BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Komparasi Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Pdrb Antar Provinsi Di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Gambaran Umum Pertanian

  Menurut Mosher dalam Mubyarto (1989) mendefinisikan pertanian sebagai sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pertanian dalam arti sempit diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian). Sektor pertanian meliputi kegiataan pengusahaan dan pemanfaatan benda-benda biologis/ hidup yang diperoleh dari alam dengan tujuan untuk konsumsi. Berdasarkan definisi ini, sektor pertanian secara sempit dapat dirinci atas beberapa sub-sektor, yaitu:

  1. Sektor tanaman pangan (Food Crop) Mencakup segala jenis makanan yang dihasilkan dan dipergunakan sebagai bahan makanan seperti, padi, jagung, ketela pohon, kentang dan umbi- umbian lainya, kacang tanah, kedelai, dan kacang lainnya, sayur dan buah-buahan.

  2. Tanaman perkebunan (Estate Crop) Mencakup segala jenis tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan seperti karet, kopi, teh, kina, coklat, kelapa sawit, tebu, serat manila, kelapa, kapuk, cengkeh, pala, lada, pinang dan lainya.

  3. Peternakan (Livestock)

  9 Mencakup kegiatan pemeliharaan ternak besar, ternak kecil, dan unggas yang bersifat komersial dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dipotong dan diambil hasilnya seperti; sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, ayam, itik, burung, ulat sutra dan sebagainya.

  Pertanian muncul pada saat manusia mulai mengendalikan pertumbuhan tanaman dan hewan, serta mengaturnya sedemikian rupa sehingga menguntungkan. Perbedaan antara pertanian yang ilmiah dan pertanian yang masih primitif terletak pada taraf sampai di mana penguasaan manusia atas pertumbuhan tanaman dan hewan telah terlaksana Pada pertanian yang masih sangat primitif, petani menerima tanah, curah hujan, dan berbagai jenis tanman yang ada sebagaimana adanya. Pada pertanian yang sudah modern, manusia menggunakan kecerdasan otaknya untuk meningkatkan penguasaannya terhadap semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan (Hanafie, 2010).

  Pertanian dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada mulanya pertanian di tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan keperluan sehari-hari petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu disebut pertanian gurem dan hidup dalam suatu perekonomian tertutup (Nasoetion, 2005 dalam Sukino, 2003).

  Pertanian yaitu semua kegiatan yang meliputi penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan.

  Semua kegiatan penyediaan tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana, yaitu masih menggunakan peralatan tradisional yang termasuk pula di dalamnya (BPS, 2003 dalam Ramanto, 2008). Bisa juga pertanian disebut sebagai upaya pengolahan tanaman dan lingkungan agar memberikan suatu produk (Mardjuki, 1990).

  Pertanian merupakan suatu proses produksi yang khas didasarkan atas proses-proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pembangunan pertanian merupakan suatu proses perubahan kondisi yang kurang baik menjadi kondisi yang lebih baik di sektor pertanian. Pembangunan pertanian tidak hanya dipengaruhi oleh unsur-unsur produksi seperti sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal, tetapi juga dipengaruhi aspek-aspek sosial, ekonomi, dan politik (Mosher, 1966 dalam Santoso, 2005).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kontribusi Sektor Pertanian

  Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang mendapatkan prioritas utama dalam pembangunan nasional terutama di negara- negara sedang berkembang. Hal ini dikarenakan pada umumnya negara-negara berkembang tersebut merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut, sehingga tidak salah apabila sektor pertanian berfungsi sebagai penunjang terhadap pembangunan ekonominya.

  Menurut Todaro (2003), suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan minimal memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yakni :

  1. Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas para petani kecil.

  2. Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada upaya pembinaan ketenagakerjaan.

  3. Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah pedesaan yang bersifat padat karya, yaitu nonpertanian, yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian.

  Pertanian di negara sedang berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu sebagai berikut (Kuznets, 1964 dalam Tambunan, 2003).

  1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat tergantung pada produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan-bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di sektor-sektor nonpertanian tersebut, terutama industri pengolahan, seperti industri-industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan farmasi. Kuznets menyebut ini sebagai kontribusi produk.

  2. Karena kuatnya bias agraris dari sektor ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan, maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain di dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang konsumen. Kuznets menyebutnya kontribusi pasar.

  3. Karena relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan outputnya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan andilnya terhadap penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor nonpertanian. Sama juga, seperti di dalam teori penawaran tenaga kerja tak terbatas dari Arthur Lewis (1954), dalam proses pembangunan ekonomi jangka panjang terjadi perpindahan surplus tenaga kerja dari pertanian (pedesaan) ke industri dan sektor-sektor nonpertanian lainnya (perkotaan).

  Kuznets menyebutnya kontribusi faktor-faktor produksi.

  4. Sektor pertanian mampu berperan sabagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi- komoditi pertanian menggantikan impor (substitusi impor). Kuznets menyebutnya kontribusi devisa.

  Sektor pertanian cukup layak untuk dijadikan sebagai sektor andalan ekonomi terutama sebagai sektor andalan dalam pemerataan tingkat pendapatan masyarakat yang sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik tingkat penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian tahun 1999 (40,59%), tahun 2000 (42,53%), tahun 2001 (40,22%), tahun 2002 (40,31%), dan tahun 2003 (41,93%). Hal ini dikarenakan sektor pertanian mempunyai keunggulan kompetitif yang terbukti mampu menghadapi gangguan dari luar. Keunggulan kompetitifnya didapat dari input yang berbasis sumber daya lokal.

2.2.2 Produk Domestik Regional Bruto

  Produk Domestik Bruto (PDB) sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Apabila diterjemahkan dalam tataran daerah maka PDB disebut dengan PDRB. PDRB adalah total nilai produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah tertentu dalam waktu tertentu tanpa melihat faktor kepemilikan. Salah satu model yang menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa (PDRB) suatu wilayah secara keseluruhan adalah Model Solow (Mankiw, 2006).

  Salah satu indikator ekonomi makro yang berperan dalam membuat perencanaan kebijaksanaan dalam pembangunan, menentukan arah pembangunan serta mengevaluasi hasil pembangunan suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto. PDRB dapat dijadikan sebagai indikator laju pertumbuhan ekonomi sektoral agar dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang menyebabkan perubahan pada pertumbuhan ekonomi. Besar kecilnya PDRB yang dapat dihasilkan oleh suatu wilayah/daerah tergantung oleh besarnya sumberdaya alam yang telah dimanfaatkan, jumlah dan mutu sumberdaya manusia, kebijaksanaan pemerintah, letak geografis serta tersedianya sarana dan prasarana di wilayah tersebut. Terdapat beberapa ukuran pendapatan nasional , diantaranya: Gross

  

National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB), Gross Domestic

  atau Produk Domestik Bruto (PDB), Net National Product (NNP)

  Product (GDP)

  atau Produk Nasional Neto (PNN), dan National Income (NI) atau Pendapatan Nasional (PN).

  Perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode antara lain:

  a. Metode Langsung Dalam menghitung PDRB Dengan metode langsung, perhitungan diserahkan sepenuhnya pada data daerah yang terpisah dari data nasional, sehingga hasil perhitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Dalam metode ini PDRB dapat diukur dengan tiga pendekatan yaitu: 1.

   Pendekatan Produksi

  PDRB merupakan jumlah barang dan jasa terakhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi 11 sektor (dapat juga dibagi menjadi 9 sektor) yaitu: (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas, dan air minum; (5) bangunan; (6) perdagangan; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) bank dan lembaga keuangan lainnya; (9) sewa rumah; (10) pemerintahan; dan (11) jasa-jasa.

2. Pendekatan Pendapatan

  PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu setahun.

  Balas jasa produksi yang dimaksud meliputi upah dan gaji, sewa tanah, modal, dan keuntungan. Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam hal ini mencakup juga penyusutan dan pajak-pajak tak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut

  

nilai tambah bruto sektoral . Oleh sebab itu PDRB menurut pendekatan

  pendapatan merupakan penjumlahan dari nilai tambah bruto seluruh sektor atau lapangan usaha.

3. Pendekatan Pengeluaran

  PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan; (2) pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok; (3) pengeluaran konsumsi pemerintah; serta (4) ekspor neto (yaitu ekspor dikurang impor) dalam jangka waktu setahun.

b. Metode Tidak Langsung / Alokasi

  Menghitung nilai tambah suatu kelompok kegiatan ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

  Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling mendukung satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan mutu atau kualitas data daerah.

  Dilihat dari penjelasan di atas PDRB dari suatu daerah/wilayah lebih menunjukkan pada besaran produksi suatu daerah bukan pendapatan yang sebenarnya diterima oleh penduduk sekitar yang bersangkutan. Walaupun demikian, PDRB merupakan data yang paling representatif dalam menunjukkan pendapatan dibandingkan dengan data-data yang lainnya (Dumairy, 1996).

2.2.3 Sektor Unggulan

  Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Dengan adanya sektor unggulan, maka akan mempermudah pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan tercapai.

  Kriteria sektor unggulan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya :

  

pertama , sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; kedua,

  sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Tarigan, 2005).

  Semakin banyak sektor unggulan dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke daerah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor non unggulannya. Dengan kata lain, sektor unggulan berhubungan langsung dengan permintaan dari luar, sedangkan sektor non unggulan berhubungan secara tidak langsung, yaitu melalui sektor unggulan terlebih dahulu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor unggulan merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Glasson, 1997).

2.3 Metode Analisis Sektor Unggulan

2.3.1 Analisis Location Quotient (LQ)

  Location Quotient (Kuosien lokasi) atau disingkat LQ adalah

  perbandingan dengan besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Analisis LQ memang sangat sederhana sehingga apabila digunakan dalam bentuk one shot

  analysis , manfaatnya juga tidak begitu besar yaitu hanya melihat nilai LQ berada

  di atas 1 atau tidak. Analisis LQ bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time-series/trend, artinya dianalisis dalam beberapa kurun waktu tertentu (Tarigan, 2005).

  Metode ini berguna untuk menentukan sektor unggulan dan sektor non unggulan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan total semua sektor di daerah atasnya. Daerah bawah dan daerah atas yang dimaksud adalah daerah administratif (Glasson, 1977). Di dalam penelitian ini analisis dilakukan pada tingkat provinsi, maka daerah bawahnya adalah provinsi, dan daerah atasnya adalah Indonesia.

2.4. Penelitian Terdahulu

  Kartika (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisi Kontribusi Ekspor Kopi terhadap PDRB Sektor Perkebunan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor komoditi kopi Sumatera Utara dan mengetahui bagaimana kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan ekspor kopi terus mengalami peningkatan yang bersifat fluktiatif dari tahun ke tahun dengan trend yang cenderung meningkat dan volume ekspor kopi memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara.

  Fitriah (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Investasi Swasta dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Sektor Pertanian, Sub-Sektor Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jumlah tenaga kerja dan nilai realisasi PMDN dan PMA sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDRB sektor pertanian secara sempit. Hasil penelitian menunjukkan elastisitas tenaga kerja berkisar antara 0.160 –0.793. Hasil ini mengimplikasikan bahwa PDRB sektor pertanian, sub-sektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan lebih didorong oleh faktor tenaga kerja dibandingkan investasi.

  Naufal (2010) dalam penelitian dengan judul “Peranan Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pemerintah Aceh”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan laju perrtumbuhan ekonomi di Pemerintah Aceh. Hasil penelitian menunjukkan Sektor Pertanian mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB Pemerintah Aceh, disamping itu mayoritas penduduk Pemerintah Aceh bekerja di Sektor Pertanian.

  Sektor Pertanian menyumbang rata-rata 20,97 persen per tahun terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2000-2007. Sumbangan Sektor Pertanian tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan sumbangan sektor- sektor lain.

  Restiviana (20 08), dalam penelitiannya dengan judul “Perekonomian

  Wilayah Banyuwangi ”. Hasil penelitiannya menyatakan sektor yang berdaya saing rendah pada Kabupaten Banyuwangi adalah Sekor Pertambangan dan

  Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa-Jasa. Sektor- sektor tersebut di atas berdaya saing kurang baik jika dibandingkan dengan sektor yang sama yang ada di kabupaten lain di Jawa Timur. Sedangkan Sektor Bangunan merupakan sektor-sektor berdaya saing tertinggi di Kabupaten Banyuwangi. Sektor unggulan/basis di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan LQ, adalah: 1. Sektor Pertanian. 2. Sektor Pertambangan dan Galian, 3. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.

  Wiyanti (2004), dalam penelitiannya dengan judul ”Analisis Sektor Basis Perekonomian Kabupaten Tangerang serta Implikasinya terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Oton omi Daerah” menggunakan Pendekatan Location

  (LQ). Hasil penelitian menyatakan bahwa perekonomian Kabupaten

  Quotient

  Tangerang didominasi oleh sektor primer, yaitu pertanian dan pertambangan, kemudian sektor sekunder, yaitu industri pengolahan, listrik gas dan air bersih. sedangkan sektor tersier mengalami pergeseran ke arah peningkatan, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa.

2.4 Kerangka Konseptual

  Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah dengan cara bertani atau berkebun sehingga Sektor Pertanian sangat vital bagi Indonesia. Peningkatan produktivitas di Sektor Pertanian akan meningkatkan pendapatan masyarakat menengah ke bawah yang bekerja pada Sektor Pertanian. Peningkatan pendapatan ini akan meningkatkan taraf hidup masyarakat pada Sektor Pertanian yang jumlahnya cukup besar. Semakin banyak masyarakat yang tertarik pada Sektor Pertanian, semakin berkembang Sektor P ertanian, sehingga “range” PDRB perkapita antar daerah yang didominasi oleh Sektor Pertanian dan daerah yang didominasi oleh sektor non pertanian semakin sempit.

  Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari adanya sektor-sektor ekonomi unggulan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB. Sektor-sektor unggulan tersebut apabila terus dikembangkan, akan membantu meningkatkan perekonomian wilayah. Selanjutnya sektor-sektor unggulan tersebut akan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan ekonomi yang berasal dari perubahan PDRB menurut 9 sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha ini dianalisis dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) .

  Metode LQ berguna untuk menentukan Sektor Pertanian di setiap provinsi merupakan sektor unggulan atau sektor non unggulan. Selanjutnya, merumuskan untuk memprioritaskan provinsi yang Sektor Pertanian adalah sektor unggulan dan yang sangat potensial untuk dikembangkan sehingga pada akhirnya akan menciptakan pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut.

  Penelitian ini memfokuskan untuk menganalisis komparasi seberapa besar kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB antar provinsi di Indonesia.

  

Sektor Pertanian

Pendekatan Location Quotient

9 Sektor Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.

  Sektor Pertanian

  6. Sektor Perdagangan

  2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 3.

  Sektor Industri Pengolahan

  8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

  4. Sektor Listrik, Gas, dan Air minum

  9. Sektor Jasa-jasa

  5. Sektor Bangunan

  

PDRB di 33 Provinsi Periode 2004-2012

  Sektor Unggulan Komparasi

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Komparasi Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB antar Provinsi di Indonesia

  Keterangan : : Menyatakan Kontribusi : Menyatakan Hubungan

2.5 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan landasan teori, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

  1. Sektor Pertanian memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB di setiap provinsi di Indonesia, dibanding dengan sektor-sektor lainnya.

  2. Sektor Pertanian di setiap provinsi di Indonesia merupakan sektor unggulan

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak - Pengaruh Relativistik Terhadap Koreksi Potensial Coulomb Pada Tingkat Atom Hidrogen

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak - Pengaruh Relativistik Terhadap Koreksi Potensial Coulomb Pada Tingkat Atom Hidrogen

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Rancangan Percobaan - Analisis COD (Chemical Oxygen Demand) padakualitas air sungai Krueng Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 11

BAB II TI NJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Defenisi Kepemimpinan - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kecerdasan Emotional Terhadap Keberhasilan Usaha pada Studi Foto

0 0 35

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kecerdasan Emotional Terhadap Keberhasilan Usaha pada Studi Foto

0 0 8

BAB II DESKRIPSI LOKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1 Sejarah dan Perkembangan FISIP USU - Hubungan Media Metro Tv Terhadap Pendidikan Politik Mahasiswa Fisip Usu(Studi Tentang Peran Media Metro Tv Dalam Sosialisasi Ta

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN 1. latar Belakang - Hubungan Media Metro Tv Terhadap Pendidikan Politik Mahasiswa Fisip Usu(Studi Tentang Peran Media Metro Tv Dalam Sosialisasi Tahapan Pilpres 2014)

0 0 34

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 F.nucleatum sebagai salah satu bakteri yang terdapat pada infeksi endodonti - Efek Antibakteri Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Sebagai Perancah Dengan Ekstrak Batang Kemuning Terhadap Fusobacterium Nucleatum Sebagai Alternatif B

0 0 12

Efek Antibakteri Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Sebagai Perancah Dengan Ekstrak Batang Kemuning Terhadap Fusobacterium Nucleatum Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar(In Vitro)

0 0 14

Lampiran 1.1 Kontribusi Sub-Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Aceh Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Tahun 2004-2012 Sub-Sektor Pertanian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Rata-rata

0 0 181