Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Arena Budaya dan Modal Budaya di Dalam Sumber Mata Air (‘‘SMA”) Senjoyo di Desa Tegalwaton, Kabupaten Semarang: Dari Perspektif Pierre Bourdieu
BAB IV
GAMBARAN UMUM4.1 SUMBER MATA AIR SENJOYO
K awasan “SMA” Senjoyo secara geografis langsung berbatasan dengan wilayah Kotamadya Salatiga hal inilah yang menjadikan “SMA” Senjoyo sebagai arena yang strategis hal ini dikarenakan “SMA” Senjoyo memiliki beragam sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Pada bab ini akan menjelaskan bagaimana gambaran umum wilayah “SMA” Senjoyo dan bagaimana pemanfaatan “SMA” Senjoyo. Bagaimana dampak keberadaan ruang budaya masyarakat terhadap keberlangsungan lingkungan di “SMA” Senjoyo.
4.1.1 Geografis “SMA” Senjoyo
Sumber mata air Senjoyo merupakan salah satu kekayaan asset yang dimiliki Kabupaten Semarang di bidang sumber daya air. Kabupaten Semarang sendiri secara geografis terletak pada 10º14’54,75” sampai 110º39’3” bujur timur dan 7º3’57” sampai 7º30’ lintang selatan. secara
1 administrasi Kabupaten Semarang berbatasan dengan 8 Kabupaten/Kota.
Sebelah barat : Wilayah Kabupaten Semarang berbatasan dengan wilayah administrasi Kabupaten Kendal, Magelang dan Temanggung. Sebelah selatan : Wilayah Kabupaten Semarang berbatasan dengan wilayah administrasi Kabupaten Boyolali. Sebelah timur : Wilayah kabupaten Semarang berbatasan dengan wilayah administrasi Kabupaten Grobogan dan Demak Sebelah utara : Wilayah Kabupaten Semarang berbatasan dengan wilayah administrasi Kota Semarang.
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Semarang bisa dikatakan relatif sejuk. Hal inimungkin saja jika ditilik dari ketinggian wilayah dari permukaan laut wilayah kabupaten Semarang berada dikisaran ketinggian 318 mdpl hingga 1.450 mdpl. Terdapat 3 sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Semarang yakni, Sungai Garang yakni melintasi kecamatan Ungaran Barat, Ungaran Timur dan Kecamatan Bergas. Kali Tuntang melintasi Kecamatan Bringin, Tuntang, Pringapus dan Bawen. Sungai Senjoyo melintasi Kecamatan Bringin, Tuntang, Pabelan dan Kecamatan Getasan. Wilayah Kabupaten Semarang juga mempunyai beberapa Gunung, tercatat ada 3 gunung yang berada di wilayah Kabupaten Semarang yakni. Gunung Ungaran yang terletak diwilayah Ungaran Barat, Bawen, Bandungan dan Sumowono. Gunung Telomoyo terletak di wilayah Kecamatan Banyubiru dan Kecamatan Getasan. Gunung Merbabu berada di wilayah Kecamatan Getasan dan Tengaran.
“SMA” Senjoyo merupakan wilayah yang berada di 2 wilayah administrasi pemerintahan yakni pemerintahan Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Hal inilah yang menjadikan wilayah ini sangat strategis bagi pemanfaatan 2 wilayah tersebut. Pemanfaatan air oleh PDAM Kota Salatiga hal ini dikarenakan dengan letak geografis Kota Salatiga yang berada di kawasan aliran sungai Senjoyo.
4.1.2 Topografi
Kawasan Senjoyo merupakan daerah perbukitan dengan ketiggian >600 mdpl dan terletak di lereng Gunung Merbabu. Daerah ini memiliki topografi cukup tajam dengan ketinggian berkisar antara 608 mdpl sampai 706 mdpl. “SMA” Senjoyo terletak diantara bukit yang mengapit disisi barat dan timur dengan ketinggian 706 mdpl sedangkan bukit sebelah barat 670, 5 mdpl.
Kawasan “SMA” Senjoyo merupakan kawasan sebagai hilir sungai bawah tanah Gunung Merbabu. Kondisi inilah yang menyebabkan debit mata air Senjoyo begitu berlimpah airnya. Wilayah Patemon Noborejo dan kawasan Kecamatan Tengaran merupakan kawasan penangkap air “SMA” Senjoyo.
4.1.3 Debit Air
“SMA” Senjoyo merupakan sumber air baku bagi masyarakat Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
“SMA” Senjoyo memiliki debit air sebesar 1.000 litter/detik. “SMA” Senjoyo tidak hanya dimanfaatkan untuk kepentingan domestik masyarakat saja namun juga dimanfaatkan untuk keperluan industri dan perkantoran yang ada di Kota Salatiga. Debit mata air Senjoyo dihasilkan oleh 7 sumber mata air yakni Umbul Senjoyo, Sendang Slamet, Sumur Bandung, Kali Putri, Kali Lanang, Grojokan Sewu dan Sendang Teguh.
4.1.4 Iklim
Dari segi klimatologi Kabupaten Semarang pada umunya beriklim tropis yakni musim penghujan dan usim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Berdasarkan data curah hujan tahun 2004 kecamatan Tengaran memiliki curah hujan cukup tinggi yakni 2.109 dengan hari hujan sebanyak 126 dan rata- rata hujan 116 hujan/ hari. “SMA” Senjoyo memiliki hawa sejuk hal inilah yang sering dimanfaatkan masyarakat pengunjung untuk menikmati alam dan kesejukan udaranya.
Salah satu fenomena global yang sedang terjadi adalah perubahan iklim. Dampak perubahan iklim membawa dampak terhadap perubahan temperature udara dan tingkat curah hujan. Biasamya musim kemarau terjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret merupakan bulan dengan tingkat curah hujan yang tinggi. Bulan Juli sampai dengan bulan Agustus merupakan bulan dengan tingkat curah hujan yang rendah. Namun kondisi iklim saat sudah tidak bisa diprediksi lagi. Terdapat korelasi yang sangat kuat perubahan iklim terhadap kerentanan penyediaan air di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga.
Perubahan iklim membawa dampak yang signifikan terhadap problem air yang ada di “SMA” Senjoyo. Lembaga IUWASH mencatat bahwa fenomena di wilayah Kota Salatiga
2
setidaknya menglami penurunan yakni sebanyak 23% . Hal ini tentunya akan berimplikasi terhadap ketersediaan air tanah di wilayah “SMA” Senjoyo.
4.2 Demografi
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (PP
3 2
72 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 5).
Wilayah Kabupaten Semarang memiliki luas wilayah 95.020,674 Ha. Wilayah Kabupaten Semarang memiliki 19 Kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Semarang pada tahun 2014 mencapai 955.481 jiwa.
TABEL 4.1 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN SEMARANG 2014 NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK1 Ungaran Timur 76.945 jiwa
2 Bergas 70.862 jiwa
3 Ungaran Barat 69.744 jiwa
4 Tengaran 64.908 jiwa
5 Tuntang 62.060 jiwa
6 Suruh 60.317 jiwa
7 Ambarawa 59.172 jiwa
8 Bawen 56.971 jiwa
9 Bandungan 54.618 jiwa
10 Pringapus 51.460 jiwa
11 Getasan 49.238 jiwa
12 Susukan 43.419 jiwa
13 Bringin 41.571 jiwa
14 Banyubiru 41.066 jiwa
15 Pabelan 38.050 jiwa
16 Jambu 37.669 jiwa
17 Sumowono 30.903 jiwa
18 Kaliwungu 26.420 jiwa
19 Bancak 20.088 jiwa JUMLAH 955.481 jiwa Sumber : Data Badan Pusat Statistik tahun 2015, diolah.
Dari tabel diatas diperoleh bahwa wilayah Ungaran Barat dan wilayah Bergas memiliki Kabupaten Semarang pemusatan penduduk umunya terjadi di kawasan-kawasan industry seperti di Kecamatan Bergas dan Ungaran Timur. Adapun di Kawasan Kecamatan Tengaran juga mengalami trend peningkatan penduduk. Hal ini dikarenakan wilayah ini merupakan wilayah pengembangan ekonomi baru di wilayah Kabupaten Semarang.
“SMA” Senjoyo merupakan wilayah yang masuk kedalam wilayah pemerintahan Desa Tegalwaton. Data kependudukan Desa Tegalwaton pada tahun 2014 adalah 4.117 jiwa.
Selain faktor perubahan iklim faktor penyebab kerentanan ketersediaan air adalah faktor pertumbuhan penduduk. Trend pertumbuhan penduduk menyebabkan terhadap tingkaat permintaan akses air bersih untuk kebutuhan. Faktor ketersediaan dan jumlah permintaan yang tidak simbang akan berimplikasi terhadap jumlah ketersediaan air di “SMA” Senjoyo.
4.3 Kondisi Sarana Dan Pra-Sarana A. Kondisi Jalan
Kondisi jalan masuk di “SMA” Senjoyo sudah relative bagus. Akses jalan di “SMA” Senjoyo umunya dibuat dari aspal dan betonisasi. Di “SMA” Senjoyo masih terdapat bebrapa jalan batu khususnya jalan yang memasuki tempat parkir. Sebelah timur jalan yang menghubungkan dengan desa Jubug jalan sangat bagus. Jalan tersebut terbuat dari betonisasi.
Terdapat 1 jemabatan yang menghubungkan dari tempat parkir ke lokasi Umbul Senjoyo. Terdapat jalan besar yang menghubungkan desa Kadipurwo dan desa Tegalwaton. Umunya jalan disana memiliki lebar 4 meter.
B. Bangunan
Bangunan di “SMA” Senjoyo setiap tahun menagalami peningkatan. Saat ini setidaknya terdapat puluhan bangunan permanen dan semi permanen yang sudah dibangun di “SMA”
Senjoyo. Umunya bangunan disana didominasi oleh bangunan warung. Saat ini terdapat 19 warung yang sudah dibangun di “SMA” Senjoyo. Warung-warung tersebut berupa bangunan tidak permanen yang terbuat dari kayu. Di “SMA” Senjoyo juga terdapat 1 bangunan yang digunakan untuk tempat wiasat karaoke. Terdapat 2 rumah warga dan 1 tempat pendopo permanan yang digunakan untuk kegiatan play-ground. 1 padepokan dengan bangunan permanan yang digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan keagamaan. Di Umbul Senjoyo terdapat 1
C. Toilet Dan Tempat Ganti
Sarana toilet yang ada di “SMA” Senjoyo terdapat 4. Umbul Senjoyo terdapat 2 toilet yang bisa digunakan juga untuk tempat ganti. 1 tempat ganti terdapat di sumber mata air Kali Putri. Dan 2 toilet di Bumi perkemahan.
D. Persampahan
Pengelolaan sampah di “SMA” Senjoyo bisa dikatakan belum optimal. Hal ini bisa ditemui dengan masih banyaknya sampah yang berserakan hasil pengunjung di “SMA” Senjoyo. Yang menjadi persoalan karena masih minimnya kesadaran pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya.
E. Penerangan
Kondisi penerangan di “SMA” Senjoyo sudah baik. Akses listrik juga sudah menjangkau warung- warung di “SMA” Senjoyo. Penerangan jalan juga sudah baik khususnya akses-akses jalan masuk di “SMA” Senjoyo sudah memakai penerangan.
F. Transportasi
Lokasi di “SMA” Senjoyo dapat di jangkau dengan motor dan mobil. Jalan disana besar dengan lebar 4 meter. Akses masuk di Senjoyo juga bisa memanfaatkan ojek untuk bisa ke lokas ini. Untuk angkutan umum belum ada yang melintasi lokasi ini.
4.4 Pemanfaatan “SMA” Senjoyo
“SMA” Senjoyo merupakan sumber mata air yang penting. Praktek penggunaanya pun kian beragam selain dimanfaatkan untuk kebutuhan minum,mandi, cuci masyarakat. Pemanfaatan Senjoyo untuk kegiatan industri, pertanian masyarakat dan kegiatan ekonomi seperti wisata air, bumi perkemahan dan out bound selain itu juga kegiatan budaya masyarakat. Berikut merupakan hasil wawancara dengan Kepala Desa Tegalwaton.
“Kalau untuk pemanfaatnaya beragam selain digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat, “SMA” Senjoyo juga dimanfaatkan untuk kebutuhan industri dan kebutuhan
4 pertanian masyarakat sekitar Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang ”
“SMA” Senjoyo merupakan sumber mata air yang penting di Jawa Tengah. Seabagai sumber mata air yang penting. Saat ini “SMA” Senjoyo dimanfaatkan untuk beragam keperluan oleh instansi dan berikut akan disajikan data pengguna air menurut jumlah debit air.
Tabel. 4.2
Data Pengguna Air “SMA” Senjoyo
NO JUMLAH DEBIT
PENGGUNA “SMA” SENJOYO
1 PDAM Kota Salatiga 190,00 liter/detik
2 PDAM Kabupaten Semarang 30.00 liter/detik
3 PT. DAMATEX 53,00 liter/detik
4 YONIF 411 11,80 liter/detik
5 Pertanian 870,00 liter/detik
Sumber : Dinas PDAM Kabupaten Semarang. diolah
Dari data diatas dapat dilihat pengguna terbesar air adalah dinas PDAM Kota Salatiga. Dari data diatas dapat dilihat pengguna air terbanyak didominasi oleh PDAM Kota
5 Salatiga yakni 190,00 liter/detik. Hal ini diungkapkan oleh kepala desa Tegalwaton .
“Penggunaan itu yg terbanyak malah ke kodya. Masuk kodya itu pabrik Damatex wilayah kodya, YONIF 411 wilayah kodya, sedang PDAM kodya pun sekitar 60% masuk ke kodya , yg 30% ke kabupaten, yg 0, berapa masuk ke wilayah sini atas dasar
6 hak ”
Hasil wawancara dengan kepala bidang Instalasi air Kota Salatiga menyebutkan pemanfaatan air dari Senjoyo digunakan untuk pemerataan kebutuhan air masyarakat Kota Salatiga.
4 5 Hasil wawancara dengan kepala desa Tegalawaton
“Kalau dalam 5 tahun terakhir pemakaian air sudah merata, dari data yang punya kita memproduksi air.... 2013.... 2014... 2015. Itu angka produksi hanya tingkat konsumsi kota salatiga bisa dihitung dari angka yang dibayar atau terjual, 2012.... 2013.... 2014... 2015.... kita membandingkannya dari angka produksi dengan angka terjual kita itu yang dikonsumsi masyarakat”
7 Penggunaan air oleh PDAM Kota Salatiga terus meningkat setiap tahun PDAM Kota Salatiga
saat ini memiliki pelanggan aktif sebanyak 26.709
8
. Untuk menambah jumlah pengguna yang semakin meningkat PDAM Kota Salatiga juga mengusahakan beragam alternatif untuk terus meningkatkan pelayanan dengan membuat sumur-sumur bor. Hal ini seperti diungkapkan oleh kepala bidang instalasi air PDAM Kota Salatiga.
“Sumbernya ada mata air senjoyo, mata air kali gojek itu letaknya di kab semarang, mata air kalisombo di kelurahan Salatiga, Kalitaman, Kaligetek juga di kelurahan Salatiga. Karena di kita mata air masih mengandalkan dari Kabupaten Semarang. Itu Senjoyo sama Kaligojek, lalu lainnya itu sumur, kita sumur dalam ada 10 yang sudah dioperasionalkan, th 2016 ada 4 yang dioperasionalk an jadi total ada 14 sumur dalam. Kenapa menggunakan sumur dalam karena air baku yang dari mata Senjoyo tadi tidak bisa menambah kapasitas lagi karena kita berbagi dengan masyarakat disana, ada yang menggunakan ma senjoyo itu PDAM Kabupaten Semarang, terus dari TNI 411, dari masyarakat, pabrik Damatex dan pertanian
”.
9 Pengguna terbanyak kedua dari “SMA” Senjoyo adalah PT Damatex. PT Damatex merupakan
perusahaan textile yang berada di wilayah Kota Salatiga. Saat ini pihak PT Damatex memanfaatkan air yang berasal dari “SMA” Senjoyo sebanyak 53,00 litter/detik dari total keseluruhan debit air Senjoyo. Hal ini seperti diungkapkan oleh Kepala bidang instalasi air Kota Salatiga.
7 Hasil wawancara dengan kepala instalasi air PDAM Kota Salatiga 8 Profil PDAM Kota Salatiga 2014.
“PT Damatex meanfaatkan air dari sini sudah lama. Lebih dari 30 tahun. PT Damatex
10 mengambil air dari Umbul mas, dia juga membangun pipa sendiri ”
Air yang berasal dari Senjoyo dimanfaatkan untuk keperluan industry PT. Damatex unutk keperluan penunjang industri textile.
PDAM Kabupaten Semarang merupakan pengguna air Senjoyo. Dari data diatas penggunaan oleh PDAM Kabupaten Semarang sebesar 30,00 litter/detik. Air yang berasal dari Senjoyo dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Semarang yang bertempat tinggal di sekitar “SMA” Senjoyo. Hal ini seperti diungkapkan oleh kepala bagian instalasi air PDAM Kabupaten Semarang.
“ PDAM Kabuaten Semarang baru mulai memanfaatkan sumber mata air Senjoyo tahun 1966, itu 30 litter/detik, sebelumnya pengguna yang lain yang memakai PDAM Kot a Salatiga itu malah lebih dahulu sejak masa Belanda kemudian ada dari parik Damatex dan juga Zeni KOmando itu maah duluan mereka. Jadi PDAM Kabupaten Semarang malah terlambat. PDAM Semarang melayani 17 Kecamatan tapi saat ini baru melayani
17 Kecamatan jadi yang 2 itu belum terlayani adalah Mbancak dan Sumowono, walaupun masing-masing Kecamatan yang kita layani belum semuanya bisa kita layani 11 desa-desa dan Kelurahan, tapi secara umunya kita sudah melayani 17 Kecamatan .
PDAM Kabupaten Semarang juga memanf aatkan “SMA” Senjoyo. Penguunaan air dari Senjoyo yang dimanfaatkan sebanyak 30,00 liter/detik. Air yang diambil dari Senjoyo disalurkan ke daerah-daerah seperti Barukan, Tegalwaton, Bener, Wilayah Tugu Rejo dll. PDAM Kabupaten Semarang mengambil porsi ya ng sedikit didalam pemanfaatan “SMA” Senjoyo. Hal ini dikarenakan untuk semua wilayah di sekitar “SMA” Senjoyo langsung di kelola oleh PDAM Kota Salatiga. Wilayah-wilayah yang dilayani oleh PDAM Kabupaten Semarang diatas notabene adalah wilayah Kabupaten yang terdekat dengan Senjoyo. Hal demikian seperti yang diungkapkan oleh kepala bidang instalasi air PDAM Kabupaten Semarang.
10 Hasil wawancara dengan kepala instalasi air PDAM Kota Salatiga
“Karena kita mengambil 30,00 litter/detik kita melayani wilayah dekat-dekat sana.
12 Seperti daerah Tegalwaton sendiri dan wilayah-wil ayah dekat seperti Barukan”.
Pemanfaatan irigasi pertanian masyarakat di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga yakni sebesar 870,00 liter/detik. Pemanfaatan untuk keprluan irigasi langsung ditangani oleh Dinas PSDA (Pengalolaan Sumber Daya Alam) Dinas PU Provinsi Jawa Tengah. Air yang berasal dari “SMA” Senjoyo untuk mengairi 2.000 hektar sawah yang berada di wilayah Kabupaten Semarang yakni mencakup wilyah Barukan, Kecamatan Suruh, Pabelan, Macanan. Kalau untuk wilayah Kota Salatiga daerah yang secara lan gsung memanfaatkan “SMA” Senjoyo adalah kawasan Tingkir, Kalibening dan wiayah Kauman Kidul.
Sisanya dimanfaatkan oleh YONIF 411 Makutarama Kota Salatiga yakni sebesar 11,80 liter/detik untuk memenuhi kebutuhan perumahan dinas angkatan darat Yonif 411 Makutarama. Namun dalam beberapa terakhir pemanfaatan oleh Yonif 411 masuk didalam kewenangan PDAM kota Salatiga. Hal ini seperti diungkapkan oleh kepala Desa Tegalwaton.
“Untuk Yonif 411 sekarang pemanfaatanya lewat dinas PDAM Kota Salatiga mas. Jadi
13 sepenuh nya kalau pemanfaatan oleh Kodya Salatiga lewat PDAM Kota Salatiga mas”
Selain dimanfaatkan airnya untuk kebutuhan domestik, industri dan pertanian. Pemanfaatan “SMA” Senjoyo sebagai tempat beragam ritual budaya masyarakat. Fenomena ritus budaya yang popular dimasyarakat adalah ritual “Kungkum” Malam 1 Suro dan Padusan. Setiap bulan dan hari-hari tertentu Senjoyo ramai dikunjungi para peziarah yang ingin melakukan
“Kungkum”. Hal ini seperti diungkapkan oleh kepala desa Tegalwaton.
“nek sing sering ngih dino Jumat Kliwon kalih Seloso Kliwon mas. Menopo kok dino niku sing dijupuk? niki mas mergone dino Seloso Kliwon lan Jumat Kliwon niku dinone sae mas. Dino 40. Dino 40 kui cocok kanggo golek kegayuhan lewat tirakat koyo to poso utowo “Kungkum”( yang sering ya hari Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon mas. Kenapa harus itu yang dipilub? itu karena hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon hari yang baik
12 Hasil wawancara dengan kepala instalasi air PDAM Kabupa ten Semarang
mas. Hari 40, hari 40 itu cocok digunakan untuk mencari berah melaui puasa atau
14 “Kungkum”).
4.5 Sumber Mata Air Senjoyo
“SMA” Senjoyo memiliki 7 sumber mata air yang sering digunakan untuk ritual
“Kungkum”. Menurut kepercayaan masyarakat dan Juru Kunci “SMA” Senjoyo ketujuh sumber
mata air tersebut memiliki manfaat dan tingkatan.Pertama Sendang Slamet para pelaku ritual yang melakukan “Kungkum” di Sendang
Slamet mempercayai Sendang Slamet memiliki manfaat untuk keslamatan diri. Sendang Slamet memiliki berkah bagi keslamatan jiwa dan raga. Para pelaku ritual juga mempercayai dengan melakukan “Kungkum” di Sendang Slamet sekeluarga akan dijauhkan dari segala ancaman bahaya dunia gaib.
Kedua adalah sumur Bandung yakni salah satu sumber mata air yag ada di lingkungan
“SMA” Senjoyo. Berbeda dengan sumber mata air lainya, Sumur Bandung merupakan sumber mata air yang berbentuk sumur. Dengan melakukan
“Kungkum” di Sumur bandung para
peziarah percaya akan diberi kekuatan sakti seperti Jaka tingkir yang kelak menjadi raja di kerajaan Demak.
Ketiga Sendang teguh merupakan sendang yang digunakan para pelaku ritua
l “Kungkum” yang sedang memiliki suatu keinginan agar diberi keteguhan. Para pelaku
“Kungkum”
mengambil tempat
“Kungkum” di Sendang Teguh didominasi oleh para pelajar, orang yang
sedang menjalankan pendidikan militer agar diberi keteguhan dalam menjalankan proses pendidikan.
Keempat Sendang Lanang merupakan Sendang yang dipercaya memiliki khasiat untuk
para lelaki. Para pelaku “Kungkum” di Sendang Lanang adalah para lelaki yang menginginkan jodoh dengan melakukan “Kungkum” di Sendang Lanang masyarakat percaya akan dimudahkan mendapatkan jodoh. Terdapat suatu mitos bahwa perempuan dilarang untuk
“Kungkum” di
Sendang Lanang. Setiap perempuan yang melanggar dan melakukan “Kungkum” di Sendang Lanang akan dijauhkan dari jodoh. Para pelaku “Kungkum” di Sendang Putri adalah perempuan.
Mitos di Sendang Putri berkebalikan dari Sendang Lanang. Setiap pelaku ritual yang melanggar larangan di Sendang Putri akan dijauhkan dari jodoh khusus untuk para lelaki. Mitos Sendang Putri adalah setiap para perempuan di Sendang Putri dilarang menggunakan perhiasan apapun. Mereka Percaya para pelaku ritual yang melanggar ini perhiasan yang dikenakan akan hilang.
keenam adalah tuk Sewu para pelaku “Kungum” di Tuk Sewu merupakan para peziarah
yang berkeinginan agar diberikan kemudahan dalam usahanya. Para pengusaha, pedangang sering melakukan “Kungkum” di Tuk Sewu hal ini menurut penuturan masyarkat sekitar.
Ketujuh adalah Umbul Senjoyo, menurut masyarakat merupakan pusat dari segala kekuatan yang
ada di “SMA” Senjoyo. Umbul Senjoyo merupakan tempat yang sering dijadikan Joko Tingkir untuk melakukan
“Kungkum”. Nilai-nilai itulah yang diyakini masyarakat bahwa dengan
melakukan “Kungkum” di Umbul Senjoyo segala bentuk keinginan akan tercapai.
4.6 Budaya Masyarakat Desa Tegalwaton
Warga masyarakat Tegalwaton mempunyai beraneka ragam aktifitas kemasyarakatan yang mengakar dan menjadi suatu tradisi. Tradisi tersebut sangat erat dengan kegiatan sosial keagamaan dan peringatan hari-hari besar agama. Upacara sosial keagamaan sangat menonjol dalam kehidupan masyarakat, tujuan kegiatan tersebut untuk menumbuhkan rasa kebersamaan. Dengan upacara sosial keagamaan masyarakat dapat berkumpul bersama bertemu sehingga terjalinnya rasa persatuan dan kesatuan. Ritus budaya yang berkaitan denga n “SMA” Senjoyo adalah.
A. Tradisi Malam 1 Suro
Tradisi malam 1 Suro merupakan tradisi yang umum dilakukan masyarakat Jawa pada umunya. Kegiatan ini biasanya diperingati dengan acara selamatan dan berdoa. Masyarakat desa Tegalwaton memperingati hari besar ini dengan melakukan tapa “Kungkum” di “SMA” Senjoyo. Kegiatan ini biasanya dilakukan tepat menjelang malam 1 Suro atau menyambut tahun baru dalam penaggalan Muharam.
Ritual “kungkum” merupakan ritual yang umum dilakukan dalam masyarakat Jawa. Kegaitan ini biasanya memilih tempat sumber-sumber mata air, aliran pertemuan 2 sungai, belik- belik kecil sebagai tempat untuk “Kungkum”. Kegiatan “Kungkum” di “SMA” Senjoyo terdapat beragam aliran kepercayaan dalam melakukan “Kungkum” hal ini diungkapkan oleh Juru Kunci “SMA” Senjoyo yakni sebagai berikut.
“ritual kungkum niku werno-werno,sing rien aliran mahaprabu rituale kungkum termasuk sejoning panyuwun lantaran kungkum nyuwun wonten gusti allah. Kalih kungkume niku dino tertentu malam jumat kliwon utowo selasa kliwon kalian tanggal bulan purnomo sidu utowo tanggal 15 utowo miturut penjumlahane dinone. Miturut mbah-mbah mbien dinten niku penjumlahane sae kagem tiang njaluk kegayuhan marang gusti"
15 .
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sudah berlangsung lama di “SMA” Senjoyo. Kegiatan ini meruapakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan nilai-nilai yang telah ditinggalkan nenek- moyang masyarakat desa Tegalwaton. “SMA” Senjoyo juga sering dimanfaatkan oleh keluarga kerajaan untuk “Kungkum”. Hal ini seperti diungkapkan oleh bapak
Jasmin.
“dulu sudah digunakan untuk Kungkum mas. Kerajaan Pajang hingga sekarang juga masih rajin mas “Kungkum” disini. Jaka Tingkir juga seing memanfaatkan air disini untuk “Kungkum”. Dulu itu Cuma raja-raja saja mas yang “Kungkum”. Nek dari masyarakat mulai sejak th 68 bubar gestok niku sekitar 55,67 kalih 68
16 ”
Masyarakat desa Tegalwaton dalam menjalani hidup bersandar dari mitos-mitos yang ditinggalkan oleh nenek-moyang mereka. Masyarakat menghidupi mitos-mitos ini dengan beragam ritual suci yang tersu dialakukan masyarakat. Masyarakat memandang “SMA” Senjoyo merupakan sumber mata air yang memiliki berkah bagi kehidupan merka. Hal ini seperti diungkapkan oleh kepala Dusun Jubug.
“ya kalau kungkum itu di umbul senjoyo. Senjoyo niku banyune enten berkahe mas, wong senjoyo niku petilasan Rojo kok mas mulabukane. Miturut ceritane mbah-mbah mbien mas. Ting Umbul itu Sering mas digunakan untuk “Kungkum” raja pajang mas dengan keluarganya. Nah di gorojokan sewu itu biasane digunakan para prajurit mas untuk 15 Hasil wawancara dengan bapak Jasmin
bertapa. Hal ini agar diberi keslamatan sewaktu menjalankan tugas dari kerajaan mas.
17 Hal ini seperti perang dll”
Nama Senjoyo sendiri diambil dari nama seorang raja dari kerjaan Pajang bernama raden Sanjaya. Masyarkat percaya bahwa raden Sanjaya merupakan cikal- bakal adanya “SMA” Senjoyo. Hal ini seperti diungapkan oleh bapak Jasmin.
“menurut sejarah orang tua2 dulu,dulunya disini ini alas ada salah satu orang prajurit itu dari madang kawulan itu dari daerah singasari. Itu ada putra raja bernama Raden Sanjaya terang keseser itu artinya kewalahan perang sampai disin bertapa didaerah sini katanya itu lama itu musnah atau hilang,yang tapa itu jadinya sumber mata air. Itu dari putra raja . Setelah itu di temukan oleh para wali yang madegani Sunan Kalijaga setelah itu datang juga pangeran dari Penging yaitu Bekti Kanigara membawa anak kecil namanya Karebet itu datang di Senjaya dan dijadikan murid oleh wali Sunan Kalijaga “.
Wakatu pelaksanaan “Kungkum” dimulai menjelang malam hari. Tepat pukul 00.00 WIB Umbul Senjoyo mulai rame dikunjungi para pelaku “Kungkum”. Kegiatan ii iasanya ditutup dengan berdoa dan bergadang semalam suntuk di pelataran Umbul Senjoyo. Hal demikian diungkapkan oleh bapak Jasmin
“mulai sore sampai pagi. Malam satu suro itu kan macem macem dari mana saja orang yang beragama apa saja ada. Itu dari mana-mana saja mas dari luar salatiga jawa barat,bahkan dari flores juga pernah ada mas. Kegiatan ini biasane mulai malam mulai rame mas. Sampa i pagi hari begadang semalaman meminta kepada Tuhan di Senjoyo” B.
Tradisi Dawuhan
Tradisi yang ada dan hidup di masyarakat perlu dijaga alasannya untuk mempertahankan budaya-budaya yang sudah ada sejak dulu, Serta menumbuhkan keutuhan hidup sosial masyarakat. Dengan masih terpeliharanya tradisi masyarakat yang ada termasuk tradisi yang berdasarkan kaidah agama yang sebetulnya masih termasuk bagian dari kearifan lokal, ini membuat laku fisik pada “Dawuhan” yang berupa kegiatan melestarikan semua sarana yang menopang lestarinya persediaan air masih dilakukan oleh warga masyarakat Tegalwaton.
Tradisi Dawuhan merupakan tradisi yang sampai sekarang masih dilaksanakan masyarakat desa Tegalwaton. Khususnya bagi dusun Jubug tradisi Dawuhan merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat disana setiap satu tahun sekali yakni setiap hari Jumat Wage bulan Agustus. Hal ini diungkapakan oleh kepala dusun Jubug.
“Itu setiap hari jumat legi mas. Tepatnya kegiatan ini sering dilakukan di bulan Agustus mas. Kegiatan ini dimulai pagi hari mas jam 8 itu dan jam 11 siang itu selesai mas. Tradisi ini sudah lama mas, ini peninggalan nenek -moyang mas. Kami hanya meneruskan saja mas apa yang menjadi peninggalan dan ketetntuan dari para leluhur mas.”
18 Tradisi ini meimiliki makna sebagai ucapan syukur masyarakat dusun Jubug. Tradisi ini juga
merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan sebagai usaha untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang ditinggalkan oleh nenek-moyang mereka. Hal ini seperti diungkapkan oleh kepala dusun Jubug yakni.
“Masyarakat disini bersyukur mas karena masih diberikan air yang berlimpah. Setiap kemarau panjang pun masyarakat disini tidak pernah kekurangan air bersih mas. Sebagai ucapan terima kasih kepada mbahe yang telah meberikan air berlimpah kita harus menjaganya mas
19 ”
Tradisi “Dawuhan” atau” Bersih Sendang” masih hidup didalam kehidupan masyarakat desa Tegalwaton. Warga menjadi tahu bagaimana cara melestarikan dan menjaga sendang selalu mendapat pasokan air. Hal ini terlihat dengan aktivitas yang dilakukan dengan melakukan bersih-bersih sebagai salah satu bentuk perawatan. Hal ini diungkapkan oleh kepala dusun Jubug.
“Kegiatan yang sering dilakukan disini adalah bersih sendang mas. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarkat desa Tegalwaton mas. Kegiatan ini biasanya didahului dengan perawatan kebersihan sendang mas. Sampah-sampah itu dibersihkan mas. Setelah itu 18
kegiatan dilanjutkan dengan upacara slametan di Umbul mas. Dulu hanya sering dilakukan oleh warga sini mas. Tapi sekarang orang-orang dari luar juga sering gabung mas. Sing kemarin itu juga ada dari pak tantara mas. itu katane dari 411 atau dari mana itu saya lupa mas. Trus ada juga beberapa dari warga Bener, Tugu Kadipurwo mas”.
C. Padusan
Sehari menjelang masuknya bulan puasa masyarakat Tegalwaton masih melakukan tradisi padusan atau mandi di Sendang Senjaya untuk menyucikan diri dari segala kesalahan sebelum memasuki bulan yang suci dan melakukan puasa. Pada malam 21 hari masyarakat menjalankan puasa warga Desa Tegalwaton mengadakan acara berupa hiburan biasanya berupa pertunjukan musik untuk menyongsong datangnya Lailatul Qodar. Hal ini seperti diungkapkan oleh kepala dusun Jubug.
“Kalau menurut ajaranya Padusan itu ajaran Islam mas. Sebenarnya bisa mas mandi dimana saja, dirumah pun itu sah-sah saja mas. Tapi mandi di Senjoyo itu beda mas. Rasane gimana gitu mas mandi di Senjoyo. Ya mandi di Senjoyo biar itu to mas puasanya lancar. Selain membersihkan diri itu juga bisa membersihkan jiwa dan pikiran mas. Supaya dalam menjalani puasa itu lebih khusuk mas” 20 Tradisi Padusan merupakan tradisi yang rutin dilakukan masyarakat di “SMA” Senjoyo. Ritual
Padusan memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari ritual “Kungkum” malam 1 Suro. Dari waktu
pelaksaan, seja rah juga berbeda dengan ritual “Kungkum”. Hal ini seperti diungkapkan oleh kepala dusun Jubug.“Nek kegiatan padusan berbeda mas dengan suronan. Nek padusan bebas mas orang boleh mandi tidak harus bawa sesaji dan syarat khusus. Nek padusan kan dawuhe kanjeng nabi muhamad niku kalau masuk bulan puasa menika harus membersihkan diri sebelum memasuki dan melakukan puasa selama sebulan penuh”
21 Kegiatan ini biasanya ramai di lakukan di “SMA” Senjoyo. Meskipun terdapat banyak
tempat di “SMA” Senjoyo yang digunakan untuk “Kungkum”. Tetapi biasanya para pengunjung
20 memilih tempat di Umbul Senjoyo untuk melakukan Padusan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh kepala dusun Jubug yakni,
“Di Umbul Senjoyo situ mas, ramai sekali disitu mas setiap padusan. Kelihatanya kecil ya mas template tapi itu mau menampunng ratusan orang cukup lho mas. Lho aneh kan mas. Kan mase juga sudah tau to Umbul Senjoyo itu lho yang ada tulisane Damatex mas. Nah
22 ini mungkin mitos mas tapi ya memang benar adanya mas. hehehe
”
4.7 Nilai-nilai Budaya Masyarakat Desa Tegalwaton
Masyarakat Jawa pada umunya masih mempercayai adanya kepercayaan terhadap dhanyang-dhanyang desa maupun pepunden desa dari hari ke hari semakin berkembang, terutama desa-desa yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam Kejawen atau Agama Jawi. Sedangkan dalam kelompok Islam kepercayaan terhadap dhanyang-dhanyang desa ataupun pepunden desa dianggap musrik. Namun, dalam hal ini semua warga desa Tegalwaton turut serta dalam bentuk ritual yang dilakukan guna menjaga keselamatan dirinya dan desanya, karena mengingat penduduk Desa Tegalwaton masih dipengaruhi oleh kepercayaan asli berupa Sistem Religi Animisme dan Dinamisme yang dimana keseluruhan itu merupakan inti dari tradisi kebudayaan Jawa yang asli yang dijelmakan dalam bentuk penyembuhan roh nenek moyang. sistem religi animisme dan dinamisme ini telah mengakar dan diturunkan dari generasi ke generasi masyarakat desa Tegalwaton.
Tradisi yang dilakukan di “SMA” Senjoyo merupakan tradisi yang bersandar dari nenek- moyang. “SMA” Senjoyo merupakan sumber cikal-bakal keberadaan desa Tegalwaton. Sebagai penghormatan kepada nenek-moyang mereka beragam ritual pemujaan sering dilakukan disana. Hal ini sebagai ungkapan rasa syukur dan ketaatan masyarakat disana dalam menjaga “SMA” Senjoyo.
“SMA” Senjoyo bagi masyarakat desa Tegalwaton merupakan sumber mata air suci. Tidak heran jika masyarakat sangat mensakralkan sumber mata air tersebut. Air sebagai simbol kehidupan memiliki aspek sosio- spiritual bagi masyarakat disana. “SMA” Senjoyo juga juga digunakan sebagai penanda perubahan alam yang terjadi disekitar masyarakat.