BEBERAPA MASALAH TENTANG KEWAJIBAN MEMBERIKAN NAFKAH TERHADAP ANAK DAN ISTERI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM Repository - UNAIR REPOSITORY

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BEBERAPA MASAIAH TENTANG KEWAJIBAN MEMBERIKAN NAFKAH TERHADAP ANAK DAN ISTERI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

  SKRIPSI

  i

   b

  \ *

  IT.i a

  GG - I

  • •UNtVFic:., s u r. * : OLEH : RR. ISWORO UTAMI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 1982
BEBERAPA MASALAH TENTANG KEWAJIBAN MEMBERIKAN NAFKAH TERHADAP ANAK DAN ISTERI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

  SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MELEMGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM

  VVW* ■UHTVF.KSiT V . M

  SJJJ* — OIEH RR. ISWORO UTAKI 7277 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  I J I *1 i ' ^ ' ■ - - PERp: S-r i | - |

  u n t v f s 7 t \ s

  _ s j ; s :; , - ; GA”i KATA FEHGANIAR Alhamdulillah, dengan raoa oyukur ke hadlirat Allah SWT, yang dengan rakhmad dan 'inayahNya, 8aya dapat nenyo- leoaikan akrlpsl ini oeouai dengan eyarat untuk mengakhi- ri pendidlkan dalam suatu perguruan tinggi untuk menyuoun ouatu skripoi guna melengkapi ujian oarJana lengkap. Ucapan terima kaoih oaya oampaikan kepada Bapak Iomed Baowedan, S.H. oebagai dooen pembimbing X dan Bapak Abdoel Mutholib, S.H. oebagai dooen pembimbing II yang to- lah merelakan waktunya untuk memberikan bimbingan dan po- ngarahan hingga terouounnya skripsi ini. Juga kepada bapak Dekan dan oemua bapak dooen bo* oerta ibu dooen Fakultao Hukum Univeroitao Airlangga Su­ rabaya, yang telah ikut berouoah payah memberikan ilmunya atau bahan-bahan ilmiah kepada Baya. Juga kepada bapak Ketua Pengadilan Agama Surabaya beoerta aegenap otafnya yang baik langoung maupun tidak langoung telah ikut membantu oaya untuk memberikan bahon- bahan oerta keterangan-keterangan yang diperlukan. Tidak lupa kepada ayahanda dan ibunda terointa bo- oerta adik-adik yang oaya aayangi yang tidak boean-booannya telah memberikan dorongan dan oeoangat kepada oaya hingga oelooainya okripoi oaya ini. Akhirnya terhadap somua jaoa dan kebaikan hati yang oudah tertanam kepada oaya, boroana ini oaya panjatkan doa, iii

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  IT semoga Allah SWT nembalaa keb&lkan itu aenma dan dalam keridlaan Allah SWT. Amien, Surabaya, Aguatua 1982. Rr. Isworo Utanl

  ▼

  3 5* Sistematika........... ..... 3 BAB II J SEDIKIT TINJAUAN TENTANG NAFKAH ........

  t

  BAB III

  4. Dasar H u k u m ......................... 29 Hukum I s l a m ......................... 29 Undang-Undang Perkawlnan Nomor 1 Tahun 1974 ..... .................... 32

  3. Hilangnya N a f k a h ........ ........... 21

  2. Kedudukan N a f k a h .................... 17

  6

  6 1. Pengertlan nafkah ...................

  c. Anallsa D a t a ................ ♦

  DAFTAR ISI Relaman KATA PENGANTAR.................................... ill DAFTAR ISI ................................. ....... t BAB I : FENDAHULUAN............................

  3

  3 b. Proeedur Pongumpulan Data ........

  3 a. Sumber D a t a ....... ..............

  2 4• Metodologl ............. ............

  1 3. Tujuan Penuliean................... .

  1 2. Alaean Pemllihan Judul ..............

  1. Permasalahan : Latar Belakang dan Ru- musannya ............................

  1

   BEBERAPA MASALAH TENTANG KEWAJIBAN SUAMI KHMBERIKAN NAFKAH TERHADA? ANAK DAN ISTERI 35 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  ▼1

  1. Sejauh Manakah Kevrajiban Suami Memberi­ kan Nafkah Kepada Anak dan I s t e r i ........ 35

  2. Akibat Tang Timbul Blla Tidak Dipenuhinya Nafkah Anak dan leteri .......... ........ 43

  BAB IV : KESIMPULAN DAN S A R A N .................... 48 Kesimpulan.............................. 48 Saran ..... ............................. 49 DAFTAR BACAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BAB I PENDAHUUJAN 1* Permasalahan t Latar Belakang dan Rumusannya Tang oenjadi maaalah atau pokok permasalahan dalasi penulisan ini adalah pembahasan mengenai masalah kewajiban nafkah anak dan isteri dan pembahasan di titik beratkan pada akibat-akibat yang timbul apabila tidak dipenuhinya kewajiban nafkah anak dan isteri tersebut nenurut hukum Islam*

  2. Alasan Pemillhan Judul Saya sengaja memilih judul di atas, karena psrkem- bangan eaman dewasa ini, dalam pembaharuan hukum Nasional yaitu undang-undang perkawinan nomor I tahun 1974 sesuai dengan hukum Islam mengenai kewajiban nafkah anak dan isteri. Dalam kehidupan rumah tangga, persoalan nafkah meru- pakan persoalan yang pokok, karena nafkah ini merupakan suatu materi atau unsur di antara sekian banyaknya kewaji­ ban suami terhadap isteri dan anak-anaknya dengan eatatan, bahwa banyaknya belanja yang diwajibkan sekedar keperluan dan kebutuhan serta mengingat keadaan kekuatan yang berke- wajiban menurut adat sesuatu tempat, Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, saya ingin mem- bahae tentang sampai sejauh manakah kewajiban suami membe­ rikan nafkah kepada isteri dan anak-anaknya dan bagaimana­ kah apabila suami melalaikan atau dengan sengaja tidak me-

  1

  i

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2 lakoanakan kewajlban tersebut* Demikianlah kiranya yang menarik perhatian oeya untuk memilih Judul ini, karena dl dalam masyarakat na- sih saja soring terdapat pelanggaran mengenai kewajlban nafkah isteri dan anak-anaknya, meakipun kewajlban ter- aebut sudah diketahui umum. 3* Tu.juan Penullaan Tujuan penulisan skripei ini adalah: a* untuk melengkapi tugaa-tugao dan guna memenuhi oyarat- eyarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakul- taa Hukum Universitaa Airlangga, yaitu tempat oaya menoari ilmu;

  b. memberikan aedikit gambaran tentang masalah kewajlban seorang suami, aalah satu di antaranya yaitu tentang kewajlban pemberian nafkah isteri dan anak* Dengan oedikit bekal pengetahuan yang saya miliki baik yang aaya peroleh dari perkuliahan dl Fakultaa Hu­ kum Univeraitas Airlangga oolama ini, ditambah dengan ba- caan-bacaan lain yang berupa litoratur perpustakaon, so­ ya mencoba menyusun okrlpsi ini dengan tujuan untuk lkut Berta memperdalam pengetahuan dan pengembangan ilmu di bldong hukum Islam, yaitu dalaa masalah nafkah• Somoga dengan tulieon ini kiranya akan borguna don bernanfaat bagi rekan-rekan aahaaiswa Fakultas Hukum Uni- ▼eroitaa Airlangga dan pihak-plhak yang berkepentingan dengan caoalah ini.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3 4* Metodologl Metodologi yang saya gunakan ialah:

  a. cumber data. Data yang dipergunakan untuk menyuuun oKrlp- si ini diperoleh dari bahan kuliah, buku-buku, pendapat- pendapat eerta keterangan-keterangan dari beberapa oar- Jana yang bertalian dengan pokok permasalahan dan bacaan- baoaan yang tersedia di perpustakaan; b« proaedur pengumpulan data. Sebagai bahan yang dipergu­ nakan untuk menyusun okripsi ini, ialah data yang oa­ ya peroleh melalui studi kepuotakaan, praktek pengadi- lan agama dan pengamatan dalam praktek. Studi kepustakaan ini merupakan pengumpulan data dengan jalan membaca literatur-literatur yang ada hu- bungannya dengan judul skripsi. Praktek pengadilan aga­ ma merupakan suatu keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sedangkan pengamatan data dalam prak­ tek merupakan kenyataan yang ada dalam masyarakat; o. analiea data. Dalam analioa data, saya mempergunakan co- tode komperatif dan analitio, yaitu dengan membaca dan mempelajari uraian-uraian dan pandangan-pandangan dari para earjana maupun Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 dengan peraturan pelaksanaannya, yaitu pcra- turan pemerintah nomor 9 tahun 1975. Kemudian saya con- ooba menganalisa dari segi yuridisnya terhadap masalch yang timbul dalam pelaksanaan atau penerapannya.

  5. Slotematika

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  • > •

  s \ Untuk memudahkan ptemkahasan dalam penulisan ini, maka setiap masalah akan saya uraikan dalam bab demi bab secara terperlnoi dan sallng berhubungan, oehingga meru- pakan suatu pembahasan yang sistematis. Dalam bab I merupakan ouatu pendahuluan yang nemu- at ganbaran yang menyeluruh isl skripsi ini sebelum mema- suki materi selanjutnya. Oleh karona itu sudah pada tenpat-

  apabila di

  nya, pendahuluan ini saya letakkan pada bab I

  samping itu

  dalam hal ini menguraikan tentang latar bela-

  penuli-

  kang perraasalahan, alasan pemilihan judul, tujuan

  okripsi Berta metodologi pembahasan dipergu-

  san ini yang

  dan

  nakan diakhiri dengan sistematika, Dalam bab II akan saya kemukakan sedlkit tinjauon tentang nafkah, yaitu: 1* pengertian nafkah; 2. kedudukan nafkah;

  3*

   hilangnya nafkah; 4. daoar hukum. Dalam bab III dibahas boberapa masalah tentang kowa- jiban suami memberikan nafkah terhadap anak dan isteri. Un­ tuk ini harus diketahui: 1. oojauh mana kewajiban suami memberikan nafkah kepada anak dan isterinya; 2. okibat yang timbul bile tidak dipenuhinya nafkah anak dan isteri* Akhirnya dalam bab IV akan saya kemukakan tentang

  5 kesimpulan dan saran, Dengan demikian, berdasarkan hal-hal yang telah saya sebutkan di atas* maka harapan saya mudah-mudahan skripsi ini dapat diikuti dengan raudah serta jelas. ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II Sayid Sabiq, Flqh Sunnah, Seluk Beluk Perkavinan Dalam Islam, Jilid I, Alifi iJahasa 6leh Mahyuddin Syaf, Aran, Bandung, h. 247.

  SEDIKIT TINJAUAN TENTANG NAFKAH

  1. Pengertian Nafkah Ada beberapa pendapat tentang pengertian nafkah atau belanja. Menurut Sayid Sabiq yang dimaksud dengan nafkah dl sini adalah: "Menycdiakan secara cukup apa juga yang dlbutuhkan oleh isteri, baik berupa makanan maupun pakaian, tempat kediaman, pelayanan dan obat-obatan, bah- kan walau leteri itu seseorang yang mampu sekalipun."* Menurut Sulaiman RasyIdf yang dimaksud dengan naf­ kah atau belanja adalah: "Seraua hajat dan keperluan yang berlaku menurut keadaan dan tempat, seperti makanan, pa-

  2 kaian, rumah dan sobagainya.H Sedangkan menurut Undang-undang Perkavinan nomor 1 tahun 1974 tidak dijelaskan tentang pengertian nafkah. To- tapi Undang-undang Ferkawinan nomor 1 hanya mengatur ten­ tang kewajiban nafkah ouami kepada isteri dan anak-anaknya. Meskipun ada beberapa pendapat tentang pengertian nafkah, akan tetapi maksudnya adalah sama, yaitu untuk con- cari eeouatu guna memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi tidak

  2Sulaiman Rasyid, Floh Islam, eet. XVII, Attahiri- yah, Jakarta, 1976, h. 398.

  6 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  7 berartl hidup yang oerba oementara ini hanya untuk menda- patkan nafkah atau memupuk kekayaan belaka, akan tetapl nafkah hanya aebagai alat soseorang untuk dapat berbakti kepada Tuhan* Oleh karena perooalan nafkah ini tidak dapat dipi- aahkan dari perooalan hidup dan hidup tanpa nafkah juga bukan berarti adanya seauatu keaempumaan hidup, maka naf­ kah harus didapat dan diperoleh dengan jalan uaaha, halal, kemudian dinafkahkan atau dibelanjakan kepada siapa Baja yang berhak menerimanya dari orang yang berkewajiban acn- berinya, Berbicara mengenai nafkah, maka tidak dapat tor- lepao dari aebab-aebab mewajibkan nafkah. Sebab-sebab mewajibkan nafkah menurut Sulaiman Ra- ayid ada tiga yaitu;

  a. dengan aebab turunan yakni, sudah menjadl kewajiban ba- pak atau ibu, kalau bapak tidak ada, untuk memberi belan- ja kepada anaknya, juga kepada cucu, kalau ia tidak con- puny ai bapak. Syarat-syaratnya ialah, apabila oi anak maaih kecil dan miskin, atau besar tetapi tidak kuat borusaha dan miskin pula. Dl eini adanya hubungan tlc- bal balik antara orang tua dengan anak. Apabila kedua orang tua audah tidak kuat lag! beruoaha dan tidak C3D- punyai harta, maka anak wajlb juga member! belanja ke­ pada kedua orang tuanya. Seperti firman Allah SWT yang artinya: "Bergaullah dengan keduanya (ibu-bapak) dalam ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  e dunia dengan oebaik-baiknya*"^ (Surat Luqtnan 15)* Cara bergaul ltu amat banyak, ringkasnya berjaga-Jaga torhadap kemungkinan mendapat keoakitan atau keouoahan dan menolong keduanya dalam segala keperluan. Sepertl halnya dalam hukum Islam, maka Undang-un- dang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 juga mengatur hubu- ngan timbal ballk antara orang tua dan anak, yaitu hak dan kewajlban antara orang tua dan anak yang dlatur mulai paoal 45 oampai dengan pasal 49. Tetapi aosuai dengan Judul yang ada, maka dalam okripoi ini hanya torbataa pada pasal 45 oaja dan yang akan dluralkan pada bab teroendiri, yaitu bab III j

  b. dongan oebab porkavinan yaknl, diwajibkan atoo ouami memborl belanja kopada lotorlnya yang taat, balk maka* nan atau pakaian, maupun tempat kediaman dan porkakao rumah tangga dan lain-lain menurut keadaan di tompat caaing-m&sing dan kemampuan ouami. Salah satu sabda Eaoulullah SAW : Takutlah kepada Allah dalam uruoan perempuan, sosung** guhnya kami mengambil moroka dengan kepercayaan Allah dan halal bagimu menoampuri nereka dengan kalimat Allah dan diwajibkan atas kamu (ouami) member! nafkah dan pakaian kepada mereka (ioteri-isteri) dengan-ca- ra yang oebaik-baiknya (pantas). Riwayat Muolim. Keterangan hadith tersebut oudah terang movajibkan ouami untuk member! nafkah kepada ioterinya dengan oebaik- 5IM4., h. 399.

  4Ibld.. h. 400. ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  9 baiknya atau yang pantaa. Begitu juga seorang Iateri ha- rus taat kepada suamlnya. Firman Allah SWT dalam curat A1 Baqaroh ayat 228 mengatakan : fHak (nafkah) laterl yang dapat diterimanya dari suamlnya eeimbang dengan kewajiban- c nya terhadap suamlnya Itu dengan balk Bari keterangan di atao, jelaslah dengan aebab perkawinan meninbulkan hak dan kewajlban antara suami dan laterl* Suami haruo meobe- rl nafkah kepada isteri dan isteri harus taat kepada su- aminya memegang fungoi rumah tangga suamlnya* Mengonai nafkah dengan aebab perkawinan ini, dalan Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 diatur dalan

  pasal 34» yang mengatakan bahwa : 1* Suami wajib melindungi iaterlnya dan memberikan cc- gala aeauatu keperluan hidup berumah tangga aoouoi dengan kemampuannya.

  2. Iateri wajib aengatur urusan rumah tangga sebaik- baiknya* 3* Jlka suami atau Isteri melalaikan kewajibannya, m k a masing-maaing dapat mengajukan gugatan kepada Pcnga- dllan.6 Dengan mellhat ial paaal teraobut dl ataa, maka jo- laalah adanya hak dan adanya kowajiban antara auami dan io- teri. Suami berkewajiban member! nafkah kepada Isterinya oo- ouai dengan kemampuannya, aedangkan iateri berkewajiban taat kepada auami

  9

   mengatur segala aeauatu yang berhubungan dengan 5Ibid. ^Undang-undang Perkawinan. Lengkap dongan Pen.jelaa- annya. Karunia, Suraoaya, h.^1. ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  10 runah tangga; o. dengan eobab ailik, yakni aeaeorang yang meopunyai bi- natang, maka wajib ataonya untuk memberi makanan bine- tang itu dan vajib menjaganya jangan eaapai dibori be- ban yang lebih dari semeotinya. Dari Ibnu Umar, bahwa Nabi Muhammad SAW berkata : "Telah dlsiksa aeorang peren- puan lantaran dla memenjarakan oeekor kucing, tidak di- berinya makan dan tidak pula diberinya oinum, oehingga

  7 rnatl kutring itu,"' Riwayat Bukhari dan Muslin.

  Sedangkan untuk urut-urutan penerima belanja ada por- bedaan pendapat. Ada yang mendahulukan urutan ioteri dari pada anak dan ada yang mendahulukan anak dari pada isteri. Akan tetapi oebaiknya kedua-duanya oama oaja dan tidak oaling dahulu mendahuluinya. Dengan berpokok pangkal pada keterangan teroebut di atao, maka yang penting adalah membelanjai atau memberi nafkah kepada orang-orang yang ditanggungnya. Karena dongan mengabaikan tanggung Jawab dapatlah dikatakan oeorong itu telah berbuat dosa. Untuk tidak dikatakan berbuat dooa, ca- ka perbuatan yang ditinggalkannya itu bukan trajib dan di- rfllai lobih beoar dari doaa yang lain. Mereka yang boroda dalam tanggungannya atau yang ditanggung belanjanya adalah orang yang wajib menerima nafkah dari padanya. Umpamanya, ioteri, onak-anaknya.

  7 'Sulaiman Raoyid, op. clt.» h. 399*

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  11 Ada sebuah hadlth yang artinya : ” Seseorang dapat dikatakan berdosa, karena menyia-nyiakan orang yang cen~ o Jadi tanggungannya." (H.R.Nasaa'i). Hadlth tersebut ou- dah Jelas menunjukkan kewajlban seseorang untuk member! nafkah kepada orang yang ditanggungnya. Menurut rlwayat Muslim, hadlth di atao berbunyi do- mikian : H Seseorang dlanggap berdooa menahan rlekl (bclan- ja) orang yang dikuasainya."^ Rlwayat NuBllm itu oeeara khusus menyangkut bolanja orang-orang yang dikuanalnya, sedangkan rlwayat Naoaa'i beroifat unum. Di olnl perlu diketahui, bahwa tentang besarnya naf­ kah di kalangan fuquha tidak ada kocepakatan pendapat. TJku- ran besarnya nafkah untuk iotori, apakah dillhat dari koa- daan suami iateri, ataukah koadaan suoni dan loterl boroa- ma-sama. Oleh karena itu, banyaknya belanje yang diwajibkon aekodar keperluan dan kebutuhan oerta menglngat keodcon kekuatan yang berkewajiban commit adat oeouatu teopat. Do­ ngan kata lain oeeara ma*ruf, yaitu menurut kedudukan cool- al dan tlngkat kehidupan ekonooi suami dan isteri itu tidak borloblh-lebihan yang membawa kepada boban yang melebihi kesanggupan suami, Karena oyariat Islam menetapkan, bahwa nafkah Itu menurut kemampuan suami. Akan tetapl, apabila

  a

  Subulus Salon & Piqhuo Sunnah, Pergaulan Suami Is­ teri Menurut Hadlth Nabl SAW. DiterjemahSan oleR rioh.Tha- lib, Bine Ilmu, Surabaya, 1^73, h. 40.

  9Ibid.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  suami member! lebih dari yang Hitetapkan, memang diperbo- lehkan dan tidak ada salahnya. DI dalam Undang-undang Per- kawinan nomor 1 tahun 1974 paoal 34 yang telah diuraikan di atas, juga dikatakan bahva ouami wajib nelindungl icto- rinya dan memberikan segala ooouatu keperluan hidup bor- rumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, apabila menentukan nafkah itu dengan sekian rupiah adalah tidak wajib. Pendapat beberapa oashab tentang ukuran beaamya nafkah : 1, menurut Imam Syafi’i nafkah ditentukan menurut keadaan suami. Dalilnya adalah firman Allah SWT surat Ath Tha- laq ayat 7 yang artinya adalah : "Hendaklah member! nafkah orang yang Ka ya dari kekayaannya dan orang nio- k!n hendaklah member! nafkah dari apa yang diborlkan Allah kepadanya."*® Dari ayat ini teranglah, bahva naf­ kah itu ditentukan menurut keadaan suami, bukan menurut keadaan isteri. Banyaknya ialah dua cupak berao bag! ou­ ami yang kaya, aecupak berao bagl suami yang siskin don secupak setengah bag! suami yang oenengah. Dalilnya Ialah, karena nafkah itu diqiaskan kepada kaffarat ; 2. menurut Hanafl dan Malik!, nafkah Itu ditentukan menurut keadaan isteri. Dalilnya ialah kata Nabi SAW kepada Hin- *°Mahmud Yunus, Hukum Perkawlnan Dalam Islam, cot.

  VI, Hidakarya Agung, Jakarta7 1^7, h. 153.

  13 dun yang artlnya : "Ambillah (nafkah itu) oekedar nsnouku- pl engkau dan anak engkau menurut yang ma'ruf*"^ Honurut had1th lnl nudah terang, bahwa nafkah ditentukan menurut keadaan isteri dan bukan menurut keadaan ouami. Oleh kare­ na itu menurut mashab inlv nafkah Itu tidak ditentukan ba­ nyaknya oatu atau dua cupak, melalnkan oekedar mencukupl untuk isteri dan anaknya. Batao mencukupi itu tidak oooti seeupak atau dua cupak, bahkan boleh kurang atau lebih co- nurut keadaan leteri. Begltu pula dalam firman Allah SV/T ourat Al Baqaroh ayat 233 yang artlnya : "Dan bagl orang yang akan menerima kelahlran puteranya menjadi kewajiban raenyediakan recokl dan pakaian mereka oeoara ma'ruf.Tidaklah

  12

  dibebani dlri Itu hanyalah oekedar kemampuannya.n Menu­ rut ourat teroebut oudah terang dan nyata, bahwa yang men­ jadl ukuran dalam nafkah itu ialah menurut yang ma'ruf dan tidak ditentukan oecupak atau dua cupak berao

  \

  3. conurut Hanball, nafkah itu ditentukan menurut koadccn ko- dua ouami Isteri kalau koduanya kaya, maka wajib nafkah orang kaya. Kalau keduanya miokin, maka wajib nafkah orang nlokin. Begltu pula kalau keduanya orang menengah. Kalau oalah oeorang kaya dan yang lain miokin, maka wajib nafkah orang menengah. Alaoannya ialah menghlmpun antara kedua dalll tersebut, yaitu nafkah yang ditentukan menurut koa- 11Ibld. Sayid Sabiq, op. pit.. h. 247

12 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  14 daan suami dan nafkah yang dltentukan menurut keadaan io­ tori. Sedangkan banyaknya nafkah tidak ditentukon satu atau dua cupak beras, melainkan eekedar mencukupi untuk isteri dan anaknya yaitu oooara ma'ruf. Dalilnya ialah oaoa dengan mashab Hanafi dan Maliki, yaitu kata Nabi SAW kopada Hindun dan ourat A1 Baqaroh ayat 233-^ Menurut Hanafi, Maliki dan Hanbali mengqiaskan naf­ kah dengan kaffarat tentang kadarnya nafkah itu dapat di- torima, karena kaffarat itu tidak sama dengan nafkah. Ada- pun perbedaan antara kaffarat dan nafkah ialah :

  a. kaffarat hanya memberikan beras saja dan tidak wajib memberikan lauk pauk. Sedangkan pada nafkah wajib juga

  ;

  memberikan lauk pauk b« kaffarat tidak diayaratkan mencukupi orang miakin. Tor- hadap orang kaya dan miskin, banyaknya sama. Sedangkan dalam nafkah dioyaratkan mencukupi Iateri.** Telah sepakat para ulama, bahwa suami wajib juga con- belikan pakalan, monyediakan tempat kediaman, perkakao ru- mah umpamanya tempat tidur, kain eelimut, bantal dan oobn- galnya* Juga memberikan alat-alat keberoihan umpamanya aabun, sisir, mlnyak rambut dan oebagalnya yang banyaknya atau yang menjadl ukuran adalah tidak dltentukan oleh syn- ra'» Oleh karena Itu dikemballkan menurut adat ( *uruf) ix 'Mahmud Yunus, loc. olt». U Ibld.. h. 104.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  15 dalam tiap negara, yaitu oekedar mencukupl serta kepatutan menurut keadaan dan kedudukan suami isteri. Begltu juga suami wajib menyedlakan khadan atau ponbantu untuk istorlnya, jika isteri itu tidak biaoa mengkhidmatl dirinya sendiri atau la dalam keadaan sakit. Karena demlkian itu termasuk pergaulan secara ma'ruf atau tcrmaeuk pergaulan yang balk* Perlu diketahui, bahwa menurut Imam Syafi'i dan Hanball, suami tidak wajib membellkan obat untuk istori- nya dan tiada pula wajib membayar uang untuk dokter atau untuk bersuntik. Hanya demlkian itu kewajiban atao iote- rlnya sendiri. Tetapi menurut 'uruf (adat) negara naoa aeka- rang semuanya itu termasuk kewajiban suami. Menurut oeba- galan ulama, suami yang tidak mau membellkan obat untuk isterinya atau tidak mau membayar uang dokter, terutaoa sesudah Isteri melahlrkan anak, maka suami oeportl Itu di- 1*5 kutukl oleh masyarakat. Mongenal teapat tlnggal telah dicantumkan secara tegas dan jelas dalam ourat Ath Thalaq ayat 6 yang bunyinya ialah ; Dan hendaklah kamu beri mereka tempat kediaman di tcn- pat tinggalmu yang sesual dongan kemanpuanmu dan jongan- lah kamu menyuoahkan mereka dengan aaksud hondak congu- sir mereka! Dan jlka mereka mongandung, maka borlloh -,6 mereka nafkah, sampai mereka melahlrkan kandungannya.

  15Ibid. ^Sayid Sabiq, op. olt.. h. 248.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  16 Dari surat teraebut terlihat, bahwa rumah kodianan dloodlakan oleh ouami* Sungguhpun demlkian janganlah pc- nentuan tempat tlnggal oleh suami itu dapat menyusahkan leterl. Keaenangan hatl ifcteri bertempat tlnggal pada ton- pat tlnggal yang dltentukan suamlnya itu hendaklah dipor- hltungkan pula* Cara yang termudah dan terlihat nyata da­ lam menilai kesenangan hatl oi ioteri ialah dengan peraya- taan ootuju atau kurang setujunya ataa tempat tlnggal yang dipllih oleh suaminya itu* Dalam kenyataan biaaanya ioto- ri setuju, asalkan tidak menyempitkan hatl mereka. Jadl menurut hukum Islam mestinya tempat kedlaman Itu yang oe- nyediakan suami, tetapl dalan menentukannya haruslah nin- ta persetujuan si isteri* Sedangkan menurut Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 raengenal tempat kedlaman ini juga diatur dalan paoal 32 yang berbunyl ; 1* Suami Isteri harus mempunyai tempat kedlaman yang totap* 2* Rumah tempat kedlaman yang dlmaksud dalam ayat (1) pa-

  17 sal ini dltentukan oleh suami-Isteri bersama* Maksud pasal ini ialah suami isteri haruslah meopu- nyal tempat kedlaman yang tetapf dl mana tempat kodianan itu dltentukan oleh suami Isteri* Jadl tidak ada keharuoan bogi isteri untuk menglkutl ouami bertempat tlnggal di tenpat kc- diaman keluarga suami ataupun sebaliknya suami menglkutl isteri untuk bertempat tlnggal dl kedlaman keluarga iotori-

  17 •'■'Karunia, op* olt*, h* 80*

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  17 nya.

  2. Kodudukan Nafkah Sesudah kita mengetahui tentang pengertian nafkah, maka member! nafkah atau membolanjai isteri oleh ouami itu diwajibkan oleh agama, karena oebagai aklbat dari akad nikah oecara aah, maka iatori terpaut kepada ouami dan terikat untuk melayaninya demi untuk kelangsungan hidup beraama. la hmis taat kepadanya, mengatur rumah tangga dan mengatur keperluannya, menjaga anak-anak dan mendldik putera-puterinya. Pada pokoknya ioteri wajib mengatur uru- oan rumah tangga aebaik-baiknya. Sebagai imbalannya oua­ mi harua juga memberinya nafkah dan mencukupl keperluan- nya# yakni selama mereka terlkat oleh tall perkawinan dan tidak dijumpai pendurhakaan atau sebab-sebab lain yang men- jadl penghalang bagi pemberlan nafkah atau belanja itu* Dalam hubungan hak dan kewajiban ouami ioteri ini menurut Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 dlatur oecara umum pada paaal 30, yang berbunyl : "Suami ioteri me- mikul kewajiban yang luhur untuk monogakkan rumah tangga

  18 yang oenjadi oendi daoar dari ouounan maoyarakat." Se- dangkan paaal berlkutnya yang khuouo mongatur tentang perga­ ulan hidup oehari-hari antara ouami ioteri, ialah paoal 33 di mana loi dari paaal ini aangatlah penting artlnya ba­ gi ouami dan ioteri. Dengan kata lain merupakan kunoi ba­ gi kebahagiaan koluarga, karena dengan dipenuhinya kewaji- 18ibid.

  18 bon ouami isteri, maka hak-hak kewajlban yang lain dapat torlaksana dengan balk* Adapun bunyi pasal 33 yang dinak- oud dl atao ialah t "Suami Isteri wajib sallng cinta con- clntol, hormat menghormati, oetia don member! bantuon la- hlr batin yang satu kepada yang lain.**9 Menurut golongan Zhahiri tentang wajibnya nafkah, ialah dari ikatan perkawinan itu oendiri, sehlngga dl na- na saja dljumpal Ikatan perkawinan, wojiblah mengeluarkan nafkah. Berdasarkan pendapat ini, tanpa mellhat oyarat- syarat yang dlkemukakan oleh para fuqoha lainnya, naka moreka memandang wajib nafkah itu terhadap gadis keoll dan isteri yang durhaka kepada suami. Berkata Ibnu Hasmln s Suami hendaknya sembelanjal lsterlnya, mulai oemanjak berlangsungnya akad nlkah, balk diajaknya oompur atau tidak,bahkan walau isteri itu maolh dalam ayunon so* kalipun patuh atau durhaka,kayo atau miskin, maolh cod - punyai bapa atau teloh yotim,maolh perwawan atau tolah janda,orang merdoka otau hanba oahaya.oesuai dengan kemampuannya.*& Katanya pula s Menurut Abu Sulalman dan para sahabatnya aorta Sufyon Toaurii Nafkah itu wajib terhadap anak kecil, nulai dllangoungkannyo akad dengannya, Sodang Hakan bln 'Utalbah tolah borfatva mengonal ooorang wonita yang teloh pergi meninggalkan suaminya dalam keadaan march, yakni ketika dltanyakan orang kepadanyai Apokah la bor-

  19Ibld« ^°Soyid SoMq, op. olt.. h. 254 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  19 hak menerima nafkah? Maka jawabnya: "Memang!" Ulao- nya lagl : "Tak pornah dldengar ada sahabat yang oela- rang pemberian nafkah terhadap isteri yang raendurha- ka." Itu hanyalah suatu pendapat yang diriwayatkan Nakh'i, Sya'bi eerta Hanad bin Abi Sulaiman, juga da­ ri Hasan dan Zuhri. Tak ada alasan mereka mengenai itu, kecuali bahwa nafkah itu adalah oebagai imbalan dari bercarapur, Maka bila bercampur itu ditolak oleh pihak isteri, oaka ia juga ditolak untuk beroleh naf­ kah. Sekian dengan oedikit perobohan.21 Di oini terlihat, bahwa belanja kehidupan keluarga menjadi tanggung jawab ouami. Dalam pengertian belanja di oini termaouk

  3

   ni. Belanja dan keperluan rumah tanggo ce­ ll ari-hari. 11. Belanja pemeliharaan kehidupan anak-anak. pp ill. Belanja oekoloh dan pendldlkan anak-anak.w Sedangkan pormulaan wajib nafkah itu ada dua penda­ pat t

  1. Sooudah akod nlkah jang oahih oebagaimana jang di- atur oleh undang-undang perkawinan di Mooir artl- kel 160, pun kata qadim dari Imam Syafi'i borpon- dapat demlkian. 2« Sooudah tamkin atau berootubuh jang pertana* Dan oelama belum ada porootubuhan oeoudah 'aqad, nafkah itu belum wajib dibajar oleh ouami. Pendapat ini adalah fatwa dari Iman Syafl'1.23 Oleh karena itu, nafkah adalah menempatl kedudukon yang oangat pentlng. Soma pentlngnya dengan peroyaratan hidup. Sepertl dltorangkan di atao, bahwa ouami wajib rasa-

21 Ibid.

  22

  • *r*hftlib. Hukum Kekeluarnaan Indonesia. Buku I, Univerolxao Indoneola, Jakarta, 1974, h. 52.-----

  2

  % ^Naohruddin Thaha, Podonan Perkawinan Iolan. cot.

  IV, Bulan Bintang, Djakarta, 1967, h. 122. ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  20 beri nafkah untuk Isteri dan anak-anaknya. Persoalan nafkah kadang-kadang dapat membava ooco- orang raempunyai peraoaan beruntung atau bahagia dan juga kadang-kadang dapat meobawa seseorang kepada suaoana hi­ -

  c o e s

  dup yang tidak puaa atau menyesal, karena tidak dapat nuhi kadar nafkahnya yang diharapkan. Hal ini menyebabkan soseoreng berterima kasih kepada Tuhan dan seakan-akan dia tolah mendapat anugerah yang tiada diduga-duga dari Tuhan. Demikian halnya kadang-kadang juga membuat ooco- orang menjadl kufur dan lngkar kepada Tuhan, karena horn- pannya tidak terpenuhi. Seperti pernah disabdakan oleh Nabi SAW sebagai berikut : "Kemiskinan hampir aenjatuh-

  A

  O kan orang menjadi kafir*" Di sinl nyatalah, bahwa menurut Islam ceneari nafkah dan reseki yang halal adalah suatu kewajlban* Malohan con- oukupi kebutuhan keluarga, anak dan isteri adalah suatu ibadah. Jika orang sudah berusaha dan kebetulan Tuhan ceng- anugerahkan reseki itu banyak, malahan kelebihan pula, Tuhan mengetuk hatl si kaya ini untuk meobantu si miskin* Tidak j&rang kita dapatkan dalam suatu kehidupan ru­ mah tangga yang dulunya tenteram dan tenang, karena kco- daan nafkah atau ekonomi rumah tangga yang tidak teratur,

  1

  2 TAisyah Daohlan, Meablna Runah Tangga Bahagia dan Peranan Aftama Dalam Rumah'Tan/tga, Jamunu, Jakarta, 196^, h t liot

  21 maka rumah tangga itu menjadi k&oau dan eering timbul kon- flik antara suami ioteri* Tetapi ini bukan berarti, bahwa keadaan yang dcni- kian halnya didapat di kalangan keluarga eeperti toroebut di atao, namun dalam kehidupan mewahpun bisa mengakibatkan adanya eatu kejadian dalam oebab yang berlainan. Tetapi tidaklah terlalu berleblh-leblhan apabila diterangkan, bahwa ioteri yang kurang pengertiannya terhadap nafkah ouaminya, kemudlan la menjadi kufur kepada Tuhan dalam arti tidak mensyukurl nlkmat Tuhan. Oleh karena itu, peraoaan bahagia dan puao hanya tor- dapat pada orang yang beriman yang oelalu tavakkal kepada Allah. Semua kekayaan di dunia hanya oebagai alat dan per- lengkapan hidup anugerah Tuhan kepada oetiap makhluk, ter- oerah kepada manuolanya prlbadiv menjadikannya untuk keba- hagiaan atau oebaliknya.

  3. Hilangnya Nafkah Kewajiban nafkah itu dioertai dengan oyarat-ayarat tertentu. Apabila oeouatu oyarat yang ditetapkan itu hilang, maka hal ini berarti hilanglah kewajiban itu. Huoaknya ouatu perkawinan dengan oebab thalaq, chulu', fadah atau syiqoq, dapat mengakibatkan hilangnya kewajiban nafkah* Menurut Syajld Sablq untuk berhaknya oeorang lotorl mendapatkan nafkah dioyaratkan hal-hal oebagai berikut t

  a. akad nlkah itu haruo oah; ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  l

  M l ; s

  PF.JT* STAK\AN

  22

  • U M T V 17' ■" - ‘S *. ! V V C O A ’1 ■ - v ■ x -

  b, ioteri n&u menyerahkan dlri atau memberikan keoempa- ton kepada ouaminya buat menikmati dirinya I o. ioteri tidak berkeberatan untuk pindah ke mana on jo yang di kehendaki ouami, keouali bila dengan perjalanan itu ouami bermakoud hendak monyuoahkan ioterinya, atau bila ioteri tidak meraoa aman terhadap dlri atau harta ben- danya ; .

  24

  d. ouami ioteri mampu untuk oelakukan hubungan oekoull* Jika oalah oatu oyarat-oyarat tersebut tidak torpo- nuhi, maka nafkah itu tidak wajib, Sebabnya ialah, bila akad itu tidak sah atau batal, maka kedua ouami ioteri haruo berpioah, demi untuk menghindarkan bahaya, Demlkian juga, apabila ioteri tidak mau manyerahkan dlri kepada suamlnya atau tidak memberikan keoempatan buat mencampurinya, umpamanya la tidak mau melayani ouami dongan jalan melakukan puaoa atau jika ioteri tidak mau dicacpuri ouaminya di rumah yang mereka diami, oodangkan ioteri bolun minta pindah ke rumah lain, maka dalam keadaan oepertl ini nafkah tidak wajib. Karena ketorlkatan yang menjadi oebab wajlbnya itu tidak ditemui. Akan tetapi, bila ioteri tolch menintanya hanya ouaminya menolak untuk pindah dan kecudi- an ioteri monolok untuk dlcampurinya, maka nafkah itu tidak- lah gugur. Yang dlpakal oebagai alaoan ialah, bahwa Nabi SAW kawln dongan Aioyah ra da n baru menggaulinya oetelah dua 2*Sayid Sa biq, op, cit«. h* 251.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  23 tahun. Nabi SAW tidak memberinya nafkah, kecuali dari oa- at pergaulan itu. Sedang nafkah buat maso-masa oebelumnyo tidak dipenuhinya. Menurut golongan Maliki serta dari mazhab golongan Syafi*i, jika seorang istori menyerahkan dirinya kepada ou- aminya, sedangkan ketika itu ia maaih kecil dan tidak pa- tut dioampurinya, maka nafkah itu tidak waji

  b. Karena ti­ dak dijumpainya kesompatan penuh buat bergaul, hingga ti­ dak perlu mendapot imbalan berupa nafkah. Kata mereka pula s Ban jika isteri teloh dewasat sebaliknya suami maolh di bawah umurfmoka pendapat yang betul ialah,bahwa nofkah wajib,karena dari plhak Isteri diperoleh ko- mungkinan hanya dari ouamllah terdapatnya holangan. Maka nafkah waji b,seperti halnya bila Isteri conyo- rahkan dlri kepada ouami yang telah dewasa, tetapi ia lari dari isterinya itu.25 Sedangkan fatwa dari golongan Hanafi laloh t Jika seorang suami mem bawa istorinya yang maolh kooil tlnggal di rumahnya dan dia dl oona oebagal ponghi- buraya,maka ia berhak menerlma nafkah,karena kerelaan ouami menerlma Ikatan torbatao dari isterinya, Totapi bila tidak dltahaninya di rumahnya, maka tidaklah wa­ jib nafkah.26 Ini cdaloh masha b Abu Yuouf. Adapun mashab Abu Ha- nifah don Muhammad, oamo dongan machab golongan Syofl'i, korona keterikatan loteri itu ooperti tidak ada, oehingga tidak menghontarkon kepada tujuan perkawinan, maka tidak tra- ji b nafkah. Bila loteri beroedla menyerahkan dirinya, totapi 25Ibld.

  24 ia dalam keadaan oakit, hingga tidak dapat dicarapurinya oleh ouaminya, maka la wajib menerima nafkah. Tidak pan* taolah, jika dari suatu pergaulan ouami isteri yang baik dan bertentangan dengan barang ma'ruf yang dltitahkan Al­ lah SWT, jika karena oakit itu oeorang isteri haruo kehi- langan nafkah yang menjadi haknya. Sama dengan orang yang oakit ialah wanita yang non- derlta cacad yang menghalanginya buat dicampurl oloh oua­ minya. Demlkian jika bila oeorang ouami yang leoah oyohwat atau impoten atau dltlmpa ouatu penyakit yang merintangi- nya buat bercampur dengan ioterinya, atau dipenjarakan ka­ rena ouatu hutang atau tlndak pidana, karena kemungklnan hubungan ouami isteri tidak terhalang oleh flhak ioteri, tetapi dari flhak ouami. Walaupun hal ini tidak dapat dikatakan karena ko- ola-olaan, tetapi karena ouami tidak dapat menggunakan hak­ nya itu. Isteri yang dipenjarakan, karena suatu tlndak pi­ dana karena hutang, atau karena la teraniaya dan bila nl- oalnya Isteri diculik orang hingga ia terplsah dari ouoni- nya, maka selama la diculik itu, tidak wajib nafkah. Eotapi apabila yang memenjarakan itu adalah ouaminya oendiri ka­ rena hutang kepadanya, maka tetap wajib. Karena ouamllah yang nenyebabkan lopaonya haknya Itu. Jika ioteri merapunyai mata poncaharian dan porgl untuk keperluan mata pencaharlannya Itu, kemudlan ketlka dilarang oleh ouaminya tidak ditaatlnya atau apa bila icte- ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  25 ri pindah dari rumah ouami ko rumah lain tanpa loin oua­ mi dan tlada dijumpainya alaoan-alasan keagamaan, atau bi­ la la beperglan tanpa ieinnya, begitu juga bila ia mela- kukan ikhran tanpa peroetujuannya, maka tidak vajib nafkah. Totapi apabila ia beperglan dan raelakukan ikhram itu atao peroetujuannya, atau mereka pergl beroama, maka tldaklah □ enjadi gugur nafkah itu. Karena loteri tidak keluar dari mentaatlnya atau lepao dari pengawaoannya. Dari hal-hal teroe but di atao, loteri tidak berhak memperoleh nafkah, karena pihak iotorilah yang tolah nens- abalkan hak suami buat menoampurlnya tanpa adanya alaoon yang dibenarkan oleh agama. Totapi bila dlabaikannya itu dioobabkan oleh oeouatu alaoan agama, maka tldaklah gugur nafkah teroebut, mioalnya : Jika loteri dalam keadaan oa- klt, loteri tidak mentaatl suaminya dioebabkan tempat ting-

  27 golnya tidak cocok dengan ketentuan agama don oeteruonya. Sedangkan menurut Naohruddln Thaha, bahwa menurut pondapat ahll fiqh nafkah itu bioa gugur bila : 1* loteri enggan menjorahkan dirinja dengan tak bera- laoan kopada ouaminja; 2. loteri keluar atau menlnggalkan rumah tempat ting- galnja dengan tidak idsin ouaminja; 3. loteri beperglan tanpa ouaminja dengan oeidsin oua- minja,totapi untuk kepontingan loteri itu; 4. loteri beperglan tanpa ldcin ouaninja.28 Ioterl-loterl itu boleh keluar rumah tangga, aoalkan untuk beberapa kepentlngan yang biaoa commit adat dengan

  28 Naohruddln Thaha, op. olt,. h. 128.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  26 koyakinan, bahwa ouami akan mengisinkan dongan ikhlao* Beberapa kepentingan tadi miealnya berkunjung kepada ko- luarga, menjenguk orang sakit atau orang yang kematian, ko pengadilan, ke rumah eakit9 menuntut atau mendengarkan pengetahuan yang perlu, beruoaha bertani dan berniaga.2^ Karena di Indoneola Ini pada umumnya kaum I bu itu turut oerta giat dalam lapangan hidup dan penghidupan, maka ko- biaoaan di negara kita memberikan lapangan kepada meroka atau ioteri-isteri untuk keluar rumah tangga guna bokorja, beruoaha dan untuk uruoan yang berguna, asalkan keluar itu Jangan menimbulkan keourigaan dan di tocapat-tempat yang tidak dapat Benjamin keamanan nereka* Di dalam hal-hal teroobut di atao itu oebaiknyo. iotori-ioteri itu mominta portimbangan bagaimana oebaiknya dibori loin atau tidak* Karona pada hakokatnya rumah tangga itu tidak ubahnya oeperti ouatu kerajaan dalam bentuk kooil yang dikondalikan oleh ouami ioteri* Maoing-nasing ncmpu- nyai hak-hakf kewajiban-kewajiban dan tugao-tugao tortentu dongan tanggung jawab dan kekuaoaan yang penuh dalam bi- dangnya naoing-raaoing, Sebab kalau tidak demikian, tontu- lah akan menimbulkan keadaan yang kacau balau. Hocong naeing-naoing meopunyai tugao oendiri-oendiri. Akan totapi kekuaoaan yang tertinggi dalam kesatuan rumah

  29I bld.

  27 tangga Itu terletak dl tangan kaum laki-laki atau ouami.