Interaksi Sosial Warga NU dan Muhammadiy

INTERAKSI SOSIAL ANTAR KELOMPOK ISLAM

(Studi kasus NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi)

Skripsi

Diajukan sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh : ILZAMUL WAFIK

NPM: 20070710006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

INTERAKSI SOSIAL ANTAR KELOMPOK ISLAM

(Studi kasus NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam

(S.Sos.I)Strata Satu pada Fakultas Agama Islam

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (Dakwah) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: ILZAMUL WAFIK NPM: 20070710006 FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (DAKWAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NOTA DINAS

Lampiran : 4 eks.skripsi Yogyakarta, 4 Januari 2012 Hal

: Persetujuan

Kepada Yth. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamu’alaikum wr.wb. Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat

bahwa skripsi saudara: Nama

: Ilzamul Wafik NPM

: 20070710006 Judul

:” INTERAKSI SOSIAL ANTAR KELOMPOK ISLAM

(Studi kasus NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi) ”

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (Dakwah) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut kepada Fakultas, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan. Atas perhatianya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing

Dr. Nawari Ismail, M. Ag

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul

INTERAKSI SOSIAL ANTAR KELOMPOK ISLAM

(Studi kasus NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nama

: Ilzamul Wafik NPM

: 20070710006 Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam (Dakwah) pada tanggal 5 Januari 2012 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima

Sidang Dewan Munaqasyah Ketua Sidang : Twediana Budi Hapsari, S.Sos, M.Si

( ..................................... ) Pembimbing : Dr. Nawari Ismail, M.Ag

( ..................................... ) Penguji

: Dra. Siti Bahiroh, M.Si ( ..................................... )

Yogyakarta, Januari 2012 Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

Dr. Nawari Ismail, M. Ag

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur pertama Alhamdulillah. Berkat rahmatNya skripsi ini dapat penulis susun. Marilah jangan lupa untuk sering bersolawat kepada Nabi kita Muhammad S.A.W.

Penulis menyadari, penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dekan Fakultas Agama IslamUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ketua Jurusan (Kajur) Komunikasi dan Penyiaran Islam (Dakwah).

3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen FAI UMY, yang telah memberikan kuliah berbagai disiplin ilmu kepada penulis.

4. Segenap pimpinan dan karyawan UMY.

iv

5. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu di Desa Wisata Mlangi, khususnya para tokoh NU dan Muhammadiyah yang telah memberikan kesempatan mediasi dan informasi untuk melakukan penelitian.

6. Santri-santri Desa Wisata Mlangi, khususnya Keluarga Besar Pondok Assalafiyyah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kepada semua pihak, penulis menucapkan jazakumullah khairan katsiran atas segala bantuan serta dorongan, semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik dan berlimpah. Penulis sebagai manusia biasa, tentunya mempunyai banyak kekurangan dan kekhilafan, karena itu penulis mohon maaf atas segala kekhilafan.

Kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini selalu penulis tunggu. Semoga skripsi sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 4 Januari 2012

Penulis

MOTTO

"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan

tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim

maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat".(HR. Al-Bukhari:2262)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi berjudul

INTERAKSI SOSIAL ANTAR KELOMPOK ISLAM (Studi kasus NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi)

Penulis persembahkan kepada:

1. Ibu, Bapak dan keluarga tercinta.

2. Sobat-sobat aktivis di FAI dan Universitas.

3. Teman-teman, adik-adik di madrasah dan pesantren.

4. Rekan kerja semuanya di Korp Dakwah Santri Assalafiyah.

vii

BAB IV PENUTUP........................................................................................ 74

A. Kesimpulan ................................................................................ 74

B. Saran ........................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 76

LAMPIRAN

i. Curriculum Vitae

ii. Daftar pertanyaan wawancara

iii. Susunan pimpinan cabang muhammadiyah iv. Surat Ijin Penelitian

v. Berkas wawancara PCM Gamping

ix

Islam di Indonesia tidak dapat terlepas dari Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama). Kedua ormas ini turut mewarnai sejarah Indonesia terutama pada masa pra- kemerdekaan. Interaksi antara warga kedua belah pihak ormas tersebut tidak dapat dielakan dalam kehidupan sehari-hari. Skripsi ini bertujuan memaparkan bentuk- bentuk interaksi meliputi konflik dan integrasi antar warga kedua ormas.

Penelitian tentang interaksi sosial antar ummat beragama, khususnya internal ummat islam sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Saifudin (1986) misalnya meneliti tentang konflik dan integrasi warga NU dan muhammadiyah di masyarakat Alabio Kalimantan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa konflik antara warga NU dan muhammadiyah di Masyarakat Alabio terjadi karena perbedaan intepretasi mengenai perangkat-perangkat ajaran agama.

Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode yang dilakukan dengan memilih lokasi di Desa Wisata Mlangi, Informan sebagai salah satu sumber data berasal dari warga Muhammadiyah dan NU juga tokoh masyarakat meliputi sesepuh dan perangkat desa. Teknik Pengumpulan Data dan Keabsahan Data menggunakan triangulasi. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan Analisis Data dan terakhir membuat kesimpulan.

Bentuk bentuk interaksi yang terjadi antara warga NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi merupakan interaksi sosial yang bersifat akomodasi. Yaitu pada kegiatan acara yang bersifat umum seperti pernikahan dan kematian. Berdasarkan analisis kebutuhan (weber), antara warga NU dan Muhammadiyah di Mlangi terjadi saling membutuhkan terutama dalam hal ekonomi, pendidikan dan sosial keagamaan. Tidak terjadinya konflik/ konflik dapat meredam antar kelompok Islam khususnya Muhammadiyah dan NU di Mlangi adalah lebih karena kekerabatan/famili.

xi

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH :

Di Indonesia terdapat sejumlah agama dan aliran kepercayaan. Dalam interaksi sosial kehidupan sehari-hari, masyarakat Indonesia dihadapkan dengan kenyataan beragam perbedaan. Kusmadewi(2010), menyatakan bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia termasuk faham agama dapat menjadi salah satu pemicu perbedaan /konflik.

Disisi lain perbedaan dapat juga memicu terjadinya persatuan/integrasi. Adanya berbagai wadah persatuan antar umat beragama menunjukan bukti kompromi, dimana kesemua agama menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan kemanusiaan. Namun karena terdapat pemahaman agama yang berbeda-beda, konflik antarumat beragama maupun intern umat beragama selalu dapat muncul.

Ismail(dalam Mukaddimah, 2006), memaparkan bahwa maraknya konflik antarumat beragama di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari konstribusi penguasa Orde Baru. Sebab melalui politik SARA-nya penguasa, telah menekan semua perbedaan yang berbau kesukuan, keagamaan, ras, dan antargolongan. Semuanya dimasukkan dalam bingkai kesatuan, dan stabilitas politik dan keamanan demi pertumbuhan ekonomi. Setelah Orde baru yakni era reformasi, potensi konflik lebih memungkinkan untuk terjadi.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kasus konflik antarumat beragama dan intern umat beragama terjadi diberbagai wilayah. Beberapa kasus berikut akan penulis sebutkan sebagai bukti, diantara konflik antarumat beragama yaitu; kasus konflik Islam-Kisten di Irian Jaya, kasus gereja di Jakarta, kasus pembakaran gereja di Wonosobo. Adapun beberapa konflik intern umat beragama yang terjadi yaitu; kasus dugaan sesat Ahamdiyah disejumlah wilayah, kasus penyerbuan markas FPI, kasus aliran sesat, misalnya pengakuan nabi dan lain-lain.

Kasus intern umat beragama yang disebutkan di atas, semuanya terjadi pada internal umat Islam. Sebenarnya pada agama selain Islam juga terjadi konflik, seperti masalah sekte dan aliran dalam Agama Kristen. Salah satu faktor terjadinya konflik semacam ini adalah terjadinya pemahaman yang berbeda dan interpretasi yang beraneka ragam terhadap sumber-sumber ajaran agama/ teks suci, terutama sumber ajaran Islam dalam fokus pembahasan ini.

Islam di Indonesia tidak dapat terlepas dari Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama). Kedua ormas ini turut mewarnai sejarah Indonesia terutama pada masa pra-kemerdekaan. Sepanjang perjalanan kedua organisasi Islam terbesar ini, senantiasa diwarnai koorporasi, kompetisi, sekaligus konfrontasi. Kajian Muhammadiyah dan NU di Indonesia selalu melibatkan harapan dan kekhawatiran lama yang mencekam, karena wilayah pembahasan ini penuh romantisme masa lalu yang sarat emosi dan sentimen historis yang amat sensitif. Sekedar contoh, sering dinyatakan, kelahiran NU tahun 1926 merupakan reaksi defensif atas berbagai aktivitas kelompok reformis, Muhammadiyah (dan Serekat Islam), meski bukan satu-satunya alasan(Qodir, 2001).

Pandangan masyarakat pada umumnya terhadap warga Muhammadiyah dan NU di desa adalah terjadi polarisasi diantara keduanya. Bahkan ada beberapa data yang menyebutkan konflik diantara keduanya. Di Jogjakarta, kita dapat melihat interaksi sosial NU-Muhammadiyah di beberapa tempat. Salah satu tempat berinteraksi antar warga kedua ormas ini adalah Desa Wisata Mlangi.

Desa Wisata Mlangi merupakan sebutan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Masyarakat Mlangi memaksudkan wilayah Mlangi terdiri dari dua dusun, yakni Mlangi dan Sawahan. Awalnya merupakan tanah perdikan Hamengkubuwono I pada Tahun 1776, kemudian ada rumah yang dipergunakan oleh BPH. Sandiyo untuk memberi pelajaran (Mulangi) agama semacam pesantren. Dari asal kata MULANGI inilah kemudian menjadi nama kampung /dusun MLANGI.

Di Desa Wisata Mlangi telah lama hidup berdampingan antara Muhammadiyah dan NU. Keduanya telah mempunyai perangkat dakwah seperti tempat ibadah pendidikan dan berbagai usaha warga setempat yang lain. Perangkat dakwah yang ada di Mlangi berhubungan secara langsung dengan individu-individu masyarakat. Berbagai interaksi antar individu menyebabkan gejala polarisasi tidak begitu tampak. Kegiatan bersama antar warga yang sebenarnya berlainan organisasi kelompok Islam di Desa Wisata Mlangi, merupakan bukti adanya interaksi sosial antar kelompok.

Sejumlah peneliti tertarik untuk melakukan kajian dan penelitian di Desa Wisata Mlangi. Ketertarikan mereka karena Mlangi termasuk tempat yang Sejumlah peneliti tertarik untuk melakukan kajian dan penelitian di Desa Wisata Mlangi. Ketertarikan mereka karena Mlangi termasuk tempat yang

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan pokok untuk mengetahui bentuk konflik maupun integrasi yang sudah terjadi termasuk sebab-sebabnya dan kemungkinan terjadinya pada masa yang akan datang. Setelah diketahui karakterisitik konflik yang ditemukan, maka akan memudahkan upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk meredam dan menyelesaikan konflik intern umat beragama khususnya Muhamadiyah-NU di Desa Wisata Mlangi, sehingga tujuan dan upaya dakwah antara keduanya dapat tercapai bersama.

B. RUMUSAN MASALAH:

1. Bagaimana bentuk interaksi sosial warga NU dan Muhammadiyah yang ada di Desa wisata Mlangi?

2. Mengapa terjadi bentuk interaksi sosial tertentu dari warga NU dan Muhammadiyah di Desa wisata Mlangi?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN:

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bentuk interaksi sosial warga NU dan Muhammadiyah yang ada di Desa wisata Mlangi.

2. Mengetahui penyebab terjadinya interaksi sosial tertentu dari warga NU dan Muhammadiyah di Desa wisata Mlangi.

Kegunaan Penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan, khususnya berkaitan dengan sosiologi dakwah.

2. Kegunaan secara praktis, sebagai acuan dalam melakukan kegiatan dakwah antar kelompok/organisasi Islam.

D. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mencapai suatu hasil penelitian ilmiah diharapkan data-data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat menjawab secara komprehensif terhadap semua masalah yang ada. Hal ini dilakukan agar tidak ada duplikasi karya ilmiah atau pengulangan penelitian yang sudah pernah diteliti oleh pihak lain dengan permasalahan yang sama.

Penelitian tentang interaksi sosial antar ummat beragama, khususnya internal ummat islam sudah banyak dilakuakn oleh beberapa peneliti. Saifudin (1986) misalnya meneliti tentang konflik dan integrasi warga NU dan muhammadiyah di masyarakat Alabio Kalimantan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa konflik antara warga NU dan muhammadiyah di

Masyarakat Alabio terjadi karena perbedaan intepretasi mengenai perangkat- perangkat ajaran agama.

Sementara itu Abidin(dalam Harmoni, Vol.VIII 2009), meneliti tindakan anarkis terhadap kelompok salafi dan non salafi di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor penyebab konflik antara kelompok Salafi dan Non Salafi adalah gerak dakwah eksklusif Salafi yang menyalahkan faham kelompok lain dan kurang menghargai perbedaan pendapat.

Kemudian Ismail(dalam Mukaddimah, Th. XII/2006), melakukan penelitian berkaitan dengan profil konflik antar ummat beragama studi kasus di lima daerah. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan sumber dan faktor penyebab konflik pada level budaya dan sosial pada tingkat lokal dan aturan perundangan. Hasil dari penelitin ter sebut menyatakan bahwa sumber konflik ada tiga aspek yaitu kesalahpahaman antar budaya, adanya identitas kelompok yang terancam dan karena adanya perjuangan pemenuhan kelompok dan penguasaan akses sumber daya maupun kesempatan.

Dilain kesempatan Syaukani(dalam Harmoni, Vol.VIII 2009), memfokuskan penelitiannya pertama, bagaimana posisi peristiwa resistensi sebagian masyarakat terhadap IJABI Ikatan Ahlul Bait Indonesia (IJABI). IJABI adalah orgaisasi sunni yang didirikan oleh Jalaludin Rakmat di Bondowoso. Fokus Kedua adalah mengapa terjadi resistensi sebagian masyarakat terhadap IJABI di Kab.Bondowoso. hasilnya bahwa perbedaan Dilain kesempatan Syaukani(dalam Harmoni, Vol.VIII 2009), memfokuskan penelitiannya pertama, bagaimana posisi peristiwa resistensi sebagian masyarakat terhadap IJABI Ikatan Ahlul Bait Indonesia (IJABI). IJABI adalah orgaisasi sunni yang didirikan oleh Jalaludin Rakmat di Bondowoso. Fokus Kedua adalah mengapa terjadi resistensi sebagian masyarakat terhadap IJABI di Kab.Bondowoso. hasilnya bahwa perbedaan

Penelitian yang telah disebutkan di atas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Pertama letak perbedaanya adalah lokasi penelitian yang dilakukan penulis di Desa Wisata Mlangi. Kedua penelitian yang dilakukan penulis berfokus pada bentuk-bentuk dan sebab interaksi warga Muhammadiyah dan NU khususnya di Desa Wisata Mlangi.

E. KERANGKA TEORI

1. INTERAKSI SOSIAL

Sebagai makhluk sosial manusia selalu hidup berkelompok atau senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lain, makhluk yang mampu berpikir untuk melakukan sesuatu, makhluk yang harus diajarkan sesuatu agar mampu melakukan sesuatu (sosialisasi). Dari proses berfikir muncul perilaku ataupun tindakan sosial. Kalau perilaku dan tindak sosial tersebut dilakukan dalam hubungan dengan orang lain maka terjadilah interaksi sosial(Tarik, 2002).

Upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dilaksanakan melalui suatu proses sosial yang disebut interaksi sosial, yakni hubungan timbal balik antara orang perorangan, antara orang perorangan dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dalam masyarakat. Di dalam bukunya Psychologi Social, Gerungan, mengutip H. Bonner dalam karyanya Social Psychology, mengemukakan interaksi Upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dilaksanakan melalui suatu proses sosial yang disebut interaksi sosial, yakni hubungan timbal balik antara orang perorangan, antara orang perorangan dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dalam masyarakat. Di dalam bukunya Psychologi Social, Gerungan, mengutip H. Bonner dalam karyanya Social Psychology, mengemukakan interaksi

valueas

Setiap komunitas memiliki struktur sosial yaitu jalinan hubungan antar individu atau kelompok sosial dalam masyarakat sesuai status dan peranan yang dimilikinya. Bentuk struktur sosial tersebut dapat berupa proses konflik dan integrasi dalam masyarakat. Hidup rukun-tidak rukun menunjukkan adanya interaksi sosial positif-negatif. Interaksi sosial positif merupakan proses interaksi yang menuju pada penyatuan. Interaksi tesebut dapat berupa akomodasi, kerja sama dan akhirnya integrasi. Apabila terjadi pertikaian dan konflik, munculah apa yang disebut Interaksi sosial negatif(Ismail, 2009).

Konflik dan integrasi merupakan sebuah pasangan yang melekat dalam kehidupan masyarakat (Simmel dalam Saifuddin, 1986). Jadi walaupun konflik merupakan bentuk kontradiktif dari integrasi, namun tidak selamanya kedua hal tersebut harus dipertentangkan. Dalam kehidupan nyata integrasi bisa saja hidup bersebelahan dengan konflik, bahkan melalui konflik, hubungan keseimbangan sebenarnya dapat ditata kembali. Karena itu mengkaji konflik pasti berhubungan dengan integrasi.

2. INTEGRASI SOSIAL

Integrasi sosial adalah penyatuan antar satuan atau kelompok yang tadinya terpisah satu sama lain dengan mengesampingkan perbedaan sosial dan kebudayaan yang ada. Bentuk integrasi sosial ada dua jenis, yaitu Akomodasi dan

Kerja sama. Integrasi Akomodasi dapat dilihat sebagai suatu keadaan dan proses. Sebagai suatu keadaan artinya, kenyataan adanya keseimbangan dalam interaksi antar aktor/kelompok. Sedangkan sebagai suatu proses artinya, tindakan penyesuaian dengan saling memberikan imbalan tertentu antar aktor dari kelompok yang berbeda, baik berupa materi maupun sosial. Penyesuaian dan kerja sama dari aktor atau kelompok yang berbeda itu dimungkinkan walaupun diantara mereka ada perbedaan gender, suku-ras, kelas, agama dan kepercayaan, dan persaingan atau permusuhan tersembunyi(Ismail, 2009).

a. Akomodasi

Dalam sebuah masyarakat akomodasi biasanya tidak selamanya berlangsung, karena ada potensi konflik seperti prasangka atau stereotif dari tiap kelompok, sehingga melahirkan konflik.

Akomodasi adalah suatu proses dimana orang-orang atau kelompok yang saling bertentangan, berusaha mengadakan penyesuaian diri untuk meredakan atau mengatasi ketegangan (Tarik, 2002). Beberapa bentuk akomodasi dalam masyarakat dijelaskan berikut ini :

1) Toleransi, yaitu bentuk akomodasi, dimana masing-masing pihak yang berlawanan menerima perbedaan tanpa mempermasalahkan perbedaan yang dialami.

Seorang pemeluk agama x tentu mempunyai konsep yang berbeda dengan pemeluk agama y. Kedua pemeluk agama itu jelas mempunyai beberapa perbedaan, tetapi masing-masing individu tidak mempermasalahkan perbedaan agamanya. Mereka tetap bergaul dengan baik tanpa mempermasalahkan agama yang dianut. Oleh karena itu di Indonesia dikenal dengan istilah toleransi beragama.

Sebenarnya, toleransi tidak hanya dalam bentuk kehidupan beragama. Kehidupan antar etnis, antar parpol, organisasi, cita-cita, dan lain-lain bisa dijalankan dengan konsep toleransi.

2) Kompromi, yaitu suatu bentuk akomodasi di mana masing- masing pihak yang terlibat pertentangan saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

Sekelompok petani misalnya, yang bersengketa dengan sekelompok lain tentang iuran irigasi, kemudian masing- masing kelompok mengurangi tuntutan agar tercapai kesepakatan merupakan contoh proses kompromi. Kelompok Sekelompok petani misalnya, yang bersengketa dengan sekelompok lain tentang iuran irigasi, kemudian masing- masing kelompok mengurangi tuntutan agar tercapai kesepakatan merupakan contoh proses kompromi. Kelompok

3) Arbitrasi (perwasitan), yaitu suatu cara untuk mencapai penyelesaian antara dua pihak yang berselisih, dimana pihak- pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai penyelesaian sendiri. Pertentangan kemudian diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua pihak atau suatu badan yang kedudukannya lebih tinggi dari kedua belah pihak yang bertentangan. itu.

Misalnya, kita menemui beberapa keluarga yang saling bertentangan karena masalah warisan (gono-gini). Bila keluarga-keluarga yang bertikai itu tidak dapat menyelesaikan secara musyawarah antar keluarga sendiri, maka mereka akan mencoba menyelesaikannya lewat proses pengadilan secara perdata. Penunjukan pengadilan sebagai pihak ketiga yang berkedudukan lebih tinggi dari keluarga, merupakan proses arbitrasi yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

4) Mediasi adalah cara yang dipakai untuk menyelesaikan perselisihan dengan menunjuk pihak ketiga untuk memberikan saran pernikiran bagi terselesaikannya perselisihan tadi. Pihak ketiga tidak mempunyai wewenang untuk memberikan keputusan penyelesaian akhir dari perselisihan yang terjadi.

Misalnya, sepasang suami isteri yang ingin bercerai karena suatu masalah meminta petunjuk BP4 untuk membantu mencarikan jalan keluar terbaik bagi keluarganya. BP4 tentu akan memberikan saran-saran dan pernikiran saja, ia tidak dapat memutuskan apakah suami istri tersebut perlu bercerai atau tidak.

b. Kerja sama

Sebenarnya para pelaku selalu berada dalam konflik dan kooperatif. Keduanya bagaikan dua sisi dalam satu keping uang logam. Pada hakikatnya dalam kerja sama tidak pernah ditemui betul-betul kerja sama yang menghilangkan kepentingan masing- masing, tersirat atapun tersurat. Artinya, dalam situasi kerja sama pun antarpihak akan ada upaya untuk lebih mempengaruhi pihak lain yang menjadi mitra kerja samanya. Jadi dalam situasi kerja sama itupun ada ruang persaingan juga, ini dapat dinamakan dengan 'persaingan dalam kerja sama(Ismail, 2009).

Dalam situasi persaingan dalam kerja sama tersebut pada suatu waktu dan dalam aspek-aspek tertentu akan ada tindakan untuk saling mempengaruhi dan 'menang'. Jadi, dalam kerja sama itu akan ada yang dominan (dominasi) juga di lingkungan internal pihak yang bekerja sama, seberapapun intensitasnya.

Dalam situasi apapun (konflik ataupun kooperatif) akan ada persaingan dan tindakan untuk mendominasi, dan karenanya ada ketidaksetaraan dalam relasi kuasa. Antara konflik dan kooperatif sangat tipis batasannya dan keduanya tidak bersifat statis karena kepentingan manusia yang juga tidak statis.

Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya integrasi

Oqburn dan Nimkoff (Soerjono Soekanto, 1982), mengatakan bahwa integrasi akan berhasil apabila:

1. anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan satu sama lain;

2. apabila tercapai semacam konsensus mengenai norma- norma dan nilai-nilai sosial;

3. apabila norma-norma cukup lama adalah "tetap" (= consistent) dan tidak berubah-ubah.

3. KONFLIK SOSIAL

a. Pengertian

Konflik sosial adalah pertentangan antar satuan atau kelompok sosial atau lebih, atau potensialitas yang menyebabkan pertentangan. Pengertian ini berarti mencakup kasus konflik (konflik yang sudah terjadi) dan potensialitas konflik(Ismail, 2009).

Dengan demikian konflik dilihat dari bentuk penampakannya dapat dipilah ke dalam potensi konflik dan kasus konflik. Potensi konflik merupakan semua aspek atau kondisi yang dapat menjadi sumber munculnya kasus konflik, sedangkan kasus „konflik‟

merupakan konflik yang sudah terjadi dan muncul ke permukaan dalam bentuk pemyataan atau tindakan nyata pihak-pihak yang berkonflik.

b. Bentuk-bentuk konflik

Konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu sebagai berikut.

1) Konflik pribadi

Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulai berkenalan sudah saling tidak menyukai. Apabila permulaan yang buruk tadi dikembangkan, maka timbul rasa saling membenci. Masing-masing pihak berusaha memusnahkan pihak lawannya. Maki-makian diucapkan, penghinaan dilontarkan dan seterusnya sampai mungkin timbul suatu perkelahian fisik. Apabila perkelahian dapat Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulai berkenalan sudah saling tidak menyukai. Apabila permulaan yang buruk tadi dikembangkan, maka timbul rasa saling membenci. Masing-masing pihak berusaha memusnahkan pihak lawannya. Maki-makian diucapkan, penghinaan dilontarkan dan seterusnya sampai mungkin timbul suatu perkelahian fisik. Apabila perkelahian dapat

2) Konflik rascal

Dalam hal ini pun para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan-perbedaan antara mereka yang sering kali menimbulkan konflik. Misalnya, konflik antara orang- orang Negro dengan orang-orang kulit putih di Amerika Serikat. Sebetulnya sumber konflik tidak hanya terletak pada perbedaan ciri-ciri badaniah, tetapi juga oleh perbedaan kepentingan dan kebudayaan. Keadaan tersebut ditambah dengan kenyataan bahwa salah satu ras merupakan golongan mayoritas.

3) Konflik antara kelas-kelas social

Pada umumnya konflik ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh.

4) Konflik politik

Biasanya konflik ini menyangkut back antara golongan-golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat. Hal yang terakhir menimbulkan bentuk konflik berikutnya.

5) Konflik yang bersifat internasional

Konflik ini disebabkan karena perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merambah ke kedaulatan negara. Mengalah berarti mengurangi kedaulatan dan itu berarti kehilangan muka dalam forum internasional. Tidak jarang konflik demikian menyulut perang total antar negara.

c. Sumber konflik

Pada hakikatnya semua sumber dan faktor munculnya konflik merupakan bentuk dari potensi konflik. Sumber dan faktor tersebut meningkat menjadi konflik karena ketidakmampuan satu dan atau kedua belah pihak dalam mengendalikannya. Sumber dan potensi tersebut tetap akan menjadi potensi konflik jika tidak ada suatu individu atau kelompok yang bergerak secara aktif atau radikal serta adanya pengendalian yang dilakukan oleh berbagai pihak yang ada dalam masyarakat tersebut(Ismail, 2009).

Sebab-musabab atau akar-akar dari pertentangan/konflik antara lain sebagai berikut;

1) Perbedaan antara individu-individu Perbedaan pendirian dan perasaan memungkinkan akan melahirkan bentrokan/konflik di antara mereka.

2) Perbedaan kebudayaan Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula 2) Perbedaan kebudayaan Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula

3) Perbedaan kepentingan Perbedaan kepentingan antarindividu maupun kelompok termasuk merupakan sumber pertentangan. Wujud kepentingan dapat bermacam-macam; ada kepentingan ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Majikan dan buruh, misalnya, mungkin bertentangan karena yang satu menginginkan upah kerja yang rendah, sedangkan buruh menginginkan sebaliknya.

4) Perubahan sosial Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dan ini menyebabkan terjadinya golongan- golongan yang berbeda pendiriannya, misalnya mengenai reorganisasi sistem nilai. Sebagaimana diketahui perubahan sosial mengakibatkan terjadinya disorganisasi pada struktur.

d. Akibat konflik

Akibat-akibat konflik adalah sebagai berikut.

1) Tambahnya solidaritas in-group

2) Apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, solidaritas antara warga-warga kelompok biasanya akan bertambah keras. Mereka bahkan bersedia berkorban demi keutuhan kelompoknya.

3) Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.

4) Perubahan kepribadian para individu

Pertentangan yang berlangsung di dalam kelompok atau antarkelompok, selalu ada orang yang menaruh simpati kepada kedua belch pihak. Ada pribadi-pribadi yang tahan menghadapi situasi demikian, tetapi banyak pula yang merasa tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya. Keadaan demikian dialami oleh orangorang Jepang yang sudah lama tinggal di Amerika Serikat. Sewaktu Amerika Serikat diserang oleh Jepang, orang- orang Jepang yang lahir di Amerika Serikat atau yang telah lama tinggal di sang sehingga mengambil kewarganegaraan Amerika Serikat, merasakan adanya tekanan-tekanan tersebut. Hal ini mereka alami karena kebudayaan Jepang masih merupakan sebagian dari hidupnya clan banyak pula sanak sauclaranya yang tinggal di Jepang. Dengan begitu Pertentangan yang berlangsung di dalam kelompok atau antarkelompok, selalu ada orang yang menaruh simpati kepada kedua belch pihak. Ada pribadi-pribadi yang tahan menghadapi situasi demikian, tetapi banyak pula yang merasa tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya. Keadaan demikian dialami oleh orangorang Jepang yang sudah lama tinggal di Amerika Serikat. Sewaktu Amerika Serikat diserang oleh Jepang, orang- orang Jepang yang lahir di Amerika Serikat atau yang telah lama tinggal di sang sehingga mengambil kewarganegaraan Amerika Serikat, merasakan adanya tekanan-tekanan tersebut. Hal ini mereka alami karena kebudayaan Jepang masih merupakan sebagian dari hidupnya clan banyak pula sanak sauclaranya yang tinggal di Jepang. Dengan begitu

5) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia

Kiranya cukup jelas betapa salah-satu bentuk pertentangan yang terdahsyat, yaitu peperangan telah menyebabkan penderitaan yang berat, baik bagi pemenang maupun bagi pihak yang kalah, baik dalam bidang kebendaan maupun bagi jiwa-raga manusia.

6) Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak

Apabila kekuatan pihak-pihak yang bertentangan seimbang,

timbul akomodasi. Ketidakseimbangan antara kekuatankekuatan pihak-pihak yang mengalami bentrokan akan menyebabkan dominasi oleh satu pihak terhadap lawannya. Kedudukan pihak yang didominasi tali adalah sebagai pihak yang takluk terhadap kekuasaan lawannya secara terpaksa.

maka

mungkin

F. METODE PENELITIAN

1. Pemilihan Lokasi

Desa wisata Mlangi Yogyakarta dipilih sebagai lokasi penelitian karena daerah ini menjadi tempat pengembangan dan pembaharuan yang dilakukan oleh kelompok organisasi Islam terutama NU dan juga Muhammadiyah.

2. Informan

Informasi dijaring dari informan yang paling banyak mengetahui masalah yang diteliti dan terlibat langsung sebagai pelaku dan tokoh organisasi kelompok Islam, seperti pimpinan ranting dan takmir masjid, para pengajar/guru, masyarakat, serta beberapa kyai pesantren di Mlangi. Informasi juga diperoleh melalui studi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan kegiatan dakwah setempat.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan tiga teknik pengumpul data yaitu:

a. Teknik wawancara, yaitu penulis mengumpulkan data melalui wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan yaitu perangkat desa/dusun, pimpinan ranting Muhammadiyah dan NU, takmir masjid, para pengajar/guru, masyarakat, serta beberapa kyai pesantren di Mlangi dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara dimaksudkan untuk mengarahkan dan a. Teknik wawancara, yaitu penulis mengumpulkan data melalui wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan yaitu perangkat desa/dusun, pimpinan ranting Muhammadiyah dan NU, takmir masjid, para pengajar/guru, masyarakat, serta beberapa kyai pesantren di Mlangi dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara dimaksudkan untuk mengarahkan dan

b. Observasi yaitu penulis secara langsung mengamati dan mengikuti kegiatan atau acara yang terkait dengan masalah penelitian ini.

c. Dokumentasi, yakni membuat dokumentasi data yang terkumpul, seperti data kondisi masyarakat, organisasi, kegiatan dakwah masjid dan sebagainya dalam bentuk gambar, monograf, arsip dan lain-lain.

4. Keabsahan Data

Dalam hal validitas data, penulis menganggap absah suatu data bila didukung paling kurang tiga sumber. Jadi masalah keabsahan data, penulis menggunakan teknik Tri angulasi.

5. Analisis Data

Analisis data yang dimaksud adalah analisis kualitatif. Morse dan Field

(1995) mencatat bahwa analisis kualitatif adalah proses tentang pencocokan data bersama-sama, bagaimana membuat yang samar menjadi nyata, menghubungkan akibat dengan sebab. Rangkaian ini merupakan suatu proses verifikasi dan dugaan, koreksi dan modifikasi, usul dan pertahanan.

Morse dan Field (1995) mengenali empat proses-proses:

1) Memahami

Awal proses analitik, peneliti-peneliti kualitatif berusaha untuk bisa mempertimbangkan data dan belajar mencari ” apa yang terjadi.”

2) Sintesis

Sintesis meliputi penyaringan data dan menyatukannya. Pada langkah ini, peneliti mendapatkan pengertian dari apa yang “khas” mengenai suatu peristiwa dan apa variasi dan cakupannya.

3) Teoritis

Meliputi sistem pemilihan data. Selama proses teori, peneliti mengembangkan penjelasan alternatif dari peristiwa dan kemudian menjaga penjelasan ini sampai menentukan apakah “cocok” dengan data.

4) Recontextualisasi

Pada tahap ini, pengembangan teori lebih lanjut dan aplikabilitas untuk kelompok lain yang diselidiki. Di dalam pemeriksaan terakhir pengembangan teori, adalah teori harus generalisasi dan sesuai konteks.

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Penyusunan skripsi ini terdiri dari empat Bab. Masing-masing Bab ini terdiri dari sub-sub pembahasan. Pembagian ini dimaksudkan untuk mempermudah penulisan ilmiah yang sistematis dan konsisten, terdiri dari pembahasan, analisis masalah, dan pemaparan bentuk-bentuk interaksi sosial antar kelompok Islam. Sebelum memasuki halaman pembahasan skripsi ini diawali dengan halaman judul, halaman nota dinas, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, dan daftar isi. Kemudian setelah Bab terakhir, disertakan pula daftar pustaka, curriculum vitae, dan lampiran-lampiran.

Adapun sistematika pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama, berisi tentang pendahuluan yang meliputi : Latar belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teoritik, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

Bab Kedua, berisi tentang gambaran umum masyarakat Desa Wisata Mlangi yang memuat letak geografis dan kependudukan, ekonomi dan matapencaharian, lembaga pendidikan, seni dan budaya, agama. Dalam bab ini juga membahas tentang Muhammadiyah dan NU di Mlangi.

Bab ketiga. Bab ini merupakan tema yang menjadi kajian terpusat di mana pada bab ini akan disajikan deskripsi data yang diperoleh dan akan diadakan Bab ketiga. Bab ini merupakan tema yang menjadi kajian terpusat di mana pada bab ini akan disajikan deskripsi data yang diperoleh dan akan diadakan

Bab Keempat, Bab ini menjadi Bab penutup yang menyangkut kesimpulan, saran-saran. Selsnjutnya disusul daftar pustaka, curriculum vitae dan lampiran-lampiran.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA WISATA MLANGI

A. Letak Geografis dan Kependudukan

Desa Wisata Mlangi terletak di sebelah barat laut kota Yogyakarta tepatnya : 7°45'40"LS 110°19'58"LU (wikimapia.org/13711366/Mlangi- Utara).

Secara administratif, Desa Wisata Mlangi berada di Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Seseorang dapat disebut sebagai orang Mlangi apabila ia tidak hanya tinggal di wilayah itu, melainkan karena masih memiliki hubungan genealogic dengan Mbah Kyai Nur Iman, atau anak keturunannya. Masyarakat Mlangi memaksudkan wilayah Mlangi terdiri dari dua dusun, yakni Mlangi dan Sawahan.

Dikalangan masyarakat sering menyebut Dusun Mlangi sebagai Mlangi Utara, sedangkan Dusun Sawahan disebut dengan Mlangi Selatan. Selain itu dikenal juga Mlangi Barat dan Timur yang tidak merujuk pada dusun tapi kampung, yaitu Kampung Ledok(Mlangi Barat) dan kampung di Dusun Mlangi bagian timur(Mlangi Timur).

Selain dua dusun tersebut, Desa Nogotirto memiliki beberapa dusun lain yakni: Cambahan, Nogosaren, Ponowaren, Karang Tengah, Kwarasan dan Kajor. Desa Nogotirto memiliki luas wilayah 349.000 Ha, yang terdiri dari Selain dua dusun tersebut, Desa Nogotirto memiliki beberapa dusun lain yakni: Cambahan, Nogosaren, Ponowaren, Karang Tengah, Kwarasan dan Kajor. Desa Nogotirto memiliki luas wilayah 349.000 Ha, yang terdiri dari

Penduduk desa ini berjumlah 16.273 jiwa, terdiri dari lakilaki 8.105 jiwa dan perempuan 8.168 jiwa. Jumlah penduduk tersebut tercakup ke dalam 4.104 Kepala Keluarga (Data dari Monografi Desa Nogotirto 2010, wawancara dengan Bapak Carik, Yuda Wadana)

Adapun jumlah penduduk Mlangi Sawahan adalah 1750 jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah 892 jiwa dan perempuan 858 jiwa. Apabila digabung dengan Mlangi Utara, maka jumlah penduduk Desa Wisata Mlangi menjadi 3395 jiwa atau 606 kepala keluarga, terdiri dari 556 kepala keluarga laki-laki dan 50 kepala keluarga perempuan (Wawancara dengan Bapak Mualif, dukuh yang bertugas di wilayah Desa Wisata Mlangi bagian selatan)

Tabel 1 : Penduduk Desa Wisata Mlagi dari segi sekse

Jumlah Dusun

Laki-Laki

Perempuan

(dalam jiwa) Mlangi

3395 Sumber: Data diolah dari Monografi Desa 2010 dan wawancara dengan Dukuh

Melihat tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa selisih prosentase anatara laki-laki dan perempuan adalah dua persen.

B. Pendidikan

Dalam Monografi Desa 2010, Desa Nogotirto ini memiliki Lembaga Pendidikan Formal berupa Play Group 8 dan TK ada 11 serta terdapat 7 SD. Selain itu, desa ini juga mamiliki 3 SLTP, sedangkan stingkat SLTA, desa ini belum memilki.

1. Lembaga Pendidikan Formal

Di Desa Wisata Mlangi terdapat berbagai lembaga pendidikan formal dan non-formal, khususnya Pesantren. Lembaga pendidikan formal meliputi taman kanak-kanak (TK), berjumlah dua buah, yakni TK Bustanul Athfal dan Masyitoh, yang pertama milik organisasi Muhammadiyah, sedang berikutnya adalah milik NU.

Selain TK di Mlangi ada dua Sekolah Dasar (SD), yakni SDNU dan SD Muhammadiyah. SDNU terletak di dekat Ringroad Barat Mlangi, berdiri tahun 2009, dengan diprakarsai oleh Pengurus Wilayah Nahdlotul Ulama (PWNU) DIY. Saat ini tercatat kepala Selain TK di Mlangi ada dua Sekolah Dasar (SD), yakni SDNU dan SD Muhammadiyah. SDNU terletak di dekat Ringroad Barat Mlangi, berdiri tahun 2009, dengan diprakarsai oleh Pengurus Wilayah Nahdlotul Ulama (PWNU) DIY. Saat ini tercatat kepala

SD Muhammadiyah didirikan awal 1960-an. Awalnya berupa madrasah, perkembangan selanjutnya menjadi SD Muhammadiyah dengan tokoh perintisnya adalah H. Muhammad Yusuf dan H. Yunad. SD Muhammadiyah Mlangi ini telah mencetak lulusan yang berasal dari keluarga kyai dan tokoh-tokoh agama di Desa Wisata Mlangi, berkat memperkenalkan pemikiran dan gerakan keagaman Muhammadiyah kepada masyarakat yang proporsi jumlah penduduknya lebih didominasi NU.

Ada dua Madrasah Ibtidaiyah di Mlangi. Pertama MI An-Nasyath yang didirikan pada tahun 2009. Sekolah ini berada dibawah naungan pondok pesantren An-Nasyath yang diasuh oleh K.H. S ami‟an. Kedua MI Al-Falahiyah yang didirikan pada tahun yang sama. Sekolah ini berada dibawah naungan pondok pesantren Al-Falahiyah.

Tabel 2 : Lembaga Pendidikan Desa Wisata Mlagi

Dusun

Mlangi Sawahan

Paud

TK SD SLTP

Sumber: Data diolah dari Monografi

Melihat tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa di antara dua dusun tersebut terjadi keimbangan pada jumlah lembaga pedidikan yang ada selain SLTP.

Selain lembaga pendidikan formal yang telah disebut di atas, terdapat juga sekolah menengah pertama (SMP) Ma'arif yang bernaung di bawah Lembaga Pendidikan NU yang berdiri tahun 1981.

2. Lembaga Pendidikan Non Formal

Lembaga pendidikan non formal yang berupa pondok pesantren (ponpes) sangat menonjol di Mlangi, bahkan di wilayah Yogyakarta kampung ini cukup terkenal sebagai kampung pesantren. Jumlah keseluruhan pondok pesantren yang terdapat di desa wisata Mlangi adalah 16 pondok pesantren.

Tabel 3 : Pondok Pesantren di Desa Wisata Mlagi

Tipe Ponpes Mlangi Sawahan Sawahan Salafiyah

Sumber: Data diolah dari wawancara dengan Dukuh dan tokoh masyarakat

Melihat tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa seluruh pondok pesantren di atas bercorak tradisional, atau salafiyah yang mengajarkan kitab-kitab Islam kuning klasik sebagai ciri utamanya. Kitab klasik tersebut meliputi 8 kelompok: 1. nahwu (syntax) dan saraf (morfologi); 2. fiqh; 3. usul fiqh; 4. hadis; 5. tafsir; 6. tauhid; 7. tasawuf dan etika, dan 8. cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah.

Desa Wisata Mlangi yang dikenal sebagai kampung pesantren belum memiliki pesanten yang bercorak modern atau „asriyah dan

juga belum ada pesantren yang mengkombinasikan sistem tradisional dan modern.

Lembaga pendidikan non formal yang berupa 16 pondok pesantren yang tersebar yakni:

a. Pondok Pesantren Al-miftah

Menurut keterangan Kyai Hasan, pondok ini adalah pondok pesntren tertua di Mlangi. Sebutan awalnya adalah langgar

Lor. Pondok Al-Miftah, dikelola oleh (alm) Kyai Sirudin yang masih memiliki hubungan saudara dengan Kyai Muhtar

Dawam, pemilik pondok pesantren Al-Huda. Pondok ini didirikan pada tahun 1930-an dan sekarang dikelola oleh Putra Kyai Munahar bernama Gus Mabarun.

b. Pondok Pesantren Assalafiyyah

Pondok pesantren Assalafiyyah didirikan oleh KH.Mashduqi (Haji beliau- Amanah, bersamaan haji Putranya, KH. Suja‟I sekalian pada Tahun 1990 ). Beliau putra seorang Naib asal mlangi yang bertugas di wilayah Gunung Kidul. KH. Mashduqi memperistri Zaenab, putri pamannya sendiri di mlangi yang bernama Kyai Slamet. Sejak menikah beliau tinggal di rumah mertuanya. Di Rumah itulah kemudian dikenal dengan sebutan langgar kidul. Sebutan ini sebagai paduan sebutan langgar lain di sebelah utaranya (langgar lor, PP. Al-Miftah). Atas dorongan adanya penamaan langgar lor, langgar kidul disebut Pondok Pesantren Assalafiyyah didirikan pada tahun 1932. Pondok ini memperoleh sertifikat atas inisiatif Departemen Agama bernomor E-8431 tertanggal

9 Pebruari 1984. Kemudian pada pendataan Pondok Pesantren yang aktif terkordinasi mendapat No. Statistik 510.3.34.04.1024. Pengasuhnya Kyai Suja'i Masduqi yang dikenal sebagai mursyid tarekat Qodariyah-Naqsabandiyah.

c. Pondok Pesantren An-nasyath

Pesantren ini diasuh Kyai Samingan, istrinya merupakan adik kandung Kyai Suja'i, pengasuh ponpes As-Salafiyah yang sekaligus mursyid tarekat Qadariyah-Naqsabandiyah, Mlangi

d. Pondok Pesantren Hujjatul Islam

Pondok ini dikelolaoleh Kyai Qotrul Aziz. Dahulu Kyai Qotrul Aziz dikenal sebagai pengusaha batik yang sukses, dan ia pernah menjadi ketua takmir masjid Jami', sebelum akhirnya digantikan kepengurusannya oleh para kyai yang diketuai oleh Kyai Muhtar Dawam . Kini ta‟mir masjidnya adalah KH. Abdulloh.

e. Pondok Ar-Risalah

Pondok ini diasuh oleh KH. Abdullah, sebelumnya beliau menimba ilmu di Asrama Perguruan Islam (API)Tegal Rejo Magelang. Pondok pesantren ini relatif masih muda usianya yatu berdiri tahun 2003, dan pada saat ini jumlah santrinya mencapai 60 orang. H. Abdullah sebelum mendedikasikan waktunya untuk mengajar di ponpes yang didirikannya, ia dahulu dikenal sebagai pengusaha sukses.

f. Pondok Pesantren Al-Quran

Pondok Pesantren ini khusus puteri, diasuh oleh Kyai Abdul Karim. Selain fokus terhadap Tahfizdul- Qur‟an, ponpes ini Pondok Pesantren ini khusus puteri, diasuh oleh Kyai Abdul Karim. Selain fokus terhadap Tahfizdul- Qur‟an, ponpes ini

g. Pondok pesantren Al-Huda

Pesantren ini diasuh oleh Kyai Mukhtar Dawam(Alm). Kyai Mukhtar Dawam adalah sosok kyai yang memiliki hubungan dengan sejumlah elit kekuasaan dan partai Golkar di jaman orde baru. Setelah beliau wafat, jumlah santri pondok pesantren ini berkurang.

h. Pondok Hidayatul Mubtadiin

Pondok ini merupakan Ponpes yang dimiliki oleh H. Nuriman Mukim. Beliau menimba ilmu di Lirboyo sebelum mendirikan pesantren tersebut. Jumlah santrinya 50 anak, santri yang kecil-kecil kebanyakan masih menimba ilmu di sekolah dasar.

i. Pondok Pesantren Al-Mahbubiyah

Pengasuhnya Pesantren ini adalah Kyai Khalimi. Pesantren ini adalah pesantren termuda. Berdiri tahun 2007 santrinya 75

Orang , banyak diantaranya yang berusia dini mengaji di sore hari sebagai santri kampung atau sering disebut santri kalong.

j. Pondok Pesantren Darussalam.

Ponpes ini diasuh oleh Kyai Wirdanudin, beliau lulusan Pesantren Tegal Rejo Magelang. Saat ini(2011), putranya

yang bernama Sirojul „Ilmi telah diwisuda sebagai Hafizd Alqur‟an. Putranya inilah yang mengajar kitab Ihya’ Ulumidin karya Al-Ghozali sebagai kitab pokok tasawuf tingkat lanjut di pondok ini.

k. Pondok Ledok.

Dahulu pesantren ini diasuh oleh (alm) Kyai Yamah Sari. Pondok ini adalah pondok yang terdekat dengan Masjid Ledok yang menjadi tempat kegiatan warga Muhammadiyah. Kini (tahun 2012) pondok ini sudah tidak aktif lagi.

l. Pondok Pesantren Al-Falahiyyah

Pimpinan Pesantren ini bernama Gus Misbah. Beliau seorang bisnismen, memiliki rental motor dan mobil di Mlangi. Pesantren ini memiliki santri yang hanya sekolah di Madrasah milik pondok, yakni Madrasah Ibtidaiyah Falahiyah.

m. Pondok Pesantren Mlangi Timur

Dipintu masuk ke arah masjid Mlangi terdapat pondok pesantren bernama Mlangi Timur, didirikan sekitar tahun 1965, milik (alm) Kyai. Zamroddin. Di pesantren ini cukup banyak santri yang menghafalkan Al-Quran, selain mengaji k itab. Nyai Rubai‟ah, istri almarhum dikenal sebagai seorang penghafal Qur'an (hafizah), dan sekarang pondok tersebut dikelola putera-putera almarhum.

n. Pondok Pesantren Kuno

Pesantren ini dikelola oleh Kyai Asrori. Pondok Kuno sangat megah, dan memiliki bangunan berlantai tiga. Selain itu. Kyai Asrori dikenal memiliki hubungan yang cukup dekat dengan BPH Joyokusumo, pengurus Golkar, dan adik Sri Sultan ke X. Selain itu sejumlah fungsionaris partai Golkar se-ring berkunjung ke rumah sang kyai.

o. Pondok Pesantren Atba‟us Salaf Pesantren ini berlokasi di belakang Ponpes Al-Falahiyyah.

Saat ini pengasuhnya bernama Kyai Muhtarom. Jumlah santrinya 36.

p. Pondok Pesantren Al-Ikhsan

Pesantren ini terletak di dekat Masjid Al-Awwab dikelola oleh H. Bahaudin seorang tokoh Muhammadiyah Desa