KEKUATAN PEMBUKTIAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PERKARA PERDATA ITA PURNAMASARI MUH. DJAFAR ABD. RAHMAN HAFID Abstrak - KEKUATAN PEMBUKTIAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PERKARA PERDATA

  

KEKUATAN PEMBUKTIAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH

DALAM PERKARA PERDATA

  

ITA PURNAMASARI

MUH. DJAFAR

ABD. RAHMAN HAFID

Abstrak

  

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan dapat mengemukakan tentang

penjabaran fungsi suatu sebagai alat bukti hak atas tanah bagi pemegangnya dan

sejauhmana arti pembuktian dalam pengadaan sertifikat sebagai alat bukti hak

atas tanah bagi pemegangnya.

Kekuatan hukum sertifikat hak atas tanah merupakan jaminan kepastian

hukum dari sertifikat sebagai alat bukti kepemilikan yang bersifat kuat artinya

sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain yang merasa berhak dan

mempunyai alat bukti untuk membuktikannya maka dalam hal ini

sertifikat tersebut mempunyai kepastian hukum yang kuat

Untuk itu, dalam menghindari persoalan-persoalan yang muncul dalam

penerbitan sertifikat pemerintah dan masyarakat harus bersinergi. Pemerintah

dalam hal ini Kementerian Negara Agraria dan Tata Ruang maupun Badan

Pertanahan Nasional wajib menerbitkan sertifikat hak atas tanah berdasarkan

asas kepastian hukum, asas kecermatan dan asas aman dengan jujur dan

profesional, sedangkan masyarakat berdasarkan asas keterbukaan wajib

mengetahui tanah yang termuat dalam sertifikat yang diterbitkan baik lokasi

tanah itu berada, luas tanah, dan batas-batas tanah. Maka dengan cara itulah

kepastian dan kekuatan hukum dari sertifikat tanah akan terjamin.

  

Kata kunci : Sertifikat, Alat Bukti, Jaminan Kepastian Dan Perlindungan Hukum.

I.PENDAHULUAN mewujudkan kesejahteraan

  masyarakat. Hal ini telah ditegaskan A.

   Latar Belakang Masalah

  dalam pasal 33 ayat (3) Undang- Bangsa Indonesia dikarunia oleh

  Undang Dasar (UUD) 1945 yang Tuhan Yang Maha Esa tanah air menyatakan : yang kaya raya dengan sumber

  “Bumi,air dan kekayaan alam kekayaan alam, antara lain dengan

  yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

  permukaan tanah yang luas yang

  dipergunakan untuk sebesar-besar

  dimanfaatkan dalam rangka

  kemakmuran rakyat”

  pembangunan nasional untuk

  Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktifitas diatas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah. Dapat dikatakan bahwa manusia memerlukan tanah sejak ia dilahirkan ke alam fana (

  dunia ) ini. Hingga pada saat manusia

  pun meninggal dunia masih memerlukan tanah. Begitu pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka setiap orang selalu berusaha memiliki dan menguasainya. Oleh karena itu, pemerintah memberikan sosialisasinnya terhadap masyarakat atas pentingnya kepemilikan tanah yng dimilikinya, yaitu setiap tanah yang dimiliki oleh masyarakat yang mempuyai hak atas suatu tanah tersebut, agar didaftarkan dan untuk selanjutnya disertifikatkan di Kantor Badan Pertanahan.

  Hal perlindungan tentang hukum yang dijabarkan di dalam pemberian kepastiannya yang tidak terlepas dari penjaminan lewat pendaftaran tanah, ditindak lanjuti ketentuan pasal 4 Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah.

  “ Untuk memberikan kepastian

  dan perlindungan hukum, sebagaimana pasal 3 huruf a kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah”.

  Dilihat dari kepentingan perlunya diadakan pendaftaran tanah baru. “Dalam pembangunan jangka

  panjang kedua peranan tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha dan sehubungan dengan ini akan meningkat pula kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan pertama-tama memerlukan tersediannya perangkat hukum yang tertulis dan jelas, yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan- ketentuannya”

  1 B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana kekuatan pembuktian sertifikat hak milik atas tanah dalam perkara perdata?

  1 Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaanya .

  Djambatan: Jakarta, hlm 473

  2. Seperti apa kendala dalam pembuktian sertifikat hak milik atas tanah?

  II

  .PEMBAHASAN A.

   Kekuatan Pembuktian Sertifikat Hak Milik Atas Tanah

  Sertifikat merupakan alat bukti yang kuat dan autentik. Kekuatan sertifikat merupakan jaminan kepastian hukum bagi pemegang sertifikat sebagai yang kuat sebagaimana telah ditegaskan dalam

  Pasal 32 ayat ( 1 ) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Kekuatan berlakunya sertifikat hak memberikan kepastian hukum pemilikan tanah bagi orang yang namanya tercantum dalam sertifikat sehingga penerbitan sertifikat dapat mencegah sengketa tanah. Pemilikan sertifikat melindungi dari tindakan sewenang-wenang oleh siapapun, mencegah dari sengketa, dan mempunyai nilai ekonomi dimana tanah yang bersertifikat mempunyai nilai yang tinggi apabila dijadikan utang dengan hak tanggungan ( HT ).

  Bahwa sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Dalam hal ini, berarti bahwa selamanya tidak dapat dibuktikan sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang tercantum didalamnya harus diterima sebagai data yang benar,baik dalam melakukan perbuatan hukum sehari- hari maupun berperkara dipengadilan. Data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam sertifikat harus sesuai dengan data yang tercantum dalam surat dan buku tanah yang bersangkutan, karena data itu di ambil dari surat dan buku tanah.

  Sertifikat hak atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah yang berisi data fisik (keterangan

  tentang letak, batas, bidang tanah, serta bangunan yang ada di atasnya )

  dan data yuridis (keterangan tentang

  status tanah dan bangunan yang

  didaftar, pemegang hak atas tanah dan hak-hak pihak lain serta beban- beban lain yang berada di atasnya

  ) merupakan tanda bukti yang kuat.

  Dengan memiliki sertifikat, maka kepastian hukum berkenaan dengan jenis hak atas tanahnya, subjek hak dan objek haknya menjadi nyata selain hal tersebut sertifikat memberikan berbagai manfaat, misalnya mengurangi kemungkinan sengketa dengan pihak lain, serta memperkuat posisi tawar menawar apabila hak atas tanah yang telah bersertifikat diperlukan pihak lain untuk kepentingan pembangunan apabila dibandingkan dengan tanah yang belum bersertifikat serta mempersingkat proses peralihan serta pembebanan hak atas tanah.

  Bagi pemegang hak atas tanah, memiliki sertifikat mempunyai nilai lebih yaitu akan memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum sebab dibandingkan dengan alat bukti tertulis lainnya, sertifikat merupakan tanda bukti hak yang kuat, artinya pemegang hak atas tanah yang namanya tercantum dalam sertifikat harus dianggap sebagai benar sampai dibuktikan sebaliknya di Pengadilan dengan alat bukti lain.

  Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997. Sertifikat merupakan tanda bukti hak yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang berlaku sebagai alat bukti sesuai yang termuat didalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

  2 Berdasarkan ketentuan tersebut

  Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 Pasal 32 ayat (2) yang berbunyi:

  “Bahwa sertifikat merupakan alat pembuktian yang kuat dapat menjadi bukti di pengadilan apabila terjadi sengketa pertanahan. Sengketa pertanahan dapat terjadi apabila dalam penyajian data yuridis dan data fisik tidak dilakukan dengan benar

  .” 2 Adrian Sutedi.. Kekuatan Hukum Berlakunya Sertipikat Sebagai Tanda Bukti Hak Atas Tanah : Dalam analisa pembatalan pendaftaran hak atas tanah. : Cipta Jaya, Jakarta,hlm 23. Dalam hal ini Pembuktian, menurut Prof. R. subekti, memberikan arti membuktikan dengan mengikat hakim untuk membenarkan kebenaran peristiwa/hak yang dipersengketakan oleh para pihak dalam suatu perkara.

  pembuktian alat bukti tertulis, terutama akta otentik mempunyai tiga macam kekuatan pembuktian, yaitu: a. Kekuatan pembuktian formil: Membuktikan antara para pihak bahwa mereka sudah menerangkan apa yang ditulis dalam akta tersebut.

  b. Kekuatan pembuktian materiil: Membuktikan antara para pihak, bahwa benar-benar peristiwa yang tersebut dalam akta itu telah terjadi.

  c. Kekuatan mengikat: Membuktikan antara para pihak dan pihak ketiga, bahwa pada tanggal tersebut dalam akta yang bersangkutan telah menghadap kepada pegawai umum tadi dan

  . “Hukum Pembuktian”. Penerbit Pradny „Paramita, Jakarta, hlm 5-6

  menerangkan apa yang ditulis dalam akta tersebut.

  Untuk mengetahui sejauh mana kekuatan hukum sertifikat hak atas tanah, maka dapat dilihat dari sifat pendaftaran tanah yang diselenggarakan di Indonesia yaitu bertujuan untuk menjamin kepastian hukum. Jaminan kepastian hukum adalah untuk menghindari terjadinya penerbitan sertifikat tanah bukan kepada orang yang berhak. Sehubungan dengan sifat pendaftaran tanah tersebut, maka UUPA dalam pelaksanaan pendaftaran tanah menganut system negatif, yaitu segala apa yang tercantum dalam sertifikat tanah adalah benar sampai dapat dibuktikan keadaan sebaliknya di muka pengadilan. Undang-undang Pokok Agraria menegaskan system negatif ini bertendensi positif sebagaimana tercantum dalam pasal 19 ayat (2) huruf c bahwa surat- surat tanda bukti hak yang diberikan itu berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat dalam system negatif adalah berarti tidak mutlak, sehingga sertifikat tanah masih mungkin dibatalkan sepanjang ada pembuktian

3 Secara umum kekuatan

3 R. Subekti,

  sebaliknya yang menyatakan ketidaksahan sertifikat tanah tersebut. Dengan demikian sertifikat tanah bukanlah satu-satunya surat bukti pemegang hak atas tanah, oleh karena masih dimungkinkan ada lagi bukti- bukti lain tentang pemegang hak atas tanah tersebut.

  Sifat pembuktian sertifikat sebagai tanda bukti hak dimuat dalam pasal 32 Peraturan Pemerintah no. 24 tahun 1997,yaitu :

  1. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya,sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.

  2. Dalam atas hal suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan kepala kantor pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan kepengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat.

  Selain itu Pembuktian juga diatur dalam pasal 163 HIR/283 RBg dan 1865 KUHperdata Pasal 163 HIR/283 RBg berbunyi :

  “Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu hak, atau mengatakan haknya sendiri maupun membantah sesuatu hak orang lain, harus membuktikan hak itu atau adanya perbuatan itu”.

  Pasal 1865 KUHperdata berbunyi :

  “Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah sesuatu hak orang lain, menunjukan pada suatu peristiwa tersebut”.

  Ketentuan pasal tersebut masi mempunyai kelemahan, yaitu Negara tidak menjamin kebenaran data fisik dan data yuridis yang disajikan dan tidak adanya jaminan bagi pemilik sertifikat dikarenakan sewaktu-sewaktu akan mendapatkan gugatan dari pihak lain yang merasa dirugikan atas diterbitkannya sertifikat. Untuk menutupi kelemahan dalam ketentuan pasal 32 Ayat (1) Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 dan untuk memberikan perlindungan hukum kepada pemilik sertifikat dari gugatan dari pihak lain dan menjadikannya sertifikat sebagai tanda bukti yang bersifat mutlak, maka dibuatlah ketentuan Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, sertifikat sebagai surat tanda bukti hak yang bersifat mutlak apabila memenuhi unsur-unsur secara kumulatif,yaitu : a.

   Sertifikat diterbitkan secara sah atas nama orang atau badan hukum b. Tanah diperoleh dengan itikad baik c.

   Tanah dikuasai secara nyata.

  d.

   Dalam waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak ada yang mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan kepala kantor pertanahan kabupaten/kota setempat ataupun tidak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat

  4 .

  Dengan demikian menurut penulis atas dasar syarat tersebut di atas 4 Sahnan, . Hukum Agraria Indonesia, Setara Press: Malang ,hlm 122. menandakan bahwa sertifikat merupakan alat pembuktian yang kuat dalam rangka memberikan jaminan hukum di bidang pertanahan bagi pemegang hak atas tanah, jika bidang tanah milik seseorang telah disertifikatkan, tidak mudah bagi orang lain atau pihak mana pun untuk merebutnya dari tangan si pemegang sertifikat, apalagi bila usia sertifikat telah melampaui waktu lima tahun.

  Selain itu pula menurut penulis, yang menjadi persoalan di sini bukanlah terletak pada jangka waktu 5 tahunnya, tetapi proses penerbitan sertifikat tanahnya yang harus benar dan akurat. Petugas pertahanan harus teliti melakukan pengukuran, pemeriksaan dan penelitian tanah baik secara fisik maupun yuridis yang nantinya dituangkan dalam sertifikat tanah. Selain itu, tidak memberikan perlindungan hukum di kalangan rakyat kecil yang belum memahami hukum atas pengumuman penerbitan sertifikat, baik di mass media dan/atau di kantor kepala desa /atau kelurahan.

B. Kendala-kendala Dalam Pembuktian Sertifikat Hak Milik Atas Tanah.

  Untuk memberikan kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah dalam Peraturan Pemerintah ini diberikan penegasaan mengenai sejauh mana pembuktian sertifikat, yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat oleh Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendafratan Tanah. Hal ini tercantum dalam di pasal 32 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 yang berbunyi:

  1. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

  2. Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima)tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut.

  Dikatakan demikian, karena selama tidak ada bukti lain yang membuktikan ketidakbenarannya, maka keterangan yang ada dalam sertifikat harus dianggap benar dengan tidak perlu bukti tambahan, sedangkan alat bukti lain tersebut hanya dianggap sebagai alat bukti permulaan dan harus dikuatkan oleh alat bukti yang lainnya. Jadi, sertifikat tanah membuktikan bahwa pemegang hak mempunyai suatu hak atas bidang tanah tertentu. Dimana data fisik mencakup keterangan mengenai letak, batas, dan luas tanah. Data yuridis mencakup keterangan mengenai status hukum bidang tanah, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya.

  Sertifikat sebagai alat pembuktian yang kuat, namun dalam kenyataannya di masyarakat, masih banyak terjadinya kasus mengenai sertifikat hak atas tanah yang dalam penerbitannya seringkali membawa akibat hukum bagi pihak yang bersangkutan maupun pihak-pihak yang merasa kepentingannya dirugikan. Sering kita dapatkan kendala-kendala seperti adanya sertifikat palsu (ganda), sertifikat tumpang tindih (Overlapping) yang mengakibatkan cacat hukum dan administrasi sehingga tidak jarang kendala-kendala dalam pembuktian sertifikat terjadi perselisihan yang akhirnya diselesaikan di pengadilan.

  Persoalan lain yang juga sering muncul adalah terjadinya berbagai pungutan atau korupsi sertifikat tanah. Persetifikatan tanah bisa berjalan cepat, tergantung pada siapa yang menginginkan “berapa” uang yang di sediakan. Dalam praktik, sertifikat tanah dapat dengan cepat keluar jika yang berkepentingan menyediakan biaya yang jumlahnya lebih besar dari biaya resmi yang tertulis didalam kwitansi, atau jika pengurusanya menggunakan memo dari orang kuat. Fenomena pensertifikatan tanah yang berbau KKN seperti ini bukan hanya terjadi di kantor BPN, tetapi di sinyalir sejak mulai dari padukuhan dan desa/kelurahan. Masalah ini tidak menyakut materi hukum, tetapi menyakut soal clean government. Yang menjadi korban pada umumnya yang kecil yang secara mental yang masih menganggap aparat pemerintah bukan pelayan masyarakat melaikan tuan yang harus di jamu dan di layani.

  5 Dengan demikian, kebijakan

  maupun aturan yang ada harus diterapkan dengan baik dan profesional, dalam menerbitkan sertifikat hak atas tanah harus berdasarkan asas kepastian hukum, asas kecermatan, dan asas aman untuk terjaminnya kekuatan hukum dan kepastian hukum dari sertifikat yang diterbitkan, akan menghasilkan upaya percepatan pensertifikasian tanah dan tertib penggunaan tanah, tertib administrasi tanah, menciptakan rasa aman dalam pemilikan dan penguasaan tanah, memberikan jaminan kepastian hak atas tanah.

  5 Braman Andi dan Hasan Basri Nata Manggala (Penyunting), Reformasi Pertahan, Pemberdayaan Hak-Hak Atas Tanah Ditinjau dari Aspek Hukum, Sosial, Politik, Ekonomi, Hankam, Teknis, Agama, dan Budaya , Cetakan I, Bandung: Mandar Maju, hlm. 37. Dan juga melalui masyarakat memanfaatkan sumber daya tanah berdasarkan asas keterbukaan dengan baik. diharuskan kepada masyarakat pun III.

   PENUTUP

  yang mempunyai tanah harus A.

   Kesimpulan

  memelihara baik data yuridis berupa 1)

  Kekuatan hukum sertifikat hak jika ada peralihan hak, pembebanan atas tanah merupakan jaminan hak ataupun yang lainnya harus kepastian hukum dari sertifikat segera di daftarkan ke Pemerintah sebagai alat bukti kepemilikan

  (kementerian negara agraria dan tata yang bersifat kuat artinya ruang) dan jika menyangkut data sepanjang tidak dibuktikan fisiknya maka diharuskan sebaliknya oleh pihak lain yang mengetahui dimana lokasi tanah merasa berhak dan mempunyai yang dipunyai, mengetahui batas- alat bukti untuk batas tanah tersebut. Artinya membuktikannya maka diharuskan adanya sinergi yang dalam hal ini sertifikat dilakukan antara pemerintah dan tersebut mempunyai kepastian masyarakat untuk menjamin dan hukum yang kuat . menjaga kepastian dan kekuatan

  2) kendala dalam Adapun hukum sertifikat hak atas tanah penerbitan sertifikat hak atas

  Selain itu, kebijakan tersebut akan tanah dikarenakan masih memberikan pengakuan dan kurangnya transparansi dalam hal perlindungan semua hak milik atas dan penguasaan dan pemilikan tanah yang dimilikinya, baik yang tanah disebabkan oleh terbatasnya sudah maupun belum terdaftar. data dan informasi penguasaan Dengan adanya perlindungan dan pemilikan tanah, serta kurang tersebut pastinya akan dapat transparannya data dan informasi meminimalisir persoalan-persoalan yang tersedia untuk masyarakat. yang ada dan diharapkan setiap Persoalan lain yang juga sering pemilik hak atas tanah dapat muncul adalah terjadinya berbagai pungutan atau korupsi sertifikat tanah. Sehingga tidak sedikit dan diharapkan untuk selalu kendala-kendala yang di dapatkan mengedepankan loyalitas dan pada masyarakat dalam kejujuran pada pelayanan. Jangan pembuktian sertifikat tanah terjadi mendahulukan pihak-pihak perselisihan, seperti adanya tertentu, sehingga pihak lain sertifikat palsu (ganda), sertifikat merasa dirugikan dan terabaikan. tumpang tindih (Overlapping) Pihak BPN diharapkan juga selalu yang mengakibatkan cacat hukum dapat menjadi pihak yang dan administrasi yang akhirnya senantiasa menolong masyarakat diselesaikan di pengadilan. yang membutuhkan bantuan dalam menerima pelayanan. Tidak semua masyarakat mengerti alur

B. Saran

  dari pelayanan tersebut, sehingga Sebagai akhir dari pembahasan ini pihak BPN dapat menjadi pihak maka penulis mencoba memberikan yang mengayomi dan saran yang sekiranya dapat mengajarkan alur tersebut. memberikan manfaat bagi semua 2.

  Untuk masyarakat diharapkan pihak yang terkait: selalu mengedepankan prinsip kejujuran dan asas itikad baik

  1. pihak BPN/Kantor untuk dalam memenuhi persyaratan-

  Pertanahan, kiranya melakukan persyaratan dalam melakukan sosialisasi mengenai berbagai jual-beli tanah maupun dalam peraturan yang berkaitan dengan pendaftaran tanah. Tidak boleh bidang pertanahan khususnya ada sesuatu hal yang mengenai jangka waktu lima disembunyikan agar tidak terjadi tahun dalam pasal 32 Peraturan masalah dikemudian hari. Pemerintah No. 24 Tahun 1997,

DAFTAR PUSTAKA

  A. Buku-buku

  Andi Braman dan Hasan Basri Nata Manggala (Penyunting), Reformasi Pertahan,

  Pemberdayaan Hak-Hak Atas Tanah Ditinjau dari Aspek Hukum, Sosial, Politik, Ekonomi, Hankam, Teknis, Agama, dan Budaya , Cetakan I,

  Bandung: Mandar Maju, Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-

Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaanya . Djambatan, Jakarta.

  Sahnan, Dr. Hukum Agraria Indonesia,Setara Press: Malang. Subekti, R.

  . “Hukum Pembuktian”. Penerbit Pradny „Paramita, Jakarta, Sutedi, Adrian. Kekuatan Hukum Berlakunya Sertipikat Sebagai Tanda Bukti Hak Atas Tanah : Dalam analisa pembatalan pendaftaran hak atas tanah.

  Jakarta : Cipta Jaya.

  B. Peraturan Perundang-undangan Peraturan pemerintah No 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.