Fitrah Manusia Konsep Utama Psikologi Is

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam struktur yang paling baik di
antara makhluk Allah yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsur jasmaniah
dan rohaniah atau unsur fisiologis dan unsur psikologis. Dalam struktur
jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar
yang memiliki kecenderungan berkembang, dalam psikologi disebut
potensialitas

atau

disposisi.

Dalam

pandangan

Islam

kemampuan


dasar/pembawaan itu disebut dengan “Fitrah” yang dalam pengertian
etimilogis mengandung arti “ kejadian “, oleh karena itu fitrah berasal dari
kata fatoro yang berarti “menjadikan”. Ada 3 kata yang digunakan Al-Qur’an
untuk menunjuk kepada arti manusia, yaitu : insan atau ins atau al-nas atau
unas.
Allah menciptakan manusia dalam keadaan fitrah dengan dibekali
beberapa potensi yakni potensi yang ada dalam jasmani dan rohani. Bekal
yang dimiliki manusia pun tidak hanya berupa asupan positif saja, karena
dalarn diri manusia tercipta satu potensi yang diberi nama nafsu. Dan nafsu
ini yang sering membawa manusia lupa dan ingkar dengan fitrahnya sebagai
hamba dan khalifah Allah di bumi. Untuk itu manusia perlu mengembangkan
potensi positif yang ada dalam dirinya untuk rnencapai fitrah tersebut.
Manusia merupakan makhluk pilihan Allah yang mengembangkan tugas
ganda, yaitu sebagai khalifäh Allah dan Abdullah (Abdi Allah). Untuk
mengaktualisasikan kedua tugas tersebut, manusia dibekali dengan sejumlah
potensi didalam dirinya. Potensi-potensi tersebut berupa ruh, nafs, akal, qalb,
dan fitrah.
Hal inilah yang membedakan agama Islam dengan agama lainnya selain
ajaran ketuhanannya, juga perhatian terhadap hakikat kecenderungan

pemikiran manusia. Islam sangat positif thinking terhadap kecenderungan
akhlak manusia terhadap kebenaran. Sebaliknya, agama non-Islam sangat
negatif thinking terhadap kecenderungan akhlak manusia pada kebenaran.

1

Dalam Islam (QS 30:30) disebutkan bahwa manusia diciptakan berdasarkan
fitrah Allah. Artinya, manusia pada hakikatnya mengandung keyakinan akan
kebenaran dalam ketuhanan dan berakhlak di antara sesama manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fitrah ?
2. Apa yang dimaksud dengan manusia ?
3. Bagaimana konsep fitrah manusia dalam psikologi islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari fitrah.
2. Untuk mengetahui maksud dari manusia.
3. Untuk mengetahui konsep fitrah manusia dalam psikologi islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fitrah

2

Secara etimologi, fitrah berasal dari kata “al-fathr” yang berarti
“belahan”, dan dari makna lahir makna-makna lain adalah “penciptaan” atau
“kejadian”. Ibnu Abbas memahaminya dengan arti, “saya yang membuatnya
pertama kali.” Dari pemahaman itu sehingga Ibnu Abbas menggunakan kata
fitrah untuk penciptaan atau kejadian sejak awal. Sehingga Fitrah manusia
adalah kejadiannya sejak awal atau bawaan sejak lahir. Dalam al-Qur’an kata
ini antara lain berbicara dalam konteks penciptaan manusia baik dari sisi
pengakuan bahwa penciptanya Allah, maupun dari segi uraian tentang fitrah
manusia.
Pada dasarnya sifat asal manusia adalah baik dan manusia selalu ingin
kembali kepada Kebenaran Sejati (Allah). Salah satu konsep yang menonjol
berkenaan dengan masalah ini adalah fitrah. Fitrah manusia adalah
mempercayai dan megakui Allah SWT sebagai Tuhannya. Dorongan ini
adalah alamiah (biologis) sifatnya. Ia ada sebelum manusia turun ke bumi.1
B. Pengertian Manusia dalam Al-Qur’an
Ada tiga kata yang digunakan al-Qur’an untuk menunjuk kepada arti

manusia, yaitu : insan atau ins atau al-nas atau unas; kata basyar dan kata
bani adam atau dzurriyat adam.2 Kata insan digunakan al-Qur’an untuk
menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga, psikis
dan fisik. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lainnya,
adalah akibat perbedaan fisik, psikis (mental) dan kecerdasan. Dalam
al’Qur’an, manusia berulang kali diangkat derajatnya karena aktualisasi
jiwanya secara positif, sebaliknya berulang kali pula manusia direndahkan
karena aktualisasi jiwa yang negatif. Mereka dinobatkan jauh mengungguli
alam surgawi, bumi dan bahkan para malaikat, tetapi pada saat yang sama,
mereka tak lebih

berarti dibandingkan dengan mahluk hewani. Manusia

dihargai sebagai mahluk yang mampu menaklukkan alam, namun bisa juga

1 Ancok, Djamaludin dan Nashori, Fuat. 2008. Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Hal. 160
2 Nawawi Syauqi, Rifaat. Dkk. 2000. Metodologi Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Hal. 5

3


meeka merosot menjadi “yang paling rendah dari segala rendah”. Juga karena
jiwanya.3
Komponen-komponen utama pada diri manusia sebagai pelengkap
keimanan dan keberagaman itu telah melahirkan tiga disiplin ilmu agama.
Ketiga komponen diri dan disiplin ilmu tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :4
No Komponen
1

Diri
Kalbu

Fungsi

Ilmu

Komponen
Membenarkan/

Tasawuf Membimbin


meyakini
2

Lisan

Fungsi Ilmu

Aliran-aliran

g hati nurani/ tarekat

Menyatakan/

Kalam

jiwa
Menjelaskan

Aliran-


mengikrarkan

atau

konsep

alirannya

keyakinan

Teologi

Tuhan

Fiqh

dan disebut

Ketuhanan,


firqoh seperti

mengukur

sunni, syi’i,

iman
3

Keterangan

dan dll

kafir
Mengatur

Aliran-

Amal/


Melaksanakan

perbuatan

keyakinan

posisi

alirannya

dalam bentuk

tindakan:

disebut

perilaku

halal-haram-


madzhab

sunah-

seperti

dan

tindakan nyata

makruh dan Syafi’i,
mubah

Maliki,
Hanbali, dsb

C. Macam- Macam Pandangan Tentang Fitrah Manusia
Menurut Yasien Muhammad, pemahaman terhadap pandangan fitrah ini dapat
dikelompokkan dan dibedakan menjadi empat, yaitu: pandangan fatalis,

pandangan netral, pandangan positif, dan pandangan dualis.
3 Ibid., hal. 7
4 Ibid., hal. 23

4

1. Pandangan Fatalis
Pandangan ini mempercayai bahwa setiap individu, melalui ketetapan
Allah adalah baik atau jahat secara asal, baik ketetapan semacam ini
terjadi secara semuanya atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan. Ibnu
mubarok tokoh utama pandangan fatalisme, menafsirkan salah satu hadis
bahwa anak-anak orang musyrik terlahir dalam keadaan kufur atau iman.
2. Pandangan Netral
Pandangan ini dikomandani oleh Ibnu ‘Abd Al-Barr. Penganut pandangan
netral berpendapat bahwa anak terlahir dalam keadaan suci, suatu keadaan
kosong sebagaimana adanya. Tanpa kesadaran akan iman atau kufur.
Mereka lahir dalam keadaan utuh atau sempurna, tetapi kosong dari suatu
esensi yang baik atau yang jahat. Menurut pandangan ini, manusia
dilahirkan dalam keadaan bodoh dan tidak berdosa. Dia akan
memeperoleh pengetahuan tentang yang benar dan yang salah, tentang
kebaikan dan kebenaran serta keburukan dan kejahatan, dari lingkungan
eksternal.
3. Pandangan Positif
Menurut Ibnu Taimiyah semua anak terlahir dalam keadaan fitrah, yaitu
dalam kebajikan bawaan, dan lingkungan sosial itulah yang menyebabkan
individu menyimpang dari keadaan ini. Sifat dasar manusia memiliki
lebih dari sekedar pengetahuan tentang Allah yang ada secara inheren di
dalamnya, tetapi juga suatu cinta kepadanya dan keinginan untuk
melaksanakan ajaran agama secara tulus sebagai seorang hanif sejati.
4. Pandangan Dualis
Pandangan ini berbeda dengan pandangan fatalis, netral dan positif.
Menurut mereka penciptaan manusia membawa suatu sifat dasar yang
bersifat ganda. Menurut Quthb, dua unsur pembentuk esensial dari
struktur manusia secara menyeluruh yaitu ruh dan tanah, mengakibatkan
kebaikan dan kejahatan sebagai suatu kecenderungan yang setara pada
manusia, yaitu kecenderungan untuk mengikuti tuhan dan kecenderungan
untuk tersesat.
D. Potensi fitrah dalam psikologi Islam

5

1. Potensi Fisik (Psychomotoric), merupakan potensi fisik manusia yang
dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan hidup.
2. Potensi Mental Intelektual (IQ), merupakan potensi yang ada pada otak
manusia fungsinya : untuk merencanakan sesuatu untuk menghitung, dan
menganalisis, serta memahami sesuatu tersebut.
3. Potensi Mental Spritual Question (SP), merupakan potensi kecerdasan
yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan
jiwa dan keimanan dan akhlak manusia.
4. Potensi Sosial Emosional, yaitu merupakan potensi yang ada pada otak
manusia fungsinya mengendalikan amarah, serta bertanggung jawab
terhadap sesuatu.
E. Komponen-Komponen Psikologi Dalam Fitrah
Komponen-komponen potensial tersebut adalah:
1) Kemampuan dasar untuk baragama Islam (ad-dinul qayyimaah), di mana
faktor iman merupakan intinya beragama manusia.
2) Mawahid (bakat) dan Qabiliyyat (tendensi atau kecenderungan) yang
mengacu kepada keimanan kepada Allah. Dengan demikian maka
“fitrah” mengandung komponen psikologi yang berupa keimanan
tersebut.
3) Naluri dan kewahyuan (revilasi) bagaikan dua sisi dari uang logam;
keduanya saling terpadu dalam perkembangan manusia.
4) Kemampuan dasar untuk beragama secara umum, tidak hanya terbatas
pada agama Islam. Dengan kemampuan manusia dapat dididik menjadi
agama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi, namun tidak dapat dididik
menjadi atheist (anti Tuhan). e) Dalam fitrah tidak terdapat komponen
psikologis apapun, karena fitrah diartikan sebagai kondisi jiwa yang suci
bersih yang reseptif terbuka kepeda pengaruh eksternal, termasuk
pendidikan.
F. Fitrah Jasmani Sebagai Stuktur Kepribadian Islam.
Fitrah Jasmaniah sebagai struktur Kepribadian Islam. Menurut Mujib,
fitrah Jasmaniah merupakan aspek struktur kepribadian manusia. Aspek ini
bukan diciptakan untuk membentuk tingkah laku tersendiri, melainkan
sebagai tempat atau wadah bagi fitrah ruhani. Kedirian dan kesendirian fitrah
jasmaniah tidak akan mampu membentuk satu tingkah laku lahiriah, apalagi
6

tingkah laku batiniah.5 Fitrah jasmani memiliki daya atau energi yang
mengembangkan proses fisiknya. Energi ini lazim disebut dengan daya hidup.
Daya hidup ini walaupun sifatnya abstrak namun ia belum mampu
menggerakkap suatu tingkah laku. Suatu tingkah laku dapat terwujud apabila
fitrah jasmani telah ditempati fitrah ruhani. Oleh karena itu nature dari fitrah
jasmani ini adalah tidak mampu bereksistensi dengan sendirinya.
Dengan pemahaman seperti ini, maka sosok manusia tidaklah dipandang
sebatas sosok fisiknya saja. Bila konsepsi manusia dipahami sebatas sosok
fisiknya, maka pemahaman ini bukan hanya salah, tetapi juga menyalahi
konsepsi manusia yang hakiki. Manusia dalam konsep kepribadian Islam ini
adalah makhluk yang mulia, yang memiliki struktur kompleks, meliputi fitrah
jasmani, fitrah ruhani dan fitrah nafsani. Struktur fitrah ruhani lebih dahulu
ada daripada struktur fitrah jasmani. Kedua struktur tersebut merupakan
subtansi yang menyatu dalam struktur yang subtantif, yaitu struktur fitrah
nafsani.
G. Fitrah Sebagai Inner Potential
Manusia diciptakan dari dua unsur, jasmaniah dan ruhaniah. unsur
jasmaniah terdiri dari materi, sedang unsur ruhaniah berasal dari tuhan yang
bersifatspiritual dan transendental. karenanya, ada pendapat yang menyatakan
bahwa manusia selain memiliki sifat sifat kemanusiaan (nasût), jugamemiliki
potensi ketuhanan (lahût). Potensi ruhaniyah ( Inner Potensial) meliputi ;
1. al-Qalb
Menurut Al-Ghazali qalb mempunyai dua pengertian. Arti pertama
adalah hati jasmani (al-Qalb al-jasmani) atau daging sanubari (al-lahm alsanubari), yaitu daging khusus yang berbentuk jantung pisang yang
terletak di dalam rongga dada sebelah kiri dan berisi darah hitam kental.
Sedangkan qalb dalam arti kedua adalah sebagai luthf rabbani ruhiy. alQalb merupakan alat untuk mengetahui hakikat sesuatu.
2. al-Aql
Ada beberapa pengertian tentang aql. Pertama, aql adalah potensi yang
siap menerima pengetahuan teoritis. Kedua, aql adalah pengetahuan
5 Mujib, Abdul. 1999. Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, Jakarta :
Darul Falah

7

tentang kemungkinan sesuatu yang mungkin dan kemuhalan sesuatu
yang mustahil yang muncul pada anak usia tamyiz. Ketiga, aql adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman empirik dalam berbagai
kondisi. Keempat ,aql adalah potensi untuk mengetahui akibat sesuatu
dan memukul syahwat yang mendorong pada kelezatan sesaat.
3. al-Ruh
Para ulama berbeda –beda dalam mengartikan ruh. Sebagaian
mengartikan kehidupan (al-hayah). Sementara menurut al-Qusyairi, ruh
adalah jisim yang halus bentuknya (sebagaimana malaikat, setan) yang
merupakan tempat akhlak terpuji. Dengan demikian ruh berbeda dengan
al-nafs dari sisi potensi positif dan negatif. Nafsu sebagai pusat akhlak
tercela sementara ruh sebagai pusat akhlak terpuji. Ruh juga merupakan
tempat mahabbah pada Allah.
4. al-Nafs
Menurut al-Ghazali nafsu diartikan “Perpaduan kekuatan marah (gadlab)
dan syahwat dalam diri manusia”. Kekuatan ghadlab pada awalnya tentu
untuk sesuatu yang positif seperti untuk mempertahankan diri,
mempertahankan agama dan sebagainya. Dengan adanya ghdlab itulah
jihad diperintahkan dan kehormatan diri terjaga. Dengan kekuatan marah
seorang wanita menolak untuk dinodahi agama dan kehormatannya.
Dengan kekuatan marah seseorang dapat menumpas kedhaliman dan
sebagainya. Namun ketika gadlab tidak terkendali maka yang terjadi
adalah kehancuran dan akhlak tercela.
Fitrah manusia sebagai anugerah Allah SWT yang tak ternilai
harganya itu harus dikembangkan agar manusia dapat menjadi manusia yang
sempurna (insan al-kamil). M. Natsir menyebutkan bahwa pengembangan
fitrah adalah salah satu tugas risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad
SAW.
Pengembangan fitrah manusia harus dilaksanakan secara menyeluruh
dan berimbang. Apabila semua fitrah tersebut tidak dilaksanakan secara
menyeluruh dan berimbang maka tidak akan tercapai manusia yang sempurna

8

(insan al-kamil), bahkan dapat mendatangkan kehancuran bagi manusia.
Isyarat Al-Quran mengatakan bahwa :


Manusia yang fitrah agamanya tidak dikembangkan, sehingga ia menjadi
kafir, maka ia adalah sejahat-jahat hewan melata. Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya sejahat-jahat hewan yang melata menurut Allah ialah
orang-orang yang kafir, karena mereka tidak mau beriman.” (Q.S. Al-



Anfal: 55)
Manusia yang fitrah intelektualnya tidak dikembangkan, sehingga ia
menjadi bodoh, maka ia adalah lebih sesat dari hewan. “Dan
sesungguhnya telah Kami sediakan isi neraka itu kebanyakan dari jin dan
manusia, bagi mereka ada akal tetapi tidak dapat berpikir dengannya, dan
bagi mereka ada mata tetapi tidak dapat melihat dengannya dan baginya
ada telinga tetapi tidak dapat mendengar dengannya, mereka itu adalah
seperti hewan, bahkan lebih sesat, mereka itu adalah orang-orang yang
lalim.” (Q.S. Al-A’raf: 179).
Dalam surat Al-A’raf ayat ke-179 ditegaskan bahwa hati yang tidak

mampu memahami sama persis dengan binatang ternak (an’am), bahkan lebih
sesat (adall) daripada binatang. Mereka kebanyakan berasal dari orang-orang
yang banyak lalai terhadap perintah Allah SWT dan adanya neraka adalah
untuk golongan orang-orang yang lalai sedangkan orang kafir lebih daripada
itu, sebab hatinya sudah sesat tidak mampu lagi memahami kenyataan dengan
pandangan mata hati (QS Al-Mu’minun : 63). Orang yang sengaja tidak mau
memahami juga akan dikunci mati hatinya (QS Rum : 59), sehingga akan siasia perjalanan hidupnya.6
Walaupun hidayah aql dan qalb merupakan hidayah yang dapat
mengembangkan fitrah manusia, namun apa yang dapat diperoleh aql dan
qalb tersebut bersifat relatif, maka dengan hidayah agama dapat diperoleh
kebenaran yang mutlak dan hakiki.

6 Sapuri, Rafy. 2009. Psikologi Islam. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada., hal. 175

9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi, fitrah berasal dari kata “al-fathr” yang berarti
“belahan”, dan dari makna lahir makna-makna lain adalah “penciptaan”
atau “kejadian”. Sehingga Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak awal
atau bawaan sejak lahir Ada 3 kata yang digunakan Al-Qur’an untuk
menunjuk kepada arti manusia, yaitu : insan atau ins atau al-nas atau unas
kata basyar dan kata bani adam atau dzurriyat adam. Menurut Yasien
Muhammad,

pemahaman

terhadap

pandangan

fitrah

ini

dapat

dikelompokkan dan dibedakan menjadi empat, yaitu: pandangan fatalis,
pandangan netral, pandangan positif, dan pandangan dualis.
Fitrah manusia sebagai anugerah Allah SWT yang tak ternilai
harganya itu harus dikembangkan agar manusia dapat menjadi manusia
yang sempurna (insan al-kamil). M. Natsir menyebutkan bahwa
pengembangan fitrah adalah salah satu tugas risalah yang diemban oleh

10

Nabi Muhammad SAW. Pengembangan fitrah manusia harus dilaksanakan
secara menyeluruh dan berimbang. Apabila semua fitrah tersebut tidak
dilaksanakan secara menyeluruh dan berimbang maka tidak akan tercapai
manusia yang sempurna (insan al-kamil), bahkan dapat mendatangkan
kehancuran bagi manusia.
B. Saran
Pemakalah menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat kekurangan yang mestinya dibenarkan. Oleh karena itu saya
berharap pembaca dapat memberikan saran yang membangun demi
memperbaiki kekurangan dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan menjadi bahan pembelajaran bagi saya
khususnya dan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. (2005) . Aktualisasi Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mujib, Abdul

dan

Jusuf

Mudzakkir.

(2003). Nuansa-Nuansa

Psikologi

Islam. Jakarta: Rajawali Press - PT Raja Grafindo Persada,
Muhaimin, Abdul Mujib. (1993). Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis
dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya
Nashori, Fuad. 2005. Potensi-potensi Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mujib, Abdul. 1999.

Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan

Psikologis. Jakarta : Darul Falah
Ancok, Djamaludin dan Nashori, Fuat. 2008. Psikologi Islami. Yogyakarta :
Pustaka Belajar

11

Nawawi Syauqi, Rifaat. dkk. 2000. Metodologi Psikologi Islam. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Sapuri, Rafy. 2009. Psikologi Islam. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
http://dokumen.tips/documents/konsep-fitrah-dalam-pandangan-psikologiagama.html (diakses pada 18 Maret 2016 pukul 20:12 WIB)

12