NAFSIOLOGI DITINJAU DARI SUDUT PANDANG K

34

NAFSIOLOGI DITINJAU DARI SUDUT PANDANG KONTEMPORER
Oleh : Neneng Runingsih M.Ag
Dosen STAI Muhammadiyah Garut
Abstrak
Jurnal ini berorientasi kepada Nafsiologi dari sudut pandang kontemporer, sehingga penulis tertarik
untuk mengangkat materi ini sebagai bahan pembaharuan cara berpikir dan interpretasi-interpretasi
kontemporer yang dapat membawa manusia kepada tujuan yang benar dan mulia sebagai seorang
mutaqi, karena seorang mutaqi itu memiliki mekanisme daya tangkal kejahatan yang dapat
menyelamatkan dirinya dan orang lain. Yang pada akhirnya penulis berinisiatif menjadikannya sebuah
jurnal, sehingga dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan acuan untuk mencerdaskan bangsa agar
mereka memahami inti segala sesuatu dari ayat-ayat Allah swt, yaitu memahami fenomena-fenomena
Alam yang berwujud material objektif ciptaan Allah swt, yang bersifat dualis, sehingga teraplikasikan
pada realita kehidupan sehari-hari dalam bentuk prilaku sadar manusia antara negasi dan afirmasi
terhadap wujud objektif itu. Sebagaimana yang tercantum didalam QS. Al- Jathsiyah 45 : 3-6
“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) untuk orangorang yang beriman”. QS. Al- Jathsiyah 45 : 3 “Dan pada penciptaan kamu dan pada binatangbinatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) untuk
kaum yang meyakini”. QS. Al- Jathsiyah 45 : 4 “Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang
diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada
perkisaran angin terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal”. QS. Al- Jathsiyah 45 :
5 “Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan

perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan Allah
swt,”. QS. Al- Jathsiyah 45 : 6. Sebagai bahan bacaan dan acuan dari hasil penelitian perbandingan
dan pemahaman penulis tentunya, jurnal ini akan dinamis terus dilakukan perbaikan, seiring dengan
perubahan situasi dan kondisi serta kemajuan ilmu pengetahuan kontemporer, oleh sebab itu saran dan
pendapat dari para pembaca dan peneliti sangat diharapkan untuk kesempurnaan jurnal ini. Semoga
dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta kecerdasan dalam berfikir.
Kata Kunci : Nafs, Ibadah, Hak Asasi Manusia.
Abstract
The journal is oriented to Axiology from the standpoint of contemporary, so the authors are interested
to raise this matter as a renewal of thinking and interpretations of contemporary that can bring people
to the correct destination and noble as a mutaqi, because a mutaqi it has a mechanism for deterrence
of crime to save himself and others. Which in the end the author took the initiative to make a journal,
so it can be used as reading material and a reference to the nation so that they understand the core of
things from the verses of Allah, ie to understand the phenomena of Nature tangible material objektip
creation of Allah, which is dualist so are applied on the reality of everyday life in the form of
conscious human behavior between negation and affirmation on the objective manifestation. As stated
in the QS. Al- Jathsiyah 45: 3-6 "Verily in the heavens and the earth actually contained passages
(power of God) for those who believe". QS. Al- Jathsiyah 45: 3 "And in your creation and in the
animals that move along the ground are scattered (on earth) there are verses (power of God) for
people who believe". QS. Al- Jathsiyah 45: 4 "And at the turn of the night and day and the rain which

God sent down from the sky and then turned on him with the rain water the earth after its death; and
the wind revolution there are verses (power of God) for people who have sense ". QS. Al- Jathsiyah
45: 5 "That's the verses of Allah which We recite to you with truth; Which then with words again will
they believe after (kalam) of Allah and descriptions of Allah ". QS. Al- Jathsiyah 45: 6. For reading
material and references from the results of comparative research and the author's understanding of
course, this journal will continue to be dynamic improvements, in line with the changing
circumstances and progress of contemporary science, therefore, suggestions and opinions from
readers and researchers are expected to perfection this journal. May be useful and add insight and
intelligence in thinking.
AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

35
Keywords: Nafs, Worship, Human Rights
I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang


Nafsiologi adalah ilmu tentang nafs dengan segenap kemampuanya, baik potensi maupun
aktualita. Istilah nafs berasal dari

kitab suci Al-Qur’an, sebagaimana Allah swt,

berfirman :

“Allahlah yang menciptakan manusia dari Nafs yang satu dan dari Nafs itu, Allah menciptakan
istrinya” . (QS. Al-‘Araaf 7 : 189)
Allah swt, menciptakan manusia memiliki tujuan, Allah swt, berfirman dalam QS. Az-Zariyat
51 : 56. Yang artinya : “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepadaku”
Pengertian ibadah disini adalah segala prilaku aktivitas dan perbuatan manusia di jalan lurus,
untuk melaksanakan prilaku aktivitas dan perbuatan manusia agar senantiasa meniti jalan lurus maka
manusia harus mengetahui terlebih dahulu seperti apa jalan yang lururs itu?. Dalam hal ini Allah swt,
berfirman didalam QS. Al-Isra’ (17):9
          
     
Artinya : “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus
dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal sholih, bahwa bagi

mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9).
Dan terdapat pula dalam Al-Qur’an sebagaimana Allah swt, berfirman : QS. Yasin (34) : 61
 

    

    

Artinya : “ Dan Hendaknya kamu beribadah kepada-Ku itulah jalan yang lurus”.
Jadi manusia didalam kegiatan hidup dan kehidupan keseharianya sehubungan dengan
kegiatan bertutur kata berprilaku beraktivitas dan berbuat sesuai dengan keahlianya masing-masing.
Agar kegiatan mereka itu memperoleh nilai ibadah kepada Allah swt.
Maka kegiatan tersebut diatas harus sesuai dengan tuntunan kitab suci Al-Qur’an dimana
Rasulullah telah memberikan contoh awal yang benar didalam menterapkan wahyu Allah dalam
kehidupan nyata, disesuaikan dengan problematika kehidupan masyarakat Arab pada masa kenabian
dan disesuaikan pula dengan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki oleh masyarakat Arab pada masa
itu, ketetapan-ketetapan Rasulullah (Regulasi) merupakan ketetapan-ketetapan yang lahir dari kondisi
kehidupan objektip dalam masyarakat Arab pada masa kenabian yaitu merupakan ketetapan-ketetapan
dari ijtihad Nabi dalam wilayah yang dihalalkan tanpa memandang sumbernya apakah bersipat
kenabian atau bukan, yang bukan termasuk syariat Islam, tetapi hanyalah merupakan Undang-undang

AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

36
sipil yang tunduk kepada kondisi social, artinya Nabi semasa hidupnya telah menetapkan undangundang sipil untuk mengatur masyarakat dalam wilayah yang dihalakan, dan untuk membangun
pemerintahan dan masyarakat Arab pada abad ke 7. Karena itulah, ia tidak bersipat abadi sekalipun
terdapat ratusan hadits mutawatir dan shohih mengenainya karena bukan wahyu, tetapi merupakan
ijtihad yang bersipat pembatasan dalam wilayah yang dihalalkan, dimana sesuatu yang telah dibatasi
tadi dimungkinkan untuk dimutlakan kembali seiring dengan perubahan kondisi objektip yang ada.
Itulah sebabnya Allah swt, menurunkan kitab suci al-Qur’an sebagai petunjuk, agar manusia
mempergunakan akal pikiranya dalam melaksanakan ibadah atau amal soleh, sebagai rasa syukur
terhadap kasih sayang Allah swt. Sehingga manusia mendapat jaminan dari Allah swt, sebagaimana
Allah swt, berfirman didalam QS. An-Nahl 16 : 97
            
      
Artinya : “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa

yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl/16 : 97)

II.

PEMBAHASAN
A. Al-Qur’an sebagai petunjuk
Definisi Nafs
Potensi yang mendasar yang selama ini belum banyak ditelusuri dan diungkap oleh para ilmuan

muslim, berdasarkan dari sudut pandang kontemporer dengan metoda Rasional Ilmiah dasar-dasar
epistemology Qur’ani yaitu 1). Qolbu 2). Fu’ad 3). Ruh 4). Nafs dll. Karena selama ini istilah-istilah
itu terbungkam dengan penafsiran hubungan-monolinier antara teks kitab suci Al-Qur’an dengan
tafsirnya. Keyakinan bahwa ada hubungan yang final antara suatu teks dengan tafsir tertentu, mesti
dibongkar sebab, keyakinan semacam itu akan menimbulkan berbagai dampak negarif diantaranya.
1.
2.

Fanatisme terhadap tafsir tertentu serta menolak keyakinan, keabsahan tafsir yang lain.
Akan menutup kemungkinan terbukanya teks terhadap berbagai penafsiran dengan tertutupnya


3.

keragaman tafsir itu, maka sebuah teks akan mengalami semacam pembusukan.
Suatu teks yang telah dibungkam melalui peresmian satu tafsir saja, akan menyebabkan teks itu
tak bermakna lagi dalam menghadapi derasnya perubahan social pada jaman modern dewasa ini
Ulama Islam konservatif (conservative) yang mengklaim memiliki otoritas keagamaan segaligus

“wakil” Allah dibumi, tidak lain hanyalah para “penjaga gawang kebenaran” yang tak menemukan
basis epistimologinya dalam realitas dalam hal penapsiran dan pemikiran keagamaan. Kebenaran
sebuah pemikiran-utamanya yang dihasilkan dari produk pembacaan atas kitab suci Al-Qur’an hanya
bisa dianggap benar dan valid jika sesuai dan relevan dengan kontek realitas umat islam sekarang ini,
bagaimana mungkin produk pemikiran konserfatif akan bisa relefan dan menemukan basis

AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

37
epistimologinya dalam realitas sekarang, jika mereka masih mempertahankan ortodoksi nalar klasik

yang hadir beberapa abad yang lalu.
Jurnal ini adalah “pil pahit” yang harus ditelan oleh umat islam jika mereka mau menyembuhkan
“sakit”nya yang teramat parah yang ada di tubuh umat islam sendiri. Tidak diragukan lagi, ini salah
satu terapi alternative yang akan menyegarkan kembali pola berpikir umat islam.
B. Manusia yang diberi petunjuk
Peranan Nafs
Banyak ilmuwan Islam yang mengungkapkan rahasia tentang nafs, namun berbeda dengan apa
yang akan penulis jabarkan dalam jurnal ini. Definisi Nafs yang penulis pahami dengan berdasarkan
kepada Teks ayat-ayat Al-Qur’an yang penafsiranya atau terjemahanya akan berbeda, sehingga dalam
pemahamanya akan dapat diketahui setelah penulis tuturkan.
Potensi yang mendasar yang selama ini belum banyak ditelusuri dan diungkap oleh para ilmuan
muslim, berdasarkan dari sudut pandang kontemporer dengan metoda Rasional Ilmiah dasar-dasar
epistemology Qur’ani.
Jumhur ulama menapsirkan bahwa yang dimaksud Nafsin wahidah adalah Adam. Nafs adalah
Diri, Wahidah adalah satu jadi (dari diri yang satu) yaitu Adam.
Al-Manar menafsirkan bahwa Nafsin wahidah ini bukan Adam tetapi suatu bibit manusia yang
khusus (species manusia) yang belum bisa terungkap.
Penulis akan mencoba untuk mengungkapnya. Kalau kita lihat bahwa manusia diciptakan oleh
Allah swt, itu dari Nafsin wahidah dari Nasf yang satu, maka akan terlihat (terpahami) dengan
keterangan yang terdapat didalam QS. Al-An’am 6:93


              
              
        
           

Artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap
Allah atau yang berkata:” Telah diwahyukan kepada saya “, padahal tidak ada diwahyukan
sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:” Saya akan menurunkan seperti apa yang
diturunkan Allah “. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
(berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,
(sambil berkata):” Keluarkanlah nafsmu “. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat
menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan
(karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”
Istilah Nafs di QS. 6:93 ada yang sekarat kemudian mati, terurai hancur dan binasa
sebagaimana difirmankan Allah swt, dalam QS.3:185. dari yang mati itu ada yang keluar, melayang,
yang diistilahkan wafat atau mimpi yang benar (QS. 39:42) yang artinya: “Allah mewafatkan NafsAL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah


38
nafs waktu mautnya dan nafs-nafs yang belum maut ketika tidurnya…”.

didalam teks Al-Qur’an

istilah Nafs baik yang mati maupun yang keluar (bukan Nyawa, bukan Jiwa dan juga bukan Ruh).
Bahkan dengan istilah “Jiwa” yang penulis ketahui sudah di klaim oleh agama Hindu didalam
“BHAGAVAD-GITA” bahwa jiwa itu adalah Brahma (sang pencipta). Dan tidak ditemukan definisi
kata jiwa baik dalam Al-Qur’an atau Hadits shahih demikian pula istilah “nyawa” sedangkan antara
Ruh dan Nafs perbedaanya sangat besar dimana ruh, padanya tidak ada perlawanan dan ikatan abstrak.
Al-Ruh ini merupakan sebab bagi adanya pengetahuan pembebanan hukum dan pemberian status
kekholifahan kepada manusia. Ia bersumber langsung dari Allah swt, QS. Al-Isra’ 17:85.
               
85. dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Didalam QS. Shaad 38 : 72 Allah swt, berfirman:
         
Artinya : "Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya (Adam), dan Kutiupkan
kepadanya ruh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu (para malaikat) tersungkur dengan sujud

kepadanya'." – (QS.38:72)
Karena ia adalah termasuk diantara sifat-sifat Allah yang padanya tidak berlaku “Konflik
kontradiktif internal” didalam esensinya. Adapun Al-Nafs adalah suatu yang mati yang merupakan
bentuk-bentuk yang mempunyai kemampuan untuk mempersepsi, meng indra, menikmati, merasakan
serta mempunya dialektika khusus. Al-Nafs ini berbeda dengan Al-Ruh, melainkan hasil dari Ruh,
karena bentuk-bentuk dan indra didasarkan atas persepsi-persepsi atas segala sesuatu. Sedangkan
persepsi terhadap segala sesuatu bisa sempurna dengan media Ruh. Masalah-masalah ini (Ruh) tidak
akan terurai dengan adanya kematian karena ia tidak bersipat material. Oleh karena itulah ia
diidentikan dengan Al-Wafat, sedangkan untuk Al-Nafs Organik diidentikan dengan istilah maut. Dua
istilah tersebut diberikan untuk dua kondisi tersebut, karena masing-masing dari keduanya saling
berkait didalam kehidupan. Tidak akan terjadi pemisahan kecuali dengan dua keadaan, yaitu AlManam dan Al-Maut. Oleh sebab itulah Allah berfirman “Allah yang mewafatkan nafs-nafs ketika
matinya dan nafs-nafs yang tidak mati dalam tidurnya”
Dan apa-apa yang penulis telah jabarkan diatas sehingga penulis menyimpulkanya, karena
berdasarkan : QS. Al-Infithar 82 : 4 dan 5
         
Artinya : 4. dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, 5. Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa
yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.
Ayat inilah yang memperjelas bahwa yang dibangkitkan itu bukan Nyawa, Ruh atau Jiwa
tetapi Nafs.
Kemudian kita bandingkan kembali dengan QS. Al-Muddatstsir 74 : 38
AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

39
     
Artinya : “Setiap nafs bertanggung jawab atas apa yang dilakukanya”
Setiap orang harus bertanggung jawab, jadi yang diminta pertanggung jawaban oleh Allah
adalah Nafs-nya.
Kemudian kita lihat kembali didalam QS. Al-Infithar 82 ayat 5 bahwa “Setiap Nafs akan
mengetahui” .
     
Artinya : “Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.”
Dalam QS. Al-Fajr 89:23 menjelaskan bahwa.

          
Artinya : “Dan pada hari itu diperlihatkan Neraka Jahanam, pada hari itu sadarlah manusia,
tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu”
Ini kejadian di alam kubur sehingga nafs inilah yang tidak mati, yang melayang, yang lepas
dari jasad yang diperlihatkan, (mimpi yang benar) dan manusia tetap sadar ( ingat, merasa, tahu,
mengerti, memeahami) apa-apa yang sudah diperbuatnya selama didunia, sehingga sunnatullahnya,
atau konsekwensi, akibat dari suatu amal perbuatan didunia itulah yang akan dirasakanya nanti setelah
dibangkitkan kembali dengan wujud material yang berbeda, sebagaimana yang telah difirmankan oleh
Allah swt, dalam QS. Al-Fajr 89:24

    
Artinya

:

“Dia

berkata

alangkah

baiknya

sekiranya

dahulu

aku

mengerjakan

(kebajikan)untuk hidupku ini”
Allah swt, menjelaskan dalam ayat ini bahwa sebuah penyesalan yang teramat dalam harus
diterima dan sudah tidak bisa lagi diimbangi dengan amalan-amalan baik karena dimensi waktu untuk
melakukan amal soleh sudah tiada lagi.
Kemudian ditegaskan kembali dalam QS. Al-Infithaar 82:19

          
Artinya : “(yaitu) pada hari (ketika) seseorang tidak berdaya (menolong) orang lain dari
segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah”
Tidak ada lagi dimensi waktu untuk saling menyalahkan apalagi untuk saling menolong,
kekuasaan mutlak berada ditangan Allah swt, disinilah diperlihatkan, dirasakan, dan diingatkan, oleh
Allah kepada manusia yang telah diberi petunjuk tetapi tetap berada pada kesombongan dan kelalaian.
QS. At-Tariq 86:10 “Pama lahuu mintuwatiwalaa naasirin” Artinya : “Maka manusia tidak
lagi mempunyai suatu kekuatan dan tidak (pula) ada penolong.
Dari uraian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa Nafs itu terdiri dari diri yang satu sehingga
terpecah menjadi dua bagian yaitu:
AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

40
1. Nafs pisik (mati, terurai dan hancur)
2. Nafs non pisik (ingatan dan peerasaan)
Serta peranan Nafs disini adalah:
 Tahu
 Ingat
 Mengerti
 Merasa
 Memahami
Jadi antara nafs yang pisik da n yang non pisik itu berperan sebab nanti pada hari kiamat
ketika dibangkitkan kembali maka nafs-nafs itu akan disatukan kembali dengan dengan nafs material
objektip yang berbeda seperti material objektip didunia ini seperti yang jelaskan dalam firman Allah
swt, dalam QS. 81:7
Ketika hidup didunia ingatan itu disimpan didalam sel-sel syaraf otak yang rumit dan unik,
yang sampai sekarang diteliti oleh para pakar didunia yang masih belum selesai. Ingatan itu proses
biologi (kumpulan reaksi elektro kimia didalam otak) atau dengan kata lain ingatan itu ialah informasi
yang diberi kode dipanggil kembali.
Contoh : “Kalau kita parkir di suatu Mall misalnya di lantai 2 blok C kemudian ketika kita
akan pulang tentu yang dicari lantai 2 blok C. Maka untuk memanggil kembali ingatan dimana kita
parker tadi akan dipanggilnya kembali melalui kode itu. Ingatan itu informasi yang diberi kode untuk
dipanggil dengan kode itu, jadi si kode itu sebagai alat pemanggil, dan berperan sebagai informasi.
Ingatan ini kalau didunia ini sangat penting karena berpikir itu adalah proses mengingat. Jadi apa yang
dijelaskan didalam Al-Qur’an bahwa al-Qur’an itu menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk,
sebagai rahmat, sebagai kabar gembira bagi orang-orang mukmin
Ingatan dan perasaan itu akan tetap eksis dari dunia sampai akhirat sebagaimana yang
difirmankan Allah swt, QS. At-Takwir 81 ;7

   
artinya : “Dan apabila nafs-nafs dipertemukan dengan tubuh” Nufus disini adalah nafs-nafs.
QS. Al-Infitar

82;5

“Setiap Nafs akan mengetahui apa yang telah dikerjakanya dan yang

dilalaikanya”.
QS. Al-Mu’min 40:46

Artinya : "Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari
terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): 'Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya, ke dalam azab
yang sangat keras'.
QS. Ali-Imran 3:110
          
            
 
AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

41

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Manusia diberi petunjuk oleh Allah swt, lalu manusia itu diberi kekuatan untuk mencerna
petunjuk itu,

kalau manusia basyar tidak mampu mencerna, dengan tiupan ruh itulah manusia

memiliki ilmu pengetahuan, manusia bertanggung jawab dengan aturan dengan hokum, karena diberi
beban, hokum manusia bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas kekholifahan
Kalau kita membahas dari sisi saikologi yang tidak membicarakan masalah baik buruk yang
tidak membicarakan masalah keimanan karena yang diresmikan sebagai ilmu yang sudah diresmikan
Saikologi itu adalah teori JB Witsend yaitu saikologi bi hafiorist mempelajari tingkah laku
saja karena dianggap oleh JB Withsen itu berbicara masalah batin itu katanya tidak objektif dan tidak
ilmiah karena tidak ada buktinya seperti kata iman,t idak ada bukti wujud material
Berbicara masalah nafs yang dikaitkan dengan manusia
QS.Az-Zummar 39:42

             
            
 
Artinya : "Allah mewafatkan nafs-nafs ketika mautnya, dan nafs-nafs yang belum mati di
waktu tidurnya; Maka Ia tahanlah nafs yang telah ia tetapkan kematiannya, dan Dia melepaskan nafs
yang lain (yang tertidur) sampai waktu yang ditentukan (saat kematiannya). Sesungguhnya pada yang
demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah, bagi kaum yang berpikir."
Allah mewafatkan Nafs ketika matinya jadi ada nafs yang wapat ada Nafs yang mati “Walati
lam tamut fimanamiha” dan yang belum mati ketika ia tidur, jadi yang belum mati itu Nafs ketika ia
tidur siapa yang tidur Nafs juga, jadi didalam tidur itu ada dua Nafs yang tidur dan yang wafat karena
al manam itu adalah mimpi yang benar, jadi al manam disitu bukan tidur itu sendiri yang belum mati
ketika tidurnya. Dan yang belum mati ketika tidurnya (yang belum mati itu apa?) nafs didalam manam
itu jadi manam itu keteranganya dalam ada pada QS. As-Shaffat 37:102
  
                                  
(   :)   
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”. Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar”.

AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

42
Ada yang mati ketika tidurnya mimpi ketika di alam duniawi. Ada yang wafat itu berkaitan
dengan kematian, jadi wafat itu adalah mimpi yang benar yang diperlihatkan di alam kubur, Ada yang
mati fisik dan yang mati ini dijelaskan dalam QS Ali- Imran : 3/185.



            
            

Artinya : “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah
diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan
yang memperdaya”.
QS. Al-Mulk 67 ;10
           
Artinya : “Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan
itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia untuk membedakan yang Hak dan yang Bathil yang
pada umumnya para mufasirin mengartikan hak dan Bathil berbeda-beda dalam mengartikanya.
Diantaranya bathil diartikan (tanpa hikmah, dan sia-sia) kemudian untuk istilah Hak diartikan (Benar
dan Hak). Ada juga ditafsir kontemporer Muhammad Syahrur bahwa arti Hak itu adalah Nyata (Ril)
sedangkan arti dari pada Bathil adalah Ilusi. Salah tafsiran ini juga yang menjadi dasar pembahasan
dalam jurnal ini.
QS. Al-Baqarah : 2 : 185

             

                      

Artinya: "Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang batil).
Kalau kita mengambil dari QS. Shad 27 kemudian kita bandingkan dengan QS. As-Shuro ayat
24 disini jelas sekali Allah swt, menjelaskan bawa maksudnya adalah (Nyata / Ada) sedangkan Bathil
itu adalah (Ilusi / Bohong) bahkan didalam QS. 38 : 27 di jelaskan oleh Allah swt,

                                                
Wamaa khalaqnassama'a wal'ardla wamaa baynahumaa baathilan dzalika dhannulladziina
kafaruu fawaylullilladziina kafaruu minannar(i)
Artinya: “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu
karena mereka akan masuk neraka”.

AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

43
Ini tidak hanya sebuah cerita saja tetapi betul-betul nyata dan ada. Kemudian ini titegaskan
didalam QS. 42 : 24 “Dan Allah menghapuskan yang Bathil” yang bathil itu hapus “Dan menetapkan
yang Hak pada kalimat-kalimat Allah”. Kalimat-kalimat Allah wujud material itu sendiri.
Seperti itulah kita memahami firman Allah swt, QS. Mariam 19:35 “yakulu lahu kunfayakun”.
“Apabila Allah telah menetapkan sesuatu Allah hanya berkata kepadanya. Jadilah. Maka jadilah
sesuatu itu”.
Redaksi seperti ini terdapat pula dalam beberapa ayat diantaranya QS. Al-Baqarah 2:117 dan
QS. Yasin : 82
Mari kita lihat QS. Al Hajj 22:62

              
  
Artinya: 62. (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena Sesungguhnya Allah, Dialah (tuhan)
yang haq dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, Itulah yang batil, dan
Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.
Yang menyeru kepada selain Allah adalah Ilusi artinya hanya Allah yang ada Selain apa-apa yang telah
dikemukakan diatas Al-Qur’an juga sebagai Starting Point Ilmu Pengetahuan bagi Manusia dimana
wahyu pertama Allah swt, memerintah membaca, Allah swt, berfirman di dalam Al Qur`an surat Al
‘Alaq ayat 1 sampai 5:
    ( )    ( )      ()         ()           

Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah.
(4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (alat tulis) (5) Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Seorang alim tafsir yang bernama Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya
yang berjudul “Tafsirul Qur`anil ‘Azhim” : “Ayat Al Qur`an yang paling pertama turun adalah ayatayat mulia yang memiliki berkah ini. Ayat-ayat ini adalah rahmat pertama yang mana dengannya Allah
merahmati para hamba dan merupakan kenikmatan pertama yang Allah berikan kepada mereka.
Di dalam ayat-ayat ini terdapat peringatan tentang awal mula penciptaan manusia adalah dari
segumpal darah. Di antara kemurahan Allah swt, adalah mengajarkan kepada manusia tentang hal
yang tidak mereka ketahui. Lalu Allah swt, mengangkat derajatnya dan memuliakannya dengan ilmu.
Ilmu inilah ukuran yang membedakan antara bapak manusia Adam dengan para malaikat.
Ilmu terkadang terdapat di dalam akal pikiran, terkadang di lisan, terkadang di tulisan tangan.
Akal, lisan, dan tulisan. Oleh karena itu Allah berfirman: Di dalam sebuah atsar disebutkan:
   
AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

44
“Ikatlah ilmu itu dengan tulisan.” [Riwayat Al Hakim (1/106) dari Umar bin Khaththab dan
Anas bin Malik secara mauquf. Atsar ini shahih]
Di dalam atsar yang lain:
             
Artinya : “Barangsiapa yang mengamalkan ilmunya, maka Allah akan memberinya ilmu yang tidak
diketahuinya sebelumnya.”
[Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di Hilyatul Auliya`]
Membaca disini artinya mempelajari, apa yang harus dibaca atau dipelajari oleh manusia?
Ayat di atas tidak menyebutkan objek bacaan maka dari itu kata iqro di gunakan dalam arti
membaca, menelaah, memepelajari, menyampaikan, dan sebagainya, dan karena objeknya bersifat
umum, maka objek tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, baik yang merupakan bacaan
suci yang bersumber dari Allah swt, maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat yang tertulis
maupun tidak tertulis.
Menjadikan dari segumpal darah salah satu cara yang di tempuh oleh al quran untuk
mengantar manusia menghayati petunjuk Allah adalah memperkenalkan jati dirinya antara lain dengan
menguraikan proses kejadiannya. Dalam ayat ini Allah mengungkapkan cara bagaimana ia menjadikan
manusia, yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia di jadikan Allah dari sesuatu yang melekat dan di
berinya kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu yang ada di bumi ini serta menundukannya
untuk keperluan hidupnya dengan ilmu yang di berikan allah kepadanya.
Arti Qalam dalam ayat ini bukan pena yang pada umumnya terdapat pada kebanyakan tafsir
Al-Qur’an tetapi Qalam disini adalah perbedaan-perbedaan yang terkandung didalam semua wujud
material objektip ciptaan Allah swt, Contoh material objektip yang harus dibaca dan diperlajari
terdapat dalam QS. ar-ruum 30 :22

           
  
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”.
Pada zaman Adam (species manusia) belum terdapat pena yang diartikan sebagai alat tulis,
karena pena dibuat manusia dalam rentan waktu relatip belum lama, jadi Allah mengajar Adam karena
Adam sudah diberi taklim yaitu kemampuan membedakan (tiupan Ruh Allah) atau dalam ilmu
kedokteran disebut reseptor (penerima).
QS. Al-‘Araaf 7 : 172
AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

45
Yang diambil kesaksian disini adalah Nafs, Kesaksian terhadap Nafs. Allah mengambil
kesaksian terhadap Nafs manusia pada saat nafs masih berada di Sulby (Tulang sulby yang tidak bisa
hancur) jadi nafs yang menyaksikan, bahwa nafs yang itu adalah Bala sahidna, langsung tanpa reserve
membenarkan bahwa Allah sebagai sang pencipta. siapa itu bala sahidna?.
Disini penyaksianya itu bukan penyaksian fu’adi bukan penyaksian dengan mata dan telinga,
bukan dengan penglihatan dan pendengaran, tetapi dengan ingatan dan perasaan yaitu dengan berfikir
dan disini sudah memakai akal (alastu birobikum? Bukankah aku ini rabbmu?) rabb itu Pencipta,
Pemelihara, Pendidik, Penyempurna (Bukankah Aku ini sebagai pencipta? / Bukankah Aku ini sebagai
pemelihara kamu? / Bukankah Aku ini sebagai pendidik kamu? / Bukankah Aku ini sebagai
penyempurna kamu? Bala sahidna)
Disitu sudah bisa digambarkan bahwa karena bukan penyaksian secara fuadi, bukan
penyaksian dengan secara melihat dengan mata dan mendengar dengan telinga tapi dengan berfikir
dan perasaan (ingat dan perasaan).
Maka untuk kehidupan (untuk hidup dan kehidupan kita di alam dunia ini) terdapat dalam QS.
An-Nahl :78. Jadi menyaksikan sesuatu itu dengan cara didengar dengan cara dilihat (yang keluar dari
kandungan ibu yang tidak tahu apa-apa) yang ini untuk hidup dan kehidupan kemudian diberi potensi
yaitu pendengaran, penglihatan dan ‘af-iddah
Alat inilah yang dipergunakan untuk melaksanakan tiupan Ruh (Pendengaran, Penglihatan dan
‘af-iddah) dan itu yang paling utama, disertai dengan seluruh tubuh kita itu sebagai alat penerima
dimanapun, sebagai contoh di kaki menginjak duri, dikulit terasa dingin, panas, gatal, perih dll, ingat
dan rasa itu tidak bisa dipisahkan karena mempunyai hubungan koherensi yang disebut dalam alQur’an itu masuknya stimulus dari luar itu yang dapat menyaksikan secara fuadi pendengaran dan
penglihatan masuk kedalam af’iddah (fa’ada – fu-ad – af – iddah), af-iddah itu suhu yang sangat
tinggi/panas atau temperature yang sangat tinggi
Jadi permulaan ini kamu tidak tahu apa-apa jelaslah ini hubunganya dengan Ilmu
Pengetahuan. Jadi fa’ada, af’idah dan fu’ad disini adalah kemampuan nalar, temperature yang sangat
tinggai/ panas disini adalah semangat untuk mencari ilmu, dengan kata lain kita telah diberi kekuatan
yang disebut taklim (pembeda) contoh dingin dengan panas
Yang pertama dari Manusia kemudian ada kesaksian Ini bukan kesaksian fu’adi, bukan
kesaksian wujud material tetapi kesaksian berfikir.
3. Pelaksanaan Ibadah Manusia
a. Pengertian Ibadah
Secara Bahasa kata ibadah adalah kata bahasa Arab. Ia adalah masdhar dari kata “abaada –
ya’budu – ibaadatan” artinya ialah taat (ketaatan) tunduk (ketundukan) memperbudak, do’a,

AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

46
memperhambakan diri, menyembah dsb. Dengan kata lain pengertian ibadah ialah (amal soleh) yaitu
segala prilaku aktivitas perbuatan sadar manusia dijalan lurus.
b. Tujuan Ibadah
Allah tidak semata-mata menciptakan Jin dan Manusia melainkan dengan tujuan agar manusia
beribadah kepada Allah swt, . Untuk mencapai tujuan ibadah kita simak firman Allah swt, QS. 2 : 21
         
 
Artinya : "Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakan kamu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertaqwa." – (QS.2:21)
Jadi manusia didalam kegiatan hidup dan kehidupan keseharianya sehubungan dengan
kegiatan bertutur kata berprilaku, beraktivitas, dan berbuat sesuai dengan keahlianya masing-masing,
agar kegiatan mereka itu memperoleh nilai ibadah kepada Allah swt, maka kegiatan tersebut diatas
harus sesuai dengan tuntunan kitab suci Al-Qur’an
Allah swt, QS. Al Hajj 22:32

Artinya : ”Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah,
maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan qolbu." – (QS.22:32)
Semakin banyak manusia melaksanakan langkah-langkah ibadah kepada Allah swt, maka akan
semakin kuat ketakwaan qolbu manusia itu kepada Allah.
c. Langkah-langkah Ibadah
Salah satu dasar langkah-langkah ibadah kepada Allah kita perhatian firman Allah didalam AlQS. Al-Isra’17:44

Artinya : “Langit yang tujuh, Bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah.
(Tasbih Eksistensial). Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji Allah, tetapi kamu
sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun:.
Kata al-tasbih merupakan derifasi dari sa-ba-ha yang artinya “bergerak secara terus menerus,
layaknya seperti mengapung diatas air”. Ini sebagaimana yang difirmankan Allah swt, mengenai
gerak segala sesuatu, masing-masing (bergerak) dalam orbitnya (al-anbiya 21:33)
Didalam Al-Qur’an, tasbih ditemukan dalam dua bentuk yaitu “tasbih eksistensial” dan
“tasbih kesadaran”. Bagi manusia tasbih kesadaran dapat mengeluarkan problem penderitaan yang
dihadapinya atau yang dirasakanya dengan rahmat Allah swt, Contoh Tasbih kesadaran yang dapat
mengeluarkanya.
AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

47
Allah swt, berfirman QS. As-Shaffat 37 : 139-144
‫)نولإ نن ميون منس ل نلمنن ٱل رممررنسللينن‬
١٤٠) ‫حولن‬
‫)لإرذ أ نبننق لإنلى ٱل رمفل رلك ٱل رنمرش م‬
١٤٢) ‫ت نومهنو مملليمم‬
‫حو م‬
‫)نفٱل رتنقننممه ٱل ر م‬
١٣٩)

١٤٣) ‫)نفل نرونلا أ نن نمهۥ نكانن لمنن ٱل رممنس لبنلحينن‬
١٤٤) ‫ث لفى بنرطلنلهۦۦ لإل نىى ي نرولم ي مبرنعمثونن‬
‫)ل نل نلب ن‬
Artinya : "Sesungguhnya, Yunus benar-benar salah seorang rasul," – "(ingatlah), ketika ia lari
(dari kaumnya yang sesat), ke kapal yang penuh muatan." – "kemudian ia ikut mengundi, lalu dia
termasuk orang-orang yang kalah untuk undian (siapa yang harus keluar dari kapal, yang akan
tenggelam itu)." – "Maka ia ditelan oleh ikan yang besar, dalam keadaan tercela." – "Maka kalau
sekiranya, dia tidak termasuk orang-orang yang bertasbih," – "niscaya ia akan tetap tinggal di perut
ikan itu, sampai hari berbangkit”.
Sedangkan contoh khusus bagi pelaksanaan tasbih kesadaran terdapat dalam firman Allah QS.
Al-Anbiya 21:87

              
        
Artinya : "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi (meninggalkan kaumnya
yang kafir) dalam keadaan marah, lalu ia menyangka, bahwa Kami tidak akan mempersempit
(hati)nya (menyulitkannya), maka ia menyeru (kepada-Nya) dalam keadaan sangat gelap: 'Bahwa tak
ada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah
termasuk orang-orang yang zalim (kepada diri sendiri)'." – (QS.21:87)
Pada peristiwa Nabi Yunus ketika Nabi Yunus direlan ikan. Maka nabi yunus bertasbih
didalam perut ikan dengan ucapan “Tidak ada illah yang berhak disembah selain Allah. Maha suci
Allah sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”.
Tasbih Nabi Yunus ini mengandung dua makna
1. Ucapan “Laa ilaaha illaa anta subhaanaka…”
Mengandung pengertian meng Esakan Allah bahwa tidak ada illah yang berhak diibadati
(ditaati) kecuali Allah
2. Tasbih “….. innii kuntu minaz-zaalimiin”. Ini meruakan pengakuan Nabi Yunus bahwa ia
telah mendzalimi dirirnya sendiri.
Dari kasus Nabi Yunus bertasbih ketika berada didalam perut ikan dan akhirnya bisa keluar
dari penderitaan, ini merupakan pelajaran bagi kita, seberat apapun masalah yang kita hadapi kalau
kita dalam keadaan beriman dan beramal soleh akan kebesaran Allah swt, baik bergerak, bertasbih,
bedo’a, dan berusaha untuk keluar dari penderitaan akibat dari prilaku ulah sendiri yang menyimpang
dari jalan lurus (dosa), maka Allah berfirman dalam QS. Yunus 10:107 .

              
            

AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

48
Artinya : "Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya, kecuali Allah. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada
yang dapat menolak karunia Allah. Allah memberikan kebaikan itu, kepada siapa yang dikehendaki
Allah, di antara hamba-hamba Allah, dan Allah Yang Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang." –
(QS.10:107)
Untuk meningkat kepada langkah ibadah berikutnya dalam bentuk aktualita, terlebih dahulu
kita harus memahami Sunnah Rasul dalam wilayah ketaatan.
Dalam wilayah ketaatan ini terdiri dari tiga hal:
1. “Ketatan yang bersambung” (at-ta’ah al-muttasilah) kepada Allah dan Rasul; adalah ketaatan
yang wajib baik pada masa hidup Rasul maupun setelah wapatnya dalam wilayah-wilayah
ritual-ritual dan hal-hal yang diharamkan. Ritual-ritual sebagaimana telah dilakukan oleh
Rasul sampai kepada kita dengan cara mutawaatir ‘amali (secara turun temurun melalui
perbuatan) dan tidak ada kelebihan tentangnya baik bagi para ahli Hadits maupun ahli Fiqih
sedangkan al-muharromaat (hal-hal yang diharamkan) telah dijelaskan dalam Kitab Allah.
Rasulullah terjaga dari melakukanya, disamping keterjagaan dia dalam wilayah Iblaagh
(penyampaian wahyu allah secara langsung) dan Tabliigh (menyampaikan wahyu allah dengan
jelas) hal-hal yang termasuk dalam kategori al-muharromaat adalah bersifat fitrah, dimana
manusia dengan fitrahnya mampu memahaminya karena ia masuk dalam nurani manusiawi
dan didalamnya tidak ada beban dan belenggu.
2. “Ketaatan yang terpisah” (at-ta’ah al-munfasilah); adalah ketaatan yang wajib hanya pada
masa hidup Rasul saja. Rasulullah memerintah dan melarang dalam wilayah halal, terkadang
dalam bentuk pembatasan dan terkadang memutlakanya kembali dan dia menetapkan dasardasar pembentukan masyarakat sesuai kondisi ruang dan waktu. Dalam kaitan ini dia adalah
seorang Mujtahid yang tidak terjaga dari kesalahan (Ghayr Ma’sum) dan keputusankeputusanya mengandung kenisbian historis. Karena itulah, “ketaatan terpisah” kepada rasul
ini berjalan seiring dengan ketaatan pada kepala pemerintahan (ulii al-amr).
3. An-Nubuwah adalah pengajaran dan pemberitahuan.
Contoh dalam wilayah ketaatan dari tiga hal tersebut diatas adalah:
Ad. 1. Contoh dari “Ketatan yang bersambung” terdapat dalam beberapa ayat didalam Al-Qur’an
dibawah ini:
QS. Al-Baqarah [2:43] Seruan agar kita mendirikan sholat dan menunaikan zakat

      

Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orangorang yang ruku’.
QS. Al-Baqarah 2 : 183 Tentang Saum

           
  
AL-KARIMAH

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan
Ekonomi Syari’ah

49
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
QS. 2 : 158 Tentang Ibadah haji

          