DASAR DASAR ilmu HUKUM KEHUTANAN

DASAR-DASAR HUKUM KEHUTANAN
Shally Saniyya Novina
shallysaniyya97@gmail.com
DATA BUKU
Nama/Judul Buku
Penulis/Pengarang
Penerbit
Tahun Terbit
Kota Penerbit
Bahasa Buku
Jumlah Halaman
ISBN Buku

:
:

:
:

Dasar-Dasar Hukum Kehutanan
:

Salim, H.S., S.H., M.S.
Sinar Grafika
:
2013
:
Jakarta
:
Bahasa Indonesia
281 halaman
979-8767-91-8

DISKUSI/PEMBAHASAN REVIEW
Pada kesempatan kali ini, penulis review
berkesempatan untuk me-review sebuah buku
dari seorang penulis bernama Salim, H.S., S.H.,
M.S. Buku ini pertama kali diterbitkan pada
tahun 2003, dan telah mengalami empat kali
revisi, dan dalam review ini adalah buku revisi ke
empat dari total empat kali revisi. Buku ini di
revisi dan dicetak pada bulan Juni tahun 2013

lalu. Buku ini diterbitkan oleh Sinar Grafika yang
berada di Ibu Kota Jakarta. Buku revisi edisi
pertama diterbitkan pada tahun 2004, revisi
edisi kedua diterbitkan pada tahun 2006, revisi
edisi ketiga diterbitkan pada tahun 2008, dan
yang terakhir adalah revisi edisi ketiga yaitu
pada tahun 2013.
Buku dengan 281 halaman ini ditulis
dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Buku
yang diberi judul Dasar-Dasar Hukum Kehutanan
oleh sang penulis buku secara umum membahas bagaimana Dasar-Dasar
Hukum Kehutanan. Karena penulis review tertarik ingin mengetahui lebih
dalam hukum apa saja yang diatur dalam rangka menegakkan pelanggaran
yang dilakukan terhadap hutan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, penulis
review ini tertarik untuk me-review keseluruhan buku, mulai dari sampul
hingga pembahasan apa saja yang ada pada buku ini.
Sampul yang dijadikan cover oleh buku ini dominan berwarna hijau.
Sesuai dengan judul buku yang membahas tentang kehutanan, penulis buku
menjadikan sampul dari buku ini dominan berwarna hijau. Pada sampul buku ini
terdapat beberapa pohon yang terlihat, tetapi hanya terlihat batang pohonnya

saja, tidak terlihat dedaunan, dan juga terdapat semak belukar yang berada di
bawah pohon. Jika melihat pada keseluruhan sampul buku ini terlihat jelas
bahwa penulis buku menampilkan sebuah hutan yang ditumbuhi banyak
pehonan, dan juga dalam hutan tersebut terlihat ada kabut. Dalam sampul ini
juga terdapat sepasang tangan orang yang sedang mewadahi tanah dan juga
bibit tanaman, mungkin saja itu bibit pohon yang ada dalam sampul buku. Dan
dalam sampul buku ini juga terdapat beberapa informasi umum seperti judul

buku, nama penulis buku, penerbit, dan juga informasi bahwa buku ini adalah
edisi revisi. Di sampul halaman belakang buku terdapat sinopsis buku yang
merangkum inti dari keseluruhan isi buku ini. Saya menilai sebagai buku bahan
ajar untuk mahasiswa/i jurusan Ilmu Hukum, buku ini tidak terlalu buruk, dan
juga tidak terlalu menarik, sampul buku bahan ajar bagi mahasiswa/i bukan hal
terpenting, yang terpenting bagi kami adalah isi dari buku ini yang dapat
dijadikan referensi sebagai acuan untuk mendapatkan pengetahuan.
Dalam buku ini tidak terdapat biodata penulis seperti yang terdapat pada
buku pada umumnya, mungkin saja biodata penulis sudah dipaparkan pada
cetakan pertama. Namun, memaparkan biodata penulis pada setiap edisinya
sangat perlu, karena tidak semua pembaca sudah membaca buku cetakan
pertama. Namun dalam buku ini terdapat prakata yang disampaikan oleh

penulis yang ditulis pada buku cetakan pertama dan juga terdapat prakata
edisi revisi. Seharusnya penulis buku juga memaparkan biodata penulis pada
cetakan pertama dan juga pada edisi revisi.
Beralih pada isi dari buku ini. Isi dari buku ini adalah bagian terpenting
dari keseluruhan review buku tentang dasar-dasar hukum kehutanan ini. Dalam
buku ini terdapat beberapa bab yang menjadi pembahasan, setiap bab akan
dijelaskan secara detail oleh penulis buku. Dalam buku ini terdapat daftar isi
yang memuat ada bab apa saja yang dijadikan pembahasan oleh penulis.
Dalam daftar isi dijelaskan bahwa dalam buku ini terdapat prakata, prakata
edisi revisi, daftar singkatan, bab 1 yaitu pendahuluan, bab 2 yaitu Selayang
pandang hukum kehutanan, bab 3 yaitu sejarah dan perkembangan
perundang-undangan di bidang kehutanan, bab 4 yaitu kedudukan yuridis
kawasan hutan, hutan cadangan, dan hutan lainnya, bab 5 yaitu pengusahaan
hutan, bab 6 yaitu aspek yuridis peralihan fungsi hutan diluar bidang
kehutanan, bab 7 yaitu perlindungan hutan, bab 8 yaitu penyelesaian sengketa
kehutanan, bab 9 yaitu sanksi dan analisis kasus, kemudian terdapat lampiranlampiran dan yang terakhir adalah daftar pustaka. Yang akan menjadi
pembahasan pada review kali ini adalah daftar singkatan, bab pembahasan
utama pada buku ini dan juga lampiran-lampiran.
Pada daftar singkatan, disini penulis buku mencantumkan apa saja
singkatan-singkatan yang ditulis oleh penulis buku dalam bacaan yang ada

dalam buku ini. Singkatan-singkatan ini tentunya berkaitan dengan isi yang ada
dalam buku ini. Singkatan ini juga menjadi informasi yang sangat penting bagi
pembaca yang tidak mengetahui kepanjangan dari singkatan tersebut.
Kemudian berlanjut pada pembahasan inti dalam buku ini, yaitu bab dua,
karena bab satu adalah pendahuluan, jadi langsung saja pada pembahasan
bab dua ini. Bab dua ini berjudul Selayang pandang hukum kehutanan. Dalam
bab ini terdapat beberapa sub bab, yaitu pengertian hukum kehutanan, sifat
dan tujuan hukum kehutanan, asas-asas hukum kehutanan, dalam sub bab
asas-asas hukum kehutanan terbagi lagi menjadi empat asas, yaitu asas
manfaat, asas kelestarian, asas perusahaan, asas perlindungan hutan, dalam
asas perlindungan hutan juga dibagi menjadi beberapa bagian lagi, yaitu asas
manfaat dan lestari, asas kerakyatan dan keadilan, asas kebersamaan, asas
keterbukaan, dan yang terakhir adalah asas keterpaduan. Berlanjut pada sub
bab yang ke empat adalah hubungan antara negara dengan hutan, dan dalam
sub bab ini juga dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu pengurus hutan,
perencanaan hutan, dan juga menentukan dan mengatur hubungan hukum
antara subjek hukum dengan hutan, dan perbuatan-perbuatan mengenai
hutan.

Pada bab dua ini dijelaskan oleh penulis buku pengertian hukum

kehutanan secara umum. Disini dijelaskan bahwa hukum kehutanan sudah
berusi 137 tahun sejak diundangkannya Reglemen Hutan sejak tahun 1865.
Dijelaskan juga bahwa hukum kehutanan merupakan terjemahan dari
Boswezen Recht (Belanda) atau Forest Law (Inggris). Dalam pengertian
hukum kehutanan disini tidaklah secara langsung dijelaskan apa pengertian
dari hukum kehutanan, melainkan penulis buku menceritakan terlebih dahulu
sejarah kehutanan, walaupun setelah dijelaskan tentang sejarah hukum
kehutanan tetap dijelaskan definisi dari hukum kehutanan, namun pada bab
lain penulis menjelaskan tentang sejarah hukum kehutanan, dalam hal ini
seharusnya penulis menjelaskan apa pengertian hukum kehutanan saja pada
sub bab pengertian hukum kehutanan ini dan membahas tentang sejarah
hukum kehutanan di bab yang sudah penulis cantumkan setelah bab dua ini.
Dan dalam pengertian hukum kehutanan ini juga terdapat unsur-unsur yang
tercantum dalam hukum kehutanan. Kemudian pada sub bab kedua yaitu sifat
dan tujuan hukum kehutanan, disini dijelaskan bahwa hukum kehutanan
memiliki sifat khusus (lex specialis) karena hukum kehutanan hanya mengatur
hal-hal yang bersifat khusu yaitu yang berkaitan dengan hutan dan kehutanan.
Penulis juga menjelaskan bahwa tujuan dari hukum kehutanan yaitu
melindungi, memanfaatkan, dan melestarikan hutan. Pada sub bab kedua ini
penulis hanya menerangkan secara singkat apa sifat dan tujuan dari hukum

kehutanan. Sub bab ke tiga adalah asas-asas hukum kehutanan, dalam sub bab
ini penulis membagi asas hukum kehutanan menjadi empat asas, sudah
disebutkan asas apa saja yang ada pada sub bab ini pada paragraf
sebelumnya, dan juga dari pembagian asas tersebut terdapat beberapa
pembagian lagi dari asas perlindungan hutan. Dari asas-asas ini penulis banyak
mengacu dari Undang-Undang yang mengatur tentang kehutanan dan juga
Peraturan Pemerintah. Dalam asas keterpaduan terdapat sepuluh tindakan
yang harus dilakukan oleh negara terhadap hutan. Disini dijelaskan tindakan
yang harus dilakukan oleh setiap negara terhadap hutan yaitu dengan tujuan
untuk melestarikan hutan yang dimiliki oleh setiap negara, karena hutan
adalah sumber oksigen yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Kemudian pada
sub bab ketiga penulis menjelaska tentang hubungan antara negara dan hutan.
Dalam sub bab ini, penulis mengacu pada Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 33 ayat (3) yang menyebutkan bahwa:
“bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Dan juga
pasal 4 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 yang menyebutkan tentang hak
negara atas hutan. Negara yang diwakilkan oleh pemerintah disini juga
mempunyai wewenang untuk memberikan izin dan hak kepada pihak lain
untuk melakukan kegiatan di bidang kehutanan seperti pengurusan hutan,

perencanaan hutan, dan menentukan dan mengatur hubungan hukum antara
subjek hukum dengan hutanm dan perbuatan-perbuatan mengenai hutan.
Disini jelas dikatakan oleh penulis apa hubungan antara hutan dengan negara.
Pada bab tiga yang berjudul sejarah dan perkembangan perundangundangan di bidang kehutanan. Dalam bab tiga ini terdapat beberapa sub bab
yaitu pengantar, zaman pemerintahan Hindia Belanda, zaman Jepang, zaman
Kemerdekaan (1945-sekarang). Pada bab ini secara umum penulis menjelaskan
bagaimana hukum kehutanan dapat terbentuk pada zaman pemerintahan
Hindia Belanda, di zaman Jepang dan di era Kemerdekaan Republik Indonesia.
Awal mula pembentukan hukum di bidang kehutanan pada zaman
pemerintahan Hindia Belanda dimulai dari di undangkannya Reglemen, yang

pertama yaitu Reglemen Hutan pada tahun 1865. Yang bertugas dalam
penyusunan Reglemen ini adalah sebuah komisi yang terdiri dari tiga anggota
yang sudah ahli dalam bidangnya. Namun, dalam mengajukan Reglemen ini
Komisi mendapatkan tiga saran yaitu saran dari Dewan Direktur dan Direktur
hasil bumi dan Gudang sipil pada tahun 1862, saran dari Pokrol Jenderal pada
Mahkamah Agung pada tahun 1863, dan saran yang ketiga adalah saran dari
Mollier pada tahun 1864. Yang kedua adalah Reglemen Hutan pada tahun
1874, yang ketiga Reglemen Hutan pada tahun 1879, yang ke empat Reglemen
Hutan pada tahun 1913, dan yang terakhir Reglemen Hutan pada tahun 1927.

Yang kedua adalah pada zaman Jepang, penulis tidak menjelaskan
banyak hal pada sub bab ini, penulis hanya menjelaskan bahwa pada tanggal 7
Maret 1942 Pemerintah Bala Tentara Dai Nippon telah mengeluarkan UndangUndang Nomor 1 Tahun 1942 pasal 3 yang berbunyi: “semua badan-badan
Pemerintah, kekuasaannya, hukum dan undang-undang dari Pemerintah yang
terdahulu, tetap diakui sah buat sementara waktu asal saja tidak bertentangan
dengan Pemerintahan Militer.”
Dan yang terakhir adalah pada zaman Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sejak hari kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 ternyata Pemerintah
dengan persetujuan DPR telah berhasil menetapkan beberapa peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dalam bidang kehutanan.
Peraturan perundang-undangan tersebut adalah Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan pokok Kehutanan, Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan yang terakhir adalah UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Jadi dapat disimpulkan dalam bab tiga ini penulis menjelaskan tentang
sejarah bagaimana hukum tentang kehutanan di beberapa negara termasuk di
Indonesia dapat terbentuk, apa saja pihak-pihak yang terlibat dalam

pembentukan hukum tentang kehutanan, dan juga hukum apa saja yang
mengatur tentang kehutanan di berbagai negara termasuk di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini.
Selanjutnya adalah bab empat. Bab empat ini berjudul kedudukan yuridis
kawasan hutan, hutan cadangan dan hutan lainnya. Dalam bab empat ini,
penulis menyisipkan lima sub bab, yang pertama adalah pengertian hutan,
yang kedua adalah jenis-jenis hutan, yang ketiga adalah manfaat hutan, yang
ke empat adalah tata cara pengukuhan hutan, dan yang terakhir adalah status
hukum kawasan hutan, cadangan, dan hutan lainnya.
Yang menjadi pembahasan pertama dalam bab ini adalah pengertian
hutan. Jika pembaca buku yang tidak terlalu memperhatikan mungkin agak
kebingungan dengan apa yang ada dalam bab dua, karena judul sub bab yang
hampir mirip dengan sub bab yang ada dalam bab empat ini. Berbeda dengan
yang ada dalam bab dua, dalam bab ini penulis membahas tapa itu pengertian
dari hutan. Menurut Dengler pengertian hutan adalah sejumlah pepohonan
yang tumbuh pada lapangan yang cukup luas, sehingga suhu, kelembapan,
cahaya, angin dan sebagainya tidak lagi menentukan lingkungannya, akan
tetapi dipengaruhi oleh tumbuh-tumbuhan/pepohonan baru asalkan tumbuh
pada tempat yang cukup luas dan tumbuhnya cukup rapat.” Disini Dengler juga
mengemukakan pendapat apa saja yang menjadi ciri-ciri hutan. Penulis

mengatakan bahwa pendapat Dengler tentang definisi hutan selaras dengan

yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 pasal 1 ayat (1)
tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan, dalam pasal tersebut hutan
diartikan ialah suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon (yang
ditumbuhi pepohonan) yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup
alam hayati beserta lingkungannya, dan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
sebagai hutan. Berbeda dengan UU No. 5 Tahun 1967, dalam Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1990 pasal 1 ayat (2) mengatakan bahwa hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Selanjutnya adalah jenis-jenis hutan, dalam sub bab ini, penulis buku
menyebutkan jenis-jenis hutan menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967,
dalam Undang-Undang ini hutan dibedakan menjadi tiga, yaitu hutan menurut
pemilikannya (Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1967), hutan menurut fungsinya (Pasal 3
UU No. 5 Tahun 1967), dan hutan menurut peruntukannya (Pasal 4 UU No. 5
Tahun 1967). Kemudian dalam sub bab yang ketiga penulis membahas tentang
manfaat hutan. Menurut penulis, manfaat hutan dibagi menjadi dua, yaitu
manfaat langsung dan tidak langsung. Berikutnya adalah sub bab yang
keempat. Judul sub bab ini adalah tat acara pengukuhan hutan. Pengukuhan
hutan sendiri berarti kegiatan yang mengatur status hukum hutan, apakah
menjadi hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka alam maupun hutan
wisata. Dan sub bab terakhir yang di bahas dalam bab ini adalah sub bab
kelima, yaitu status hukum kawasan hutan, hutan cadangan, dan hutan
lainnya. Dalam sub bab ini secara umum penulis membahas tentang statusstatus dari hutan, disini penulis mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1967.
Beralih pada bab selanjutnya yaitu bab lima. Judul dari bab lima ini
adalah Pengusahaan Hutan. Dalam bab ini secara umum penulis menjelaskan
bagaimana pemanfaatan hutan. Pengusahaan hutan menurut UU No. 5 Tahun
1967 bertujuan untuk memperoleh dan meninggikan produksi hutan guna
pembangunan ekonomi nasional dan kemakmuran rakyat. Dalam bab ini,
penulis juga menjelaskan beberapa asas, yaitu asas manfaat, asas kelestarian
dan asas perusahaan. Kemudian dalam bab ini juga dijelaskan Hak
Pengusahaan Hutan (HPH). Dasar hukum dari Hak Pengusahaan Hutan adalah
UU No. 5 Tahun 1967, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai
peraturan pemerintah, keputusan presiden, maupun dalam keputusan Menteri.
Selanjutnya adalah bab enam. Bab enam ini berjudul aspek yuridis
peralihan fungsi hutan di luar bidang kehutanan. Dalam bab ini membahas
tentang bagaimana aspek yuridis fungsi hutan di luar bidang kehutanan. Pada
bab ini penulis buku membagi pembahasan yang akan di bahas menjadi
Sembilan sub bab. Masing-masing sub bab tersebut adalah pengantar, sifat
penyerahan fungsi hutan, tukar-menukar, pelepasan kawasan hutan untuk
pengembangan budi daya pertanian, pelepasan kawasan hutan untuk
pemukiman transmigrasi, pelepasan hutan untuk kepentingan lainnya, pinjam
pakai kawasan hutan, pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi, dan
yang terakhir adalah pinjam pakai kawasan hutan dengan ganti rugi letak
bangunan. Secara umum dalam bab ini penulis menjelaskan tentang prosedurprosedur apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan hutan.
Selanjutnya adalah bab ketujuh. Judul dari bab ini adalah perlindungan
hutan. Dalam bab ini penulis menjelaskan dalam beberapa sub bab, yaitu ada
empat sub bab. Sub bab tersebut yang pertama adalah tujuan perlindungan

hutan, disini penulis menjelaskan bagaimana tujuan dari usaha untuk
melindungi dan mengamankan fungsi hutan, dan lagi-lagi penulis mengacu
pada UU No. 5 Tahun 1967. Kemudian sub bab yang kedua adalah macammacam perlindungan hutan. Disini penulis juga menuliskan ketentuan tentang
perlindungan hutan mengacu pada UU lagi, namun, semula ketentuan tentang
perlindungan di atur dalam Pasal 15 UU No. 5 Tahun 1967, kemudian ketentuan
tersebut berubah menjadi di atur dalam Pasal 51 UU No. 41 Tahun 1999.
Kemudian dalam sub bab yang ketiga adalah pelaksanaan perlindungan hutan.
Dan yang terakhir adalah aspek hukum peran serta masyarakat dalam
perlindungan hutan.
Kemudian beralih pada bab kedelapan. Judul dari bab delapan ini adalah
penyelesaian sengketa kehutanan. Dalam bab ini terdapat tujuh sub bab.
Ketujuh sub bab tersebut adalah bentuk-bentuk penyelesaian sengketa, para
pihak yang dapat mengajukan gugatan penyelesaian sengketa, tujuan
penyelesaian sengketa kehutanan, institusi yang dapat ditunjuk untuk
penyelesaian sengketa di luar pengadilan, arbitrase, mediasi, dan yang terakhir
adalah class action (gugatan perwakilan). Dalam bab delapan ini secara umum
membahas bagaimana cara penyelesaian sengketa, prosedur penyelesaian
sengketa, dan lain sebagainya.
Dan bab yang terakhir adalah bab Sembilan. Bab Sembilan ini berjudul
sanksi dan analisis kasus. Sudah terlihat jelas dari judul bab Sembilan ini
bahwa penulis buku ingin memaparkan sanksi apa saja yang akan didapatkan
para pelanggaran jika melanggar peraturan yang sudah ditetapkan, dan contoh
kasus apa saja yang berkaitan dengan kehutanan.
Dalam bab ini penulis buku memaparkan beberapa sanksi yang akan
didapatkan jika melanggar peraturan yang sudah ditetapkan, diantaranya
adalah sanki administratif, sanksi pidana dan pertanggungjawaban pidana.
Dalam beberapa sanksi ini penulis memaparkan sanksi apa saja yang
didapatkan dari sanksi-sanksi tersebut. Sanksi administratif merupakan salah
satu cara penegakan sanksi yang paling efektif, dalam sanksi administratif ada
beberapa sanksi yang dapat dikenakan terhadap siapa saja yang melanggar
peraturan yang sudah ditetapkan, salah satunya adalah penghentian
penebangan untuk beberapa waktu tertentu. Yang kedua adalah sanksi pidana.
Sanksi pidana ini diatur dalam Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1985 dan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990. Beberapa hukuman
yang dikenakan oleh sanksi pidana antara lain adalah hukuman penjara,
hukuman kurungan, hukuman denda, dan yang terakhir adalah perampasan
denda. Dan yang terakhir adalah pertanggungjawaban pidana, disini dijelaskan
bahwa setiap perbuatan melanggar hukum dengan tidak mengurangi sanksi
pidana diwajibkan membayar ganti rugi.
Dalam bab ini juga penulis mencantumkan beberapa kasus yang
berkaitan dengan hutan. Di antaranya adalah kasus sanksi denda terhadap PT
Gunung Jaya Raya Tumber (PT GnJRT), dalam kasus ini PT GnJRT dilaporkan
mempunyai beberapa permasalahan diantaranya persediaan kayu fiktif,
penebangan kayu melebihi target, dan penebangan ulang (relogging). Kasus
yang kedua adalah kasus penguasaan hutan secara illegal, kasus ini dilaporkan
memiliki beberapa permasalahan yaitu mengerjakan dan melakukan
penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang
berwenang, kurang lamanya hukuman terdakwa Muhammad Yahya alias Bapak
Ikhsan, dan perampasan barang bukti.

Dan yang terakhir adalah lampiran, dalam lampiran penulis buku
melampirkan Undang-Undang yang berkaitan dengan kehutanan, yaitu
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.