113), adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Dalam hal ini, peneliti ingin meneliti mengenai unsur struktural yang terkandung dalam novel Bumi Cinta. Unsur struktural dalam novel ini adalah berkaitan dengan unsur instrinsik yang terdapat dalam novelnya.

commit to user

sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur-unsur Intrinsik

1. Tema Tema adalah hal pokok yang menjadi dasar sebuah cerita. Hal tersebut

menjadi dasar penulisan menuliskan cerita. Tema adalah sebuah ide cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, melainkan mau mengatakan sesuatu pada pembacanya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2003: 1029) tema adalah pokok pikiran atau dasar cerita yang dipercakapkan dan dipakai sebagai dasar mengarang. Tema menurut Stanton dan Kenny (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan hal penting dalam sebuah karya sastra karena melalui tema dapat dilihat ide, gagasan yang disampaikan oleh pengarang.

Menurut Zainuddin Fananie (2002: 84), tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, tema yang diungkapkan dalam karya sastra dapat sangat beragam. Tema dapat berupa persoalan moral, etika, agama, social budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Tema dapat pula berupa pandangan pengarang, ide, atau keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.

Menurut Fand Djibran (2008: 66) tema dan pesan adalah apa yang ingin pengarang sampaikan kepada pembacanya. Tema ini dapat berupa pesan moral, ajakan (persuasi), provokasi, atau lainnya. Tema dan pesan cerita adalah makna terdalam dari cerita itu sendiri. Jadi tema dan pesan adalah hal terpenting yang akan disampaikan oleh penulis.

Tema adalah gagasan pokok atau sentral dari cerita. Menurut Herman J. Waluyo (2002: 136) tema merupakan gagasan atau ide pokok yang hendak

commit to user

tersebut. tema merupakan makna yang diungkapkan oleh suatu cerita atau maksud yang disampaikan dalam suatu cerita secara keseluruhan, bukan sebagai dari cerita yang dapat dipisahkan. Ditambahkan Herman J. Waluyo (2002: 142) menyatakan bahwa tema diambil dari khazanah kehidupan sehari-hari dengan maksud untuk memberikan saksi sejarah atau mungkin sebagai reaksi terhadap praktik kehidupan masyarakat yang tidak disetujui. Menurutnya tema adalah masalah hakiki manusia, seperti cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan dan sebagainya.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 25) tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan. Tema dapat berupa persoalan moral, etika, agama, budaya, teknologi, namun tema dapat juga berupa pandangan ide atau keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah pokok pikiran penting yang digunakan sebagai dasar mengarang dalam karya sastra karena melalui tema, pembaca dapat mengetahui idea tau gagasan yang disampaikan oleh pengarang.

2. Penokohan Penokohan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2003: 1065)

adalah penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Burhan Nurgiyantoro (2005: 165) menjelaskan bahwa istilah tokoh menunjuk pada orangnya atau disebut pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca dan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh dan tokoh tersebut melahirkan peristiwa dalam sebuah cerita fiksi. Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh dalam suatu cerita dapat menempati posisi yang penting sebagai pembawa dan

commit to user

pengarang pada pembaca lewat sebuah karyanya tersebut. Menurut Henry Guntur Tarigan (1993: 146) penokohan adalah proses yang digunakan oleh seorang pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya. Tokoh fiksi harus dilihat sebagai yang berada pada suatu masa dan tempat tertentu dan harus diberi motif-motif yang masuk akal untuk segala sesuatu yang dilakukannya. Tugas pengarang ialah membuat tokoh itu sebaik mungkin, seperti yang benar-benar ada di dalam penokohan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran seseorang yang digunakan pengarang untuk menyampaikan pesan, amanat kepada para pembaca.

Atar Semi (1993: 47) mengatakan tokoh dalam cerita ada bermacam- macam. Jika ditinjau dari keterlibatan dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi dua, yakni tokoh sentral (tokoh utama) dan tokoh periferal (tokoh tambahan). Jadi, tokoh sentral (utama) adalah tokoh yang mempunyai porsi peran lebih banyak dibandingkan dengan tokoh tambahan.

Sesuai dengan pendapat Atar Semi, Sudjiman (dalam Herman J. Waluyo, 2002: 167) juga membagi tokoh berdasarkan fungsi dan berdasarkan pembangun konflik cerita. Berdasarkan fungsi, tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral juga disebut dengan tokoh utama. Sedangkan, tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Berdasarkan pembangun konflik cerita, terdapat tokoh protogonis dan tokoh antagonis. Tokoh protogonis adalah tokoh yang baik dan terpuji oleh karena itu biasanya menarik simpati pembaca. Sebaliknya tokoh antagonis adalah tokoh yang jahat atau tokoh yang salah.

Selanjutnya untuk menguji bagaimana watak tokoh yang sesungguhnya dalam karya sastra adalah dengan melihat bagaimana sikap tokoh sewaktu berhadapan dengan konflik-konflik dan bagaimana cara penyelesaian konflik- konflik tersebut. Perwatakan ini dapat dilihat dari aksi tokoh yang akan sedang dan yang telah dilakukan. Seorang pengarang mempunyai teknik-teknik

commit to user

pengarang tentang watak tokoh, dialog, reaksi tokoh-tokoh lain, lingkungan sekitar tokoh dan pembawaan serta kebiasaan tokoh sehari-hari yang melingkupi kehidupannya.

3. Bahasa Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra. Untuk memperoleh

efektivitas pengungkapan, bahasa dalam sastra didayagunakan secermat mungkin agar berbeda dengan bahasa nonsastra. Burhan Nurgiyantoro (2005: 273) menyatakan bahwa pada umumnya bahasa yang ada dalam karya sastra berbeda dengan bahasa nonsastra. Bahasa yang digunakan mengandung unsur emotif dan bersifat konotatif, serta adanya juga gaya bahasa.

Bahasa yang digunakan dalam penulisan sastra dapat digunakan untuk mengungkapkan segalanya dengan kata atau kalimat yang indah. Supomo (dalam Herman J. Waluyo, 2002: 217) berpendapat adanya ragam bahasa sastra ditimbulkan oleh suasana hati yang haru, terpesona, terenyuh, dan sebagainya. Ragam sastra bertujuan untuk menimbulkan kesan yang sama kepada pembaca. Jadi bahasa dapat mengungkapkan suasana hati seseorang.

Abdul Chaer (2009: 30) mendefinisikan bahasa sebagai satu system lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.