BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata - Kampung Ladang Outbound Camp Sebagai Wadah Alternatif Wisata Outdoor Di Kota Medan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pariwisata

  Istilah pariwisata secara etimologi berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar–putar atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti bepergian. Secara garis besar, maka kita dapat mengartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ketempat yang lain“tour”.Sedangkan dalam bahasa Ibrani tur berarti belajar, dalam bahasa Latin berarti alat untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa Perancis kuno disebut perjalanan mengelilingi sirkuit. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas penulis akan menjabarkan kata–kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: o

  Kepariwisatan : Hal–hal yang berhubungan dengan pariwisata dan dalam o bahasa Inggris disebut dengan “Tourism”.

  Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris dapat disamakan dengan o perkataan“Travel”.

  Pariwisata : Perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, dalam o bahasa Inggris disebut dengan “Tour”(Yoeti, 1983:104).

  Wisatawan :Seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata, dalam bahasa Inggris disebut dengan “Tourist”(Suwantoro, 2004:4).

  7 Beberapa ahli mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain: 1. Hornby (dalam Kesrul, 2003:3), mengartikan wisata sebagai berikut : “Tour is a

  

journey in which short stays are made at a number of places, and the traveller

finally returns to his or her own place.” Wisata adalah sebuah perjalanan di mana

  perjalanannya singgah sementara di beberapa tempat dan akhirnya kembali lagi ke tempat asal, yang merupakan tempat ia memulai pekerjaan.

  2. Norval (dalam Kesrul, 2003:3) menjelaskan arti wisata, yaitu “...kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal, dan bergeraknya penduduk asing di dalam/luar suatu negara/wilayah.

  3. Prof. Hunziger dan Kraf dari swiss dari tahun 1942 (dalam Kesrul, 2003:3) memberikan batasan pariwisata yang bersifat teknis, yaitu “…kepariwisataan adalah keseluruhan hubungan dengan gejala-gejala yang timbul dari perjalanan/tinggalnya orang asing, di mana perjalan tidak bersifat menetap atau dimaksudkan untuk mencari nafkah.

  4. Menurut Undang-undang No. 9 tahun 1990 (dalam Kesrul, 2003:3) tentang kepariwisataan, menjelaskan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari suatu kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

  Dari semua pengertian itu, wisata dapat dirumuskan sebagai perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, yang bersifat sementara, untuk menikmati objek dan atraksi di tempat tujuan.Artinya, wisata adalah kegiatan diluar kegiatan rutin sehari-hari, seperti bekerja atau sejenisnya.

  Untuk membedakannya dengan perjalanan pada umumnya wisata memiliki sifat-sifat khusus, sebagai berikut :

  • Untuk mengonsumsi produk pariwisata, konsumen harus mendatangi tempat wisata tersebut.
  • Komponen pariwisata merupakan mata rantai yang saling terkait, dan adakalanya mata rantai yang lemah merupakan mata rantai yang paling menentukan.
  • Berwujud pelayanan yang tidak dapat diukur
  • Permintaan sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomi (politik, sikap masyarakat).

2.2 Jenis Objek Wisata

  Secara garis besarnya produk wisata saat ini dibedakan atas : 1. wisata budaya/seni, 2. wisata religius, dan 3. wisata alam yang sering disebut sebagai ekowisata.

  Pengembangan produk wisata alam dimaksudkan untuk memperluas dan memperbanyak produk wisata alam dengan melakukan diversifikasi objek wisata alam.

  1. Wisata ilmiah : ditujukan kepada wisatawan yang mempunyai minat dibidang penelitian

2. Wisata pendidikan : ditujukan kepada seluruh masyarakat yang mempunyai

  minat menambah wawasan dan pengetahuan tentang alam 3.

  Wisata konvensi : ditujukan kepada wisatawan yang akan memanfaatkan sarana kawasan hutan untuk kepentingan konvensi

  4. Wisata belanja : ditujukan untuk wisatawan yang ingin berbelanja produk yang dihasilkan oleh masyarakat setempat/ sekitar kawasan wisata

5. Wisata budaya : sebagai produk penunjang pengembangan pariwisata alam 6.

  Wisata religius : sebagai produk penunjang pengembangan pariwisata alam 7. Wisata alam minat khusus lainnya seperti wisata bahari, penelusuran gua, arum jeram, dan lainnya, sebagai produk penunjang pengembangan pariwisata alam.

2.3 Potensi Daya Tarik Wisata

  Potensi dan daya tarik objek wisata merupakan salah satu unsur pokok dalam pembangunan kepariwisataan di samping unsur-unsur yang lainnya seperti: akomodasi, restoran, usaha jasa perjalanan, dan lainnya. Potensi daya tarik suatu objek wisata adalah suatu sifat yang dimiliki oleh suatu objek berupa keunikan, keaslian, kelangkaan, atau fungsi dengan tujuan tertentu yang membuat wisatawan memilih untuk menghabiskan waktu disana.

  Suatu tempat atau keadaan alam yang sangat menarik pasti sangat dinikmati oleh wisatawan pada umumnya. Objek wisata yang mempunyai potensi dan daya tarik wisata yang baik harus terus dibangun dan dikembangkan, sehingga mempunyai daya tarik agar wisatawan puas akan objek wisata yang dikunjunginya. Daya tarik suatu objek wisata sebagai sumber daya wisata antara lain: Daya tarik historis

  • Lokasi suatu kawasan objek wisata yang memberikan suatu pemandangan yang indah • Perkembangan tehnik pengelolaan yang baik.

2.4 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

  Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah objek wisata seperti yang biasa dikenal di Indonesia. Untuk pengertian objek wisata mereka lebih banyak menggunakan istilah “tourist attraction”, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu (Yoeti, 1983:160).

  Adapun pengertian objek wisata yaitu, semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja.Sedangkan pengertian dari pada atraksi wisata yaitu, sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan. Mengenai pengertian objek wisata, kita dapat melihat sumber acuan yaitu: Peraturan Pemerintah No.24/1979 menjelaskan bahwa objek wisata adalah: “perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi” (Anonymous, http://hukumonline.com).

  Membicarakan objek dan atraksi wisata ada baiknya dikaitkan dengan pengertian “product” dari industri pariwisata itu sendiri. Produk wisata meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan, dan dinikmatti oleh wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah di mana biasanya ia tinggal, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali lagi ke rumah di mana ia berangkat semula.

  Jadi objek dan atraksi wisata itu sendiri sebenarnya sudah termasuk dalam produk industri pariwisata, karena kalau tidak motivasi untuk berkunjung ke daerah tujuan wista itu dapat dikatakan tidak ada, padahal kita sangat meyakini bahwa pada suatu daerah tujuan wisata sudah pasti ada objek dan atraksi wisata (Yoeti, 1983:160).

  Namun pada dasarnya objek wisata dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat itu. Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan tiga hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi yaitu:

  1. Adanya something to see Maksudnya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat

  2. Adanya something to buy Maksudnya adalah sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli

  3. Adanya something to do Maksudnya adalah sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu.

  Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata dan di lain pihak harus dipikirkan bagaimana produk yang telah siap dipasarkan itu dapat dibeli oleh wisatawan, karena itu perlu pula dipersiapkan :

  1. Persiapan perjalanan bagi calon wisatawan, yaitu: informasi, reservasi, tiket, vouchers, traveller check, dan barang-barang bawaan selama dalam perjalanan.

  2. Kendaraan yang akan membawanya ke daerah tujuan.

  3. Akomodasi, seperti hotel, mote, dan lain-lain.

  4. Bar dan Restoran.

  5. Sarana-sarana lain yang dapat menunjang kelancaran kedatangan wisatawan seperti Kantor Pos, Kantor Telepon, Bank, dan lain-lain sarana yang berkaitan (Yoeti, 1983:168).

2.5 Pengertian Outbound Training Sebagai Wisata Outdoor

  Outbound training adalah bentuk pembelajaran perilaku kepemimpinan dan manajemen di alam terbuka dengan pendekatan yang unik dan sederhana tetapi efektif karena pelatihan ini tidak sarat dengan teori-teori melainkan langsung diterapkan pada elemen-elemen yang mendasar yang bersifat sehari-hari, seperti saling percaya, saling memperhatikan serta sikap proaktif dan komunikatif. Alam Indonesia yang kaya menyediakan sumber belajar yang tidak akan pernah habis digali. Dimensi alam sebagai obyek pendidikan bisa menjadi laboratorium sesungguhnya dan tempat bermain yang mengasyikan dengan berbagai metodenya. Outbound merupakan salah satu metode pembelajaran modern yang memanfaatkan keunggulan alam.Para peserta yang mengikuti outbound tidak hanya dihadapkan pada tantangan intelegensia, tetapi juga fisik dan mental. Dan ini akan terus terlatih menjadi sebuah pengalaman yang membekali dirinya dalam menghadapi tantangan yang lebih nyata dalam persaingan di kehidupan sosial masyarakat.

  Sisi menarik dari metode pembelajaran outbound adalah permainan sebagai bentuk penyampaiannya.Dalam permainan skill, individu tidak hanya ditantang berpikir cerdas namun juga memiliki kepekaan sosial. Dalam outbound peserta akan lebih banyak dituntut mengembangkan kemampuan ESQ (emotional and spiritual

  

quotient )nya, disamping IQ (intellegent quotient). Metode outbound training

  memungkinkan peserta dalam aktivitasnya melakukan sentuhan-sentuhan fisik dengan latar alam yang terbuka sehingga diharapkan melahirkan kemampuan dan watak serta visi kepemimpinan yang mengandung nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, toleransi, kepekaan yang mendalam, kecerdasan serta rasa kebersamaan dalam membangun hubungan antar manusia yang serasi dan dinamis juga kepada alam.

  Macam-macam kegiatan yang dilakukan dalam satu paket outbound training adalah sebagai berikut :

  • Kata sambutan dan pengenalan (introducing) dari pihak peserta kepada penyedia jasa (fasilitator), begitu sebaliknya.
  • Pemanasan (stretching), biasanya dilakukan senam-senam ringan.
  • Pemecahan kebekuan (ice breaking) antara sesama peserta, sehingga tim lebih kompak dengan simulasi beberapa permainan-permainan kecil.
  • Pembentukan kelompok (grouping) menentukan ketua, nama kelompok, beserta yel-yel agar kelompok dapat lebih kompak dan semangat.
  • Simulasi permainan inti (fun games/outbound)

  • Renungan (flashback/sharing), sehingga peserta dapat dengan pasti manfaat dan tujuan dari dilaksanakan serangkaian kegiatan diatas.

2.6 Manfaat Outbound Training

  Outbound training belakangan menjadi salah satu agenda kegiatan rutin sebuah instansi/perusahaan setiap tahunnya.Diharapkan dengan melaksanakan outbound ini peserta dapat meningkatkan kinerja serta memulihkan kembali pikiran dari kegiatan rutin yang membuat jenuh dengan permainan-pemainan yang seru serta di dukung dengan lingkungan alam tempat dilaksanakannya outbound tersebut.Singkatnya, setiap outbound training dianggap sebagai kegiatan pengembangan diri dengan konsep dan belajar di alam terbuka.

  Apapun jenisnya, outbound dengan berbagai jenis petualangan (adventure) dan permainan (games) yang biasa dijalankan sebenarnya memiliki manfaat yang beragam, diantaranya adalah : 1.

  Komunikasi efektif (effective communication) 2. Pengembangan tim (team building) 3. Pemecahan masal 4. Kepercayaan diri (self confidence) 5. Kepemimpinan (leadership) 6. Kerjasama tim (sinergi) 7. Permainan yang menghibur (fun games) 8. Konsentrasi/focus 9. Kejujuran/sportivitas.

2.7 Metodologi Outbound Training

  Dalam suatu kegiatan outbound training, ada beberapa tahapan yang biasa dilakukan.Agar training dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan atau sasaran yang diinginkan. Setiap proses pembelajaran dalam outbound training yang efektif memerlukan tahapan berikut ini, yaitu :

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Efektivitas Metode Simulasidan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Ibu-Ibu Rumah TanggaDalam PenanggulangandanPencegahan Diaredi Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh UtaraTahun

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi (Communication 2.1.1. Prinsip Dasar Komunikasi - Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 30

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi (Communication - Pengaruh Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dan Karakteristik Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

0 0 28

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dan Karakteristik Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

0 1 12

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DAN KARAKTERISTIK IBU TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR DOLOK KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magist

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konseptual 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan - Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok Di Indonesia (Studi Kasus Pada Industri Rokok Go-Public Yang Listing Dibursa Efek Indonesia

0 0 18

KATA PENGANTAR - Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok Di Indonesia (Studi Kasus Pada Industri Rokok Go-Public Yang Listing Dibursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2004-2011

0 0 14

BAB II TINJAUAN UMUM DINAS A. Sejarah Singkat Dinas - Penggunaan Internet Dalam Pencarian Berita Di Dinas Komunikasi Dan Informatika Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN - Peranan Agrowisata Dalam Mendukung Pendapatan Asli Kabupaten Karo

0 0 19