PENGENDALIAN PENERBITAN SERTIFIKAT TANAH HAK MILIK PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA TANGERANG

PENGENDALIAN PENERBITAN SERTIFIKAT TANAH HAK MILIK PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA TANGERANG

Tito Inneka Widyawati

Dosen STISIP YUPPENTEK Tangerang e-mail: tw_inneka@rocketmail.com

Abstrak

Pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak milik adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk evaluasi penerbitan sertifikat tanah hak milik, agar sesuai dengan apa yang ditetapkan dan tidak terjadi penyimpangan, dan apabila telah terjadi penyimpangan perlu dilakukan perbaikan. Dalam pelaksanaannya, Kantor Pertanahan Kota Tangerang memiliki kewenangan melaksanakan tugas dan fungsi pelaksanaan penatagunaan tanah, pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah, penanganan konflik, sengketa dan perkara pertanahan dan mewujudkan pelayanan prima dalam bidang pertanahan. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk menganalisis dan menjelaskan bagaimana pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak milik pada Kantor Pertanahan Kota Tangerang.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak milik belum berjalan baik. Masih ada masalah sertifikat ganda dan gagalnya pemisahan dari sertifikat induk. Masalah tersebut terjadi karena pengukuran prestasi yang dilakukan Kantor Pertanahan Kota Tangerang adalah non rutin, dan dalam pelaksanaannya tidak didukung dengan sistem informasi pertanahan dan database yang optimal.

Kata Kunci:

Pengendalian, Penerbitan Sertifikat Tanah, Hak Milik

Control of Issuance of Certificates of Land Ownership Right Abstract

Control of land ownership certificate issuance is one among other efforts made to make sure that there are no irregularities in the citizens’ land rights. Even if the irregularities occur, corrective actions can be taken to overcome them. Tangerang City Land Office has the authority and functions concerning the land utilization, land control, land conflict and dispute resolutions, and other services related to land. The research aimed to analyze and explain about the control of land ownership certificate issuance within Tangerang City Land Office.

The research employed a qualitative method. The research result showed that the control of land ownership certificate issuance did not run well. Dual certificate problems and the failure of separation from the master certificates still occurred because the measurement of achievements by Tangerang City Land Office was not conducted on regular basis, and its implementation was not supported by the optimal land information systems and accurate databases.

Keywords: Control, Land Ownership Certificate Issuance, Rights

Menengah Nasional (RPJMN) 2013-2014 yang Tanah merupakan unsur vital dalam

A. LATAR BELAKANG

didasarkan atas Visi Negara Indonesia, yaitu: kehidupan berbangsa dan bernegara. Hubungan

"terwujudnya negara kebangsaan Indonesia bangsa Indonesia dengan tanah adalah

modern yang aman dan damai, adil dan hubungan yang bersifat abadi. Seluruh wilayah

demokratis, serta sejahtera dengan menjunjung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kemerdekaan merupakan kesatuan tanah air dari keseluruhan

dan persatuan berdasarkan Pancasila dan Bangsa Indonesia. Tanah merupakan perekat

UUD 1945”. Amanat konstitusi dibidang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),

pertanahan menuntut agar politik dan kebijakan karena itu, tanah perlu dikelola dan diatur secara

pertanahan dapat memberikan kontribusi nyata nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem

dalam proses mewujudkan “keadilan sosial kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam

bagi seluruh rakyat Indonesia” (sebagaimana kerangka ini, kebijakan pertanahan diarahkan

diamanatkan pada Sila kelima Pancasila dalam untuk mewujudkan tanah untuk “sebesar-

pembukaan UUD 1945) dan mewujudkan besarnya kemakmuran rakyat”.

“sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” (se- Arah kebijakan pertanahan haruslah

bagaimana diamanatkan pada Pasal 33 ayat 3 sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka

UUD 1945). Nilai-nilai dasar ini mensyaratkan

dipenuhinya hak rakyat untuk dapat mengakses berbagai sumber kemakmuran, terutama tanah.

Berkaitan dengan tanah, terdapat beberapa hak atas tanah. Menurut Undang-Undang (No.

5 Tahun 1960) tentang Peraturan Dasar Pokok- pokok Agraria, menjelaskan bahwa hak atas tanah sebagai hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil hutan dan hak-hak lain akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara, yaitu meliputi hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang dan hak sewa tanah pertanian diatur untuk membatasi sifat-sifat yang bertentangan dengan Undang- Undang (No. 5 Tahun 1960) dan diusahakan hapusnya di dalam waktu yang singkat.

Dari hak-hak atas tanah tersebut tidak menutup kemungkinan timbul berbagai masalah. Seperti masalah batas atau tanda pemilikan tanah. Hal ini kadang menimbulkan ketegangan diantara para pihak yang berselisih, bahkan mungkin juga bisa memicu suatu tindak kriminal dengan alasan ingin mempertahankan apa yang diyakini menjadi hak miliknya. Selain itu, terdapat juga suatu masalah yang berkaitan dengan pengendalian penerbitan sertifikat tanah, yaitu sertifikat ganda dan gagalnya pemisahan dari sertifikat induk.

Sertifikat ganda dapat terjadi karena antara lain akibat kesalahan dalam hal penunjukan batas tanah oleh pemohon atau pemilik sendiri sewaktu petugas Kantor Pertanahan melakukan pengukuran. Batas yang ditunjukkan oleh pemohon atau pemilik, secara sengaja atau tidak sengaja, adalah keliru sehingga surat ukur atau gambar situasinya menggambarkan keadaan batas-batas yang bukan sebenarnya atau sebagian, karena sebelumnya di lokasi yang sama telah diterbitkan sertifikat, akibatnya terdapat lebih dari satu sertifikat yang diterbitkan. Gagalnya pemisahan dari sertifikat induk dapat terjadi karena dalam pendataan yang dilakukan oleh petugas Kantor Pertanahan, induk tanah yang sudah terbagi- bagi tetap dihitung dan dijumlah dengan tanah yang sudah terbagi-bagi tersebut sehingga luas tanah menjadi bertambah.

Masalah-masalah tersebut timbul karena seringkali didalam proses pembuatan sertifikat tanah selalu dibebani dengan syarat-syarat dan aturan-aturan yang begitu banyak sehingga dalam proses pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Masalah sertifikat ganda dan gagalnya pemisahan sertifikat induk, sebenarnya tidak perlu terjadi jika di dalam

pembuatan sertifikat tersebut dilakukan dengan cara-cara yang benar, jujur, teliti, transparan dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa banyak sekali masyarakat yang melakukan jalan pintas didalam pembuatan sertifikat tanah, karena itu, Kantor Pertanahan juga perlu melaksanakan pengendalian dalam penerbitan sertifikat tanah hak milik. Pengendalian diperlukan agar dapat mengevaluasi apakah tujuan dapat dicapai, dan apabila tidak dapat dicapai dicari faktor penyebabnya.

Begitu pentingnya kegunaan tanah bagi masyarakat atau badan hukum, menuntut adanya jaminan kepastian hukum atas tanah tersebut. Untuk mendapatkan jaminan kepastian hukum atas bidang tanah, memerlukan perangkat hukum yang tertulis, lengkap, jelas, dan dilaksanakan konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hal tersebut tercapai melalui pendaftaran tanah untuk pertama kali yang hasil akhirnya akan mendapatkan sertifikat tanah hak milik. Hak milik merupakan hak terkuat atas suatu tanah, dalam arti hak ini bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lainnya. Definisi berdasarkan Pasal 20 ayat (1) UUPA,”Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6.”. Hak milik mempunyai fungsi sosial sebagaimana disebutkan (dalam pasal 6 UUPA). Kata-kata “terkuat dan terpenuh” itu dimaksudkan untuk membedakannya dengan hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai dan lain-lain, yaitu untuk menunjukkan bahwa di antara hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki orang, hak miliklah yang mempunyai kekuatan hukum paling kuat dan paling penuh.

Sebagai bagian dari proses pendaftaran tanah, sertifikat sebagai alat bukti hak atas tanah terkuat pun diterbitkan. Dokumen- dokumen pertanahan sebagai hasil proses pendaftaran tanah adalah dokumen tertulis yang memuat data fisik dan data yuridis tanah yang bersangkutan. Dokumen-dokumen pertanahan tersebut dapat dipakai sebagai jaminan dan menjadi pegangan bagi pihak- pihak lain yang memiliki kepentingan atas tanah. Calon pembeli tanah atau calon kreditor merupakan pihak-pihak yang memiliki kepentingan atas tanah jika terjadi transaksi jual beli atau transaksi perkreditan. Tidak hanya calon pembeli dan calon kreditor, pemerintah juga membutuhkan pencatatan atas tanah guna Sebagai bagian dari proses pendaftaran tanah, sertifikat sebagai alat bukti hak atas tanah terkuat pun diterbitkan. Dokumen- dokumen pertanahan sebagai hasil proses pendaftaran tanah adalah dokumen tertulis yang memuat data fisik dan data yuridis tanah yang bersangkutan. Dokumen-dokumen pertanahan tersebut dapat dipakai sebagai jaminan dan menjadi pegangan bagi pihak- pihak lain yang memiliki kepentingan atas tanah. Calon pembeli tanah atau calon kreditor merupakan pihak-pihak yang memiliki kepentingan atas tanah jika terjadi transaksi jual beli atau transaksi perkreditan. Tidak hanya calon pembeli dan calon kreditor, pemerintah juga membutuhkan pencatatan atas tanah guna

penyimpangan tersebut.

tertib dan tidak tumpang tindih. Dengan Berdasarkan observasi awal yang di- demikian, maka makna sertifikat sebagai alat

lakukan penulis di Kantor Pertanahan Kota pembuktian yang kuat dan bahwa tujuan

Tangerang, menemukan permasalahan yang pendaftaran tanah yang diselenggarakan adalah

berkaitan dengan pengendalian penerbitan dalam rangka memberikan jaminan kepastian

sertifikat tanah hak milik. Adapun masalah dari hukum di bidang pertanahan. Menurut Pasal

pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak

1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia milik, yaitu mengenai jumlah luas tanah yang (Nomor 24 Tahun 1997) tentang Pendaftaran

menjadi obyek pensertifikatan di Kota Tangerang Tanah, pengertian sertifikat yaitu:

melebihi luas tanah di Kota Tangerang itu “Sertifikat adalah surat tanda bukti hak

sendiri. Luas tanah obyek pensertifikatan pada yang meliputi hak atas tanah, hak pengelolaan,

tahun 2014 adalah 236.571.471 m 2 , sedangkan tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun

luas tanah Kota Tangerang adalah 181.730.000 m 2 , dan hak tanggungan yang masing-masing

disini dapat dilihat terdapat kelebihan luas tanah sudah dibukukan dalam buku tanah yang

obyek pensertifikatan sebesar 54.841.471 m 2 . Dari bersangkutan.”

pemaparan itu, penulis beranggapan bahwa Sengketa atau konflik atas tanah yang

pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak terjadi akhir-akhir ini, tidak hanya atas tanah

milik dapat dikatakan belum efektif. yang belum terdaftar secara hukum dan memiliki sertifikat tetapi juga atas atas tanah

yang sudah didaftar dan mempunyai sertifikat. B. LANDASAN TEORITIS Kenyataan ini menunjukkan betapa alat bukti

1. Konsep Pengendalian

berupa sertifikat (sertifikat atas tanah), belum Pengendalian atau controlling adalah fungsi menjamin kuatnya hak seseorang atau badan

terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini sangat hukum atas tanah. Dalam sertifikat tanah

penting dan sangat menentukan pelaksanaan dicantumkan data fisik dan data yuridis yang

proses manajemen, karena itu harus dilakukan harus diterima sebagai data yang benar, baik

sebaik-baiknya. Di bawah ini dijelaskan beberapa dalam pembuatan hukum sehari-hari maupun

definisi/pengertian pengawasan menurut pakar dalam sengketa di pengadilan. Data yang

organisasi dan manajemen.

tertuang dalam sertifikat harus sesuai dengan Pengendalian adalah proses untuk memastikan apa yang tercantum dalam surat ukur dan buku

bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas tanah. Selain itu, orang atau badan hukum tidak

yang direncanakan (Stoner,1995:248). Menurut dapat menuntut tanah yang sudah bersertifikat

Robbins dan Coulter (1999:526), pengendalian atas nama orang atau badan hukum lain jika

dapat dirumuskan sebagai proses memantau selama 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya

kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan itu sertifikat itu, orang atau badan hukum tersebut

diselesaikan sebagaimana telah direncanakan tidak mengajukan gugatan pada pengadilan,

dan proses mengoreksi setiap penyimpangan sedangkan tanah tersebut diperoleh orang atau

yang berarti. Koontz (1993:195) mengungkapkan badan hukum yang lain tersebut dengan itikad

pengendalian adalah mengukur dan mengoreksi baik dan secara fisik nyata dikuasai olehnya

prestasi kerja bawahan guna memastikan, bahwa atau oleh orang lain atau badan hukum yang

tujuan organisasi disemua tingkat dan rencana yang mendapatkan persetujuannya.

didesain untuk mencapainya, sedang dilaksanakan. Pengendalian diperlukan karena dalam

Pengendalian sebenarnya berkisar pada perencanaan yang sebaik-baiknya sekalipun

kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, dapat

penyelidikan, dan pengevaluasian keseluruhan pengendalian dapat membantu untuk dapat

terjadi penyimpangan,

sehingga

kegiatan manajemen agar tujuan yang sudah memonitoring perubahan lingkungan dan

ditetapkan dapat dicapai secara tepat, dan apabila pengaruhnya pada kemajuan organisasi

tidak dapat dicapai sesuai dengan perencanaannya, tersebut. Pengendalian penerbitan sertifikat

maka dicari faktor penyebabnya dan dilakukan tanah hak milik yang dilakukan pada Kantor

tindakan perbaikan.

Pertanahan akan

dapat

meminimalkan

Pandangan lain mengenai pengendalian penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, jika

diungkapkan oleh Siswanto (2011: 139) bahwa: penyimpangan-penyimpangan tersebut sudah

“pengendalian adalah suatu usaha terjadi, dengan pengendalian maka akan dapat

sistematik untuk menetapkan standar kinerja dilakukan perbaikan dan pengkoreksian dari

dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem 271 dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem 271

sasaran perencanaan, aktual dengan standar yang telah ditetapkan,

prestasi

dengan

merancang sistem umpan balik informasi, mem- menentukan apakah terdapat penyimpangan

bandingkan prestasi sesungguhnya dengan dan mengukur signifikansi penyimpangan

standar yang lebih dahulu ditetapkan itu, tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan

menentukan apakah ada penyimpangan dan yang diperlukan untuk menjamin bahwa

mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, semua sumber daya perusahaan yang sedang

dan mengambil tindakan perbaikan yang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien

untuk menjamin bahwa semua sumberdaya dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan”.

perusahaan tengah digunakan sedapat Hal senada di ungkapkan oleh Hasibuan

mungkin dengan cara yang paling efektif dan (2001:241) yang menjelaskan sebagai berikut:

efisien guna tercapainya sasaran perusahaan”. pengendalian merupakan fungsi manajemen

Dari definisi-definisi di atas mengenai yang sangat penting dan sangat menentukan

pengendalian di atas dapat ditarik kesimpulan, proses manajemen, serta menentukan baik

pada intinya pengendalian adalah sebagai suatu atau buruknya pelaksanaan suatu rencana.

proses yang sistematik untuk mengevaluasi Selanjutnya Usman (2009: 503) menjelaskan

apakah aktivitas-aktivitas organisasi telah yaitu: pengendalian adalah proses pemantauan,

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah penilaian, dan pelaporan rencana atas pen-

ditetapkan, dan apabila belum dilaksanakan capaian tujuan yang telah ditetapkan untuk

diagnosis faktor penyebabnya, untuk selanjut- tindakan korektif guna penyempurnaan lebih

nya diambil tindakan perbaikan. lanjut.

Berbicara mengenai sejauh apa pentingnya Supriyono (2011: 13) mendefinisikan

pengendalian dalam organisasi, tentunya pengendalian merupakan proses yang di guna-

pengendalian itu sangat penting untuk kan manajemen agar para pelaksana bekerja

dapat mengevaluasi sebuah rencana agar dengan efektif dan efisien dalam rangka

sesuai dengan apa yang ditetapkan dan agar mencapai tujuan organisasi”.Wiludjeng (2007:

terjadi penyimpangan. Apabila telah terjadi 176) juga menjelaskan bahwa: pengendalian

penyimpangan perlu diadakannya perbaikan. merupakan fungsi terakhir dalam proses

Robbins dan Coulter (1999:527-528), juga manajemen yang erat hubungannya dengan

mengungkapkan pentingnya pengendalian karena perencanaan, pengendalian dilakukan untuk

pengendalian merupakan jembatan terakhir dalam memastikan bahwa tindakan atau proses yang

rantai fungsional kegiatan-kegiatan manajemen. harus dilakukan betul-betul dilaksanakan sesuai

Pengendalian merupakan satu-satunya cara para dengan yang ditetapkan.

manajer untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan Ranupandojo (1996:169) juga menjelaskan

organisasi itu tercapai atau tidak dan mengapa pengertian pengendalian, sebagai berikut:

tercapai atau tidak tercapai. “Pengendalian merupakan peristiwa

Stoner (1996:250) menjelaskan bahwa salah pembanding antara pelaksanaan dengan rencana

satu alasan mengapa pengendalian diperlukan yang telah ditetapkan sebelumnya, membuat

adalah rencana yang paling baik sekalipun koreksi-koreksi jika pelaksanaan berbeda atau

dapat menyimpang, karena pengendalian menyimpang dari rencana, pengendalian juga

juga dapat membantu manajer memonitoring merupakan proses dimana pihak manajemen

perubahan lingkungan dan pengaruhnya pada dapat melihat apa yang terjadi dan apa yang

kemajuan organisasi. Dengan demikan, tujuan seharusnya terjadi”.

dari pengendalian adalah untuk menjamin Amirullah dan Haris Budiyono (2004:298)

kesesuaian antara perencanaan dengan mengatakan pengertian pengendalian, adalah

pelaksanaan.

sebagai berikut: Pengendalian sebenarnya ber- Robert J. Mockler (dalam James A.F. kisar pada kegiatan memberikan pengamatan,

Stoner 1986: 223) menjelaskan arti pentingnya pemantauan, penyelidikan, dan pengevaluasian

pengendalian, yaitu pengendalian itu perlu keseluruhan kegiatan manajemen agar tujuan

agar perusahaan dapat mencapai tujuannya. yang sudah ditetapkan dapat dicapai secara tepat.

Pentingnya arti pengendalian diikuti oleh Selanjutnya Robert J. Mockler (dalam

faktor-faktor yang membuat James.A.F.Stoner 1986:221) mengungkapkan

beberapa

pengendalian itu penting, faktor-faktor itu bahwa pengendalian itu adalah sebagai berikut:

meliputi adanya perubahan dalam lingkungan “pengendalian merupakan suatu upaya

organisasi, makin kompleksnya organisasi, yang sistematis untuk menetapkan standar

tidak luputnya para karyawan dari kesalahan tidak luputnya para karyawan dari kesalahan

ulang) dengan frekuensi aktual tergantung wewenang nya.

mendelegasikan

kepada jenis aktivitas yang sedang diukur. Langkah-langkah dalam pengendalian juga

3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai harus diperhatikan, agar pengendalian yang

dengan standar.

dilakukan berjalan dengan efektif, langkah- Langkah ini merupakan yang paling langkah pokok dalam proses pengendalian

ditempuh dalam proses tersebut dikemukakan oleh Robert J. Mockler

mudah

Sifat kompleksnya (dalam James A.F. Stoner 1986: 221) yaitu:

pengendalian.

mungkin telah dapat diatasi dalam kedua

1. Penetapkan standar dan metode untuk langkah yang pertama, sekarang tinggal pengukuran prestasi kerja.

membandingkan hasil-hasil yang telah Langkah ini bisa mencakup standar dan

diukur dengan target atau standard yang ukuran untuk segala hal mulai dari target

telah ditetapkan sebelumnya. Jika prestasi penjualan dan produksi sampai pada

sesuai dengan standard, manajer dapat rekor kehadiran dan keamanan pekerja.

mengasumsi, bahwa “segala sesuatunya Agar langkah ini menjadi efektif, standar

telah berjalan secara terkendali, sehingga tersebut harus dirinci dalam bentuk-

ia tidak perlu turut campur secara aktif bentuk yang berarti dan diterima oleh

dalam operasi organisasi. para individu yang bersangkutan. Metode

4. Mengambil tindakan perbaikan. pengukuran pun harus diterima sebagai

Jika prestasi turun dibawah standard dan metode yang akurat. Sebuah organisasi

analisis menunjukkan perlunya diambil dapat saja menetapkan sasaran untuk

tindakan. Tindakan perbaikan ini dapat menjadi “pemimpin dalam bidangnya”,

berupa mengadakan perubahan terhadap akan tetapi standar tersebut tidaklah

satu atau lebih banyak aktivitas dalam lebih dari inspirasi verbal apabila tidak

operasi organisasi, atau terhadap standard diberi batasan dan apabila sebuah sistem

yang telah ditetapkan semula. pengukuran tidak ditetapkan.

Langkah-langkah pokok dalam proses

2. Pengukuran prestasi. pengendalian dapat dilihat dalam gambar Langkah ini merupakan proses yang

berikut ini:

berkesinambungan, repetitif (berulang-

Gambar 1. Langkah-langkah Pokok dalam Proses Pengendalian

Sejalan dengan Stoner, Robbins dan Coulter (1999: 529) juga menjelaskan proses pengendalian, namun Robbins dan Coulter hanya membaginya menjadi tiga langkah yang terpisah, yaitu:

1. Mengukur kinerja sebenarnya.

dengan suatu standar.

3. Mengambil tindakan

manajerial

untuk membetulkan

penyimpangan-

penyimpangan atau standar yang tidak memadai.

Langkah-langkah proses pengendalian dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 2. Proses Pengendalian

Selanjutnya Koontz (1993:197) menjelaskan

3. Memperbaiki

penyimpangan yang tak dikehendaki dari yaitu:

standar dan perencanaan.

1. Menetapkan standar. Tiga langkah dalam proses dasar

2. Mengukur prestasi kerja atau standar ini. pengendalian dapat dilihat dalam gambar

berikut ini:

Gambar 3. Umpan Balik yang Sederhana

menggunakannya. Makin kurang subyektif pengendalian, harus di perhatikan juga mengenai

Setelah melakukan

langkah-langkah

atau kesamaran sistem pengendalian itu, karakteristik pengendalian yang efektif. Arti

makin besar kemungkinannya bahwa penting relatif dari karakteristik tersebut

individu dengan sadar dan efektif akan akan berbeda-beda menurut keadaan masing-

menanggapi informasi yang diterimanya. masing, tetapi sebagian besar pengendalian

Sistem informasi yang sukar dipahami akan diperkuat oleh kehadirannya. James A.

akan mengakibatkan kesalahan yang

F. Stoner (1986: 239) mengungkapkan secara tidak perlu dan kebingungan atau frustasi umum pengendalian yang efektif mempunyai

dikalangan para karyawan. karakteristik berikut :

4. Dipusatkan Pada Tempat-tempat Pengendalian Setelah

Strategik, sistem pengendalian sebaiknya pengendalian, harus di perhatikan juga

melakukan

langkah-langkah

dipusatkan ter hadap bidang-bidang yang mengenai karakteristik pengendalian yang

paling banyak kemungkinannya kan efektif. Arti penting relatif dari karakteristik

terjadi penyimpangan dari standard, atau tersebut akan berbeda-beda menurut ke-

yang akan menimbulkan kerugian paling adaan

besar. Sistem ini sebaiknya dipusatkan besar pengendalian akan diperkuat oleh

pula pada tempat-tempat dimana tindakan kehadirannya. James A. F. Stoner (1986:239)

perbaikan dapat dilaksanakan seefektif mengungkapkan secara umum pengendalian

mungkin. Umpamanya kurang tepatlah yang efektif mempunyai karakteristik berikut:

kiranya untuk memeriksa kualitas atau

1. Akurat, informasi tentang hasil prestasi mutu setelah barang itu dikirimkan harus akurat. Data yang tidak akurat dari

kepada pelanggan, yang paling logis ialah sistem pengendalian dapat mengakibatkan

memeriksa mutu barang itu segera setelah organisasi mengambil tindakan yang akan

keluar dari lini perakitannya. menemui kegagalan untuk memperbaiki

5. Dari Segi Ekonomi Realistik, biaya untuk sutu masalah, atau menimbulkan masalah

mengimpletasi sistem pengendalian yang tadinya tidak ada. Mengevaluasi

sebaiknya lebih sedikit atau paling ketetapan informasi yang diterima

banyak sama dengan keuntungan yang merupakan salah satu tugas pengendalian

diperoleh dari sistem itu. Cara yang yang paling penting yang dihadapi

terbaik untuk memperkecil pemborosan, manajer.

atau pengluaran-pengeluaran yang tidak

2. Tepat Waktu, informasi harus dikumpul- perlu dalam sistem pengendalian ialah kan, di arahkan dan segera dievaluasi,

mengeluarkan biaya paling minimum yang jika hendak diambil tindakan tepat pada

diperlukan untuk memastikan, bahwa waktunya untuk menghasilkan perbaikan.

aktivitas yang dimonitor akan mencapai

3. Obyektif dan Konprehensif, informasi dalam tujuan yang diinginkan. Umpamanya, sistem pengendalian harus dapat dipahami

akan merupakan pemborosan saja bagi dan dianggap obyektif oleh individu yang

manajer penjualan untuk menerima 274

laporan penjualan setiap hari. Laporan mingguan atau bulanan biasanya sudah mencukupi.

6. Realistik dari segi organisasi, sistem pengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi. Umpamanya, individu harus dapat melihat hubungan antara tingkat prestasi yang harus dicapainya dengan penghargaan/imbalan yang akan menyusul kemudian. Selain itu, semua standard hasil pekerjaan harus realistis. Perbedaan status antara individu harus dihargai juga. Invidu yang diharuskan memberi laporan tentang terjadinya penyimpangan kepada seseorang yang dianggapnya sebagai anggota staf yang lebih rendah pangkatnya, mungkin tidak akan lagi menaggapi sistem pengendalian itu secara serius.

7. Dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi, informasi pengendalian perlu dikoordinasikan dengan arus pekerjaan diseluruh

alasan. Pertama: setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi. Kedua: informasi pengendalian harus sampai kepada semua orang yang perlu menerimanya. Umpamanya, produsen alat-alat rumah tangga yang menerima suku cadang dari berbagai pabrik pembuatnya dan memusatkan perakitannya disuatu tempat, perlu mendapat kepastian, bahwa semua suku cadang tersebut telah dibuat sesuai dengan standardnya. Manajer pabrik harus dapat mengetahui juga tentang berkembangnya masalah yang serius disalah satu pabrik lainnya, karena laju pekerjaan dipabriknya sendiri mungkin harus disesuaikan dengan perubahan tersebut.

8. Luwes, untuk hampir semua organisasi, sistem pengendalian harus mengandung sifat luwes yang sedemikian rupa, sehingga organisasi atau perusahaan tersebut dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan-perubahan yang merugikan, memanfaatkan peluang-peluang baru.

9. Perskriptif dan

Operasional, sistem

pengendalian yang efektif dapat meng- identifikasi, setelah terjadi penyimpangan dari standard, tindakan perbaikan apakah yang perlu diambil. Informasi harus sampai dalam bentuk yang dapat digunakan ketika

informasi itu tiba pada tangan orang-orang yang bertanggungjawab untuk mengambil tindakan yang diperlukan itu.

10. Diterima Oleh Para Anggota Organisasi, agar sebuah sistem pengendalian dapat diterima oleh para anggota organisasi, pengendalian itu harus bertalian dengan tujuan yang berarti dan diterima. Tujuan tersebut harus mencerminkan bahasa dan aktivitas orang- orang kepada siapa tujuan itu dipertautkan. Sebagai contoh, manajer puncak memberikan perhatian pada prestasi keuangan. Pada tingkatan mereka, akan ada artinya untuk mengkaitkan setidak-tidaknya pengendalian dengan hasil-hasil dan anggaran keuangan triwulan. Bagi supervisor lini pertama, banyaknya produk yang dihasilkan, presentase penolakan, lamanya istirahat mesin, dan bahan-bahan yang terbuang. Dimata mereka pengendalian itu hanya akan bermanfaat apabila dapat memberikan data tentang aktivitas operasional, aktivitas sehari-hari pada waktunya dan juga akurat.

Setelah melihat langkah-langkah yang efektif dalam pengendalian, ada beberapa jenis metode pengendalian, kebanyakan metode- metode pengendalian dapat dikelompokkan menjadi salah satu dari empat jenis pokok, yaitu pengendalian pra-tindakan, pengendalian kemudi, pengendalian penyaringan atau pengendalian ya/tidak, dan pengendalian purna-tindakan. James A. F. Stoner (1986:227) menjelaskan keempat metode pengendalian tersebut, sebagai berikut:

a. Pengendalian Pra-Tindakan Pengendalian Pra-Tindakan (pre-action control) yang kadang kala dikenal dengan pra-pengendalian (pre-control) yang memastikan bahwa sebelum suatu tindakan diambil maka sumberdaya manusia, bahan, dan keuangan yang diperlukan dianggarkan. Bila tiba saatnya diambil tindakan, anggaran memastikan sumberdaya yang diperlukan itu akan tersedia dalam jenis, mutu, jumlah, dan tempat sesuai kebutuhan. Anggaran mungkin diperlukan untuk penarikan dan pengembangan karyawan baru, pembelian peralatan dan suplais baru, serta desain dan rekayasa bahan-bahan atau produk baru.

b. Pengendalian Kemudi Pengendalian Kemudi (steering control), atau pengendalian umpan ke-depan

(feedforward control) dirancang untuk men- untuk Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan Tanah deteksi

penyimpangan-penyimpangan Wakaf, Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dari standard atau tujuan tertentu dan

dan Hak Tanggungan untuk masing-masing memungkinkan

yang sudah dibukukan dalam buku tanah yang diambil sebelum urutan tindakan tertentu

dirampungkan. Istilah “pengendalian Menurut Sangsun (2007: 51) pengertian kemudi”, berasal dari sistem mengemudi

sertifikat sebagai berikut: Sertifikat merupakan sebuah mobil. Sang sopir mengendalikan

surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai mobil itu untuk mencegahnya agar tidak

alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik keluar dari jalur atau agar tidak menuju

dan data yuridis yang termuat di dalamnya, kearah yang salah sehingga tempat tujuan

sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut yang benar dapat dicapai.

sesuai dengan yang ada dalam surat ukur dan

c. Pengendalian Ya/Tidak atau Penyaringan buku tanah yang bersangkutan. Pengendalian Ya/Tidak merupakan suatu

Untuk mendapatkan jaminan kepastian proses penyaringan dimana aspek-aspek

hukum atas bidang tanah, memerlukan spesifik dari suatu prosedur harus disetujui

perangkat hukum yang tertulis, lengkap, jelas, atau syarat tertentu dipenuhi sebelum

dan dilaksanakan secara konsisten sesuai kegiatan dapat dilanjutkan. Oleh karen

dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuan pengendalian kemudi merupakan sarana

yang berlaku. Hal tersebut tercapai melalui untuk mengambil tindakan perbaikan

pendaftaran tanah. Sebagai bagian dari sementara suatu program masih berjalan,

proses pendaftaran tanah, sertifikat sebagai jenis pengendalian tersebut biasanya lebih

alat pembuktian atas hak tanah terkuat pun penting dan lebih luas digunakan daripada

diterbitkan. Pendaftaran tanah dilaksanakan jenis-jenis pengendalian lainnya. Akan tetapi,

berdasarkan asas sederhana, aman, terjangkau, pengendalian kemudi jarang sempurna, dan

dan mutakhir/terbuka, sebagaimana tercantum karenanya pengendalian ya/tidak menjadi

dalam ketentuan (pasal 2 Peraturan Pemerintah sangat berguna sebagai alat “pengecekan

Nomor 24 Tahun 1997).

ulang”. Kalau keamanan adalah faktor kunci, Tujuan dari diterbitkannya sertifikat seperti dalam perancangan pesawat terbang,

adalah untuk kepentingan pemegang hak atau apabila menyangkut pengeluaran yang

yang didasarkan pada data fisik dan data besar, seperti pada program konstruksi,

yuridis sebagaimana yang telah didaftarkan pengendalian ya/tidak memberikan batas

dalam buku tanah. Adanya sertifikat dapat keamanan (bantal pengaman) tambahan

menjadi bukti autentik dari pemegang bagi manajer.

sertifikat, sehingga apabila ada pihak lain yang

d. Pengendalian Purna-Tindakan menganggap bahwa tanah tersebut adalah Pengendalian

miliknya, pemegang sertifikat memiliki bukti action control) mengukur hasil-hasil dari

Purna-Tindakan

(post-

yang kuat bahwa secara hukum dia adalah suatu tindakan yang telah dirampungkan.

pemilik tanah tersebut. (Sembiring, 2010:43) Penyebab terjadinya penyimpangan dari

Penerbitan sertifikat tanah juga memerlu- rencana atau standard ditentukan, dan

kan instrumen-instrumen pokok, karena temuan-temuan itu diterapkan pada

sertifikat merupakan perbuatan pemerintah aktivitas yang sama dimasa mendatang.

bersegi satu berdasarkan peraturan perundang- Pengendalian purna tindakan juga

undangan untuk diterapkan pada peristiwa digunakan sebagai dasar untuk balas jasa

konkret menurut prosedur dan persyaratan atau untuk mendorong karyawan (sebagai

tertentu. Menurut Adrian Sutedi (2012: 52) contoh, yang memenuhi standard dapat

beberapa instrumen penerbitan sertifikat memperoleh bonus).

dijelaskan sebagai berikut:

a. Instrumen Yuridis

2. Konsep Sertifikat Tanah

Dalam rangka melaksanakan tugas ini Dalam Peraturan Pemerintah (Nomor 24

kepada pemerintah diberikan wewenang Tahun 1997 pasal 1 ayat 2) menyatakan bahwa:

dalam bidang pengaturan yang dari “Sertifikat adalah surat tanda bukti hak

fungsi pengaturan ini muncul beberapa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 19

instrumen yuridis untuk menghadapi ayat (2) huruf c Undang-Undang Pokok Agraria

peristiwa individual dan konkret, yaitu dalam bentuk ketetapan. Sesuai dengan peristiwa individual dan konkret, yaitu dalam bentuk ketetapan. Sesuai dengan

dalam menghadapi peristiwa konkret instrumen hukum dalam penyelenggaraan

dan individual. Peristiwa konkret artinya pemerintahan.

peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, Salah satu wujud dari ketetapan ini

orang atau badan hukum tertentu, lokasi adalah diterbitkannya sertifikat tanah.

tanah tertentu, dan fakta hukum tertentu. Berdasarkan jenis-jenis ketetapan, sertifikat

e. Prosedur dan Persyaratan tanah termasuk sebagai ketetapan yang

Pada umumnya permohonan penerbitan bersifat konstitutif, yakni ketetapan yang

harus menempuh menimbulkan hak baru yang sebelumnya

sertifikat

tanah

suatu prosedur yang ditentukan oleh tidak dimiliki oleh seseorang yang

BPN Provinsi dan Kantor Pertanahan namanya tercantum dalam sertifikat.

Kabupaten/Kota selaku instansi yang Dengan demikian, sertifikat tanah

menerbitkan sertifikat. merupakan instrumen yuridis dalam

berwenang

Disamping harus menempuh prosedur bentuk ketetapan yang bersifat konstitutif

yang ditentukan, pemohon juga harus dan yang digunakan oleh pemerintah

memenuhi persyaratan-persyaratan yang dalam hal ini Kepala Kanwil BPN/Kantor

ditentukan secara sepihak oleh Badan Pertanahan untuk menghadapi atau

Pertanahan Nasional (melalui Peraturan menetapkan peristiwa konkret. Sebagai

Kepala BPN). Prosedur dan persyaratan ketetapan, sertifikat tanah dibuat dengan

itu berbeda-beda tergantung dari jenis hak ketentuan dan persyaratan yang berlaku.

atas tanahnya.

b. Instrumen Peraturan Perundang-undangan Penentuan prosedur dan persyaratan Penerbitan sertifikat tanah merupakan

penerbitan sertifikat ini dilakukan secara tindakan hukum pemerintah. Sebagai

sepihak oleh pemerintah. Meskipun demikian, tindakan hukum, maka harus ada

Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak boleh wewenang yang diberikan oleh peraturan

membuat atau menentukan prosedur dan perundang-undangan atau harus berdasar

persyaratan menurut kehendaknya sendiri pada asas legalitas. Tanpa dasar wewenang

secara sewenang-wenang, tetapi harus sejalan tindakan, tindakan hukum itu menjadi

dengan peraturan perundang-undangan yang tidak sah. Oleh karena itu, dalam hal

menjadi dasar penerbitan sertifikat tanah. membuat dan menerbitkan sertifikat

Pemerintah tidak boleh menentukan syarat haruslah didasarkan pada wewenang

yang melampaui batas tujuan yang hendak yang diberikan oleh peraturan perundang-

dicapai oleh peraturan perundang-undangan undangan yang berlaku karena tanpa

yang menjadi dasarnya.

adanya dasar wewenang tersebut sertifikat tanah yang diterbitkan tidak sah.

3. Kerangka Pemikiran

c. Instrumen Organ Pemerintah Teori pengendalian menurut Robert Lembaga pemerintah adalah lembaga yang

J. Mockler (dalam James A. F. Stoner 1986: menjalankan urusan pemerintahan baik

221), merupakan teori yang paling berkaitan ditingkat pusat, yakni Badan Pertanahan

dengan pengendalian sertifikat tanah di Nasional (BPN), maupun ditingkat Daerah,

Kantor Pertanahan Kota Tangerang, hal ini yakni Kanwil BPN Provinsi dan Kantor

dikarenakan dalam teori tersebut dijelaskan Pertanahan Kabupaten/Kota. Dengan

mengenai 4 (empat) langkah-langkah pokok demikian, penerbitan sertifikat hanya boleh

dalam proses pengendalian, sehingga dalam dikeluarkan oleh Kanwil BPN Provinsi

melaksanakan pengendalian akan lebih jelas dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

pelaksanaannya. Berkaitan dengan masalah (sesuai dengan pelimpahan wewenangnya)

pengendalian penerbitan sertifikat tanah, sebagai organ pemerintahan. Keputusan

seperti sertifikat ganda dan gagalnya pemisahan yang memberikan sertifikat tanah harus

dari sertifikat induk, teori ini cocok digunakan diambil oleh organ pemerintahan yang

karena dengan melihat standard, mengukur berwenang.

prestasi, membandingkan antara prestasi dan

d. Peristiwa Konkret standard, dan dilakukan tindakan perbaikan, Sertifikat tanah merupakan instrumen

maka akan terlihat bagaimana pengendalian yuridis yang dituangkan dalam bentuk

di Kantor Pertanahan Kota Tangerang dapat di Kantor Pertanahan Kota Tangerang dapat

penerbitan sertifikat tanah hak milik, Kantor dahulu harus memiliki standard yang baik

Pertanahan akan dapat lebih berhati-hati agar dalam pelaksanaanya dapat diminimalisir

dan benar-benar teliti sebelum menerbitkan kesalahannya.

sertifikat tanah tersebut.

Robert J. Mockler (dalam James A. F. Stoner 1986:221) menjelaskan mengenai 4

(empat) langkah-langkah pokok dalam proses C. METODE PENELITIAN pengendalian, sebagai berikut:

Penelitian ini menggunakan pendekatan

1. Penetapkan standar dan metode untuk kualitatif dilihat dari fenomena masalah pengukuran prestasi kerja.

yang ingin dikaji dengan metode studi kasus, dimana sebelum melaksanakan pengumpulan

Langkah ini bisa mencakup standar dan data, peneliti memulai dengan teori-teori ukuran untuk segala hal mulai dari target yang spesifik dalam merumuskan hipotesis penjualan dan produksi sampai pada rekor kerja. Adapun metode yang digunakan dalam kehadiran dan keamanan pekerja. Agar langkah penelitian ini adalah deskriptif–analitis. ini menjadi efektif, standar tersebut harus dirinci Pemilihan pendekatan kualitatif untuk dalam bentuk-bentuk yang berarti dan diterima menjawab masalah penelitian yang diajukan, oleh para individu yang bersangkutan. Metode

lebih ditekankan untuk:

pengukuran pun harus diterima sebagai metode yang akurat. Sebuah organisasi dapat saja

1. Memahami proses Pengendalian yang menetapkan sasaran untuk menjadi “pemimpin

dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota dalam bidangnya”, akan tetapi standar tersebut

Tangerang dalam penerbitan sertifikat tidaklah lebih dari inspirasi verbal apabila

tanah hak milik di Kota Tangerang. tidak diberi batasan dan apabila sebuah sistem

2. Mengungkapkan dan memahami ke- pengukuran tidak ditetapkan.

kurangan-kekurangan yang terjadi dalam

2. Pengukuran prestasi. Pengendalian oleh Kantor Pertanahan Kota Tangerang dalam penerbitan sertifikat

Langkah ini merupakan proses yang tanah hak milik di Kota Tangerang. berkesinambungan, repetitif (berulang-ulang)

dengan frekuensi aktual tergantung kepada Guna menunjang metode penelitian ter - jenis aktivitas yang sedang diukur.

sebut, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan Studi Kepustakaan, Studi Lapangan,

3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai Observasi, dan Wawancara mendalam (in-depth dengan standar. interview). Pemilihan informan dilakukan secara

Langkah ini merupakan yang paling purposive yaitu orang yang memiliki pengetahuan mudah ditempuh dalam proses pengendalian.

cukup dan mampu menjelaskan keadaan yang Sifat kompleksnya mungkin telah dapat diatasi

sebenarnya tentang obyek penelitian untuk dalam kedua langkah yang pertama, sekarang

mendapatkan data yang dibutuhkan serta tinggal membandingkan hasil-hasil yang telah

mendapatkan data yang spesifik dari pelaksanaan diukur dengan target atau standard yang telah

pengendalian oleh Kantor Pertanahan Kota ditetapkan sebelumnya. Jika prestasi sesuai

Tangerang dalam penerbitan sertifikat tanah hak dengan standard, manajer dapat mengasumsi,

milik di Kota Tangerang. Informan adalah orang bahwa “segala sesuatunya telah berjalan secara

yang berada pada lingkup penelitian, artinya orang terkendali, sehingga ia tidak perlu turut campur

yang dapat memberikan informasi tentang situasi secara aktif dalam operasi organisasi.

dan kondisi latar penelitian. Jadi ia harus memiliki

4. Mengambil tindakan perbaikan. banyak pengalaman tentang masalah penelitian Jika prestasi turun dibawah standard dan

dan secara sukarela menjadi sumber informasi analisis menunjukkan perlunya diambil tindakan.

meskipun tidak secara formal, mereka dapat Tindakan perbaikan ini dapat berupa mengadakan

memberikan pandangannya dari dalam tentang perubahan terhadap satu atau lebih banyak

nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaan aktivitas dalam operasi organisasi, atau terhadap

yang menjadi latar penelitian setempat. standard yang telah ditetapkan semula.

Berikut ini yang merupakan kelompok Pengendalian penerbitan sertifikat tanah

Informan kunci dari Pengendalian Penerbitan hak milik ini dilakukan oleh Kantor Pertanahan

Sertifikat Tanah Hak Milik pada Kantor Kota Tangerang. Pengendalian yang dilakukan

Pertanahan Kota Tangerang adalah: 278

1. Kasi Sengketa, Konflik, dan Perkara. penerbitan sertifikat tanah merupakan langkah

2. Kasubsi Sengketa dan Konflik Pertanahan. awal untuk pengendalian dalam proses

3. Kasubsi Perkara Pertanahan. penerbitan sertifikat tanah hak milik, hal ini

4. Koordinator Pendaftaran Hak. dilakukan agar dalam proses pelaksanaanya

5. Koordinator Pengukuran dan Pemetaan. penerbitan sertifikat tanah hak milik tidak Analisis data dilakukan sejak awal data

terjadi kesalahan-kesalahan yang tidak dikumpulkan agar dapat diketahui kekurangan

diinginkan. Berdasarkan wawancara dengan dan kelemahan data, triangulasi, reduksi data,

informan Koordinator Pendaftaran Hak kategorisasi data penentuan dan perguliran

mengatakan, bahwa penetapan standar dalam informan. Data yang terkompilasi kemudian

penerbitan sertifikat tanah hak milik diperlukan diolah melalui kegiatan:

sebagai patokan dalam pelaksanaannya, agar sertifikat tanah yang keluar dapat

1. Memproses, pengolahan data dimulai dipertanggungjawabkan keabsahannya secara dengan menelaah seluruh data yang tersedia hukum dan sesuai dengan standar yang berlaku. dari berbagai sumber, baik hasil pengamatan, Penetapan standard dalam penerbitan sertifikat maupun wawancara. Kemudian, membuat tanah hak milik pada Kantor Pertanahan Kota rangkuman dari catatan lapangan, yang Tangerang ini meliputi standar operasional terdiri atas catatan pengamatan, catatan teori, prosedur dalam penerbitan sertifikat tanah hak dan catatan metodologis. milik, prosedur dalam penerbitan sertifikat

2. Kategorisasi yakni menentukan kategori tanah hak milik, dan pejabat yang mempunyai atas dasar pikiran, intuisi, pendapat

wewenang dalam pemberian hak milik. Hal-hal atau kriteria tertentu terhadap data yang

tersebut dijelaskan sebagai berikut: diperoleh dan selanjutnya menempatkan

data pada kategorinya masing-masing.

a. Standar Operasional Prosedur dalam

3. Pengujian data dilakukan untuk menguji Penerbitan Sertifikat Tanah Hak Milik. keabsahan data yang dilakukan menggunakan

Dalam mengurus sertifikat tanah hak teknik triangulasi, yaitu: check, recheck, dan

milik, ada standar operasional prosedur yang cross check terhadap data yang diperoleh.

harus dipenuhi, standar operasional prosedur Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

untuk sertifikat tanah hak milik perseorangan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

berbeda dengan standar operasional prosedur yang lain di luar data tersebut demi keperluan

untuk sertifikat tanah hak milik yang dimiliki pengecekan atau sebagai pembanding data

oleh developer untuk membagi-bagi tanahnya. (Moleong, 1998:178).

Dalam standar operasional prosedur, terdiri dari syarat-syarat, dasar hukum yang mengatur, biaya, waktu dan keterangan, agar penerbitan

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

sertifikat tanah hak milik keabsahannya diakui

1. Penetapkan Standar dan Metode untuk

secara hukum,. Hal-hal tersebut dijelaskan

Pengukuran Prestasi Kerja

sebagai berikut:

Menetapkan standard dan metode untuk mengukur prestasi dalam pengendalian

Tabel 1. Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan untuk Sertifikat Tanah Hak Milik Perseorangan

Dasar Hukum

1. UU No.5/1960

Formulir 2. UU No.21/1997

1. Formulir yang sudah diisi dan Sesuai ketentuan

98 (sembilan

puluh delapan) permohonan jo.

ditandatangani

pemohon

atau Peraturan

memuat: UU No.20/2000

kuasanya di atas materai cukup.

Pemerintah

hari

1. Identitas diri 3. PP No.48/1994

2. Surat kuasa apabila dikuasakan.

tentang jenis

2. Luas, letak dan jo.

3. Foto copy identitas (KTP,KK) dan tarif atas

pemohon dan kuasa apabila jenis penerimaan penggunaan PP No.79/1996

dikuasakan, yang telah dicocokkan negara bukan tanah yang 4. PP No.24/1997

dimohon 5. PP No.13/2010

dengan aslinya oleh petugas loket.

pajak yang

3. Pernyataan 6. PMNA/KBPN

4. Bukti pemilikan tanah/alas hak berlaku pada

tanah tidak No.3/1997

milik adat/bekas milik adat.

Badan Pertanahan

sengketa 7. Peraturan

5. Foto copy SPPT PBB Tahun berjalan Nasional Republik

yang telah dicocokkan dengan Indonesia 4. Pernyataan KBPN RI

aslinya oleh petugas loket dan tanah dikuasai No.7/2007

penyerahan bukti SSB (BPHTB). secara fisik

Tabel 2. Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan untuk PemecahanSertifikat Tanah

Dasar Hukum

• Formulir permohonan 2. PP No.48/1994

1. UU No.5/1960

1. Formulir permohonan

Sesuai

15 (lima

memuat : jo.

yang sudah diisi dan

ketentuan

belas) hari

1. Identitas diri PP No.79/1996

ditandatangani pemohon

Peraturan

2. Luas, letak dan 3. PP No.24/1997

atau kuasanya di atas materai

Pemerintah

penggunaan tanah yang 4. PP No.13/2010

cukup.

tentang jenis

dimohon 5. PMNA/KBPN

2. Surat kuasa apabila

dan tarif

3. Pernyataan tanah tidak No.3/1997

dikuasakan.

atas jenis

sengketa 6. SE KBPN

3. Foto copy identitas (KTP,KK)

penerimaan

4. Pernyataan tanah dikuasai No.600-1900

pemohon dan kuasa apabila

negara

secara fisik tanggal 31 Juli

dikuasakan, yang telah

bukan pajak

5. Alasan pemecahan 2003

dicocokkan dengan aslinya

yang berlaku

oleh petugas loket.

pada Badan

• Jangka waktu 15 (lima belas)

4. Sertifikat asli.

Pertanahan

hari untuk pemecahan/

pemisahan sampai dengan 5 Tanah, apabila terjadi

5. Ijin Perubahan Penggunaan

Nasional

bidang perubahan penggunaan tanah. Indonesia

Republik

• Pemecahan/ pemisahan

tanah perorangan lebih sesuai dengan ketentuan.

6. Melampirkan bukti SSP/PPh

dari 5 bidang hanya untuk

pewarisan dan waktu Pertanahan.

7. Tapak kavling dari Kantor

penyelesaiannya disesuaikan

Standar pelayanan dan pengaturan ini (Nomor 26 Tahun 1988, tertanggal 19 Juli 1988), juga berguna sebagai pedoman yang akan

tentang Badan Pertanahan Nasional, maka digunakan dalam penerbitan sertifikat tanah

pejabat yang berwenang untuk memberikan hak milik agar sertifikat tanah hak milik yang

hak milik baik untuk hak milik perseorangan dikeluarkan sesuai berdasarkan standar yang

maupun hak milik developer dalam pemecahan telah ditetapkan dan diakui secara hukum.

bidang tanah, adalah sebagai berikut:

1. Kepala Badan Pertanahan Nasional.

b. Prosedur dalam penerbitan sertifikat tanah