ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI RENDAH PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DI RUANG KAKAK TUA RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG

  ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI RENDAH PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DI RUANG KAKAK TUA RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG Miftachul Jannah NIM.1312010018 SUBJECT: Asuhan keperawatan, harga diri rendah, peningkatan harga diri rendah. DESCRIPTION

  Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan harga diri rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Tujuan studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah dengan terapi aktifitas kelompok.

  Desain penelitian ini adalah studi kasus. Jumlah responden yang diambil yaitu 3 klien yang mengalami harga diri rendah. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan format asuhan keperawatan jiwa. Pengkajian menggunakan 4 sumber utama yaitu diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

  Pengkajian pada klien 1 didapatkan data, klien mengeluh tidak berguna karena klien tidak bisa mengurus rumah tangganya sendiri. Klien 2 di dapatkan data, klien malu tidak bisa menjadi tulang punggung sebagai kepala rumah tangga, karena istri yang berdominan untuk mencai uang, sedangkan klien 3 didapatkan data, klien tidak punya teman karena sering diejek sama temannya sering marah-marah tidak jelas.

  Dari diagnosa yang muncul dari ketiga klien dilakukan intervensi yaitu melakukan bina hubungan saling percaya, memberi pujian, membuat rencana kegiatan, melakukan terapi aktifitas kelompok. Klien 1 dapat mengikuti kegiatan yang diberikan. Klien 2 dapat mengalami kegiatan tetapi sedikit malu. Klien 3 dapat melakukan kegiatan tetapi sedikit malu. Masalah keperawatan ketiga klien yaitu harga diri rendah. Hasil evaluasi tindakan keperawatan masalah harga diri rendah pada ketiga klien masalah teratasi sebagian. Pada klien yang mengalami masalah harga diri rendah harus melakukan tindakan terapi aktifitas kelompok supaya klien bisa meningkatkan percaya diri pada setiap klien.

  ABSTRACT Self-esteem is a Personal Assessment Against The results achieved

with analyze how far Behavior meet ideal of self. Frequency of goal

achievement against low self-esteem or high self-esteem. If the individual

often fails, it tends to has low self- esteem. The purpose of this case study was

to perform nursing care to low self-esteem client with group activity terapy.

  The research design was a case study. The number of respondents

taken were 3 clients who had low self-esteem. Data collection methods used

health nursing care. The assessment used four main sources, namely nursing

diagnosis, intervention, implementation, and evaluation.

  Assessment on the client 1 obtained data, the client complained of

feeling useless because the client could not manage his own household. Client

2 obtained data, the client felt ashamed that he could not be the backbone as

the head of the household, because the wife was dominating in prividing

income, while the third client obtained data, the client did not have any

friends because often being bullied and often get angry with unclear reason.

  From diagnosis that emerged from the three of clients interventions

were done build a trusting relationship, gave praise, made a plan of activity,

did group activity therapy. Client 1 could follow the activities provided. Client

2 could experience activities but a little shy. Client 3 could perform activities

but a little shy. The nursing problem of clients was low self-esteem on three

clients. The results of the evaluation of nursing action on the problem on three

clients was low self-esteem has been resolved partially. On clients who have

low self-esteem problems should do group activity therapy as it could improve

the confidence on every client.

  

Keywords: nursing care, group activity therapy, improved low self-esteem,

low self-esteem.

  Contributor : 1. Dr. Abdul Muhith, S.Kep.Ns

  2. Yudha Laga H. K, M. Kes

  Date : 21-25 Juli 2016 Type material : Laporan Penelitan Identifier : - Right : Open Document

Summarry : latar belakang, metodologi, hasil, simpulan dan

rekomendasi.

LATAR BELAKANG

  Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan, kesulitan ekonomi, tekanan di pekerjaan dan deskriminasi meningkatkan resiko penderita gangguan jiwa. Peningkatan angka penderita gangguan jiwa akan terus menjadi masalah dan tantangan bagi tenaga kesehatan (Suliswati dkk, 2005).

  Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan harga diri rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. (Muhith, 2015). Gangguan jiwa adalah seseorang tentang gangguan jiwa berasal dari apa yang orang tersebut yakini sebagai faktor penyebab (Struart, 2007). World Healt Organization (WHO) tahun 2009 memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data studi World Bank di beberap Negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat.

  Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007, persentase gangguan jiwa mencapai 11,6% dari sekitar 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun dan Prevalensi nasional Gangguan Jiwa Berat adalah 0,5% (berdasarkan keluhan responden atau observasi pewawancara). Sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi Gangguan Jiwa Berat diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat. Khusus di daerah Jawa Timur prevalensi gangguan jiwa adalah 3,1 %. Berdasarkan data dari RSJ Dr. Radjiman Wedioningrat Malang di ruang kakak tua dalam bulan maret-mei yang mengalami harga diri rendah sejumlah 105 kasus.

  Ditribusi penilaian stressor pada klien dengan masalah harga diri rendah rata-rata respon secara keseluruhan sebelum diberikan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah sebesar 93,11% dan sesudah di berikan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah 60,56% (Wakhid, dkk, 2010). Pasien harga diri rendah biasanya memiliki tanda seperti mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri. Selain tanda dan gejala diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara rendah ( Keliat, 2011).

  Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Pada klien menarik diri di perlukan rangsangan atau stimulasi yang adekuat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan terus menerus dapat dilakukan atau diberikan kepada klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan atau diberikan oleh klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat halusinasi, kebersihan diri kurangnya adekuat. Klien menarik diri juga mengalami penurunan harga diri karena kurangnya kepercayaan diri. Pasien menarik diri perlu mendapat perhatikan khusus untuk dapat kembali ke masyarakat dengan memilih konsep diri yang positif sehingga sehingga dapat memudahkan mereka untuk bersosialisasi kepada orang lain dengan meningkatkan harga diri mereka terlebih dahulu (Anonymus, 2002).

  Menurut (abdillah fatkhul, 2014) dengan melaksanakan asuhan keperawatan yang, diharapkan klien dapat menunjukan peningkatan harga diri. Asuhan keperawatan yang ditujukan pada individu, kelompok, keluarga, maupun komunitas selain itu di harapkan keperawatan turut berperan dan berkewajiban menanggulangi permasalahan ini sesuai dengan lingkup ilmu melaksanakan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah hal ini dapat diperoleh melalui pendidikan formal atau pendidikan keperawatan berkelanjutan. Diharapkan perawat yang melaksankan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan terutama dalam penerapan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah yang merupakan tindakan keperawatan pada masalah keperawatan tertentu salah satunya adalah pada klien harga diri rendah.

  METEDOLOGI

  Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Kriteria yang diambil pada partisipan adalah pasien yang didiagnosa harga diri rendah, jumlah partisipan 3 orang. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara dan observasi. Analisa data dilakukan dengan cara pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

HASIL DAN PEMBAHASAN 1.

  Pengkajian Pada tanggal pengkajian 21-07-2016 Klien 1 mengatakan saat masuk rumah sakit dibawa sama bapaknya dan tetangganya karena kepikiran istrinya dicerai. klien juga sering marah-marah. Saat pengkajian klien mengatakan ada masalah dengan keluarga kecilnya karena sang istri selingkuh dan klien tidak terima. Kemudian klien cemburu dan memutuskan untuk cerai. Akhirnya klien mengalami stress dan suka menyendiri di rumah selama ± 7 bulan. Selama cerai klien tinggal bersama anak dan orang tuanya. Selama ditinggal sang istri klien sering menyendiri dan dirumah saja. Dan biasanya kalau stress suka marah-marah dan mendengarkan suara-suara. Klien 2 mengatakan saat masuk rumah sakit klien sering marah-marah. Saat pengkajian Klien mengatakan dirumah sebagai seorang suami. Klien saat dirumah suka marah, menyendiri, tidak mau berbicara, suka dikucilkan sama istrinya. Klien merasa sakit hati terhadap perilaku istrinya. Klien 3 saat masuk rumah sakit klien mengatakan Klien mengatakan dirumah dianggap tidak berguna dan tidak mempunyai teman dan saat dirumah pasien sering diejek. Saat pengkajian Klien mengatakan saat dirumah suka diejek dengan temannya, dan ibunya juga jarang memperhatikan klien, karena suka marah-marah seperti kuda lumping. Akhirnya klien suka menyendiri dirumah dan jarang keluar. Pada klien harga diri rendah tanda dan gejala meliputi Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, Merendahkan martabat (Abdul muhith, 2015). Berdasarkan fakta yang ada saat pengkajian, sebagian sudah sesuai dengan teori yaitu malu, perasaan yang tidak berguna, rasa bersalah. Diagnosa keperawatan

  Diagnosa pada klien 1 meliputi isolasi sosial, halusinasi pendengaran, koping individu tidak efektif, gangguan proses fikir. Klien 2 meliputi harga diri rendah, resiko perilku kekerasaan, koping individu tidak efektif. Klien 3 meliputi harga diri rendah, koping individu tidak efektif, gangguan proses fikir. Diagnosa yang muncu padaa klien harga diri rendah yaitu Gangguan konsep diri: harga diri rendah, situasional atau kronik, putus asa, isolasi diri: menarik diri, resiko perilaku kekerasan. Berdasarkan data fakta dan teori muncul diagnosa keperawatan pada pasien harga diri rendah. Hal ini membuktiakan bahwa terdapat kesesuaian antara diagnosa yang muncul pada teori di lapangan.

3. Intervensi

  Intervensi yang akan dilakukan pada pasien harga diri rendah yaitu melakukan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah, membina hubungan saling percaya, mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, memberi pujian kepada klien. Terapi aktivitas kelompok ada 2 sesi. Sesi 1: identitas hal positif pada diri. Tujuannya adalah Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya. Sesi 2: Melatih positif pada diri. Tujuan adalah Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan, Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih, Klien dapat memilih hal positif yang telah dilatih, Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih.

  Menurut teori intervensi yang dilakukan membina hubungan saling percaya, mendiskusikan kemampuan aspek positif yang dimiliki klien dan beri pujian, mendikusikan kemampuan klien yang dapat digunakan selama sakit, terapi aktifitas kelompok. Rencanakan bersama klien aktifitas apa yang dapat dilakukan setiap harinya. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien, beri conto h cara pelaksaan kegiatan (lilik ma’arifatul, 2011).

  Berdasarkan dari intervensi yang di rencanakan dengan teori terdapat kesesuain yaitu melakukan hubungan saling percaya, memberi pujian, melakukan terapi aktifitas kelompok, membuat pertanyaan tentang hobynya.

  4. Implementasi Dari hasil pengkajian yang didapatkan klien yang memiliki diagnosa keperawatan harga diri rendah. Pada klien harga diri rendah di beri tindakan terapi aktifitas kelompok agar klien tidak mudah putus asa, menyendiri, mau berinteraksi kepada teman. Terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah ada 2 sesi. Sesi pertama yaitu: Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran, klien di bagi kertas HVS, mengucapkan salam kepada klien, memperkenalan nama panggilan terapis. kemudian menanyakan nama panggilannya setiap klien secara disuruh menulis tentang hobynya masing-masing dan ditulis di kertas yang telah disediahkan setelah itu beri pujian. Sesi kedua klien di kasih kertas HVS yang ke 2, klien disuruh menulis jadwal kegiatan yang ada saat ini dilaksanakan, klien diberi pujian. Terapis menutup salam dan mengakhiri kegiatan.

  Jenis terapi aktifitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktifitas kelompok sensori, terapi aktifitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktifitas kelompok sosialisasi. Dari empat jenis terapi aktifitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi. Terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktifitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah (keliat, 2005).

  Berdasarkan implentasi 3 hari perawatan yang sudah rencanakan sesuai teori, terdapat kesesuaian antara fakta dilapangan dan teori yang ada, karena semua intervensi yang ada pada teori sangat mendukung untuk terapi aktifitas kelompok pada pasien harga diri rendah dan pasien mengikuti terapi aktifitas kelompok sampai selesai.

  5. Evaluasi Pada evaluasi selama 3 hari perawatan dengan melaukan terapi aktifitas kelompok didapatkan hasil yaitu klien 1: ada kontak mata dan merasa senang. Klien 2: merasa senang dan menjawab salam, klien 3: berjabat tangan dan merasa senang. Evaluasi yang harus dicapai adalah pasien ada kontak mata, menunjukkan rasa senang, mau berjabat tangan, mau menjawab salam, klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi dalam melakukan terapi aktifitas kelompok (lilik ma’arifatul, 2011).

  Berdasarkan teori dan fakta terdapat kesesuain pada pasien harga diri rendah setelah klien dilakukan terapi aktifitas kelompok yaitu klien ada kontak mata, merasa senang, mau berjabat tangan, mau menjawab salam.

  Simpulan 1.

  Pengkajian Dari data hasil pengkajian dapat disimpulkan dengan klien harga diri rendah munculnya perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan yang telah diperbuat, merasa bersalah terhadap diri sendiri, kurang percaya diri.

  2. Diagnosa Dari pengkajian diatas muncul diagnosa keperawatan yaitu harga diri rendah.

  3. Intervensi Intervensi yang dilakukan sama dengan teori yaitu membina hubungan saling percaya, mendiskusikan aspek positif yang dimiliki klien, memberi pujian pada klien, membuat jadwal kepada klien.

  4. Implementasi Implementasi yang diberikan pada pasien sesuai dengan intervensi yang direncanakan yaitu terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah.

  5. Evaluasi Hasil evaluasi yang didapatkan pengkajian hingga implentasi yaitu klien ada kontak mata, merasa senang, mau berjabat tangan, mau menjawab salam.

  Rekomendasi

  Bagi klien yang dilakukan asuhan keperawatan harus melakukan kegiatan yang sudah dijadwalkan. Untuk pembaca asuhan keperawatan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah dapat melakukan kegiatan yang sudah dijadwalkan. Bagi penulis selanjutnya dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah disarankan melakukan asuhan keperawatan lebih lanjut untuk mempertimbangkan terapi aktifitas kelompok kepada klien.

  Daftar pustaka

  Anonymus. 2002. Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa dan Komunikasi Terapeutik Keperawatan. Malang. Azizah, L. 2011. keperawatan jiwa aplikasi praktik kliniik. jogjakarta. Damayanti. 2012. Konsep dasar keperawatan jiwa. Surakarta. Fatkhul, A. 2014. Pengaruh terapi aktifitas kelompok. Surakarta.

  Keliat, budi anna.2004. keperawatan jiwa: terapi aktifitas kelompok. Jakarta : EGC. Keliat. B.A. 2007. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta : EGC.

  Kurniati. S. 2013. Asuhan keperawatan dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah. Bogor Muhith, A. 2015. Pendidikan keperawatan teori dan aplikasi. Edisi 1.

  Yogyakarta: Andi Purwaningsih. 2010. Asuhan keperawatan jiwa. Maha medika, Jogjayakarta.

  

rendah terhadap harga diri klien menarik diri . Malang.

  Rikesdas, 2007 Stuart, Garl W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EEC.

  Suliswati dkk. 2005. Asuhan keperawatan dengan gangguan harga diri Titin sutini. 2007. buku ajar keperawatan jiwa. Bandung.

  Wakhid dkk. 2010. Penerapan terapi keteraampilan sosial pada klien harga diri rendah. Surakarta. World Healt Organization (WHO), 2009 Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

  Alamat Correspondensi : : miftachul.jannah83@gmail.com

  • : 085748463730

  Email

  No. Hp

Dokumen yang terkait

PENANGANAN NON FARMAKOLOGIS UNTUK MENGURANGI NYERI SENDI LUTUT PADA LANSIA DI DESA GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO ARIK MEGA SANDY 1212020004 SUBJECT: Penanganan non farmakologis, Nyeri sendi lutut, Lansia DESCRIPTION: Penanganan non-farmakologis merupakan sa

0 0 5

BLACK GARLIC PENCEGAH INFEKSI OPORTUNISTIK PADA PENDERITA AIDS (AQCUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME)

0 0 6

PENGEMBANGAN FASILITAS PERTUMBUHAN SPIRITUAL PASIEN DI UNIT HEMODIALISA RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN

0 0 6

AKTIVITAS FISIK PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI UPT PANTI WERDHA MAJAPAHIT MOJOKERTO ANGGA DWI PRASETYA NATAGAMA 1212020002 SUBJECT: Lansia, Aktivitas Fisik, Hipertensi DESCRIPTION: Hipertensi sering terjadi pada lansia yang disebabkan oleh perub

0 0 5

ASUHAN KEPERAWATAN BIMBINGAN SPIRITUAL PADA KLIEN GANGGUAN JIWAHARGA DIRI RENDAH DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG

0 1 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSIA DI RSUD PROF. DR SOEKANDAR KABUPATEN MOJOSARI

0 0 7

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PENDERITA ASMA BRONKIAL DI RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR MOJOSARI

0 1 7

CURETTAGE ATAS INDIKASI KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DENGAN TINDAKAN LAPAROTOMI DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2018 Lismawati

0 0 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA YANG MENGALAMI PENINGKATAN ASAM URAT DENGAN MASALAH GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO Novi Winda Agustin 1312010022 SUBJECT : Peningkatan asam urat, nyeri, kompres hangat DESCRIPTION :

0 0 8

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA GASTRITIS DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGSAL MOJOKERTO NITA PURWANTI NIM. 1312010020 SUBJECT : Asuhan Keperawatan, Keluarga, Gastritis DESCRIPTION

0 0 9