ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PADA GANGGUAN HATI

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/324492278

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PADA GANGGUAN HATI
Book · July 2017

CITATIONS

READS

0

330

1 author:
Elly Lilianty Sjattar
Universitas Hasanuddin
12 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:


self care View project

Health Education and Health Coaching to Improve Self Care Management on DM Type 2 Patient in Community View project

All content following this page was uploaded by Elly Lilianty Sjattar on 13 April 2018.
The user has requested enhancement of the downloaded file.

i

ii

iii

iv

PRAKATA

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT
karena rahmat dan hidayahNya sehingga buku ini dapat
terselesaikan. Walaupun penyusunan buku ini masih

banyak kekurangan, namun merupakan suatu upaya yang
patut dihargai. Dan merupakan langkah awal dari upaya
perbaikan yang akan dilakukan secara terus menerus
dimasa yang akan datang.
Buku ini disusun dengan pendekatan pencapaian
kompetensi sesuai dengan kurikulum Ners, oleh karena itu
dengan buku ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki
arah rujukan untuk mencapai kompetensinya, demikian
pula bagi dosen akan lebih terarah dalam penyampaian
materi pembelajaran. Berbagai metode proses pembelajaran
dapat dikembangkan dari isi buku ini.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun dari pembaca, dan pengguna buku ini sangat
diharapkan untuk perbaikan buku ini. Akhir kata, semoga
buku ini bermamfaat.
Makassar, Juli 2017

Penulis


v

DAFTAR ISI
Halaman pengesahan
Prakata.
Daftar Isi
I. Anatomi dan Fisiologi Hati …………….………

1

1. Anatomi Fisiologi Hati ………………………..

2

2. Pengertian Metabolisme …………….…………

5

3. Kantung Empedu ……………………………..


40

4. Pankreas ………………….……………………

45

II. Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik pada Hati ……

52

1. Pemeriksaan Fisik pada Hati …………………...

54

2. Pemeriksaan Diagnostik pada Hati ……………..

75

III. Asuhan Keperawatan pada Gangguan Hati ………


95

1. Hepatitis A, B, C, D, E, F dan G ……………..….

97

2. Gagal Hati Fulminan …………….…..…………… 121
3. Hepatic Cirrhosis ………………………………… 133
4. Transplantasi hati ………………………………… 153
Daftar Pustaka
Glossarium
Indeks.

1

BAB I
PENDAHULUAN

ANATOMI DAN FISIOLOGI HATI


A. PENDAHULUAN
1.

Kompetensi sasaran yang relevan dalam Bab 1 ini
adalah terdiri atas kompetensi utama yaitu mampu
melaksanakan asuhan keperawatan professional di
tatanan klinik dan komunitas (KU.4). Deskripsi dalam
Bab 1 ini adalah memahami anatomi dan fisiologi, dan
kompotensi pendukung adalah mampu melakukan
komunikasi yang efektif dalam memberikan asuhan
keperawatan (KP 1). Mampu menjamin kualitas asuhan
holistik secara kontinu dan konsisten (KP 5). Mampu
menggunakan
menyelesaikan

proses
masalah

keperawatan
klien


(KP

7).

dalam
Mampu

mendemonstrasikan keterampilan teknis keperawatan
sesuai standar yang berlaku atau secara kreatif dan
inovatif sehingga pelayanan yang diberikan efisien dan
efektif (KP 12). Mampu menggunakan keterampilan
interpersonal yang efektif dalam kerja TIM dan

2

pemberian

asuhan


keperawatan

dengan

mempertahankan hubungan kolaboratif (KP 19).
2.

Sasaran Belajar dalam Bab ini, setelah menyelesaikan
pembelajaran ini, adalah mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan anatomi dan fisiologi Hati.

3.

Sasaran Pembelajaran yang diharapkan pada Bab ini
adalah mahasiswa memahami dan mampu menguraikan
struktur anatomi dan fisiologi hati, metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak.
4. Strategi/Metode Pembelajaran. Strategi pembelajaran
dalam Bab ini dilaksanakan dengan metode tutorial,
diskusi, dan CSL. Dalam Bab ini terdapat skenario yang

menjadi pemicu untuk membahas aspek anatomi
fisiologi, pathogenesis, dan penyimpangan asuhan
keperawatan pada gangguan hati
5. Indikator/Kriteria penilaian, dalam Bab ini terdapat di
dalam, item yang dinilai adalah:
a. Kemampuan kerja sama dengan bobot 20
b. Kemampuan menyampaikan pendapat, bobot 20
c. Kreativitas ide dengan bobot 20
d. Kemampuan menyampaikan informasi, bobot 20
e. Diskusi dengan bobot 20

3

B. URAIAN.
1. Anatomi Fisiologi Hati
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh
manusia. Hati terletak di bagian kanan atas rongga
abdomen. Organ hati terbagi dua, yaitu bagian kiri dan
kanan. Permukaan bagian atas hati berbentuk cembung,
sedangkan bagian bawah organ hati memperlihatkan

lekukan. Permukaan organ ini dilintasi berbagai macam
pembuluh darah yang masuk dan keluar dari organ hati.
(Pearce, 2009).

Pembuluh darah pada hati terdiri atas:
a. Arteri Hepatika
Arteri

hepatika

keluar

dari

aorta

dan

memberikan seperlima darah yang di bawa kepada
hati. Darah yang dibawa oleh arteri hepatika

memiliki kadar oksigen 95%-100%.

b. Vena Porta
Vena porta terbentuk dari vena lienalis dan vena
mesenterika superior. Vena porta mengantarkan
empat perlima darahnya ke hati. Darah yang dibawa
oleh vena porta memiliki kadar oksigen 70%. Kadar

4

oksigen yang dibawa oleh vena porta tidak
sebanyak kadar oksigen yang dibawa oleh arteri
hepatika sebab beberapa oksigennya telah diambil
oleh limfa dan usus. Darah yang dibawa oleh vena
porta juga mengandung zat makanan yang telah
diarbsorbsi oleh mukosa usus halus.

c. Vena Hepatika
Vena hepatika bertugas mengembalikan darah
dari hati ke vena kava inferior.

d. Saluran Empedu
Saluran empedu terbentuk dari penyatuan beberapa
kapiler empedu yang mengumpulkan empedu dari
sel hati.

Dengan demikian, terdapat empat pembuluh
darah utama yang melalui organ hati. Dua pembuluh
darah yang masuk ke hati terdiri atas arteri hepatika dan
vena porta, serta pembuluh darah yang keluar dari hati
yang terdiri atas vena hepatika dan saluran empedu
(Pearce, 2009)

5

Gambar. 1. Hati dari dari Brunner and Suddarth's
Textbook of Med.-Surg. Nursing 12th ed. (2 vols) - S.
Smeltzer, et al., (Lippincott, 2010)

2. Pengertian Metabolisme

Metabolisme merupakan reaksi biokimia
yang

terjadi

dalam

tubuh

mempertahankan hidupnya
Swain,

2006).

manusia

untuk

(James, Baker, &

Metabolisme

berguna

untuk

6

kebutuhan energi makhluk hidup, pertumbuhan,
serta perbaikan sel. Semua reaksi metabolisme
dikatalisis oleh enzim, baik itu reaksi yang sangat
sederhana maupun reaksi yang sangat kompleks
(Sumardjo, 2009).
Metabolisme berarti “change” ialah kata
yang digunakan untuk mengidentifikasi perubahan
yang terjadi dalam kehidupan organisme. Dalam
pengertian yang luas, metabolisme dapat diartikan
sebagai jumlah total reaksi kimia atau fisika yang
diperlukan untuk kehidupan manusia. Metabolism
juga digunakan dalam batasan untuk menunjukkan
serangkaian reaksi dari tipe-tipe makanan (Gabriel,
1996).
Metabolisme terbagi menjadi dua, yaitu
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah
reaksi

sintesis

yang

menjurus

ke

tempat

penyimpanan energi dalam tubuh. Katabolisme
menggambarkan

kerusakan

jaringan

dan

penggunaan dari sumber energi. Anabolisme dan
katabolisme sering sulit diartikan dan sering pula
tercampur dalam pengertiannya. Seperti contoh,
pada sintesis dan penyimpanan lemak tubuh. Ketika

7

lemak dibentuk dari karbohidrat dan disimpan
dalam jaringan lemak, tampak dalam proses ini
pengertian anabolisme. Proses katabolisme dapat
terjadi

pada

saat

yang sama

dalam

proses

penggunaan energi dalam sintesis (Gabriel, 1996).
Katabolisme

merupakan

proses

pembongkaran atau degradasi senyawa-senyawa
bermolekul

besar

menjadi

senyawa-senyawa

bermolekul kecil. Anabolisme merupakan proses
penyusunan atau biosintesis molekul-molekul besar
dari molekul-molekul sederhana (Sumardjo, 2009).
Reaksi metabolisme pada umumnya bukan
merupakan reaksi spontan, tetapi reaksi bertahap
dengan hasil hasil intermediet yang banyak.
Metabolisme juga meliputi proses detoksifikasi
beberapa zat kimia beracun sehingga zat-zat
tersebut tidak membahayakan tubuh, dan dibuang
bersama urin (Sumardjo, 2009).

a. Metabolisme Karbohidrat
Glukosa merupakan karbohidrat terpenting.
Karbohidrat makanan diserap ke dalam aliran darah
dalam bentuk glukosa, karbohidrat juga dikonversi

8

di dalam hati dalam bentuk glukosa, serta dari
glukosalah semua bentuk karbohidrat lain dalam
tubuh dapat dibentuk. Terdapat beberapa jalur
metabolisme karbohidrat baik yang tergolong
sebagai katabolisme maupun anabolisme, yaitu
glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam sitrat,
glikogenesis,

glikogenolisis

glukoneogenesis.Secara

ringkas,

serta
jalur-jalur

metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:
Glukosa sebagai bahan bakar utama akan
mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2 piruvat
jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan
energi berupa ATP, Selanjutnya masing-masing
piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap
ini dihasilkan energi berupa ATP, Asetil KoA akan
masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam
sitrat. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa
ATP. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi
kebutuhan energi kita maka glukosa tidak dipecah,
melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa
(disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di hati
dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek.

9

Jika kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh,
maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan
lipid sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika
terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber
energi, maka glikogen dipecah menjadi glukosa.
Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti
dengan oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam
sitrat. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan
cadangan glikogen pun juga habis, maka sumber
energi nonkarbohidrat, yaitu lipid dan protein harus
digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid
dan protein harus diubah menjadi glukosa baru yang
selanjutnya

mengalami

katabolisme

untuk

memperoleh energi.
1) Glikolisis
Glikolisis berlangsung di dalam sitosol
semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah
proses pemecahan glukosa menjadi:

a) Asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia
oksigen),

10

b) Asam laktat, pada suasana anaerob (tidak
tersedia oksigen)

Glikolisis

merupakan

jalur

utama

metabolisme glukosa agar terbentuk asam
piruvat, dan selanjutnya asetil-KoA untuk
dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus
Kreb’s). Selain itu glikolisis juga menjadi
lintasan

utama

galaktosa.Secara

metabolisme
rinci,

fruktosa

tahap-tahap

dan
dalam

lintasan glikolisis adalah:

a) Glukosa masuk lintasan glikolisis melalui
fosforilasi menjadi glukosa-6 fosfat dengan
dikatalisir oleh enzim heksokinase atau
glukokinase pada sel parenkim hati dan sel
Pulau Langerhans pankreas. Proses ini
memerlukan ATP sebagai donor fosfat. ATP
bereaksi

sebagai

kompleks

Mg-ATP.

Terminal fosfat berenergi tinggi pada ATP
digunakan, sehingga hasilnya adalah ADP.
(-1P) Reaksi ini disertai kehilangan energi
bebas dalam jumlah besar berupa kalori,

11

sehingga dalam kondisi fisiologis dianggap
irrevesibel. Heksokinase dihambat secara
alosterik oleh produk reaksi glukosa 6fosfat.
b) Glukosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 6fosfat dengan bantuan enzim fosfoheksosa
isomerase dalam suatu reaksi isomerasi
aldosa-ketosa. Enzim ini hanya bekerja pada
anomer glukosa 6-fosfat.
c) Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa
1,6-bifosfat

dengan

fosfofruktokinase.

bantuan

enzim

Fosfofruktokinase

merupakan enzim yang bersifat alosterik
sekaligus bisa diinduksi, sehingga berperan
penting dalam laju glikolisis. Dalam kondisi
fisiologis

tahap

ini

bisa

dianggap

irreversible. Reaksi ini memerlukan ATP
sebagai donor fosfat sehingga hasilnya
adalah ADP.
d) Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah menjadi 2
senyawa triosa fosfat, yaitu gliserahdehid-3fosfat dan dihidroksi aseton fosfat. Reaksi

12

ini dikatalisir oleh enzim aldolase (fruktosa1,6-bifosfat aldolase).
e) Gliseraldehid
menjadi

3-fosfat

dihidroksi

dapat

aseton

berubah

fosfat

dan

sebaliknya (reaksi interkonversi). Reaksi
bolak-balik ini mendapatkan katalisator
enzim fosfotriosa isomerase.
f) Glikolisis berlangsung melalui oksidasi
Gliseraldehid

3-fosfat

menjadi

1,3-

bifosfogliserat, dan karena aktivitas enzim
fosfotriosa

isomerase,

dihidroksiaseton
menjadi

fosfat

senyawa

juga

dioksidasi

1,3-bifosfogliserat

melewati

gliseraldehid 3-fosfat.
g) Energi

yang

dihasilkan

dalam

proses

oksidasi disimpan melalui pembentukan
ikatan

sulfur

berenergi

tinggi,

setelah

fosforolisis, sebuah gugus fosfat berenergi
tinggi

dalam

posisi

1

senyawa

1,3

bifosfogliserat. Fosfat berenergi tinggi ini
ditangkap menjadi ATP dalam reaksi lebih
lanjut dengan ADP, yang dikatalisir oleh

13

enzim fosfogliserat kinase. Senyawa sisa
yang dihasilkan adalah 3-fosfogliserat.
h) 3-fosfogliserat

diubah

menjadi

2-

fosfogliserat dengan dikatalisir oleh enzim
fosfogliserat
bifosfogliserat

mutase.

Senyawa

(difosfogliserat,

2,3DPG)

merupakan intermediate dalam reaksi ini.
i) 2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenol
piruvat

(PEP)

dengan

bantuan

enzim

enolase. Reaksi ini melibatkan dehidrasi
serta pendistribusian kembali energi di
dalam molekul, menaikkan valensi fosfat
dari posisi 2 ke status berenergi tinggi.
Enolase dihambat oleh fluoride, suatu
unsure yang dapat digunakan jika glikolisis
di dalam darah perlu dicegah sebelum kadar
glukosa darah diperiksa.
j) Fosfat berenergi tinggi PEP dipindahkan
pada ADP oleh enzim piruvat kinase
sehingga menghasilkan ATP. Enol piruvat
yang terbentuk dalam reaksi ini mengalami
konversi spontan menjadi keto piruvat.
Reaksi ini disertai kehilangan energi bebas

14

dalam jumlah besar sebagai panas dan
secara fisiologis adalah irreversible.
k) Jika keadaan bersifat anaerob (tak tersedia
oksigen),

reoksidasi

NADH

melalui

pemindahan sejumlah unsure ekuivalen
pereduksi

akan

direduksi

oleh

dicegah.

Piruvat

akan

NADH menjadi laktat.

Reaksi ini dikatalisir oleh enzim laktat.
Dalam keadaan aerob, piruvat diambil oleh
mitokondria, dan setelah konversi menjadi
asetil-KoA, akan dioksidasi menjadi CO2
melalui siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s).
Ekuivalen pereduksi dari reaksi NADH +
H+ yang terbentuk dalam glikolisis akan
diambil oleh mitokondria untuk oksidasi
melalui salah satu dari reaksi ulang alik

15

Gambar. 2. Proses Glikolisis dari Sherwood, L. (2001).

Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke Sistem. Jakarta:
EGC.

2) Oksidasi Piruvat
Dalam jalur ini, piruvat dioksidasi
(dekarboksilasi oksidatif) menjadi Asetil-KoA,
yang terjadi di dalam mitokondria sel. Reaksi ini
dikatalisir oleh berbagai enzim yang berbeda
yang bekerja secara berurutan di dalam suatu
kompleks multienzim yang berkaitan dengan
membran interna mitokondria. Secara kolektif,

16

enzim tersebut diberi nama kompleks piruvat
dehidrogenase dan analog dengan kompleks
keto glutarat dehidrogenase pada siklus asam
sitrat.
Jalur ini merupakan penghubung antara
glikolisis dengan siklus Kreb’s. Jalur ini juga
merupakan konversi glukosa menjadi asam
lemak dan lemak dan sebaliknya dari senyawa
nonkarbohidrat menjadi karbohidrat.
Rangkaian reaksi kimia yang terjadi
dalam lintasan oksidasi piruvat adalah sebagai
berikut:

a) Dengan

adanya

diphosphate),

TDP

piruvat

(thiamine

didekarboksilasi

menjadi derivate hidroksietil tiamin difosfat
terikat enzim oleh komponen kompleks
enzim piruvat dehidrogenase. Produk sisa
yang dihasilkan adalah CO2.
b) Hidroksietil tiamin difosfat akan bertemu
dengan
kelompok

lipoamid
prostetik

teroksidasi,

suatu

dihidroksilipoil

17

transasetilase

untuk

membentuk

asetil

lipoamid, selanjutnya TDP lepas.
c) Selanjutnya dengan adanya KoA-SH, asetil
lipoamid akan diubah menjadi asetil KoA,
dengan hasil sampingan berupa lipoamid
tereduksi.

3) Siklus Asam Sitrat
Siklus ini juga sering disebut sebagai siklus
Kreb’s dan siklus asam trikarboksilat dan
berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam
sitrat

merupakan

jalur

bersama

oksidasi

karbohidrat, lipid dan protein. Siklus asam sitrat
merupakan rangkaian reaksi yang menyebabkan
katabolisme asetil KoA, dengan membebaskan
sejumlah ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi
menyebabkan

pelepasan

dan

penangkapan

sebagian besar energi yang tersedia dari bahan
bakar jaringan, dalam bentuk ATP. Residu asetil
ini berada dalam bentuk asetil-KoA (CH3CO~KoA, asetat aktif), suatu ester koenzim A.
Ko-A mengandung vitamin asam pantotenat.

18

Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan
sebagai berikut:
a) Kondensasi

awal

asetil

KoA

dengan

oksaloasetat membentuk sitrat, dikatalisir
oleh enzim sitrat sintase menyebabkan
sintesis ikatan karbon ke karbon di antara
atom karbon metil pada asetil KoA dengan
atom karbon karbonil pada oksaloasetat.
Reaksi kondensasi, yang membentuk sitril
KoA, diikuti oleh hidrolisis ikatan tioester
KoA yang disertai dengan hilangnya energi
bebas dalam bentuk panas dalam jumlah
besar, memastikan reaksi tersebut selesai
dengan sempurna.
b) Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh
enzim akonitase (akonitat hidratase) yang
mengandung besi Fe2+ dalam bentuk protein
besi-sulfur (Fe:S). Konversi ini berlangsung
dalam 2 tahap, yaitu: dehidrasi menjadi sisakonitat, yang sebagian di antaranya terikat
pada enzim dan rehidrasi menjadi isositrat.
Reaksi tersebut dihambat oleh fluoroasetat
yang

dalam

bentuk

fluoroasetil

KoA

19

mengadakan

kondensasi

dengan

oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat.
Senyawa terakhir ini menghambat akonitase
sehingga menimbulkan penumpukan sitrat.
c) Isositrat

mengalami

dehidrogenasi

membentuk oksalosuksinat dengan adanya
enzim isositrat dehidrogenase. Di antara
enzim ini ada yang spesifik NAD+, hanya
ditemukan di dalam mitokondria. Dua enzim
lainnya

bersifat

spesifik

NADP+

dan

masing-masing secara berurutan dijumpai di
dalam mitokondria serta sitosol. Oksidasi
terkait

rantai

berlangsung

respirasi

hampir

pada

isositrat

sempurna

melalui

enzim yang bergantung NAD+. Kemudian
terjadi dekarboksilasi menjadi ketoglutarat
yang juga dikatalisir oleh enzim isositrat
dehidrogenase.
merupakan

Mn2+

komponen

atau

Mg2+

penting

reaksi

dekarboksilasi. Oksalosuksinat tampaknya
akan tetap terikat pada enzim sebagai
intermediate dalam keseluruhan reaksi.

20

d) Selanjutnya

ketoglutarat

mengalami

dekarboksilasi oksidatif melalui cara yang
sama

dengan

dekarboksilasi

oksidatif

piruvat, dengan kedua substrat berupa asam
keto. Reaksi tersebut yang dikatalisir oleh
kompleks ketoglutarat dehidrogenase, juga
memerlukan kofaktor yang idenstik dengan
kompleks piruvat dehidrogenase,
e) Tahap selanjutnya terjadi perubahan suksinil
KoA menjadi suksinat dengan adanya peran
enzim suksinat tiokinase (suksinil KoA
sintetase).
f) Suksinat dimetabolisir lebih lanjut melalui
reaksi dehidrogenasi yang diikuti oleh
penambahan
dehidrogenasi

air

dan
lebih

kemudian

oleh

lanjut

yang

menghasilkan kembali oksaloasetat.

4) Glikogenesis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat
adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi
piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi
asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke

21

dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk
dikatabolisir menjadi energi.
Proses

di

atas

terjadi

jika

kita

membutuhkan energi untuk aktivitas, misalnya
berpikir, mencerna makanan, bekerja, dan
sebagainya.

Jika

kita

memiliki

glukosa

melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan
glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk
glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan
glikogenesis.
Glikogen merupakan bentuk simpanan
karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan
analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur
ini terutama terdapat di dalam hati (sampai 6%),
otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi
karena massa otot jauh lebih besar daripada hati,
maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa
mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak.
Seperti amilum, glikogen merupakan polimer µ D-Glukosa yang bercabang.
Glikogen otot berfungsi sebagai sumber
heksosa yang tersedia dengan mudah untuk
proses glikolisis di dalam otot itu sendiri.

22

Glikogen hati sangat berhubungan dengan
simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk
mempertahankan

kadar

glukosa

darah,

khususnya pada saat di antara waktu makan.
Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua
simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi
glikogen otot hanya terkuras secara bermakna
setelah seseorang melakukan olahraga yang
bobot dan lama.

Rangkaian

proses

terjadinya

glikogenesis

digambarkan sebagai berikut:
a) Glukosa mengalami fosforilasi menjadi
glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi
juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi
ini dikatalisir oleh heksokinase, sedangkan
di hati oleh glukokinase.
b) Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1fosfat

dalam

reaksi

dengan

bantuan

katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim
itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan
gugus fosfo akan mengambil bagian di

23

dalam reaksi reversible yang intermediatnya
adalah glukosa 1,6-bifosfat.
c) Selanjutnya
dengan

glukosa

uridin

membentuk

1-fosfat

trifosfat

uridin

bereaksi

(UTP)

difosfat

untuk
glukosa

(UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim
UDPGlc pirofosforilase.
d) Hidrolisis pirofosfat inorganik berikutnya
oleh enzim pirofosfatase inorganik akan
menarik reaksi ke arah kanan persamaan
reaksi.
e) Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh
UDPGlc

membentuk

ikatan

glikosidik

dengan atom C4 pada residu glukosa
terminal glikogen, sehingga membebaskan
uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh
enzim glikogen sintase. Molekul glikogen
yang

sudah

ada

sebelumnya

(disebut

glikogen primer) harus ada untuk memulai
reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya
dapat terbentuk pada primer protein yang
dikenal sebagai glikogenin.

24

f) Setelah rantai glikogen primer diperpanjang
dengan penambahan glukosa tersebut hingga
mencapai minimal 11 residu glukosa, maka
enzim pembentuk cabang memindahkan
bagian dari rantai 1-4 (panjang minimal 6
residu glukosa) pada rantai yang berdekatan
untuk membentuk rangkaian 1-6 sehingga
membuat titik cabang pada molekul tersebut.
Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan
penambahan lebih lanjut 1-glukosil dan
pembentukan cabang selanjutnya. Setelah
jumlah residu terminal yang nonreduktif
bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam
molekul akan meningkat sehingga akan
mempercepat

glikogenesis

maupun

glikogenolisis.

5) Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat
mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus
dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai
sumber

energi.

glikogenolisis.

Proses

ini

Glikogenolisis

dinamakan
seakan-akan

25

kebalikan

dari

glikogenesis,

akan

tetapi

sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan
ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen
diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik
untuk proses fosforolisis rangkaian 1-4 glikogen
untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu
glukosil terminal pada rantai paling luar
molekul glikogen dibuang secara berurutan
sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa
yang tersisa pada tiap sisi cabang 1-6.
Glukan transferase dibutuhkan sebagai
katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu
cabang ke cabang lainnya sehingga membuat
titik cabang 1-6 terpajan. Hidrolisis ikatan1-6
memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang
(debranching enzyme) yang spesifik. Dengan
pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim
fosforilase selanjutnya dapat berlangsung.

26

Gambar. 3. Proses Glikogenolisis atau lisisnya glikogen dari

Sherwood, L. (2001). Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke
Sistem. Jakarta: EGC.

6) Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi jika sumber
energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi, maka
tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber
energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah
memecah

protein

untuk

energi

yang

sesungguhnya protein berperan pokok sebagai
pembangun tubuh.

27

Jadi

bisa

disimpulkan

bahwa

glukoneogenesis adalah proses pembentukan
glukosa dari senyawa-senyawa nonkarbohidrat,
bisa dari lipid maupun protein.

Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari
bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai
berikut:
a) Lipid

terpecah

menjadi

komponen

penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol.
Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil
KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam
siklus Kreb’s. Sementara itu gliserol masuk
dalam jalur glikolisis.
b) Untuk

protein,

asam-asam

amino

penyusunnya akan masuk ke dalam siklus
Kreb’s.
b. Metabolisme Protein
Hati atau hepar sangat penting untuk
metabolisme

protein.

Fungsi

hati

dalam

metabolisme protein adalah deaminasi asam amino,
pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia

28

dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma, dan
interkonversi beragam asam amino dan membentuk
senyawa lain dari asam amino.
Hepar

merupakan

satu-satunya

sumber

plasma protein utama. Hati mensintesis hampir
semua

plasma

protein

(kecuali

τ-globulin),

termasuk albumin, α- dan β-globulin, faktor-faktor
pembekuan darah, protein transpor yang spesifik,
dan sebagian besar lipoprotein plasma. Vitamin K
diperlukan oleh hati untuk mensintesis protrombin
dan sebagian faktor pembekuan lainnya. Hepar
menghasilkan fibrinogen (faktor I), protrombin
(faktor II), proaselarin (faktor V), akselerator
konversiprotrombin serum (faktor VII), faktor
Christmas (faktor IX), faktor Stuart (faktor 10).
Produksi faktor-faktor II, VII, IX, dan X
memerlukan vitamin K. karena vitamin K ini dapat
larut hanya dalam lemak, vitamin iini memerlukan
empedu agar dapat diabsorpsi. Asam-asam amino
berfungsi sebagai unsur pembangun bagi sintesis
protein. Albumin merupakan salah satu protein
plasma utama. Albumin ini yang mempertahankan
tekanan osmotic koloid, sehingga distribusi yang

29

normal dari cairan antara kompartemen interstisial
dan intrasel dapat dipertahankan.
Asam amino adalah salah satu senyawa yang
ada di dalam tubuh makhluk hidup yang di
antaranya hewan dan manusia yang berguna sebagai
sumber bahan utama pembentukan protein dalam
tubuh. Kira-kira 75% asam amino digunakan untuk
sintesis protein. Asam-asam amino dapat diperoleh
dari protein yang kita makan atau dari hasil
degradasi protein di dalam tubuh kita. Protein yang
terdapat dalam makanan di cerna dalam lambung
dan usus menjadi asam-asam amino yang diabsorpsi
dan di bawa oleh darah ke hati.
Protein dalam tubuh dibentuk dari asam
amino. Hati adalah organ tubuh di mana terjadi
reaksi

anabolisme

dan

katabolisme.

Proses

metabolik dan katabolik juga terjadi dalam jaringan
di luar hati. Asam amino yang terdapat dalam darah
berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi melalui
dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan
hasil sintesis asam amino dalam sel. Hati berfungsi
sebagai pengatur konsentrasi asam amino dalam
darah.

30

Jalur metabolik dari asam amino terdiri atas
pertama,

produksi

asam

amino

dari

dari

pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet
serta

sintesis

asam

amino

di

hati.

Kedua,

pengambilan nitrogen dari asam amino. Ketiga,
katabolisme asam amino menjadi energi melalui
siklus asam serta siklus urea sebagai proses
pengolahan hasil sampingan pemecahan asam
amino. Dan keempat, sintesis protein dari asamasam amino.

Gambar. 4 . Jalur-jalur metabolik utama asam amino
dari Sherwood, L. (2001). Fisiologi Kedokteran: Dari
Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC.

31

Katabolisme Asam amino melalui reaksi
umum asam amino. Asam amino tidak dapat
disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino
berlebihan atau terjadi kekurangan sumber energi
lain (karbohidrat), tubuh akan menggunakan asam
amino sebagai sumber energi. Tidak seperti
karbohidrat dan lipid, asam amino memerlukan
pelepasan gugus amin yang berasal dari deaminasi
nitrogen.
Tahap awal pembentukan metabolisme asam
amino,

melibatkan

pelepasan

gugus

amino,

kemudian baru perubahan kerangka karbon pada
molekul asam amino. Dua proses utama pelepasan
gugus amino, adalah transaminasi dan deaminasi.

Transaminasi

Transaminasi ialah proses katabolisme asam
amino yang melibatkan pemindahan gugus amino
dari satu asam amino kepada asam amino lain.
Dalam reaksi transaminasi ini gugus amino dari
suatu asam amino dipindahkan ke salah satu dari
tiga

senyawa

keto,

yaitu

asam

piruvat,

a-

32

ketoglutarat atau oksaloasetat, sehingga senyawa
keto ini diubah menjadi asam amino, sedangkan
asam amino semula diubah menjadi asam keto. Ada
dua enzim penting dalam reaksi transaminasi, yaitu
alanin transaminase dan glutamat transaminase
yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi berikut,
Alanin transaminase

Asam amino + asam piruvat

asam

a-keto + alanin
glutamat transaminase

Asam amino + asam a ketoglutarat

asam

a-keto + asam glutamat

Pada reaksi ini tidak ada gugus amino yang
hilang, karena gugus amino yang dilepaskan oleh
asam amino diterima oleh asam keto. Alanin
transaminase merupakan enzim yang mempunyai
kekhasan pada asam piruvat-alanin. Glutamat
transaminase merupakan enzim yang mempunyai
kekhasan pada glutamat-ketoglutarat sebagai satu
pasang substrak.

33

Reaksi

transaminasi

terjadi

di

dalam

mitokondria maupun dalam cairan sitoplasma.
Semua enzim transaminase tersebut dibantu oleh
piridoksalfosfat sebagai koenzim. Telah diterangkan
bahwa piridoksalfosfat tidak hanya merupakan
koenzim pada reaksi transaminasi, tetapi juga pada
reaksi-reaksi metabolisme yang lain.

Deaminasi Oksidatif
Asam amino dengan reaksi transaminasi
dapat diubah menjadi asam glutamat. Dalam
beberapa sel, misalnya dalam bakteri, asam
glutamat
oksidatif

dapat
yang

mengalami

proses

menggunakan

deaminasi
glutamat

dehidrogenase sebagai katalis. Dalam proses ini
asam glutamat melepaskan gugus amino dalam
bentuk

NH4+.

Selain

NAD+

glutamat

dehidrogenase dapat pula menggunakan NADP+
sebagai aseptor elektron. Oleh karena asam
glutamat merupakan hasil akhir proses transaminasi,
maka glutamat dehidrogenase merupakan enzim
yang penting dalam metabolisme asam amino
oksidase dan asam oksidase.

34

Gambar. 5 . Deminasi oksidatif dari Sherwood, L.
(2001). Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke Sistem.
Jakarta: EGC.

35

Amonia merupakan senyawa yang sangat
toksik bagi manusia sehingga harus dibuang atau
dikeluarkan.

Amonia

yang dihasilkan

bakteri

enterik diserap ke dalam darah vena porta yang
dengan demikian darah ini mengandung ammonia
dengan kadar yang lebih tingi dibandingkan darah
sistemik. Kadar urea normal dalam tubuh adalah 1020 µg/dL.
Karena

hati

yang

sehat

akan

segera

mengeluarkan amonia ini dari dalam darah, maka
darah perifer pada hakikatnya tidak mengandung
amonia. Hal ini sangat penting karena amonia
dengan jumlah renik sekalipun akan bersifat toksik
bagi sistem saraf pusat.
Jika darah tidak mengalir lewat hati, maka
amonia dapat meningkat hingga mencapai kadar
toksik dalam darah sistemik. Keadaan ini terjadi
setelah fungsi hati mengalami gangguan yang bobot
atau setelah adanya hubungan kolateral antara vena
porta dan vena sistemik sebagaimana yang terjadi
pada keadaan sirosis.
Di otak, amonia akan berikatan dengan αketoglutarat dan menghasilkan glutarat. Akibatnya

36

otak

akan

kehabisan

α-

ketoglutarat yang penting pada siklus krebs. Hal ini
menyebabkan kegagalan siklus krebs atau TCA
yang

penting

untuk memproduksi

ekivalen

pereduksi (NADH dan FADH 2) yang dapat
menghasilkan ATP di rantai respirasi mitokondria
sehingga

menyebabkan

kekurangan

produksi

energi. Proses yang terjadi di dalam hati tersebut
selanjutnya disebut sebagai siklus urea

Penyimpanan Vitamin dan Zat Besi
Vitamin A, B12, D, dan beberapa vitamin
B-kompleks disimpan dengan jumlah yang besar
dalam hati. Substansi tertentu, seperti besi dan
tembaga, juga disimpan dalam hati. Karena hati
kaya akan substansi atau zat-zat tersebut, ekstrak
hati banyak digunakan untuk mengobati berbagai
macam kelainan nutrisi.

c. Metabolisme Lemak
Hati juga berperan aktif dalam metabolisme
lemak. Asam-asam lemak dapat dipecah untuk
memproduksi energi dan badan keton (asam aseton,

37

asan β-hidroksibutirat, serta aseton). Badan keton
merupakan senyawa-senyawa kecil yang dapat
masuk ke dalam aliran darah dan menjadi sumber
energi bagi otot serta jaringan tubuh lainnya.
Pemecahan asam lemak menjadi badan keton
terutama terjadi ketika ketersediaan glukosa untuk
metabolisme sangat terbatas seperti pada kelaparan
atau diabetes yang tidak terkontrol. Asam lemak
dan produk metaboliknya juga digunakan untuk
mensintesis kolesterol, lesitin, lipoprotein, dan
bentuk-bentuk lipid dapat tertimbun di dalam
hepatosit dan mengakibatkan keadaan abnormal
yang dinamakan fatty liver.
Sel-sel hati merupakan satu kompleks
laboratorium kimia dengan sejumlah proses yang
berbeda terjadi di dalamnya. Kebutuhan tubuh
diberi sinyal oleh hormon dan enzim untuk
mengatur metabolisme lemak. Di dalam hati, asam
lemak

disintesis

melalui

proses

lipogenesis

membentuk trigliserida baru. Bahan ini kemudian
dikeluarkan dari hati dengan bantuan lipoprotein
dan membawanya ke jaringan adiposa untuk
disimpan kecuali untuk diperlukan.

38

Lemak merupakan bahan untuk menunjang
terjadinya proses lipogenesis (pembentukan lemak)
yaitu asam lemak dan gliserol disintesis dari
karbohidrat yang mengikuti jalur seperti trigliserida
yang secara langsung disintesis dari pencernaan
lipid. Proses ini menyebabkan terjadinya kelebihan
kalori yang berasal dari karbohidrat selain dari
simpanan lemak yang telah ada.
Proses lipolisis (pemecahan lemak). Terjadi
dalam

hati

pada

waktu

yang sama

seperti

trigliserida untuk membentuk asam lemak dan
gliserol. Reaksi trigliserida merupakan reaksi bolakbalik yang terjadi akibat kebutuhan oleh organisme
pada waktu tertentu. Jika suplai lemak berlebihan
dalam

hati,

maka

proses

lipogenesis

akan

mengubah lemak tersebut menjadi bentuk yang
dapat ditranspor dan disimpan. Jika suatu organisme
memerlukan alergi yang berasal dari lemak, maka
proses lipolisis akan terjadi untuk menghasilkan
lebih daripada yang terdapat dalam sirkulasi. Dalam
hal ini trigliserida dapat dihidrolisis dan disintesis
kembali

untuk

dipakai

sebagai

energi

yang

39

digunakan untuk membentuk lemak lain, seperti
fosfolipid (lipid mengandung fosfor) dan kolesterol.
Dalam hati, kolesterol disintesis dari dua
molekul karbon yang berasal dari asetil KoA. Hati
juga

mengeluarkan

kolesterol

dari

sirkulasi.

Kolesterol dari kedua sumber ini akan diubah
menjasi asam empedu yang akan masuk ke dalam
kantong empedu untuk disimpan sebagai komponen
empedu.

Gambar. 6 . Metabolisme lemak dari Sherwood, L.
(2001). Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke Sistem.
Jakarta: EGC.

40

3. Kantung empedu

Kantung empedu terletak tepat di bawah lobus
kanan hati. Empedu masuk ke saluran empedu yang
terdapat di dalam hati. Kanalikuli empedu tersebut
kemudian bersatu membentuk dua saluran yang lebih
besar yang keluar dari hati yaitu duktus hepatikuys
kanan dan kiri dan bersatu menjadi duktus hepatikus
komunis.

Gambar. 7 . Kantung empedu dari Pustekkom
Depdiknas 2008

41

a. Fungsi Kantung Empedu
Fungsi utama kantung empedu adalah
menyimpan

dan

dihasilkan

hati.

memekatkan
Kandung

empedu

empedu

yang
mampu

menyimpan sekitar 45 ml empedu. Pembuluh limfe
dan pembuluh darah mengabsobsi air dan garam
garam anorganik dalam kantung empedu sehingga
cairan empedu lebih pekat 10 kali lipat daripada
cairan

empedu

hati.

Kantung

empedu

akan

mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui
kontraksi otot dan relaksasi sfingter oddi dan
dirangsang oleh masuknya kimus di duodenum.

b. Sekresi Cairan Empedu
Sel darah merah atau eritrosit merupakan
bagian dari alat transportasi tubuh. Eritrosit
memiliki fungsi khusus membawa oksigen untuk
dikirim ke setiap sel tubuh. Oksigen ini digunakan
sebagai bahan pembakar energi tubuh.
Sel darah merah di dalam tubuh berumur
120 hari. Setelah masa tugasnya habis, sel darah
merah akan dipecah menjadi bilirubin. Bilirubin ini
akan dikirim ke hati untuk diubah dari bilirubin

42

yang tidak larut dalam air (bilirubin tidak
terkonjugasi) menjadi bilirubin yang dapat larut
dalam air (bilirubin konjugasi). Proses pengubahan
ini betujuan agar bilirubin dapat dibuang dengan
mudak ke dalam usus (bilirubin memberi warna
tinja menjadi kuning kecokelatan) dan sebagian lagi
dibuang melalui ginjal setelah diubah bentuknya
menjadi urobilin.
Cairan empedu dibentuk dan dialirkan dari
hati melalui saluran empedu di dalam hati
(kanalikuli empedu) menuju duktus koledokus dan
kandung empedu atau langsung dialirkan ke dalam
usus dua belas jari. Hal ini sangat tergantung pada
apakah seseorang dalam keadaan puasa atau tidak.
Apabila seseorang dalam keadaan puasa maka
cairan empedu akan disimpan di dalam kantong
empedu karena sfingter oddi berada dalam keadaan
tertutup. Namun, apabila seseorang makan maka
sfingter oddi akan membuka dan cairan empedu
akan dialirkan ke dalam duodenum. (Pearce, 2008)
Sistem ekskresi bilirubin dan cairan empedu
dari hati ke usus dapat dijabarkan sebagai beriku.
Bilirubin dan cairan empedu yang diproduksi dari

43

hati lobus kanan akan dialirkan ke dalam saluran
empedu di dalam hati yang disebut duktus hepatikus
kanan (right hepatic duct). Sementara, bilirubin dan
cairan empedu yang diproduksi dari hati lobus kiri
dialirkan ke dalam saluran empedu yaitu duktus
hepatikus kiri (left hepatic duct) (Pearce, 2008) .
Kedua duktus hepatikus tersebut kemudian
akan bersatu membentuk common hepatic ductus.
Setelah keluar dari hati, common hepatic ductus
bersama

duktus

sistikus

(saluran

untuk

mengeluarkan cairan empedu dari kantung empedu)
bersatu membentuk bile duct atau sering disebut
ductus koledokus. (Pearce, 2008).
Selanjutnya aliran bilirubin dan cairan
empedu di duktus koledokus bersatu dengan duktus
pankreatikus utama (main pankreatic duct untuk
mengalirkan enzim-enzim yang diproduksi oleh
pankreas). Keduanya sama-sama bermuara di papila
vateri. Yang berperan sebagai pintu keluar menuju
duodenum (usus dua belas jari). Diatur oleh suatu
klep yang disebut sfingter oddi (Pearce, 2008).
Fungsi Getah Empedu. Getah empedu
adalah cairan alkali yang disekresikan oleh sel hati.

44

Jumlah yang dikeluarkan setiap hari ialah 500
sampai 1.000 ccm. Sekresinya berjalan terusmenerus, tetapi jumlah produksi dipercepat sewaktu
pencernaan, khususnya sewaktu pencernaan lemak.
Delapan puluh persen dari getah empedu terdiri atas
air, garam empedu, pigmen empedu, kolesterol
musin,

dan

zat

lainnya.

Fungsi

kholeretik

menambah sekresi empedu. Fungsi kholagogi
menyebabkan kandung empedu mengosongkan diri
(Pearce, 2008).

c. Bilirubin
Bilirubin

diproduksi

oleh

sel

sel

retikuloendotelial, terutama di sumsum tulang
dan limpa. Bahan dasar pembuatan bilirubin
adalah hemoglobin (Hb) yang telah tua.
1) Produksi
2) Transportasi
3) Konjugasi
4) Ekskresi

45

4. Pankreas

Gambar. 8 . Pankreas dari Tortora, G.J., Derrickson,
B.(2009). Principles of Anatomy and Physiologi, 6th
Ed.New Jersey: Wiley.Anatomy and Physiolog, 12th Ed.
New Jersey: McGraw-Hill
Pankreas memiliki 2 fungsi yaitu fungsi eksokrin
dan fungsi endokrin

a. Kelenjar eksokrin
Enzim proteolitik disintesis pankreas dalam bentuk
tidak aktif terdiri atas tripsinogen, kimotripsinogen,
dan prokarboksipolipeptidase. Enzim pankreas akan
menjadi aktif jika disekresikan ke saluran intestinal.

46

Berikut ini fungsi fungsi enzim pencernaan
pancreas, yaitu :
1) Tripsin

dan

kimotropin

berfungsi

untuk

memecah protein menjadi peptide.
2) Amilase

pankreas

berfungsi

untuk

menghidrolisis serat, glikogen, dan sebagian
besar karbohidrat untuk membentuk trisakarida
dan disakarida.
3) Lipase pankreas berfungsi untuk menghidrolisis
lemak menjadi asam lemak dan monongliserida
setelah lemak diemulifikasi oleh empedu.
4) Kolesterol

esterase

berfungsi

untuk

meghidrolisis ester kolesterol.
5) Fosfolipase berfungsi untuk memecah asam
lemak dan fosfolipid.
6) Karboksi
dipeptidase

peptidase,
berfungsi

aminopeptgidase
melanjutkan

dan
proses

pencernaan protein menjadi asam amino bebas.
7) Ribonuklease dan deoksiribonulkease berfungsi
untuk menghidrolisis RNA dan DNA menjadi
nukleotida.

47

b. Kelenjar Endokrin
Kelenjar pancreas juga merupakan kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin pancreas terdiri
atas 3 jenis sel, yaitu sel β (berfungsi
memproduksi glukagon), sel α (memproduksi
insulin), dan sel somasostatin

ORGAN

MOTILITAS

Mengunyah

liur
Faring dan
esophagus

PENCERNAAN

Saliva :

Mulut dan
kelenjar

SEKRESI

Makanan tidak

amilase,

Karbohidrat

ada : beberapa

mukus,

dimulai

obat

lizozim
Menelan

PENYERAPAN

Mukus

Nitrogliserin
Tidak ada

Tidak ada

lambung

Karbohidrat di

Makanan tidak

Relaksasi

:HCl,

badan corpus

ada : zat zat yang

reseptif:

Pepsin,

lambung, protein

larut dalam

peristaltis

Mukus,

dimulai di bagian

lemak (alkohol,

Faktor

antrum

aspirin)

Getah

Lambung

intristik

Pancreas
eksorin

Tidak ada

Tripsin,

Enzim

kimotripsin

menyelesaikan

, karboksi,

pencernaan di

peptidase,

lumen duodenum

Tidak ada

48
amilase,
lipase
Empedu :
garam
Hati

Tidak ada

empedu,
sekresi
alkali,
bilirubin

Tidak mencerna
apa pun tetapi
mempermudah
pencernaan &

Tidak ada

penyerapan
lemak di
duodenum
Dalam lumen di
bawah pengaruh

Usus halus

Segmentasi

Sukus

pankreas

kompleks

enterikus :

&empedu

motilitas

mukus,

pencernaan KH

migratif

garam.

& protein

Semua nutrien
sebagian besar
elektrolit & air

&pencernaan
lemak selesai.
Haustrasi:
Usus besar

pergerakan

Garam & air,
Mukus

Tidak ada

masa

mengubah isi
menjadi feses

Tabel. 1. Sekresi dan penyerapan endokrin pada organ

C. PENUTUP
Mahasiswa dapat menguasai materi ini dengan baik jika
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

49

-

Membuat gambar anatomi dan fisiologi setiap bagian
organ-organ hati.

-

Menjelaskan secara lisan anatomi dan fisiologi, prinsip
dan fungsi organ hati.

D. TUGAS
-

Jelaskan masing-masing anatomi dan fisiologi hati

-

Jelaskan prinsip dan fungsi transaminasi, deaminasi

-

Jelaskan siklus proses metabolism Karbohidrat, Protein
dan lemak.

50

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth's. (2008). Textbook of Medical-Surgical
Nursing 10th Lippincott.
Brunner and Suddarth's. (2010). Textbook of Medical-Surgical
Nursing 12th ed. 2 vols. Lippincott.
Gabriel, J. (1996). Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.
Ganong, W.F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC.
James, J., Baker, C., & Swain, H. (2006). Prinsip Sains Dalam
Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Pearce, E. C. (2009). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Price & Wilson. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Seeley, R.R., Stephens, T.D., & Tate P.(2003). Anatomy and
Physiologi, 12th Ed.New Jersey: McGraw-Hill
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke
Sistem. Jakarta: EGC.
Smeltzer, C. & Suzanne, G. B. (2002). Buku Ajar
KeperawatanMedikal-Bedah. Jakarta: EGC
Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Jakarta: EGC
Sumardjo, D. (2009). Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.

51

Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan
Sistem Endokrin. Jakarta: Trans Info Media.
Tortora, G.J., Derrickson, B. (2009). Principles of Anatomy
and Physiologi, 6th Ed. New Jersey: McGraw-Hill
Wiley (2003). .Anatomy and Physiolog, 12th Ed. New Jersey:
McGraw-Hill.
Wiley (2009). Principles of Anatomy and Physiologi, 6th Ed.
New Jersey: Wiley. 2009. 1174.

52

BAB II
PEMERIKSAAN FISIK DAN DIAGNOSTIK PADA
HATI

A. PENDAHULUAN

1.

Kompetensi sasaran yang relevan dalam Bab ini
adalah terdiri atas kompetensi Utama, yaitu mampu
melaksanakan asuhan keperawatan professional di
tatanan klinik dan komunitas.(KU.4). Kompetensi
pendukung adalah mampu melakukan komunikasi yang
efektif dalam memberikan asuhan keperawatan. (KP 1).
Mampu menjamin kualitas asuhan holistik secara
kontinyu dan konsisten.(KP 5). Mampu menggunakan
proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah
klien.(KP 7). Mampu mendemonstrasikan keterampilan
teknis keperawatan sesuai standar yang berlaku atau
secara kreatif dan inovatif sehingga pelayanan yang
diberikan efisien dan efektif. (KP 12). Mampu
menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif
dalam kerja TIM dan pemberian asuhan keperawatan
dengan mempertahankan hubungan kolaboratif.(KP 19)

53

2.

Sasaran Belajar dalam Bab ini Setelah menyelesaikan
pembelajaran ini,

mahasiswa

diharapkan mampu

menjelaskan pemeriksaan fisik dan diagnostik pada
hati.
3.

Sasaran Pembelajaran yang diharapkan pada modul
ini

adalah

mahasiswa

memahami

dan

mampu

menguraikan pemeriksaan fisik dan diagnostik pada
hati.
4.

Strategi/Metode Pembelajaran. Strategi pembelajaran
dalam bab ini dilaksanakan dengan metode tutorial,
diskusi, dan CSL. Dalam bab ini terdapat skenario yang
menjadi pemicu untuk membahas aspek pemeriksaan
fisik dan diagnostik pada hati.

5.

Indikator/Kriteria penilaian, dalam bab ini terdapat,
item yang dinilai adalah:
a. Kemampuan kerja sama, bobot 20
b. Kemampuan menyampaikan pendapat, bobot 20
c. Kreativitas ide dengan bobot 20
d. Kemampuan menyampaikan informasi, bobot 20
e. Diskusi, bobot 20

54

B. URAIAN.

1. Pemeriksaan Fisik pada Hati

Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting
dalam perawatan klien di rumah sakit yang tidak dapat
dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan.
Validitas

hasil

pemeriksaan

diagnostik

sangat

ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien,
alat, dan bahan yang digunakan serta pemeriksaannya
sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung
jawab perawat. Oleh karena itu, pemahaman perawat
pada berbagai pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada klien sangatlah menentukan keberhasilannya.
Begitu halnya pada klien yang diduga atau yang
menderita gangguan sistem endokrin, pemahaman
perawat yang lebih baik tentang berbagai prosedur
diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan (Wahyu,
2010).

55

a. Persiapan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh
perawat
1) Anamnesa/Pengkajian Hati/Data Subyektif;
Pengkajiannya
a) Data Demografi


Identitas klien.



Identitas penanggung.



Usia klien.



Jenis kelamin.



Tempat tinggal klien (alamat).



Tanggal masuk rumah sakit.

b) Riwayat kesehatan keluarga.
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga
yang mengalami gangguan seperti yang
dialami klien/pasien atau gangguan secara
langsung :


Sirosis: dicurigai karena Perlemakan hati



Hiperbilirubinemia:

Ada

/

tidaknya

keluarga yang menderita penyakit yang
sama
c) Riwayat Kesehatan dahulu:
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh
keluarga di luar gangguan yang dirasakan

56

sekarang,

khususnya

gangguan

yang

mungkin sudah berlangsung lama karena
tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini
tidak dikeluhkan, seperti:


Mudah lelah.



BB yang tidak sesuai dengan usia,
misalnya selalu kurus meskipun banyak
makan.



Gangguan psikologis, seperti mudah
marah, sensitif, sulit bergaul, dan tidak
mudah berkonsentrasi.



Penggunaan obat-obatan yang dapat
merangsang aktivitas hati / hepatotoxic.

d) Riwayat Diet :
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada
saluran pencernaan dapat mencerminkan
gangguan metabolik tertentu, pola dan
kebiasaan makan yang salah dapat menjadi
faktor penyebab. Oleh karena itu kondisi
berikut perlu dikaji :


Adanya nausea, muntah, dan nyeri
abdomen.

57



Penurunan atau penambahan BB yang
drastis.



Selera makan yang menurun atau bahkan
berlebihan.



Pola makan dan minum sehari-hari.



Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan
minuman yang dapat menggangu fungsi
metabolik seperti minuman beralkohol
dan makanan tinggi lemak.

e) Masalah kesehatan sekarang
Pengembangan

dari

keluhan

utama.

Fokuskan pertanyaan yang menyebabkan
keluarga/pasien meminta bantuan pelayanan,
seperti:


Apa yg dirasakan pasien saat ini.



Apakah

masalah

atau

gejala

yang

dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
perlahan-lahan

dan

sejak

kapan

dirasakan.


Bagaimana

gejala

tersebut

mempengaruhi aktivitas hidup seharihari.


Bagaimana pola eliminasi : urine.

58



Bagaimana

fungsi

seksual

dan

reproduksi.


Apakah ada perubahan fisik tertentu
yang sangat menggangu pasien.



Hal-hal lain yang perlu dikaji karena
berhubungan dengan fungsi metabolik
secara umum:

f) Status Comfort
Dari discomfort abdomen dan pruritis.
Biasanya klien mengeluh discomfort pada
kuadran kanan abdomen (nyeri hebat). Nyeri
tersebut

biasanya

dihubungkan

dengan

adanya infeksi. Sedangkan gatal atau pruritis
dihubungkan dengan adanya joundice.
g) Status Nutrisi
Gangguan

status

nutrisi

berupa

anorexsia, nausea dan vomiting. Kaji pula
faktor presipitatus, hubungan dengan intake
alkohol atau makanan. Biasanya pada klien
dengan kronik liver diberikan diit khusus,
misalnya: rendah Na, gangguan intake
protein, dan pembatasan air.

59

h) Status cairan dan elektrolit
Kurangnya volume cairan dan elektrolit
akibat mual, muntah atau perdarahan akut
dari sirosis. Ada juga retensi cairan dari
sodium

abnormal

dan

tertahannya

air

(cairan).
i) Pola eliminasi
Jika obstruksi empedu, urine klien putih
keabuan, dari feses dan urine warnanya
gelap. Catat menurunya urine output sebagai
akibat dari tertahannya air dan Na.
j) Status energi/kelemahan
Dengan intake nutrisi yang inadekuat,
cairan yang inadekuat, sehingga klien tidak
mampu melakukan aktivitas secara baik
karena lemah, sehingga klien butuh waktu
yang cukup untuk memulihkan energinya
tersebut.
k) Persepsi, kognitif dan psikomotor
Perubahan fungsi neurologi terutama
berhubungan dengan saraf-saraf perifer dan
fungsi kognitifnya bisa meningka. Sehingga
menimbulkan gangguan sensasi di kaki,

60

perubahan ingatan, pelupa, dan gangguan
koordinasi.
l) Terpapar terhadap toxin
Misalnya : alkohol, obat-obatan, zat
kimia, dan virus. Riwayat obat-obatan dan
alkohol yang perlu dikaji intakenya dan
kapan

konsumsi

terakhirnya.

Riwayat

pekerjaan yang perlu dikaji lingkungan kerja
juga bisa sebagai sumber virus.
m) Tingkat Energi:
Perubahan kekuatan fisik dihubungkan
dengan sejumlah gangguan metabolik. Kaji
kemampuan