REALISASI DAN LANDASAN HUKUM PERALIHAN STATUS DARI PEMERINTAHAN DESA KE PEMERINTAHAN KELURAHAN Repository - UNAIR REPOSITORY

  KiiALISASI DAN DAftDASAK HUKUM IMAiIHA*< STATUS DARI i&MlllIJSilAUAl* DK

  j

  A Ki PiiMLRXM'AiiA^ KMiUhJUlAA SKRIPSI

  7S?. //

  J/)d 1 m i m e ) ^

  

1 P S R P U S T A K A A D

{ " C t i l T E R S I T A S A I R L A E J O G A *

  i S i i

  k a b a v a

  OiihH M H O SHI JJUiARSIH

  FAKUJ j

  IAS HUJLUM UliiVJdlSITAS AlRJLAttGUA

  SUKAJJAXA 1987

  K JsA LISA SI JaAK LAUDASAH

   BUkUM J&KAiJHAB STATUS UARI PJSMER1KTAHAN DiiSA Kii M i ii lM A H A N KLLUKAHAtl SKH1PSX JjlAJUKAf; W i m JUOblfGlLAPI TUGAS

  VAX WiiiMKKUHX SiAEAT-SyAHAT UXiTUK KkNCAJPAI G i.U K SA hJA^A HUKUM

  

OUiH

ftb lliO S R I IttDARSIB

  037305588

  PEM

i

  DAM jELNGUJI

TATIK S R I JM A IM 1A T I, S . H .

  PEN GUJI PiJfGUJ I

SOBHlRftAN DJAMA1, S . H . EKANtiJbL S Q i^J ATM 0 X 0 , S * H .

  

JfAKULlL'Ab ttUKUM UNiVt^tiSlTAS AlivLANGGA

  SUHAbAU 1987 K A T A P J t f t i G A M A R

  Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Xang Ma- haesa yang telah melimpahkan bih, Tuntutan, £epadang dan ldndunganNya sehingga berhasil tersusun tulisan ini, sa­ ya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak ter- hing^a kepada i

  • Ibu latik Sri Djatmiati, b.ii. yang dalam keada­ an demikian sibuk, masih bersedia menyisihkan waktunya untuk memberikan bimbingan di dalam penyusunan tulisan ini,
  • Segenap Dosen dan Staf i'engajar Eakultas Hukum Universitas Airlangga yang telah banyak membe­ rikan bimbingan dan bantuan selama saya menun- tut ilmu di Universitas Airlangga*
  • Segenap Karyawan khususnya Karyawan -Perpustaka-

  Airlangga

  an Universitas yang telah membantu saya di dalam memperoleh bahan yang saya perlu- kan. Kepada Ayah-J3unda, segenap ^akanda, Ayunda dan Adinda saya mengucapkan terima kasih yang sedalara-dalamnya atas reetu dan dorongan yang telah oaya terima untuk segera menydlesaikan studi saya.

  SecaJ:a khusus kepada Suami dan Anakku yang mendampingiku dengan penuh kesabaran dan pengertian, naya ucapkan te-

  iii rima kasih yang setulus-tulusnya. Tanpa restu dan dorongan itu seniua sukar bagi saya untuk menyelesaikan studi ini* Alangkah beaa.hutang budi saya kepada yang saya sebutkan di atas. Xiranya tak ada imba- lan yang lebih sesuai 3elain Kakhmat dan iiarunia Tuhan

  Xang Kahaeaa.

  Harapan saya semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

  Surabaya, Oktober 1987 i^enyusun iv

  I I.i IJ. I El

  • iMrtpusTAC^AEr

  F D U I V E R S I T A S A I R f c A C G O A *

  B U R A B A U A

  DAS'TAR ISI Halaman

  KATA PbRGAH'JPAK ... .............................. ill DAilAR 1S1 ...................................... v BAB I : PENDAHU j LUAK ...........................

  1

  1 1 * l>atar belakang masalah dan Rumusan ...

  2 . Penjelasan Judul ...................

  4

  3 6 . Alasan Pemilihan Judul ..............

  4* ‘ lujuan Penulisan ...................

  7

  5 8 . Methodologi .......... .............

  8 a* Sumber d a t a .....................

  b. Pendekatan maoalah ..............

  8

  8 c. Prosedur pengumpulan data ........

  d. Analisa d a t a ....................

  9 6 * Sistematika pertanggungjawabannya ....

  9 BAB II ; TIKJAUAJSi UMUM .........................

  12 i ]., Pengertian Pemerintahan Desa dan Peme- ■ rintahan Kelurahan ................. 1 2

  2. Pelakeana Pemerintahan l»esa dan Peme­ rintahan Kelurahan ..................

  15 BAB III : RfcALISASl DAb LAliJJAfaAH HUkUH rhUYKLEKGGA- JiAAM miJdUKIAnAfc Di^SA DAh PiJlfcHliiTAHAN Ki-lOKAtiAN ........................... ..

  21

  1 . Praktek penyelenggaraan Pemerintahan

  Besa berdasar Undang-undang flomor

  5

  v

  Halaman Tahun 1979 ..

  21

  2. Praktek penyelenggaraan Pemerintahan Keltirahan berdasar Undang-undang ftomor 5 Tahun 1979 ...................... .

  30 BAB IV HiQBIifcttATIX Dl DAI/AJM PLNERAPAix UADAJSG- UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1 9 7 9 ............. 3 6

  J« Hambatan di dalam Status Kepegawalan

  36

  2. Hpmbatan lain di dalam pelaksanaan Pe­ merintahan Kelurahan ...............

  43 BAB * V : KESIMPUlAfc DAK SA^AN ............. .

  47

  47 1* Kesimpulan.........................

  2. Sar a n ..............................

  49 DAF'iAK BACAAN .............. *...................

  51 LAMPIftAM

  vi

  b A

£ I

  f i N D A i i l l L U A l i

  1

  . -latar belakang masalah dan Rumuean Dalam masa pembangunan disegala bidang yang di- lancarkan Pemerintah dewasa ini, Pemerintah berueaha un- tuk meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan agar dapat berhasil eemaksimal mungkin.

  Sebagian besar penduduk Indonesia hidup di pede- saan, oleh karena itu sudah sewajarnya apabila Pemerin- tah sangat memperhatikan keadaan dari sebqgian besar penduduk Indonesia ini. Salah satu realisasi dari perha- tian ini adalah dikeluarkannya Undang-undang ftomor 5 Ta- hun 1979, tentang Pemerintahan Deoa, yang diharapkan da­ pat member! arah perkembangan dan kemajuan masyarakat yang berasaekan Ueraokrasi Pancasila dan Undang-undang i^aear 1945.

  Seouai dengan silat ftegara Keoatuan Kepublik Indone­ sia maka kedudukan pemerintahan Desa sejauh mungkin diseragamkan dengan mempeihatikan keragaman keadaan Desa dan ketentuan adat istiadat yang masih berlaku untuk mernperkuat pemerintahan Deaa agar makin mampu menggerakkan masyarakat dalam pembangunan dan menye- longgarakan adrainistrasi iJeca yang makin meluas dan efpktif/

  ^Secretariat Negara , Undang-undanfl Momor 5 Tahun

  1Q7Q tentang Pemerintahan Ucaa. -LJuK.l. Tahun1979 Mo-" mor 5 6 .

  

1 Dalam salah satu pasal dari Undang-undang Nomor 5 ^ahun 1979 yaitu pasal 2 2 ayat

  1 disebutkan perlu adanya

  peralihan bentuk Pemerintaban Desa dalam lbukota Negara, Ibukota I*ropinsi, lbukota Xabupaten, Kotamadya, Kota Ad- ministratif dan Kota^kota lain yang akan ditentukan lebil lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam -Negeri, menjadi Re- luraban. ¥ang dimaknud Desa disini adalah terutama desa- desa yang telab roenunjukkan ciri-ciri kehidupan kota. iiila diperhatikan saat ini desa ada dua macam, yaitu : 1, Deaa yang ada di kota; 2 . .Deaa yang ada di luar kota.

  Deaa yang ada di dalam kota mempunyai ciri-ciri ; para warga dari Deaa terse but dalam hubunganti sosialnya kurang akrab, kehidupannya lebih diwarnai oleh eifat in- i dividuplistia karena pengaruh nilai-nilai kehidupan per-

  • kotaan, sehingga eifat tradisionaln^a sudah sangat ber- kurang.

  lial ini nangat berbeda dengan xesa yang ada di luar kota, eiri paguyuban para warganya maaih tampak. iiubungan sosial para warganya ditaudai dengan keakraban dan kebersamaan, Je’ada Vata tfemerintalian Desa yang ada di luar kota masih banyak ditemui ciri tradisional, baik me- ngenai tata cara pemiliban Kepala Desa maupun dalam ke- peraimpinan yang di^alankan; artinya dalam men^alankan

  2

  3 Pemerintahan Desa kekuasaan banyak berada di tangan Ke-

  pala Desa, bahkan Kepala Desa kadang-kadang juga raena- ngani masalah pribadi yang dialami para warganya.

  Pola kepemimpinan yang demikian ini tidak sesuai untuk Desa-desa yang ada di kota. Desa-desa ini mempu- nyai ciri pateinbayan, para warganya terdiri dari berba- i gai lapiran masyarakat, sehingga Desa yang ada di Kota sebagai suatu organioasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dituntut untuk mengikuti irama kehidupan 3ekelilingnya.

  Proses peralihan status dari Pemerintahan Desa ke Pemerintahan Kelurahan, merupakan pokok perraasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

  Pokok permaaalahan yang akan dijawab :

  1. Apa yang dimaksud Pemerintahan Desa dan apa pula Pe­ merintahan kelurahan;

  2. Apa yang menjadi dasar hukum pelakoanaan peralihan Pemerintahan Desa ke Pemerintahan Kelurahan

  dari j

  3. ^iapa pt;laksana Pemerintahan Deaa dan pelaksana Peme­ rintahan Kelurahan;

  4. Apa yang menjadi hambatan dalam status kepegavtaian;

  5

  . Apa pula yang menjadi haipbatan di dalam pelaksanaan Pemerintahan Kelurahan*

  'fc.J.S. Poerwodarminto, Kamus Urnum Bahasa Indone­ sia* P.M. Balai Pustaka, Jakarta, 1976, h. 166. 4lbid.. h. 363.

  Landasan berasal dari kata 'landas' yang berarti

  , P . ' I 1. Gramedia, Jakarta, h. 468. |

  4 P

  4 pindah, tukar, ganti, ubah. Jadl kata peralihan disini diartikan: perufcahan, per- gantian, yaitu perubahan atau pergantian dari Pemerin-

  Peralihan berasal dari kata ’alih1, yang berarti

  c. Peralihan.

  3 daoar, rlqie, tuippttaft.

  b. l*andassn.

  2

  2 donesia diterjeraahkan menjadi realisasi.

  1 yang dalam bahasa In-

  Kata bendanya 'realisation

  Realisasi berasal dari bahasa asing (Inggris), ’reality' yang berarti : realitas, kenyataan.

  AK S'XA'l“US DAK1 ZU&&HiVAttAh bhoA Kii PitJfiiiKifJi'AHAK KELU- KAHAK", maka perlulah saya jelaslcan terlebih dahulu be- berapa ietilah sebagal berikut : a. Realisasi.

  . ffenjelasan Judul Sebelum pembahasan lebih lanjut mengenai skripsi ini yang berjudul "it-bAi-lt'Abl DAI* Liii'tDASAN hUKUfo ±KKA1IH-

  • Jon M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggrisiln-
  • 1
taban Desa ke Pemerintahan Kelurahan.

  d. Status.

  Status berarti: suasana, kedudukan.

  e. Desa.

  Yang dimaksudkan ’desa' disini ialah desa yang menurut Undang-undang fcomor 5 Tahun 1 9 7 9 (pasal 1 hu- ruf a) adalah; Suatu wilayah yan^, ditempati oleh se- jumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat terraasuk didalamnya kesatuan masyarakht hukum yang mempunyal organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Ca- mat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sen- diri dalam ikatan Negara Kesatuan Kepublik Indonesia.

  Kelurahan.

  Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat, yang tidak berhak menye- lenggarakan rumah tangganya sendiri*^

  Dengan demikian Kelurahan:

  • Merupa.kan bagian administrasi dari wilayah kecamatan jadi tidak berhak menyelenggarakaa uruean rumah tangga­ nya sendiri.

  5 Ibld.■ h. 964. i

  Sekretariat Uegara, Undang-undang flomor 5 lahun

  1Q7Q tentang Pemerintahan Desa paoal 1 huruf a dan b D.N.K.I. I'ahun 1979 Nomor 56. _____

  • Ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organi- sasl pemerintahan terendah langsung dibawah Camat.

  Jadi maksud judul skrip

  3 i tersebut diatas adalah

  bagaimana kenyataannya peralihan dari PemerintahanHDesa ke Pemerintahan Kelurahan f dan apa yang menjadi dasar hu- kumnya*

  3. Alfisan Pemllihan Judul Sejak pemerintahan tiindia Belanda sampai Pemerin- tahan Jepang bahkan sampai dikeluarkannya Undang-undang fiomor 5 Tahun 1979 belum ada peraturan yang khuaus raenga- tur tentang Pemerintahan Desa.

  Sntu-satunya undang-undang yang mengatur tentang Desa ialah Undang-undang homor 19 Tahun 1965 tentang Desa Pra- ja, tetapi Undang-undang ini belum eampai dilaksanakan sudah dicabut dengan dikeluarkannya Undang-undang Komor

  ^ai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pen^ganti Un­ dang-undang, sehingga boleh dikatakan sejak Pemerintahan Hindia Belanda sampai dikeluarkannya Undang-undang ^oraor

  5 Tahun 1979 berjalan tanpa kepastian hukum* Dengan dikeluarkannya Undang-undang ftomor 5 Tahun 1979 ini maka terdapat keseragaman 'desa* diseluruh Indonesia dan juga berubahnya Deea Otonomi yang berada diwilayah

  6

6 Tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berta-

  Ibukota Negara, Ibukota Propinsi, Ibukota Kabupaten, Ko- tamadya, Kota Administratif dan Kota-kota lain yang di- tentukan oleh Menteri Dalam Negeri, menjadi Desa adminis- trasi atau disebut Kelurahan, yang dengan sendirinya ke- hilangan hak untuk mengatur uruoan rumah tangganya sendi- ri. Dengan adanya perubahan dari Desa Otonomi menjadi Desa Administratif sehingga membawa konsekuensi perubah­ an dalam susunan organisaei tata kerja desa.

  1 j

  Skripsi ini diberi judul seporti tersebut diatas karena ingin mengetahui secara realistis pelaksanaan proses peralihan status dari Desa Otonomi menjadi Kelu­ rahan, Oleh karena itu skripsi ini dititik beratkan pro­ ses peralihan dari Desa Otonomi menjadi Kelurahan dan apa yang menjadi landaaan dari proses peralihan tersebut.

  4. Tuiuan Penulinan 'iujuan yang diharapkan dalam penulisan ini ialah akan diuraikan dan diungkapkan permasalahan-permasalah- an yang tirabul eehubungan dengan peralihan Desa menjadi

  Kelurahan, dan juga untuk mengetahui landasan hukum apa yang menjadi dasar dari peralihan status tadi.

  Menghadapi keadaan yang demikian, maka pembahasan ini diharapkan dapat memberi garabaran dan sumbangan pi- kiran atau dapat dipergunakan sebagai batian perbandingan

  7 bagi mereka yang menghadapi hal yang aama.

  Selain dari pada itu, tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi salah satu sy&rat akademik dalam memenuhi tugas untuk menyelesaikan sfcudi di bi- dang hukum.

  5. MetodolQHl a. Sumber data.

  Data yang dipergunakan untuk menyusun skripei ini diperoleh dari daftar kepuatakaan dan dari hasil wawan- cara dengan inatanai yang ada hubungannya dengan skripsi ini* b. Pendekatan masalah*

  Didalam menyeleaaikan penuliean, oaya mencoba me- ngadakan pendekatan secara luridis Sosiologis, sebab da- lam pendekatan raasalah secara Xuridie Sosiologis dicoba untuk melihat kasus ataupun kejadian yang ada dalam ma- syarakat dengan menghubungkan hal itu dari aspek aturan hukumnya.

  c. Proeedur pengumpulan data* Untuk mendapatkan data dalam menyusun skripsi ini cara yang dipergunakan ialah:

  1

  • Studi kepuatakaan

  2. Studi lapangan

  8

  9

  1

  ad. . Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan dan mempe- lajari data yang bersumber pada buku-buku yang ada hubungannya dengan judul skripsi, selain ltu juga peraturan-peraturan, majalah dan koran. De­ ngan studi tersebut akan diperoleh gambaran yang dapat dijadikan pedoman dan pegangan dalam penyu- sunan skripsi ini. ad. 2. Studi lapangan yaitu untuk memperoleh keterangan, data, dilakukan dengan penelitian.

  Dalam rangka pengumpulan data melalui penelitian dilakukan dengan wawancara >aitu wawancara dengan pejabat atau petugas yang ada hubungannya dengan peraturan peralihan dari Desa menjadi Kelurahan, sehingga dapat mendekati perniaealahannya secara nyata.

  d. Analisa data.

  Setelah data yang diperiukan diperoleh, kemudian dianalioa yaitu dengan membandingkan antara teori-teori dan peraturan perundang-undangan dengan kenyataan yang ada.

  6. Slatematika itertangEung.1awabannya Agar supaya ekripei ini memberikan gambaran yang jelrs, saya menggunakan sistematika pembahasan aebagai- manft diuraikan dibawah ini. Uraian didalamnya dibagi menjadi beberap# bab dan masing- masing bab dibagi lagi menjadi beberapa sub bab terkecu- ali pada bab terakhir yang berupa kesimpulan dan aaran.

  Sebagal awal pembahasan, dalam Bab I yang nierupa- kan bab pendahuluan dan yang merupakan pangkal tolak ba­ gi p^nyeleoaian penulisan skripsi ini akan dikemukakan permnsalahan perumuaan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, kemudian tentang penjelaaan judul, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, nietodologi dan yang terakhir adalah sintematika pertanggungjawabannya.

  Kemudian dilanjutkan pada Dab II, pada bab ini akan dibahaB mengenai pengertian Pemerintahan Desa dan Pemerintahan Kelurahan, siapa pula yang menjadi pelak- sana dari Pemerintahan Desa dan Pemerintahan Kelurahan.

  Selanjutnya pada Dab III akan dibahas bagaimana realisasi dan apa yang menjadi daaar pelaksnnaan pera­ lihan dari Pemerintahan Desa ke Pemerintahan Kelurahan. Dalam bab ini dibahas pula bagaimana praktek penyeleng- garaan Pemerintahan Desa berdaoar Undang-undang iiomor 5 Tahun 1979 dan bagaimana pula praktek penyeleng^araan

  Pemerintahan Kelurahan berdaaar Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979.

  Mengenai problematik apa yang timbul dalam pene- rapan Undang-undang toomor 5 '^ahun 1979, khususnya ham- batnn dalam status kepegawaian dan mungkin ada hambatan lain yang akan timbul dalam pelaksanaan peralihan dari

  Pemerintahan Desa ke Pemerintahan Kelurahan akan dibahas dal^m Bab IV.

  Sebagai akhir pembahasan, dalam Bab V yang meru- pakan bab penutup saya berusaha membuat ringkasan j s e c a r a garia besar dari keseluruhan isi skripsi, dan menya^mpai- kan beberapa saran.

1 H J A U A fl U « U tt

  1 . Pengertian Pemerintahan Uesa dan Pemerintahan Kelurahan

  Pada tulisan ini akan diutarakan pengertian Perae- rintahan dan Pemerintah; diutarakan pula pengertian Desa.

  Terdapat perbedaan pengertian antara apa yang diaebut Pe­ merintahan dan Pemerintah. iiedua pengertian ini sering di- kaburkan. Pemerintah adalah perangkat (organ) negara yang melakaanakan pemerintahan, Sedangkan Pemerintahan adalah kegiatan yang dilakeanakan oleh perangkat negara atau pe­ merintah,

  Mengenai pengertian Deca : Dalam bahasa sehari-ha- ri sering terdengar istilah desa, tetapi jarang yang mem- berikan pengertian tentang desa yang sesungguhnya, yaitu pengertian yang bersumber pada Undang-undang atau Pera­ turan Pemerintah. Secara umum Desa adalah suatu daerah hukum yang telah ada aejak beberapa keturunan dan mempu- nyai ikatan kekeluargaan atau ikatan sosial yang penduduk- nya hidup dan menetap pada suatu daerah tertentu dengan adat istiadat yang dijadikan landaaan hukum dan raempunyai seornng pemimpin formal yang diaebut Kepala Desa.

  Untuk pertama kali Desa yang merupakan lembaga pemerin­ tahan terendah diainggung dalam Undang-undang yaitu dalam

  12 B A B XI

  13 Undang-undang Hindia Belanda yang terkenal dengan nama

  Keglement op hed beleid der i^egering van Nederlands In­ die disingkat Kegeringsreglement atau lebih disingkat

  k

  lagi isi padal 71 H. . adalah sebagai berikut: Desa kecuall dengan persetujuan penguasa yang ditun- luk dengan peraturan umum, memiliki sendiri kepala oesa dan pemerintah desa. Gubernur Jendral menjaga hak tersebut terhadap aemua pelanggaran. Kepala desa (Jieerahkan pengaturan dan pen^urusan rumah tangga Sengan memperhatikan peraturan wilayah atau Pemerin- tah dari kesatuan manyarakat, yang ditunjuk dengan peraturan umum*

  Pengertian tentang Desa antara lain juga terdapat di da­ lam Surat i^daran Menteri Dalam Kegeri tanggal 29 April 1969 Komor Deaa 5/1/295

  "Desa dan daerah ynng setingkat ialah kesatuan masyara- kat hukum (rechtgemeenschapj, baik genealogis maupun te- ritorial yang cecara hierarkhis peraerintahannya berada

  Q langsung di bawah Kecamatan". Dalam Surat Keputusan Kenteri Dalam Negeri Komor 17 Ta- hun 1977 tentang Penetapnn Jumlnh Desa Di Seluruh Indo­ nesia dinyatakan bahwa;

  ’’Desa islah kesatuan organises! pemerintahan yang teren­ dah, mempunyai batas wilayah tertentu, langsung di bawah

  7

  'iJayu Surianingrat, Desa Dan Kelurahan Kenurut UndnnK-undann fromor 5 Tahun 1979. Cetakan 1, hetro I'os,

  1 9 8 0

1 Jnkarta, , h. .

  %aliziduhu Hdraha, Dlmensi Dlmensi Pemerintahan Desa. Cetakan I, P.T. Dina Aksara, Jakarta, 1981, h. 13,

  14

  g Kecamatan yang berhak menyelenggarakan ruraah tang^anya” Jadi desa merupakan kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum dan berhak menye- lenggarakan ruroah tangganya.

  Tahun 1979 Pemerintah mengeluarkan Undang-undang yang khusus raengatur tentang Desa.

  i

  Pengertian tentang Desa tertuang dalam pasal 1 huruf a dan huruf b, Undang-undang homor 5 Tahun 1979 : ' Desa adalah euatu wilayah yang ditempati o3.eh sejum- nilah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Hepublik Indo­ nesia. Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat terma­ suk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mem- punyai organisasi pemerintahan terendah langsung di- bawah Camat yang t|gak berhak menyelenggarakan rumah tangganya Bendiri. Jadi Desa yang dimaksud oleh Undang-undang flomor 5 Tahun 1979 ini adalah Desa dalam arti luas, yaitu Desa (dalam arti senipit^ dan Kelurahan. Kegiatan dalam rangka penye- lenggarann pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerin­ tah l)esa ini meliputi urusan-urusan pembangunan, kema- 9 lbld.

  ^Sekretariat Negara, Undang-undang: ftomor 5 Tahun

  1

7 Q Q T tentang Pemerintahan Desa.

  15 syarakatan, pembinaan ketenteraman, ketertiban.

  Selain Pemerintah Desa, yang berhak menyelengga- rakan pemerintahan terendah langsung di bawah Camat ada­ lah Pemerintah Kelurahan. Kqnurut Undang-undang fiomor 5 ^ahun 1979, pasal 1 huruf

  b, yang dimaksud Kelurahan ialah wilayah Negara yang di- tempati sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pe- mepcintahan terendah langsung di bawah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya cendiri. Oleh karena itu Keluratian merupakan wilayah administratif, yaitu sebagai bagian dari administratif Kecamatah. j

  2. Pelakaana Pemerintahan Deaa dan Pemerintahan Kelurah- AE

  Pemerintah Desa raenurut pasal 1, huruf a, Undan£- undang Nomor 5

  1 'ahun 1979# merupakai* organisasi pemerin­

  tahan terendah langsung di bawah Camat yang berhak menye- lenggarakan rumah tangganya sendiri, Hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurua rumah tangganya sendiri Itu, dalam Undang-undang Nomor 5» lahun 1979 disebut otonomi Otonomi .Desa tidak sama dengan otonomi yang dimaksud oleh Undang-undang ^omor 5 l'ahun 1974. Otonomi yang di-

  5 1 1 9 7 4

  raakaud oleh Undang-undang Nomor 'ahun ini diberi- kan kepada Daerah tTingkat I dan Daerah lingkat II, yang diaebut sebagai Daerah Otonom. Otonomi Daerah merupakan otonomi pemberian Pemerintah Pusat. Adapun Otonomi Desa bukan merupakan pemberian dari Pemerintah Pusat, tetapi berasal dari adat kebiasaan Desa.^ Maksudnya adalah, bahwa otonomi tersebut berasal dari adat dan sudah ada atau melekat sejak terbentuknya desa tersebut dan semula meliputi urusan lahir dan batin pen­ duduk desa. Karena itu, meBkipun Desa memiliki otonomi tetapi bukan merupakan Daerah Otonom.

  Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa, yang terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Misyawarah Desa (pasal 3, ayat 1, Undang-undang JNomor 5 Tahun 1979)* Di dalam menyelenggarakan Pemerin­ tahan Desa, Pemerintah Desa dibantu oleh Perangkat Desa

  (pasal 3, ayat

  2 , Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979)*

  yahg terdiri atas Sekretariat Desa dan Kepala-kepala Du- sun (panal 3 ayat 3, Undang-undang Nornor 5, Tahun 1979). Sekretariat Desa terdiri atas Sekretariat Desa dan Ke-

  1

  pala-kepala Urusan. Sekretaris Desa adalah unsur Staf yang membantu lepala Desa dalam menjalankan hak, we- wenang dan kewajiban Pimpinan Pemerintahan Desa, Untuk meraperlancar jalannya Pemerintahan Desa, di dalam Desa

  16

  ^Dayu burianingrat, o p . clt.. h. 14. dibentuk Dusun yang dikepalai oleh Kepala Dusun. Sesuai dengan pedoraan yang ditetapkan oleh Menteri Dalam <Ne- geri (pasal 16 ayat

  Kepala Duaun adalah unsur pelaksnna tugas Kepala Desa dengan wilayah tugas tertentu. Sedangkan yang dimaksud Dusun itu sendiri adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan Pemerintahan Desa

  (pasal 1 huruf c Undang-undang flomor 5 Vahun 1979).

  Kepala Desa dipilih oecara langaung, umura, bebas dan rahasia oleh penduduk Desa, Warga Negara Indonesia yang telah berumur sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah kawin (pasal 5 ayat

  1 Undang- t

  undang fiomor 5 lahun 1 9 7 9 Kepala Desa dengan masa ja- batan

  8

  (delapan) tahun dan dapat diangkat lagi untuk

  1

  (satu) kali maoa jabatan berikutnya (pasal 7 ayat 1 Un- dang-undang tiomor 5 2?ahun 1 9 7 9 Pengangkatan ini di­ lakukan oleh -Bupati/ftalikotamadya Kepala Daerah Tingkat 11 atau nama Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dari calon yang terpilih (pasal 6 Undang-undang Homor 5 I'ahun 1979).

  Di atas telah diutarakan bahwa untuk kelancaran tugasnya Kepala Desa dibantu oleh bekretaris Desa. Bupati/ Walikotaraadya Kepala Daerah Iingkat H eetolah mendengar pertimbangan Camat atas usul Kepala Desa sesudah mende- ngar pertimbangan lembaga Muayawarah Desa* mengangkat

  17

1 Undang-undang J^omor 5 lahun 1979).

  dan memberhentikan Sekretaris Desa (pasal 15 ayat 2 Un­ dang-undang Nomor 5 Tahun 1979). Di dalam ayat 3 nya <31- atur, apabila Kepala Desa borhalangan maka Sekretaris

  Desa menjalankan tugas dan wewenang Kepala Desa sehari- hari. Selain dibantu Sekretaris Desa, Kepala Desa juga dibantu oleh Kepala-kepala Urusan. Kepala-kepala Urusan ini diangkat dan diberhentikan oleh Camat atas riama Bu- PfVti/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atas usul Kepala. Desa (pasal 15 ayat 4 Undang-undang Komor 5 Tahun

  1 9 7 9

  ). Mengenai pengangkatan Kepala Dusun diatur dalam papal 16 ayat 3 Undang-undang fcomor 5 Tahun 1979.

  Bentuk lain dari organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat adalah Pemerintah Kelurahan. Pe­ merintah Kelurahan ini berbeda dengan Pemerintah Desa, sebab Pemerintah Kelurahan tidak berhak menyelen£garakan urusan rumah tangganya sendiri. Pemerintah Kelurahan ini i terdapat di Ibukota Negara, Ibukota i^opinsi, Ibukota

  Xabupaten, Kota AdministratidT dan kota-kota lain yang akan ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Adapun yang dimaksud kota-kota lai;i ini adalah Desa yang sudah menunjukkan ciri-ciri kehidupan kota.

  Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan dilaksana­ kan oleh Pemerintah Kelurahan. Pemerintah Kelurahan

  18

  19

  terdiri dari Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurahan (pasal 23 ayat 1 Undang-undang ^omor 5 Tahun 1979). Se- dangkan Perangkat Kelurahan terdiri dari bekretariat

  Kelurahan dan Kepala-kepala Dingkungan.

  Kepala Kelurahan adalah Pegawai Megeri yang di­ angkat oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat i

  II atas neraa Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 dengan mem- perhatikan syarat-cyarat dan ketentuan-ketentuan tentang se^uai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan syarat-nyarat yang dimaksud dalam pasal

  4 kecuali

  huruf g Undang-undang Homor 5 Tahun 1979 Ipasal 24 Un- dan^-undang Nomor 5 Tahun 1979).

  Untuk memperlancar jalannya pemerintahan, di da­ lam Kelurahan itu dapat dibentuk lingkungan yang dike- palai oleh Kepala Dingkun&an eeauai Pedoman yang ditetap-

  1

  kan oleh Menteri Dalam Negeri (pasal 31 ayat Undang-

  1

  undpng fiomor 5 Tahun 1979). Menurut pasal huruf d un­ dang-undang ini yang dimaksud ^ingkungan adalah bagian wilayah dalam Kelurahan yan£ merupnken lingkungan kerja pelaknanaan Pemerintahan Kelurahan. Sekretaris Kelurahan dan Kepala-kepala Urusan diangkat dan diberhentikan oleh Dupati/Vtalikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atas nama Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 dengan memperhatikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan tentang kepegawaian

  20

  sesuai dengan peraturan perundang-undantian yang ber- l^ku (pasal 30 ayat 2 Undang-urtdang floraor 5 Tahun 1979)* Demikian pula Kepala Lingkungan diangkat dan diberhenti- kan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala i>aerah Tingkat II, dengan syarat-eyarat dan ketentuan-ketentuan kepegawaian i sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  

U A B i l l

R K A JL IS A S l DAN D A N M ^ HUi.UK PLM B L E fiG O A R A A ii

PKK&R IK 1 AiiAl'i D i-SA DAK P iiM iih lM A iiA l'i K-kliUKAHAil

  1

  . P r a k t e k n e n y e l e r i g g a r a a n P e m e r i n t a h a n P e n a b e r d a s a r U n d ^n g - u n d a n g N o m o r 5 T a h u n 1 9 7 9 .

  Sesuai dengan Ketetapan hPn Komor IVVhPR/1978 tentang UBHfl yang bertujuan tidak saja mengadakan tertib hukum dan menciptakan kepaatian hukum bagi jalonnya or- gauisaai pemerintahan di Indonesia, tetapi juga menauk- seskan pembangunan di aegala bidang diaeluruh Indonesia, untuk mencapai masyarakat yant, adil dan makmur baik ma- teriil maupun apirituil, raaka Pemerintah Desa seba^ai jenjang pemerintahan terendah yang berfungsi sebagai ba­ sis Pemerintahan Eaoional dan pembangunan nasional mem- punyai peranan yang sangat beaar sebagai tumpuan aegala urucan dari pemerintahan di atasnya.

  Menurut pasal (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979, Pemerintahan Deaa terdiri dari Kepala Desa dan Derobaga I*usyawarah Desa. Jadi Kepala Desa adalah penye- len£gara Pemerintahan Desa beraama-oama lembaga ftusyawa- rah Desa. Meakipun Kepala Desa merupakan penyelenggara terendah urusan pemerintahan, namun tidak mudah untuk memerinci tugaa Kepala Desa, sebab sangat beraneka ragrm- nya tugas tersebut.

  21

  22 Dimuka dalam BAB IX juga sudah disinggung menge­

  nai tugas Kepala ^esa, yang menyebutkan Kepala Desa men- jalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan Pemerin - tahan Desa, yaitu menyelenggarakan rumah tangganya een- diri, dan merupakan penyelenggara dan penanggung jawab i utasna dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyara- katan dalam rangka penyelenggaraan uruean pemerintahan Desfi, urusan pemerintahan umum, termasuk pembinaah ke- tenteraman dan ketertiban sesuai dengan peraturan perun­ dang-undangan yang berlaku dan menumbuhkan serta mengem- bangkan jiwa gotorig royong masyarakat sebagai sendi uta- ma pelaksanaan Pemerintahan Desa.

  Disamping tugas seperti tersebut di atas, Kepala Desa kadang-kadang menangani maealah pribadi yang diala- mi para warganya, juga. mendamaikan pereelisihan yang terjadi di Desa. Selain tugas-tugas tersebut Kepala Deaa berhak atou berkewapiban mewakili Desanya di dalam dan di luar Pengadilan. Di dalam menjalankan tugasnya ini Xepa- la Desa bertanggung jawab kepada pejabat yang berwenang mengangkat, melalui camat dan memberikan keterangan per- tanggungjawaban tersebut kepada Dembaga fjusyawarah Desa.

  Disebutkan dalam paoal 7 Undang-undang iJomor 5

  8

  lahun 1979, bahwa masa jabatan Kepala Desa adalah (de- lapan) tahun, terhitung sejak tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan

  23

  berikutnya. Oleh kareria, berat dan beraneka ragamnya tugas Kepala Desa maka diberi masa jabatan yang cukup, yaitu

  

8 (delapan) tahun denaan pertimbangan masa jabatan

8 (de­

  lapan) tahun ini cukup untuk melaksanakan tugas-tugas

  dan

  kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya dan juga cukup memberikan jaminan dari perombakan-perombakan kebijaksanaan akibat penggantian Kepala Desa. Mengenai i pembatasan dapat diangkatnya kembali Kepala Desa dalam

  1

  (satu) kali masa jabatan berikutnya, ialah untuk men- cegah menurunnya kegairahan bekerja dalam menjalankan tugas sebagai Kepala Deaa. j

  Kepala Deoa dalam menjalankan hak dan kewajiban- nya didampingi ijembaga Muoyawarah Desa. Dembaga Musyawa- rah Desa ini merupakan lembaga permusyawaratan/permufa- katan Desa yang keanggotaannya terdiri dari Kepala-kepa­ la pusun, Pimpinan Lembaga-lembaga Kemasyarakatan dan

  Peimika-pemuka masyarakat Deoa yang bersang'.vutan (pasal

  17 Ryat 2 dan 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979). Lero- bagp. ini merupakan penyalur pendapat masyarakat dalam rangka ikut mensukseskan pembangunan sehingga bentuk dan susunan Desa mempunyai corak Nasional yang menjarain De- mokrasi Pancasila.

  Pemerintah Desa dalam pelaksanaan tugaenya diban­ tu Perangkat Desa yang terdiri dari faekretaris Deaa dan Kepala-kepala Dusun.

  24 Seorang pimpinan dalam raenjalankan tugasnya perlu

  dibantu, sebab tidak mungkin dapat menjalankan dari me- nyelesaikan tugasnya seorang diri, karena koterbataBan dalam hal waktu, pengetahuan dan ketrarnpilan. Demikian pula dalam Pemerintahan Desa. Kepala Desa dibantu Sekre- taris Desa yang merupakan pembantu pimpinan atau Staf. Apabila Kepala Desa berhalangan maka Sekretaris Desa lab yang menjalankan hak dan wewenang Kepala Deaa, oleh ka­ rena itu maka Sekretaris Deaa harus lebih banyak menge-

  3

  taiiui uru an-urusan Pemerintahan Deea dibanding dengan Perangkat Desa lainnya.

6 Disamping ekretaris Desa yang merupakan pembantu

  pitnpinan atau ataf, Kepala Desa ju^a memerlukan unsur pelaksana* Dalam Pemerintahan Desa unsur pelaksanaannya ialah Kepala-kepala Dusun, sebab Kepala-kepala Dusun ini yang selalu berhubungan langsung dan dekat dengan rakyat.

  Di dalam Desa terdapat lebih dari satu dusun.

  j

  Dalam membentuk Dusun harus diperhatikan mengenai jumlah penduduk dan luas wilayah. Penduduknya hendaknya tidak terlalu banyak tetapi cukup dalam jangkauan pelayanan

  Kepala Dusun. Degitu pula mengenai luas wilayah, harus seimbang dengan daya kemampuan Kepala Dusun dalam melak- sanakan tugasnya sebagai unsur pelaksana Kepala Desa, aehlngga dengan demikian dapat ternelenggara Pecterin- taban Desa secara eflsien, termasuk juga usaha pembangunan.

  Desa mempunyai hak Otonomi yaitu hak untuk menga- tur dan mengurua rumah tangganya aendiri. ini tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-undang fcoraor 5* Tahun 1979, y^ng antara lain disebutkan bahwa Desa merupakan auatu wilayah yang ditempati sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan mempunyai hak untuk menyelenggarakan urusan rumah tangganya eendiri. Hak untuk menyelenggarakan urusan ru­ mah tangganya aendiri ini di dalam Undang-undang l»oraor 5 Tahun 1979 dapat dilihat pada Bagian Kedelapan yang me- ng; ?tur tentang burober.Pendapatan, Kekayaan dan Anggaran

  Ponerimaan dan i^engeluaran Keuangan Desa, khususnya pada pa^fil 21 ayat 1, Konsekwenai dari hak otonomi ini, Desa harua mempunyai penyelenggaraan Pemerintahan Deaa yaitu raeliputi penguruaan dan pengatuian rumah tangga i>eca.

  Untuk pembeayaan ini dengan eendirinya Deaa harus metnpu- nyai sumber pendapatan. Hal-hal yang membutuhkan pembia- yaan antara lain untuk pembuatan dan pemeliharaan jalan, jerobatan, bangunan Deaa dan gaji Pamong Deaa. Desa harus menoari dana aepenuhnya,

  Pasal 21 ayat 1 Undang-undang flomor 5 Tahun 1979 memerinci sumber pendapatan Deaa tebagai berikut: a. Pendapatan aali Deaa aendiri yang terdiri dari:

  25

  • haail tanah-tanah Kas Desa;
  • hneil dari swadaya dan partiaipasi masyarakat Desa;

  26

  • hasil dari gotong royong roasyarakat; - Iain-lain hasil dari usaha Desa yang sah.

  b. Pendapatan yang berasal dari pemberian Pemerintah dan Pemerintah Daerah:

  • sumbangan dan bantuan Pemerintah;

  1

  • sumbangan dan bantuan Pemerintah Daerah;

  I

  • sebagian dari pajak dan retribusi daerah yang dibe- rikan kepada Deaa, c, Dain-lain pendapatan yang sah.

  Menurut pasal ini yang tertuang dalam penjelasan- nya, yang dimaksud dengan kekayaan Desa adalah segala kekayaan dan sumber penghasilan bagi Desa yang bersang- kutan, misalnya tanah kas Deaa, pemandian urnum, obyek re- kreasi dan lain sebagainya. £>edang yang dimaksud swadaya mafiyarakat adalah kemampuan dari ke3ompok masyar&kat de­ ngan kesadaran dan inisiatif sendiri mengadakan ikhtiar kearah pemenuhan kebutuhan jangka panjang maupun jangka pendek yang dibutuhkan dalam masyarakat tersebut, Sedang yang termasuk usaha-usaha lain yang sah di dalamnya da­ pat dimasukkan usaha-usaha Desa misalnya, pasar Desa, usaha pembakaran kapur, genteng dan batu bata, peternak- an dan perikanan. Pendapatan yang berbentuk uang yang diperoleh dari pungutan Desa yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa setelah lebih dahulu dimusyawarahkan dengan

  27 Dcmbaga Musyawarah Desa dan telah mendapatkan pengesah-

  an dari Bupati/*alikotamadya Kepala Daerah' Tingkat II dapat dimasukkan pendapatan lain-lain.

  Sumbangan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah dicantumkan, supaya diraungkinkan Desa meneriraa sumbang- an-sumbangan tersebut dimasukkan dalam anggaran.

  Dari retribusi Daerah atas obyek-obyek Pemerintah Daerah yang letakn.ya dalam Desa yang bersangkutan, misal- i nya pemandian uraum, obyek rekreaoi. Dalam praktek kadang- kadang terjadi pengambilalihan sumber pendapatan Desa oleh Daerab Tingkat II, misalnya dari paear, obyek pari- wiiiata. Tujuan dari pengambilalihan sumber pendapatan ini adalah untuk kepentingan peningkatan pendapatan Peme- rintah Daerah Tingkat II,

  Dalam menetapkan Anggaran Penerimaan dan Pengelu- aran Keuangan Desa, setiap tahun ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dimusyawarahkan/dimulakatkan dengan lembaga ftusyawarah Desa tpaeal 21 ayat 2 Undang-undang 'Somor 5 lahun 1979).

  Telah diuraikan dirauka bahwa tugas dari Kepala Desa adalah beraneka ragam. Sebanding dengan beratnya tu&as tersebut maka untuk para calon Kepala i>eea harus dipenuhi persyaratan tertentu. Di dalam pasal 4 Dndanfc- undang Nomor 5 Tahun 1979 dioebutkan persyaratan pendi-

  28

  dikan minimal berijazah Sekolah lanjutan -rertama atau yarig berpengetahuan/berpengalaman yang sederajat* Calon Kepala Desa dipilih secara langsung, umura, bebas dan ra- hagia oleh penduduk Desa yang sudan berumur sekurang-ku- rarignya 17 (tujuh belas) tahun, atau telah/pernah kawin (pasal 5 ayat 1 Undang-undang Womor 5 Tahun 1979).

  Kepala Desa diangkat/diberhentikan Dupati/Waliko- tamadya Kepala Daerah Tingkat II atas nama ^ubernur Ke­ pala Daerah Tingkat 1 dari calon yang terpilih (pasal 6

  Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979)* Sekretaris Desa di- angkat dan diberhentikan oleh Bupati Aalikotamadya Kepa­ la Daerah iin^kat II. setelah mendengar pertirabarigan Ca- mat atas usul Kepala Deea eesudah raendengar pertimbangan

  Dembaga ftusyawarab Desa. Sedang Kepala Urusan diangkat dan diberhentikan oleh Camat atas nama Bupati/ftalikota- madya Kepala Daerah Tingkat II atas usul Kepala Desa

  (paBal 15 ayat 2 jo ayat 4 Undang-undang Koraor 5 Tahun 1979).

  Pemegang jabatan Kepala Desa dan Perangkat -Lesa bukan Pegawai Negeri* Seandainya sebagian atau seluruh pemegan^ jabatan Pemerintah !>et;a adalah Pegawai -Negeri maka hal ini tidak dilaran&, baakan dalam reraturan Pe­ merintah tiomor 55 Tahun 1980 dalam pasal 8 dinyatakan:

  a. i'egawai Kegeri yang dipilih/diangkat menjadi lepala

  Desa dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Kepala Desa atau Perangkat Desa tanpa kehilangan etatusnya sebagai Pegawai Nege-

  • ri*

  b. Gaji dan penghasilan lainnya yang berhak diterima oleh Pegawai flegeri sebngaimana dimaksud dalam ayat 1 tetap dibayarkan oleh instansi induk, c. Pegawai Negeri yang dipilih/diarigkat menjadi Kepala

  Desa atau Perangkat Desa dapat dinaikkan pangkatnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ber- laku.

  d. Pegawai ftegeri yang dipilih atau diangkat menjadi Ke­ pala Desa atau Perangkat Desa berhak mondapatkan ke- naikan gaji berkala seauai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  i

  e. Pegawai -Negeri yang telah selesai tugasnya sebagai Ke­ pala Desa atau Perangkat Desa dikembalikan ke instan-

  12 si induknya.

  29 I P Sekretariat Negara, Peraturan Pemerintah flomor

  55 -I'ahun 1980 tentang Pen*angkatan Kenala Kelurahan Dan Perangkat Kelurahan ften.1adi ^efiawal Ke^erl bjp^l.

  30

  2. Praktek penvelenggaraan Pemerintahan Kelurahan ber- dasar Undanfc-undang flomor 5 Tahun 197Q Maksud dikeluarkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 adalah untuk memperkuat Pemerintahan Desa agar se- makin mampu menggerakkan masyarakat dalam peran sertanya terhadap pembangunan dan menyelenggarakan administrasi

  1 Desa yang makin luao dan efektif. Kecuali itu dengan ada- nya Undang-undang ftomor 5 Tahun 1979, maka akan terdapat i keeeragaman bentuk dan susunan Pemerintahan Desa*

  Salah satu bentuk Pemerintahan Desa yang dimaksud oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 ialah Pemerintah Kelurahan. Hal ini tercantum dalam pasal 1 huruf b yang member! rumusan sebagai berikut: "Kelurahan adalah cuatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk ya..g mem­ punyai organisasi pemerintahan terendah Ip.ngsung di ba­ wah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah

  13 tangganya sendiri*'. Kalau dilihat dari rumusan tersebut di atas maka untuk terbentuknya Kelurahan harus ada:

  • wilayah;
  • penduduk;

  1*5

  ^Sekretariat Negara, Undang-undang Nomor 5 Tahun 3Q79 tentanf Pemerintahan Deaa. pasal 1 huruf bf i .li.H .I. 'i’ahun 1 979flomor 56.

  31 * pemerintah.

  Wilayah Kelurahan merupakan bagian dari wilayah administratif Kecamatan. Kecamatan ini harus terletak di Ibukota fiegara, Ibukota -tropins!, ibukota Kabupaten, Ko- tamadya, Kota Administratif atau kota-kota lain yang di- tetapkan Menteri Dalam Negeri»

  Mengenai penghidupan penduduknya berbeda dengan penduduk Desa karena sudah terpengaruh kehidupan Kota.

  JYloreka tidak lagi merupakan raasyarakat hukum, tetapi terdiri dari berbagai kesatuan masyarakat dengan adat kebiasaan yang beraneka ragam. ^ j

  Mengenai pemerintahannya, Pemerintahan Kelurahan dieelenggar&kan oleh Pemerintah Kelurahan yang terdiri dari Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurahan. Pemerin- tah Kelurahan bukan hasil pilihan penduduk, tetapi dl- angkat oleh Pemerintah dari i/egawai Kegeri yang sudah ada atau mengadakan pengangkatan bmu.

  Pemerintah Kelurahan didalam mengambil keputusan tidak berdasar musyawarah dan mufakat, tetapi hanya merupakan pelaksana dari Pemerintah Kecamatan. Kelurahan tidak j merapunyai hak mengurus rumah tangganya sendiri sehingga anggaran Kelurahan menjadi anggaran dari Daerah Tingkat

  I I .

  Didalam Ibukota Negara, Ibukota Propinsi, Ibukota

  32 Kabupaten, Kotamadya, Kota Administratif dan kota-kota

  lain yang ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan Men- teri Dalam Negeri dapat dibentuk Kelurahan. Adapun yang dimaksud dengan kota-kota lain ialah Desa yang sudah me- nunjukkan ciri-ciri kehidupan perkotaan.

  Berdasarkan Peraturan Men ter i Dalam JJegeri ft omor

  2 Tahun 1980, pembentukan Kelurahan didasarkan/dilakukan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah lingkat 1 atas usul Bupati/toalikotamadya Kepala Daerah jEingkat II, se- telah mendapat persetujuan Menteri Dalam flegeri.j Pembentukai] Kelurahan adalah tindakan mengadakan® Kelu­ rahan baru diluar wilayah Kelurahan yang telah ada (pa- sal 1 huruf f Undang-undang Uomor 5 1‘ahun 1979)* Penben- tukan ini dapat terjadi, seraula dari Desa, tetapi telah memenuhi syarat-syarat seperti yang ditentukan oleh Per­ aturan Menteri Dalam Wegeri Nomor 2 lahun 1980 tentang

  Pedoman Pembentukan, Pemecahan, Penyatuan, dan Penghapus- an Kelurahan, khususnya pasal 3- Dalam hal terjadi deroi- kian dapat dikatakan sebagai "Perubahan status dari Desa menjadi Kelurahan". Perubahan ini dengan sendirinya juga membava akibat adanya perubahan susunan organisasi Desa menjadi susunan organisasi Kelurahan. Disamping adanya perubahan susunan organisasi, di dalam Pemerintahan Ke-

  ! lurahan tidak dikenal lagi adanya bengkok sebagai gaji

  33